Upload
ari-kreaxs
View
30
Download
7
Embed Size (px)
ILEUS OBSTRUKTIFILEUS OBSTRUKTIFPaper Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Persaratan Dalam Mengikuti KKSPaper Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Persaratan Dalam Mengikuti KKS
Di Bagian Ilmu Bedah RSU. Dr. Pirngadi Medan.Di Bagian Ilmu Bedah RSU. Dr. Pirngadi Medan.Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.
Oleh,Oleh,
J U M I A T IJ U M I A T INIM. 96310134NIM. 96310134
BAGIAN ILMU BEDAHBAGIAN ILMU BEDAHRSU. Dr. PIRNGADI MEDANRSU. Dr. PIRNGADI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATIJUNI 2004JUNI 2004
ILEUS OBSTRUKTIF
Ileus Obstruktif
PENDAHULUAN
Di Eropa, istilah ileus diartikan sebagai suatu kelainan obstruksi mekanik dan
atonia usus yang berhubungan dengan pembedahan perut (laparatomi) atau peritonitis.
Walau bagaimanapun, pada negara-negara yang berbahasa Inggris, istilah obstruksi
digunakan untuk suatu kemacetan mekanik yang timbul akibat suatu kelainan struktural
yang menyebabkan suatu penghalang fisik untuk majunya isi usus. Istilah ileus
dimaksudkan untuk suatu paralitik atau variasi obstruksi fungsional. (1)
Mekanisme terjadinya ileus obstruksi dapat digolongkan dalam 3 kelompok
utama, yaitu: (1) intraluminal (misalnya: badan asing, bezoars, bolus makanan yang
besar), (2) obstruksi akibat lesi pada dinding usus (misalnya: tumor, penyakit Crohn),
(3) ekstrinsik (misalnya: adhesi, hernia, dan volvulus). (1)
DEFINISI
Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas usus
yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. (2)
KLASIFIKASI
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi dua, yaitu:
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
1
Ileus Obstruktif
1. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus.
2. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar. (3)
INSIDENS
Di AS: Frekwensi di Amerika Serikat adalah sama dengan frekuensi di
Internasional. (1)
Secara Internasional: Kira-kira 20% pasien yang di rawat di RS dengan suatu akut
abdomen akibat obstruksi pada usus. Obstruksi usus halus adalah bertanggung
jawab untuk 80% pada kasus ini. Beberapa penyebab obstruksi usus halus
(misalnya: suatu lumbricoides, TBC) lebih banyak pada negara yang sedang
berkembang. (1)
ETIOLOGI
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh antara lain:
1. Penyebab intraluminal (relatif jarang), antara lain:
Benda asing yang tertelan.
Meskipun demikian, pada umumnya suatu benda asing yang telah lolos
melewati lubang pylorus (dari lambung ke usus), tidak akan mengalami
kesulitan untuk mencapai usus halus, kecuali adanya adesi setelah operasi.
Bezoars mungkin merupakan faktor.
Penyakit parasit, seperti Ascariasis mungkin dapat ditemukan.
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
2
Ileus Obstruktif
Batu empedu mungkin terjadi dengan suatu fistula cholecystenteric.
Suatu bolus makanan yang besar dapat menjadi penyebab, dengan material
makanan yang sulit dicerna akan berdampak pada usus bagian bawah. Pada
kasus ini kebanyakan pasien pada umumnya sudah mengalami operasi pada
daerah lambung.
Cairan mekonium akan menyebabkan obstruksi pada daerah distal ileum
mungkin akibat kista fibrosis yang terjadi pada semua umur. (1,3,4,5,6)
2. Penyebab intramural, (relatif jarang). Obstruksi yang terjadi sebagai akibat dari
adanya lesi pada dinding usus halus.
Atresia dan striktur mungkin juga merupakan penyebab.
Penyakit Crohn. Obstruksi yang terjadi mungkin hilang timbul dan obstruksinya
sebagian atau parsial.
Tuberkulosis usus. Pada negara-negara tertentu tidak merupakan hal yang luar
biasa.
Striktur mungkin akan menyebabkan terjadinya ulserasi yang juga apabila di
induksi oleh pemberian tablet kalium, nonsteroid anti-inflammatory agen, dan
terapi iradiasi yang digunakan untuk mengobati kanker kandung kemih atau
kanker cerviks.
Suatu hematoma yang terjadi diantara dinding usus, akibat trauma atau pasien
yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan yang berlebihan dari dosis
yang dibutuhkan.
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
3
Ileus Obstruktif
Lipomatous, leiomyomatous, dan tumor carcinoid relatif jarang menyebabkan
obstruksi, tetapi pernah dilaporkan adanya obstruksi usus halus yang disebabkan
oleh lymphoma dan jarang adenocarsinoma.
Tumor sekunder, khususnya colonic dan karsinoma lambung, kanker ovarium,
dan melano maligna, adakalanya akan bersatu pada lumen usus halus.
Banyak polipoid mukosa atau lesi submukosa mungkin akan membentuk kepala
dari suatu intussuscepsi, yang mana pada akhirnya akan menyebabkan ileus
obstruktif.
Intussuscepsi pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun pada umumnya
adalah idiopatik dan merupakan keadaan kedaruratan abdomen, walaupun
diverticulum Meckel, polip, dan kista dupleks dapat menjadi penyebab ileus
obstruktif. (1,3,4,5,6)
3. Penyebab ekstramural. Penyebab ini mungkin merupakan penyebab yang paling
umum atau sering:
Adesi yang berhubungan dengan pembedahan abdomen atau peritonitis sering
meningkatkan frekuensi ileus obstruktif. Adesi mudah lengket pada lumen usus
dan menyebabkan luka yang berlokasi dimana-mana. Adesi ini dapat
menghalangi peristaltik usus halus dan menyebabkan angulasi secara akut dan
kekusutan pada usus, sering terjadi beberapa tahun setelah prosedur awal
dilakukan.
Kelainan intraperitoneal kongenital mungkin dapat mengakibatkan obstruksi.
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
4
Ileus Obstruktif
Malrotasi kongenital mengakibatkan pendeknya mesenterik, dan keseluruhan
usus dapat mengalami torsi atau volvulus, keadaan ini tidak hanya dapat
menyebabkan obstruksi, tetapi mempercepat timbulnya iskemia dan kematian.
Hernia dapat menyebabkan obstruksi. (1,3,4,5,6)
4. Pada beberapa pasien, etiologi obstruksi usus mungkin adalah multifaktorial.
Sebagai contoh: metastase pada usus halus dapat secara langsung menyerang
dinding usus. Obstruksi mungkin terjadi sebagai akibat tekanan dari luar atau
kekusutan usus akibat tumor primer atau deposit metastase. (1,3,4,5,6)
PATOFISIOLOGI
Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi akibat
adanya gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan sekresi
biliary. Cairan yang terperangkap di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi darah dan
sebagian ke interstisial, dan banyak yang dimuntahkan keluar sehingga akan
memperburuk keadaan pasien akibat kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit. Jika
terjadi hipovolemia mungkin akan berakibat fatal. (1)
Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh
darah vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan
iskemia pada jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke
peritonitis, dan kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat
dari perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus yang terletak
di bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan kosong. (1)
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
5
Ileus Obstruktif
Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak tinggi/obstruksi
usus halus), semakin sedikit distensi dan semakin cepat munculnya muntah. Dan
sebaliknya, pada pasien dengan obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar), distensi
setinggi pusat abdomen mungkin dapat dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul
terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua lumen usus. Kolik
abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal. Hipotensi dan takikardi
merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta leukositosis merupakan tanda
adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada umumnya keras, dan frekuensinya
meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan obstruksi yang terjadi. Jika abdomen
menjadi diam, mungkin menandakan suatu perforasi atau peritonitis dan ini merupakan
tanda akhir suatu obstruksi. (1)
GEJALA KLINIS
Pasien dengan suatu obstruksi mekanik pada umumnya datang dengan keluhan
sakit/nyeri abdomen, muntah, konstipasi absolut, dan distensi abdomen dalam berbagai
tingkatan. Tanda-tanda peritonitis yang mengarah kepada perforasi usus sebagai akibat
iskemia dan tidak dapat dibedakan dengan peritonitis oleh penyebab lain misalnya
perforasi intra abdominal. (1,4,5)
Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana yang tidak melibatkan
pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada awalnya ringan, tetapi
semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi atau derajat kesakitannya. Sakit
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
6
Ileus Obstruktif
mungkin akan berlanjut atau hilang timbul. Pasien sering berposisi knee-chest, atau
berguling-guling. Pasien dengan peritonitis cenderung kesakitan apabila bergerak. (1,4,5)
Muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau proksimal.
Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal usus halus, muntah mungkin akan
tertunda. Pada awalnya muntah berisi semua yang berasal dari lambung, yang mana
segera diikuti oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah akan berisi semua isi usus
halus yang sudah basi. (1,4,5)
Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat kecuali jika
pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah (intravena). Derajat tingkat
dan distribusi distensi abdominal dapat mencerminkan tingkatan obstruksi. Pada
obstruksi letak tinggi, distensi mungkin minimal. Sebaliknya, distensi pusat abdominal
cenderung merupakan tanda untuk obstruksi letak rendah. (1,4,5)
Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan strangulasi
dari suatu obstruksi sederhana: bagaimanapun, beberapa keadaan klinis tertentu dan
gambaran laboratorium dapat mengarahkan kepada tanda-tanda strangulasi. (1)
Uji groin pada semua pasien dengan ileus obstruktif untuk menyingkirkan
suatu hernia inguinal atau hernia femoralis. Hernia femoralis sulit dilihat pada pasien
gemuk. (1)
Pada anak-anak dengan intussuscepsi, nyeri kolik adalah temuan klasik. Sakit
yang muncul secara tiba-tiba, berlangsung beberapa menit kemudian memudar, dan
normal kembali. Muntah merupakan hal yang luar biasa. Konstipasi adalah suatu
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
7
Ileus Obstruktif
temuan khas, walaupun terkadang ditemukan campuran darah dan lendir seperti selai
merah, yang mana merupakan pathognomonis untuk suatu intussuscepsi. (1)
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis mengenai gejala-gejala yang
muncul, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. (1,3,4,5,6)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi.
Foto polos abdomen dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)
memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan
udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga.
Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai suatu peran
terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium
terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi,
pemeriksaan enema barium tidaklah haany sebagai diagnostik tetapi juga mungkin
sebagai terapi.
CT–Scan. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya starngulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti
adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum.
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
8
Ileus Obstruktif
CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh
darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari
obstruksi.
MRI. Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan kontras
yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk
mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.
Angiografi. Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk
mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan
adhesi. (1,3,4)
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin
menunjukkan dehidrasi. (4)
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
9
Gambar: Obstruksi Usus
Ileus Obstruktif
DIAGNOSIS BANDING
Ileus obstruksi harus dibedakan dengan:
1. Carcinoid gastrointestinal.
2. Penyakit Crohn.
3. Intussuscepsi pada anak.
4. Divertikulum Meckel.
5. Ileus meconium.
6. Volvulus.
7. Infark Myocardial Akut.
8. Malignansi, Tumor Ovarium.
9. TBC Usus. (1,4,5)
PENATALAKSANAAN
Obstruksi usus halus (letak tinggi)
Selain beberapa perkecualian, obstruksi usus harus ditangani dengan operasi,
karena adanya risiko strangulasi. Selama masih ada obstruksi, strangulasi tidak dapat
dicegah secara meyakinkan.
Persiapan-persiapan sebelum operasi:
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
10
Ileus Obstruktif
1. Pemasangan pipa nasogastrik. Tujuannya adalah untuk mencegah muntah,
mengurangi aspirasi dan jangan sampai usus terus menerus meregang akibat
tertelannya udara (mencegah distensi abdomen).
2. Resusitasi cairan dan elektrolit. Bertujuan untuk mengganti cairan dan elektrolit
yang hilang dan memperbaiki keadaan umum pasien.
3. Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi.
Operasi:
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan.
Kalau obstruksi disebabkan karena hernia skrotalis, maka daerah tersebut
harus disayat. Kalau tidak terpaksa harus dilakukan penyayatan abdomen secara
luas. Perincian operatif tergantung dari penyebab obstruksi tersebut. Perlengketan
dilepaskan atau bagian yang mengalami obstruksi dibuang. Usus yang mengalami
strangulasi dipotong.
Pasca Bedah:
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang
cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah, usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
(3,4)
Obstruksi usus besar (letak rendah)
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
11
Ileus Obstruktif
Tujuan pengobatan yang paling utama adalah dekompresi kolon yang
mengalami obstruksi sehingga kolon tidak perforasi, tujuan kedua adalah pemotongan
bagian yang mengalami obstruksi.
Persiapan sebelum operasi sama seperti persiapan pada obstruksi usus halus,
operasi terdiri atas proses sesostomi dekompresi atau hanya kolostomi transversal pada
pasien yang sudah lanjut usia.
Perawatan sesudah operasi ditujukan untuk mempersiapkan pasien untuk
menjalani reseksi elektif kalau lesi obstruksi pada awalnya memang tidak dibuang. (3,4)
KOMPLIKASI
Strangulasi menjadi penyebab dari keabanyakan kasus kematian akibat
obstruksi usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil
produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami strangulasi
mungkin mengalami perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke dalam rongga
peritoneum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat melintasi
usus yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah
bening dan mengakibatkan shock septik. (4)
PROGNOSIS
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka
kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
12
Ileus Obstruktif
usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai angka kematian
sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya
gejala-gejala, dan 25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam. (4)
Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30 %.
Perforasi sekum merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat dihindarkan.
(4,5)
DAFTAR RUJUKAN
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
13
Ileus Obstruktif
1. Khan AN., Howat J. Small-Bowel Obstruction. Last Updated: May 10, 2004.
In:
Http://www.yahoo.com/search/cache?/ileus_obstructif/Article:By:eMedicine.co
m.
2. Harjono RM., Oswari J., dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1996; 906.
3. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus Obstruktif.
Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000; 318 –
20.
4. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih
Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239
– 42.
5. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hambatan Pasase Usus. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah Edisi revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997; 841 – 5.
6. Himawan S. Gannguan Mekanik Usus (Obstruksi). Dalam: Patologi. Penerbit
Staf Pengajar bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: 1996; 204 – 6.
KATA PENGANTAR
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
14
Ileus Obstruktif
Dengan rasa syukur dan hati lega, penulis telah selesai menyusun paper ini guna
memenuhi persyaratan tugas Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSU. Dr.
Pirngadi Medan dengan judul “Ileus Obstruktif”.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
pembimbing, yaitu Dr. atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan serta dalam penyusunan
paper ini.
Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak kekurangannya,
tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan
penyusunan paper lain di kemudian kesempatan.
Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu Bedahi
dalam klinik dan masyarakat.
Medan, Juni 2004
Penulis
DAFTAR ISI
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
15
i
Ileus Obstruktif
Halaman
Kata Pengantar …………………………………………………………….. i
Daftar Isi ……………………………………………………………………. ii
Pendahuluan…………………………………………………………………. 1
Definisi……………………………………………………………………….. 1
Klasifikasi……………………………………………………………………. 2
Insidens………………………………………………………………………. 2
Etiologi……………………………………………………………………….. 2
Patofisiologi…………………………………………………………………… 5
Gejala Klinis…………………………………………………………………… 5
Diagnosis……………………………………………………………………… 8
Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………… 8
Diagnosis Banding…………………………………………………………… 10
Penatalaksanaan………………………………………………………………. 10
Komplikasi……………………………………………………………………. 12
Prognosis……………………………………………………………………… 13
Daftar Rujukan……………………………………………………………….. 14
KKS SMF. Ilmu Bedah RSUPM 2004 AtiekFakultas Kedokteran Universitas Malahayati
16
ii