Upload
dhencallistaband
View
161
Download
34
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapkas
ILEUS OBSTRUKTIF
Kelompok Stase BedahPeriode Desember 2013 - Februari 2014
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
Identitas
• Nama : Tn. X• Usia : 52 tahun• Pekerjaan : Petani• Alamat : Cianjur
• KU :Nyeri perut kanan bawah sejak 6 bulan yang lalu.
• KT : Mencret, melilit, kembung, BAB sulit
• RPS : Nyeri perut kanan bawah hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu dirasakan kadang setelah makan, mules, melilit, perut
terasa kembung, BAB darah (-), lendir (-), pasien mengeluh kadang-kadang mencret 2- 3x/hari selama 1-2 hari. Mual disangkal.
BAK normal, penurunan BB disangkal, sulit tidur disangkal namun pasien mengaku
kadang terbangun saat terasa nyeri.
• R.Psikososial : Pola makan 3x/hari dengan nasi, lauk, lalapan, sambel, ikan, atau kadang-kadang daging.
Status Generalis
• Kepala : Normochepal• Mata :
Diameter Pupil : 3 mm/3 mm Refleks pupil : +/+, isokor Konjungtiva : anemis -/- Sklera : ikterik -/-
• THT : Dalam batas normal• Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran
thyroid (-)
• Thorax :• Paru-paru • Inspeksi : Normochest, pergerakan dada simetris, tidak ada luka bekas
operasi• Palpasi : Tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal
fremitus sama simetris dekstra sinistra.• Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru • Auskultasi : Vesikular (+/+) normal, Ronhki (-/-), Wheezing (-/-), stridor (-/-) • • Jantung • Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat• Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 midclaviculla, kuat angkat• Perkusi : Batas jantung • Auskultasi : BJ I & II regular murni, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen • Inspeksi : Cembung• Palpasi : Nyeri tekan kanan bawah, nyeri
lepas (-), • Auskultasi : Bising usus (+) meningkat• Perkusi : Hipertimpani • Genitalia : Dalam batas normal• Ekstremitas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema
(-/-), sianosis (-/-)
• Rectal Tuse :• Spingter ani kuat• Mukosa rectum licin• Tidak teraba massa• Handscoon : Feses (+), darah (-), lendir
(-)
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium :• Hb : 8,6• Leukosit : 8100• Pemeriksaan USG :• Mendukung suatu distensi usus halus, appendiks
tidak tervisualisasi, hepar, lien, ginjal, prostat dalam batas normal
• Pemeriksaan BNO :• Ditemukan udara bebas di usus halus
ANALISA KASUS
52 thn
Nyeri perut kanan bawah
Anamnesis :Nyeri perut hilang timbul, Mulas,
Muntah Perut kembungPem.Fisik : Abdomen Cembung, nyeri tekan kanan bawah, bising usus meningkat, hipertimpani
Diagnosis Deffirential :
1. Ileus Obstruksi partial ec. Tumor kolon kanan
2. Appendicitis
Pemeriksaan Penunjang :1. Laboratorium
Hb : 8,6 g/dlLeukosit : 8100
2. USG Mendukung suatu distensi usus halus, appendiks tidak tervisualisasi, hepar, lien, ginjal, prostat dalam batas normal.3. BNO Ditemukan udara bebas di usus halus
Working Diagnosis : Ileus Obstruksi partial ec. Tumor kolon kanan
6 bulan SMRS
Rectal Tuse :Spingter ani kuatMukosa rectum licinTidak teraba massaHandscoon : Feses (+), darah (-), lendir (-)
Nyeri perut RLQ
Mules, melilit
kembung
Mencret 2-3x slm 2-3 hri
Mual muntah disangkal
NT di RLQ
BU meningkat
USG : distensi usus halus
BNO : udara berlebih di usus halus
Appendiks kronis
V v -/+ v - - -
Divertickulitis
v v v - -
Ileus obstruksi
v v v v - v v v
strangulata
v v
Intussusepsi
v v v v
ILEUS OBSTRUKTIF
Kelompok Stase BedahPeriode Desember 2013 - Februari 2014
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN PENCERNAAN
Embriologi
USUS HALUS
Gross features of jejunum contrasted with those of ileum. Relative to the ileum, the jejunum has a larger diameter, thicker wall, more prominent plicae circulares, a less fatty mesentery, and longer vasa recta.
KOLON DAN REKTUM
HISTOLOGY
MUCOSA
SUBMUCOSA
MUSCULARIS EXTERNASEROSA
FISIOLOGY
Small intestinal fluid fluxes. Typical quantities (in volume per day) of fluid entering and leaving the small intestinal lumen in a healthy adult are shown.
Fungsi
utama usus
halus
Pencernaan
Absorbsi bahan – bahan nutrisi, air,
elektrolit dan mineral
Ascending excitation and descending inhibition. The presence of a food bolus within the intestinal lumen is sensed by a sensory neuron (SN) that relays signals to (a) excitatory motor neurons (EMN) that have projections to intestinal muscle cells located proximal to the food bolus and (b) inhibitory motor neurons (IMN) that have projections to intestinal muscle cells located distal to the food bolus. This stereotypical motor reflex is controlled by the enteric nervous system and occurs in the absence of extraintestinal innervations. It contributes to peristalsis
DEFINISIIleus adalah gangguan atau hilangnya pasase isi
usus yang menandakan adanya obstruksi usus akut
yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.
Terdapat 2 jenis obstruksi:
1.lleus paralitik
Hilangnya peristaltik usus untuk sementara waktu
karena toksin atau trauma yang mempengaruhi
kontrol otonom pergerakan usus
2. Ileus obstruktif
Kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik
EPIDEMIOLOGI
Ileus adalah salah satu penyebab mortalitas
penyakit gastrointestinal
Obstruksi kolon paling sering disebabkan karena
keganasan kolorektal
Obstruksi kolon paling sering disebabkan karena
keganasan kolorektal (Pasien sering berusia > 70
tahun)
Pada dewasa, 15% obstruksi usu terjadi di usus
besar, paling sering di kolon sigmoid
KLASIFIKASI1. Ileus mekanik
1.1 Lokasi obstruksi
1.1.1 Letak tinggi : duodenum dan jejenum
1.1.2 Letak rendah : kolon, sigmoid, dan rektum
1.2 Stadium obstruksi :
1.2.1 Parsial : menyumbat sebagian lumen usus
1.2.2 Simpel / komplit : menyumbat lumen usus secara
total
1.2.3 Strangulasi : sumbatan simpel disertai jepitan vasa
2. Ileus neurogenik
2.1 Adinamik : ileus paralitik
2.2 Dinamik : ileus spastik
3. Ileus vaskuler : intestinal ischemia karena trombosis
dan emboli
Table 28-3 Small Bowel Obstruction: Common EtiologiesAdhesions
Neoplasms• Primary small bowel neoplasms• Secondary small bowel cancer (e.g., melanoma-derived metastasis)• Local invasion by intra-abdominal malignancy (e.g., desmoid tumors)• CarcinomatosisHernias• External (e.g., inguinal and femoral)• Internal (e.g., following Roux-en-Y gastric bypass surgery)Crohn's diseaseVolvulusIntussusceptionRadiation-induced stricturePostischemic strictureForeign bodyGallstone ileusDiverticulitisMeckel's diverticulumHematomaCongenital abnormalities (e.g., webs, duplications, and malrotation)
Patofisiologi• Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal
yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
Penyumbatan Intestinal
Penyempitan/penyumbatan lumen usus
Pasase lumen usus terganggu
Pengumpulan isi lumen usus
(gas dan cairan) di bagian proximal dari penyumbatan
Pelebaran dinding usus
(distensi)
Merangsang terjadinya
hipersekresi kelenjar
pencernaan
Akumulasi cairan dan gas makin bertambah sehingga distensi usus
dapat mengenai seluruh usus bagian
proximal dari sumbatan
Hiperperistaltik sebagai usaha
pertahanan usus
Gerakan antiperistaltik
Gejala kolik abdomen dan
muntah-muntah
patofisiologiObstruksi usus
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen sebelah proksimal dari lokasi obstruktif
distensi
Tekanan intralumen
Iskemia dinding usus
nekrosis
pemeabilitas
Pelepasan bakteri dan tosin dariusus nekrotik ke dalam
peritoneum dan sirkulasi sistemik
Peritonitis septikemia
Proliferasi bakteri
Kehilangan H20 dan elektrolit
penciutan ruangcairan ekstrasel
Syok hipotensi, pengurangancurah jantung, penurunan
perfusi jaringan dan asidosismetabolik
• Serangan kolik, mual, muntah• Obstipasi, tidak ada flatus• Oliguri• Perut kembung; adakah bekas operasi,
adakah hernia• Hiperperistaltik• Dehidrasi Hipotensi• Demam Takikardi
Gejala dan tanda
Abdomen : distensi
• Terdapat darm contour (gambaran usus)• Darm steifung (gambaran gerakan usus)
Auskultasi
• Terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic sound
• Peristaltik melemah dan hilang (tahap lanjut)
Gerakan peristaltik usus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Awal Normal Hemokonsentrasi Leukositosis (adanya iskemik)
38%-50% Gangguan elektrolit Peningkatan serum amilase AGD Alkalosis metabolik (muntah
berat) Asidosis metabolik (tanda-
tanda shock, dehidrasi dan ketosis)
Hematokrit meningkat (dehidrasi)
RADIOLOGI
Posisi supine (terlentang): tampak herring bone appearance
Posisi setengah duduk atau LLD: tampak step ladder appearance atau cascade
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.
Chronic partial small bowel obstruction. This patient presented with a several months' history of chronic abdominal pain, and intermittent vomiting. The coronal computed tomographic image shows grossly dilated loops of proximal small bowel on the left side (wide arrow), with decompressed loops of small bowel on the right side (narrow arrow). The dilated segment shows evidence of feculization of bowel contents, consistent with the chronic nature of the obstruction. Patient's vomitus had characteristic feculent smell and quality. At exploratory laparotomy, adhesive bands were identified and divided.
Small bowel obstruction. A computed tomographic scan of a patient presenting with signs and symptoms of bowel obstruction. Image shows grossly dilated loops of small bowel, with decompressed terminal ileum (I) and ascending colon (C), suggesting a complete distal small bowel obstruction. At laparotomy, adhesive bands from a previous surgery were identified and divided.
Koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan
Menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi
Mengatasi peritonitis dan syok bila ada
Menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal
PENATALAKSANAAN
Tindakan operasi berdasarkan situasi :
• 1. Situations necessitating emergent operationa. Incarcerated, strangulated herniasb. Peritonitisc. Pneumatosis cystoides intestinalisd. Pneumoperitoneume. Suspected or proven intestinal strangulationf. Closed-loop obstructiong. Nonsigmoid colonic volvulush. Sigmoid volvulus associated with toxicity or peritoneal signsi. Complete bowel obstruction
• 2. Situations necessitating urgent operationa. Progressive bowel obstruction at any time after nonoperative measures are startedb. Failure to improve with conservative therapy within 24-48 hrc. Early postoperative technical complications
• 3. Situations in which delayed operation is usually safeImmediate postoperative
Management algorithm of small bowel obstruction. IVF = intravenous fluid; NG = nasogastric; NPO = nothing by mouth.
Conservative therapy, in the form of NG decompression and fluid resuscitation is the initial recommendation for:
1. Partial small bowel obstruction2. Obstruction occurring in the early postoperative
period3. Intestinal obstruction due to Crohn's disease4. Carcinomatosis
Komplikasi
• Perforasi usus• Nekrosis usus• Sepsis• Syok-dehidrasi• Abses• Pneumonia aspirasi dari proses
muntah • Kematian
• Nekrosis usus– peregangan usus iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas• Perforasi usus
– Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum.
• Syok-Dehidrasi – Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan
sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik.
• Sepsis – Septikemia didefinisikan sebagai proliferasi bakteri kedalam aliran
darah menghasilkan manifestasi sistemik seperti rigor, demam, hipotermi (pada septikemia gram negatif dengan endotoksemia), leukositosis atau leukopenia, takikardia, dan kolaps sirkulasi.
– Syok septik berhubungan dengan kombinasi dari beberapa dibawah ini:1. Peningkatan permeabilitas kapiler.2. Kerusakan endothelium kapiler.3. Hilangnya volume darah sirkulasi.4. Depresi miokardial dan syok.
• Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat obstruksi usus.
• Isilumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikanhasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah.
• Usus yang mengalami strangulasi mungkin mengalami perforasi dan mengeluarkan materi tersebut ke dalam rongga peritoneum.
• Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat melintasi usus yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan syok septik.
Prognosis
Mortalitas tanpa strangulata
(5%-8%)
Strangulasi dan
komplikasi (35%-40%)
Bila diagnosa
dan tindakan
cepat (Baik)
Anatomi Appendix
Embriologi appendiks berasal dari mid gut. appendiks pertama muncul pada minggu ke-8 kehamilan sebagai outpouching dari sekum dan secara bertahap berputar ke lokasi yang lebih medial sebagai berputaran usus dan sekum, kemudian appendiks menjadi tetap di kuadran kanan bawah
Appendiks berbentuk seperti tabung, panjang 3 – 15 cm, diameter 0,5-1 cm dan berpangkal di sekum, pangkal lumen sempit, distal lebar.
Struktur histologi apendiks mirip dengan usus mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler) dan serosa. Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat kendor dan jaringan elastic membentuk jaringan saraf, pembuluh darah dan lymphe, antara mukosa dan submukosa terdapat lymphonodes
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior dan a.apendikularis,
sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X
Pendarahan apendiks berasal dari a. apendikularis
Fisiology Appendix
• Appendiks dipandang sebagai organ sisa tanpa fungsi yang tidak diketahui
• Appendiks merupakan organ imunologi yang aktif mensekresi imunoglobulin
• Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari• Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(Gut associated Lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah
IgA• IgA proteksi terhadap infeksi
Appendisitis
Epidemiologi Salah satu penyakit bedah terbanyak Insiden paling sering terjadi pada usia dekade
kedua dan ketiga. Insiden puncaknya pada awal
dewasa (pubertas) dan insiden juga banyak
terjadi pada orang lanjut usia. Frekuensi angka kejadian tertinggi pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan. Rasio wanita :
laki-laki sekitar 2:1 bertahap bergeser setelah usia 25 tahun menuju rasio 1:1
Appendektomi adalah prosedur bedah yang paling sering dilakukan
Etiology Appendisitis
ObstruksiLumen• Hiperplasia Lymphoid• Fecalith• Foreign object• Neoplasma• Parasit
Patogenesis
Appendiks obstruksi
Obstruksi appendiks merupakan kejadian awal yang paling sering pada appendisitis. Hiperplasia dari folikel limfoid submukosa sekitar 60% penyebab obstruksi (paling sering pada remaja). Pada orang dewasa yang lebih tua dan anak-anak, fecalith adalah penyebab paling sering (35%). Tekanan IntraluminalMeningkatnya tekanan intraluminal akibat obstruksi lumen appendiks menyebabkan sekresi mukosa meningkat, pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dinding appendiks menipis karna terjadi distensi dan terjadi obstruksi limfatik dan vena.Nekrosis dan Perforasi Nekrosis dan perforasi terjadi ketika aliran arteri terganggu.
APENDISITIS AKUT
Symptoms :- Nyeri visera di epigastrium, sekitar umbilicus- Mungkin Kolik
Patogenesis Appendisitis
tekanan intra
luminer tinggi
mukus >>>
gangguan drainase
limfe
edema + ulserasi mukosa
Obstruksi
Patogenesis Appendisitis
APENDISITIS AKUT SUPURATIF / PURULENTA
Symptoms - Nyeri sentral berpindah ke perut kanan bawah- Nyeri somatik ( peritonitis lokal)- Mual dan muntah
obstruksi vena
Trombosis
Iskemia edema
semakin berat
invasi kuman
Tekanan
Intralumen
Tinggi
Patogenesis Appendisitis
Distensi appendix
Bacterial diapedesis Mucosal ulcersInvasi bakteri
Inflamasi serosa melekat di peritoneum parietal
Venous thrombosis Compramise of arterial
Escape of bacteria Perforasi gangreneperitonitis
Obstruksi
Lymphatic obstruction Venous congestion
Edema
Symptoms
• Nyeri abdomen diffus di epigastrium atas atau regio umbilicalis kemudian terlokalisasi di kuadran kanan bawah (RLQ)
• Mual Muntah• Anoreksia • Sulit buang air besar atau diare
Signs
• Direct rebound tenderness (Mc.Burney’s point)• Rovsing’s sign (+)• Iliopsoas sign (+)• Obturator sign (+)• Dunphy sign (+)
Alvarado Scale for the Diagnosis of
Appendicitis Manifestations Value
Symptoms Migration of pain 1
Anorexia 1
Nausea and/or vomiting 1
Signs Right lower quadrant Tenderness
2
Rebound 1
Elevated temperature 1
Laboratory values Leukocytosis 2
Left shift in leukocyte count
1
Total points 10
• Skor >8 : Berkemungkinan besar menderita
apendisitis. Pasien ini dapat langsung diambil tindakan pembedahan tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Kemudian perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan patologi anatomi.
• Skor 2-8 : Tingkat kemungkinan sedang untuk terjadinya apendisitis. Pasien ini sebaiknya dikerjakan pemeriksaan penunjang seperti foto polos abdomen ataupun CT scan.
• Skor <2 : Kecil kemungkinan pasien ini menderita apendisitis. Pasien ini tidak perlu untuk di evaluasi lebih lanjut dan pasien dapat dipulangkan dengan catatan tetap dilakukan follow up pada pasien ini.
Pemeriksaan Fisik
• Direct rebound tenderness (Mc.Burney’s point)• Demam• Rovsing’s sign• Iliopsoas sign• Obturator sign• Dunphy sign
Diagnosis• Anamnesis• Pemeriksaan Fisik• Diagnosis Laboratorium• Urinalysis• Abdominal X-Ray• USG• CT Scan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium• Complete Blood Count (CBC)• Leukocytosis (10.000-18.000/mm3) dengan
polymorphonuclear (PMN) predominan• Jika white blood count (WBC) > 18.000/mm3
pikirkan adanya perforasi dengan atau tanpa abses
Urinalysis• WBCs atau RBCs mungkin ditemukan jika
adanya iritasi VU atau ureter karena inflamasi appendiks
• Bakteriuria
ImagingAbdominal X Ray (AXR) terlihat
Appendicolith/fecalithCT scan abdominal (+) Bila ditemukan dilatasi appendix > 6 mm,
penebalan appendix (+) palsu jika terlihat inflamasi periappendix,
dilatasi tuba fallopi, insipissated stool, overlying fat
(-) palsu jika inflamasi terbatas diatas appendix, retrocecal ceacum, appendix besar, perforasi (appendix compressible)
Differential Diagnosis
Appendisitis akut Gastroenteritis Typhoid fever Infeksi Traktus Urinarius
Terapi Appendisitis
Preoperative – Resusitasi cairan Antibiotik Appendectomy
LaparoskopiOperasi Cyto : untuk appendisitis akut, abses dan
perforasi Operasi Elektif : untuk appendisitis kronik
KonservatifBedrest totalDiet cair, lunak, rendah seratObservasi
Komplikasi
PerforasiResiko infeksi luka post
operasiAbses intraabdominal
Abses panggulFistula Enterocutaneous
REFERENSI
• Brunicardi, F. Charles. Schwartz’s Principles of Surgery, ninth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America. 2010
• Klingensmith, Mary E dkk. Washington Manual of Surgery,The, 5th Edition. 2008 Lippincott Williams & Wilkins
• Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. 2007. Saunders An Imprint of Elsevier
• Stead, G. Latha. Firts Aid for the Surgery Clerkship. 2003. McGraw-Hill Companies
• First Aid For The Surgery Clerkship. Small Bowel
DAFTAR PUSTAKA
Schwartz’s Principles of Surgery 9th Edition. Chapter 28. Small Intestine
First Aid For The Surgery Clerkship. Small Bowel