37
LAPORAN GIZI DAUR KEHIDUPAN III KELOMPOK LANJUT USIA “CHANGE NOW AND FEEL YOUR BEAUTIFUL OLD DAY’ Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Gizi Daur Kehidupan III Dosen pengampu: Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi Binar Panunggal, S.Gz, MPH Oleh: Rizki Khoirur R 22030113120017 Mega Lucyta Sari 22030113120049 Dwi Arum Sulistyaningsih 22030113130073 Galuh Tamarasani S 22030113130101 Fransisca Natalia B 22030113130103 Rizki Karunianti Agustina 22030113130135 1

Kelompok 1_GDK 3.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kelompok 1_GDK 3.doc

LAPORAN GIZI DAUR KEHIDUPAN III

KELOMPOK LANJUT USIA

“CHANGE NOW AND FEEL YOUR BEAUTIFUL OLD DAY’

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Gizi Daur Kehidupan III

Dosen pengampu:

Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi

Binar Panunggal, S.Gz, MPH

Oleh:

Rizki Khoirur R 22030113120017

Mega Lucyta Sari 22030113120049

Dwi Arum Sulistyaningsih 22030113130073

Galuh Tamarasani S 22030113130101

Fransisca Natalia B 22030113130103

Rizki Karunianti Agustina 22030113130135

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2015

1

Page 2: Kelompok 1_GDK 3.doc

1.1 Identifikasi Masalah

1.1.1 Penyakit

Penyakit, gangguan, maupun kondisi kronik yang dialami oleh lansia dapat

menyebabkan perubahan dalam pola makan sehingga menjadi faktor risiko gizi yang

rendah pada lansia. Berdasarkan hasil survei lapangan pada responden lansia, didapatkan

data mengenai penyakit atau gangguan yang pernah dialami oleh lansia, adalah sebagai

berikut.

Gambar 1. Grafik persentase gangguan yang dialami lansia

Dari gambar 1 menunjukkan sebanyak 44% dari 15 responden lansia mengalami darah

tinggi. Berikut data tabel mengenai tekanan darah responden.

Tabel 1. Data tekanan darah responden

NO RESPONDEN

SBP

(mmHg)

DBP

(mmHg)

1 Musyarofah 140 80

2 Jumiyatun 140 90

3 Soekarno 187 892

Page 3: Kelompok 1_GDK 3.doc

4 Aminah 158 77

5 Kasinem 130 80

6 Sarno 120 90

7 Sutarti 120 80

8 Ani 156 70

9 Paikem 160 100

10 Sriwarni 140 110

11 Pradip Kasman 140 90

12 Slamet Noto 140 100

13 Sri Sujiyati 130 90

14 Sutiyem 150 90

15 Nafsiah 180 90

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama untuk stroke,

miokard infark, penyakit pembuluh darah, dan penyakit ginjal kronis.

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP) lebih dari 140 mmHg, atau

tekanan darah diastolik (DBP) lebih 90 mmHg. Klasifikasi tekanan darah untuk orang

dewasa berusia 18 tahun atau lebih adalah sebagai berikut:

Normal: sistolik lebih rendah dari 120 mmHg, diastolik lebih rendah dari 80

mmHg

Prehipertensi: sistolik 120-139 mmHg, diastolik 80-89 mmHg

Tahap 1: sistolik 140-159 mmHg, diastolik 90-99 mmHg

Tahap 2: sistolik 160 mm Hg atau lebih, diastolik 100 mmHg atau lebih besar

Hipertensi dapat bersifat primer, yang dapat berkembang sebagai hasil dari lingkungan

atau genetik, atau sekunder, yang memiliki beberapa etiologi, termasuk ginjal dan

pembuluh darah.

3

Page 4: Kelompok 1_GDK 3.doc

1.1.2 Gangguan makan

Gangguan mengunyah merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan

asupan inadekuat pada lansia. Hal tersebut bisa disebabkan karena gigi yang hilang dan

membusuk atau karena rasa sakit di mulut. Berdasarkan hasil survei lapangan pada

responden lansia, didapatkan data perhitungan statistik mengenai gangguan mengunyah

yang dialami oleh lansia, adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Data gangguan mengunyah

Gangguan_Mengunyah

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 11 73.3 73.3 73.3

ya 4 26.7 26.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Data pada tabel 2 menyebutkan bahwa hanya 4 dari 15 orang responden yang mengalami

gangguan mengunyah makanan.

1.1.3 Rutinitas senam

Berdasarkan hasil survei lapangan pada responden lansia, didapatkan data

perhitungan statistik mengenai rutinitas senam yang diikuti oleh lansia, adalah sebagai

berikut.

Tabel 3. Data rutinitas senam

4

Page 5: Kelompok 1_GDK 3.doc

rutinitas_senam

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 14 93.3 93.3 93.3

Ya 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Data pada tabel 3 menyebutkan bahwa hanya 1 dari 15 orang responden yang

rutin mengikuti senam kesehatan. Hal tersebut mengindikasikan kurangnya aktivitas fisik

pada lansia.

1.1.4 Obat-obatan

Banyaknya obat-obatan yang dikonsumsi dapat menjadi salah satu faktor

kurangnya asupan makan pada lansia, karena tingginya peluang efek samping yang

dialami pada lansia, seperti perubahan rasa dan nafsu makan, diare, konstipasi, dan lain-

lain. Berdasarkan hasil survei lapangan pada responden lansia, didapatkan data

perhitungan statistik mengenai konsumsi obat yang diikuti oleh lansia, adalah sebagai

berikut.

Tabel 4. Data konsumsi obat

konsumsi_obat

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 4 26.7 26.7 26.7

ya 11 73.3 73.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

5

Page 6: Kelompok 1_GDK 3.doc

Data pada tabel 4 menyebutkan bahwa 11 dari 15 orang responden mengonsumsi

obat-obatan, baik itu merupakan obat yang diberikan oleh dokter, maupun beli sendiri.

Obat tersebut dikonsumsi sebagai penghilang sakit seperti obat sakit kepala, obat vertigo

1.1.5 Indeks Massa Tubuh

Berdasarkan Riskesdas 2013, batasan Indeks Massa Tubuh yang digunakan untuk menilai

status gizi penduduk dewasa adalah sebagai berikut:

Kategori kurus IMT < 18,5

Kategori normal IMT ≥18,5 - <24,9

Kategori BB lebih IMT ≥25,0 - <27,0

Kategori obesitas IMT ≥27,0

Berdasarkan hasil survei lapangan pada responden lansia, didapatkan data mengenai

status gizi pada lansia yang diukur berdasarkan indeks massa tubuh, adalah sebagai

berikut.

Gambar 2. Grafik persentase status gizi berdasarkan IMT pada lansia

6

Page 7: Kelompok 1_GDK 3.doc

Data diatas menyebutkan bahwa dari 15 orang responden lansia, 13% (2 orang)

mengalami overweight atau BB lebih dan 40% (6 orang) mengalami obesitas.

1.2 Analisis Zat Gizi

1.2.1 Energi

Kebutuhan energi untuk usia 50-64 tahun adalah 2325 kkal untuk laki-laki dan 1900

kkal untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 1900 kkal untuk laki-laki dan

1550 kkal untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 1425 kkal untuk

perempuan. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka

a. Laki-laki

Usia Kebutuhan

Energi

Jumlah lansia Kategori

50-64 tahun 2325 kkal 1 Kurang

65-80 tahun 1900 kkal 3 Kurang

b. Perempuan

Usia Kebutuhan

Energi

Jumlah lansia Kategori

50-64 tahun 1900 kkal 6 Kurang

65-80 tahun 1550 kkal 3 Kurang

>80 tahun 1425 kkal 1 Kurang

Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kebutuhan energi

lansia 100% memiliki kategori kurang berdasarkan kebutuhan energi setiap harinya.

1.2.2 Karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat untuk usia 50-64 tahun adalah 349 g untuk laki-laki dan 285 g

untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 309 g untuk laki-laki dan 252 g untuk

perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 232 g untuk perempuan. Berdasarkan

analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia usia

7

Page 8: Kelompok 1_GDK 3.doc

50-81 tahun dari responden kami 100% memiliki kategori kurang (15 orang) dari

kebutuhan karbohidrat setiap harinya.

1.2.3 Protein

Kebutuhan protein untuk usia 50-64 tahun adalah 65 g untuk laki-laki dan 57 g untuk

perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 62 g untuk laki-laki dan 56 g untuk

perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 60 g untuk perempuan. Berdasarkan

analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia

wanita usia 50-64 tahun telah didapatkan memiliki kategori cukup (2 orang),

sedangkan untuk usia 65- 81 tahun lansia lainnya memiliki kategori kurang (13

orang) dari kebutuhan protein setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka

hasilnya adalah sebagai berikut.

Kurang (<80%) =

Cukup (80-100%) =

1.2.4 Lemak

Kebutuhan lemak untuk usia 50-64 tahun adalah 65 g untuk laki-laki dan 53 g untuk

perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 53 g untuk laki-laki dan 43 g untuk

perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 42 g untuk perempuan. Berdasarkan

analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia

wanita usia 50-64 tahun telah didapatkan memiliki kategori cukup (1 orang),

sedangkan untuk lansia lainnya memiliki kategori kurang (14 orang) dari kebutuhan

lemak setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya adalah sebagai

berikut.

Kurang (<80%) =

Cukup (80-100%) =

8

Page 9: Kelompok 1_GDK 3.doc

1.2.5 Kalsium

Kebutuhan kalsium untuk usia 50-81 tahun adalah 1000 mg. Berdasarkan analisis

recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia wanita usia

50-81 100% memiliki kategori kurang dari kebutuhan kalsium setiap harinya.

1.2.6 Besi

Kebutuhan besi untuk usia 50-81 tahun adalah 13 mg untuk laki-laki dan 12 mg untuk

perempuan. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah

didapatkan bahwa lansia wanita memiliki kategori lebih (1 orang), sedangkan lansia

lainnya memiliki kategori kurang (14 orang) dari kebutuhan besi setiap harinya.

Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya adalah sebagai berikut.

Kurang (<80%) =

Lebih (>100%) =

1.2.7 Serat

Kebutuhan serat untuk usia 50-64 tahun adalah 33 g untuk laki-laki dan 28 g untuk

perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 27 g untuk laki-laki dan 22 g untuk

perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 20 g untuk perempuan. Berdasarkan

analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia

wanita usia 50-81 tahun 100% memiliki kategori kurang dari kebutuhan serat setiap

harinya.

1.2.8 Natrium

Kebutuhan natrium untuk usia 50-64 tahun adalah 1300 mg, untuk usia 65-81 tahun

adalah 1200 mg. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah

didapatkan bahwa lansia wanita usia 50-64 tahun telah didapatkan memiliki kategori

lebih (1 orang), sedangkan lansia lainnya memiliki kategori kurang (14 orang) dari

kebutuhan natrium setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya

adalah sebagai berikut.

Kurang (<80%) =

9

Page 10: Kelompok 1_GDK 3.doc

Lebih (>100%) =

1.2.9 Vitamin A

Kebutuhan vitamin A untuk usia 50-81 tahun adalah 600 mcg untuk lansia laki-laki

dan 500 mcg untuk lansia perempuan. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah

dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia perempuan usia 50-64 tahun telah

didapatkan memiliki kategori cukup (1 orang) dan lebih (1 orang), sedangkan untuk

usia 65- 80 tahun lansia laki-laki memiliki kategori cukup (1 orang) dan lebih (1

orang). Sedangkan lansia lainnya memiliki kategori kurang (11 orang) dari

kebutuhan vitamin A setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya

adalah sebagai berikut.

Kurang (<80%) =

Cukup (80-100%) =

Lebih (>100%) =

1.2.10 Vitamin D

Kebutuhan vitamin D untuk usia 50-64 tahun adalah 15 mcg, untuk usia 65-81 tahun

adalah 20 mcg. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah

didapatkan bahwa lansia usia 50-80 tahun memiliki kategori kurang (14 orang) dan

lansia wanita 81 tahun memiliki kategori lebih (1 orang) dari kebutuhan vitamin D

setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya adalah sebagai berikut.

Kurang (<80%) =

Lebih (>100%) =

1.3 Analisis Masalah

10

Page 11: Kelompok 1_GDK 3.doc

Berdasarkan proses identifikasi masalah yang telah dilakukan, masalah – masalah pada lansia

yang perlu ditindaklanjuti dengan intervensi adalah

1.3.1 Kondisi Hipertensi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sangat umum terjadi

dimasyarakat. Prevalensi hipertensi pada dewasa dan lansia cenderung terus

meningkat, karena prevalensi hipertensi meningkat seiring meningkatnya usia, lebih

dari setengah populasi lansia (dengan usia lebih dari 65 th) pada berbagai ras

mengalami hipertensi.1 Berdasarkan hasil identifikasi masalah 44% responden atau

hampir setengah dari responden yang kami wawancarai menderita hipertensi.

Hipertensi yang tidak tertangani dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih

serius, termasuk penyakit – penyakit degenerative seperti HF (heart failure), penyakit

ginjal stadium akhir, dan penyakit pembuluh darah peripheral.

Orang – orang yang menderita hipertensi, 90 – 95% diantaranya mengalami

hipertensi esensial atau hipertensi primer yang penyebabnya tidak diketahui.1

Meskipun penyebabnya tidak diketahui, hipertensi primer mungkin disebabkan dari

berbagai macam faktor. Faktor gaya hidup atau lifestyle seperti asupan makan

(termasuk asupan natrium yang berlebihan, asupan kalium yang rendah, asupan

alcohol yang berlebihan), kurangnya aktivitas fisik atau olahraga, merokok, stress,

dan obesitas, semuanya dapat berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi

primer.2 Sedangkan hipertensi sekunder terjadi akibat adanya masalah lain yang

mendahului, seperti penyakit ginjal, penyakit kardiovaskular lain, gangguan sistem

endokrin, atau gangguan neurogenic.2

Dengan demikian, kondisi hipertensi yang kami temukan pada proses identifikasi

masalah perlu mendapatkan intervensi agar hipertensi yang ada tidak menjadi lebih

parah dan tidak memperburuk kondisi status kesehatan atau status gizi responden.

1.3.2 Ketidakcukupan Asupan Oral

Ketidakcukupan asupan oral pada lansia merupakan masalah terkait gizi yang

sering terjadi pada lansia. Lansia mengalami beberapa perubahan fisiologis, dimana

perubahan fisiologis yang terjadi dapat berpengaruh terhadap kemampuan lansia

11

Page 12: Kelompok 1_GDK 3.doc

untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat. Salah satu perubahan fisiologis yang

berkaitan dengan kesehatan yang dapat menyebabkan ketidakcukupan asupan oral

adalah perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem gastrointestinal. Selain

perubahan pada sistem gastrointestinal, lansia juga mengalami penurunan pada sistem

persarafan, seperti misalnya penurunan pada kecepatan konduksi saraf, yang

mempengaruhi indera penciuman, pengecap, peraba, dan kesadaran.3

Perubahan kepekaan sensoris terhadap rasa dan bau dapat terjadi pada lansia.

Meskipun terdapat beberapa argument mengenai pada tingkat penuaan kapan, dimana

penuaan tersebut dapat mempengaruhi indera perasa, telah terdapat general

agreement bahwa indera perasa dan pengecap umumnya bertahan hingga usia 60

tahun, ketika indera perasa dan pengecap kemudian mulai mengalami penurunan.3

Makan merupakan aktivitas yang membutuhkan rangsangan sensoris,

tidak hanya rangsangan sensoris yang dilakukan oleh indera pengecap, tapi juga oleh

saraf olfaktori dan mata (beberapa mempercayainya). Indera penciuman yang tumpul

atau tidak peka dapat menyebabkan kenikmantan makanan menjadi tumpul pula,

yang mana seseorang dengan hidung tersumbat dapat secara mudah kehilangan

kepekaan terhadap indera penciumannya. Adanya penurunan terhadap rasa dan bau

juga menyebabkan penurunan pada kemampuan untuk mendeteksi makanan yang

basi, busuk atau gosong. 3

Namun, sulit untuk mengetahui apakah aspek penurunan rangsangan sensoris ini

terjadi akibat adanya penyakit atau memang karena proses penuaan. Jumlah dan

struktur saraf – saraf pengecap tidak signifikan berubah selama proses penuaan,

karena persepsi rasa untuk sukrosa tidak mengalami penurunan seiring bertambahnya

usia. 3

Selain akibat adanya penurunan kepekaan sensoris terhadap rasa dan bau,

ketidakcukupan asupan oral dapat dipengaruhi oleh kemampuan lansia dalam

mengunyah dan menelan makanan. Apa dan kapan kita makan dapat mempengaruhi

kesehatan oral. Sebaliknya, kesehatan oral dapat mempengaruhi apa dan bagaimana

kita makan, status gizi, dan status kesehatan. Kesehatan oral bergantung pada

beberapa sistem organ yang bekerja sama: sekresi gastrointestinal (saliva), sistem

12

Page 13: Kelompok 1_GDK 3.doc

rangka (gigi dan rahang), membrane mukosa, otot (lidah, rahang), saraf indera

pengecap, dan saraf olfaktori untuk membau dan mengecap. Gangguan yang terjadi

pada kesehatan oral dan kehilangan gigi berkaitan, tapi tidak sepenuhnya disebabkan

oleh proses penuaan. Lansia yang berusia 65 – 74 tahun dan 75 tahun keatas, secara

berturut – turut sekitar 22 dan 30% sudah tidak lagi mempunyai gigi asli,

dibandingkan dengan 7% lansia yang berusia 45 – 64 tahun.3

Kehilangan gigi menjadi salah satu penyebab ketidakcukupan asupan oral pada

lansia, hilangnya gigi menyebabkan kemampuan mengunyah lansia menjadi

berkurang sehingga lansia cenderung mengonsumsi makanan atau dibuatkan makanan

yang diolah menjadi lunak dan biasanya makanan – makanan yang konsistensi yang

lunak jarang disukai oleh lansia, sedangkan jika diberikan atau mengonsumsi

makanan dengan konsistensi padat atau standar, lansia mengalami kesulitan

mengunyah makanan tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan asupan makanan

lansia secara oral menjadi berkurang dan kemudian cenderung tidak adekuat.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, ditemukan bahwa 4 dari 15 responden

kami mengalami gangguan mengunyah yang dapat menjadi salah satu penyebab

mengapa asupan oral lansia menjadi inadekuat, dengan demikian, hal ini perlu

dilakukan intervensi agar asupan oral lansia dapat membaik dan tidak membuat lansia

jatuh ke dalam masalah terkait gizi lainnya yang menyebabkan turunnya status gizi

dan status kesehatan lansia.

Berdasarkan analisis recall yang dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa lansia

yang menjadi responden kami memang mengalami ketidakcukupan asupan oral, yang

terlihat pada beberapa zat gizi yang kami analisis, tingkat kecukupannya sangat

rendah.

a. Energi

Kebutuhan energi untuk usia 50-64 tahun adalah 2325 kkal untuk laki-laki dan

1900 kkal untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 1900 kkal untuk laki-

laki dan 1550 kkal untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 1425 kkal

untuk perempuan. Hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa 100% responden kami

baik laki – laki maupun perempuan tingkat kecukupan energinya kurang.

13

Page 14: Kelompok 1_GDK 3.doc

b. Karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat untuk usia 50-64 tahun adalah 349 g untuk laki-laki

dan 285 g untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 309 g untuk laki-laki

dan 252 g untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 232 g untuk

perempuan. Hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa 100% responden kami baik

laki – laki maupun perempuan tingkat kecukupan karbohidratnya kurang.

c. Protein

Kebutuhan protein untuk usia 50-64 tahun adalah 65 g untuk laki-laki dan 57

g untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 62 g untuk laki-laki dan 56 g

untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 60 g untuk perempuan. Hasil

recall 24 jam menunjukkan bahwa

Grafik 1. Tingkat Kecukupan Protein pada Lansia

d. Lemak

Kebutuhan lemak untuk usia 50-64 tahun adalah 65 g untuk laki-laki dan 53 g

untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 53 g untuk laki-laki dan 43 g

untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 42 g untuk perempuan. Hasil

recall 24 jam menunjukkan bahwa

14

Page 15: Kelompok 1_GDK 3.doc

Grafik 2. Tingkat Kecukupan Lemak pada Lansia

e. Kalsium

Kebutuhan kalsium untuk usia 50-81 tahun adalah 1000 mg. Hasil recall 24

jam menunjukkan bahwa tingkat kecukupan asupan kalsium pada responden

lansia kami adalah 100% kurang.

f. Besi

Kebutuhan besi untuk usia 50-81 tahun adalah 13 mg untuk laki-laki dan 12

mg untuk perempuan. Hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa

Grafik 3. Tingkat Kecukupan Besi pada Lansia

g. Serat

Kebutuhan serat untuk usia 50-64 tahun adalah 33 g untuk laki-laki dan 28 g

untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 27 g untuk laki-laki dan 22 g

untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 20 g untuk perempuan. Hasil

recall 24 jam menunjukkan bahwa tingkat kecukupan serat pada responden lansia

kami adalah 100% kurang.15

Page 16: Kelompok 1_GDK 3.doc

h. Natrium

Kebutuhan natrium untuk usia 50-64 tahun adalah 1300 mg, untuk usia 65-81

tahun adalah 1200 mg. hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa

Grafik 4. Tingkat Kecukupan Natrium pada Lansia

i. Vitamin A

Kebutuhan vitamin A untuk usia 50-81 tahun adalah 600 mcg untuk lansia

laki-laki dan 500 mcg untuk lansia perempuan. Hasil recall 14 jam menunjukkan

bahwa

Grafik 5. Tingkat Kecukupan Vitamin A pada Lansia

j. Vitamin D

Kebutuhan vitamin D untuk usia 50-64 tahun adalah 15 mcg, untuk usia 65-81

tahun adalah 20 mcg. Hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa

16

Page 17: Kelompok 1_GDK 3.doc

Grafik 6. Tingkat Kecukupan Vitamin D pada Lansia

1.3.3 Aktivitas Fisik Rendah

Exercise is a true fountain of youth . aktivitas fisik membantu membangun lean

body mass, membantu mempertahankan keseimbangan dan kelenturan tubuh,

berkontribusi terhadap kapasitas aerobik dan terhadap keseluruhan kebugaran tubuh,

meningkatkan kemampuan kognitif pada gaya hidup sedentary yang disebelumnya

dilakukan oleh lansia, dan aktivitas fisik berkaitan dengan keseluruhan kesehatan

psikologis. 3

Aktivitas fisik yang rendah dan juga penurunan kekuatan, ketahanan, dan

keseimbangan memang berkaitan dengan, tapi tidak disebabkan oleh adanya proses

penuaan. 3

Lansia akan mendapatkan manfaat yang lebih daripada orang – orang yang lebih

muda, karena latihan kekuatan merupakan satu – satunya cara untuk

mempertahankan, menjaga, dan membangun massa otot. Selain itu, dengan latihan

kekuatan, akan terjadi peningkatan pada massa otot dimana peningkatan massa otot

ini disertai dengan peningkatan pada kebutuhan kalori. Kebutuhan kalori yang lebih

tinggi akan meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan intake zat gizi yang lebih

optimal. 3

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang kami lakukan, kami temukan hasil

bahwa tingkat aktivitas fisik lansia yang kami lihat berdasarkan kebiasaan mengikuti

senam, 14 dari 15 lansia yang menjadi responden kami, menyatakan tidak pernah

mengikuti kegaiatan senam bersama. Hal ini perlu mendapatkan intervensi karena

17

Page 18: Kelompok 1_GDK 3.doc

dengan mengikuti kegiatan senam bersama merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan lansia untuk meningkatkan aktivitas fisiknya. Namun, pada kenyataannya

14 dari 15 responden kamu justru tidak mengikuti kegiatan senam bersama ini.

Dengan demikian, intervensi perlu dilakukan agar lansia dapat mengerti tentang

pentingnya melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang cukup dan sesuai dengan

pedoman yang ada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh mereka agar tetap

dalam kondisi yang optimal dan mendukung fungsi tubuh yang lainnya.

1.3.4 Overweight dan Obesitas

Overweight adalah kondisi dimana berat badan melebihi standar dari berat badan

yang telah ditetapkan, dan biasanya overweight juga mengaitkan antara berat badan

dengan tinggi badan. Pada orang dewasa overweight adalah jika berat badan dibagi

tinggi badan kuadrat 23-25 kg/m2. Sedangkan obesitas merupakan kondisi kelebihan

jaringan adipose atau lemak tubuh atau dapat dikatakan bahwa proporsi berat badan

yang tersusun atas jaringan adipose (persen lemak tubuh) melebihi batas yang

dianggap aman atau sehat. Laki – laki dewasa dianggap obesitas jika persen lemak

tubuh mereka ≥ 25% dan wanita dewasa dianggap obesitas jika persen lemak tubuh

mereka ≥ 33%. Obesitas juga dapat ditentukan melalui indeks massa tubuh mereka,

yaitu dengan membagi berat badan per tinggi badan kuadrat. Menurut indeks massa

tubuhnya, dewasa dianggap obesitas jika lebih dari 25 kg/m2. Pada lansia, indeks

massa tubuh saja bukan indikator yang cukup kuat untuk menentukan kelebihan

lemak tubuh yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas.

1.4 Kerangka Sebab Akibat

Dari analisis masalah tersebut terdapat 2 kerangka sebab akibat pada kasus lansia yaitu

hipertensi dan ketidakcukupan asupan oral.

18

HIPERTENSI

Akivitas fisik yang kurang

Usia

Obesitas / overweight

Page 19: Kelompok 1_GDK 3.doc

Gambar 1. Kerangka Sebab Akibat Hipertensi

Gambar 2. Kerangka Sebab Akibat Ketidakcukupan Asupan Oral

Dari kerangka sebab akibat diatas dapat dijelaskan bahwa para lansia di Kelurahan

Poncowolo Timur sebagian besar mengalami hipertensi atau darah tinggi yang

diakibatkan oleh faktor usia, aktifitas fisik yang kurang serta obesitas atau overweight.

Bahkan sebagian besar lansia mengalami penurunan sistem syaraf dan fisiologis tubuh

yang juga diakibatkan oleh faktor usia serta asupan makanan harian yang masih kurang

dari kebutuhan hariannya.

1.5 Pemecahan Masalah

Secara garis besar pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

pengobatan dengan obat medis (farmakologi) dan non obat (non-farmakologi). Selain itu,

pada keadaan saat obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non-farmakologi dapat

19

Ketidakcukupan Asupan Oral : Energi Karbohidrat Protein Lemak Kalsium Besi Serat Natrium Vitamin A

Peneurunan sistem persyarafan Perubahan fisiologi

Page 20: Kelompok 1_GDK 3.doc

digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik,

dimana pengobatan secara non farmakologi dapat dilakukan dengan cara: mengatasi

obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan, mengontrol pola makan, mengurangi

asupan garam ke dalam tubuh, meningkatkan konsumsi potasium dan magnesium ke

dalam tubuh, makan makanan jenis padi-padian, menciptakan keadaan rileks,

meningkatkan aktifitas, menyertakan bantuan dari kelompok pendukung, berhenti

merokok dan mengurangi konsumsi alkohol berlebihan, dan melakukan aktifitas fisik

berupa olahraga seperti senam, selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.6 WHO,

ACSM, The National Heart Foundation Joint National Committee on Detection,

Evaluation, and Treatment of high Blood Pressure sangat menganjurkan untuk

meningkatkan aktifitas fisik sebagai intervensi pertama dalam upaya pencegahan dan

pengobatan hipertensi.5

1. Senam Sehat Lansia (Speed Your Move, Health your Body!)

Berdasarkan penelitian tentang senam lansia yang dilakukan oleh Sasliza (2012)

menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan tekanan darah lebih tinggi pada lanjut

usia yang tidak mengikuti senam lansia dibandingkan dengan lanjut usia yang

mengikuti senam lansia yang dilakukan 30 – 45 menit sebanyak 3 kali seminggu.

Untuk itu perlu adanya dilaksanakan senam lansia sebagai intervensi dalam upaya

pencegahan dan pengobatan hipertensi. Kegiatan senam lansia dilakukan agar setiap

lansia bisa melakukan aktivitas fisik yang lebih dari biasanya.6

Tujuan :

Meningkatkan aktivitas fisik

Mengurangi resiko obesitas dan hipertensi

Sasaran :

Semua lansia di kelurahan poncowolo

Waktu :

Pukul 07.00 – 07.30

Setiap hari sabtu dan minggu

Metode :

Senam dilakukan setiap hari sabtu dan minggu pagi di sekitaran taman

20

Page 21: Kelompok 1_GDK 3.doc

Senam akan dipimpin oleh instruktur senam

Senam diikuti oleh seluruh lansia di kelurahan poncowolo

2. Yuk Jalan Pagi (Let’s be the Active One)

Berjalan yang merupakan salah satu jenis latihan aerobic, yang dapat meningkatkan

kadar HDL dan menurunkan kadar LDL sehingga akan meningkatkan cardiac out

put sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan efisien. Berdasarkan hasil

penelitian Khomarun (2013) terdapat pengaruh yang signifikan dalam perubahan

penurunan tekanan darah sistolik pada responden setelah dilakukan intervensi

sebanyak 40 kali dalam waktu 8 minggu. Kegiatan jalan pagi perlu dilakukan untuk

meningkatkan aktivitas fisik lansia dalam melakukan pencegahan dan pengobatan

hipertensi.4

Tujuan :

Meningkatkan aktivitas fisik

Mengurangi resiko obesitas dan hipertensi

Sasaran :

Semua lansia di kelurahan poncowolo

Waktu :

Pukul 07.00 – 07.30

Setiap hari selasa, rabu, dan kamis

Metode :

Jalan pagi dilakukan setiap hari selasa, rabu, dan kamis pagi di sekitar

daerah poncowolo

Jalan pagi akan dipimpin oleh kader posyandu lansia

Jalan pagidiikuti oleh seluruh lansia di kelurahan poncowolo

3. Edukasi dan Konseling gizi Berbasis Komunitas terhadap Self Management

Program edukasi berbasis komunitas merupakan program yang dirancang untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai kekuatan

untuk membangun dirinya sendiri melalui interaksi dengan lingkungan. Edukasi dan

konseling gizi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kepada seluruh lanisa,

anggota keluarga termasuk tokoh masyarakat sekitar. Kegiatan ini berisi tentang

21

Page 22: Kelompok 1_GDK 3.doc

pemaparan mengenai hipertensi dan gizi seimbang. Menurut McCulloch (2010), self-

management pada penderita hipertensi terdiri dari monitoring tekanan darah,

mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan dan mengurangi konsumsi alkohol.5

Tujuan :

Agar seluruh lansia dapat menerapkan hidup sehat

Agar keluarga memberikan dukungan kepada lansia untuk tetap hidup sehat

Agar dapat mengurangi angka hipertensi

Sasaran : Seluruh lansia beserta keluarga dan tokoh masyarakat sekitar

Waktu : Setiap bulan pada minggu pertama posyandu lansia

Metode :

Edukasi yang dilakukan oleh kader kesehatan

Konseling dilakukan oleh ahli gizi

Adanya food modeling makanan-makanan sehat

4. Pemberian Rekomendasi Menu yang tepat pada Lansia

• Kebutuhan energi pada lansia wanita mengalami penurunan usia 54-64 th 1750 kkal, usia

>65 th 1600 kkal, banyak sekali lansia yang kami analisis mengalami kekurangan energi

dan kandungan zat gizi. Berikut contoh menu yang dapat diterpkan untuk Lansia.

• Rekomendasi Menu

Menu Jumlah E P L KH SeratVit. A

Vit. C

Na Kal Besi

G kcal g g g g µg mg mg mg mgMakan Pagi

nasi tim 100 117,1 2,2 0,2 25,7 0,3 0 0 0 3 0,2sayur bayam jagung 75 27,8 1,2 0,4 6,2 1 126 3 14,3 21 0,7

semur tahu 100 137 13,7 4,5 10,6 0,4 0 0 26 34 2,4jus jeruk pepaya 200 101,8 0,4 0 26 1,2 68 36 2 16 0

Makan Siang nasi putih kukus 100 130 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 3 0,2sayur sop ayam 75 54 4,4 2,8 2,6 0,5 174 3 17,3 10,5 0,4

ikan kakap 75 62,9 13,7 0,5 0 0 8,3 0,8 46,5 8,3 0,3pepes jamur 100 27 2,2 0,5 5,1 2,2 0 4 2 6 1,7

lodeh tahu and tempe 75 62,2 3,7 4,2 3,6 1,1 8,3 2,3 4,5 30 1,4biscuits, sweet, 75 358,5 3,8 15,8 50,9 0,4 20,3 0 267,8 15,8 0,5

22

Page 23: Kelompok 1_GDK 3.doc

cookiesjus mannga 150 82,5 0,2 0,2 21,3 0,8 150 13,5 1,5 4,5 0

Makan Malamnasi putih 100 130 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 3 0,2

sayur sop ayam 75 54 4,4 2,8 2,6 0,5 174 3 17,3 10,5 0,4pepes jamur 100 27 2,2 0,5 5,1 2,2 0 4 2 6 1,7ikan kakap 75 62,9 13,7 0,5 0 0 8,3 0,8 46,5 8,3 0,3susu segar 200 131,9 6,4 7,8 9,6 0 110 2 110 230 0,2Jumlah 1566,6 76,9 41,2 226,5 11,2 847 72,3 557,5 257 10,6

Monitoring dan Evaluasi

Intervensi Monitoring EvaluasiSenam sehat Lansia

Lansia rutin mengikuti senam sehat.

Memantau berat badan dan tekanan darah lansia.

Tercapainya aktivitas fisik yang baik pada lansia

Tercapainya berat badan dan tekanan darah yang normal pada lansia

Berkurangnya gejala hipertensi

Yuk Jalan Pagi Lansia rutin mengikuti senam sehat.

Memantau berat badan dan tekanan darah lansia.

Tercapainya aktivitas fisik yang baik pada lansia

Tercapainya berat badan dan tekanan darah yang normal pada lansia

Berkurangnya gejala hipertensi

Edukasi dan Konseling gizi Berbasis Komunitas terhadap Self Management

Melihat kemajuan dari pengetahuan pasien dan keluarga mengenai perawatan penyakit hipertensi

Terjadinya perubahan perilaku pasien dan keluarga terkait hipertensi

Terjadinya perubahan

23

Page 24: Kelompok 1_GDK 3.doc

Melihat perubahan perilaku pasien dan keluarga mengenai pola makan yang seimbang pada penyakit hipertensi

perilaku pasien dan keluarga terkait pengetahuan dan pola makan yang seimbang

Pemberian Rekomendasi Menu

Melihat pola makan lansia apakah sudah sesuai dengan rekomendasi menu

Terjadinya perubahan Pola makan Lansia semakin membaik sesuai dengan kebutuhan energinya dan zat gizi lainnya

1.6 Dokumentasi

24

Page 25: Kelompok 1_GDK 3.doc

25

Page 26: Kelompok 1_GDK 3.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. L.K athleeMn ahanM, S,R D,C DE, SylviaE scott StumMpA, ,R DL, DN. Krause's Food

& Nutrition Therapy International Edition. Edisi 12. 2008. Canada : Saunders imprint of

Elsevier Inc.

2. M. Nelms, et al . NutritionTherapy and Pathophysiology 2nd ed.2010. Cengage : BBS

3. Khomarun, E. S. (2013). Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Pagi terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi Stadium I di Posyandu Lansia Desa

Makam Haji. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan

4. Rina Saraswati, H. R. (2015). Pengaruh Program Edukasi Berbasis Komunitas terhadap

Self-Management Lansia Hipertensi di Puskesmas GOMBONG 2 Kebumen. pustaka

unpad , 4-5.

5. WATI, S. (2012). Perbedaan Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensiusia

Pertengahan yang Melakukan Senam Lansia dengan yang Tidak Melakukan Senam

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pakan. repository unand .

26