89
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan kesehatan yang baik akan menunjang pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial. Yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan ). Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat sangat ditentukan oleh keberhasilan menumbuhkan wawasan kesehatan pada setiap pelaku pembangunan ( masyarakat maupun sektor lain diluar kesehatan ). Konsep paradigma sehat berarti mencegah lebih baik daripada mengobati dan pemberdayaan pada masyarakat agar dapat berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan yang sehat. 1

BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Suatu Makalah dalam sistematika penulisannya harus didahului oleh penulisan BAB I yang berisikan pendahuluan atau hal-hal yang melatarbelakangi penulisan dilakukan oleh sang penulis

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan.

Pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan kesehatan

yang baik akan menunjang pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan pembangunan

kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga dapat hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa,

dan sosial. Yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU

23 tahun 1992 tentang kesehatan ).

Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep dalam

menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya

menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan. Keberhasilan

pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat sangat ditentukan oleh keberhasilan

menumbuhkan wawasan kesehatan pada setiap pelaku pembangunan ( masyarakat maupun

sektor lain diluar kesehatan ).

Konsep paradigma sehat berarti mencegah lebih baik daripada mengobati dan

pemberdayaan pada masyarakat agar dapat berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan yang

sehat.

Paradigma sehat berisi tentang upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan status

kesehatan masyarakat Indonesia, yang meliputi pembangunan berwawasan kesehatan,

profesionalisme, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan desentralisasi.Adapun

tujuan pembangunan nasional adalah untuk percepatan pencapaian MDGs . Adapun misi

pembangunan kesehatan di Indonesia :

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,

termasuk swasta dan masyarakat madani.

b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan

yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.

d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

1. Strategi pembangunan kesehatan di Indonesia :

a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan

b. Profesionalisme

c. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat

d. Desentralisasi

2. Pokok-pokok program pembangunan kesehatan :

a. Pokok program pemberdayaan masyarakat.

b. Pokok program upaya kesehatan.

c. Pokok program lingkungan sehat.

d. Pokok program pengembangan sumber daya kesehatan.

e. Pokok program pengembangan kebijakan dan manajemen.

f. Pokok program pengembangan dan penelitian kesehatan.

Perubahan pemahaman tentang pengertian sehat dan kesadaran yang semakin

meningkat mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan telah membawa

kesimpulan bahwa pemberian pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif tidak akan

mampu menciptakan masyarakat sehat seperti yang diharapkan. Upaya mencapai kesehatan

masyarakat memerlukan pendekatan yang bersifat pembinaan dalam jangka panjang akan

mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam pemeliharaan kesehatan

melalui peningkatan kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan.

Upaya kesehatan yang semula lebih terfokus pada kuratif dan rehabilitatif, secara

berangsur berkembang ke arah promotif dan preventif, sehingga puskesmas merupakan ujung

tombak untuk mencapai “ MDGs (Millenium Development Goals)”.

Propinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 3.254.620 ha atau 26,04% luas pulau

jawa. Pemanfaatan tanah paling besar untuk areal pesawahan. Peningkatan angka

pertambahan penduduk sangat mencolok, umur harapan hidup penduduk juga telah

meningkat.

Puskesmas sebagai salah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional terdepan

berperan sebagai unit pelayanan kesehatan pemerintah diharapkan menjadi pusat

pengembangan pembangunan kesehatan dalam mencapai tujuan nasional. Untuk

2

Page 3: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

merealisasikan peran dan fungsi puskesmas tersebut, maka diperlukan perangkat manajemen

yang baik demi penyelenggaraan puskesmas secara terpadu dan menyeluruh.

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah juga merupakan

pusat pengembangan, pembinaan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas dalam hal

ini mempunyai fungsi medis dan administratif, oleh karena itu puskesmas dituntut untuk

melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dengan sebaik-baiknya. Puskesmas dalam melaksanakan

tugas ini diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan dan motivasi kerja dari para

pekerja kesehatannya.

Pelayanan kesehatan di puskesmas meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif yang ditujukan pada semua umur. Puskesmas dengan segala keterbatasan

meliputi keterbatasan SDM dan sarana, memiliki tanggung jawab yang besar. Salah satu

upaya yang perlu dilakukan untuk melaksanakan tanggung jawab ini adalah dengan

mengelola sumber daya sebaik mungkin dengan menggunakan manajemen puskesmas yang

baik dan tepat.

Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui 6 kegiatan pokok

secara terpadu dan menyeluruh, meliputi KIA/KB, Usaha Peningkatan Gizi, Kesehatan

Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Pengobatan dan Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat (PKM) serta ditambah lagi dengan Upaya Kesehatan Pengembangan

yaitu : Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Upaya Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan

Olahraga, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Gigi dan mulut, Upaya Kesehatan Jiwa,

Upaya Kesehatan Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan Upaya Pengobatan Tradisional

sehingga dapat mewujudkan misi puskesmas. Upaya Kesehatan Pengembangan yang

disebutkan diatas bergantung kepada situasi dan kondisi tiap-tiap Puskesmas.

Secara operasional, Puskesmas berarti harus ada upaya yang berkelanjutan,

menyeluruh, terpadu, sistematis dan objektif yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan.

Untuk mengembangkan reformasi Puskesmas, ada 3 pendekatan yang dapat

diterapkan yakni:

a. Penentuan prioritas program puskesmas

b. Pengembangan program menjaga mutu

3

Page 4: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

c. Pengembangan swadana

Ketiga pendekatan itu sebaiknya dilaksanakan bertahap dan berkelanjutan karena

saling terkait satu sama lain. Dengan melakukan reformasi Puskesmas, diharapkan dapat

mengatasi berbagai masalah kesehatan terutama yang potensial berkembang di wilayah kerja

Puskesmas.

Untuk mengetahui apakah manajemen dari suatu kegiatan berhasil atau tidak maka

diperlukan adanya suatu evaluasi. Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah

dicapai dengan tujuan yang direncanakan. Evaluasi merupakan bagian yang penting dari

proses manajemen, karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik terhadap program

atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh

mana tujuan-tujuan yang direncanakan itu telah mencapai tujuan atau belum.

Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan adanya jenis

evaluasi, yakni jenis evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan

untuk mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau

perbaikan program. Biasanya evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk

menilai hasil akhir dari suatu program. Meskipun demikian pada praktek evaluasi program

sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut.

Evaluasi suatu program masyarakat dilakukan terhadap 3 hal, yakni evaluasi terhadap

proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan evaluasi terhadap dampak

program:

a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut

penggunaan sumber daya seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain.

b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil,

yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya:

meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya, dan sebagainya.

c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut

berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program kesehatan

tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan

masyarakat.

4

Page 5: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Pada laporan ini akan dibahas tentang pelaksanaan manajemen pelayanan

PuskesmasSalaman I dan permasalahannya. Berdasarkan latar belakang diatas dapat

dirumuskan permasalahan yang ada yaitu bagaimana hasil pencapaian upaya kegiatan pokok

di Puskesmas Salaman I dibandingkan dengan target dalam Standar Pelayanan Minimal

(SPM) yang berlaku.

Identifikasi masalah ini dilakukan menggunakan SPM Puskesmas Salaman dimana

jumlah cakupan balita yang datang dan ditimbang (D/S) untuk bulan Januari - Februari 2012

sebesar 2604 balita (besar cakupan 41%) dimana target yang ditetapkan Dinkes Kabupaten

Magelang sebesar 80% sehingga besar pencapaian adalah52% dari Dinkes.

Sementara itu, di Dusun Jetis Desa Ngedirejo jumlah cakupan balita periode Januari –

Februari 2012 jumlah balita yang datang dan ditimbang (D) balita 15 untuk bulan Januari dan

22 untuk bulan Februari, dan jumlah seluruh balita adalah 28 balita sehingga cakupannya

mencapai61 % sementara pencapaiannya 76%. Hal ini menunjukan bahwa cakupan balita yang

datang dan ditimbang berat badannya di Dusun Jetis Desa Ngedirejo masih lebih rendah dari

target yang ditetapkan.

Hal ini menunjukan bahwa cakupan balita datang dan di timbang di Dusun Jetis Desa

Ngadirejo masih lebih rendah dari target yang ditetapkan. Oleh karena itu penulis ingin

mengambil judul tentang “Evaluasi Program Gizi Cakupan Balita Yang Datang dan

Ditimbang Berat Badannya di Dusun Jetis Desa NgedirejoKecamatan Salaman Kabupaten

Magelang Periode Januari-Februari 2012”

I.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, serta hasil analisa program gizi di Dusun

Jetis Desa Ngedirejo didapatkan data bahwa balita yang datang dan ditimbang periode

Januari-Februari 2012 masih dibawah target pencapaian. Banyak faktor yang mempengaruhi

hal itu, oleh sebab itu perlu diketahui apa sajakah penyebab masih rendahnya jumlah balita

yang datang, ditimbang dan naik berat badannya di Dusun Jetis Desa Ngedirejoperiode

Januari-Februari 2012.

I.3 TUJUAN

Penulisan laporan kegiatan yang berjudul Evaluasi Manajemen Pelayanan Puskesmas

Salaman I ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.

5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

B.1. Tujuan umum :

Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis, serta mengevaluasi penyebab rendahnya

cakupan balita yang datang dan ditimbangn (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngedirejo, kecamatan

Salaman Iperiode Januari-Februari 2012.

B.2. Tujuan khusus :

1. Mendeskripsikan data umum (geografi, demografi, lingkungan, perilaku kesehatan)

wilayah kerja Puskesmas Salaman I

2. Mengetahui hasil pencapaian upaya-upaya kesehatan :

- KIA dan KB

- Gizi

- Kesehatan Lingkungan

- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)

- Promosi Kesehatan

- Pengobatan

di Puskesmas Salaman I pada bulan Januari - Februari 2012.

3. Mengetahui proses manajemen Puskesmas Salaman I

4. Mampu mengidentifikasi masalah Puskesmas Salaman I

5. Diperoleh data umum Dusun Jetis Desa Ngedirejo kecamatan Salaman I Kabupaten

Magelang.

6. Diperoleh profil balita di Dusun Jetis Desa Ngedirejo kecamatan Salaman I Kabupaten

Magelang periode Januari-Februari 2012.

7. Mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya balita yang datang dan

ditimbang (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngedirejo kecamatan Salaman I Kabupaten

Magelang periode Januari-Februari 2012.

8. Menganalisis, dan mengevaluasi penyebab masalah rendahnya cakupan balita yang

datang dan ditimbang berat badannya (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngedirejo kecamatan

Salaman I Kabupaten Magelang periode Januari-Februari 2012.

9. Memilih alternatif dan menentukan prioritas pemecahan masalah rendahnya cakupan

balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngedirejo

kecamatan Salaman I Kabupaten Magelang.

6

Page 7: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

I.4 MANFAAT

1. Bagi Masyarakat Dusun Jetis

Menambah pengetahhuan masyarakat, terutama ibu – ibu yang memiliki balita

mengenai pentingnya pemantauan dan penimbangan berat badan balita sehingga

meningkatkan kesadaran ibu – ibu yang mempunyai balita untuk melakukan penimbangan

dan pemantauan perkembangan balita secara rutin di Posyandu.

2. Bagi Puskesmas Salaman I

Sebagai masukan serta evaluasi kinerja petugas puskesmas maupun petugas kesehatan

di Dusun Jetis, Desa Ngadirejosehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta

meningkatkan cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya.

3. Bagi Penulis

a. Menambah pengetahuan penulis tentang pemantauan dan pertumbuhan balita

b. Menambah pengetahuan penulis tentang penyebab dan pemecahan masalah

mengenai rendahnya cakupan balita yang datang dan di timbang berat badannya.

7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep

pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah memperhitungkan

dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan kesehatan

masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.

(Depkes RI, 2004).(1)

Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan

maka pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM

di berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program – program pra-upaya kuratif

dan rehabilitatif yang didukung oleh informasi kesehatan secara berkesinambungan sehingga

dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki

kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan

yang berkualitas. Salah satu nya adalah pembentukan posyandu.

II.2. POSYANDU

II.2.1. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus

memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain : gizi,

imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare.(3) Definisi lain

Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan

dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.(4)

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

II.2.2. Tujuan Posyandu

Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur.(3) Posyandu direncanakan dan

dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga Ketahanan Masyarakat

Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang

KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina

LKMD tingkat kecamatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh

masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat; mau dan mampu

bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin dan mempunyai cukup

waktu untuk bekerja bagi masyarakat. Posyandu dapat melayani semua anggota

masyarakat, terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan Usia

Subur (PUS). Biasanya dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi

oleh masyarakat dan ditentukan masyarakat sendiri.

II.2.3. Kedudukan Posyandu

Menurut lokasinya Posyandu dapat berlokasi di setiap desa atau kelurahan atau

negara. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dapat berlokasi di tiap RW, dusun,

atau sebutan lain yang sesuai. Kedudukan Posyandu (4) adalah :

Terhadap pemerintah desa atau kelurahan, adalah sebagai wadah pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintah

desa atau kelurahan.

Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek

administrasi, keuangan dan program Pokja.

Terhadap berbagai UKBM, adalah sebagai mitra.

Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan, adalah sebagai satuan organisasi yang

mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan Kecamatan.

Terhadap Puskesmas, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang

kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.

9

Page 10: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

II.2.4. Tugas dan Tangung Jawab Pihak-Pihak yang Terkait

Beberapa pihak yang terkait dengan kegiatan Posyandu memilikitugas dan

tangung jawab sebagai berikut (4) :

a. Kader Kesehatan

Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana danprasarana Posyandu.

Melaksanakan pendaftaran.

Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yangberkunjung ke Posyandu.

Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisibuku register

Posyandu.

Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai denganhasil penimbangan

serta memberikan PMT.

Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai dengankewenangannya,

misalnya memberikan vitamin A, tablet besi,oralit, pil KB, kondom. Bila ada

petugas kesehatan makakegiatan kesehatan dilakukan bersama dengan

petugaskesehatan.

Setelah selesai penimbangan bersama petugas kesehatanmelengkapi pencatatan

dan membahas hasil kegiatan sertatindak lanjut.

b. Petugas Kesehatan

Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di meja 5

(lima).

Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, gizi dan KB kepada pengunjung

Posyandu dan masyarakat luas.

Menganalisa hasil kegiatan Posyandu dan melaporkannya kepada Kepala

Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan

sesuai kebutuhan.

II.2.5. Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatanpengembangan

atau pilihan, yaitu (5) :

a. Kegiatan Utama

1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a) Ibu hamil

Pelayanan meliputi :

10

Page 11: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

i. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh

kader kesehatan.

ii. Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah,

pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang periksa dan pemberian

imunisasi Tetanus Toxoid. Bila ditemukan kelainan maka segera dirujuk ke

Puskesmas.

iii. Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada hari buka

Posyandu yang kegiatannya antara lain : penyuluhan tentang tanda bahaya

kehamilan, persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi ibu hamil, perawatan

payudara dan pemberian ASI, peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam

ibu hamil.

b) Ibu nifas dan menyusui

Pelayanannya meliputi :

i. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan lahir.

ii. Pemberian vitamin A dan tablet besi

iii. Perawatan payudara

iv. Senam ibu nifas

v. Bila ada petugas kesehatan dan tersedia ruangan maka dapat dilakukan

pemeriksaan payudara, tinggi fundus uteri, dan pmeriksaan lochea.

c) Bayi dan anak balita

Jenis pelayanan untuk bayi dan balita mencakup :

i. Penimbangan

ii. Penentuan status gizi

iii. Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita

iv. Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan kesehatan,

imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila ditemukan adanya

kelainanakan dirujuk ke Puskesmas.

2) Keluarga Berencana

11

Page 12: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Pelayanan KB di Posyandu yang diselenggarakan oleh kader adalah

pemberian pil dan kondom. Bila ada petugas keehatan maka dapat dilayani KB

suntik dan konseling KB.

3) Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila ada petugas

kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang diberikan yang sesuai

program, baik untuk bayi, balita maupun untuk ibu hamil, yaitu : BCG, DPT,

hepatitis B, campak, polio, dan tetanus toxoid.

4) Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk pelayanannya

meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,

penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup besi

(Fe). Untuk ibu hamil dan ibu nifas diberikan tablet besi dan yodium untuk daerah

endemis gondok.

5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare antara lain

dengan cara penyuluhan tentang diare dan pemberian oralit atau larutan gula

garam.(4,6)

b. Kegiatan Pengembangan

Dalam keadaan tertentu Posyandu dapat menambah kegiatan baru, misalnya :

perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan berbagai

program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu demikian disebut dengan

Posyandu Plus.

Penambahan kegiatan baru tersebut dapat dilakukan bila cakupan kegiatan

utamanya di atas 50%, serta tersedianya sumberdaya yang mendukung. (4)

Kegiatan bulanan di Posyandu mengikuti pola keterpaduan KBKesehatan dengan

sistem lima meja (10) :

Meja I : Pendaftaran.

Meja II : Penimbangan bayi dan anak balita.

Meja III : Pengisian KMS.

Meja IV : Penyuluhan perorangan

12

Page 13: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Meja V :Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA,KB,

Imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai dengan

kebutuhan.

II.2.6. Stratifikasi Posyandu

Semua Posyandu didata tingkat pencapaiannya, baik dari segipengorganisasian

maupun pencapaian programnya. Tujuannya adalahmelakukan kategorisasi atau

stratifikasi posyandu, yang bisadikelompokkan menjadi 4 tingkat, yaitu berturut-turut

dari terendahsampai tertinggi sebagai berikut (10) :

a. Posyandu Pratama, dengan warna merah

b. Posyandu Madya, dengan warna kuning

c. Posyandu Purnama, dengan warna hijau

d. Posyandu Mandiri, dengan warna biru

Penggolongan diatas dilakukan atas dasar pengorganisasian dan tingkat

pencapaian programnya, dalam hal ini digunakan 8 indikator yaitu :

a. Frekuensi penimbangan pertahun

Seharusnya posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila

teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya tidak

semua posyandu dapat berfungsi setiap bulan.Untuk itu diambil batasannya 8

kali.Posyandu yang mapan bila kegiatannya > 8 kali. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Yonferizal (2007), yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan

keaktifan kader dengan intensitas pelayanan posyandu.(7)

b. Rata-rata jumlah kader pada hari H posyandu

Jumlah kader yang bertugas pada hari H dapat dijadikan indikasi lancar

tidaknya posyandu.Bila jumlah kader 5 orang atau lebih tanda kegiatannya

tertangani dengan baik.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian M. Munir Salham,

dkk. (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan

antara motiasi kader dan pengguna pada hari buka Posyandu dengan revitalisasi

Posyandu, karena semakin tinggi tingkat motivasi kader dan pengguna semakin

tercapai pula upaya revitalisasi atau sebaliknya.(6,7)

c. Cakupan D/S

13

Page 14: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Cakupan D/S dapat dijadikan tolak ukur peran serta masyarakatdan aktivitas

kader atau tokoh masyarakat dalam menggerakkanmasyarakat setempat

untukmemanfaatkan posyandu. Peran serta masyarakat dianggap baik bila D/S

dapat mencapai 50 %. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2008),

disebutkan bahwa pengetahuan, sikap, pekerjaan, penghasilan, ketersediaan PMT,

kebutuhan, ketrampilan kader, dan keterjangkauan Posyandu mempunyai

hubungan bemakna terhadap pemanfaatan Posyandu balita.(7)

d. Cakupan Imunisasi

Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun.Cakupan

kumulatif dianggap baik bila mencapai 50 % keatas.

e. Cakupan ibu hamil

Cakupan pemeriksaan ibu hamil dihitung secara kumulatif selama 1 (satu)

tahun.Batas mapan tidaknya posyandu digunakan angka 50 %.

f. Cakupan KB

Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama 1 (satu)

tahun.Pencapaian 50 % keatas.

g. Program Tambahan

Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program yaitu : KIA, KB, Perbaikan

Gizi, Imunisasi dan Penaggulangan Diare. Bila telah mantap, maka programnya

dapat ditambahan. Program tambahan disini adalah bentuk upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat seperti : Bina Keluarga Balita, Pos Obat Desa,

Pondok Bersalin Desa, dan sebagainya.

h. Dana Sehat

Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan posyandu. Diharapkan

bila dana sehat telah mampu membiayai posyandu, maka tingkat kemandirian

masyarakat sudah baik. Sebagai ukuran digunakan persentase kepala keluarga

(KK) yang ikut dana sehat, dikatakan baik bila cakupan > 50 %.

Data Hasil Kegiatan Posyandu

14

Page 15: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Data yang dihasilkan dari kegiatan Posyandu yang tersedia di tingkat

Posyandu dan desa adalah sebagai berikut (4) :

Tabel 1. Data hasil kegiatan Posyandu yang tersedia di tingkat Posyandu dan Desa

Data Posyandu Desa

S

K

D

N atau T

BGM

O

B

Jumlah seluruh balita di wilayah Posyandu

Jumlah balita yang memiliki KMS pada bulan ini di wilayah

kerja Posyandu

Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja Posyandu

Balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis pertumbuhan

pada KMS naik (N) atau tidak naik (T)

Balita yang BB-nya di bawah garis merah pada KMS.

Balita yang tidak ditimbang bulan sebelumnya.

Anak yang baru pertama kali ditimbang bulan ini Rekapitulasi

jumlah balita yang baru pertama kali ditimbang bulan ini dari

seluruh Posyandu di desa

Sumber : Depkes RI, 2002.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk pemantauan dari data yang tersedia di atas

tidak semuanya digunakan untuk keperluan pemantauan pertumbuhan. Data yang diperlukan

untuk pemantauan pertumbuhan adalah N atau T, D, BGM, O dan B.4

Faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah balita yang datang dan

ditimbang (D/S)

15

Page 16: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

1. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan/ pemahaman

masyarakat mengenai balita yang sehat.Makin rendah tingkat pendidikan seseorang

makin rendaj pula tingkat pemahaman atau pengetahuan mengenai balita yang sehat,

begitu pula sebaliknya, makin tinggi tingakat pendidikan seseorang makin tinggi pula

tingkat pemahaman/ pengetahuan tentang balita sehat.Pendidikan juga dapat diberikan di

bidang kesehatan secara formal di suatu klinik balita yang dapat dipakai di seluruh

puskesmas.

2. Tingkat Pengetahuan

Tahu adalah mengerti sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami, atau diajar.

Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang

baik untuk di konsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan

memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi.

Semakin bertambahnya pengetahuan ibu maka seorang ibu akan mengerti jenis dan

jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak

balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, sehingga dapat

mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga.

II.3 Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita

II.3.1 Pengertian KMS

KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator

perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita

setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “

rapor “ kesehatan dan gizi (Catatan riwayat kesehatan dan gizi ) balita ( Depkes RI,

1996 ). Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan

dengan timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu yang disebut

“Kartu Menuju Sehat “ (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak

yang dipantau dapat segera terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik

yang dicatat dan tertera pada KMS tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang

menderita hambatan pertumbuhan di suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka

waktu periodik ( bulan ) dan dapat segera diteliti lebih jauh apa sebabnya dan dibuat

rancangan untuk diambil tindakan penanggulangannya secepat mungkin. Kondisi

16

Page 17: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui KMS, yang pertimbangannya

dilakukan di Posyandu ( Pos Pelayanan terpadu ), ( Sediaoetama, 1999 ). Indikator BB /

U dipakai di dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu untuk memantau

pertumbuhan anak secara perorangan. Pengertian tentang “ Penilaian status Gizi ” dan “

Pemantauan pertumbuhan ” sering dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan.

KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat pendidikan kepada masyarakat terutama

orang tua agar dapat memantau pertumbuhan anak, dengan pesan “ Anak sehat tambah

umur tambah berat” ( Soekirman, 2000 ).

II.3.2 Tujuan Penggunaan KMS Balita

Umum : Mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita

secara optimal.

Khusus :

Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat pertumbuhan dan

perkembangan balita yang optimal.

Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan – tindakan untuk

mewujudkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal.

Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan

dan gizi kepada balita. ( Depkes RI, 1996 )

II.3.3. Fungsi KMS Balita

a. Sebagai media untuk “ mencatat / memantau ” riwayat kesehatan balita

secara lengkap.

b. Sebagai media “ penyuluhan ” bagi orang tua balita tentang kesehatan balita

c. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk

menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.

d. Sebagai kartu analisa tumbuh kembang balita

( Depkes RI, 1996 )

Fungsi KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan bukan

untuk penilaian status gizi. Artinya penting untuk memantau apakah berat

badan anak naik atau turun, tidak untuk menentukan apakah status gizinya

kurang atau baik, ( Soekirman, 2000 ).

17

Page 18: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

II.4 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang

ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk

memecahkannya.

Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :

Menyatakan hubungan dua atau lebih variable

Dapat diukur

Dapat diatasi (Hartoyo,2007)

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:

1. Identifikasi / inventarisasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,

menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya

SPM.Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau

mengukur hasil pencapaian.Yang terakhir membandingkan antara keadaan

nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator

tertentu yang sudah ditetapkan.

2. Penentuan prioritas masalah

Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang

daripada satu orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:

Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dll.

3. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan

curah pendapat.Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang

dari masalah tersebut.

4. Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang

didukung oleh data atau konfirmasi.

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

18

Page 19: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab

yang sudah diidentifikasi.Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada

alternatif pemecahan masalah.

6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan

pemecahan terpilih.Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan

Hanlon kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.

7. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of

Action atau Rencana Kegiatan)

8. Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan

masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan

menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat

dipecahkan.

Siklus Pemecahan Masalah

19

Page 20: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Gambar 1. Diagram Analisis Masalah

II.5 Analisis Penyebab Masalah

Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan system untuk

mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan – pendekatan masalah.

Dari pendekatan system ini dapat ditelusuri hal – hal yang mungkin menyebabkan

munculnya permasalahan di Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman

Kabupaten Magelang

Adapun sistem yang diutarakan disini adalah system terbuka pelayanan kesehatan

yang dibarkan sebagai berikut :

20

Page 21: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Gambar 2. Kerangka Pikir Pendekatan Sistem

II.6 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks MIVC

Setelah menemukan alternative pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif

pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode Matriks :

Keterangan:

Magnitude (m)

Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar atau

banyak penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif.

Importancy (i)

Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian

dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif.

Vunerability (v)

Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitive maka akan

semakin efektif.

Skor untuk (magnitude, importancy dan vunerability):

1. Sangat kurang efektif

21

ENVIRONMENT

INPUT PROCESS

P1

P2

P3

OUTPUT

Cakupan

Program

OUTCOME IMPACT

M x I x V

C

Page 22: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

2. Kurang efektif

3. Cukup efektif

4. Efektif

5. Sangat efektif

Cost (c)

Artinya biaya.

Skor untuk (cost):

1. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin kecil.

2. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan kurang besar

3. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan cukup besar

4. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan besar

Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin atau sangat besar.

BAB 3

22

Page 23: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori Penelitian

Gambar 4. Kerangka Teori Penelitian

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

23

Ibu lebih mementingkan

pekerjaan daripada

memperhatikan

pertumbuhan balitanya.

Pengetahuan Kader akan pentingnya balita yang dan ditimbang di posyandu yang kurang

Sedikitnya penyuluhan yang menarik

untuk ibu – ibu mengenai pentingnya

menimbang balita secara rutin ke

posyandu

Rendahnya pengetahuan

ibu yang memiliki balita

usia 0 – 5 tahun.

Kurangnya kesadaran

ibu untuk datang dan

menimbang rebalitanya

Rendahnya Cakupan Balita yang Datang dan ditimbang.

INPUT

Man

Money

Method

Material

Machine

PROSES

LINGKUNGAN

OUTPUT

Page 24: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian

BAB IV

24

Pengetahuan dan kesadaran ibu yang memiliki balita untuk datang dan menimbang di posyandu

Keaktifan Kader atau petugas kesehatan (bidan desa)

Penyuluhan mengenai pentingnya balita yang datang dan ditimbang di posyandu

Balita yang datang dan di timbang

Page 25: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

METODE PENELITIAN

Laporan ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder yang didapatkan

selama empat hari dari tanggal 3 April s/d 6 April 2012 di Puskesmas Salaman dan Posyandu

Jetis. Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1, P2, P3) yang diperoleh dari

dokter puskesmas beserta staf – staf Puskesmas. Data sekunder diperoleh dari data tertulis

yang ada diPuskesmas Salaman I dan Posyandu Jetis.

Hasil data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Kemudian dilakukan identifikasi

masalah menggunakan SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan ditentukan prioritasnya

menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Tahap selanjutnya adalah analisa penyebab

masalah menggunakan metode fishbone. Selanjutnya ditentukan alternatif pemecahan

masalah dengan menggunakan pendekatan manajemen dan ditentukan pemecahan masalah

dengan menggunakan kriteria matriks untuk selanjutnya dibuat rencana kegiatan POA

(Planning of Action).

IV.1 Batasan Judul

Laporan kegiatan dengan judul “Rencana Peningkatan Progran Gizi Cakupan

Pemantauan dan Pertumbuhan Balita yang Datang dan Ditimbang Berat Badannya di Dusun

Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Periode Januari 2012”

memiliki batasan pengertian judul sebagai berikut :

a. Evaluasi

Suatu proses untuk menilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.

b. Program Gizi

Adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu

hamil. Ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta pra sekolah.

c. Cakupan

Adalah jangkauan suatu hal.

d. Balita

Adalah bayi dan anak yang berusia 0 – 5 tahun.

e. Balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D/S)

Jumlah balita yang datang serta di timbang berat badannya di posyandu balita.

f. Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.

25

Page 26: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Adalah salah satu dusun dari 9 dusun yang terdapat di Desa Ngadirejo yang berada di

wilayah kerja Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.

g. Periode Januari – Februari 2012

Adalah kurun waktu selama dua bulan pada awal tahun 2012.

IV.2 Definisi Operasional

a. Sasaran adalah banyaknya jumlah balita yang datang dan menimbang berat

badannya di wilayah Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten

Magelang.

b. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah balita yang datang dan

ditimbang dengan jumlah seluruh balita di wilayah Dusun Jetis Desa Ngadirejo

Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.

c. Balita yang datang dan di timbang (D/S) adalah anak berusia 0 – 5 tahun yang

datang ke posyandu untuk di timbang berat badannya.

d. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Menurut Notoadmojo (2003) kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat dikategorikan sebagai berikut

Tingkat pengetahuan baik bila skor 75-100 %

Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60-75 %

Tingkat pengetahuan kurang bila skor <60 %

e. Kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus

internaldan eksternal. Yaitu terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan sensasi

tubuh, memori danpikiran.

f. Perilaku adalah tanggapan atau reaksiindividu yang terwujud alam gerakan (sikap);

tidak saja badan atau ucapan.

IV.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :

a. Lingkup lokasi : Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten

Magelang.

26

Page 27: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

b. Lingkup waktu : Janurai 2012

c. Lingkup sasaran : Seluruh balita yang datang dan ditimbang berat badannya di

Dusun Jetis Desa Ngadirejo .

d. Lingkup metode : Kuesioner, wawancara dan pencatatan.

e. Lingkup materi : Evaluasi program gizi cakupan balita yang datang dan di

timbang (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngadirejo kecamatan

Salaman Kabupaten Magelang periode Januari- Februari

2012.

IV.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria Inklusi dalam laporan ini adalah ibu dengan balita yang datang dan ditimbang

serta bersedia diwawancarai di Dusun Jetis Desa Ngadirejo . Kriteria ekslusi, ibu dengan

balita yang tidak datanf dan ditimbang serta tidak bersedia diwawancarai.

BAB V

27

Page 28: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

HASIL PENELITIAN

V.1. Data Umum Desa Ngadirejo

V.1.1 Keadaan Geografi

Desa Ngadirejo terletak di wilayah kecamatan Salaman, Kabupaten

Magelang, Jawa Tengah, yang terdiri dari 11 dusun.

Gambar 5. Peta Desa Ngadirejo [Sumber: Balai Desa Ngadirejo]

V.I.2. Batas Wilayah

28

Page 29: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Wilayah Desa Ngadirejo dibatasi oleh :

1. Sebelah Utara : Desa Sidomulyo

2. Sebelah Selatan : Desa Paripurno dan Desa Menoreh

3. Sebelah Timur : Desa Tegalarum dan Desa Kebonsari, Kecamatan

Borobudur

4. Sebelah Barat : Desa Salaman, Kecamatan Salaman

V.I.3. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Ngadirejo berdasarkan data Balai Desa Ngadirejo

adalah 352, 692 Ha. Secara administratif, Desa Ngadirejo dibagi menjadi 11

dusun dan terdiri dari 28 RT dan 14 RW, meliputi:

Tabel 2. Jumlah RT dan RW Desa Ngadirejo

No Dusun RT RW

1 Ngadiwongso 6 3

2 Dadapan 2 1

3 Dawungan 2 1

4 Rejosari 2 1

5 Randusari 2 1

6 Pete 2 1

7 Jetis I 2 1

8 Jetis II 2 1

9 Diri 2 1

10 Pendem 2 1

11 Pongangan 4 2

V.II. Keadaan Demografi

29

Page 30: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

V.II.1. Jumlah Penduduk

Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

No DusunJenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan Jiwa Persentase KK

1 Ngadiwongso 601 692 1193 26,91% 364

2. Dadapan 131 140 271 6,11% 82

3. Dawungan 208 219 427 9,63% 117

4. Rejosari 109 129 238 5,36% 67

5. Randusari 155 154 309 6,97% 97

6 Pete 149 248 397 8,95% 106

7 Jetis I 109 109 218 4,91% 70

8 Jetis II 133 138 271 6,11% 79

9 Diri 141 154 295 6,65% 84

10 Pendem 141 127 268 6,04% 74

11. Pongangan 261 285 546 12,31 161

Jumlah 2138 2295 4433 100% 1301

Tabel 4. Penduduk menurut agama :

Islam

Kristen Katolik

Hindu Budha Konghuchu Jumlah

4432 1 - - - - 4433

Tabel 5. Penduduk menurut umur:

Kelompok umur

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4

0-4 173 208 381

5-9 192 218 410

30

Page 31: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

10-14 263 319 582

15-19 224 220 444

20-24 181 186 367

25-29 207 214 421

30-39 209 221 431

40-49 224 237 461

50-59 238 279 517

60+ 126 144 283

Jumlah 2137 2165 4297

Tabel 6. Penduduk menurut tingkat pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak/belum sekolah 873 22,78%

2 Belum tamat SD 897 20,23%

3 SD 1124 25,35%

4 SLTP 809 18,24%

5 SLTA 482 10,87%

6 Perguruan tinggi 111 2,50%

Jumlah 4296 100%

V.II.2 Mata Pencaharian Penduduk di Desa Ngadirejo

Tabel 7. Mata Pencaharian Desa Ngadirejo

No Pekerjaan Jumlah

Persentase

1 Petani sendiri 284 6,40%

2 Buruh tani 536 12,09%

3 Pengusaha 71 1,60%

4 Buruh industry 398 8,97%

31

Page 32: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

5 Buruh bangunan 303 6,83%

6 Pedagang 335 7,55%

7 Transportasi 118 2,66%

8 PNS/TNI/Polri 120 2,70%

9 Pensiunan 42 0,94%

10 Pelajar/mahasiswa 891 20,09%

11 Lain-lain 1198 30,11%

Jumlah 4296 100%

V.II.3 Fasilitas Pendidikan di Desa Ngadirejo

Tabel 8. Fasilitas Pendidikan di Desa Ngadirejo

No Sekolah Jumlah Guru Murid

1 TK 2 4 51

2 SD 3 24 281

3 SLTP - - -

4 SLTA - - -

V.II.4 Fasilitas Kesehatan di Desa Ngadirejo

Tabel 9. Fasilitas Kesehatan di Desa Ngadirejo

No Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 1

2 Pos Kesehatan / KIA 3

3 Puskesmas 1

4 Posyandu 6

32

Page 33: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

V.II.5 Tenaga Kesehatan di Desa Ngadirejo

Tabel 10. Tenaga Kesehatan di Desa Ngadirejo

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter -

2 Bidan 1

3 Kader 14

V. 3. HASIL SURVEY

V. 3.1 Survey Ibu Yang Memiliki Balita

Survey ini dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah masih kurangnya

pencapaian D/S di Dusun Jetis. Sebelum melakukan survey, dilakukan pendataan terlebih

dahulu mengenai jumlah balita di Dusun Jetisbulan Januari - Februari 2012.

Setelah mendapatkan data jumlah balita, penulis melakukan perhitungan :

Tabel 11. Data Balita Dusun JetisDesa Ngadirejo Periode Januari - Februari 2012

D/S di Dusun Jetis Desa Ngadirejo Januari 2012 Februari 2012

Jumlah balita yang datang dan ditimbang (D)

Jumlah balita yang tidak datang

Sasaran/ jumlah balita yang ada (S)

13 Balita

15 Balita

28 Balita

21 Balita

7 Balita

28 Balita

Dari tabel ini dapat dilihat bahwa pada bulan Januari - Februari 2012 terdapat15 dan 7

balita yang tidak datang dan ditimbang, kemudiandiambil 28 Responden

Setelah mengidentifikasi data, kemudian dilakukan survey terhadap 28 responden

pada tanggal 3 – 6 April 2012 yaitu kepada ibu – ibu yang yang memiliki balita yang pernah

datang, tidak datang dan tidak ditimbang saat posyandu, selanjutnya diadakan survey dengan

33

Page 34: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

menggunakan kuesioner dan wawancara yang dibuat berdasarkan penyebab jumlah balita

yang tidak datang dan tidak ditimbang (D/S rendah) di Dusun Jetis Desa Ngadirejo yang

berjumlah 15 balitauntuk bulan Januari dan 7 balita untuk bulan Februari

Dari survey yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Faktor Usia Anak

Tabel 12. Usia Anak

Usia Frekuensi %

0

1

2

3

4

5

-

4

8

7

9

-

0

14

28

25

33

0

28 100

Jika dikelompokan per dekade, maka menjadi 2 kelompok usia :

Tabel 13. Usia Anak per Dekade

Usia Frekuensi %

0 – 1

2 - 3

4- 5

4

15

9

14

54

32

28 100

Dari data pada Tabel 13 di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengunjung Posyandu

terbanyak adalah balita usia 2-3 tahun.

34

Page 35: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Tabel 14. Balita yang Tidak Datang dan Tidak Ditimbang

UsiaFrekuensi

Rerata %Januari Februari

0 – 1

2 - 3

4- 5

0

9

6

0

4

3

0

6,5

4,5

59

41

15 7

Dari data pada Tabel 14 di atas maka dapat disimpulkan bahwa balita yang tidak

datang dan ditimbang terbanyak adalah balita usia 2-3 tahun.

2. Faktor Usia Ibu

Dari hasil kuesioner yang disebar didapatkan usia ibu sebagai berikut :

Tabel 15. Usia Ibu

Usia Frekuensi %

19

20

21

22

24

26

27

32

33

34

36

37

38

2

1

3

2

2

4

2

1

3

2

3

1

2

7

4

11

7

7

14

7

4

11

7

11

4

7

28 100

35

Page 36: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Jika dikelompokan per dekade, maka menjadi 2 kelompok usia :

Tabel 16. Usia Ibu per Dekade

Usia Ibu Jumlah %

19 – 21

22 – 24

25 – 27

28 – 30

31 – 33

34 – 36

37 – 39

6

4

6

0

4

5

3

21

14

21

0

15

18

11

Total 28 100

3. Tingkat Pendidikan

Tabel 17. Tingkat Pendidikan Ibu di Dusun Jetis

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Tinggi (Sarjana)

Menengah (SMA)

Rendah (Tidak

sekolah, SD, SMP)

0

10

18

0

36

64

Total 28 100

Tabel 17. Menggambarkan tingkat pendidikan orang tua balita di Dusun Jetis Desa

Ngadirejo . Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang

berpendidikan rendah yaitu yang tidak bersekolah, SD dan SMP.

36

Page 37: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

4. Pekerjaan Ibu

Dari hasil wawancara kader dan kuesioner yang diedarkan, hampir semua ibu tidak rutin

membawa anaknya ke posyandu adalah ibu yang bekerja diluar rumah. Hasil ini disajikan

pada tabel 16di bawah ini :

Tabel 18. Ibu Bekerja

Ibu bekerja Jumlah %

YA

TIDAK

Total

18

10

28

64

36

100

Dari tabel 18. Dapat dilihat bahwa pada 20 responden yang tidak rutin membawa

balitanya ke posyandu sebesar 72 % adalah ibu bekerja. Tabel 12 di bawah akan

menggambarkan jenis pekerjaan ibu.

Tabel 19. Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah %

Ibu Rumah Tangga

Wiraswasta

Pedagang

Buruh

Petani

Total

10

2

3

5

8

28

36

7

11

18

29

100

Dari tabel 19. Didapatkan jenis pekerjaan dari 28 responden adalah 10 orang (36 %)

tidak bekerja atau ibu rumah tangga , 10 orang (36 %) bekerja sebagai pedagang,

bekerja sebagai petani 8 orang (29%) dan 5 orang (18%) bekerja sebagai buruh.

37

Page 38: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

5. Faktor Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Posyandu)

Tabel 20. Faktor Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Posyandu)

Pelayanan Kesehatan Jumlah %

Terjangkau

Tidak Terjangkau

Total

28

0

28

100

0

100

Dari 28 responden mengatakan bahwa pelayanan kesehatan (posyandu) terjangkau

karena diadakan setiap bulan yaitu pada tanggal 5 setiap bulannya, tidak memerlukan

transportasi dan dana untuk transportasi serta waktu yang lama.

6. Faktor Pengetahuan

Tabel 21. Pengetahuan Ibu tentang Posyandu dan KMS

PengetahuanNilai 75-100%

(Baik)

Nilai 60-75 %

(Cukup)

Nilai < 60%

(Kurang)

Jumlah

%

5

18 %

4

14 %

21

75 %

Tabel 21. Menunjukan bahwa pengetahuan responden terhadap pengertian, fungsi, kapan

diadakannya, pengertian KMS, fungsi KMS dan cara membaca serta pengertian KMS

didapatkan bahwa ibu yng berpengetahuan baik 18 %, berpengetahuan cukup 14 %,

berpengetahuan kurang 75 %. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa sebagian besar ibu

memiliki pengetahuan yang rendah tentang Posyandu dan KMS.

38

Page 39: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

7. Sikap Ibu

Tabel 22. Sikap Ibu terhadap Posyandu dan KMS

Sikap Ibu terhadap Posyandu dan KMS Setuju Tidak Setuju

Jumlah Responden 28 0

% 100 0

Dari tabel 22. Ini dapat dilihat bahwa sikap seluruh responden baik terhadap posyandu

dan KMS.

8. Perilaku Ibu

Tabel 23. Perilaku Ibu Datang dan Menimbang Balita

Keterangan :

Jika yang menjawab ‘TIDAK” >50 % : perilaku kurang baik

Jika yang menjawab “TIDAK” < 50 % : perilaku baik

Tabel 23 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku ibu kurang baik untuk datang

dan menimbang balitanya ke Posyandu, membawa KMS saat ke posyandu, dan

memperhatikan kenaikan dan penurunan berat badan balita.

Tabel 24. Penyebab Ibu Tidak Membawa Balitanya ke Posyandu

Pelayanan Kesehatan Jumlah %

Ibu bekerja atau sibuk

Ibu pergi atau berhalangan hadir

20

5

72

18

39

Perilaku Ya Tidak1 x 2 x 3xJumlah 2 6 2 18

% 7 12 7 64

Page 40: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Ibu tidak tahu jadwal posyandu jika di undur

dari jadwal biasanya

Total

3

28

10

100

Tabel 25. Menunjukan bahwa ibu tidak membawa balita ke posyandu yang pertama adalah

karena ibu bekerja dan sibuk. Penyebab kedua ibu pergi atau berhalangan hadir, yang ketiga

adalah ibu tidak tahu jadwal posyandu jika diundur dari jadwal biasanya.

V.3.2 Hasil Wawancara Tenaga Kesehatan

Hasil wawancara dengan tenaga kesehatan dalam hal ini dengan bidan Desa

Ngadirejodidapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 25. Hasil Wawancara Tenaga Kesehatam (Bidan Desa Ngadirejo)

Bagian Nilai

I Identitas

Usia :

Pendidikan :

Masa Kerja :

35 tahun

PKB Kebidanan 2000

2 tahun

II PENGETAHUA

N

Skala nilai 1 – 5

Menjelaskan 5 Program

pokok kegiatan

posyandu

5

Untuk setiap

pertanyaan

Menjelaskan arti dari

istilah N,K,T,D

4

Total nilai 30 Menjelaskan arti N/D 5

< 80% = kurang

baik

Menjelaskan langkah

penimbangan balita

5

> 80 % = baik Menjelaskan kondisi

balita yang menjadi

perhatian setelah

dilakukan penimbangan

5

40

Page 41: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

3 Menjelaskan cara

mengetahui

pertumbuhan balita

baik, kurang dan buruk

5

Total nilai pengetahuan 39

96 %

3 Sikap dan perilaku

Skala nilai 1 – 5

untuk setiap

pertanyaan

Rutin mengadakan

pelatihan setiap bulan

tetapi masih di rasa

kurang menyebar

informasinya

3

Selalu memperhatikan

kenaikan/ penurunan

BB balita

5

Total nilai sikap &

perilaku

8

80%

1. Man a. Jumlah kader aktif

disetiap dusun

cukup

2

2. Money a. Sumber dana

kegiatan posyandu

dari swadaya

masyarakat

b. Untuk penanganan

gizi buruk mendapat

dana dari

pemerintah

3

5

3. Methode a. Dilakukan

penimbangan setiap

bulan sekali

b. Pencatatan KMS

c. Pencatatan di kohort

5

5

5

41

Page 42: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

balita

d. System 5 meja 3

4. Material Posyandu disetiap dusun

biasanya di tempat/

rumah kepala dusun/

warga

3

5. Machine Timbangan dacin, KMS

balita

5

Total nilai 36

72 %

2. Proses P1 Perencanaan jadwal

kegiatan posyandu di

setiap dusun.

Jadwal pertemuan

kader, pelatihan

4

P2

Pelaksanaan &

penggerak

Pelaksanaan :

Penimbangan balita

Pencatatan KMS

Pelayanan kesehatan

gizi

PMT

4

P3

(penilaian,

pengawasan,

pengendalian)

Adanya laporan

kegiatan setiap bulan

dan evaluasi kinerja

kader

4

Total nilai 12

80 %

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan Bidan desa Ngadirejo

adalah baik.

42

Page 43: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

V.3.3 Hasil Wawancara dengan Kader Posyandu

Kuesioner kader ini diisi oleh 3 kader aktif di Posyandu JetisDusun Jetis Desa

Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.

1. Tingkat pengetahuan tentang posyandu dan pemantauan pertumbuhan balita.

Untuk penilaian pengetahuan digunakan skala 1 – 5 untuk 4 pertanyaan dengan skor

total tertinggi 20 (100%)

Tabel 26. Tingkat Pengetahuan Kader

PertanyaanKader

1 2 3

Menyebutkan 5 sistem meja Posyandu 5 5 5

Mengetahui makna pita warna pada KMS 4 4 3

Mengetahui manfaat vitamin A dan Fe 4 3 4

Mengetahui cara memantau pertumbuhan balita 4 4 4

Total nilai setiap kader17

80%

16

75%

116

75%

Tabel 27.Persentase Tingkat Pengetahuan Kader

Dari Tabel 26 dan 27 dapat dilihat bahwa pengetahuan kader tentang pelayanan

posyandu, cara penimbangan dan pemantauan pertumbuhan kader berpengetahuan

baik.

43

PengetahuanNilai 75-100%

(Baik)

Nilai 60-75 %

(Cukup)

Nilai < 60%

(Kurang)

Jumlah Kader

%

3

100

Page 44: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

2. Sikap kader tentang pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.

Tabel 28. Sikap Kader

SikapNilai > 50 %

(Baik)

Nilai < 50 %

(Kurang)

Jumlah

%

3

100

0

0

Dari tabel diatas didapatkan bahwa seluruh kader memiliki sikap yang baik mengenai

pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.

3. Perilaku kader tentang pemantauan dan pertumbuhan balita

Tabel 29. Perilaku Kader

Keterangan :

Jika yang menjawab ‘TIDAK” >50 % : perilaku kurang baik

Jika yang menjawab “TIDAK” < 50 % : perilaku baik

Dari data pada tabel di atas didapatkan bahwa perilaku kader sudah baik.

44

PerilakuYa

Tidak1x 2x 3x

Jumlah 0 0 5 0

% 0 0 100 0

Page 45: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

BAB VI

ANALISA MASALAH

VI.1 Analisis Penyebab Masalah

Dalam menganalisis mesalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari

kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan – pendekatan masalah. Dari pendekatan

sistem ini dapat ditelusuri hal – hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan di

Dusun Jetis Desa Ngadirejo .

Tabel 30. Analisa Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya D/S Ditinjau dari Faktor

Input

Input Kelebihan Kekurangan

Man

(Tenaga Kerja)

Jumlah 3 kader aktif

Bidan

Koordinator gizi di

puskesmas

Keterampilan kader dan

bidan desa sudah baik

-

Money

(Pembiayaan)

Tersedianya dana

anggaran dari puskesmas

untuk penyelenggaraan

posyandu

Dana operasional yang

terbatas untuk penyuluhan

dan PMT (Pemberian

Makanan Tambahan)

Methode

(Metode)

Adanya program

penimbangan balita

Jadwal pelaksanaan

posyandu tetap setiap

bulan.

Minimnya penyuluhan

tentang gizi dan pentingnya

balita untuk datang dan

ditimbang.

45

Page 46: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Material

(Perlengkapan)

Terdapat posyandu disetiap

dusun

Tidak tetapnya tempat

pelaksanaan posyandu.

Machine

(Peralatan)

Tersedia alat seperti

timbangan dacin untuk

kegiatan posyandu

Adanya KMS dan Kohort

balita untuk pencatatan

Berat badan balita

Masih kurangnya media

promosi mengenai

pentingnya penimbangan

balita Posyandu

Tabel 31. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah RendahnyaDitinjau dari Faktor Proses

dan Lingkungan

Proses Kelebihan Kekurangan

P1

(Perencanaan)

Posyandu sudah diadakan tiap bulannya,

yaitu tanggal 5 setiap bulannya

Kerjasama lintas program antara Gizi

dengan KIA

Jika terjadi perubahan jadwal

posyandu, sulit untuk

melakukan pemberitahuan

secara merata.

P2

(Pelaksanaan)

Anak ditimbang

Dilakukan pencatatan KMS

Pencatatan di buku bantu Kader

Terdapat pelayanan kesehatan dan KB

Pelaporan ke bidan desa

Jadwal pelaksaaan

Posyandu yang

berbenturan dengan

jadwal PAUD

Kurangnya kegiatan

penyuluhan yang dapat

menarik minat ibu-ibu

untuk mengetahui

pentingnya menimbang

balita secara rutin ke

posyandu.

P3

(Penilaian,

pengawasan &

pengendalian)

Evaluasi berupa laporan bulanan hasil

posyandu tentang D/S

Kurangnya pengawasan

terhadap pelaksanaan

posyandu oleh petugas

lapangan.

Lingkungan Ibu memiliki sikap yang baik terhadap Banyaknya ibu-ibu yang

46

Page 47: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

kegiatan posyandu lebih mementingkan

kesibukannya daripada

pertumbuhan balitanya.

Perilaku orang tua yang

menganggap bahwa

datang ke posyandu tidak

harus rutin

Kurangnya pengetahuan

dan kesadaran ibu tentang

pentingnya balita yang

datang dan ditimbang.

VI.2 Daftar Penyebab Masalah

1. Dana operasional yang terbatas untuk penyuluhan dan PMT (Pemeberian Makanan

Tambahan).

2. Minimnya penyuluhan tentang gizi dan pentingnya balita untuk datang dan ditimbang.

3. Tidak tetapnya tempat pelaksanaan posyandu.

4. Masih kurangnya media promosi mengenai pentingnya penimbangan balita Posyandu

5. Jika terjadi perubahan jadwal posyandu, sulit untuk melakukan pemberitahuan secara

merata.

6. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang berbenturan dengan jadwal PAUD

7. Kurangnya kegiatan penyuluhan yang dapat menarik minat ibu-ibu untuk mengetahui

pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu.

8. Kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan posyandu oleh petugas lapangan.

9. Banyaknya ibu-ibu yang lebih mementingkan kesibukannya daripada pertumbuhan

balitanya.

10. Perilaku orang tua yang menganggap bahwa datang ke posyandu tidak harus rutin

11. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya balita yang datang dan

ditimbang.

47

Page 48: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

s

48

P1P2

1. Kurangnya kegiatan penyuluhan yang dapat

menarik minat ibu-ibu untuk mengetahui

pentingnya menimbang balita secara rutin ke

posyandu

2. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang berbenturan

dengan jadwal PAUDP3

Kurangnya pengawasan terhadap

pelaksanaan posyandu oleh petugas

lapangan.

Jika terjadi perubahan jadwal posyandu, sulit untuk melakukan pemberitahuan secara merata

INPUT

Dana operasional yang terbatas untuk penyuluhan dan PMT (Pemeberian Makanan Tambahan)

Money

1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih

mementingkan kesibukannya

daripada pertumbuhan balitanya.

2. Perilaku orang tua yang menganggap

bahwa datang ke posyandu tidak

harus rutin

3. Kurangnya pengetahuan dan

kesadaran ibu tentang pentingnya

balita yang datang dan ditimbang.

Man

Material

Minimnya penyuluhan tantang gizi dan pentingnya balita untuk datang dan ditimbang

Method

Machine

Kurangnya kegiatan

penyuluhan yang dapat

menarik minat ibu-ibu untuk

mengetahui pentingnya

menimbang balita secara

rutin ke posyandu. LINGKUNGAN

Rendahnya Cakupan Balita yang datang dan ditimbang (D/S) sebesar 61 % di dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Sedangkan target Dinkes 80%

-

Tidak tetapnya tempat pelaksanaan posyandu

Page 49: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

VI.3. Penyebab Masalah yang Paling Mungkin

Setelah dilakukan konfirmasi kepada bagian Gizi, Bidan Desa Ngadirejo, serta dilakukan wawancara dengan responden (ibu yang memiliki balita yang datang, tidak ditimbang dan ditimbang) maka didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin, yaitu :

1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih mementingkan kesibukannya daripada pertumbuhan

balitanya.

2. Kurangnya kegiatan penyuluhan yang dapat menarik minat ibu-ibu untuk mengetahui

pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu.

3. Perilaku orang tua yang menganggap bahwa datang ke posyandu tidak harus rutin.

4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya balita yang datang dan

ditimbang.

5. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang berbenturan dengan jadwal PAUD

49

Page 50: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

BAB VII

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

VII. 1 Analisa Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah diperoleh daftar masalah, dilakukan langkah selanjutnya yaitu dibuat alternatif

pemecahan masalah. Berikut ini alternatif pemecahan masalah:

Tabel 32. Alternatif Pemecahan Masalah

No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih

mementingkan kesibukannya

daripada pertumbuhan balitanya.

Para kader mengingatkan jadwal

posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2

hari sebelumnya dan mengingatkan

pentingnya untukdatang ke posyandu.

2. Kurangnya kegiatan penyuluhan

yang dapat menarik minat ibu-ibu

untuk mengetahui pentingnya

menimbang balita secara rutin ke

posyandu

Menggunakan media-media yang

menarik seperti poster, leafleat, film dll

agar menarik perhatian ibu-ibu yang

memiliki balita untuk datang ke

posyandu

Mengadakan penyuluhan yang intensif

oleh bidan desa kepada ibu yang

memiliki balita mengenai pentingnya

menimbang berat badan balitanya ke

posyandu secara rutin.

3. Perilaku orang tua yang

menganggap bahwa datang ke

posyandu tidak harus rutin.

Memberikan penyuluhan kepada ibu

yang memiliki balita tentang pentingnya

mengikuti kegiatan posyandu hingga

anak berusia 5 tahun

Penyebaran informasi tentang pentingnya

datang ke posyandu secara rutin melalui

leaflet, poster atau kelompok RT dan

arisan

50

Page 51: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Meningkatkan keaktifan kader agar

dapat mengajak ibu-ibu yang memiliki

balita aktif ke posyandu balita.

4. Kurangnya pengetahuan dan

kesadaran ibu tentang pentingnya

balita yang datang dan ditimbang.

Memberikan penyuluhan kepada ibu

yang memiliki balita tentang pentingnya

mengikuti kegiatan posyandu hingga

anak berusia 5 tahun

5. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang

berbenturan dengan jadwal PAUD

Membina kerja sama dengan sekolah untuk

menimbang balita di lingkungan sekolah.

51

Page 52: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

VII. 2 Penggabungan Pemecahan Masalah

Tabel 33. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih

mementingkan kesibukannya

daripada pertumbuhan balitanya

Para kader mengingatkan jadwal

posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2

hari sebelumnya dan mengingatkan

pentingnya untuk datang ke posyandu.

2. Kurangnya kegiatan penyuluhan

yang dapat menarik minat ibu-ibu

untuk mengetahui pentingnya

menimbang balita secara rutin ke

posyandu

Menggunakan media-media yang

menarik seperti poster, leafleat, film dll

agar menarik perhatian ibu-ibu yang

memiliki balita untuk datang ke

posyandu

3. Perilaku orang tua yang

menganggap bahwa datang ke

posyandu tidak harus rutin.

Mengadakan penyuluhan yang intensif

oleh bidan desa kepada ibu yang

memiliki balita mengenai pentingnya

menimbang berat badan balitanya ke

posyandu secara rutin

52

Page 53: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

4. Kurangnya pengetahuan dan

kesadaran ibu tentang pentingnya

balita yang datang dan ditimbang.

Membina kerja sama dengan sekolah

untuk menimbang balita di

lingkungan PAUD

5. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang

berbenturan dengan jadwal PAUD

Penggabungan alternatif pemecahan masalah ini adalah :

1. Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2 hari

sebelumnya dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan pentingnya untuk

datang ke posyandu.

2. Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film dll agar

menarik perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu.

3. Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki

balita mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara

rutin.

4. Membina kerja sama dengan sekolah untuk menimbang balita di lingkungan PAUD.

VII. 3. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas pemecahan masalah

dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks.

Tabel 34. Matriks MIVC

53

Page 54: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Alternatif Pemecahan

Masalah

Magnitude

(M)

Importancy

(I)

Vulnerability

(V)

Cost

(C)

Jumlah Prioritas

Para kader mengingatkan

jadwal posyandu pelaksanaan

posyandu 1 atau 2 hari

sebelumnya dilaksanakannya

kegiatan posyandu dan

mengingatkan pentingnya

untuk datang ke posyandu

3 3 4 2 18 II

Menggunakan media-media

yang menarik seperti poster,

leafleat, film dll agar menarik

perhatian ibu-ibu yang

memiliki balita untuk datang

ke posyandu.

3 3 3 3 9 IV

Mengadakan penyuluhan yang

intensif oleh bidan desa kepada

ibu yang memiliki balita

mengenai pentingnya

menimbang berat badan

balitanya ke posyandu secara

rutin

5 4 5 4 25 I

Membina kerja sama dengan

sekolah untuk menimbang

balita di lingkungan PAUD.

3 3 4 3 12 III

Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah

dengan menggunakan kriteria matriks maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan

penyebab masalah rendahnya cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya di

Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang, antara lain :

1. Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki balita

mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara rutin

54

Page 55: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

2. Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2 hari

sebelumnya dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan pentingnya untuk

datang ke posyandu.

3. Membina kerja sama dengan sekolah untuk menimbang balita di lingkungan PAUD

4. Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film dll agar menarik

perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu.

55

Page 56: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

VII. 4 Plan Of Action

Dalam Plan Of Action akan disajikan perencanaan kegiatan pemecahan masalah D/S

Tabel 35. Plan Of Action

No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolok ukur

1. Mengadakan

penyuluhan yang

intensif oleh bidan

desa kepada ibu

yang memiliki

balita mengenai

pentingnya

menimbang berat

badan balitanya ke

posyandu secara

rutin.

Memberikan

informasi

kepada ibu yang

memiliki balita

tentang

pentingnya

datang dan

menimbang

balita mereka di

posyandu secara

rutin

Ibu yang

memiliki

balita di

Dusun Jetis

Desa

Ngadirejo

Di rumah

kader atau

di rumah

penduduk

Kader desa

Bidan desa

3 bulan

sekali

Dana

BOK

Diskusi,

tanya

jawab,

pemberian

leaflet

gratis

Meningkatkan

pengetahuan ibu

tentang

pentingnya

posyandu

2. Para kader

mengingatkan

jadwal posyandu

pelaksanaan

Meningkatkan

keaktifan

kader

Meningkatkan

Ibu yang

memiliki

balita di

Dusun Jetis

Di rumah

kader atau

di rumah

penduduk

Kader desa 1 bulan

sekali

- Pemberitah

uan massal

kepada ibu

yang

Meningkatnya

partisipasi ibu

yang datang

dan

56

Page 57: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

posyandu 1 atau 2

hari sebelumnya

dilaksanakannya

kegiatan posyandu

dan mengingatkan

pentingnya untuk

datang ke

posyandu.

kesadaran ibu

akan

pentingnya

datang ke

posyandu agar

ibu tidak lupa

datang ke

posyandu

Desa

Ngadirejo

atau di

tempat –

tempat

umum

atau

tempat

ibadah

saat

sedang

diadakan

acara atau

kegiatan

yang

mengikus

ertakan

masyrakat

seperti

arisan,

pengajian.

memiliki

balita

menimbangkan

balitanya ke

posyandu

Meningkatnya

kesadaran ibu

untuk

mengantarkan

balitanya ke

posyandu.

3. Membina kerja

sama dengan

PAUD untuk

Meningkatkan

jumlah balita

yang

Ibu yang

memiliki

balita di

Sekolah Kader ,

Bidan desa

1 bulan

sekali

Puskesm

as

Melakukan

kegiatan

Posyandu

Meningkatnya

jumlah balita

yang datang dan

57

Page 58: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

menimbang balita

di lingkungan

PAUD

ditimbang Dusun Jetis

Desa

Ngadirejo

rutin bagi

balita

ditimbang di

Posyandu

4. Menggunakan

media-media yang

menarik seperti

poster,film dll agar

menarik perhatian

ibu-ibu yang

memiliki balita

untuk datang ke

posyandu.

Meningkatkan

ketertarikan

ibu untuk

mengikuti

kegiatan

Posyandu

Ibu yang

memiliki

balita di

Dusun Jetis

Desa

Ngadirejo

Posyandu

atau Balai

Desa

Kader ,

Bidan desa

2 bulan

sekali

Dana

BOK

Menempelk

an poster di

tempat-

tempat

umum,

pemberian

leaflet

gratis,

Meningkatnya

kesadaran ibu

untuk

mengantarkan

balitanya ke

posyandu

VII. 5 Gann Chart

58

Page 59: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

Tabel 36. Gann Chart Kegiatan Pemecahan Masalah

Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang

memiliki balita mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya

ke posyandu secara rutin

Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau

2 hari sebelum dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan

pentingnya untuk datang ke posyandu

Membina kerja sama dengan sekolah untuk menimbang balita di

lingkungan PAUD

Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film

dll agar menarik perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke

posyandu.

59

Page 60: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

BAB VIII

PENUTUP

VIII.1 Kesimpulan

1. Setelah melakukan analisis penyebab masalah, ditemukan penyebab angka balita yang datang

dan ditimbang di Dusun Jetis Desa Ngadirejo adalah :

Ibu lebih mementingkan kesibukannya daripada memantau pertumbuhan balitanya.

Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu – ibu mengenai

pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu

Perilaku orang tua yang menganggap bahwa posyandu tidak harus rutin.

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya balita yang datang dan

ditimbang.

Jadwal pelaksanaan Posyandu yang berbenturan dengan jadwal sekolah

2. Prioritas pemecahan masalah rendahnya angka balita yang datang dan ditimbang di Dusun

Jetis Desa Ngadirejo adalah :

Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki balita

mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara rutin

Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2 hari sebelum

dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan pentingnya untuk datang ke

posyandu

Membina kerja sama dengan PAUD untuk melaksanakan kegiatan Posyandu di

lingkungan sekolah

Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film dll agar menarik

perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu.

VIII. 2. Saran

60

Page 61: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

1. Dihimbau kepada puskesmas untuk meningkatkan upaya pembinaan kader dalam

melakukan kegiatan posyandu.

2. Dihimbau kepada kader untuk melakukan kunjungan rumah untuk melakukan

penyuluhan atau konseling tentang pentingnya membawa balita untuk ditimbang ke

posyandu secara rutin.

3. Dihimbau kepada ibu yang memiliki balita untuk memiliki pengantar pengganti ke

posyandu jika ibu berhalangan hadir.

4. Dihimbau kepada PAUD agar mau membina kerja sama dengan Posyandu untuk

melaksanakan penimbangan balita.

DAFTAR PUSTAKA

61

Page 62: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

1. Depkes RI. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem SurveilansEpidemiologi Kesehatan. Sub

Direktorat Survilans Epidemiologi,diunduh tanggal 4 Maret 2012dari :

http://www.surveilans.org.50.

2. Depkes RI. Modul Surveilans KIA : Peningkatan Kapasitas AgenPerubahan dan

Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak.Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta,

2007.

3. Dinkes Propinsi Jawa Timur. Buku Pegangan Kader Posyandu. Subdin PSD, Surabaya,

2005.

4. Depkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta, 2006.

5. Depkes RI. Buku Kader Posyandu Dalam Upaya Perbaikan Gizi Keluarga. DIPA Program

Perbaikan Gizi Masyarakat Dinkesprop Jawa Tengah, Sumarang, 2006.

6. Pemerintah Provinsi Jawa tengah. Pedoman Teknis Operasional Posyandu Model di Provinsi

Jawa Tengah. Semarang, 2006.

7. Yonferizal MR. Koto. Proses Pelaksanaan Manajemen Posyandu Terhadap Intensitas

Poyandu Analisis Data Sakerti 2000 (Tesis). 2007.

8. Hartoyo. Kegiatan Kepaniteraan di Puskesmas Kabupaten Magelang. Magelang; 2011.

9. Muninjaya Gde. Manajemen Kesehatan. EGC: Jakarta; 2002.

10. Hartoyo. Handout :Manajemen Pelayanan/Manajemen Program diPuskesmas. Magelang;

2011

62

Page 63: BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG

LAMPIRAN

63