12
21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai dengan bulan Maret 2018. Lokasi pengujian dilakukan di dua wilayah. Lokasi uji pertama bertempat di kebun percobaan Desa Banyuputih Kidul, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang yang merupakan wilayah PG Jatiroto. Lokasi kedua bertempat di kebun Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) kota madya Pasuruan. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pengamatan meliputi alat pertanian, papan nama, alat pengukur tinggi 300 cm, kertas label, jangka sorong, dan hand counter. Bahan tanam yang digunakan adalah 14 klon tebu unggul harapan yang diuji bersama 2 klon baku. Diantara 14 klon harapan tersebut, 4 diantaranya merupakan hasil persilangan dari persilangan interspesifik antara tebu dengan kerabat liarnya yaitu Erianthus, sedangkan sisanya persilangan antara tebu dengan tebu. Klon baku yang digunakan merupakan klon yang paling komersil diantaranya Kidang Kencana (KK) dan Bululawang (BL). Klon harapan dan klon baku yang digunakan disajikan dalam Tabel 1. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk dasar seperti ZA, SP36, dan KCL.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

21

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai dengan bulan Maret

2018. Lokasi pengujian dilakukan di dua wilayah. Lokasi uji pertama bertempat di

kebun percobaan Desa Banyuputih Kidul, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten

Lumajang yang merupakan wilayah PG Jatiroto. Lokasi kedua bertempat di kebun

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) kota madya Pasuruan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengamatan meliputi alat pertanian, papan

nama, alat pengukur tinggi 300 cm, kertas label, jangka sorong, dan hand counter.

Bahan tanam yang digunakan adalah 14 klon tebu unggul harapan yang diuji

bersama 2 klon baku. Diantara 14 klon harapan tersebut, 4 diantaranya merupakan

hasil persilangan dari persilangan interspesifik antara tebu dengan kerabat liarnya

yaitu Erianthus, sedangkan sisanya persilangan antara tebu dengan tebu. Klon baku

yang digunakan merupakan klon yang paling komersil diantaranya Kidang Kencana

(KK) dan Bululawang (BL). Klon harapan dan klon baku yang digunakan disajikan

dalam Tabel 1. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk dasar seperti ZA, SP36,

dan KCL.

Page 2: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

22

22

Tabel 1. Klon yang ditanam di Lumajang dan Pasuruan

No Klon Keterangan

1. PS 05-553

Klon Harapan

2. PS 05-489 .

3. PS 06-199

4. PS 06-166

5. PS 05-530

6. PS 09-1531

7. PS 09-1532

8. PS 09-1527

9. PS 09-1528

10. PSJT 97-153

11. PSJT 97-55

12. PSJT 95-684

13. PSJT 94-41

14. PSJT 94-60

15. KK Klon

Baku

16. BL

3.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

(RKLT) dengan dua faktor yaitu klon tebu dan lokasi penanaman. Objek

pengamatan berupa 14 klon harapan dengan 2 klon baku (KK dan BL) sebagai

pembanding, sehingga total keseluruhan klon yang diuji adalah 16 klon. Masing-

masing petak pengamatan terdiri dari enam juring dengan panjang 6 meter, lebar

got dan jalan sepanjang 1 meter, juring mati antar plot sepanjang 1 meter, dan

ukuran pusat ke pusat (PKP) sepanjang 1,35 meter. Penanaman dilakukan secara

vegetatif menggunakan bibit bagal mata 2, jumlah mata pada masing-masing

juringan adalah 60 mata atau 30 bagal per juring.

Page 3: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

23

23

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini petunjuk pelaksanaan percobaan screening jenis

tebu (SJT) milik Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) tahun 1996.

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari pengolahan lahan, penanaman, dan

perawatan.

3.5.1 Pengolahan lahan

Pengolahan lahan yang dilakukan pada masing-masing menggunakan

bantuan traktor untuk mempermudah pekerjaan. Pengolahan lahan pada lokasi

Lumajang dilakukan pada bulan Juli 2017 sedangkan pada lokasi Pasuruan

dilakukan awal bulan Agustus 2017. Waktu yang diperlukan kurang lebih selama 2

minggu. Saat pengolahan lahan dilakukan juga pembuatan juring dan got pengairan.

Panjang juringan yang ada kurang lebih 6 meter dengan jarak Pusat Ke Pusat (PKP)

sebesar 1,35 meter. Masing-masing plot percobaan terdiri dari 6 juringan.

3.5.2 Penanaman

Kegiatan penanaman bahan tanam penelitian ini dilakukan setelah kegiatan

pengolahan lahan selesai. Waktu tanam pada lokasi Lumajang dilakukan pada akhir

bulan Juli 2017 sedangkan pada lokasi Pasuruan dilakukan pada pertengahan bulan

September 2017. Bahan tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit

batang muda yang berumur 7 bulan. Jenis benih yang digunakan adalah bagal

dengan 2 mata. Terdapat 60 mata atau 30 benih bagal pada masing-masing juring

percobaan. Jumlah bagal yang diperlukan pada satu ulangan yakni 3240 bagal mata

dua.

Page 4: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

24

24

3.5.3 Perawatan

Perawatan yang dilakukan terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya

pemupukan, pengairan, pembumbunan, pengklentekan, pengendalian gulma.

a. Pemupukan

Pemupukan yang dilakukan pada masing-masing lokasi berbeda tergantung

dari kondisi pada tiap-tiap lahan percobaan. Pada lokasi Pasuruan pupuk yang

digunakan adalah ZA dengan dosis 8 kwintal per ha dan pupuk SP36 dengan dosis

2 kwintal per hektar, sedangkan di lokasi Lumajang digunakan pupuk ZA dengan

dosis 9 kw, TSP 3 kw, dan KCl dengan dosis 1,5 kw/ha. Aplikasi pupuk ZA

dilakukan dengan dua tahapan yakni sepertiga pemupukan di awal dan dua pertiga

pada saat tanaman berumur 1 bulan. Pupuk SP36 diaplikasikan pada awal tanam

dan pupuk KCl pada saat tanaman berumur 1 bulan.

b. Pengairan

Pengairan yang dilakukan pada kebun percobaan lebih diintensifkan saat

tanaman masih muda. Pada tanaman berumur 1 minggu, pengairan yang diberikan

sebanyak 3 kali dalam seminggu hingga tanaman berumur satu bulan. Intensitas

pengairan dikurangi saat tanaman berumur 1-2 bulan dengan hanya satu kali

pengairan per minggunya. Memasuki umur tanaman 3 bulan pengairan hanya

dilakukan satu kali per bulannya. Kegiatan pengairan ini dilakukan apabila kondisi

tanpa hujan sama sekali, jika terjadi hujan intensitasnya akan menjadi lebih sedikit.

Pengairan di lokasi Lumajang dilakukan secara mekanik dan di lokasi Pasuruan

secara manual.

Page 5: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

25

25

c. Penyiangan

Kegiatan ini dilakukan sebanyak empat kali pada masing-masing lokasi

percobaan. Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 35-40 hari,

kedua pada umur tanaman 60 hari, ketiga pada tanaman umur 90 hari, dan terakhir

pada umur tanaman 4-5 bulan.

d. Rompes daun

Kegiatan ini merupakan kegiatan membuang daun tua dengan tujuan

merangsang pertumbuhan batang, memperkeras kulit batang, mencegah tebu roboh,

dan mencegah kebakaran. Kegiatan dilakukan pada tanaman yang telah berumur 5

bulan.

3.6 Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan berdasarkan pada petunjuk pelaksanaan percobaan

screening jenis tebu P3GI (1996), adapun variabel pengamatan yang diamati adalah

sebagai berikut :

1. Pengamatan umur 1 bulan

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah tunas yang tumbuh

di tiap juring pengamatan secara keseluruhan.

2. Pengamatan umur 3 bulan dan 6 bulan

Juring contoh yang diamati sebanyak 4 juring tiap plot percobaan.

Pengamatan yang dilakukan meliputi :

a. Jumlah tunas per juring

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah tunas yang

tumbuh di tiap juring pengamatan secara keseluruhan.

Page 6: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

26

26

b. Jumlah rumpun

Pengamatan dilakukan pada tunas yang telah memiliki anakan yang

mengelilingi batang utama. Penghitungan rumpun dilakukan di tiap juring

pengamatan.

c. Jumlah batang per meter juring

Batang tebu yang dihitung yaitu tebu yang memiliki tinggi lebih dari 1,5

meter. Perhitungan jumlah batang dihitung secara manual. Jumlah batang yang

didapat kemudian dibagi panjang juring (6 meter) untuk mendapatkan jumlah

batang per meter juring.

d. Tinggi batang

Tiap juring contoh diambil dua rumpun contoh secara acak. Tinggi

batang diukur dari atas permukaan tanah sampai dengan sendi segitiga daun,

dinyatakan dalam cm. Pengukuran tinggi batang menggunakan pipa paralon

yang telah diberi skala hingga 300 cm.

e. Diameter batang

Tiap juring contoh diambil dua rumpun contoh secara acak. Pengukuran

menggunakan jangka sorong dan dilakukan tepat di tengah batang yang telah

dipangkas daunnya. Diameter batang selanjutnya dinyatakan dalam persen

terhadap jumlah batang yang ada.

f. Pembungaan

Apabila pada umur tersebut telah terjadi pembungaan maka dilakukan

perhitungan jumlah batang berbunga dan dinyatakan dalam persen terhadap

jumlah batang yang ada.

Page 7: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

27

27

g. Hama Penggerek Pucuk

Pengamatan hama penggerek pucuk dilakukan pada masing-masing

tunas dari juring contoh. Pengamatan dihitung secara manual di tiap juring

dan dijumlah menggunakan hand counter kemudian dinyatakan dalam persen

serangan. Rumus persentase serangan hama penggerek pucuk:

% Serangan penggerek pucuk =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑠/𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑥 100%

h. Hama Penggerek Batang

Pengamatan hama penggerek batang dilakukan pada masing-masing

tunas dari juring contoh. Pengamatan dihitung secara manual di tiap juring

dan dijumlah menggunakan hand counter kemudian dinyatakan dalam persen

serangan. Rumus persentase serangan hama penggerek batang:

% Serangan penggerek batang =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑠/𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑥 100%

i. Penyakit Pokkahbong

Pengamatan penyakit pokkahbong dilakukan pada masing-masing

tunas pada juring contoh. Pengamatan dihitung secara manual di tiap juring

dan dijumlah menggunakan hand counter kemudian dinyatakan dalam persen

serangan. Rumus persentase serangan penyakit:

% Serangan penyakit pokkahbong =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛 𝑥 100%

j. Penyakit Mozaik

Pengamatan penyakit mozaik dilakukan pada masing-masing tunas

pada juring contoh. Pengamatan dihitung secara manual di tiap juring dan

dijumlah menggunakan hand counter kemudian dinyatakan dalam persen

serangan. Rumus persentase serangan penyakit:

Page 8: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

28

28

% Serangan penyakit mozaik =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛 𝑥 100%

k. Volume Batang Per Juring

Perhitungan dilakukan pada umur 6 bulan dengan cara menghitung

volume batang. Rumus volume batang diperoleh dari phi (3,14) dikalikan jari-

jari batang dikuadratkan dikalikan tinggi batang. Selanjutnya dikalikan dengan

jumlah batang per juring.

Volume batang = π x t x r2

Keterangan : π = phi (3,14)

t = tinggi batang

r = jari-jari batang

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam pada masing-masing lokasi dan ragam

gabungan pada dua lokasi menggunakan uji F 5% dan 1% untuk mengetahui ada

atau tidaknya pengaruh genotipe, lokasi, dan interaksi GxE pada komponen

agronomis yang diamati. Pengolahan data tersebut menggunakan program

Microsoft Excel. Berikut tabel analisis ragam pada masing-masing lokasi dan

analisis gabungannya:

Tabel 2. Analisis ragam masing – masing lokasi (Gomez dan Arturo, 1984)

Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah

Ulangan r-1 JKU KTK

Perlakuan (Klon) t-1 JKP KTP

Galat (r-1)(t-1) JKG KTG

Total kp-1 JKT

Page 9: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

29

29

Langkah perhitungan analisa keragaman (Uji F) dilakukan dengan cara yang

ditunjukkan di bawah ini :

1. Faktor Koreksi (FK)

FK = 𝐺2

𝑟𝑡

Keterangan :

G = Jumlah total

r = Ulangan

t = Perlakuan

2. Jumlah Kuadrat Ulangan

JKK = ∑ 𝑅𝑗

2𝑟𝑗=1

𝑡− FK

Keterangan :

∑R2j = Jumlah kuadrat total ulangan setiap perlakuan

3. Jumlah Kuadrat Perlakuan

JKK = ∑ 𝑇𝑗

2𝑟𝑗=1

𝑡− FK

Keterangan :

∑T2j = Jumlah kuadrat total perlakuan setiap ulangan

4. Jumlah Kuadrat Total (JKT)

𝐽𝐾𝑇 = ∑ ∑ 𝑋𝑖2

𝑟

𝑗=1

𝑡

𝑖=1− 𝐹𝐾

5. Jumlah Kuadrat Galat (KTG)

JKG = JKT – JKK - JKP

Analisi ragam gabungan untuk mengetahui adanya pengaruh dari genotipe,

lokasi, atau GxE ditunjukkan pada tabel sidik ragam sebagai berikut :

Page 10: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

30

30

Tabel 3. Analisis ragam gabungan

Sumber Keragaman db JK KT Fhitung

Lokasi a-1 JKL KTL KTL/ KTGa

Galat (a) a (r-1) JKGa KTGa

Genotipe b -1 JKV KTV KTV/KTG

Lokasi*Genotipe (a-1)(b-1) JKLV KTLV (KTLxKTG)/KTG

Galat (b) a(r-1)(b-1) JKG KTG

Total arl-1

Langkah – langkah perhitungan ditunjukkan sebagai berikut :

1. Faktor Koreksi

𝐽𝐾𝐿 = (∑ 𝐺)𝑙

𝑖=1

𝑎𝑟𝑏)

2

Keterangan :

(∑G)2 = Jumlah total kuadrat lokasi

a = lokasi

r = ulangan

b = genotipe

2. Jumlah Kuadrat Lokasi (JKL)

𝐽𝐾𝐿 = ∑ 𝐺2𝑙

𝑖=1

𝑏𝑟− 𝐹𝐾

Keterangan :

∑G2 = Jumlah kuadrat total lokasi

3. Jumlah Kuadrat Genotipe (JKG)

𝐽𝐾𝐿 = ∑ 𝑇𝑗2𝑡

𝑗=1

𝑎𝑟− 𝐹𝐾

Page 11: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

31

31

∑Tj = Total genotipe pada seluruh lokasi

4. Jumlah Kuadrat Lokasi x Genotipe

𝐽𝐾 (𝐿𝑉) = ∑ ∑(𝐿𝑉)

𝑟

2

− 𝐹𝐾 − 𝐽𝐾𝐿 − 𝐽𝐾𝑉𝑡

𝑗=1

𝑎

𝑖=1

Dari hasil analisa ragam apabila menunjukkan pengaruh nyata maka

dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda dengan uji BNJ pada taraf 5 % dan

1% dengan persamaan sebagai berikut :

BNJ 0,05 = q(p, α, db) x √𝐾𝑇𝐺

2 dan BNJ 0,01 = q(p, α, db) x √

𝐾𝑇𝐺

2

Keterangan :

q(p, α, db) = table BNJ untuk db galat pada taraf 5% atau 1%

KTg = Kuadrat Tengah Galat

r = ulangan

Selanjutnya data dianalisis ragam genotipe (𝜎𝑔2) dengan rumus sebagai

berikut :

Ragam genotipe = (𝜎𝑔2) =

𝑀2−𝑀1

𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

Penilaian luas sempitnya keragaman dilakukan berdasarkan metode

Anderson & Bancroft (1952) dalam Sa’diyah dan Aeny (2012). Suatu karakter

dikatakan memiliki keragaman yang luas apabila nilai ragam lebih besar dari dua

kali nilai simpangan bakunya, sebaliknya keragaman dikatakan sempit apabila nilai

ragam lebih kecil dari dua kali nilai simpangan bakunya.

Page 12: III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu …eprints.umm.ac.id/41524/4/BAB III.pdf21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus

32

32

Simpangan baku ragam genotipe ditentukan berdasarkan rumus Halluer &

Miranda (1988) dalam Sa’diyah dan Aeny (2012), yaitu :

𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 = 𝜎𝜎𝑔2 = √

2

𝑟2 𝑥

𝑀22

𝑑𝑏𝑔𝑒𝑛𝑜𝑡𝑖𝑝𝑒 + 2

Tabel 4. Analisis ragam genotipe

Sumber

Keragaman Db JK

Kuadrat Nilai

Tengah

Genotipe g-1 JK genotipe M2

Galat g(r-1) JK galat M1