12
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BB - 141°45'BT. Negara ini juga berada di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia atau Oseania. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berada pada posisi strategis karena berada di tengah jalur pelayaran internasional. Dahulu Indonesia terkenal dengan rempah-rempahnya, yang merupakan salah satu dari kekayaan alam Indonesia dengan tanahnya yang subur. Pada saat penjajahan Belanda rempah-rempah dianggap barang yang paling berharga dan sebagai salah satu alasan kedatangan penjajah ke Indonesia. Pada saat itu dikenal adanya tanam paksa (cultuurstelsel) dengan hasil berupa rempah-rempah seperti teh, kina, kopi, pala, bunga pala, cengkeh dan lain-lain yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu. Sejak saat itu pula Indonesia dikenal sebagai negara penghasil rempah-rempah dan hasil perkebunan berumur panjang yang berkualitas tinggi. Daerah yang menjadi sentra rempah-rempah Indonesia tersebar di kepulauan Maluku pada saat itu. Pengalaman dan ilmu yang didapat dari nenek moyang Indonesia dahulu dalam hal berkebun masih dicontoh hingga sekarang, dan juga didukung dengan inovasi akibat kemajuan zaman. Karena hasil komoditi perkebunan Indonesia masih menjadi salah satu pilihan untuk konsumsi masyarakat dunia (Gambar 1). Gambar 1 memperlihatkan bagaimana volume ekspor perkebunan Indonesia terus meningkat. Mulai dari tahun 2003 dengan volume 11.974.204 ton sampai tahun 2009 dengan volume 27.864.811 ton. Pertumbuhan rata-rata volume ekspor perkebunan sebesar 15,4 persen. Persentase pertumbuhan tertinggi pada tahun 2004 yaitu 29,9 persen, dan persentase pertumbuhan terendah pada tahun 2007 yaitu 3,4 persen.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

  • Upload
    lydang

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara

dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi

Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BB - 141°45'BT.

Negara ini juga berada di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia atau

Oseania. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berada pada posisi

strategis karena berada di tengah jalur pelayaran internasional. Dahulu Indonesia

terkenal dengan rempah-rempahnya, yang merupakan salah satu dari kekayaan alam

Indonesia dengan tanahnya yang subur.

Pada saat penjajahan Belanda rempah-rempah dianggap barang yang paling

berharga dan sebagai salah satu alasan kedatangan penjajah ke Indonesia. Pada saat

itu dikenal adanya tanam paksa (cultuurstelsel) dengan hasil berupa rempah-rempah

seperti teh, kina, kopi, pala, bunga pala, cengkeh dan lain-lain yang menjadi

permintaan pasar dunia pada saat itu. Sejak saat itu pula Indonesia dikenal sebagai

negara penghasil rempah-rempah dan hasil perkebunan berumur panjang yang

berkualitas tinggi. Daerah yang menjadi sentra rempah-rempah Indonesia tersebar di

kepulauan Maluku pada saat itu.

Pengalaman dan ilmu yang didapat dari nenek moyang Indonesia dahulu

dalam hal berkebun masih dicontoh hingga sekarang, dan juga didukung dengan

inovasi akibat kemajuan zaman. Karena hasil komoditi perkebunan Indonesia masih

menjadi salah satu pilihan untuk konsumsi masyarakat dunia (Gambar 1).

Gambar 1 memperlihatkan bagaimana volume ekspor perkebunan Indonesia

terus meningkat. Mulai dari tahun 2003 dengan volume 11.974.204 ton sampai tahun

2009 dengan volume 27.864.811 ton. Pertumbuhan rata-rata volume ekspor

perkebunan sebesar 15,4 persen. Persentase pertumbuhan tertinggi pada tahun 2004

yaitu 29,9 persen, dan persentase pertumbuhan terendah pada tahun 2007 yaitu 3,4

persen.

Page 2: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

2

Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 1. Perkembangan Volume Ekspor Perkebunan Indonesia Tahun 2003– 2009

Selain itu kondisi nilai ekspor kita juga terus meningkat, kecuali pada tahun

2009. Peningkatan terjadi mulai dari tahun 2003 hingga 2008, dengan rata-rata

pertumbuhan nilai ekspor sebesar 32,1 persen. Penurunan nilai ekspor pada tahun

2009 yaitu sebesar 21,1 persen dengan nilai US$ 21.581.669, yang pada tahun 2008

berada pada nilai US$ 27.369.363, mengakibatkan penurunan nilai pertumbuhan rata-

rata komoditi perkebunan ini menjadi 23,2 persen. Pertumbuhan tertinggi nilai

ekspor Indonesia terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 42,77 persen. Nilai ekspor

yang memiliki pertumbuhan rata-rata positif tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Badan Pusat Statistik Gambar 2. Perkembangan Nilai Ekspor Perkebunan Indonesia Tahun 2003-2009

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Vol

ume

Eks

por

dala

m T

on

Tahun

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Nila

i Eks

por

dala

m 1

000

US$

Tahun

Page 3: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

3

Keadaan volume ekspor yang terus meningkat dan nilai ekspor yang juga

meningkat, kecuali nilai ekspor tahun 2009 merupakan gambaran bagaimana hasil

perkebunan Indonesia masih diminati untuk dikonsumsi masyarakat dunia,

sebagaimana yang terjadi pada masa penjajahan dahulu. Ekspor perkebunan

Indonesia yang terus meningkat, juga dapat menggambarkan permintaan komoditas

perkebunan dalam negeri sudah tertutupi sebagian. Dikatakan sebagian karena

Indonesia masih membutuhkan impor komoditi perkebunan tersebut, tetapi nilai

impor komoditi ini kecil sehingga membuat neraca perdagangan komoditi

perkebunan memiliki nilai yang surplus. Nilai neraca perdagangan merupakan nilai

ekspor dikurang nilai impor.

Nilai neraca perdagangan Indonesia terus meningkat dari tahun 2003 – 2008

namun pada tahun 2009 mengalami penurunan. Hal yang terjadi pada tahun 2009

tersebut adalah dimana nilai impor dan nilai ekspor komoditi perkebunan kita turun.

Penurunan pertumbuhan sebesar 21,1 persen untuk nilai ekspor dan penurunan

pertumbuhan sebesar 12,9 persen untuk nilai impor. Nilai pertumbuhan neraca

perdagangan Indonesia yang tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 44

persen. Secara keseluruhan perubahan-perubahan yang terjadi pada nilai neraca

perdagangan dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Badan Pusat Statistik Gambar 3. Nilai Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2003 – 2009

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Nila

i dal

am 1

000

US$

Tahun

- Ekspor

- Impor

- Neraca

Page 4: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

4

Dari segi ekonomi, volume dan nilai ekspor tersebut juga dapat

mengindikasikan bahwa sektor perkebunan menjadi salah satu penyumbang PDB

negara, yang dikalkulasikan di dalam sektor pertanian. Secara umum PDB sektor

pertanian merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar negara Indonesia.

Sumbangan PDB sektor pertanian yang besar tersebut juga tidak lepas dari peran

PDB perkebunan yang menjadi bagian dari sektor pertanian. Nilai PDB pertanian

dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. PDB Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah)

Tahun

Lapangan Usaha

Pertanian Kehutanan Perikanan

Bahan Makanan Perkebunan Pertenakan

2001 137751,9 36758,6 34285 17594,5 36937,9

2002 153666 43956,4 41328,9 18875,7 41049,8

2003 157648,8 46753,8 37354,2 18414,6 45612,1

2004 165558,2 49630,9 40634,7 20290 53010,8

2005 181331,6 56433,7 44202,9 25561,8 59639,3

2006 214346,3 63401,4 51074,7 30065,7 74335,3

2007 265090,9 81664 61325,2 36154,1 97687,3

2008* 348795 105969,3 82676,4 40375,1 137249,5

2009* 418963,9 112522,1 104040 44952,1 177773,9

Rata-rata Kontribusi PDB

(%) 50,1 14,6 12,2 6,2 16,6

*): Angka sementara Sumber : Badan Pusat Statistik

PDB pertanian atas dasar harga berlaku (Tabel 1) dapat menggambarkan

bagaimana sektor perkebunan yang termasuk kedalam sektor pertanian memberikan

kontribusi yang cukup besar. Setiap tahun komoditi perkebunan juga memberikan

sumbangan PDB yang meningkat. Kontribusi PDB perkebunan terhadap PDB

pertanian total pada tahun 2001 adalah sebesar 13,9 persen, dan pada tahun 2009

sebesar 13,1 persen. Rata-rata kontribusi PDB perkebunan adalah sebesar 14,6

persen.

Page 5: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

5

Sumbangan PDB perkebunan berada dibawah tanaman bahan makanan

dengan kontribusi rata-rata 50,1 persen. Keadaan ini wajar mengingat bahwa manusia

sangat membutuhkan asupan makanan bagi kelangsungan hidupnya, sehingga

mengakibatkan PDB perkebunan berada dibawah PDB tanaman bahan makanan.

Selain itu perkebunan juga berada dibawah sektor perikanan. Hal ini juga wajar

mengingat negara kita adalah negara yang memiliki laut yang sangat luas yaitu

hampir dua pertiganya, sehingga hasil yang diberikan sektor perikanan sebanding

dengan sumbangan PDB yang diberikan. Namun pada tahun 2002 dan 2003 sektor

perkebunan dapat memberikan PDB yang melebihi sektor perikanan. Kontribusi PDB

untuk pertanian sebesar 14,7 persen untuk perkebunan dan PDB sebesar 13,7 persen

untuk perikanan pada tahun 2002. Pada tahun 2003 sumbangan PDB yang diberikan

kedua sektor ini juga bersaing yaitu 15,2 persen untuk perkebunan dan sebesar 14,9

persen untuk perikanan. Tahun 2003 juga merupakan pertumbuhan PDB terbesar

perkebunan pada sektor pertanian. Tahun 2004 hingga tahun 2009 PDB perkebunan

selalu di bawah PDB tanaman bahan makanan dan perikanan, namun bukan tidak

mungkin kejadian tahun 2002 dan 2003 kembali terjadi, karena sektor perkebunan

terus berkembang.

1.2 Perumusan Masalah

Perkebunan Indonesia yang menjadi salah satu penyumbang PDB disektor

pertanian, merupakan sektor yang sangat perlu dikembangkan dan terus ditingkatkan

kontribusinya untuk negara. Posisi dan letak geografis Indonesia merupakan sebuah

keunggulan dari negara-negara lain dalam pengembangan sektor perkebunan. Selain

kedua faktor tersebut, luas lahan juga menjadi sesuatu yang dapat memberikan

keunggulan lain untuk negara kita. Produkivitas erat kaitannya dengan luas lahan

yang ada, dimana produktivitas merupakan jumlah produksi dibagi luas lahan. Tabel

2 akan memperlihatkan bagaimana produktivitas beberapa komoditi perkebunan

Indonesia.

Sementara volume produksi dan volume ekspor komoditi perkebunan

Indonesia yang terlihat pada Tabel 2, menunjukan volume yang tidak sejalan antara

Page 6: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

6

volume produksi dengan volume ekspor. Masih terdapat peningkatan atau penurunan

produksi dalam negeri disatu pihak, dan penurunan atau peningkatan volume ekspor

di pihak lain begitu juga sebaliknya. Komoditi yang konsisten dalam tahun 2001,

2005 dan 2009 memiliki volume produksi dan ekspor yang meningkat adalah kakao,

kelapa sawit dan kopi, sedangkan komoditi lainnya tidak konsisten. Cengkeh, kacang

mete, karet dan kayu manis adalah empat komoditi yang selalu memiliki volume

produksi yang meningkat, namun volume ekspor komoditi tersebut masih

berfluktuasi. Komoditi karet mengalami penurunan volume ekspor pada tahun 2005

sedangkan tiga komoditi lainnya mengalami penurunan volume ekspor pada tahun

2009. Tabel 2 juga memperlihatkan komoditi kelapa, pala, lada, tembakau dan teh

yang tidak konsisten memiliki volume produksi yang meningkat, bahkan komoditi

terakhir yang disebutkan memiliki volume produksi yang menurun sehingga

mengakibatkan volume ekspornyapun berfluktuasi. Tabel 2. Volume Produksi dan Volume Ekspor Perkebunan Indonesia (dalam Ton)

Komoditi Volume Produksi Volume Ekspor

2001 2005 2009 2001 2005 2009

Cengkeh 72.685 78.350 82.032 6.323,790 7.682,658 5.142,028 Kacang mete 91.586 135.070 147.403 39.546,013 65.958,508 60.627,785 Kakao 536.804 748.828 820.496 302.670,029 367.425,784 439.305,321 Karet 1.607.461 2.270.891 2.440.347 10.374,888 4.013,593 9.147,316 Kayu Manis 40.635 100.775 102.627 28.899,467 35.356,152 22.802,090 Kelapa Sawit 8.396.472 11.861.615 19.324.294 1.849.142,144 4.565.624,657 9.566.746,050

Kelapa 3.163.018 3.096.844 3.257.702 34.819,819 51.455,573 46.705,627 Kopi 569.234 640.365 685.170 248.924,714 442.686,908 510.030,400 Pala 21.616 8.198 11.647 6.706,322 7.839,560 9.264,087 Lada 82.078 78.328 82.834 53.594,123 34.136,907 50.279,014 Teh 166.867 166.091 156.901 1.557,636 8.504,264 7.386,309 Tembakau 199.103 153.470 176.186 35.377,733 28.499,008 28.578,652

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan dan UNcomtrade

Beberapa komoditi perkebunan dapat disimpulkan memiliki produktivitas yang

rata-rata berfluktuasi dan pertumbuhan produktivitas yang rendah. Rata-rata

pertumbuhan produktivitas komoditi perkebunan (Lampiran 25) adalah 3,1 persen.

Rata-rata pertumbuhan produktivitas yang tertinggi adalah kayu manis dengan 15,2

Page 7: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

7

persen dan itupun mengalami penurunan sebesar 0,07 persen pada angka sementara

ditahun 2009. Nilai rata-rata pertumbuhan terendah bahkan negatif dan sekaligus

memiliki produktivitas yang fluktuatif yaitu pala, kakao dan lada. Komoditi yang

disebutkan pertama memiliki pertumbuhan produktivitas rata-rata yang negatif, yaitu

sebesar 9.8 persen. Negatifnya rata-rata pertumbuhan produktivitas pala terjadi akibat

penurunan produktivitas yang drastis terjadi pada tahun 2004 sebesar 57,2 persen dan

pada tahun 2005 turun sebesar 14,8 persen. Untuk kakao dan lada masing-masing

memiliki pertumbuhan rata-rata yang negatif sebesar 4,1 persen dan 1,5 persen.

Keadaan yang berfluktuasi dan rendahnya produktivitas perkebunan tersebut

dan tidak stabilnya volume produksi serta volume ekspor, Indonesia harus dapat

mengembangkan komoditi perkebunan didalam negeri maupun luar negeri melalui

perdagangan internasional. Neraca perdagangan (Gambar 3) yang surplus harus tetap

dipertahankan agar dapat menambah pemasukan negara. Artinya Indonesia harus

meningkatkan produktivitas agar impor berkurang dan ekspor terus meningkat.

Peningkatan produktivitas yang dilakukan bisa dengan cara peningkatan teknologi

perkebunan agar memberikan produksi yang tinggi dari pada areal perkebunan yang

sama tanpa teknologi.

Meningkatkan nilai ekspor tidak semudah seperti membalikkan telapak

tangan. Melakukan perdagangan internasional saja sudah menuntut Indonesia untuk

bersaing dengan negara lain, apalagi ditambah dengan era globalisasi. Batas antar

negara semakin tidak kelihatan. Semakin banyak perjanjian-perjanian dan kerjasama

mengenai perdangangan, baik yang bilateral maupun multilateral yang mengatur

tentang perdagangan internasional. Tujuan dari kerjasama tersebut tidak lain adalah

untuk menurunkan hambatan-hambatan perdagangan. Dengan adanya liberalisasi

perdagangan internasional tersebut, sektor perkebunan kita harus terus ditingkatkan

daya saingnya agar terus bisa bertahan dari persaingan yang ada.

Pada sisi pasar (permintaan), salah satu masalah serius bagi peningkatan

ekspor sektor nonmigas Indonesia adalah akibat pemberlakuan standarisasi

Internaional seperti ISO atau ecolabelling yang berhubungan dengan lingkungan.

Komoditi dari Indonesia akan semakin sulit menembus pasar luar negeri, khususnya

Page 8: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

8

di negara industri maju. Kepedulian masyarakat dan pemerintah di negara-negara

maju tersebut terhadap environtment protection sangat tinggi. Kepedulian ini muncul

jika terbukti material-material yang terkadung didalam komoditi tersebut tidak ramah

lingkungan. Banyak yang beranggapan bahwa ISO merupakan suatu proteksi baru

dalam era perdagangan bebas yang masuk dalam kategori non-tariff barrier. Jenis

proteksi non-tarif ini akan lebih mempersulit masuknya barang-barang dari satu

negara kenegara lain dibandingkan dengan era proteksi dengan tarif. Negara Uni

Eropa bahkan sangat melarang adanya perusakan lingkungan, yang mereka anggap

dalam melakukan revitalisasi lahan yang diterapkan pemerintah menjadi tanaman

perkebunan khususnya sawit sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim, sehingga

CPO masih sulit untuk memasuki pasar Eropa.

Permasalahan lain yang dihadapi Indonesia ataupun negara berkembang

lainnya yang memiliki keunggulan komparatif dalam sumber daya manusia adalah

belum mampu melepaskan diri dari masalah struktural dalam produksi dan konsumsi

seperti kemiskinan, pengangguran dan kualitas pendidikan yang harusnya dapat

menimbulkan sebuah intervensi dari pemerintah agar Indonesia mampu melepaskan

diri dari belenggu tersebut, sehingga memiliki sumber daya yang dapat meningkatkan

produksi. Apalagi sekarang setiap negara semakin fokus dalam urusan pangan dan

pertanian di dalam negerinya dan bahkan menetapkan strategi proteksi yang

cenderung berlebihan.

Disisi lain perkembangaan produksi tanaman rempah dan hasil perkebunan

berumur panjang hanya diserahkan sepenuhnya kepada rakyat tanpa adanya upaya

peningkatan mutu, padahal mutu sangat berarti dalam usaha perdagangan. Kenyataan

ini masih dirasakan hingga saat ini karena mutu dari hasil perkebunan Indonesia

belum mampu menyamai mutu hasil dari luar negeri. Hal ini juga diperkuat dengan

permasalahan yang terjadi pada dunia perkaretan yang juga terjadi pada komoditi

perkebunan lain. Permasalahan pada dunia perkaretan Indonesia adalah hal yang

memang sudah ada sejak lama, tetapi sekarang begitu terasa karena begitu mencolok.

Walaupun produksi karet Indonesia tergolong besar di dunia, tetapi tidak memiliki

pengaruh yang besar terhadap perkaretan dunia. Hal ini disebabkan oleh rendahnya

Page 9: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

9

mutu produksi karet alam Indonesia. Rendahnya mutu tersebut mengakibatkan harga

jual karet alam dipasar luar negeri menjadi rendah, untuk mengatasi permasalahan

tersebut perlu pengelolaan perkebunan karet yang baik dan tepat sehingga

produktivitas dan mutu karet alam dapat ditingkatkan, selain itu komoditi kayu manis

juga bernasib demikian (Rismunandar dan Paimin, 2009).

Dari kata-kata yang telah dipaparkan daya saing sektor perkebunan Indonesia

ke negara ekspor utama menjadi sorotan. Karena tingkat daya saing dalam suatu

perdagangan internasional tidak lagi hanya ditentukan oleh perbedaan harga, tetapi

juga ditentukan aspek-aspek lain yang bahkan lebih dominan, seperti kualitas, warna,

bentuk, pelayanan purna jual dan sebagainya. Untuk mengembangkan komoditi

pekebunan Indonesia agar menjadi yang terbaik didunia harus melihat dari daya saing

Indonesia dipasar dunia, agar dapat mengoreksi dan mengevaluasi apa yang kurang

dari perkebunan kita. Karena Indonesia bukan satu-satunya negara yang berada

didaerah garis khatulistiwa yang beriklim tropis, serta memiliki tanah yang subur dan

Indonesia bukan satu-satunya juga sebagai pengekspor dan produsen hasil

perkebunan di dunia. Masih ada negara-negara lain yang menjadi pesaing Indonesia

dalam melakukan perdagangan Internasional disektor perkebunan seperti Thailand,

Filipina, Brazil, Madagaskar, Pantai Gading (Cote D’iviore), Malaysia, Belanda,

India dan negara-negara lainya.

1.3 Tujuan Penelitian

Permasalahan yang telah dipaparkan dapat memberikan tujuan dari penelitian

ini. Produksi dan volume ekspor yang tidak stabil, produktivitas perkebunan yang

fluktuatif, era globalisasi dengan segala peraturannya, perjanjian bilateral maupun

multilateral dengan segala perjanjian yang telah disepakati bersama, hingga

permasalahan mutu hasil perkebunan yang menjadikan harga jual hasil perkebunan

Indonesia rendah dapat mengarahkan peneliti dalam menyimpulkan tujuan dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perkembangan ekspor dan strategi produk perkebunan pesaing

Indonesia di negara tujuan ekspor utama dan dunia tahun 2001, 2005 dan 2009.

Page 10: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

10

2. Memetakan posisi daya saing produk ekspor perkebunan Indonesia di negara

tujuan ekspor utama dan dunia tahun 2001, 2005 dan 2009.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang daya saing perkebunan Indonesia dipasar dunia ini

diharapkan mampu memberikan manfaat berupa tambahan ilmu pengetahuan bagi

peneliti dan kalangan akademisi untuk dijadikan referensi agar penelitian yang

berkaitan dapat terus dikembangkan. Manfaat lain yang dapat diberikan adalah agar

penelitian ini menjadi sebuah pertimbangan dalam membuat sebuah kebijakan baik

untuk pemerintah maupun pelaku eksportir.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Perkebunan Indonesia memilki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hasilnya,

oleh sebab itu penelitian ini hanya akan membahas komoditas unggulan dalam

perkebunan yang juga dilihat dari posisi nilai ekspor didunia. Komoditas tersebut

adalah : kelapa, kacang mede, kopi, teh, lada, kayu manis, cengkeh, biji pala, kelapa

sawit, kakao, tembakau dan karet. Komoditi unggulan tersebut juga berada dalam 10

besar dalam ekspor dunia dalam nilai, kecuali teh tahun 2001 (urutan 11) dan karet

(12) tahun 2005. Untuk lebih jelas spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 3. Tahun

pembahasan yang digunakan adalah tiga tahun dalam satu dekade, yaitu tahun 2001,

2005 dan 2009. Alasan pengambilan tahun tersebut karena dinilai dapat memberikan

gambaran bagaimana nilai ekspor dan daya saing kita dipasar internasional dalam

satu dekade. Ada beberapa komoditi kenegara tertentu yang tidak dapat diestimasi

dengan menggunakan EPD karena tidak kontinyu dalam ekspor komoditi tersebut

kenegara tujuannya.

Negara tujuan ekspor utama kedua belas komoditi tersebut adalah Malaysia,

Jerman, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, China, India, Australia,

Inggris, Belgia. Sebelas negara tujuan uatama tersebut dipilih dengan melihat nilai

dari ekspor Indonesia disetiap komoditi, pertahunnya dan juga berdasarkan negara

yang mengimpor paling besar komoditi perkebunan Indonesia menurut UNComtrade.

Page 11: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

11

Selain itu pemilihan sebelas negara tersebut juga mewakili belahan dunia, kecuali

Afrika. Asia : Malaysia, Singapura, Jepang, China dan India ; Eropa : Jerman,

Belanda, Belgia dan Inggris ; Amerika : Amerika Serikat serta Australia.

Tabel 3. Spesifikasi Komoditi yang diteliti No HS Code Komoditi

1 080111 Kelapa diparut dan dikeringkan

2 080131 Kacang Mete berkulit

3 090111 Kopi, tidak digongseng/tidak dihilangkan kafeinnya

4 090210 Teh Hijau, (tidak difermentasi) dikemas max 3kg

5 090411 Lada, tidak dihancurkan/ tidak ditumbuk

6 090610 Kayu Manis dan Bunga kayu manis tidak dihancurkan/ ditumbuk

7 090700 Cengkeh (utuh, bunga dan tangkai)

8 090810 Biji pala (berkulit dan dikupas)

9 151110 Minyak mentah kelapa sawit

10 180100 Biji kakao ( Utuh/pecah, mentah/ di gongseng)

11 240110 Belum dipabrikasi, tembakau bertangkai /bertulang daun

12 400110 Lateks karet alam, di pravulkanisasi / tidak

Sumber : UNComtrade

Analisis daya saing ekspor komoditi perkebunan dibandingkan dengan dua

negara tetap yang berada dikawasan ASEAN yang dianggap memiliki kesamaan

geografis dan karakteristik dengan Indonesia, yaitu Thailand dan Filipina. Selain dua

negara tersebut, disetiap tahun dan komoditi terdapat pesaing yang berbeda-beda.

Pesaing yang dipilih adalah, dua negara yang memiliki nilai ekspor yang tinggi

disetiap tahun dan komoditi.

Page 12: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.ipb.ac.id · 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada

12