Upload
zackdanielz
View
136
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Filsafat pancasila merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia
yang dipercaya dan diyaki oleh bangsa Indonesia sebagai nilai-nilai,
norma-norma yang paling benar, paling adil, dan paling sesuai dengan
karakter bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung pada pancasila telah
ada sebelum terbentuknya bangsa Indonesia, hanya saja resmi lahir pada 1
Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD
1945. Filsafat Pancasila di dalam mengadakan pemikiran tidak hanya
bertujuan untuk mencari kebenaran dan kebijaksanaan tetapi juga sebagai
pedoman hidup sehari-hari agar dapat mencapai kebahagiaan lahir dan
batin.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat
Indonesia, terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir
Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12
tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan
yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila kembali diuji ketahanannya, disadari atau tidak, baik oleh
penguasa ORLA, ORBA maupun Orde Reformasi, Pancasila hanya sebagai
simbol negara, kurang dimengerti, dihayati dan diamalkan sehingga sampai
saat ini cita-cita bangsa Indonesia belum tercapai. Oleh sebab itu Pancasila
sebagai dasar falsafah negara Indonesia harus diketahui oleh seluruh warga
negara Indonesia. Setiap warga negara harus memahami serta menjiwai
nilai-nilai yang terkandung pada sila-sila Pancasila untuk mencapai
kehidupan yang harmonis dan sejahtera serta memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.
2
1.2 Rumusan masalah
Beberapa rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian Pancasila sebagai sistem filsafat?
2. Apa inti sila pertama Pancasila?
3. Apa inti sila kedua Pancasila?
4. Apa inti sila ketiga Pancasila?
5. Apa inti sila keempat Pancasila?
6. Apa inti sila kelima Pancasila?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian Pancasila sebagai sistem filsafat.
2. Mengetahui inti sila pertama Pancasila.
3. Mengetahui inti sila kedua Pancasila.
4. Mengetahui inti sila ketiga Pancasila.
5. Mengetahui inti sila keempat Pancasila.
6. Mengetahui inti sila kelima Pancasila.
1.4 Manfaat
Beberapa manfaat makalah ini bagi pembaca diantaranya adalah
mengetahui inti kelima Sila Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung pada
setiap Sila Pancasila, sehingga pembaca dapat menjiwai Pancasila dan
menerapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN UMUM FILSAFAT PANCASILA
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ‘Philos’ dan
‘Sophos’, menjadi ‘philosophia’. Philos berarti cinta atau teman, shopos
berarti bijaksana. Jadi philosophia atau filsafat berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau pengetahuan. Seseorang ahli pikir disebut filosof, kata
ini dipakai oleh Henkleitos.
Pengetahuan bijaksana memberi kebenaran, orang, yang mencintai
pengetahuan bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah orang yang
mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik
dari pada filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari
kebenaran kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir
sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya)
disebut filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-
dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atau setidak-
tidaknya mendekati kesempurnaan. Filosof ulung Prof. DR. M. J
Langeveld dalam bukunya (menuju kepemikiran filsafat), berpendapat
bahwa kita memasuki filsafat manakala kita memikirkan pernyataan
apapun juga secara radikal, yakni dari dasar sampai kepada
konsekuensinya yang terakhir dan secara sistematis, yakni dalam
penuturan yang logis dalam urutan dan saling hubungan yang bertanggung
jawab. Apa yang terbentuk dalam keseluruhan penuturan dan uraian
disebut filsafat. Filsafat terbentuk karena berfilsafat. Dapat disimpulakan
bahwa berfilsafat adalah mencari kebenaran, dari kebenaran tentang
sesuatu yang dipermasalahkan dengan berpikir secara sistematis radikal
dan universal.
4
Dan filsafat adalah system kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipersoalkan sebagai hasil dari pada berpikir secara radikal, sistematis, dan
universal. Professor Langeveld membedakan antara filosof dan ahli
filsafat. Filosof adalah orang yang menghasilkan atau menciptakan karya
filsafat, dapat bicara tentang filsafat, membahas dan mengajarkan filsafat
(sarjana Filsafat) tetapi tidak menciptakan karya filsafat.
1. PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA
Filsafat pancasila adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-
dalamnya dari Bangsa Indonesia yang oleh Bangsa Indonesia yang
dianggap, dipercaya dan diyakini sebagaisesuatu (kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling
baik dan paling sesuai bagi Bangsa Indonesia.
Kalau dibedakan antara filsafat yang religius dan non-religius, maka
filsafat Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat
Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya
kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran
religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia,
termasuk kemampuan berpikirnya.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti
praktis, filsafat Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa
filsafat Pancasila didalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya,
tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar
untuk memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya,
tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila
tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan
hidup, filsafta hidup, way of life, Weltanschaung dan sebagainya); agar
hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia maupun
akhirat.
5
2. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAM PANCASILA
1. Pengertian nilai
Nilai dalam bahasa Inggris disebut “value” adalah termasuk
pengertian filsafat.
Sesuatu dikat kan bernilai apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai
kebenaran) inilah nilai sintesis, baik (nilai moral/etis), religius (nilai
agama).
Prof. DR. Drs. Notonagoro, S.H membagi nilai menjadi tiga, yaitu:
a) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur
jasmani manusia.
b) Nilai vital, yaitu segla sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kagiatan/aktivitas.
c) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia.
Nilai kerohanian ini dpat dibedakan atas 4 macam, yaitu:
(1) Nilai kebenaran/kenyataan-kenyataan yang bersumber
kepada unsur akal manusia (ratio, budi, cipta).
(2) Nilai keindahan yang bersumber pada rasa manusia
(perasaan, estetis).
(3) Nilai kebaikan atau moral, yang bersumber pada
kehendak/kemuan manusia (karsa, etis).
(4) Nilai religius yang merupakan nulai Ketuhanan, nilai
kerohanian yang tertinggi dan mutlak.
Nilai-nilai yang bersumber pada kepercayaan/keyakinan menusia
yang mempunyai nilai yang no-material (spiritual). Nilai meterial
relatif dapat diukur dengan mudah melalui alat-alat pengukur.
Sedangkan nilai rohaniah tidak dapat diukur dengan budi murni
manusia dan karenanya lebih sulit (nilai spiritual). Dalam
hubungannya dengan filsafat, niali merupakan slah satu hasil
6
pemikiran filsafat yang oleh pemikirnya dianggap sebagai hasil
maksimal yang paling benar, bijaksana dan baik. Bagi manusia nilai
dijadikan alasan atau motivasi dalam segala perbuatannya. Dalam
bidang pelaksanaannya, nilai iyu dijabarkan dalam bentuk
kaidah/norma/ukuran (normatif) sehingga merupakan satu
perintah/keharusan atau merupakan larangan atau tidak diinginkan
(celaan).
2. Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat
Memahami implementasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat
adalah penting dilakukan agar setiap warna negara dalam berpikir, dan
bertindak berdasarkan etika yang bersumber dari Pancasila. Pancasila
bagi bangsa Indonesia merupakan pandangan hidup dan dasar negara.
Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai arti setiap warga
negara dalam bertindak sehari-hari menggunakan Pancasila sebagai
petunjuk hidup dalam usaha mencapai daya saing bangsa,
kesejahteraan dan keadilan, baik lahir maupun batin. Pemahaman
implementasi Pancasila diharapkan akan adanya kehidupan yang
serasi dan harmonis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dibawah ini menjelaskan beberapa penulisan implementasi Pancasila
sebagai pandangan hidup dan dasar negara yang bisa dijadikan
pedoman dalam berkehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2.2 Inti isi sila pertama Pancasila
Sila Ketuhanan yang Maha Esa mengandung nilai bahwa negara yang
didirikan sebagai tujuan manusia serta sebagai makhluk Tuhan yang Maha
Esa. Oleh karena itu, segala yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintahan negara, hukum, dan
peraturan perundang-undangan negara, kebebasan hak asasi warga negara
harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa.
7
Dalam sila I : Ketuhanan Yang Maha Esa, terkandung nilai-nilai
a. Kenyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan sifa-sifatnya
yang Maha Sempurna, yakni Maha Kasih, Maha Kuasa, Maha Adil,
Maha Bijaksana dan lian-lain sifat yang suci.
b. Ketakwaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa, yakni
menjalankan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.
c. Nialai-nilai I ini meliputi dan menjiwai sila-sila II, III, IV, V.
Implementasi Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini menghendaki setiap warga negara
untuk menjunjung tinggi agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Setip warga negara diharapkan mempunyai keyakinan akan
Tuhan yang menciptakan manusian dan serta isinya. Keyakinan akan
Tuhan bisa diwujudkan dengan memeluk agama serta kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dlam rangka menjalankan kahidupan beragama
dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, terdapat beberapa
pedoman yang dapat dilakukan oleh warga negara, yaitu:
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradap.
Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing; Pengertian percaya adalah setiap setiap warga negara
menerima sesuatu yang berasal dari Tuhan sebagai kebenaran dan
menganutnya. Sedangkan pengertian takwa adalah adanya kepatuhan
setiap pemeluk agama dengan adanya kesadaran dan iman untuk
melaksanakan segala perintah Tuhan dan menjauhkan semua
laranganNya.
8
Pemahaman percaya dan bertakwa ini berimplikasi bahwa setiap
pemeluk agama dan kepercayaan harus memahami ajaran agama dan
melaksanakan dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman agama dapat dilaksanakan dengan memberikan
pendidikan, serta kemauan belajar tentang agama, tentang apa yang
ahrus dijalankan dan apa yang dilarang oleh Tuhan. Oleh sebab itu,
segala macam bentuk amal perbuatan atas dasar keyakinan agama,
harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan proses pembelajaran.
Bentuk-bentuk amalan dan perbuatan dengan dasar keyakinan agama
tanpa didasari ilmu dan pemicu belajar dari setiap individu akan
menyebabkan kekurangyakinan akan ketuhanan dan bisa terjadi
kesalahan dalam menjalankan perintah Tuhan.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama anatara pemeluk agama dan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehinggan terbina
kerukunan hidup.
Pancasila, sesuai dengan butir ke-2, sila pertama menghendaki adanya
kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan untuk mencapai
kerukunan hidup umat bersama. Bekerja sama diartikan bahwa setiap
pemeluk agama melakukan pekerjaan secara bersama-sama menurut
kesepakatan sehingga terjadi parsatuan dalam suatu wilayah. Seperti
diketahui bahwa agama dan kepercayaan setiap warga negara adalah
berbeda, namun demikian setiap warga negara diharapkan dapat
bekerja sama untuk urusan sosial dan kemsyarakatan sehingga tercipta
kerukunan antarumat beragama. Setiap individu masyarakat tetap
menjalankan ibadah sesaui agamanya, dan didalam masyarakat yang
berbeda-beda agama dan kepercayaan, pemeluk Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan teteap
menjalankan agama dan kepercayaannya, dan dimasyarakat dapat
membuat kesepakatan untuk bekerja sama dalam berbagai hal seperti
penanggulangan kemiskinan dan peningkatan perekonomian,
9
pengamanan lingkungan, perbaikan saran dan prasarana, peningkatan
kesehatan, olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.
c. Saling menghormati dan kebebasan menjalankan iabdah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
Setiap pemeluk agama dan kepercayaan dapat menjalankan iabdah
sesuai dengan agamanya dengan perasaan bebas, aman, dan nyaman.
Penganut agama Islam dapat beribadah di masjid, umat Kristen dan
Katolik beribadah di gereja, umat Budha di wihara, umat hindu di
pura, umat Kong Hu Cu di klenteng, dan bermacam bentuk tempat
ibadah lain. Setiap warga negara harus bekerja sama agar setiap
pemeluk agama dapat beribadah sesuai dengan agamanya. Setiap
warga negara tidak boleh menghalangi, mengganggu, bahkan
menghancurkan peribadatan agama lain. Oleh sebab itu, setiap warga
negara dapat bermusyawarah dan bekerja sama untuk menentukan
tempat-tempat ibadah yang sesuai dengan kabutuhan dan fungsinya,
tidak berlebihan dan tidak memaksakan antar satu agama dengan
agama lain. Seyogyanya ibadah agama dilaksanakan di tempat
peribadatan yang sudah ditemukan dan layak dengan prinsip tidak
mengganggu ketentraman masyarakat.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain
Ketakwaan mengharuskan penerimaan kebenaran Tuhan kepada umat
manusia sesuai agama dan kepercayaannya. Dalam masyarakat
dengan jumlah agama dan kepercayaan lebih dari satu, tidak boleh ada
pemaksaan agama dari satu agama ke agama lain dengan cara apa pun.
Kegiatan dakwah dan penyebaran agama tidak boleh ditujukan kepada
orang yang sudah beragama dan percaya kepada Tuhan. Oleh sebab
ini toleransi beragama harus dikembangkan sejak dini. Keyakinan
bahwa “agamaku adalah agamaku, dan agamamu adalah agamamu”
harus ditekankan kepada setiap warga negara.
10
2.3 Inti isi sila kedua Pancasila
Dalam sila II : Kemanusiaan yang adil dan beradab, terkandung nilai-nilai
kemanusiaan antara lain
a. Pengakuan terhadap aadanya martabat manusia.
b. Perlakuannya yang adil terhadap sesama manusia.
c. Pengertian manusia yang beradap yang memiliki daya cipta, rasa,
karsa dan keyakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia
dan hewan.
d. Dalam sila II diliputi dan dijiwai sila I, meliputi dan menjiwai sila III,
IV, V.
Implementasi Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua Pancasila ini mengandung makna warga negara Indonesia
mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia
memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih tinggi dan harus
dipertahankan dengan kahidupan yang layak), memperlakukan sesama
manusia secara adil (adil dalam pengertian tidak berat sebelah, jujur, tidak
berpihak dan memperlakukan orang secara sama) dan beradap (beradap
dalam arti mengetahui tata karma, sopan santun dalam kehidupan dan
pergaulan) dimana manusia memiliki daya cipta, rasa, niat, dan keinginan
sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan. Jadi sila
kedua ini menghendaki warga negara untuk menghormati kedudukan
setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap
manusia berhak mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur
serta menggunakan norma sopan santun dalam pergaulan sesama manusia.
Butir-butir implementasi sila kedua adalah sebagai berikut:
a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia. Butir ini menghendaki bahwa
setiap manusia mempunyai martabat, sehingga tidak boleh
melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk
11
hidup secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik (harta,
sifat, dan karakter) orang lain serta menjalankan kewajiban atau
sesuatu yang harus dilakukan sesama manusia yaitu menghormati hak
manusia lain seperti hak hidup, rasa aman, dan hidup layak.
b. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya
suatu keinginan yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa
untuk memiliki dan kalau perlu berkorban untuk mempertahankannya.
Oleh sebab itu, terhadap sesama manusia yang berbeda baik agama,
suku, pendidikan, ekonomi, politik, sebaran geografi seperti kota dan
desa, dan lain-lain, sebagai manusia Indonesia kita harus tetap
memiliki keinginan untuk mencintai sesama manusia (yaitu rasa
memiliki dan kemauan berkorban untuk sesama manusia) sehingga
tercipta hidup rukun, damai dan sejahtera.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Tenggang rasa menghendaki
adanya usaha dan kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk
menghargai dan menghormati perasaan orang lain. Oleh sebab itu,
butir ini menghendaki setiap manusia Indonesia untuk saling
menghormati perasaan satu sama lain dengan menjaga keseimbangan
hak dan kewajiban. seb gai contoh selalu memberikan kritik yang
membangun dengan cara yang santun dan berfokus pada
permasalahan alih-alih kepada individu.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti
sewenang-wenang, berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab
itu, butir ini menghendaki perilaku setiap manusia terhadap orang
tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung hak dan kewajiban.
Manusia karena kemampuan dan usahanya sehingga mempunyai
kelebihan dibandingkan yang lain baik dalam hal kekuasaan , ekonomi
atau kekayaan dan status sosial tidak boleh semena-mena bertindak
sesukanya karena setiap manusia pada dasarnya mempunyai martabat
dan berhak hidup yang layak dan terhormat.
12
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Setiap warga negara Indonesia
berhak menjunjung tinggi dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan
dengan baik seperti; (1) mengakui adanya masyarakat yang bersifat
majemuk (berbeda suku, agama, kekayaan, kepandaian, dan lain-lain)
dan saling menghargai adanya perbedaan tersebut, (2) melakukan
musyawarah dengan dasar kesadaran dan kedewasaan untuk
menerima kompromi, (3) melakukan sesuatu dengan pertimbangan
moral dan ketentuan agama, (4) melakukan perbuatan dengan jujur
dan kompetisi yang sehat, (5) memerhatikan kehidupan yang layak
antarsesama, dan (6) melkukan kerjasama dengan itikad baik dan tidak
curang.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan diartikan maka sekali
melakukan kegiatan kemanusiaan sehingga setiap manusia dapat
hidup layak, beban, dan aman. Kegiatan kemanusiaan yang dapat
dilakukan seperti donor darah, memberikan santunan anak yatim dan
orang tidak mampu memberikan bantuan untuk bencana alam atau
memberikan bantuan hukum bagi yang membutuhkan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan. Butir ini menghendaki
setiap manusia Indonesia untuk mempunyai hati yang mantap (tidak
ragu-ragu dan percaya diri dalam menegakkan kehendak kebenaran
dan keadilan). Kebenaran adalah sesuatu yang bersumber dari
ketentuan hukum yang berlaku, dan keadilan merujuk pada perlakuan
yang sama terhadap warga negara. Oleh sebab itu, sesuatu yang
melawan hukum dan tindakan yang diskriminasi harus ditentang oleh
setiap warga negara. Contoh perbuatan membawa hukum adalah
korupsi, nepotisme, mencuri, menggunakan narkoba, dan seterusnya.
Contoh tindakan diskriminatif adalah mengutamakan suka dan agama
tertentu, menghambat pelayanan administrasi misalnya pengurusan
KTP untuk warga tertentu dan lain-lain.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap saling menghormati dengan
13
bangsa lain. Butir ini menghendaki bahwa sesama negara, sama
halnya dengan sesama manusia harus saling menghormati. Sikap
menhormati ini dapat dilakukan dengan menghormati kedaulatan
suatu bangsa dan menjalin kerja sama yang saling menguntungkan.
2.4 Inti isi sila ketiga Pancasila
Dalam sila III : Persatuan Indonesia, terkandung nilai-nilai persatuan
bangsa antara lain
a. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.
b. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia.
c. Pengakuan terhadap “Ke-Bhineka Tunggal Ika-an” suku bangsa (etis)
dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang
memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa.
d. Nilai sila III ini diliputi dan dijiwai sila-sila I dan II, meliputi dan
menjiwai sila IV dan V.
Implementasi Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak
terpecah belah atau bersatunya bermacam-macam perbedaan suku, agama,
dan lain-lain yang berada di wilayah Indonesia. Persatuan ini terjadi
karena didorong keinginan untuk mencapai kehidupan kebahagiaan yang
bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
mewujudkan perdamaian abadi. Butir-butir implementasi sila ketiga adalah
sebagai berikut:
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Butir ini
14
menghendaki warga negara Indonesia menempatkan kepentingan
negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Oleh sebab itu,
perang antar suku dan agama tidak perlu terjadi, kita harus saling
menghormati dan bersatu demi Indonesia. Pemain politik dan
ekonomi tidak boleh mengorbankan kepentingan negara demi
kelompoknya seperti penjualan aset negara, melakukan nepotisme,
dan lain-lain sehingga negara dan masyarakat dirugikan. Oleh sebab
itu, setiap warga negara herus melakukan pengawasan yang bersifat
aktif terhadap penyelamatan kepentingan negara.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Butir ini
menghendaki setiap warga negara rela memberikan sesuatu sebagai
wujud kesetiaan kepada negara. Pengorbanan kepada negara ini dapat
dilakukan dengan menjadi militer sukarela, menjaga keamanan
lingkungan, menegakkan disiplin, dan bagi sebagian besar warga
negara dilakukan dengan bekerja keras dan taat membayar pajak
sebagai kewajiban warga negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa. Butir ini menghendaki setiap warga negara
mencintai atau adanya keinginan setiap warga negara memiliki rasa
ke-Indonesiaan. Kecintaan dan Indonesia dapat dilakukan dengan
mengagungkan nama Indonesia dalam berbagai kegiatan, seperti
olimpiade, olahraga maupun ilmu pengetahuan, meningkatkakan
kemampuan sumber daya manusia, dari melestarikan kekayaan alam
dan budaya Indonesia.
d. Bangsa sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia. Butir ini
menghendaki adanya suatu sikap yang terwujud dan tampak dari
setiap warga negara Indonesia untuk menghargai tanah air Indonesia,
mewarisi budaya bangsa, hasil karya, dan hal-hal yang menjadi milik
bangsa Indonesia. Sikap bangga ini ditunjukkan dengan berani dan
percaya diri menunjukkan identitas sebagai warga negara Indonesia
baik lewat budaya, perilaku, dan teknologi yang berkembang di
15
Indonesia, mencintai produk Indonesia adlah wujud rasa bangga
bertanah air Indonesia.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhineka Tunggal Ika. Butir ini menghendaki adanya pergaulan, dan
hubungan baik ekonomi, politik, dan budaya antarsuku, pulau dan
agama, sehingga terjalin masyarakat yang rukun, damai, dan makmur.
Kemakmuran terjadi karena pada dasarnya setiap suku, agama, dan
pulau mempunyai kekhususan yang bernilai tinggi, dan hal ini juga
bermanfaat bagi yang lain, sehingga tukar-menukar ini akan
meningkatkan nilai kesejahteraan bagi manusia.
2.5 Inti isi sila keempat Pancasila
Dalam sila IV : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan /perwakilan, terkandung nilai-nilai sebagai
berikut:
a. Kedaulatan negara adalah ditangan rakyat.
b. Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal
sehat.
c. Manusia indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat
Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
d. Musyawarah untuk munfakat dipakai dalam permusyaaratan wakil-
wakil rakyat.
e. Nila sila IV ini diliputi dan dijiwai sila I, II dan III, meliputi dan
menjiwai sila V.
Impelmentasi Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di tangan
rakyat, dan dalam melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem
16
perwakilan (rakyat memilih wakil-wakilnya melalui pemilihan umum) dan
keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan jalan musyawarah
yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih, logis, serta penuh
tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun rakyat yang diwakilinya.
Butir-butir implementasi sila keempat adalah sebagai berikut:
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Butir ini
menghendaki masyarakat harus mengawal wwakil rakyat yang dipilih
lewat pemilu agar setiap keputusan wakil rakyat mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat. Keputusan penting seperti
penjualan aset negara, perjanjian imbal dagang antar negara, impor
beras, kenaikan BBM dan listrik, dan lain-lain harus berdasarkan
kepentingan rakyat dan hukum kepentingan pejabat. Rakyat dalam hal
ini berperan aktif dalam memberikan kritik yang membangun dengan
cara santun, dan memberi sanksi setiap pelanggaran pada pemilu
selanjutnya.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Butir ini
menghendaki setiap warga negara untuk tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain, menghormati setiap perbedaan dan dengan akal
sehat melakukan kompromi demi kebaikan masyarakat dan negara.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama. Butir ini menghendaki adanya musyawarah
yaitu pembahasan secara bersama-sama atas suatu penyelesaian
masalah. Oleh sebab itu, dalam mengambil keputusan mengenai suatu
masalah harus melibatkan pihak-pihak lain yang berkepentingan dan
memecahkan secara bersama. Musyawarah dapat dilakukan dalam
pemecahan masalah di dalam keluarga, masyarakat, dan negara.
d. Musyawarah untuk mencapai munfakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan. Butir ini menghendaki agar pengambilan keputusan
secara bersama-sama didasarkan semangat kekeluargaan yaitu
hubungan kekerabatan yang sangat erat dan mendasar dimasyarakat.
17
Dengan adanya rasa kekerabatan yang erat, amak musyawarah akan
berjalan dengan baik, tidak saling menang-menangan namun semua
akan merasa menang, terakomodasi serta mementingkan kepentingan
bersama.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah. Butir ini menghendaki
setiap keputusan yang diambil dalam musyawarah untuk diterima dan
dilaksanakan dengan baik. Oleh sebab itu, sangat tidak demokratis
apabila ada yang memeluk atau merasa kalah dalam musyawarah,
kemudian tidak mau melaksanakan keputusan bersama. Penolakan
hasil pemilu atau pemilihan pemerintah daerah yang sudah dilakukan
dengan baik, juga wujud dari tidak bertanggung jawabnya sebagian
masyarakat.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur. Butir ini menghendaki prinsip musyawarah dalam
memecahkan masalah bukan menang dan kalah, serta kepentingan
golongan tetapi dengan menggunakan akal sehat, tidak mabuk dan
anarkis, sesuai dengan hati nurani. Kejujuran dari akal sehat
merupakan cermin dari sifat takwa kepada Tuhan, sehingga segala
kepentingan tidak akan bertentangan dengan hukum Tuhan dan
kemerdekaan umat manusia.
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
2.6 Inti isi sila kelima Pancasila
Dalam sila V : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, terkandung
nilai-nilai keadilan sosial sebagai berikut
a. Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau
kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia.
18
b. Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi baidang-bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan
pertahanan/keamanan nasional (poleksosbudhankamnas).
c. Cita-cita masyarakat adil dan makmur material dan spiritual yang
merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Keseimbangan natara hak dan kewajiban dan menghormati hak orang
lain.
e. Nilai-nilai sila V ini diliputi dan dijiwai sila I, II, III dan IV.
Implementasi Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini mempunyai makna bahwa seluruh rakyat Indonesia mendapatkan
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, ekonomi,kebudayaan,
dan kebutuhan spiritual rohani sehingga tercipta masyarakat yang adil dan
makmur. Butir-butir implementasi sila kelima adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dari
kegotongroyongan. Butir ini menghendaki agar setiap warga negara
berbuat baik satu sama lain. Perbuatan luhur dalam pengertian seperti
apa yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi yang dilarang. Perbuatan
baik dan luhur tersebut dilaksanakan pada setiap manusia dengan cara
saling membantu, bergotong-royong, dan merasa setiap manusia
adalah bagian keluarga yang dekat dan layak dibantu sehingga
kehidupan setiap manusia layak dan terhormat.
b. Bersikap adil. Butir ini menghendaki dalam melaksanakan kegiatan
antarmanusia untuk tidak saling pilih kasih. Pengertian adil juga
sesuai dengan kebutuhan manusia untuk hidup layak dan tidak
diskriminasi terhadap sesama manusia yang akan ditolong.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Butir ini
menghendaki bahwa manusia Indonesia jangan hanya mendahulukan
hak-haknya seperti hak hidup bebas, berserikat, perlakuan yang sama,
19
kepemilikan, dan lain-lain tetapi menjaga kewajiban secara
seimbang.kewajiban yang harus dilakukan adalah berhubungan baik
dengan sesama manusia, membantu sesama manusia, membela yang
teraniaya, memberikan nasehat yang benar dan menghormati
kebebasan beragama. Apabila kewajiban dan hak berjalan seiring
maka hidup damai dan rukun akan tercapai.
d. Menghormati hak-hak orang lain. Butir ini menghendaki setiap
sesama untuk menghormati hak orang dan memberikan peluang orang
lain dalam mencapai hak dan tidak berusaha menghalang-halangi hak
orang lain.perbuatan seperti mencuri harta orang lain, menyiksa, pelit
bersedekah, merusak tempat peribadatan agama lain adalah contoh-
contoh tidak menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. Butir ini sebenarnya
mengembangkan sikap dan budaya bangsa yang saling tolong-
menolong seperti gotong-royong dan menjauhkan diri dari sikap egois
dan individualistis. Perbuatan seperti membantu orang bisa
memperbesar jalan, memberi makan anak yatim dan orangmiskin,
membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok disembarang
tempat adalah contoh dari suka memberi pertolongan kepada orang
lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. Butir ini menghendaki
manusia Indonesia bukanlah homo hominilupus (manusia yang
membutuhkan manusia lain). Manusia Indonesia tidak boleh memeras
orang lain dan kepentingan tersendiri. Contoh perbuatan memeras ini
adalah melakukan perampokan, memberikan bunga terlalu tinggi
kepada pemimjam terutama kalangan orang kecil dan miskin, serta
tidak memberikan upah yang layak kepada pekerja terutama buruh
dan pembantu rumah tangga.
g. Tidak bersikap boros. Butir ini menghendaki manusia Indonesia tidak
memakai atau mengeluarkan uang, barang, dan sumber daya secara
berlebih-lebihan. Pemborosan akan menguras sumberdaya,
20
membutuhkan banyak uang, dan menciptakan beban berat bagi masa
depan.
h. Tidak bergaya hidup mewah. Butir ini menghendaki manusia
Indonesia untuk tidak bergaya hidup mewah tetapi secukupnya sesuai
dengan kebutuhan. Ukuran mewah memang relatif namun dapat
disejajarkan dengan tingkat kehidupan dan keadilan pada setiap strata
kebutuhan manusia. Perbuatan membuang makanan, makan
berlebihan, memakai pakaian, perumahan, dan mobil yang berlebihan
juga wujud kehidupan mewah.
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
Butir ini menghendaki warga negara Indonesia menjaga kepentingan
sarana dan prasarana umum, sehingga sarana tersebut berguna bagi
masyarakat luas. Perbuatan merusak telepon umum, rambu lalu lintas,
mencuri kabel kereta api atau berkelahi antarwarga, siswa dan
mahasiswa adalah perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j. Suka bekerja keras. Butir ini menhendaki warga negara Indonesia
untuk bekerja keras, berusaha secara maksimal dan tidak hanya pasrah
terhadap takdir. Sebagai manusia yang bertakwa terhadap Tuhan
diwajibkan berusaha dan diiringi dengan doa. Tindakan seperti suka
mencontek, meminta-minta, merupakan contoh tindakan yang tidak
suka bekerja keras.
k. Menghargai karya orang lain. Butir ini menghendaki setiap warga
negara Indonesia untuk menghargai hasil karya orang laain sebagai
bagian dari penghormatan atas hak cipta. Proses pentiptaan suatu
karya membutuhkan suatu usaha yang keras dan tekun oleh sebab itu
harus dihargai. Tindakan pembajakan program seperti VCD/DVD,
mengkopi buku atau membeli buku bajakan adalah contoh tindakan
yang tidak menghargai karya orang lain.
l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial. Butir ini menhendaki adanya usaha bersama-sama
antarwarga negara dalam mencapai masyarakat yang adil dan
21
makmur. Mengembangkan kerja sama tim, belajar organisasi
merupakan contoh dalam membangun usaha bersama. Keberhasilan
tidak dapat dicapai dengan usaha sendiri namun usaha bersama-sama
akan menjamin pencapaian keberhasilan dan memperkecil resiko
kegagalan.
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Filsafat pancasila adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-
dalamnya dari Bangsa Indonesia yang oleh Bangsa Indonesia yang
dianggap, dipercaya dan diyakini sebagaisesuatu (kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana,
paling baik dan paling sesuai bagi Bangsa Indonesia.
2. Inti Sila Ketuhanan yang Maha Esa adalah Tuhan, yaitu sebagai kausa
prima dan mengandung nilai bahwa negara yang didirikan sebagai
tujuan manusia serta sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh
karena itu, segala yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintahan negara, hukum,
dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan hak asasi warga
negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa
3. Inti Sila kedua Pancasila adalah bahwa warga negara Indonesia
mengakui adanya manusia yang bermartabat, memperlakukan sesama
manusia secara adil dan beradab, dimana manusia memiliki daya cipta,
rasa, niat, dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara
manusia dan hewan.
4. Inti Sila Persatuan Indonesia merujuk pada persatuan yang utuh dan
tidak terpecah belah atau bersatunya bermacam-macam perbedaan
suku, agama, dan lain-lain yang berada di wilayah Indonesia dan
dilukiskan dalam suatu Bhinneka Tunggal Ika
5. Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di tangan
rakyat, dan dalam melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan
sistem perwakilan (rakyat memilih wakil-wakilnya melalui pemilihan
umum) dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan jalan
23
musyawarah yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih,
logis, serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun rakyat
yang diwakilinya
6. Inti Sila kelima Pancasila ini mempunyai makna bahwa seluruh rakyat
Indonesia mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum,
politik, ekonomi,kebudayaan, dan kebutuhan spiritual rohani sehingga
tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Adil, yaitu memberi
keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
3.2 Saran
Adapun saran bagi setiap pembaca adalah seharusnya kita sebagai
warga Negara Indonesia memahami benar makna pancasila dan inti dari
setiap Sila Pancasila, tidak hanya tau tetapi juga menjiwai dan
menerapkannya dalam kehidupan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Salam, B. 1998. Filsafat Pancasilaisme. Bandung: Bina Aksara.
Srijanti., A. Rahman, H. I., dan Purawanto, S. K. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Salemba 4.
Sutrisno, S. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: ANDI.
Syam, M. N. 1999. Pancasila. Malang: Laboratorium Pancasila IKIP Malang.