Upload
amalia-octavianny
View
71
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sesak nafas tiba2
Citation preview
Skenario 3 “Sesak Nafas Tiba-tiba”
Seorang pria berusia 34 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak nafas 1 jam yang
lalu. Tidak ditemukan keluhan yang lain (batuk, demam, dll). Pasien mengeluh seperti ini 6
bulan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik tampak nafas dalam dan cepat, tampak adanya
bantuan otot-otot pernapasan. Dengan stetoskop terdapat suara wheezing.
STEP I Klarifikasi Istilah
1. Sesak Nafas : Perasaan sulit bernafas ditandai dengan nafas yang pendek dan
penggunaan otot bantu pernapasan
2. Wheezing : Bunyi musical kontinu yang terdengar paling sering pada saat ekspirasi
3. Demam : Suhu badan diatas 37,40 C
4. Pemeriksaan Fisik : Sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien
untuk menemukan tanda klinis penyakit
STEP II Merumuskan Masalah
1. Apa Penyebab Sesak Nafas pada kasus di atas?
2. Apa tanda-tanda dari sesak nafas di atas?
3. Apa saja macam-macam sesak nafas?
4. Bagaimana cara mendiagnosis sesak nafas?
5. Bagaimana Penanganannya?
STEP III Klarifikasi Masalah
1. Apa Penyebab Sesak Nafas pada kasus di atas?
Jawab : Penyebabnya ada 2 yaitu faktor interna dan eksterna
Penyebab dari faktor interna:
a. Sesak nafas keturunan, yang memang dari ayah/ibunya sudah memiliki
1
riwayat sesak nafas dari dulu.
b. Kurangnya asupan cairan, lendir pada paru-paru dan saluran nafas
mengental. Kondisi ini menjadi situasi menyenangkan bagi mikroba untuk
berkembang biak.
c. Masalah pada susunan tulang, Otot tegang pada punggung bagian atas akan
menghambat sensor syaraf dan bioenergi dari dan menuju paru-paru.
Penyebab dari faktor eksterna:
a. Faktor Lingkungan, Udara dingin dan lembab dapat menyebabkan sesak
nafas. Bekerja dilingkungan berdebu/asap dapat memicu sesak nafas
berkepanjangan.
b. Ketidakstabilan emosi, orang gelisah, depresi, ketakutan cenderung untuk
sering menahan nafas. Kebiasaan ini berpengaruh terhadap produksi
kelenjar adrenal dan hormon.
2. Apa tanda-tanda dari sesak nafas di atas?
Jawab : Tanda-tanda dilihat dari dua segi secara objetkif dan subjektif
Tanda-tanda secara objektif :
a. Sesak nafas yang berat dengan ekspirasi disertai wheezing
b. Frekuensi pernapasan meningkat,
-Bayi lahir 40-60 kali/menit
-1-11 bulan 30 kali/menit
-2 tahun 25 kali/menit
-14-18 tahun 16-18 kali/menit
-Dewasa 12-20 kali/menit
c. Bernafas dengan menggunakan otot-otot bantuan
2
d. Sianosis pada bibi dan jari
e. Dapat disertai batuk dan demam
Tanda-tanda secara subjektif:
a. Pasien merasa sukar bernafas dan serasa sesak pada bagian dada
3. Apa saja macam-macam sesak nafas?
Jawab :
1. Dyspnea (Sesak Nafas) akut denfan awal yang tiba-tiba merupakan
penyebab umum kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut
diantaranya penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau
trauma dada.
2. Dyspnea (Sesak Nafas) kronis
Dyspnea (Sesak Nafas) kronis (menahun) dapat disebabkan olehpenyakit asma,
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor,
kelainan pita suara.
4. Bagaimana cara mendiagnosis sesak nafas?
Jawab : Diagnosis pada asma dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi thorax, apakah terdapat wheezing atau stridor, terlihat pernafasan
cuping hidung tidak
b. Inspeksi pola pernafasan, Pola nafasnya bagaimana, takipnea, kussmaul,
atau bradipnea
c. Palpasi thorax, adakah nyeri pada saat ditekan
d. Palpasi paru-paru, Pergerakkan pernafasan bagaimana, stem fremitas
kanan=kiri atau tidak
e. Perkusi paru-paru, hipersonor, sonor (isi udara) atau pekak (isi padat)
3
f. Auscultasi paru-paru, Suara pernafasannya vesicular tidak, terdengar suara
wheezing atau tidak
Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan spirometri merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur secara objektif kapasitas atau fungsi paru (ventilasi) pada pasien
dengan indikasi medis.
b. Foto rontgen thorax
c. Pemeriksaan radiologi, Gambaran radiologi pada asma umumnya normal.
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru
yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun.
5. Bagaimana Penanganannya?
Jawab : Untuk mengatasi sesak nafas, biasanya obat yang di berikan adalah obat-
obatan yang melebarkan saluran pernafasan yang menyempit.
a. Apabila tiba-tiba asma kambuh yang paling cepat adalah membawa ada
pergi pada lingkungan yang hijaun dan lapang
b. Minum air hangat 6-8 gelas perhari
c. Menghindari konsumsi bahan susu berlebihan
d. Perbanyak makan sup yang dibumbui bawang merah,putih, lada, dll
e. Mengelola emosi
f. Olahraga teratur
g. Minum obat pereda asma
4
STEP IV Skema/ Formulasi
5
Pria 34 (th)
Pemeriksaan Fisik
Mengeluh sesak nafas 1 jam yang lalu
WheezingNafas dalam dan cepat
Bantuan otot pernapasan
Anatomi, Fisioloigi, Histologi dan biokimia mengenai kasus diatas
Kemungkinan menderita asma
Tanda-tanda Penanganan sesak nafas
Penyebab Macam-macam
STEP V Sasaran Belajar
1. Anatomi ( Saluran Pernafasan, Vascularisasi, Inervasi)
2. Fisiologi ( Ventilasi, difusi, transportasi, spirometri)
3. Histologi (Jaringan pada saluran pernafasan)
4. Biokimia (Asam-basa, Buffer)
STEP VI Belajar Mandiri
STEP VII Hasil Diskusi
1. Anatomi
Organ Napas
6
1. Rongga hidung
Udara keluar masuk melalui rongga hidung. Rongga hidung selalu lembap karena adanya
selaput lendir. Di dalam rongga hidung juga terdapat rambut-rambut pendek dan halus.
Selaput lendir dan rambut-rambut halus ini berfungsi menyaring debu dan kotoran yang
masuk
bersama udara, melekatkan kotoran pada rambut hidung, mengatur suhu udara
pernapasan, dan mengenali adanya bau.
2. Faring / tekak
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan persimpangan antara
rongga hidung ke tenggorokan (saluran pernapasan) dan rongga mulut ke kerongkongan
(saluran pencernaan). Pada bagian belakang faring terdapat laring. Laring disebut pula
pangkal tenggorok. Pada laring terdapat pita suara dan epiglotis atau katup pangkal
tenggorokan. Pada waktu menelan makanan epiglotis menutupi laring sehingga makanan
tidak masuk ke dalam tenggorokan. Sebaliknya pada waktu bernapas epiglotis akan
membuka sehingga udara masuk ke dalam laring kemudian menuju tenggorokan.
3. Laring / tenggorokan
Merupakan bagian pangkal dari saluran pernapasan (trakea). Laring tersusu atas tulang
rawan yang berupa lempengan dan membentuk struktur jakun. Diatas laring terdapat
katup (epiglotis) yang akan menutup saat menelan. Katup berfungsi mencegah makanan
dan minuman masuk ke saluran pernapasan. Pada pangkal larink terdapat selaput suara.
Selaput suara akan bergetar jika terhembus udara dari paru-paru.
4. Trakea / batang tenggorokan
Trakea berbentuk seperti pipa dengan panjang kurang lebih 10 cm. Di paru-paru, trakea
bercabang dua membentuk bronkus. Dinding trakea terdiri atas tiga lapisan berikut.
1. Lapisan paling luar terdiri atas jaringan ikat.
2. Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan. Trakea tersusun atas
16–20 cincin tulang rawan yang berbentuk huruf C. Bagian belakang cincin tulang
7
rawan ini tidak tersambung dan menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk
mempertahankan trakea tetap terbuka.
3. Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang menghasilkan banyak
lendir. Lendir ini berfungsi menangkap debu dan mikroorganisme yang masuk saat
menghirup udara.
Selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh gerakan silia menuju
bagian belakang mulut.
Akhirnya, debu dan mikroorganisme tersebut dikeluarkan dengan cara batuk. Silia-silia
ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk bersama udara pernapasan.
5. Bronkus
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang satu menuju
paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih
panjang, sempit, dan
mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan paru-paru kanan
lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding bronkus hampir sama dengan trakea.
Perbedaannya dinding trakea lebih tebal daripada dinding bronkus. Bronkus akan
bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus
sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
6. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada, di bagian bawah berbatasan dengan diafragma,
sedangkan di depan dan di samping dibatasi oleh tulang rusuk. Diafragma adalah
pembatas antara rongga perut dengan rongga dada. Paru-paru kanan (pulmo dekster)
terdiri dari 3 lobus. Sedangkan paru-paru kiri (pulmo sinester) terdiri dari 2 lobus.
8
Paru-paru manusia terbungkus oleh dua selaput, yaitu pleura dalam (pleura visceralis)
dan pleura luar (pleura parietalis). Pleura dalam langsung menyelimuti paru-paru,
sedangkan pleura luar bersebelahan dengan tulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut
terdapat rongga tulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut terdapat rongga yang berisi
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.
Paru-paru tersusun atas bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah.
Alveolus adalah kantung udara yang terdapat pada ujung-ujung bronkiolus. Alveolus
memiliki selaput tipis dan pada permukaannya banyak terdapat muara kapiler darah, oleh
karena itu dapat berlangsung pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida secara difusi.
9
Saluran Napas
Saluran pernapasan atas : Nares Anterior → Larynx
Saluran pernapasan bawah : Trachea → Alveolus
10
11
Nares Anterior
Cavitas Nasi
Nares Posterior
Pars Nasalis Pharyngis
Pars Oralis Pharyngis
Pars Laringea Pharyngis
Larynx
Trachea
Bifurcatio Tracheae
Bronchus Principalis Sinister
Bronchus Principalis Dexter
Bronchus Lobaris Superior Dexter
Bronchus Lobaris Medius Dexter
Bronchus Lobaris Inferior Dexter
Bronchus Lobaris Superior Dexter
Bronchus Lobaris Inferior
Dexter
Bronchus Segmentalis
Bronciolus Terminalis
Otot – Otot Napas
12
Bronciolus Respiratorius
Ductus Alveolaris
Saccus Alveolaris
Alveolus
Inspirasi - Utama : Diaphragma
M. Intercostalis externus
- Bantu : M. Sternocleidomastoideus
M. Pectoralis minor
M. Levator costae
M. Serratus posterior superior
M. Scaleni
Ekspirasi - Utama : M. Intercostalis interna
- Bantu : M. Transversus Abdominis (MTA)
M. Rectus Abdominis (MRA)
M. Obliqus Abdominis Eksternus (MOAE)
M. Obliqus Abdominis Internus (MOAI)
M. Transversus Thoracis
M. Serratus posterior inferior
Otot – otot stabilisasi - Inspirasi : - M. Quadratus lumborum
- M. Scaleni
- M. Erector spinae bagian servical & thoracal
- Otot – otot perut
- M. Trapezius bagian atas
13
- M. Levator scapulae
- Ekspirasi : - M. Erector spinae
Vaskularisasi Pleura
Pleura parietal divaskularisasi oleh Aa. Intercostalis, a. mammaria interna, a.
musculophrenica. Dan vena-venanya bermuara pd system vena dinding thorax. Sedangkan
pleura visceralis nya mendapatkan vaskularisasi dr Aa. Bronchiales.
Innervasi Pleura
-Pleura parietalis pars costalis diinnervasi oleh Nn. Intercostales.
-Pleura parietalis pars mediastinalis diinnervasi oleh n. phrenicus
-Pleura parietalis pars diaphragmatica bagian perifer diinnervasi oleh Nn.
intercostales. Sedangkan bagian central oleh n. phrenicus
-Pleura visceralis diinnervasi oleh serabut afferent otonom dr plexus pulmonalis.
2. Fisiologi
A. VENTILASI
Ventilasi paru merupakan masuk dan keluarnya udara antara atmosfir dan alveoli
paru-paru, meliputi:
1. Inspirasi / Inhalasi
Merupakan suatu proses aktif yang membutuhkan energi. Udara akan mengalir
ke paru-paru ketika tekanan dari paru-paru akan lebih rendah dari pada t
Kanan atmosfer. Diaphragma akan turun dan dibantu oleh otot-otot. Misal:
M.Intercostalis externus
2. Expirasi/exhalasi
Merupakan suatu proses pasif dari sifat daya lenting paru (elastic paru). Udara
keluar dari paru-paru ketika tekanan udara di dalam paru-paru meningkat
14
dibandingkan tekanan luar, (tekanan atmosfer). Ototnya antara lain
diaphragma dan M.Intercostalis internus, serta otot-otot abdomen
Jadi ventilasi /bernapas adalah proses pemasukan dan pengeluaran udara dari
paru secara bergantian sehingga udara alveolus lama yang telah ikut serta
dalam pertukaran O2 dan CO2 dengan darah kapiler paru dapat ditukar dengan
udara atmosfer segar.
Surfaktan à campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada
bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang
disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan
cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.
B. Pertukaran Gas
Difusi gas (pertukaran gas) adalah proses transfer dimana O2 di alveoli ke peredaran
dan CO2 dari aliran darah menuju alveoli. Saat difusi terjadi pertukaran gas antara O2
dan CO2. Saat inspirasi maka O2 akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi
CO2 akan dilepaskan kapiler paru. Saat expirasi CO2 akan dilepaskan kapiler paru ke
alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena
perbedaan tekanan parsial O2 dan CO2 antara alveoli dan kapiler paru.
Difusi dipengaruhi oleh :
1. Ketebalan membran respirasi
2. Koefisien difusi
3. Luas permukaan membran respirasi
4. Perbedaan tekanan parsial
15
Tekanan parsial dalam sistem sirkulasi
1. Respirasi Internal
Merupakan difusi dari gas O2 dan CO2 diantara kapiler-kapiler dan sel
tubuh.
2. Respirasi External
Merupakan difusi dari gas O2 dan CO2 diantara alveolus dan membran
kapiler.
C. Transpor Gas
16
Setelah difusi à proses transportasi O2 ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah
& pengangkutan CO2 sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru.
a. Transportasi oksigen dalam darah
Hemoglobin adalah molekul utama yang bertanggung jawab bagi transpor
oksigen dan CO2 dalam darah.
Hb + O2 HbO2 (oksi hemoglobin)
Derajat penggabungan antara oksigen dan hemoglobin merupakan disosiasi
oksihemoglobin. Untuk melepaskan oksigen ditentukan oleh tekanan (PO2)
oksigen dalam medium yang mengelilingi hemoglobin.
b. Transpor CO2 dalam darah
Didalam plasma darah dan sel darah merah, CO2 total berada dalam bentuk
terlarut dan sebagai bikarbonat (HCO3). Hal ini karena CO2 yang terlarut
terhidrasi secara reversible (bereaksi dengan air) dalam darah membentuk
asam karbonat yang berjalan lambat tanpa adanya aktivitas katalisis, dan
enzim yang mengkatalisis yaitu karbonat anhidrase yang terdapat dalam
eritrosit. Asam karbon dengan segera berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan
ion bikarbonat. Dengan demikian, maka campuran asam karbonat dan
bikarbonat berperan sebagai sistem penyangga (buffer). Karena pengikatan
konsentrasi ion hidrogen sangat merugikan organisme, maka suatu buffer
harus tersedia untuk menghilangkan proton yang bebas.
Sehingga sistem buffer merupakan penyangga utama plasma darah.
SPIROMETRI
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi
paru pada pasien dengan indikasi medis
Tujuan:
1. Mengukur volume paru secara statis dan dinamik
2. Menilai perubahan/gangguan pada faal paru
17
a. Volume tidal à volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan
normal.
b. IRV (volume cadangan inspirasi) à volume udara yang masih bisa dihirup paru-paru
setelah inspirasi normal.
c. ERV (volume cadangan ekspirasi) à volume udara yang masih bisa diekshalasi
setelah ekspirasi normal.
d. RV (volume sisa) à volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat.
18
3. Histologi
A. CAVUM NASI
Anterior: Vestibulum nasi , Vibrissae, Kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat
Posterior: fossa nasalis à sinus paranasalis
Kulit luar: rambut-rambut halus, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
Di dinding lateral terdapat 3 tonjolan:
1. Konka nasalis superior à epitel olfaktorius:
sel olfaktorius
sel penyokong/sustentakuler
sel basal
2. Konka nasalis media à epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
3. Konka nasalis inferior à epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
B. FARING
Nasofaring
a. Terletak di bawah dasar tengkorak di atas palatum molle, diliputi oleh
epitel bertingkat torak bersilia dan bersel Goblet.
b. Di bawah membrana basalis terdapat lamina propria yg mengandung
kelenjar campur dan kaya jar ikat elastis yg bercampur lapisan otot di
bawah nya.
Orofaring
a. Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah .
b. Diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk Laringofaring
c. Terletak di belakang laring
d. Diliputi epitel yang bervariasi , sebagian besar oleh epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk.
C. LARING
Lapisan mukosa = nasofaring
19
Tulang rawan:
a. bentuk irreguler
b. dihubungkan satu sama lain oleh
i. Jaringan ikat fibrosa – elastis
ii. Beberapa otot lurik melekat pada tulang rawan tersebut.
Dinding lateral:
- Terdapat 2 pasang lipatan dan rongga diantara lipatan tersebut
- Ventrikular fold (lipatan atas) = pita suara palsu
- Vokal fold (lipatan bawah ) = pita suara asli / plica vokalis
- Epiglottis :
1 .Lipatan dinding anterior atas laring
2. Bentuk lebar, pipih, tlg rawan elastis
3. Fungsi menutup saluran laring waktu menelan.
Epitel laring
- Squamous kompleks, menghadap ke lidah
- Kolumner Pseudokompleks bersilia menghadap ke laring
Lamina propria
a. Kaya serat elastis
b. Infiltrasi limfosit
c. Dapat dijumpai kelj campur, kecuali pada vokal fold
D. TRACHEA
a. 16-20 cincin kartilago berbentuk –C
b. Posterior: oesophagus, oleh jaringan ikat dan otot
20
c. Ligamentum annulare
d. Sel-sel epitel trakhea:
a. sel goblet
b. sel sikat
c. sel basal
d. sel sekretorik bergranul
E. BRONKUS
Bronkhus ekstrapulmonal (sebelum masuk paru)
Bronkhus intrapulmonal (setelah masuk paru):
a. Mukosa berbentuk lipatan
b. Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
c. Membrana basalis lebih jelas
d. Tulang rawan tidak beraturan
e. Lamina propria:
1. jaringan ikat jarang
2. serat elastis dan muskulus polos spiral
3. noduli limfatisi
4. kelenjar bronkialis
21
F. BRONKIOLUS
Tulang rawan tidak ada
Epitel selapis torak bersilia
sel goblet (sebagian ada atau tidak ada)
Lamina propia:
a. Tipis
b. tanpa kelenjar atau noduli limfatisi
c. otot polos
d. serat elastin
G. ALVEOLUS
DUKTUS Dibentuk oleh
22
a. Sakus alveolaris
b. alveolaris
Sering dijumpai serat otot polos tertentu berkelompok di muara alveoli,
sehingga pada potongan melintang duktus alveolaris tampak adanya otot polos yang
mengelilingi lumen
Serat elastis , retikuler dan kolagen halus juga mengisi dinding duktus.
Bagian ujung duktus alveolaris mempunyai diameter lebih besar yang disebut
Atria , yaitu ruang yg menghubungkan beberapa sakus alveolaris
H. SAKUS ALVEOLUS
a. Merupakan kantong yg di bentuk oleh dua alveoli atau lebih
b. Dinding terdiri atas :
- Alveoli alveoli yang berdinding sangat tipis
- Serat elastis dan retikuler
- Serat otot polos tidak di jumpai
- Tidak dilapisi epitel kecuali alveoli-alveoli.
ALVEOULUS
Adalah gelembung gelembung udara berupa kantong kecil yang akan menjadi
dinding pembatas duktus alveolaris dan saccus alveolaris . Pada dinding alveoli terjadi
pertukaran gas. Alveoli mulai di jumpai pada dinding bronkhiolus respiratorius
sehingga bronkhiolus respiratorius, disamping sebagai penyalur (bagian konduksi)
juga termasuk bagian respiratorius. Duktus dan saccus alveolaris berdinding dari
alveoli
23
Dalam anyaman kapilar dapat di jumpai :
a. Serat serat elastis dan retikuler yang di susun sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dinding alveoli mengembang dan menciut.
b. Terdapat sedikit tropoblas
c. Histiocyte
d. Leukosit
Kadang kadang sel otot polos.
4. Biokimia
a.ASAM
suatu substansi yang mengandung satu atau lebih ion H+ yang dapat diberikan
sebagai donor proton.
Contoh :
Asam volatile : H2CO3 dapat diubah menjadi bentuk gas (CO2+H2O) dan tersekresi
melalui paru-paru
Asam non-volatil (terfiksasi) : asam sulfamat dan fosfor tidak dapat diubah menjadi
bentuk gas dan harus disekresi melalui ginjal.
b.BASA
substansi yang dapat menagkap atau bersenyawa dengan ion hydrogen sebuah
larutan sebagai akseptor proton.
Contoh :
Basa kuat, seperti NaOH terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat
dengan asam.
24
Basa lemah seperti NaHCO3 hanya sebagian yang terurai dalam larutan dan kurang
bereaksi kuat dengan asam.
c.PH
pH ini penting dalam memahami sifat dan fungsi sistem biologis
pH darah normal agak basa yaitu 7,4±0,1.
Perubahan pH darah sedikit saja à dapat menyebabkan kematian à karena itu tubuh
kita mempunyai sistem buffer/dapar agar pH darah tetap stabil.
Sistem buffer tersebut yang dinamakan sistem buffer darah.
d.Sistem Buffer Tubuh Manusia
a. Sistem buffer darah
b. Sistem buffer pernapasan
c. Sistem buffer ginjal
e.Sistem Buffer Pernafasan
Buffer system pernafasan adalah buffer HCO3- atau buffer bikarbonat.
Jika konsentrasi H+ darah meningkat, maka pH akan turun. Apabila pH turun, maka
pusat pernafasan akan dirangsang sehingga kita akan bernafas lebih dalam dengan
tujuan mengeluarkan kelebihan CO2 melalui paru-paru.
Pada keadaan perdarahan hebat, kemampuan buffer dalam darah akan berkurang, oleh
karena itu dapat diberikan suntikan bikarbonat sebagai terapinya.
f.Sistem Pernafasan Dalam Menjaga Keseimbangan Asam Basa
H3O+ + HCO3- H2CO3 + H2O
Peningkatan konsentrasi asam H+ dalam darah dapat merangsang pusat pernapasan di
medula untuk meningkatkan laju pernapasan, kemudian memfasilitasi eliminasi CO2.
Ketika pH meningkat atau basa masuk dalam plasma darah, maka akan terjadi
peningkatan HCO3-, pusat pernapasan dihambat, dan laju pernapasan menurun.
25
Jika konsentrasi OH- yang naik, maka kelebihan basa tersebut akan diikat oleh asam
karbonat H2CO3 dengan reaksi berikut:
H2CO3 + OH- HCO3- + H2O
Hal ini mengakibatkan retensi CO2, yang kemudian membentuk asam karbonat.
Regulasi ion hidrogen (H+) oleh sistem respirasi (Kinney dkk, 1993)
g. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa adalah :
Konsentrasi ion hidrogen [H+]
Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]
Konsentrasi CO
h.Keabnormalan faktor-faktor tersebut dapat menyebabkn hal berikut :
a) asidosis, bila konsentrasi H+ meningkat, maka pH turun
b) alkalosis, bila konsentrasi H+ turun, maka pH naik
c) Metabolik, bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut
d) Respiratorik, CO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut
KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
Kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH, dimana asam kuat
memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0) sedangkan untuk basa kuat memilki pH
yang sangat tinggi (>14,0).
26
a.KELAINAN
1. Asidosis Metabolik
2. Alkalosis metabolik
3. Asidosis Respiratorik
4. Alkalosis respiratorik
1.Asidosis Metabolik
Adalah penurunan primer kadar bikarbonat sehingga terjadi penurunan pH.
HCO3 di ECF =22 mEq/L dan pH =7,35. Kompensasi pernafasan segera dimulai
untuk menurunkan PaCO2 melalui hiperventilasi sehinga asidosis metabolik jarang
terjadi secara akut.
Penyebab asidosis metabolik:
a) Gagal ginjal
b) Asidosis tubulus renalis(kelainan bentuk ginjal)
c) Keto asidosis diabetikum
d) Asidosis laktat (bertambahnya asaml aktat)
e) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamidatauamoniumklorida
f) Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,
g) ileostomi atau kolostomi.
Gejala yang ditimbulkan dari asidosis ringan :
a) Mual
b) muntah dan kelelahan
c) Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat,
d) Semakin lama, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa rasa
mengantuk semakin mual dan mengalami kebingungan
Jika asidosis semakin memburuk, maka :
27
a) tekanan darah dapat turun
b) menyebabkan syok
c) koma dan kematian
Asidosis metabolik berat terjadi apabila :
- pH < 7,2
- HCO3- 7,45 dan HCO3
- > 28 mEq
2.Alkalosis metabolik
Adalah peningkatan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga terjadi peningkatan pH.
HCO3 di ECF = 2,6 mEq/l dan PH = 7,45. Kompensasi pernapasan berupa
peningkatan Pa CO2 dengan hipoventilasi ; akan tetapi tingkat hipoventilasi adalah
terbatas karena pernapasan terus berjalan karena dorongan hipoxia.
Penyebab :
1. Kehilangan H dari ECF.
Kehilangan melalui saluran cerna (berkurangnya volume ECF)
Kehilangan melalui ginjal
2. Retensi HCO3
Pemberian Natrium Bikarbonat berlebihan ,Sundrom susu alkali (antasid, susu,
natrium bikarbonat),Darah simpan (sitrat) yang banyak (>8unit).Alkalosis metabolik
hiperkapnia (setelah koreksi pada asidosis respiratorik kronik)
Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas, otot berkedut dan kejang otot;
atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi
(pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
28
3.Asidosis Respiratorik
Peningkatan primer dari PaCO2 (hiperkapnea), sehingga terjadi penurunan PH;
PaCO2 > 45 mmHg dan PH . 7,35. Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan
HCO3 serum. Asidosis respirasi dapat timbul secara akut maupun kronik. Hipoksemia
(PaO2 rendah) selalu menyertai asidosis respiratorik. Jika pasien bernafas dalam udara
ruangan.
penyebab :
Hambatan pada pusat pernafasan di medula oblongata
- Obat-obatan : Kelebihan dosis opiat, sedatif, anestetik (akut)
- Terapi oksigen pada hiperkapnea kronik
- Henti jantung (akut)
- Apnea saat tidur
Gangguan otot-otot pernafasan dan dinding dada
- Penyakit neuromuskuler : miastenia gravis, sindrom guillain-Barre,
poliomielitis, sklerosis lateral amiotropik.
- Deformitas rongga dada : kifoskoliosis
- Obesitas yang berlebihan : sindrom pickwikian
- Cedera dinding dada seperti patah tulang-tulang iga
Gejala
sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut
menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi
dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu;
atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu.
4.Alkaliosis Respiratorik
29
Terjadi bila ada hiperventilasi. Hiperventilasi menyebabkan kadar CO2 tubuh
turun sehingga terjadi kompensasi tubuh untuk menurunkan pH dengan meretensi H+
oleh ginjal agar absorpsi HCO3- berkurang. Ingat, bila pH tinggi berarti [H+] turun.
gejala:
- Pasien sering menguap
- Napas lebih cepat dan dalam
- Kepala terasa ringan
- Parestesi sekitar mulut serta kesemutan
Penyebab akut dapat berupa stimulasi saraf sentral pada tumor serebri, ensefalitis,
dan intoksikasi. Penyebab kronis dapat berupa penyakit paru kronis.
30
Kesimpulan
Sesak nafas disebabkan oleh gangguan sistem respirasi. Dimana terdapat
hambatan dalam jalan keluar masuknya udara ke paru-paru sehingga menghambat
pertukaran antara O2 dan CO2. Gangguan yang terjadi merupakan gangguan obstruktif.
Hal ini ditandai dengan ekspirasi memanjang yang dialami pasien.
31