140
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA REMAJA DI PONDOK PESANTREN DAAR EL- QOLAM GINTUNG, JAYANTI, TANGERANG Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: WAHYU PRATIWI 109104000005 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS

PADA REMAJA DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-

QOLAM GINTUNG, JAYANTI, TANGERANG

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

WAHYU PRATIWI

109104000005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi saya ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Keperawatan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 26 September 2013

(Wahyu Pratiwi)

Page 3: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, September 2013

Wahyu Pratiwi, NIM : 109104000005

Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Remaja di Pondok

Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

xvi + 86 halaman + 14 tabel + 3 bagan + 8 lampiran

ABSTRAK

Penyakit gastritis terjadi pada orang-orang yang memiliki pola makan

tidak teratur dan memakan makanan yang merangsang produksi asam lambung.

Prevalensi Angka kejadian gastritis menurut WHO (2009) pada beberapa

daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari

238,452,952 jiwa penduduk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat

hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja di Pondok

Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang. Jenis penelitian

kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional. Sampel penelitian adalah santri

Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang dengan jumlah

60 responden yang diambil dengan metode Stratified random sampling. Data

yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik chi-square. Hasil analisis

univariat menunjukan 55% mayoritas responden memiliki gastritis. Analisa

bivariat dengan uji chi-square, hasil analisa didapatkan ada hubungan umur

dengan gastritis (P value = 0,003), ada hubungan jenis kelamin dengan

gastritis (P value = 0,004), ada hubungan jenis makan dengan gastritis (P value

= 0,023), ada hubungan pola makan dengan gastritis (P value = 0,000), tidak

ada hubungan frekuensi makan dengan gastritis (P value = 0,165), dan tidak

ada hubungan porsi makan dengan gastritis (P value = 0,436). Diharapkan

kepada Pondok Pesantren Daar El-Qolam dapat memberikan edukasi yang

terstruktur dan bertahap, yang dapat menambah pengetahuan santri tentang

pengendalian dan pencegahan gastritis.

Kata kunci: Gastritis, Pola makan

Daftar Bacaan: 45 (2001 – 2010)

Page 4: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

iv

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH PROGRAM

Thesis, September 2013

Wahyu Pratiwi, NIM : 109104000005

The Relationship Between Diet and Gastritis of Teenage at Daar El-Qolam

Boarding School Gintung, Jayanti, Tangerang

xvi + 86 pages + 14 tables + 3 charts + 8 attachments

ABSTRACT

Gastritis disease occurs in people who have irregular eating patterns and

food that stimulates the production of stomach acid. Prevalence about incidencing

of gastritis according to WHO (2009) in several regions in Indonesia is quite high

with a prevalence of 274.396 cases in 238,452,952 inhabitants. The purpose of

this study is to examine the relationship between diet and gastritis of teenage at

Daar El-Qolam Boarding School Gintung, Jayanti, Tangerang. This is a

quantitative research with Cross Sectional design study. The samples of the

research from the students of Daar El-Qolam Boarding School Gintung, Jayanti,

Tangerang with 60 respondents drawn by Stratified random sampling method.

Then, the data obtained was performed chi-square statistical test. The results of

Univariate analysis showed 55% majority of respondents have gastritis. The

results of Bivariate analysis with chi-square test, in the analysis, there is a

relationship of the age and gastritis (P value = 0.003), sex and gastritis (P value =

0.0004), the kind of food and gastritis (P value = 0.023), diet and gastritis (P value

= 0.000), but there is no relationship meal frequency and gastritis (P value =

0.165), and no relationship food and gastritis (P value = 0.436). Supposed Daar

El-Qolam Boarding School can provide the students to increase their knowledge

about controlling and preventing of gastritis structured and gradual.

Key Words: Gastritis, Diet

References: 45 (2001 – 2010

Page 5: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

v

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA

REMAJA DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM

GINTUNG, JAYANTI, TANGERANG

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

WAHYU PRATIWI

109104000005

Pembimbing I

Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB

NIP. 197311062005012003

Pembimbing II

Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc

NIP. 19800802 200604 2001

Page 6: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

ii

PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA

REMAJA DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM

GINTUNG, JAYANTI, TANGGERANG

Telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

WAHYU PRATIWI

NIM: 109104000005

Pembimbing I

Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB

NIP. 197311062005012003

Pembimbing II

Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep,MSc

NIP. 19800802 200604 2001

Penguji I

Nia Damiati, S. Kp, M. Sc

NIP. 19801119 201101 2006

Penguji II

Ns. Eni Nuraini Agustini S.Kep,MSc

NIP. 19800802 200604 2001

Page 7: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Ciputat, September 2013

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Ns.Waras Budi Utomo,S.kep,MKM

NIP : 197905202009011012

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR. dr. (hc). M.K. Tadjudin, Sp. And

Page 8: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyu Pratiwi

Tempat, Tgl lahir : Jakarta, 22 Maret 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Pondok Pekayaon Indah Blok CC 15 No 22 Rt. 02 Rw. 16

Pekayaon Jaya Bekasi Selatan 17148

Hp : 08561409595

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK dan TPA Al-Muhajirin Bekasi (1996-2000)

2. MI Al-Muhajirin Bekasi (2000-2003)

3. SD Driewanti Bekasi (1998-2003)

4. MTs Ponpes Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang (2003-2006)

5. MA Ponpes Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang (2006-2009)

6. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)

Page 9: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah Dzat yang memiliki

sifat Rahman-Rahim, yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya, sehingga

penulis berhasil menyelesaikan tugas penyusunan skripsi yang berjudul “ Hubungan

Pola Makan dengan Gastritis pada Remaja di Pondok Pesantren Daar El-Qolam

Gintung, Jayanti, Tangerang “, guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Di Universitas Negeri Islam Syarif

Hidayatulah Jakarta.

Shalawat teriring salam dipersembahkan teruntuk kekasih Allah, manusia suci,

berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur, rahmatan lil’alamin baginda Nabi besar

Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua. Semoga kita

mendapatkan syafaatnya-nya di hari kiamat nanti.

Selanjutnya ribuan ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak

yang sudi meluangkan waktunya dalam memberikan motivasi dan bimbingannya,

khususnya pada:

1. Prof. Dr (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp. And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku

Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM dan Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep,

MSc selaku Ketua Program Studi dan Sekertaris Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatulah Jakarta.

Page 10: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

3. Ernawati, Skp,M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing akademik sekaligus

dosen pembimbing pertama skripsi, yang telah membimbing dengan sabar dan

memberikan motivasi kepada penulis, dengan ketulusan hati saya mengucapkan

banyak terima kasih.

4. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc selaku dosen pembimbing kedua yang telah

meluangkan waktunya selama membimbing peneliti dan dengan ketulusan hati

saya mengucapkan banyak terima kasih.

5. Segenap Bapak/Ibu dosen atau staf pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada

penulis selama duduk di bangku kuliah.

6. Segenap jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang

banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan

skripsi.

7. Segenap koordinator Pondok Pesantren Daar El-Qolam serta seluruh jajarannya

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam mencari data-data

sekaligus sebagai bahan rujukan proposal skripsi.

8. Almarhum Papah tercinta

Kangen...rasa kangen ini yang memberikan semangat bagi penulis untuk tetap tegar

dalam melangkah, dan rasa rindu ini yang memberikan inspirasi penulis untuk

tetap semangat dalam meraih cita-cita. Seiring ketegaran kaki melangkah, ditemani

rasa rindu tak lupa penulis selalu mengirimkan doa.

9. Mamahku tersayang yang tiada henti-hentinya berusaha dan berjuang untuk

mencukupi segala kebutuhan material, dan yang selalu memberikan kasih sayang,

Page 11: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

perhatian, dukungan, baik moril maupun spiritual serta mengajarkan penulis untuk

tegar dalam menjalani hidup, terima kasih mamah...

10. Ka Hendrik, Mba Vica, keponakanku Adik Khalila yang imut-imut, terima kasih

atas dukungan dan bimbingannya, dan inspirasi untuk tetap semangat dalam meraih

cita-cita.

11. Some one spesial, Mr. Satrio, kehadiranmu membuat semangat tersendiri untuk

penulis menjadi yang terbaik.

12. Bapak, Ibu dan adeku patria di Magelang terima kasih atas perhatian, kasih sayang,

dukungan serta doanya, sehingga penulis termotivasi menjadi lebih baik.

13. Untuk sahabat terbaik : Sumi, Yanti, Inggar, Ryani, K Ayu, Arum, Anggi, Winda,

dan Shelly, tetap berjuang, jangan mudah putus asa. Terima kasih untuk kenangan

selama 4 tahun yang tak akan penulis lupakan. SEMANGAT kawan!!

14. Rekan – rekan Angkatan 2009 Keperawatan Universitas Negeri Islam Syarif

Hidayatulah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Thank’s for you’re

support and attention.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi para pembaca pada umumnya, terutama mahasiswa Universitas Negri Islam

Syarif Hidayatulah Jakarta.

Jakarta, September 2013

Wahyu Pratiwi

Page 12: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

DAFTAR ISI

JUDUL HAL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

ABSTRACT ........................................................................................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 7

Page 13: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Makan

1. Pengertian Pola Makan ........................................................... 8

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan .................... 9

3. Pola Makan .............................................................................. 13

4. Cara Pengelolaan Makanan ...................................................... 18

5. Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi ............................. 19

B. Remaja

1. Pengertian Remaja ................................................................... 19

2. Pertumbuhan dan Perkembangan ............................................. 19

3. Karakteristik Perilaku Remaja ................................................. 20

4. Kebutuhan Zat Gizi Untuk Remaja .......................................... 21

5. Permasalahan Gizi Remaja........................................................ 22

C. Gastritis

1. Pengertian Gastritis ................................................................. 29

2. Etiologi ..................................................................................... 30

3. Klasifikasi ................................................................................ 31

4. Manifestasi Klinis .................................................................... 32

5. Komplikasi ............................................................................... 32

6. Faktor-faktor Risiko .................................................................. 33

7. Diet Pada Gastritis .................................................................... 36

D. Penelitian Terkait ............................................................................ 39

E. Kerangka Teori ............................................................................... 41

Page 14: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ............................................................................ 42

B. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 44

C. Definisi Operasional ....................................................................... 44

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................ 49

B. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 49

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian ................................................................... 50

2. Sampel Penelitian ..................................................................... 50

D. Tehnik Pengambilan Sampling ....................................................... 52

E. Etika Penelitian ................................................................................ 52

F. Alat Pengumpul Data dan Prosedur Penelitian

1. Instrumen Penelitian ................................................................ 53

2. Uji Validitas dan Reabilitas ..................................................... 54

3. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 55

G. Pengolahan Data ............................................................................. 56

H. Teknik Analisa Data ....................................................................... 58

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................................... 60

B. Analisis Univariat

1. Gambaran Umur ........................................................................... 62

2. Gambaran Jenis Kelamin ............................................................. 63

Page 15: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

3. Gambaran Frekuensi Makan ........................................................ 63

4. Gambaran Jenis Makan ................................................................ 64

5. Gambaran Porsi Makan ................................................................ 65

6. Gambaran Pola Makan ................................................................ 65

7. Gambaran Gastritis ...................................................................... 66

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Usia dengan Gastritis ................................................ 67

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Gastritis ................................. 66

3. Hubungan Frekuensi Makan dengan Gastritis ............................ 69

4. Hubungan Jenis Makan dengan Gastritis .................................... 70

5. Hubungan Porsi Makan dengan Gastritis .................................... 71

6. Hubungan Pola Makan dengan Gastritis ..................................... 72

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Usia .............................................................................................. 73

2. Jenis Kelamin ............................................................................... 74

3. Frekuensi Makan .......................................................................... 75

4. Jenis Makan .................................................................................. 76

5. Porsi Makan .................................................................................. 77

6. Pola Makan ................................................................................... 77

7. Gastritis ......................................................................................... 78

B. Analisis Bivariat

1. Usia Hubungannya dengan Gastritis ............................................ 79

2. Jenis Kelamin Hubungannya dengan Gastritis ............................. 80

Page 16: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

3. Frekuensi Makan Hubungannya dengan Gastritis ....................... 82

4. Jenis Makan Hubungannya dengan Gastritis ............................... 83

5. Porsi Makan Hubungannya dengan Gastritis ............................... 84

6. Pola Makan Hubungannya dengan Gastrits ................................. 85

C. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 87

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 88

B. Saran ................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Definisi operasional ................................................................ 45

2. Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden .................... 62

3. Tabel 5.2 Distribusi berdasarkan jenis kelamin responden .................... 63

4. Tabel 5.3 Distribusi berdasarkan frekuensi makan responden ............... 63

5. Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis makan responden ...... 64

6. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan porsi makan responden ..... 65

7. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan pola makan responden ..... 65

8. Tabel 5.7 Distribusi frekuensi berdasarkan gastritis ............................. 66

9. Tabel 5.8 Hubungan antara usia dengan gastritis ................................. 67

10. Tabel 5.9 Hubungan antara jenis kelamin dengan gastritis .................. 68

11. Tabel 5.10 Hubungan antara frekuensi makan dengan gastritis ........... 69

12. Tabel 5.11 Hubungan antara jenis makan dengan gastritis................... 70

13. Tabel 5.12 Hubungan antara porsi makan dengan gastritis................... 71

14. Tabel 5.13 Hubungan antara pola makan dengan gastritis.................... 72

Page 18: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................... 41

2. Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................................. 42

Page 19: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

2. Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

3. Lampiran 3 Hasil Uji Validitas

4. Lampiran 4 Hasil Penelitian

Page 20: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 21: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Word Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa

negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,

diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis

29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap

tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah

penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi

pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi dari pada

populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya

dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah

penyakit yang dapat menyusahkan kita ( Lin et al, 2013).

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO tahun

2009 adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia

cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.

Menurut Maulidiyah (2006), di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar

31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi

sebesar 91,6%. Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis

merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien

rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, gastritis menempati

Page 22: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat tahun 2009 yaitu sebesar

202.577 kasus (11,18%).

Data Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2009, menyebutkan bahwa

gastritis menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit terbanyak dengan jumlah 7.729

kasus (12,26%) dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 9.773 kasus (12,20%).

Pondok Pesantren Daar El-Qolam merupakan salah satu Pondok Pesantren di kota

Tangerang dengan kasus gastritis yang meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan

data tahun 2009 terdapat sebanyak 220 santri menderita gastritis dan pada tahun 2010

meningkat menjadi 300 santri. Kasus gastritis tersebut mengalami peningkatan lagi

pada tahun 2011 menjadi 320 santri. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang

termasuk dalam kelima penyakit terbanyak di Pondok Pesatren Daar El-Qolam pada

tahun 2011, dengan usia tersering penderita gastritis ialah antara 15-2 tahun. Jumlah

Santri dengan keluhan gastritis pada bulan Januari tahun 2012 sebanyak 70 orang,

bulan Februari 121 orang, bulan Maret 141 orang, dan bulan April 112 orang.

Gastritis atau lebih lazim kita menyebutkannya sebagai penyakit maag

merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktifitas dan bila tidak ditangani

dengan baik dapat juga berakibat fatal. Biasanya penyakit gastritis terjadi pada orang-

orang yang memiliki pola makan tidak teratur dan memakan makanan yang

merangsang produksi asam lambung. Beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat

menyebabkan terjadinya gastritis. Gejala-gejala sakit gastritis selain nyeri di daerah

ulu hati adalah mual, muntah lemas kembung dan terasa sesak, nafsu makan menurun,

wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing dan selalu bersendawa

dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah darah (Wijoyo, 2009).

Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas faktor internal yaitu

adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat

Page 23: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi. Beberapa faktor risiko gastritis adalah

menggunakan obat aspirin atau antiradang non steroid, infeksi kuman Helicobacter

pylori, memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol, memiliki kebiasaan

merokok, sering mengalami stres, kebiasaan makan yaitu waktu makan yang tidak

teratur, serta terlalu banyak makan makanan yang pedas dan asam (Purnomo, 2009).

Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga lambung

menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan adalah berbagai informasi

yang memberikan gambaran macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi

setiap hari, pola makan terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makan.

Dengan menu seimbang perlu dimulai dan dikenal dengan baik sehingga akan

terbentuk kebiasaan makan makanan seimbang dikemudian hari. Pola makan yang

baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga

merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan

gastritis memerlukan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi

pencernaan. Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu

(Baliwati, 2009).

Dampak dari penyakit gastritis dapat mengganggu Keadaan gizi atau status

gizi. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, baik atau normal maupun gizi lebih.

Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan penyakit berupa penyakit

defisiensi. Bila kekurangan dalam batas marginal menimbulkan gangguan yang

sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya kekurangan

vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat lelah, sedangkan pada remaja

kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain

turunnya ketahanan tubuh terhadap infeksi sehingga mudah untuk terserang penyakit.

Page 24: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneiliti delapan dari

sepuluh santri memiliki pola makan yang kurang sehat seperti telat makan, suka

makan makanan pedas, dan mengkonsumsi makan-makanan pedas dan goreng-

gorengan yang dapat menyebabkan gastritis. Dari sepuluh santri yang diwawancarai,

ada tujuh orang yang mengalami gejala gastritis. Peneliti memilih para santri karena

fakta yang saya temukan banyak pada usia ini mereka umumnya memiliki gaya hidup

yang kurang sehat seperti kurang memperhatiakn makanan yang dikonsumsi baik pola

makan maupun jenis makanan. Menyediakan variasi makanan juga sangat

berpengaruh, kerena menyediakan variasi makanan yang kurang menarik dapat

menimbulkan kebosanan, sehingga mengurangi selera makan, dan lebih memilih

makanan cepat saji. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“ Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Remaja di Pondok Pesantren Daar El-

Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.”

Page 25: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap

beberapa santri yang sering telat makan, suka makan-makanan pedas, dan

mengkonsumsi makanan sembarangan. Cara penyajian makanan yang kurang

menarik, seperti rasa dan jenis makanan yang kurang baik, sehingga para santri lebih

menyukai makan-makanan siap saji (fast food). Adapun pola makan yang terdiri dari

frekuensi makan, porsi makan dan jenis makan yang tidak baik sangat mempengaruhi

terjadinya gastritis, tidak jarang kondisi seperti ini menimbukan luka pada dinding

lambung (Sediaotama, 2004).

Berdasarkan data-data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

“Adakah hubungn pola makan dengan gastritis pada remaja di Pondok Pesantren Daar

El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang ?”

Page 26: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum:

Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan gastritis pada remaja di

Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

Tujuan Khusus:

Untuk Mengidentifikasi :

1. Kejadian Gastritis pada santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti,

Tangerang.

2. Demografi (Usia dan Jenis kelamin) pada santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam

Gintung, Jayanti, Tangerang.

3. Pola makan (Frekuensi makan, jenis makan, jumlah makan atau porsi makan)

pada santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

4. Hubungan demografi (usia dan jenis kelamin) dengan gastritis pada santri Pondok

Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

5. Hubungan pola makan (frekuensi makan, jenis makan, jumlah makan atau porsi

makan) dengan gastritis pada santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung,

Jayanti, Tangerang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi UIN Syarif Hidayatulah Jakarta khususnya PSIK

Secara akademik penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan

mahasiswa Keperawatan mengenai pengaruh pola makan terhadap terjadinya

penyakit gastritis.

Page 27: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

2. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi bagi petugas

kesehatan untuk mengetahui pola makan sehari-hari terhadap terjadinya gastritis

pada usia remaja sehingga dapat menjadi masukan dalam memberikan pendidikan

kesehatan dan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup sehat terhadap

terjadinya gastritis supaya tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian yang akan

datang mengenai aspek lain tentang gastritis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam ruang lingkup penelitian ini, penulis hanya membatasi pada pola makan yang

terdiri dari frekuensi makan, porsi makan dan jenis makan terhadap terjadinya

gastritis. Adapun tempat yang akan dilakukan penelitian tersebut di Pondok Pesantren

Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

Page 28: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 29: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep Terkait

1. Pola Makan

a. Definisi

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai

macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan

akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan makanan.

Sedangkan menurut Suhardjo (2005) pola makan diartikan sebagai cara

seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan

mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologis,

psikologis, budaya dan sosial.

Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu

orang dan merupakan ciri khas untuk sutu kelompok masyarakat tertentu

(Soegeng, 2004).

Pendapat dari berbagai sumber dapat diartikan secara umum bahwa pola

makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atas sekelompok orang

dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam mengkonsumsi pangan

setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makan

yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.

Page 30: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan

seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan

adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan dan lingkungan, umur

dan jenis kelamin (Sediaotama, 2004).

1) Faktor ekonomi

Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi

pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan

akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan

kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan

menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas.

Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat pengaruh

promosi melalui iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan

perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan

masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak

diimbangi pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang

menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-hari. Sehingga

pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan terhadap pertimbangan

selera dibandingkan aspek gizi. Kecendrungan untuk mengkonsumsi makanan

impor, terutama jenis siap santap (fast food), seperti ayam goreng, pizza,

hamburger, dan lain-lain, telah meningkat tajam terutama dikalangan generasi

muda dan kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas.

Page 31: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

2) Faktor sosial budaya

Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi

oleh faktor budaya/kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan

pada umumnya mengandung perlambang atau nasehat yang dianggap baik

ataupun tidak baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan/adat.

Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk

mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi seseorang dalam memilih dan

mengolah pangan yang akan dikonsumsi.

Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi

kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan. Budaya

mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan,

bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajian serta untuk siapa dan dalam

kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi. Kebudayaan juga menentukan

kapan seseorang boleh dan tidak boleh mengonsumsi suatu makanan (dikenal

dengan istilah tabu), meskipun tidak semua hal yang tabu masuk akal dan baik

dari sisi kesehatan. tidak sedikit hal yang ditabukan merupakan hal yang baik

jika ditinjau dari kesehatan, salah satu contohnya adalah anak balita tabu

mengonsumsi ikan laut karena dikhawatirkan akan menyebabkan cacingan.

Padahal dari sisi kesehatan berlaku sebaliknya, mengkonsumsi ikan sangat

baik bagi balita karena memiliki kandungan protein yang sangat dibutuhkan

untuk pertumbuhan. Terdapat 3 kelompok anggota masyarakat yang biasanya

memiliki pantangan makanan tertentu yaitu balita, ibu hamil, dan ibu

menyusui.

Page 32: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

3) Agama

Pantangan yang didasari Agama, khususnya Agama Islam disebut

haram dan individu yang melanggar hukum berdosa. Adanya makanan

terhadap makanan/minuman tertentu di sisi agama dikarenakan

makanan/minuman tersebut membahayakan jasmani dan rohani bagi yang

mengonsumsinya. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi pemilihan

bahan makanan yang akan dikonsumsi.

4) Pendidikan

Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan

berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan

gizi. Salah satu contoh prinsip yang dimiliki seseorang dengan pendidikan

rendah biasanya adalah ‘yang penting mengenyangkan’, sehingga porsi bahan

makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok

bahan makanan lain. Sebaliknya, sekelompok orang dengan pendidikan tinggi

memiiki kecenderugan memilih bahan makanan sumber protein dan akan

berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain.

5) Lingkungan

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan

perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan

keluarga, sekolah serta adanya promosi melalui media elektronik maupun

cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga sangat berpengaruh besar terhadap

pola makan seseorang, kesukaan seseorang terhadap makanan terbentuk dari

kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga. Lingkungan sekolah,

termasuk di dalamnya para guru, teman sebaya, dan keberadaan tempat jajan

sangat mempengaruhi terbentuknya pola makan, khususnya bagi siswa

Page 33: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

sekolah. Anak-anak yang mendapatkan informasi yang tepat tentang makanan

sehat dari para gurunya dan didukung oleh tersedianya kantin dan tempat jajan

yang menjual makanan yang sehat akan membentuk pola makan yang baik

pada anak. Sekolah diluar negeri menerapkan kegiatan makan siang bersama

di sekolah. Hal ini akan membentuk pola makan yang positif pada anak,

karena akan dibiasakan memiliki pola makan yang teratur, memenuhi

kebutuhan biologis pencernaan dengan mengkonsumsi makanan bergizi, tidak

hanya asal kenyang dengan jajanan.

Keberadaan iklan/promosi makanan ataupun minuman melalui media

elektronik maupun cetak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk pola

makan. Tidak sedikit orang tertarik untuk mengonsumsi atau membeli jenis

makanan tertentu setelah melihat promosinya melalui iklan di televisi.,

sehingga masyarakat dapat memilih bahan makanan yang diinginkan dengan

tetap menerapkan prinsip gizi seimbang.

6) Faktor usia

Usia sangat berpengaruh terhadap penyakit gastritis, karena Masa

remaja adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat

diterima oleh teman sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis menyebabkan

remaja sangat menjaga penampilan. Semua itu sangat mempengaruhi pola

makan remaja, termasuk pemilihan bahan makanan dan frekuensi makan.

Remaja takut merasa gemuk sehingga remaja menghindari sarapan dan makan

siang atau hanya makan sehari sekali (Baliwati, 2004)

7) Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah karakteristik remaja yang terdiri dari laki-laki dan

perempuan. Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi

Page 34: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

bagi seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan Kebutuhan zat tenaga dan

protein daripada wanita, karena secara kodrat pria diciptakan untuk tampil

lebih aktif dan lebih kuat dari pada wanita (Baliwati, 2004).

Kebutuhan energi pada remaja laki-laki sangat tinggi dibanding remaja

perempuan. Remaja laki-laki kemungkinan mengkonsumsi jumlah yang cukup

untuk hampir semua zat gizi, walaupun pilihan makanannya bukanlah yang

terbaik. Remaja perempuan kesulitan lebih banyak untuk mendapatkan

vitamin dan mineral yang cukup dalam selang kalori yang dibutuhkan (Moore,

2005).

c. Pola Makan

Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau

sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam

konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan, dan

jenis makan yang berdasarkan faktor – faktor sosial, budaya dimana mereka

hidup (Hudha, 2006).

Menurut Koesmardini (2006) pola makan adalah cara seseorang atau

sekelompok orang yang memilih dan memakan makanan sebagai tanggapan

terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Sehingga kajian yang

mempengaruhi pola makan dapat meliputi kegiatan dalam memilih pangan, cara

memperoleh, menyimpan dan beberapa yang dimakan dan sebagainya.

Pola yang dianut oleh remaja dimiliki melalui proses belajar yang

menghasilkan kebiasaan makan yang terjadi sejak dini sampai dewasa dan akan

berlangsung selama hidupnya, hingga kebiasaan makan dan susunan hidangan

masih bertahan sampai ada pengaruh yang dapat mengubahnya. Usia remaja

Page 35: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

merupakan peralihan pola masa anak, namun pada usia remaja telah mendapatkan

berbagai pengarahan dan bimbingan orang tua tentang makanan yang harus

dikonsumsi guna pemenuhan kebutuhan yang mulai banyak aktifitasnya baik di

sekolah maupun dirumah. Pola makan remaja yang perlu dicermati adalah tentang

frekuensi makan, jenis makan dan porsi makan (Hudha, 2006).

Pola Makan terdiri dari :

1) Frekuensi makan

Frekuensi makan merupakan seringnya seseorng melakukan kegiatan

makan dalam sehari baik makanan utama maupun makanan selingan. Menurut

Suhardjo (2002) dalam Hudha (2006) frekuensi makan dikatakan baik bila

frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan

utama dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi

makan setiap harinya 2 kali makan utama atau kurang.

Pada umumnya setiap orang melakukan makanan utama 3 kali yaitu

makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore. Ketiga waktu makan

tersebut yang paling penting adalah makan pagi, sebab dapat membekali

tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan protein berguna

untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja. Berdasarkan penelitian pereira

dari University of minnesota school of public health menyatakan bahwa orang

yang makan pagi dapat mengendalikan nafsu makan mereka lebih sepanjang

hari itu. Itu juga dapat mencegah mereka makan secara berlebihan saat makan

siang atau makan malam.

Makan siang diperlukan setiap orang maupun remaja, karena merasa

sejak pagi merasa lelah akibat melakukan aktivitas. Di samping makanan

utama yang dilakukan 3 kali biasanya dalam sehari makanan selingan

Page 36: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

dilakukan sekali atau dua kali diantara waktu makan guna menanggulangi

rasa lapar, sebab jarak waktu makan yang lama. Pola makan yang tidak

normal dapat diidentifikasi kembali menjadi 2, yakni Majalahnh (2009) :

a) Makan dalam jumlah sangat banyak (binge eating disorder) mirip

dengan bulimia nervosa di mana orang makan dalam jumlah sangat

banyak, tetapi tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah

dimakan. Akibatnya di dalam tubuh terjadi penumpukan kalori.

b) Makan di malam hari (night-eating syindrome), kurang nafsu makan di

pagi hari digantikan dengan makan berlebihan, agitasi dan isomnia di

malam harinya.

2) Jenis makanan

Jenis makanan yang dikonsumsi remaja dapat dikelompokan menjadi

dua yaitu makanan utama dan makanan selingan. Makanan utama adalah

makanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi, makan siang, dan

makan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan

minuman.

Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan

penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan pokok berfungsi

sebagai sumber energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa kenyang

(Sediaoetama, 2004). Makanan pokok yang biasa dikonsumsi yaitu nasi, roti,

dan mie atau bihun.

3) Porsi makan

Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan

yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi) makanan sesuai dengan

anjuran makanan bagi remaja menurut Sediaoetama (2004) dalam Hudha

Page 37: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

(2006). Jumlah (porsi) standar bagi remaja antara lain : makanan pokok

berupa nasi, roti tawar, dan mie instant. Jumlah atau porsi makanan pokok

antara lain : nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mie instant untuk ukuran besar

100 gram dan ukuran kecil 60 gram. Lauk pauk mempunyai dua golongan

lauk nabati dan lauk hewani, jumlah atau porsi makanan antara lain : daging

50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram (dua potong), tahu 100

gram (dua potong). Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan

sayuran antara lain : sayur 100 gram. Buah merupakan suatu hidangan yang

disajikan setelah makanan utama berfungsi sebagai pencuci mulut. Jumlah

porsi buah ukuran 100 gram, ukuran potongan 75 gram.

Dalam menyusun menu seimbang diperlukan pengetahuan bahan

makanan, karena nilai gizi setiap bahan makanan tiap kelompok tidak sama

(Sulistyoningsih, 2010) sebagai berikut:

a) Golongan makanan pokok

Jenis padi-padian merupakan bahan makanan pokok yang memiliki

kadar protein lebih tinggi dari umbi-umbian. Jika bahan makanan pokok

yang digunakan berasal dari umbi-umbian maka harus disertai lauk dalam

jumlah yang lebih besar. Porsi makanan pokok yang dianjurkan dalam

sehari untuk remaja adalah sebanyak 300-500 gram beras atau sebanyak 3-

5 piring nasi dalam sehari.

b) Golongan protein

Lauk sebaiknya terdiri dari campuran hewani dan nabati. Lauk hewani

memiliki nilai biologi yang tinggi dibandingkan nabati. Porsi lauk yang

dianjurkan untuk remaja dalam sehari adalah sebanyak 100 gram atau dua

Page 38: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

potong ikan daging atau ayam, sedangkan porsi nabati dalam sehari

sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe. Tempe dapat diganti

dengan tahu atau kacang-kacangan kering.

c) Golongan sayuran-sayuran

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayuran daun

berwarna hijau dan orange mengandung lebih banyak provitamin A, selain

itu sayuran berwarna hijau juga kaya kalsium, zat besi, asam folat, dan

vitamin C. semakin hijau warna sayuran, semakin banyak mengandung

gizi. Setiap hari dianjurkan mengkonsumsi sayuran yang terdiri dari

sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga. Porsi

sayuran dalam bentuk tercampur dianjurkan juga untuk remaja dalam

sehari 150-200 gram atau sebanyak 1,5-2 mangkok dalam keadaan matang.

d) Golongan buah-buahan

Buah berwarna kuning banyak mengandung provitamin A, sedangkan

buah yang kecut pada umumnya kaya vitamin C. porsi buah yang

dianjurkan untuk remaja dalam sehari adalah 2-3 potong, dapat berupa

papaya atau buah-buahan lain.

e) Lain-lain

Menu yang disusun biasanya mengandung gula dan minyak, sebagai

penyedap dan pemberi rasa gurih. Penggunaan gula biasanya sebanyak 25-

35 gram/hari (2 ½ - 3 ½ sendok makan), sedangkan minyak sebanyak 25-

50 gram/hari (2 ½ - 5 sendok makan).

Page 39: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

d. Cara pengelolaan makanan

Dalam menu indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan cara

sebagai berikut :

1) Merebus (boiling) adalah mematangkan makanan dengan cara merebus suatu

cairan bisa berupa air saja atau air kaldu dalam panci sampai mencapai titik

didih (1000C).

2) Memasak (braising) adalah cara memasak makanan dengan menggunakan

sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan tehnik ini adalah

daging.

3) Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan dalam uap air.

4) Bumbu-bumbuan (simmering) hampir sama dengan mengukus tapi setelah

dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.

e. Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi

Pola makan yang seimbang, yaitu sesuai dengan kebutuhan yang disertai

pemilihan bahan makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang baik

(sediaoetama, 2004). Asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan

menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh

kelebihan zat gizi. Sebaliknya asupan makanan kurang dari kebutuhan akan

menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Kedua keadaan

tersebut sama tidak baiknya, sehingga disebut gizi salah.

Keadaan gizi salah akibat kurang makan atau berat badan yang kurang

merupakan hal yang banyak terjadi di berbagai daerah atau negara miskin.

Sebaliknya keadaan gizi salah akibat konsumsi gizi berlebihan, merupakan

fenomena baru yang semakin lama semakin meluas. Keadaan ini terutama

Page 40: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

dialami oleh lapisan menengah keatas, yakni munculnya obesitas pada anak dan

remaja perkotaan pada kategori ekonomi atas.

2. Remaja

a. Definisi

Istilah remaja atau adolesence berasal dari bahasa latin adolesscere (kata

bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang artinya “tumbuh” atau “tumbuh

menjadi dewasa” (Hurlock, 2006). Remaja adalah periode perkembangan dimana

individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,

biasanya antara usia 13 dan 20 tahun (potter&perry, 2005). Remaja berada dalam

setatus interim sebagai akibat dari posisi yang diberikan oleh orang tua dan

masyarakat dan melalui usahanya sendiri yang selanjutnya memberikan prestasi

tertentu bagi dirinya (Soetjiningsih, 2005). Masa peralihan dari yang sangat

bergantung dengan orang tua ke masa yang penuh tanggung jawab serta keharusan

untuk sanggup berdiri sendiri. Berdasarkan dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa remaja merupakan suatu periode dalam kehidupan manusia

dimana dapat menjadi sebuah titik awal sebagai sebuah usaha mencapai

kemandirian.

b. Pertumbuhan dan Perkembangan

Carson (2008) membagi remaja menjadi 3 fase, yaitu :

1) Remaja awal (early adolesence) sebagai awal pubertas, terjadi pematangan

fisik dan perkembangan dan perkembangan ketakteristik seks primer dan

sekundaer. Rentang usia 11-13 tahun pada perempuan dan 12-14 tahun pada

laki-laki.

Page 41: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

2) Remaja pertengahan (midle adolesence), kira-kira 14-16 tahun pada

perempuan dan 15-17 tahun pada laki-laki, ditandai dengan usaha mencapai

kemandirian.

3) Remaja akhir (late adolesence), sekitar 19 tahun, relatif stabil dalam hubungan

dengan teman sebaya, akademik dan aktifitas waktu senggang, dan tanggung

jawab keuangan.

Selain Carson (2008), ahli lain juga membagi masa remaja menjadi tiga periode

kehidupan diantaranya Kozier, Stanhope&Lancaster serta Wong. Konzier (2006)

membagi masa remaja menjadi remaja awal (12-13 tahun), remaja tengah (14-16

tahun), dan remaja akhir (17-20 tahun). Sedangkan Stanhope&Lancaster membagi

menjadi remaja awal (10-13 tahun), remaja tengah (14-16 tahun), remaja akhir (17-

21 tahun).

c. Karakteristik Perilaku Makan Remaja

Menurut Potter & Perry (2005) Masa remaja adalah masa mencari identitas

diri, adanya keinginan untuk dapat menerima oleh teman sebaya dan mulai tertarik

oleh lawan jenis menyebabkan remaja sangat menjaga penampilan. Semua itu

sangat mempengaruhi pola makan remaja, termasuk pemilihan bahan makanan dan

frekuensi makan. Remaja takut merasa gemuk sehingga remaja menghindari

sarapan dan makan siang atau hanya makan sehari sekali. Hal itu menyebabkan

pertumbuhan dan perkembangan tubuh akan lambat. Berikut ini karekteristik

perilaku makan yang dimiliki remaja :

1) Kebiasaan tidak sarapan pagi

2) Gadis remaja sering terjebak dengan pola makan tak sehat, menginginkan

penurunan berat badan secara drastis, bahkan sampai gangguan pola makan.

Hal ini dikarenakan remaja memiliki body image (citra diri) yang mengacu

Page 42: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

pada idola mereka yang biasanya adalah para artis, pragawati, selebritis yang

cenderung memiliki tubuh kurus, tinggi, dan semampai.

3) Kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi (kurang kalori, protein, vitamin dan

mineral) seperti makanan ringan, krupuk, dan chips.

4) Kebiasaan makan makanan siap saji (fast food) yang komposisi gizinya tidak

seimbang yaitu terlalu tinggi kandungan energinya, seperti pasta, fried

chicken, dan biasanya juga disertai dengan mengkonsumsi minuman bersoda

yang berlebihan.

d. Kebutuhan Zat Gizi Untuk Remaja

Terpenuhinya kebutuhan zat gizi adalah hal yang mutlak diperlukan untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Soetjiningsih, 2005). Beberapa alasan

yang mendasari masa remaja membutuhkan banyak zat gizi adalah :

1) Secara fisik terjadi pertumbuhan yang sangat cepat ditandai dengan

peningkatan berat badan dan tinggi badan.

2) Mulai berfungsi dan berkembangnya organ-organ reproduksi. Jika kebutuhan

gizi tidak diperhatikan maka akan merugikan perkembangan selanjutnya.

Terutama pada perempuan karena akan menyebabkan menstruasi tidak lancar,

gangguan kesuburan, rongga panggul tidak berkembang sehingga sulit ketika

melahirkan, kesulitan pada saat hamil, serta produksi ASI tidak bagus.

Perempuan yang fisiknya tidak pernah tumbuh sempurna karena kurang zat

gizi juga beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

3) Remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibandingkan usia

lain sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak.

Page 43: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

e. Permasalahan Gizi Pada Remaja

Menurut Soetjiningsih (2005) Timbulnya masalah gizi pada remaja pada

dasarnya dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara

konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Bila konsumsi gizi selalu

kurang dari kecukupan maka seseorang akan mengalami gizi kurang. Sebaliknya

jika konsumsi melebihi kecukupan akan menderita gizi lebih dan obesitas.

Keadaan gizi atau setatus gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi

dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang,

baik atau normal maupun gizi lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat

menimbulkan penyakit berupa penyakit defisiensi. Bila kekurangan dalam batas

marginal menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya

kemampuan fungsional. Misalnya kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan

badan cepat lelah, kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan

prestasi belajar selain turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi.

Menurut Soetjiningsih (2005) Permasalahan gizi yang timbul pada masa

remaja dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :

1) Kebiasaan makan yang buruk

Timbulnya kebiasaan makan yang buruk pada remaja bisa dikarenakan kebiasaan

makanan yang juga tidak baik yang tertanam sejak kecil.

2) Pehaman gizi yang salah

Remaja sering memiliki pemahaman bahwa tubuh yang menjadi idaman adalah

tubuh yang langsing. Sehingga untuk mempertahankan kelangsingannya

remaja melakukan pengaturan makan yang salah.

3) Kesukaan yang berlebihan terhadap satu jenis makanan tertentu

Page 44: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Kesukaan yang berlebihan terhadap satu jenis makanan terlebih lagi jika makanan

tersebut sedikit kandungan gizi akan menyebabkan tidak terpenuhinya

kebutuhan gizi.

4) Promosi yang berlebihan di media masa tentang produk makanan

Usia remaja merupakan usia yang mudah tertarik dengan hal-hal baru, termasuk

produk makanan yang diiklankan, padahal makanan tersebut belum tentu

memiliki kandungan gizi yang baik.

5) Maraknya produk makanan impor

Jenis makanan siap saji seperti hotdog, hamburger, fried chicken, dan frenchfries

semakin banyak di pasaran. Secara nilai gizi makanan tersebut tidak terlalu

bagus kerena memiliki kolesterol, lemak jenuh, dan kadar natrium yang tinggi

yang tentunya berakibat buruk bagi kesehatan.

Menurut Hurlock (2006) Beberapa masalah yang berkaitan dengan gizi yang

ditemukan pada remaja antara lain indeks masa tubuh (IMT) kurang dari batas

normal atau sebaliknya, memiliki IMT yang berlebihan (obesitas), dan anemia dan

masalah yang berhubungan dengan gangguan perilaku makan berupa anoreksia

nervosa, dan bulimia.

1) Kurus

Menurut Susenas 1999-2003, sebesar 35-40% wanita usia subur (WUS) 15-19

tahun beresiko kekurangan energi kronis. Salah satunya cara yang dilakukan

untuk mendeteksi kekurangan energi adalah dengan menghitung Indeks Masa

Tubuh (IMT). Hasil analisis terhadap data SKRT 2001 dan data SUSENAS

2002 menunjukan bahwa pravalensi gizi kurang pada remaja dengan IMT < 5

persentil, sebesar 17, 4% . prevalensi IMT kurang atu kurus berkisar antara

30%-40% (Permaisih, 2003). Penelitian yang dilakukan Ai Nurhayati (2006)

Page 45: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

di SMU 1 PGRI Bogor menunjukan bahwa terdapat 59,1% remaja dengan

katagori kurus. Jika dilihat dari resiko kurang energi protein, hasil penelitian

yang dilakukan di SMKN 1 Tempel menunjukan sebanyank 73% siswi

memiliki lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, yang berarti resiko kurang

energi kronis. Hasil penelitian yang dilakukan Rini Santi (2006) di Bukit

Tinggi menunjukan bahwa rata-rata IMT remaja putri adalah 20,69 kg/m2 + 2,

63. Proporsi siswi yang mempunyai IMT < 18, 5 kg/m2 sebesar 19,9% dengan

penyebaran 14,1% kekurangan gizi tingkat ringan dan 5,8% kekurangan gizi

tingkat berat.

Menurut Potter&Perry (2005) Kurus merupakan masalah gizi yang

umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan. Seringkali remaja

perempuan memiliki motto bahwa “kurus itu indah” sehingga mereka sering

melakukan diet tanpa pengawasan dari dokter atau ahli gizi sehingga zat-zat

gizi penting tidak dapat dipenuhi. Remaja yang kurus penampilannya malah

cenderung kurang menarik, mudah letih dan resiko sakit pun tinggi. Selain itu

remaja yang kurus akan kurang mampu bekerja keras.

2) Obesitas

Obesitas adalah keadaan seseorang jika berat badannya lebih dari 30

standar BBI (Berat Badan Ideal), atau juga keadaan jika seseorang mempunyai

berat badan 120% lebih berat dari berat badan seharusnya pada usianya

(Sediaoetama, 2004). Obesitas menjadi masalah diseluruh dunia karena

prevalensinya sangat meningkat pada orang dewasa dan anak, baik di negara

maju maupun negara sedang berkembang. Jumlah anak dengan usia sekolah

dengan overweight terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60% populasi atau

sekitar 10,6 juta jiwa. Penelitian di semarang pada tahun 2004 memperlihatkan

Page 46: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

bahwa pravalensi overweight pada anak 6-7 tahun adalah 9,1% sedangkan

obesitas 10,6%. Penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada remaja dan

eksekutif muda di perkotaan yang disebabkan karena konsumsi makanan

berlebih serta kurang aktifitas fisik dan berolahraga. Penelitian menunjukan

bahwa obesitas sebagai faktor resiko berbagai penyakit seperti hipertensi,

hiperkolesterol, penyakit jantung dan diabetes melitus. Selain itu penampilan

penderita obesitas juga kurang menarik, gerakan tidak lincah dan cenderung

lamban.

Menurut Sediaoetama (2004) Obesitas biasanya disebabkan karena

remaja tidak dapat mengontrol makanannya, makan dalam jumlah berlebihan

sehingga badannya melebihi ukuran normal. Pada beberapa kasus obesitas

terjadi karena binge eating disorder, yaitu keadaan seseorang yang makan

dalam jumlah yang besar secara terus menerus dan cepat tanpa terkontrol.

Setelah menyadarinya baru merasa bersalah tapi jika keadaan binge datang

lagi dia akan kembali melakukannya tanpa sadar. Hal ini yang akhirnya akan

menimbulkan terjadinya depresi dan akhirnya akan menjadi obesitas. Remaja

putri yang melakukan diet untuk mengurangi berat badannya sejak dini akan

membawa resiko kegemukan pada saat mereka dewasa nanti. Semakin keras

mereka melakukan diet, semakin besar resiko kegemukan yang akan dialami.

Penelitian di luar negeri menunjukan 80% anak remaja yang obesitas

cenderung menjadi dewasa yang obesitas juga.

Penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk penderita obesitas ini

adalah mengembangkan diet yang sehat, olahraga secara bertahap, dan untuk

menderita obesitas yang luar biasa gemuk sehingga bisa mengancam hidupnya

dilakukan operasi untuk mengecilkan lambung yang dinamakan gastroplasti

Page 47: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

atau prosedur penjepitan lambung. Setelah operasi pasien hanya makan

dengan sejumlah kecil makanan saja sudah menjadi kenyang.

3) Anemia

Menurut Potter&Perry (2005) Masalah gizi lain yang banyak terjadi

pada remaja khususnya remaja perempuan adalah kurangnya zat besi atau

anemia. Anemia merupakan kelanjutan dampak dari kurang zat gizi makro

(karbohidrat, protein dan lemak) dan kurang zat makro (vitamin, mineral).

Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan

Survey Nasional tahun 1995, prevalensi anemia pada remaja perempuan

adalah sebesar 57,1%. Prevalensi anemia pada kelompok usia 5-14 tahun

cukup tinggi dibandingkan kelompok umur yang lain yaitu sebesar 28,3%.

Hasil beberapa penelitian didapatkan sekitar 41,4% - 66,7% remaja

perempuan di Indonesia menderita anemia (WHO, 2003). Menurut hasil

penelitian Permaisih (2003) prevalensi anemia pada remaja sebesar 25,5%

dengan rincian pria 21% dan 30% pada wanita.

Dampak anemia pada remaja perempuan yaitu pertumbuhan terhambat,

tubuh pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan

kebugaran/kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar/prestasi menurun,

pada saat akan menjadi calon ibu maka akan menjadi calon ibu yang beresiko

tinggi untuk kehamilan dan melahirkan. Dampak anemia pada ibu hamil

diantaranya pendarahan pada waktu melahirkan sehingga dapat menyebabkan

kematian pada ibu.

Masalah anemia pada remaja terutama remaja perempuan dapat diatasi

dengan suplementasi iron/zinc. Makanan sumber zat besi/zinc yaitu sumber

hewani seperti daging, produk laut dan sumber nabati seperti kacang-

Page 48: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

kacangan. Adanya suplementasi besi/zinc pada remaja perempuan diharapkan

akan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan

pada remaja perempuan. Selain itu juga diharapkan menjadi salah satu cara

untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan calon ibu sehingga dapat

menurunkan kematian ibu melahirkan akibat perdarahan dan menurunnya bayi

lahir berat badan rendah.

4) Anoreksia Nervosa dan Bulimia

Anoreksia dan bulimia merupakan bentuk eating disorder yaitu kelainan

pola makan yang biasanya lebih sering terjadi pada perempuan. Kelainan

tersebut biasanya merupakan gangguan makan yang menyiksa bahkan bisa

dikatakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Gangguan tersebut

dihasilkan oleh ketakutan bahwa tubuh akan menjadi gemuk setelah makan

dan ketakutan mental ini akan terpancar melalui penyiksaan fisik. Angka

kejadian anoreksia dan bulimia mengalami peningkatan selama dekade

terakhir. Sekitar 1 dari 100 remaja perempuan umur antara 16 sampai 18 tahun

menderita anoreksia. Puncak angka kejadian anoreksia pada remaja terjadi

pada umur 14 tahun, dan remaja perempuan lebih banyak mengalami

gangguan makan dibandingkan dengan remaja laki2 dengan perbandingan

10:1 (Soedjiningsih, 2009).

Anoreksia nervosa adalah hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat

nafsu makan. Hal ini disebabkan oleh konsep yang terputar balik mengenai

penampilan tubuh sehingga penderita mempunyai rasa takut yang berlebihan

terhadap kegemukan. Karena ketakutannya itu penderita Anoreksia nervosa

melakukan diet yang sangat ketat sehingga berat badannya turun secara drastis

dalam waktu yang singkat. Kelainan ini juga bisa dikarenakan sakit seperti

Page 49: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

demam, pilek, malaria, tipes, dan peradangan. Selain itu penyakit itu muncul

karena emosi, gelisah, dan kebingungan. Bila disebabkan demam, pilek, dan

penyakit lain biasanya bila sudah sembuh selera makan kembali normal.

Akibat berat badan yang turun jauh dibawah batas normal, fungsi normal

tubuh akan terganggu. Pertumbuhan akan terhambat, rambut rontok, siklus

haid terganggu, dan tubuh mudah terserang penyakit, misalnya anemia,

kekurangan vitamin, dan penyakit infeksi.

Hal yang paling berbahaya adalah kelainan jantung serta kekurangan cairan

dan elektrolit (nastrium, kalium, klorida). Jantung menjadi semakin lemah dan

memompa lebih sedikit darah ke seluruh tubuh penderita bisa mengalami

dehidrasi dan cenderung mengalami pingsan. Darah menjadi asam dan kadar

kalium dalam darah berkurang. Bisa terjadi kematian mendadak yang

kemungkinan disebabkan irama jantung yang abnormal. Selain itu terjadi juga

perubahan hormonal yaitu berkurangnya kadar hormon esterogen dan tiroid

serta meningkatnya kadar hormon kortisol (Sediaoetama, 2004).

Penderita bulimia mempunyai ciri khas yang hampir sama dengan

penderita anoreksia, namun pada bulimia penderita lebih sulit dideteksi karena

berat tubuh mereka bisa saja melebihi batas normal,di bawah batas normal

atau bahkan normal. Ciri utamanya adalah makan dalam jumlah yang banyak

kemudian dimuntahkan kembali atau mengkonsumsi obat pencahar dan obat

diurentik untuk memuntahkan kembali makanannya. Masalah kesehatan yang

muncul juga sama dengan anoreksia namun penderita bulimia biasanya

mengalami kerusakan email gigi karena terciptanya produksi asam yang

berlebihan ketika muntah. Bulimia dapat diikuti dengan terjadinya anoreksia

begitu pula sebaliknya. Berbeda dengan korban kelaparan, penderita kelainan

Page 50: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

ini mampu menjaga kekuatan dan kegiatan sehari-hari mendekati normal. Ia

merasa tidak lapar dan tidak cemas terhadap kondisinya. Penyakit ini

menyebabkan kematian pada 10% penderitanya.

Upaya penatalaksanaan anoreksia dan bulimia nervosa pada umumnya

terdiri dari 2 tahap pengobatan, yaitu mengembalikan berat badan normal,

serta terapi psikis yang sering dibarengi dengan pemberian obat-obatan. Jika

berat badan turun sangan cepat atau sangat berat (sampai 20% dibawah berat

badan normal) maka sangat penting untuk mengembalikan berat badan karena

bisa berakibat fatal. Pengobatan awal biasanya dilakukan di Rumah Sakit

dimana penderita didorong untuk makan. Kadang diberikan makan melalui

infus atau selang nasogastrik. Jika status gizinya sudah baik maka mulai

diterapi jangka panjang oleh ahli gizi. Jika ditemukan depresi maka diberikan

obat anti depresi.

3. GASTRITIS

a. Definisi

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut

(begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah (Suratun SKM, 2010).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung sering akibat diet yang sembarangan.

Biasanya individu ini makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan yang

berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit (Smelzer, 2005).

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu

peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor

iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu

Page 51: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

banyak, cepat, telat makan. Makan-makanan yang terlalu banyak bumbu dan

pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya gastritis.

b. Etiologi

Menurut Brunner & Suddarth (2002) Penyebab timbulnya gastritis diantaranya :

1) Komunikasi obat-obatan kimia digitalis (Asetamenofen/Aspirin, steroid

kortikosteroid). Asetamenofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi

pada mukosa lambung. NSAIDS (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs) dan

kortikosteroid menghambat sintesisprostaglandin, sehingga sekresi HCL

meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam dan

menimbulkan iritasi mukosa lambung.

2) Konsumsi alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung.

3) Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka dan lada) dapat

menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema serta

pendarahan.

4) Kondisi stres atau tertekan (trauma, luka bakar, kemoterapi, dan kerusakan

susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCL lambung.

5) Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobakter pylori, Esobericia Coli, Salmonella,

dan lain-lain.

6) Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi paru, perlu dicurigai turut

mempengaruhi penularan kuman di komunitas, karena antibiotik tersebut

mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter pylori, walaupun persentase

keberhasilannya sangat rendah.

7) Jamur dari spesies Candida, seperti Histoplasma capsulaptum dapat

menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien immunocompromezad. Pada

Page 52: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

pasien yang sistem imunnya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur.

Sama dengan jamur, mukosa lambung bukan tempat yang mudah terkenan

infeksi parasit.

c. Klasifikasi Gastritis

Menurut Brunner & Suddarth (2002) Klasifikasi gastritis Berdasarkan Tingkat

Keparahannya :

1) Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang

menyebabkan erosif dan pendarahan pada mukosa lambung setelah terpapar

oleh zat iritan. Gastritis disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak

lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Erosinya juga tidak mengenai

lapisan otot lambung.

2) Gastritis Kronis

Gastritis kronis merupakan suatu peradangan bagian permukaan

mukosa lambung yang sifatnya menahun dan berulang. Peradangan tersebut

terjadi di bagian permukaan mukosa lambung dan berkepanjangan, yang bisa

disebabkan karena ulkus lambung jinak maupun ulkus lambung ganas, bisa

juga karena bakteri Helicobacter pylori. Gastritis ini dapat pula terkait dengan

atropi mukosa gastrik, sehingga menimbulkan HCL menurun dan

menimbulkan kondisi acblorbidria dan ulserasi peptic (tukak pada saluran

pencernaan).

Page 53: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

d. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dari gangguan ini cukup bervariasi, mulai dari keluhan

ringan hingga muncul pendarahan pada saluran cerna bagian atas. Pada beberapa

pasien, gangguan ini tidak menimbulkan gejala yang khas (brunner &suddarth

2002) . Manifestasi gastritis akut dan kronis hampir sama. Berikut penjelasannya :

1) Manifestasi Gastritis Akut

Manifestasi gasrtitis akut dan gejala-gejalanya adalah :

a) Anoreksia

b) Nyeri pada epigastrium

c) Mual dan muntah

d) Perdarahan saluran cerna (Hematemesis Melena)

e) Anemia (tanda lebih lanjut)

2) Manifestasi Gastritis Kronis

Manifestasi gastritis kronis dan gejala-gejalanya adalah :

a) Mengeluh nyeri ulu hati

b) Anoreksia

c) Naucea

e. Komplikasi

1) Gastritis Akut

Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah pendarahan saluran

cerna bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan melena, yang berakhir

dengan shock hemoragik. Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus,

namun jarang terjadi perforasi.

Page 54: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

2) Gastritis Kronis

Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronis adalah gangguan

penyerapan vitamin B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin B12 ini,

menyebabkah timbulnya anemia pernesiosa, gangguan penyerapan zat besi,

dan penyempitan daerah pilorus (pelepasan dari lambung ke usus dua belas

jari).

f. Faktor – faktor resiko gastritis ( Smeltzer, suzanne. C, 2002)

Menurut Brunner & Suddarth (2002) Faktor - faktor resiko yang sering

menyebabkan gastritis diantaranya :

1) Pola makan

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit ini.

Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya,

asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa

nyeri.

2) Rokok

Akibat negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu orang

baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok diisap, terdapat kurang lebih

300 macam bahan kimia, diantaranya acrolein, nikotin, asap rokok, gas CO.

Nikotin itulah yang menghalangi terjadinya rasa lapar. Itu sebabnya seseorang

menjadi tidak lapar karena merokok, sehingga akan meningkatkan asam

lambung dan dapat menyebabkan gastritis.

3) Kopi

Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein, kafein ternyata dapat

menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem

Page 55: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

pernafasan, sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran

setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar,

bergairah, daya pikir lebih cepet, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein

dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan

aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin.

Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada

mukosa lambung sehingga menjadi gastritis.

4) Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah kuman gram negatif, basil yang berbentuk kurva

dan batang Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan

peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Infeksi

H.pylori ini sering diketahui sebagai penyebab utama terjadi ulkus peptikum

dan penyebab tersering terjadinya gastritis.

5) AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen

menghambat aktifitas siklooksigenasi, menyebabkan penurunan sintesis

prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakhidonat. Misalnya

aspirinibuprofen dan naproxen yang dapat menyebabkan peradangan pada

lambung.jika pemakaian obat-obatan tersebut hanya sesekali maka

kemungkinan terjadinya masalah lambung.

6) Alkohol

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan

membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walupun pada

kondisi normal. Berdasarkan penelitian, orang minum alkohol 75 gr (4

gelas/minggu) selama 6 bulan dapat menyebabkan gastritis.

Page 56: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

7) Terlambat makan

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu

dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar

glokosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan

merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila

seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi

semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta

menimbulkan rasa nyeri diskitar epigastrium (Sediaoetama, 2004).

8) Makanan pedas

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem

pencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi. Hal ini akan mengakibatkan

rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala

tersebut membuat penderita semakin berkurang nafsu makannnya. Bila

kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas ≥ 1x dalam 1 minggu selama

minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan iritasi pada

lambung yang disebut dengan gastritis (Sediaoetama, 2004).

9) Usia

Usia tua memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita gastritis dibanding

dengan usia muda. Hal ini menunjukan dengan seiring bertambah usia mukosa

gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi H.

Pylori atau gangguan autoimun dari pada orang yang lebih muda. Sebaliknya,

jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang

tidak sehat (Soetjiningsih, 2005).

Page 57: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

10) Stress psikis

Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya pada

beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang

meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal itu dibiarkan, lama-

kelamaan akan menyebabkan terjadinya gastritis.

11) Stress fisik

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluk empedu

atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus dan pendarahan

pada lambung.

g. Diet pada Gastritis

Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain upaya untuk

memperbaiki kondisi pencernaan. Perlu diketahui bahwa kedua unsur ini

mempunyai hubungan yang erat. Pemberian diet untuk penderita gastritis antara

lain bertujuan untuk (Sediaoetama, 2004) :

1) Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung.

2) Menghilangkan gejala penyakit.

3) Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung.

4) Mempertahankan keseimbangan cairan.

5) Mengurangi gerakan peristaltik lambung.

6) Memperbaiki kebiasaan makan pagi.

Page 58: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Adapun petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis antara lain :

1) Syarat diet penyakit gastritis

Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang,

tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Jumlah energi pun harus

disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Sebaliknya, asupan protein harus cukup

tinggi (20-25% dari total jumlah energi yang biasa diberikan), sedangkan

lemak perlu dibatasi. Protein ini berperan dalam menetralisir asam lambung,

bila dipaksa menggunakan lemak, pilih jenis lemak yang mengandung asam

lemak tidak jenuh. Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan

secara teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak

di ulu hati dan muntah karena tekanan dalam lambung meningkat.

Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam lemak tak

jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini lebih

mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering,

hindari makan secara berlebihan. Demikian pula jumlah vitamin dan mineral

yang diberikan pun harus dalam jumlah cukup. Akan tetapi, karena

keterbatasan bahan makanan sumber vitamin dan mineral, biasanya pasien

diberikan vitamin dan mineral dan bentuk obat.

2) Kebutuhan zat gizi

Jumlah energi yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan berat badan,

umur, jenis kelamin, aktivitas dan jenis penyakit. Kebutuhan energi bagi

pasien gangguan saluran pencernaan berdasarkan kelompok umur.

3) Jenis dan bentuk makanan

Pada penderita gastritis sebaiknya menghindari makanan yang bersifat

merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas, maupun

Page 59: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

banyak mengandung bumbu dan rempah. Selain itu, penderita juga harus

menghindari alkohol, kopi, dan minuman ringan. Dan perlu juga

memperhatikan tehnik memasaknya, direbus, dikukus dan dipanggang adalah

tehnik memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan

tidak dianjurkan.

Page 60: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

h. Penelitian Terkait

1) Penelitian yang dilakukan oleh Harun Rianto dengan judul “gambaran

pengetahuan klien tentang gastritis di RSU. Dr. FI. Tobing Sibolga” tahun

2008. Dari hasil penelitian para pakar, didapatkan jumlah gastritis antara pria

dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dan dapet menyerang

sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di Indonesia 6-20% menderita

gastrits sejak usia 55 tahun. Untuk segala umur, 16 kasus/1000 pada kelompok

umur 45-64 tahun. Insiden sepanjang usia untuk gastritis adalah 10%.

Berdasarkan hasil survey awal di lokasi penelitian yaitu di RSU. Dr. FI.

Tobing Sibolga tahun 2008 masih cukup banyak yaitu setiap bulannya kurang

lebih 40.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Wati Oktaviani dengan judul “Hubungan pola

makan dengan gastritis pada mahasiswa S.1 Keperawatan program A FIKES

UPN Veteran Jakarta” tahun 2008. Dari hasil penelitian yang menggunakan

metode penelitian desain analisis kuantitatif dimana penelitian diarahkan

secara objektif melalui pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional,

yang dapat ditarik kesimpulan tidak ada hubungan bermakna antara umur,

jenis kelamin dan porsi makan dengan gastritis, dan adanya hubungan

bermakna antara frekuensi makan, jenis makan dan pola makan.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Yuni Retnowati dengan judul “ gambaran

gastritis dan hubungannya dengan pola makan, gaya hidup, dan status gizi

pada pralansia dan lansia di posbindu kelurahan bantar jati Bogor tahun 2010”

penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan menggunakan desain

cross sectional. Sampel penelitian ini adalah para pralansia dan lansia di

posbindu kelurahan Bantar Jati Bogor sebanyak 107 responden yang berumur

Page 61: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

45-75 tahun. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

univariat dan bivariat. Hasil analisis bivariat bahwa tidak ada variabel yang

bermakna pada penelitian ini. Sekalipun aktifitas fisik, dan status gizi tidak

beresiko dengan gastritis, namun kedua variabel tersebut memiliki

kecenderungan lebih besar.

Page 62: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

i. Kerangka Teori

Kerangka Teori menurut Brunner &Suddarth (2002), Huha (2006), dan Soetjiningsih

(2005).

Bagan 2.1 Kerangka Teori

SS

Faktor-faktor resiko :

1. Pola makan

2. Usia

3. Jenis kelamin

4. Rokok

5. Kopi

6. Helicobacter pylori

7. Alkohol

8. Stress Psikis dan

fisik.

Permasalahan pola makan remaja:

1. Kebiasaan tidak sarapan

pagi.

2. Menginginkan penurunan

berat badan secara drastis.

3. Kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi.

4. Kebiasaan makan makanan

siap saji (fast food) yang

komposisi gizinya tidak

seimbang

Penatalaksanaan :

1. Makanan yang disajikan harus

mudah dicerna.

2. menghindari makanan yang

bersifat merangsang.

3. Asupan protein harus cukup tinggi,

sedangkan asupan lemak dibatasi.

4. Diberikan porsi makan kecil tetapi

sering.

TERJADINYA

GASTRITIS

Pola makan terdiri

dari :

a. Frekuensi

makan

b. Jenis makan

c. Porsi makan

Page 63: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 64: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

Area yang diteliti

Dihubungkan

Pola makan sehari-hari :

1. Frekuensi

makan

2. Jenis makan

3. Porsi makan

Karakteristik responden :

1. Usia

2. Jenis kelamin

Terjadinya Gastritis

Page 65: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Alasan diambil :

1. Pola makan

Pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan terserangnya penyakit

gastritis. Pada saat perut yang harusnya diisi, tetapi dibiarkan kosong atau ditunda

pengisiannya. Maka asam lambung akan meningkat dan mencerna lapisan mukosa

lambung dan menimbulkan rasa nyeri (Sediaotama, 2004).

2. Usia

Permasalahan yang timbul pada saat remaja yaitu kebiasaan makan yang

buruk seperti kebiasaan tidak makan pagi, terjebak dengan pola makan tidak sehat

yaitu menginginkan penurunan berat badan secara drastis, sehingga melakukan

pengaturan makan/diet yang salah. selain itu usia remaja memiliki kebiasaan ngemil

yang rendah gizi dan makan-makanan siap saji (fast food) dan biasanya disertai

dengan mengkonsumsi minuman bersoda yang berlebihan (Potter& perry, 2005).

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorng.

Laki-laki lebih banyak membutuhkan kebutuhan zat tenaga dan protein dari pada

perempuan, kebutuhan energi pada laki-laki sangat tinggi dibanding remaja

perempuan sehingga porsi makan laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. remaja

perempuan kesulitan lebih banyak untuk mendapatkan vitamin dan mineral yang

cukup dalam selang kalori yang dibutuhkan (Baliwati, 2004).

Alasan tidak diambil :

1. Rokok

Para santri laki-laki tidak diperbolehkan untuk merokok saat berada di Pondok

Pesantren, maupun di luar Pondok Pesantren Daar El-Qolam.

Page 66: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

2. Kopi

Minum kopi dalam jumlah yang tidak wajar ( > 3 cangkir/ hari) dapat meningkatkan

aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung, sehingga dapat

menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung dan menjadi gastritis

(Smeltzer, suzanne. 2002). Hampir jarang sekali santri yang meminum kopi.

3. Alkohol

Di Pondok Pesantren Daar El-Qolam tidak diperbolehkan para santri untuk

mengkonsumsi alkohol.

4. Stress fisik dan psikis

Stress fisik dan psikis beresiko terjadi iritasi mukosa lambung karena produksi asam

lambung akan meningkat pada saat keadaan stress, dan jika hal itu lama-kelamaan akan

menyebabkan terjadinya gastritis (Smeltzer, suzanne. 2002). Tingkat stress fisik maupun

psikis dipondok belum teridentifikasi.

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan demografi (usia dan jenis kelamin) dengan gastritis pada santri pondok

pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

2. Ada hubungan pola makan (frekuensi makan, jenis makan, jumlah makan atau porsi

makan) dengan gastritis pada santri pondok pesantren Daar El-Qolam Gintung,

Jayanti, Tangerang.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana cara

menentukan variabel dan mengukur suatu variabel. (Setiadi, 2007 :165)

Page 67: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Pola

makan

Pola makan yang

terdiri dari :

frekuensi makan,

porsi makan dan

jenis makanan

yang dikonsumsi.

(Hudha, 2006).

Menghitung skor

dari peryataan

Frekuensi makan

(makanan utama

dan makanan

selingan) dengan

menggunakan skala

Likert

(5) Selalu

(4) Sering

(3) Kadang-kadang

(2) Jarang

(1) Tidak pernah

Menghitung skor

dari peryataan

Jenis makanan

dengan

menggunakan skala

Guttman

Untuk pernyataan

Koesioner

penelitian

Frekuensi makan

1. Frekuensi

makan. < 2 kali

dalam sehari

(Kurang) = skor

≥ mean

(mean = 19)

2. Frekuensi

makan. > 2 kali

dalam sehari

(Baik) jika nilai

< mean

(mean = 19)

Jenis makan

1. Jenis makan,

yang

mengiritasi =

skor ≥ median

(median= 3).

Ordinal

Ordinal

Page 68: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

positif

Ya (Y) = 1

Tidak (T) = 0

Untuk pernyataan

negatif

Ya (Y) = 0

Tidak (T) = 1

Menghitung skor

dari peryataan

porsi makan

dengan

menggunakan skala

Guttman

Untuk pernyataan

positif

Ya (Y) = 1

Tidak (T) = 0

Untuk pernyataan

negatif

Ya (Y) = 0

Tidak (T) = 1

2. Jenis makan,

yang tidak

mengiritasi =

skor < median

(median= 3).

Porsi makan

1. Jumlah makan

< 300-500

gram ( < 3-5

piring

nasi/hari)

(porsi kurang)

= skor >

median

( median = 3)

2. Jumlah makan

sebanyak 300-

500 gram ( ≥

3-5 piring nasi)

(Baik)= skor <

median

(median = 3)

Ordinal

Ordinal

Page 69: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Usia Usia adalah

rentang kehidupan

yang diukur

dengan tahun

(Harlock, 2007)

Survey Koesioner

penelitian

Data numeric Rasio

Jenis

kelamin

Adalah tanda

biologis yang

membedakan

manusia

berdasarkan

kelompok.

Survey Koesioner

penelitian

1. Perempuan

2. Laki-laki

Nominal

Gastritis Gastritis

merupakan suatu

peradangan

mukosa lambung

yang bersifat akut,

kronik difus atau

lokal, dengan

karakteristik

anoreksia,

perasaan penuh di

perut (begah),

tidak nyaman pada

epigastrium, mual,

dan muntah

Survey Koesioner

penelitian

menggunakan

skala

Guttman

1. Ada gastritis

jika nilai ≥

median

(median=12)

2. Tidak ada

gastritis jika

nilai < median

(median=12).

Ordinal

Page 70: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

(Suratun SKM,

2010).

Page 71: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 72: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan rancangan untuk mengarahkan penelitian

yang mengontrol faktor yang mungkin akan mempengaruhi validitas penemuan

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan desain Cross Sectional. Pada penelitian ini dimana seluruh variabel

yang diamati, diukur pada saat bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

ini menggunakan data primer untuk mengetahui hubungan pola makan dengan

gastritis pada remaja di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti,

Tangerang tahun 2013. dimana variable bebas yaitu pola makan dan variable terikat

yaitu terjadinya gastritis akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

Keuntungan metode Cross Sectional ini adalah kemudahan dalam melakukan

penelitian, sederhana, ekonomis dalam hal waktu dan hasilnya dapat diperoleh

dengan cepat. Penelitian ini dilakukan melalui tahap penyebaran kuesioner kepada

santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti,

Tangerang.

Page 73: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Adapun pertimbangan memilih lokasi ini adalah :

a. Tingginya angka penyakit gastritis pada santri pada 1 bulan terakhir meningkat

dari 300 santri meningkat menjadi 320 santri.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli-Agustus 2013.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Notoatmojo (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian

atau objek yang diteliti, sedangkan Dahlan (2010) mendefinisikan populasi sebagai

semua elemen (individu, objek atau substansi) yang memenuhi kriteria yang

diberikan secara umum. Jadi yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh objek

yang akan diteliti.

Sampel mengikutsertakan kelompok orang tertentu, kejadian, perilaku, atau

elemen lain yang berhubungan dengan penelitian. Definisi sampel adalah bagian dari

populasi yang dipilih untuk menjadi subjek sebuah penelitian. Peneliti menggunakan

populasi remaja di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

dengan kriteria Inklusi sebagai berikut :

1. Para santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

2. Bersedia menjadi responden

Sampel penelitian ini adalah para santri laki-laki dan perempuan tingkat MA I

dan II Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang. Dalam

perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus uji beda 2 proporsi.

Perhitungan sampel menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi yaitu:

Page 74: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

[ √( ) √( ) ( ) ]

Keterangan :

n = jumlah sampel yang dibutuhkan = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% (CI) confident internal dengan (α)

sebesar 5%) = 1,645 (Kekuatan uji sebesar 95%) = Berdasarkan proporsi penelitian sebelumnya 0,117 ( Wati, 2008) = + 30% = 0,117 + 0,30 = 0,417

= ⁄ =

⁄ = 0,267

[ √( ) √( ) ( ) ]

[ √( ) √( ) ( ) ]

[ ] [ ]

[ ]

Page 75: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Setelah dilakukan penghitungan, maka didapat n (sampel) = 54 responden. Selanjutnya

hasil sampel dikalikan 10% untuk mengantisipasi adanya kemungkinan hilangnya

data atau ketidaklengkapan pengisian kuesioner, 54 x 10% = 5,4 = 6. Maka total

sampel dalam penelitian adalah 54 + 6 = 60 responden.

D. Metode pengambilan sampel

Pengambilan sampel kemudian dilakukan secara Stratified random sampling

yang dilakukan pada santri MA tingkat I dan II di Pondok Pesantren Daar El-Qolam.

n = Jumlah santri tiap MA tingkat I dan II x 60 Sampel

Total santri MA tingkat I dan II

(Dahlan, 2010).

SMA tingkat I = 87 x 60 = 31 Orang

169

SMA tingkat II = 82 x 60 = 29 Orang

169

E. Etika penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi subjek, menjamin kerahasiaan

identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Pada

penelitian ini sebelumnya responden telah diberikan penjelasan mendetail mengenai

tujuan, manfaat, dan segala hal yang berkaitan dengan penelitian sehingga

responden dapat memutuskan apakah akan berperan atau tidak dan semua responden

setuju menjadi responden penelitian. Peneliti memberi kesempatan kepada

Page 76: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

responden untuk bertanya mengenai penjelasan yang telah diberikan ( inform

consent ) selain itu peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden

(Confidentiality) yaitu dengan cara tidak mencantumkan nama (Anomity) dan

identitas lain responden. Data yang diperoleh hanya dapat diolah peneliti dan segera

dimusnahkan apabila sudah tidak digunakan (Hidayat, 2007).

F. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori

yang telah dibuat. Instrumen pengumpulan data terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Data demografi

Identitas meliputi tanggal pengisian, nama inisial, usia dan jenis kelamin.

2. Kuesioner pola makan

Bagian kedua koesioner untuk mengetahui kebiasaan frekuensi makan, jenis makan,

dan porsi makan. Untuk mengukur frekuensi makan (makan utama dan makan

selingan) Berisi 8 pertanyaan positif, yang akan diisi oleh responden.

Penilaiannya menggunakan skala Likert. Penilaian untuk pernyataan frekuensi

makan yaitu :

Selalu = 5

Sering = 4

Kadang-kadang = 3

Jarang = 2

Tidak pernah = 1

Skoring alat ukur frekuensi makan dilakukan dengan cara menghitung skor

mean dengan cara menjumlah nilai pertanyaan, lalu dari jumlah tersebut dicari

Page 77: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

nilainya. Sedangkan jenis makan dan porsi makan menggunakan skala Gutman.

Pertanyaan peneliti terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Responden

menjawab dengan jawaban benar atau salah (Hidayat, 2007). Pernyataan positif,

pada responden menjawab benardiberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0.

Pernyataan negatif pada responden menjawab benar diberi nilai 0, jika salah

diberi nilai 1.

3. Kuesioner gastritis

Bagian ketiga koesioner untuk mengetahui kejadian gastritis. Berisi 11

pertanyaan dengan menggunakan skala Gutman yaitu jika jawaban Ya

mendapatkan nilai 1 dan jika jawaban Tidak mendapatkan nilai 0.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting, yaitu valid dan

reliable (Arikunto, 2006). Uji instrumen dilakukan untuk mengukur validitas dan

reliabilitas dari instrumen. Kuesioner merupakan salah satu instrument dalam

penelitian. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliable, kuesioner harus diuji

cobakan terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Uji ini dilakukan dengan

menghitung korelasi masing-masing skor item dari tiap variable dengan skor

variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dan hasilnya

nanti dikatakan valid jika tiap pertanyaan mempunyai nilai Corrected Item-Total

Page 78: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Correlation adalah 0,3 dan apabila dibawah nilai 0,3 dinyatakan tidak valid (

Hidayat, 2008).

Uji validitas dikatakan valid apabila r hitung > r tabel, uji validitas ini

dilakukan di Pondok Pesantren latansa sebanyak 30 responden dengan alpha = 0,05,

df = n-2 (28) maka r tabel = 0,374. Dari 33 item di kuesioner dengan judul

“Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Remaja di Pondok Pesantren Daar El-

Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang” Dari uji validitas diketahui pernyataan yang

tidak valid adalah pernyataan nomer 4 dan 8, untuk item nomer 8 tersebut

dihilangkan sedangkan item nomer 4 dirubah kuesionernya dengan tata bahasa tanpa

mengurangi makna.

Realibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan pada tingkat kepercayaan

dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Hal ini berarti sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama.

Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan Software computer dengan rumus

Alpha Croncbac. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha

Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008). Dari hasil uji reliabilitas didapatkan Alpha

Cronbach 0,905 yang berarti sangat Reliabel dan layak untuk disebarkan kepada

responden.

H. Metode pengumpulan data

Di sini disebutkan secara ringkas tempat dan waktu, langkah-langkah

pengumpulan data secara operasional, metode pengumpulan data dan penjelasan

tentang cara-cara pengisian instrumen. Secara ringkas proses pengumpulan data ada

lima yaitu :

Page 79: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

1) Pengumpulan data (data collecting)

2) Pengolahan data (data processing)

3) Penyajian data ( data presentation)

4) Analisa dan interpretasi ( analysis and interprestation).

5) Penarikan kesimpulan (Stiadi, 2007)

Cara Pengumpulan Data

Sebelum pengumpulan data, peneliti melakukan uji coba kuesioner pada santri

Pondok Pesantren Latansa sebanyak 30 santri dari seluruh tingkat MA, hal ini

bertujuan untuk mengetahui kekurangan dari kuesioner dan sebagai bahan masukan

dalam penyempurnaan kuesioner, untuk mengantisipasi pertanyaan yang sulit

dimengerti oleh responden serta menambah ataupun mengurangi pertanyaan yang

kurang perlu dalam penelitian.

Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti,

Tangerang dengan jumlah sempel sebanyak 60 responden dilakukan selama 1 jam.

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan untuk mengambil dari setiap angkatan

secara Stratified random sampling dengan melihat tingkatan peringkat nilai para

santri, dari MA tingkat I diambil sebanyak 31 orang dan dari MA tingkat II diambil

sebanyak 29 orang, Pemilihan sampel diambil dari Kelas A menurut absebsi kelas.

Sebelum diberikan kuesioner, peneliti mengadakan pendekatan serta memberikan

penjelasan pada calon responden mengenai penelitian ini, kemudian calon responden

yang bersedia menjadi responden penelitian dapat membaca lembar persetujuan

kemudian menandatangani. Selama mengisi kuesioner, peneliti memberikan

kesempatan pada responden untuk mengajukan pertanyaan. Selanjutnya

Mengumpulkan kuesioner dan segera diperiksa kelengkapan datanya.

Page 80: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

I. Pengolahan Data

Data yang didapatkan harus diolah terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data

menjadi informasi. Menurut Hidayat (2007), mengungkapkan dalam proses

pengolahan data terhadap langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya dapat

digolongkan menjadi :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan dan dilakukan setelah data terkumpul. Pada tahapan ini

peneliti menghitung banyaknya kuesioner yang telah diisi, kemudian

dijumlahkan semuanya. Pada proses pengecekan tersebut diperiksa apakah

jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap (semua pertanyaan sudah terisi

jawabannya), jelas (jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca),

relevan ( jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan), dan

konsisten (apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi

jawabanya konsisten). Dan ternyata semua responden telah memenuhi

persyaratan maka dilanjutkan ke proses pemberian kode

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Coding juga merupakan kegiatan merubah

data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan coding (Hastono,

2006).pemberian kode dilakukan setelah semua data telah dikumpulkan.

3. Entry data

Data yang dikumpulkan kemudian dimasukan ke dalam program pengolahan

data dan kemudian membuat distribusi tentang variable-variable yang diteliti

Page 81: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

meliputi umur, jenis kelamin, frekuensi makan, porsi makanan dan jenis

makanan.

4. Cleaning (pembersihan data )

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah dimasukan apakah ada kesalahan atau tidak (Hastono, 2006). Proses

yang dilakukan setelah data masuk ke dalam computer. Data akan diperiksa

apakah ada kesalahan atau tidak, jika terdapat data yang salah, diperiksa oleh

proses cleaning ini.

5. Tabulasi Langsung

Sistem pengolahan data langsung yang ditabulasi oleh kuesioner. Ini juga

metode paling sederhana bila dibandingkan dengan metode yang lain. Tabulasi

ini dilakukan dengan memasukkan data dari kuesioner ke dalam kerangka table

yang telah disiapkan, tanpa proses perantara yang lain. Tabulasi langsung

biasannya dilakukan dengan system tally yaitu cara menghitung data menurut

klasifikasi yang telah ditentukan. Cara lain adalah kuesioner dikelompokkan

menurut jawaban yang diberikan, kemudian dihitung jumlahnya, lalu

dimasukkan ke dalam tabel yang telah dipersiapkan. Dengan cara ini

kemungkinan salah karena lupa dapat diatasi. Kelemahannya adalah

pengaturannya menjadi rumit bila jumlah klasifikasi dan sampelnya besar.

6. Komputer

Untuk mengolah data dengan computer penulis terlebih dahulu perlu

menggunakan program tertentu, baik yang sudah tersedia maupun program yang

sudah dipersiapkan, Dengan menggunakan program tersebut dapat dilakukan

Page 82: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

tabulasi sederhana, tabulasi silang, regresi, korelasi, analisa factor dan berbagai

tes statistic.

Penyajian data :

a. Tulisan atau narasi, dibuat dalam bentuk narasi mulai dari pengambilan data

sampai kesimpulan.

b. Tabel atau daftar penyajian dalam bentuk angka yang disusun dalam kolom

dan baris dengan tujuan untuk menunjukkan frekuensi kejadian dalam

kategori yang berbeda.

J. Analisa Data

Data yang ada setelah dilakukan proses pengolahan setelah itu dilakukan tehnik

analisa data. Analisa data yang digunakan adalah uji statistik dengan melalui 2 tahap

yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisa data dengan univariat yang dilakukan

pada setiap variable hasil penelitian, dan analisa bivariat dilakukan terhadap dua

variable yang diduga berhubungan. (Notoatmojo, 2010).

1. Analisa univariat, yaitu variabel yang ada dalam penelitian ini disusun secara

deskriptif dengan tabel distribusi pola makan. Tabel distribusi pola makan

memuat karakteristik responden meliputi, yaitu usia, jenis kelamin, pola makan

terdiri atas frekuensi makan, jenis makan, jumlah makan dan terjadinya gastritis.

2. Analisa bivariat yaitu melihat hubungan antara variable bebas dengan variable

terikat menggunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan P≤0.05

dengan cinfidence interval 9CI) 95%. Ada beberapa tahap dalam analisis

bivariat, yaitu :

Page 83: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

a. Menetapkan hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang perlu diuji kebenarannya (Hastono, 2006).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif

(Ha) karena peneliti mempunyai jawaban sementara dari hasil penelitian ini

yaitu adanya hubungan antara karakteristik remaja (usia dan jenis kelamain)

pada pola makan (frekuensi makan, porsi makan dan jenis makan) dengan

gastritis.

Arah uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah two tail karena

hanya menyatakan perbedaan/hubungan pola makan pada remaja dengan

penyakit gastritis tanpa melihat apakah variabel karakteristik pola makan

lebih tinggi/rendah dari gastritis.

3. Penentuan uji statistik yang sesuai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan gastritis

pada remaja sehingga digunakan uji chi-square. Hal tersebut dikarenakan

penelitian menggunakan dua variabel kategorik yaitu pola makan (frekuensi

makan, jenis makan, dan porsi makan) dan gastritis pada remaja (usia dan jenis

kelamin).

4. Menentukan tingkat kemaknaan

Batas/tingkat kemaknaan, sering juga disebut dengan nilai α, pada penelitian ini

digunakan nilai α sebesar 5%.

5. Perhitungan uji statistik

Perhitungan uji statistik adalah menghitung data sampel ke dalam uji hipotesis yang

sesuai (Hastono, 2006). Penelitian ini mengetahui ada/tidaknya hubungan pola

makan dengan gastritis pada remaja, maka data hasil pengukuran dimasukan ke

rumus uji chi-square. Proses pengujian chi-square adalah membandingkan

Page 84: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila

nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan

tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan), sebaliknya bila tidak sama,

maka dikatakan ada hubungan yang bermakna (signifikan).

6. Keputusan penghitungan statistik

Hasil pengujian statistik menghasilkan dua kemungkinan keputusan yaitu

menolak hipotesis nol (Ho) dan gagal menolak hipotesis nol (Ho) (Hastono,

2006). Peneliti mencari nilai p (value) dalam uji statisti. Nilai p tersebut

digunakan untuk membuat keputusan uji statistik dengan cara membandingkan

nilai p dengan α (alpha).

Penelitian ini menggunakan α 5% sehingga jika didapat nilai p>α maka hasil

perhitungan statistik tidak bermakna, artinya tidak ada hubungan karakteristik

pola makan dengan gastritis pada remaja. Sebaliknya, jika didapatkan nilai p≤α

maka hasil perhitungan statistik menjadi bermakna artinya ada hubungan yang

bermakna antara pola makan dengan gastritis pada remaja.

Maka penelitian ini menghasilkan adanya beberapa variabel yang menunjukan

adanya hubungan yang bermakna yaitu variabel usia, jenis kelamin, jenis

makanan dan pola makan dengan gastritis. Serta ada beberapa variabel yang

menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna yaitu frekueni makan dan

porsi makan dengan gastritis.

Page 85: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 86: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Pondok Pesantren Daar El-Qolam berada dibawah naungan Pondok Pesantren

Darussalam Gontor. Lembaga pendidikan Pondok Pesantren yang bernama

Madrasatul Mualimin Al-Islamiyah (MMI) Daar El-Qolam bertempat di Gintung,

Tangerang, Banten. Jumlah seluruh santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam yaitu

3.510 santri. Pondok Pesantren Daar El-Qolam berdiri pada tanggal 27 Ramadhan

1388 H, sementara awal dimulainya pendidikan pada tanggal 20 Januari 1968 M.

Pondok Pesantren Daar El-Qolam diproyeksikan sebagai sekolah respon dan

alternatif yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas mutu dan kualifikasi

lulusan MTS / MA yang ada. Adapun model yang diterapkan adalah Full day

school. Pondok Pesantren Daar El-Qolam menerapkan pendidikan Full day, di

samping itu, selain kegiatan formal, terdapat pula kegiatan ekstrakulikuler,

diantaranya Pramuka, karate, taekwondo, tapak suci, paskibra, futsal, marching

band, saman dancer dll.

Page 87: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

B. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan menggambarkan secara sistematis, fakta atau

karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan cermat. Analisa

univariat ini terdiri dari : usia reponden, jenis kelamin responden, pola makan yaitu

frekuensi makan, jenis atau ragam makan, porsi makan dan kejadian gastritis.

Jumlah total sampel yang terdiri dari seluruh santri Pondok Pesantren Daar El-

Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang adalah sebesar 60 responden dan tidak ada data

yang hilang (missing) baik umur responden, jenis kelamin responden, pola makan

yaitu frekuensi makan, jenis atau ragam makan, porsi makan, dan kejadian gastritis.

1. Usia

Gambaran distribusi frekuensi usia santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam

Gintung, Jayanti, Tangerang dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada Santri Pondok Pesantren

Daar El-Qolam Gintung, Jayanti Tangerang

Usia Frekuensis

Jumlah ( n ) Persen ( %)

< 16 Tahun 40 66,7

>16 Tahun 20 33,3

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 60 responden yang diteliti,

responden yang berusia < 16 tahun sebanyak 40 responden (66,7%).

Page 88: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

2. Jenis Kelamin

Gambaran distribusi frekuensi jenis kelamin santri Pondok Pesantren Daar El-

Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Santri

Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

Jenis kelamin Frekuensi

Jumlah ( n ) Persen ( %)

Laki-laki 18 30

Perempuan 42 70

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 60 responden yang diteliti,

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 42 responden (70%).

3. Frekuensi Makan

Gambaran distribusi frekuensi santri berdasarkan frekuensi makan terhadap

santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang dapat

dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan terhadap

Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

Frekuensi makan Frekuensi

Jumlah ( n ) Persen ( %)

> 2 kali sehari 21 35,0

< 2 kali sehari 39 65,0

Total 60 100

Page 89: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 60 responden yang diteliti,

responden yang memiliki frekuensi makan < 2 kali sehari sebanyak 39 responden

(65,0%).

4. Jenis Makan

Gambaran distribusi frekuensi jenis makan santri Pondok Pesantren Daar El-

Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis atau Ragam Makanan

Pada Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

Jenis makan Frekuensi

Jumlah ( n ) Persen ( %)

Tidak rasa asam dan pedas 14 23,3

Rasa asam dan pedas 46 76,7

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 60 responden yang diteliti,

responden yang menyukai jenis atau ragam makan rasa asam dan pedas sebanyak

46 responden (76,7%).

Page 90: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

5. Porsi Makan

Gambaran distribusi frekuensi porsi makan santri Pondok Pesantren Daar El-

Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Porsi makan Pada Santri Pondok

Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

Porsi makan Frekuensi

Jumlah ( n ) Persen ( %)

Kurang dari 300-500 gram

(<3-5 piring nasi/hari)

30 50

Sebanyak 300-500 gram

(> 3-5 piring nasi)

30 50

Total 60 100

Pada tabel 5.5 menunjukan bahwa dari 60 responden yang diteliti, jumlah porsi

makannya sama antara responden yang porsi makannya kurang dari 300-500

gram dan responden yang porsi makannya sebanyak 300-500 gram

6. Gastritis

Gambaran distribusi frekuensi kejadian gastritis santri Pondok Pesantren Daar

El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Grastritis Pada Santri Pondok

Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

Gastritis Frekuensi

Jumlah ( n ) Persen ( %)

Terjadi gastritis 33 55

Tidak terjadi gastritis 27 45

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 60 responden yang diteliti,

responden yang memiliki gastritis sebanyak 33 responden (55%).

Page 91: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

C. Analisa Bivariat

1. Hubungan Usia dengan Gastritis

Untuk mengetahui hubungan antara usia dengan gastritis pada santri Pondok

Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang digunakan uji chi-square.

Hasil analisis tersebut disajikan pada tabel 5.8

Tabel 5.8

Hubungan Umur Dengan Gastritis Pada Santri Pondok Pesantren Daar El-

Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

Pada Tabel 5.8 menunjukkan bahwa analisa hubungan usia dengan gastritis

pada santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam adalah 40 responden pada usia < 16

tahun, terdapat 21 responden (52,5%) terjadi gastritis dan 19 responden (47,5%)

yang tidak terjadi gastritis sedangkan dari 20 responden pada usia < 16 tahun

terdapat 12 responden (60%) terjadi gastritis dan 8 responden (40%) tidak terjadi

gastritis. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,003 berarti < 0,05. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan

gastritis. Untuk uji odd ratio menunjukkan bahwa usia responden < 16 tahun

berpeluang 0,737 kali terjadi gastritis daripada usia responden > 16 tahun.

Usia

Gastritis

Total OR

95%

CI

P

value

Terjadinya

gastritis

Tidak terjadi

gastritis

N % N % N %

< 16

tahun 21 52,5% 19 47,5% 40 100%

0,737

(0,248-

2,189)

0,003 >16

tahun 12 60% 8 40% 20 100%

Total 33 55% 27 45% 60 100%

Page 92: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Gastritis

Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan gastritis pada santri

Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang digunakan uji chi-

square. Hasil analisis tersebut disajikan pada tabel 5.9.

Tabel 5.9

Hubungan jenis kelamin dengan gastritis pada santri Pondok Pesantren Daar

El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

Jenis

kelamin

Gastritis

Total OR

95%

CI

P

value

Terjadinya

gastritis

Tidak

terjadi

gastritis

N % N % N %

Laki-laki 15 83,3% 3 16,7% 18 100%

6,667

(1,674-

26,554)

0,004 Perempuan 18 42,8% 24 57,1% 42 100%

Total 33 55% 27 45% 60 100%

Pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa analisa hubungan jenis kelamin dengan

gastritis pada santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam adalah 18 responden pada

jenis kelamin laki-laki terdapat 15 responden (83,3%) terjadi gastritis dan 3

responden (16,7%) yang tidak terjadi gastritis. Sedangkan 42 responden pada

jenis kelamin perempuan terdapat 18 responden (42,8%) terjadi gastritis dan 24

responden (57,1%) terjadi gastritis. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.004

berarti < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin dengan gastritis. Untuk uji odd ratio menunnjukkan bahwa

perempuan berpeluang 6,667 kali terjadi gastritis dari pada laki-laki.

Page 93: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

3. Hubungan Frekuensi Makan dengan Gastritis.

Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi makan dengan gastritis pada

santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang digunakan

uji chi-square. Hasil analisis tersebut disajikan pada tabel 5.10.

Tabel 5.10

Hubungan frekuensi makan dengan gastritis pada Santri Pondok Pesantren

Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

Frekuensi

makan

Gastritis

Total OR

95%

CI

P

value

Terjadinya

gastritis

Tidak

terjadi

gastritis

N % N % N %

Baik 9 42,8% 12 57,1% 21 100%

0,469

(0,159-

1,378)

0,165 Kurang 24 61,5% 15 38,5% 39 100%

Total 33 55% 27 45% 60 100%

Pada tabel 5.10 manunjukkan bahwa analisa hubungan frrekuensi makanan

dengan gastritis pada Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam adalah dari 21

responden pada frekuensi makan > 2 kali sehari terdapat 9 responden (42,8%)

terjadi gastritis dan 12 responden (57,1%) tidak terjadi gastritis. Sedangkan 39

respoden Frekuensi makannya < 2 kali sehari terdapat 24 responden (61,5%)

terjadi gastritis dan 15 responden (38,5%) tidak terjadi gastritis. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p = 0,165 berarti > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan gastritis. Untuk uji

odd ratio menunjukkan bahwa responden frekuensi makan < 2 kali sehari

berpeluang 0,469 kali terjadi gastritis dari pada responden frekuensi makan > 2 kali

sehari.

4. Hubungan Jenis Makan dengan Gastritis

Page 94: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Untuk mengetahui hubungan antara jenis makan dengan gastritis pada santri

Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang digunakan uji

chi-square. Hasil analisis tersebut disajikan pada tabel 5.11.

Tabel 5.11

Hubungan jenis makanan dengan gastritis pada Santri Pondok Pesantren Daar

El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

Jenis

makan

Gastritis

Total OR

95%

CI

P

value

Terjadinya

gastritis

Tidak

terjadi

gastritis

N % N % N %

Tidak

mengiritasi 4 28,6% 10 71,4% 14 100%

0,234

(0,064-

0,865)

0,023 Mengiritasi 29 63,0% 17 36,9% 46 100%

Total 33 55% 27 45% 60 100%

Pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa analisa hubungan jenis atau ragam

makanan dengan gastritis pada Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam adalah 14

responden pada jenis atau ragam makanan yang tidak menyukai rasa asam dan

pedas terdapat 4 responden (28,6%) terjadi gastritis dan 10 responden (17,4%)

yang tidak terjadi gastritis. sedangkan dari 46 responden jenis atau ragam makanan

yang menyukai rasa asam dan pedas terdapat 29 responden (63,0%) terjadi gastritis

dan 17 responden (36,9%) tidak terjadi gastritis. Hasil uji statistik didapatkan nilai

p = 0,023 berarti < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara jenis makan dengan gastritis. Untuk uji odd ratio menunjukkan

bahwa responden jenis makan rasa asam dan pedas berpeluang 0,234 kali terjadi

gastritis daripada responden jenis makan tidak rasa asam dan pedas.

Page 95: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

5. Hubungan Porsi Makan dengan Gastritis

Untuk mengetahui hubungan antara porsi makan dengan gastritis pada santri

Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang digunakan uji

chi-square. Hasil analisis tersebut disajikan pada tabel 5.12.

Tabel 5.12

Hubungan porsi makan dengan gastritis pada Santri Pondok Pesantren

Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

Porsi makan

Gastritis

Total OR

95%

CI

P

value

Terjadinya

gastritis

Tidak terjadi

gastritis

N % N % N %

Sebanyak 300-

500gr

( Baik )

18 60% 12 40% 30 100%

1,500

(0,539-

4,171)

0,436 Kurang dari

300-500gr

(Kurang)

15 50% 15 50% 30 100%

Total 33 55% 27 45% 60 100%

Pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa analisa hubungan porsi makan dengan

gastritis pada Santri adalah dari 30 responden pada porsi makan yang Sebanyak

300-500gr terdapat 18 responden (60%) terjadi gastritis dan 12 responden (40%)

yang tidak terjadi gastritis. Sedangkan dari 30 responden pada porsi makan

kurang dari 300-500gr terdapat 15 responden (50%) terjadi gastritis dan 15

responden (50%) tidak terjadi gastritis. hasil uji statistik didapatkan nilai p =

0,436 berarti > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara porsi makan dengan gastritis. Untuk uji odd ratio jumlah

makan kurang dari 300-500gr berpeluang 1,500 kali terjadi gastritis daripada

jumlah makan sebanyak 300-500gr.

Page 96: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 97: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

BAB VI

PEMBAHASAN

Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah penelitian melakukan penelitian

kemudian melakukan perbandingan antara teori dengan hasil penelitian. Penelitian ini

berjudul “ Hubungan Pola Makan Dengan Gatritis Pada Remaja di Pondok Pesantren Daar

El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang”. Sampel dari penelitian ini diambil dari santri

Pondok Pesantren Daar El-Qolam dengan jumlah total 60 orang.

A. Hasil Penelitian

1. Analisa univariat

a. Usia

Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan usia terhadap santri

Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang didapatkan bahwa dari 60

responden yang diteliti, jumlah responden yang berusia ≤ 16 tahun sebanyak 40

responden (66,7%) dan responden yang berusia > 16 tahun sebanyak 20 responden

(33,3%). Jadi mayoritas usia responden lebih banyak yang berusia < 16 tahun

dibandingan dengan usia > 16 tahun.

Usia adalah salah satu faktor resiko terjadinya penyakit gastritis, terutama pada masa

remaja adalah Masa peralihan dari yang sangat bergantung dengan orang tua ke masa

yang penuh tanggung jawab serta keharusan untuk sanggup berdiri sendiri. Menurut

Soetjiningsih (2005) Permasalahan pola makan yang timbul pada masa remaja yang

mampu memicu timbulnya gastritis disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu

para remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi dan biasanya gadis remaja sering

terjebak dengan pola makan tidak sehat, menginginkan penurunan berat badan secara

Page 98: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

drastis bahkan sampai menganggu pola makan. Hal ini dikarenakan remaja memiliki

body image (citra diri) yang mengacu pada idola mereka yang biasanya adalah para artis,

pragawati, selebritis yang cenderung memiliki tubuh kurus, tinggi, dan semampai.

Kebiasaan makan makanan siap saji (fast food) juga sangat mempengaruhi terjadinya

gastritis yang mana komposisi gizinya tidak seimbang yaitu terlalu tinggi kandungan

energinya, seperti pasta, fried chicken, dan biasanya juga disertai dengan mengkonsumsi

minuman bersoda yang berlebihan maupun kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi (kurang

kalori, protein, vitamin dan mineral) seperti makanan ringan, krupuk, chips dll.

b. Jenis Kelamin

Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin terhadap

santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang didapatkan bahwa

dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 18 responden (30%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 42 responden (70%). Jadi mayoritas jenis kelamin responden lebih banyak

berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Ini sesuai dengan jumlah

Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam.

Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi, sehingga

ada hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya gastritis (Apriajdi, 1986). Jenis

kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Pertumbuhan dan

perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan (Worthington,

2000).

Menurut potter&perry (2005) pola makan yang salah dapat mempengaruhi masalah

gizi lain yang banyak terjadi pada remaja khususnya remaja perempuan adalah

kurangnya zat besi atau anemia. Anemia merupakan kelanjutan dampak dari kurang zat

Page 99: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) dan kurang zat makro (vitamin, mineral).

Prevalensi anemia pada remaja di indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan survey

nasional tahun 2000, prevalensi anemia pada remaja perempuan adalah sebesar 57,1%

sedangkan pada remaja laki-laki sebesar 42,9%.

c. Frekuensi makan

Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi makan

terhadap santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

didapatkan bahwa dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang memiliki

frekuensi makan baik sebanyak 39 responden (65,0%) dan responden yang memiliki

frekuensi makan kurang sebanyak 21 responden (35,0%). Jadi mayoritas frekuensi

makan responden lebih banyak frekuensi makan yang kurang dibandingkan dengan

frekuensi makan baik.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar Santri

Pondok Pesantren Daar El-Qolam beresiko terjadinya gastritis. Hal ini dikarenakan

kebanyakan Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam memiliki frekuensi makan kurang

dan memiliki kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi. Frekuensi makan yang dimaksud

adalah frekuensi makan utama atau frekuensi makan yang setiap harinya 3 kali makan

utama, yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam atau sore. Frekuensi makan ini

merupakan domain yang sangat penting untuk terjadinya gastritis.

Menurut Suhardjo, (2002) dalam Hudha (2006) frekuensi makan dikatakan baik bila

frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan

1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi makan setiap harinya 2 kali

makan utama atau kurang sehingga beresiko terjadinya gastritis.

Page 100: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Menurut Bruner dan Suddarth (2001) secara alami lambung akan terus memproduksi

asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil setelah 4-6 jam sesudah makan

biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh

akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. bila seseorang

telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan

berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di

sekitar epigastrium.

d. Jenis makan

Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis makan terhadap

santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang didapatkan bahwa

dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang jenis makanan tidak mengiritasi

sebanyak 14 responden (23,3%) dan responden yang jenis makannya mengiritasi

sebanyak 46 responden (76,7%). Jadi mayoritas jenis atau ragam makanan responden

lebih banyak yang menyukai jenis atau ragam makanan mengiritasi dibandingkan dengan

jenis atau ragam makanan yang tidak mengiritasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa di

pondok Pesantren Daar El-Qolam kebanyakan Santri menyukai jenis makanan

mengiritasi

Menurut Bruner dan Suddarth (2001) menyatakan bahwa jenis makanan yang

sembarangan seperti, makanan yang pedas dan asam-asam akan merangsang dinding

lambung untuk mengeluarkan asam lambung, pada akhirnya kekuatan dinding lambung

menurun, tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada dinding lambung

sehingga menyebabkan terjadinya gastritis.

Page 101: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

e. Porsi makan

Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan porsi makan terhadap

santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang didapatkan bahwa

dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang porsi makannya kurang sebanyak

30 responden (50%) dan responden yang porsi makannya baik sebanyak 30 responden

(50%). Jadi tidak ada perbedaan antara porsi makan yang baik dengan porsi makan

Kurang.

Menurut Depkes (2005) dilihat dari porsi bahan makanan yang dimakan tiap hari

harus mengikuti pedoman umum gizi seimbang yaitu hidangan tersusun atas makanan

pokok (3-5 porsi/hari), lauk (2-3 porsi/hari), sayuran (2-3 porsi/hari), dan buah (3-5

porsi/hari), sedangkan porsi makan santri di Pondok Pesantren Daar El-Qolam, dilihat

dari jenis bahan makanan yang dimakan tiap hari belum mengikuti pedoman umum gizi

seimbang, sehingga banyak santri yang beresiko terjadi gastritis.

f. Gastritis

Dilihat dari kejadian gastritis reponden santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam

Gintung, Jayanti, Tangerang tentang gastritis berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui

bahwa dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang ada gastritis sebanyak 33

responden (55%) dan responden yang tidak ada gastritis sebanyak 27 responden (45%).

Mayoritas gastritis responden lebih banyak yang ada gastritis dibandingkan dengan

tidak ada gastritis. Jadi dapat disimpulkan bahwa santri Pondok Pesantren Daar El-

Qolam kebanyakan santri memiliki sakit gastritis. Hal ini disebabkan santri yang sering

terlambat makan dan suka makan makanan asam dan pedas, selain itu juga pola makan

santri yang tidak teratur sehingga mudah terserang gastritis.

Page 102: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Usia dengan Gastritis

Dari hasil analisis hubungan usia dengan gastritis adalah 40 responden pada

usia < 16 tahun, terdapat 21 responden (52,5%) terjadi gastritis dan 19 responden

(47,5%) yang tidak terjadi gastritis sedangkan dari 20 responden pada usia < 16 tahun

terdapat 12 responden (60%) terjadi gastritis dan 8 responden (40%) tidak terjadi

gastritis. Hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara usia

dengan gastritis, didapatkan P value = 0,003. Untuk uji odd ratio menunjukkan

bahwa usia responden < 16 tahun berpeluang 0,737 kali terjadi gastritis dari pada usia

responden > 16 tahun.

Pada penelitian Amran (2003) didapatkan bahwa usia memiliki hubungan

yang bermakna dengan gastritis, Menurut Baliwati (2004) Masa remaja adalah masa

mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan

mulai tertarik oleh lawan jenis menyebabkan remaja sangat menjaga penampilan.

Semua itu sangat mempengaruhi pola makan remaja, termasuk pemilihan bahan

makanan dan frekuensi makan. Remaja takut merasa gemuk sehingga remaja

menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sehari sekali, Hal itu

menyebabkan terjadinya gastritis.

Menurut Soedjiningsih (2009) Angka kejadian anoreksia dan bulimia

mengalami peningkatan selama dekade terakhir. Sekitar 1 dari 100 remaja

perempuan umur antara 16 sampai 18 tahun menderita anoreksia. Puncak angka

kejadian anoreksia pada remaja terjadi pada usia 17 tahun, dan remaja perempuan

lebih banyak mengalami gangguan pola makan dibandingkan dengan remaja laki-laki

dengan perbandingan 10:1. Gangguan tersebut dihasilkan oleh ketakutan bahwa

tubuh akan menjadi gemuk setelah makan dan ketakutan mental ini akan terpancar

Page 103: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

melalui penyiksaan fisik. Penelitian maupun teori diatas dapat disimpulkan bahwa

usia dapat mempengaruhi terjadinya gastritis terutama terhadap pola makan. Usia

remaja memiliki dampak yang lebih besar terhadap terjadinya gastritis.

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian ini, bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara usia dengan gastritis, dapat dikarenakan para santri Pondok

Pesantren Daar El-Qolam mayoritas masuk ke dalam usia remaja yaitu masa mencari

identitas diri dan para santri mulai tertarik dengan lawan jenis menyebabkan santri

sangat menjaga penampilan dan terjebak terhadap pola makan yang salah, hal ini

sesuai dengan teori Soetjiningsih (2005), yang menyatakan permasalahan gizi yang

timbul pada masa remaja dipicu oleh pemahaman gizi yang salah, yang mana remaja

sering memiliki pemahaman bahwa tubuh menjadi idaman adalah tubuh yang

langsing, sehingga untuk mempertahankan kelangsingannya remaja melakukan

pengaturan makan yang salah dan usia remaja merupakan usia yang mudah tertarik

dengan hal-hal baru, termasuk produk makanan yang diiklankan, padahal makanan

tersebut belum tentu memiliki kandungan gizi yang baik.

b. Hubungan Jenis Kelamin dengan Gastritis

Dari hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan gastritis adalah 18 responden

pada jenis kelamin laki-laki terdapat 15 responden (83,3%) terjadi gastritis dan 3

responden (16,7%) yang tidak terjadi gastritis. Sedangkan 42 responden pada jenis

kelamin perempuan terdapat 18 responden (42,8%) terjadi gastritis dan 24 responden

(57,1%) terjadi gastritis. Hasil uji statistik didapatkan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan gastritis, didapatkan P value = 0,004. Untuk

uji odd ratio menunnjukkan bahwa perempuan berpeluang 6,667 kali terjadi gastritis

dari pada laki-laki.

Page 104: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Hasil penelitian Nasution (2001) yang menyatakan terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan gastritis. hasil ini dapat diartikan bahwa

adanya perbedaan pola makan dengan jenis kelamin antara perempuan dengan laki-

laki yang dapat menimbulkan terjadinya gastritis. pada penelitian ini juga

didapatkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami gastritis dari pada laki-laki.

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian ini, bahwa terdapat hubungan

antara jenis kelamin dengan gastritis, dapat dikarenakan mayoritas santri memiliki

pola makan kurang baik dan santri memiliki kecenderungan yang berbeda pada

masing-masing jenis kelamin terhadap pola makan. Selain itu dapat diasumsikan

bahwa santri perempuan lebih memperhatikan postur tubuhnya dibandingkan

dengan santri laki-laki, hal ini sesuai dengan teori Apriadji (1986) yang

menyatakan bahwa anak perempuan lebih mementingkan penampilannya

dibanding laki-laki, jadi perempuan lebih beresiko terjadinya gastritis. Sedangkan

menurut Depkes (2005) bahwa kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan

berbeda terutama pada usia remaja.

c. Hubungan Frekuensi Makan dengan Gastritis

Dari hasil analisis hubungan frekuensi makan dengan gastritis adalah dari 21

responden pada frekuensi makannya baik terdapat 9 responden (42,8%) terjadi

gastritis dan 12 responden (57,1%) tidak terjadi gastritis. Sedangkan 39 respoden

Frekuensi makannya kurang terdapat 24 responden (61,5%) terjadi gastritis dan 15

responden (38,5%) tidak terjadi gastritis. Hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan gastritis, didapatkan P

value = 0,165. Sehingga dapat disimpulkan Untuk uji odd ratio menunjukkan bahwa

responden frekuensi makannya kurang berpeluang 0,469 kali terjadi gastritis

daripada responden frekuensi makannya baik.

Page 105: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan frekuensi makan dengan

gastritis pada santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Dapat disimpulkan sesuai

dengan teori Hudha (2006), yang menyatakan bahwa responden yang memiliki

frekuensi makan < 2 kali sehari dapat menyebabkan terjadinya gastritis

dibandingkan dengan responden yang memiliki frekuensi makan > 2 kali sehari.

Sedangkan frekuensi makan yang dimaksud adalah frekuensi makan utama atau

frekuensi makan yang setiap harinya 3 kali makan utama, yaitu makan pagi, makan

siang dan makan malam atau sore. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh

melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus (Brunner dan

Suddarth,2001). Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan.

Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam (Urip, 2002). Frekuensi

makan yang < 2 kali sehari dapat menyebabkan gastritis, seseorang akan terserang

gastritis apabila mereka terlambat makan.

Hasil penelitian Nasution (2001) yang menyatakan tidak ada hubungan yang

bermakna antara frekuensi makan dengan gastritis. Hasil dapat diartikan bahwa tidak

ada perbedaan frekuensi makan antara > 2 kali sehari dengan < 2 kali sehari.

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian ini, bahwa tidak ada hubungan antara

frekuensi makan dengan gastritis. Sesuai dengan teori Bruner dan Suddarth (2001)

secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam

jumlah yang kecil setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam

darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan

pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. bila seseorang telat makan 2 sampai

3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih. Akan

tetapi walaupun frekuensi makan utama > 2 kali sehari, apabila diselangi dengan

mengkonsumsi makanan ringan (cemilan) asam lambung akan tetap terkontrol.

Page 106: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

d. Hubungan Jenis Makan dengan Gastritis

Dari hasil analisis hubungan jenis atau ragam makanan dengan gastritis adalah

22 responden tidak menyukai jenis atau ragam makanan yang mengiritasi, 13

responden (59,1%) tidak terjadi gastritis dan 9 responden (40,9%) terjadi gastritis.

Sedangkan 146 responden menyukai jenis atau ragam makanan yang mengiritasi, 24

responden (16,4%) tidak terjadi gastritis dan 122 responden (83,6%) terjadi gastritis.

Hasil uji statistik didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara jenis

makan dengan gastritis. didapatkan P value = 0,023. Dari nilai odd ratio dapat

disimpukan bahwa responden yang menyukai jenis makan mengiritasi berpeluang

7,343 kali terjadi gastritis dari pada responden yang menyukai jenis makanan tidak

mengiritasi.

Adapun jenis makanan yang yang mengiritasi seperti makanan pedas, zat-zat

korosif (cuka dan lada) dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan

menimbulkan edema serta pendarahan, tidak jarang kondisi seperti ini menimbukan

luka pada dinding lambung (Sediaotama, 2004). Hasil penelitian Nasution (2001)

yang mengatakan terdapat hubungan antara jenis makanan dengan gastritis.

Penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini, yang mendapatkan bahwa

terdapat hubungan jenis makanan dengan gastritis. Selain itu dapat diasumsikan

bahwa mengkonsumsi makanan pedas atau asam akan merangsang sistem

pencernaan, terutama lambung dan usus. Asumsi tersebut sesuai dengan teori

Notoatmodjo (2007), bahwa mengkonsumsi makanan pedas dan asam secara

berlebihan dapat mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai mual

dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.

Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas dan asam ≥ 1 x dalam 1 minggu

Page 107: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

selama 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung

yang disebut gastritis.

e. Hubungan Porsi Makan dengan Gastritis

Dari hasil analisis hubungan porsi makan dengan gastritis adalah dari 30

responden pada porsi makannya baik terdapat 18 responden (60%) terjadi gastritis

dan 12 responden (40%) yang tidak terjadi gastritis. Sedangkan dari 30 responden

pada porsi makannya kurang terdapat 15 responden (50%) terjadi gastritis dan 15

responden (50%) tidak terjadi gastritis. hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara porsi makan dengan gastritis, didapatkan P value =

0,436. Untuk uji odd ratio menunjukkan bahwa responden jumlah makannya kurang

berpeluang 1,500 kali terjadi gastritis dari pada responden jumlah makannya baik.

Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan porsi makan dengan gastritis

pada santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Dapat disimpulkan sesuai dengan teori

Soediotama (2004), bahwa responden yang memiliki porsi makan kurang dari 300-

500gr ( < 3-5 piring nasi/hari) maupun sebanyak 300-500gr ( > 3-5 piring nasi/hari)

tidak ada hubungannya dengan kejadian gastritis.

Hasil penelitian Nasution (2001) yang menyatakan terdapat hubungan yang

bermakna antara porsi makan dengan gastritis. Hasil ini dapat diartikan bahwa ada

perbedaan antara porsi makan seseorang dengan terjadinya gastritis. Penelitian

tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini, yang didapatkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara porsi makan dengan gastritis. Sesuai dengan teori Bruner

dan Suddarth (2001) secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung

setiap waktu dalam jumlah yang kecil setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar

glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan

Page 108: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. bila seseorang

telat makan 2 sampai 3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak

dan berlebih. Akan tetapi walaupun porsi makan < 300-500 gram, apabila diselangi

dengan mengkonsumsi makanan ringan (cemilan) asam lambung akan tetap

terkontrol.

Page 109: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

B. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian

ini. Keterbatasan ini dapat berasal dari peneliti sendiri maupun keterbatasan istrument

yang ada. berikut ini adalah keterbatasan yang ada pada penelitian :

1. Segi desain studi penelitian yang digunakan dalam penelitian Cross-sectional (potong

lintang) memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat,

hanya menjelaskan hubungan keterkaitan. Meskipun demikian, desain ini dipilih

karena paling sesuai dengan tujuan penelitian, serta efektif dari segi waktu dan biaya.

2. Secara teoritis banyak sekali masalah yang harus diteliti dalam masalah gastritis di

kalangan remaja, tetapi karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana peneliti, maka

penelitian ini hanya meneliti beberapa variabel yang terkait dengan gastritis yaitu pola

makan (frekuensi makan, jenis makan dan porsi makan), usia dan jenis kelamin.

Page 110: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 111: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 112: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitan dan pembahasan pada BAB sebelumnya maka peneliti dapat menarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang

terdapat gastritis lebih banyak dengan persentase sebesar 55% dibandingkan santri

tidak memiliki gastritis.

2. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang

berusia < 16 tahun lebih banyak dengan persentase sebesar 66% dibandingkan

santri berusia > 16 tahun.

3. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang

berjenis kelamin perempuan lebih banyak dengan persentase sebesar 70%

dibandingkan santri berjenis kelamin laki-laki.

4. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang

memiliki frekuensi makannya kurang lebih banyak dengan persentase sebesar

65,0% dibandingkan santri dengan frekuensi makannya baik.

5. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang

menyukai jenis atau ragam makan mengiritasi lebih banyak dengan persentase

sebesar 76,7% dibandingkan santri yang tidak menyukai jenis atau ragam makan

tidak mengiritasi.

Page 113: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

6. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang

memiliki porsi makannya kurang sama dengan persentase 50% dibandingkan

santri dengan porsi makannya baik.

7. Ada hubungan yang bermakna antara usia dengan gastritis pada remaja di Pondok

Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

8. Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan gastritis pada remaja

di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

9. Tidak ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan gastritis pada

remaja di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

10. Ada hubungan yang bermakna antara jenis makan dengan gastritis pada remaja di

Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara porsi makan dengan gastritis pada

remaja di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.

Page 114: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

B. SARAN

1. Bagi Peneliti lain

a. Area penelitian diperluas dengan jumlah sampel yang lebih representatif

sehingga hasil yang diperoleh lebih memungkinkan untuk dilakukan

generalisasi pada populasi besar.

b. kepada peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel

lain yang diduga berhubungan dengan terjadinya gastritis yang belum dapat

diteliti pada penelitian ini.

c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar penelitian dengan topik yang

sama dengan desain yang berbeda.

2. Bagi Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

a. Memberikan edukasi berupa kurikulum pendidikan kesehatan gizi seimbang di

pondok, misalnya dengan pemasangan poster, mading, rubrik di majalah

Pondok Pesantren Daar El-Qolam mengenai pola makan. Diharapkan dapat

menambah pengetahuan tentang pengendalian dan pencegahan gastritis.

b. Peran serta guru dan orangtua sangat diharapkan dalam memberikan informasi

yang diperlukan remaja .

Page 115: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 116: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama, 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian rakyat.

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka

Umum.

Amran, Yuli. 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Makan

Mahasiswa Di Asrama Mahasiswa Universitas Indonesia Depok Tahun

2003, Skripsi. FKMUI.

Andi. 2010. Yanmed Depkes RI, Diakses di http://bank data depkes. Go.id/data

depkes.go.id/data. Diakses tanggal 5 Mei 2013.

Andry, Hartono. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.

Anne Lies Ranti Santoso Soegeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT. Asdi

Mahasatya.

Apriadji, 1986. Gizi Keluarga. Jakarta : Swadaya.

Arikunto, Sumarni. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Burhan Nurgiantoro. 2002 . Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.

Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

DepKes, RI. 2002. Program Perbaikan Gizi Makro. Jakarta : Direktorat Gizi

Masyarakat.

DepKes RI. 2005. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.

Jakarta.

Page 117: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

DepKes, RI. 2008b. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Ditjen Pembinaan

Kesehatan Masyarakat. Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Doenges, Marlylin. Et. Al. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :

EGC.

Harun Rianto. 2008. Gambaran Pengetahuan Klien Tentang Gastritis di RSU Dr. FI

Tobing Sibolga. Depok : FKMUI.

Hastono. 2009. Persagi Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia.

Hayati, Larasati. 2009. Hubungan Status Gizi, Frekuensi Makan, Dan Aktifitas Fisik

Dengan Gastritis Pada Mahasiswa Program Studi Gizi FKMUI. Skripsi.

FKMUI.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis

data. Jakarta : Salemba Medika.

Hirlan, Sp. Pd. 2005. Ilmu penyakit dalam jilid 1 edisi IV. Jakarta : FKUI.

Ichsan, M. 2000. Ilmu Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Universitas Terbuka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Koesmardini, S. 2006. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat.

Ditjen Dikti. Jakarta. DepartemenPendidikan Nasional.

Luthfiana, Ariful Hudha. 2007. Hubungan antara stress, Kebiasaan Makan dengan

Frekuensi Kekambuhan Gastritis di Puskesmas Ngenep Kecamatan

Karang Ploso Kab. Malang. Depok : FKM UI.

Majalahnh, Salam, dkk. 2009. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Nasution, Mahdiah. 2001. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pola Konsumsi

Dengan Gastritis Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Tahun 2002.

Skripsi. FKM UI.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. jakarta : PT Asdi

Mahasatya.

Page 118: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Oktaviani Wati. 2011. Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Mahasiswa S.1

Keperawatan Program A Fikes UPN Veteran. Jakarta : Skripsi, FKIK

UPN Veteran.

Permaisih, A. 2003. Hubungan Anemia Dengan Produktifitas Kerja. Jurnal

Kesehatan. Jakarta: Majalah Kedokteran Damianus.

Peter C Hayes. 2000. Gastroenterologi dan Hepatologi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep . proses

dan praktik. Jakarta : EGC.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth, Ed. 8. Jakrta : EGC.

Soetjiningsih. 2005. Usia Remaja Di Tinjau Dari Kebutuhan Aspek Zat Gizi.

Majalah Kesehatan Indonesia Departemant Kesehatan AKZI.

Soedjiningsih. 2009. Gambaran Gizi Pada Remaja di 4 SMA Di Jakarta Barat

Tahun 2009. Skripsi FKM UI.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. PAU Pangan & Gizi. IPB : Bogor.

Suhardjo. 2003. Berbagi Cara Pendidikan Gizi. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Sulistyoningsih, Heryati. 2010. Zat Gizi Untuk Diet. Jakarta : Bumi Aksara.

Suratun. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 11, Ed. 3. Jakarta : FKUI.

Syamsir, Salam, dkk. 2006. Metodologi Penelitian. UIN Jakarta Press. Jakarta.

Wijoyo, M Padmiarso. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Gastritis. Bee Media

Indonesia : Jakarta.

Page 119: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Yayuk Farida Baliwati. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar

swadaya.

Yuni Retnowati. 2010. Gambaran Gastritis dah Hubungannya dengan Pola Makan,

Gaya Hidup, dan Status Gizi pada Pralansia dan Lansia di Posbindu

kelurahan Bantar Jati Bogor. Depok : Skripsi, FKMUI.

Page 120: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …
Page 121: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

LEMBAR KOESIONER PENELITIAN

Oleh :

WAHYU PRATIWI

NIM: 109104000005

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 122: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth. Calon Responden

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Wahyu Pratiwi, mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta. Dengan Nomer

Induk Mahasiswa (NIM) 109104000005. Saya akan melakukan penelitian dengan judul ”

Hubungan Pola Makan dengan Gastritis Pada Remaja di Pondok Pesantren Daar El–Qolam

Gintung, Jayanti, Tangerang” yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan

dengan gastritis khususnya pada Remaja tingkat MA. Penelitian ini merupakan bagian dari

persyaratan untuk program pendidikan S1 yang sedang saya tempuh di Universitas Negeri

Islam Syarif Hidayatulah Jakarta. Dosen pembimbing saya dalam penelitian ini adalah

Ernawati, Skp,M.Kep, Sp.KMB dan Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc dari Universitas

Negeri Islam Syarif Hidatulah Jakarta.

Saya mengharapkan kesediaan anda untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian

ini. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi anda sebagai responden. Penelitian ini

akan tetap menjaga hak-hak anda sebagai responden, dengan tidak akan memaksa untuk

berpartisipasi dan menjaga kerahasiaan jawaban serta identitas yang anda berikan. Jawaban

yang diberikan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini, data akan segera peneliti

hilangkan setelah diolah dan penelitian ini selesai.

Saya mohon ketersediaan anda untuk menandatangani lembar persetujuan sesuai dengan

petunjuk yang ada. Demikian permohonan saya, atas perhatian dan ketersediaan anda, saya

ucapkan terima kasih.

Page 123: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Judul Penelitian : Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Remaja Di Pondok

Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tanggerang.

Peneliti : Wahyu Pratiwi

Pembimbing : Ernawati, Skp,M.Kep, Sp.KMB

Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc

Saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu

Keperawatan sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir

untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep). Saya akan

melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Remaja Di

Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Jayanti Tangerang. Tujuan Penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan gastritis pada remaja.

Untuk keperluan tersebut saya harap dengan kerendahan hati agar kiranya anda

bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan

jawaban anda akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti. Kuesioner ini saya harap diisi

dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat

memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini.

Demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya, dengan menandatangani pernyataan ini

bersedia menjadi responden dengan penuh kesadaran dan tanpa ada paksaan dari pihak mana

pun.

Tanggerang,

Responden

Page 124: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

LEMBAR KUESIONER

Judul penelitian : Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Remaja

Peneliti : Wahyu Pratiwi (109104000005)

Inisial nama :

Petunjuk untuk pengisian

a. Bacalah pertanyaan dengan hati-hati sehingga dapat dimengerti

b. Pilihlah salah satu jawaban anda dengan cara memberi tanda check list (√) pada

tempat ([ ]) yang tersedia sesuai dengan jawaban yang saudara pilih.

c. Setiap nomer hanya boleh diisi dengan satu jawaban.

d. Setiap jawaban dimohon untuk memberikan jawaban yang jujur.

e. Harap mengisi seluruh jawaban yang ada dalam kuesioner ini, pastikan tidak ada yang

dilewati.

A. Data Demografi

1. Tanggal pengisian :

2. Nama (inisial) :

3. Usia :

4. Jenis kelamin : [ ] laki-laki

[ ] perempuan

Page 125: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

B. Pola Makan

Frekuensi Makan

1. Apakah setiap hari anda biasa sarapan?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Jarang

5. Tidak pernah

2. Apakah setiap hari anda sempat makan siang ?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Jarang

5. Tidak pernah

3. Apakah anda makan - makanan pokok sebanyak 3 x dalam sehari?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Jarang

5. Tidak pernah

4. Apakah anda suka makan malam diatas jam 19.00 WIB ?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Jarang

5. Tidak perna

Page 126: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

5. Apakah anda mengkonsumsi selain makanan yang disediakan di dapur ?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Jarang

5. Tidak pernah

6. Seberapa sering anda makan Instan (Fast Food) dalam sehari ?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Jarang

5. Tidak pernah

7. Seberapa sering anda mengkonsumsi makanan dari dapur ?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Jarang

5. Tidak pernah

8. Apakah anda suka makan dengan terburu-buru?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Jarang

5. Tidak pernah

Porsi makan

9. Apakah porsi karbohidrat yang anda konsumsi dalam sehari sebanyak 300-500 gram

atau sebanyak 3-5 piring nasi?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Page 127: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

10. Apakah jumlah protein hewani yang anda konsumsi dalam sehari sebanyak 100 gram

atau 2 potong ikan, daging atau ayam ?

[ ] Ya

[ ] Tidak

11. Apakah jumlah protein nabati yang anda konsumsi dalam sehari sebanyak 100-150

gram atau 4-6 potong tempe dan tahu?

[ ] Ya

[ ] Tidak

12. Apakah porsi sayuran yang anda konsumsi dalam sehari sebanyak 150-200 gram atau

sebanyak 1,5-2 mangkok dalam keadaan matang ?

[ ] Ya

[ ] Tidak

13. Apakah porsi buah yang anda konsumsi dalam sehari sebanyak 2-3 potong, dapat

berupa pepaya atau buah-buahan lain?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Jenis Makan atau Ragam Makan

14. Apakah nasi merupakan menu sarapan anda ?

[ ] Ya

[ ] Tidak

15. Apakah anda menyukai makanan pedas ?

[ ] Ya

[ ] Tidak

16. Apakah anda menyukai makanan instan (fastfood) ?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Page 128: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

17. Apakah anda lebih menyukai ngemil dari pada makan nasi ?

[ ] Ya

[ ] Tidak

C. Gastritis ( Maag )

No Kejadian Maag Ya Tidak

1 Apakah anda mempunyai riwayat sakit maag

2 Apakah anda merasa terbakar di lambung saat mengalami maag.

3 Apakah anda merasa nafsu makan menurun saat mengalami

maag.

4 Apakah anda merasa nyeri ulu hati saat mengalami maag.

5 Apakah anda merasa mual sampai muntah saat terlambat makan.

6 Apakah anda merasa kembung saat mengalami maag.

7 Apakah anda merasa pusing saat mengalami maag.

8 Apakah anda merasa lemas saat mengalami maag.

9 Apakah anda selalu bersendawa saat mengalami maag.

10 Apakah anda merasa sesak saat mengalami maag.

11 Apakah wajah anda terlihat pucat saat mengalami maag.

12 Apakah maag anda kambuh pada saat terlambat makan dan

suka makan-makanan pedas ?

13 Apakah maag anda kambuh setelah memakan-makanan pedas

14 Apakah anda mengalami maag minimal 2 x dalam seminggu

15 Apakah anda mengalami maag minimal 2 x dalam sebulan

16 Apakah anda berusaha mengurangi gejala maag dengan cara

Page 129: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

makan teratur

Terima Kasih

Page 130: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Lampiran 2 Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.905 33

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 15.57 42.875 .497 .916

VAR00002 15.60 43.352 .422 .918

VAR00003 15.20 44.234 .520 .916

VAR00004 15.17 46.626 -.073 .922

VAR00005 15.57 40.944 .806 .910

VAR00006 15.20 44.855 .374 .918

VAR00007 15.60 43.352 .422 .918

VAR00008 15.70 44.769 .209 .911

VAR00009 15.53 41.568 .710 .912

VAR00010 15.43 43.495 .429 .917

VAR00011 15.57 40.944 .806 .910

Page 131: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

VAR00012 15.43 43.495 .429 .917

VAR00013 15.63 40.861 .820 .910

VAR00014 15.67 41.333 .748 .911

VAR00015 15.17 45.040 .392 .918

VAR00016 15.63 20.441 .446 .917

VAR00017 15.63 41.275 .752 .911

VAR00018 15.60 40.731 .839 .910

VAR00019 15.63 42.930 .489 .916

VAR00020 15.37 43.275 .500 .916

VAR00021 15.33 43.816 .428 .917

VAR00022 15.33 43.126 .553 .915

VAR00023 15.17 45.040 .392 .918

VAR00024 15.67 40.782 .839 .910

VAR00025 15.63 40.654 .853 .909

VAR00026 15.17 45.040 .392 .918

VAR00027 15.47 43.361 .439 .917

VAR00028 15.20 44.855 .376 .918

VAR00029 15.53 43.126 .428 .917

VAR00030 15.17 45.040 .375 .918

VAR00031 15.63 41.275 .752 .911

VAR00032 15.57 42.857 .497 .916

VAR00033 15.43 43.495 .429 .917

Page 132: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

1. Uji Validitas

Nilai r tabel untuk n = 30 adalah 0,374 jadi untuk nilai Corrected Item-Total

Correlation di bawah nilai 0,374 dinyatakan tidak valid dan dikeluarkan dari

kuesioner untuk penelitian berikutnya. Dari uji validitas diketahui pernyataan yang

tidak valid adalah pernyataan nomer 4 dan 8.

2. Uji Reliabilitas

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 Kurang Reliabel

>0,20 s.d 0,40 Agak Reliabel

> 0,40 s.d 0,60 Cukup Reliabel

0,60 s.d 0,80 Reliabel

>0,80 s.d 1,00 Sangat Reliabel

Uji reliabilitas didapatkan nilai cronbach alpha 0,905 sehingga menurut tabel diatas

nilai ini berarti Sangat Reliabel dan layak untuk disebarkan kepada responden.

Page 133: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Lampiran 3

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frekuensi porsi makan jenis makan kejadian gastritis

N 60 60 60 60

Normal Parametersa Mean 19.4500 2.4667 2.9667 11.2667

Std. Deviation 2.07017 1.14191 .75838 2.68623

Most Extreme Differences Absolute .171 .180 .284 .207

Positive .129 .159 .249 .109

Negative -.171 -.180 -.284 -.207

Kolmogorov-Smirnov Z 1.328 1.392 2.201 1.606

Asymp. Sig. (2-tailed) .059 .041 .000 .012

Statistics

Usia

N Valid 60

Missing 42

Mean 16.5000

Median 16.0000

Mode 16.00

Std. Deviation 1.37163

Minimum 15.00

Maximum 20.00

Sum 990.00

Statistics

Jenis kelamin

N Valid 60

Missing 0

Mean 16.5000

Median 16.0000

Mode 16.00

Std. Deviation 1.37163

Page 134: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Minimum 15.00

Maximum 20.00

Statistics

Jenis makan

N Valid 60

Missing 0

Mean 2.9667

Median 3.0000

Mode 3.00

Std. Deviation .75838

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Statistics

Porsi makan

N Valid 60

Missing 0

Mean 2.4667

Median 2.5000

Mode 3.00

Std. Deviation 1.14191

Minimum .00

Maximum 5.00

Kejadian gastritis

N Valid

Mean

Missing 0

11.2667

Median 12.0000

Mode 13.00

Std. Deviation 2.68623

Minimum 3.00

Maximum 15.00

Page 135: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

1. Hasil Analisis Univariat

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ≤ 16 tahun 40 66.7 66.7 66.7

>16 tahun 20 33.3 33.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Jenis kelamin

Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 18 30.0 30.0 30.0

Perempuan 42 70.0 70.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frekuensi makan

Frekuensi Makan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 21 35.0 35.0 35.0

Kurang 39 65.0 65.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Jenis makan

Jenis Makan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak mengiritasi 14 23.3 23.3 23.3

Mengiritasi 46 76.7 76.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Kejadian gastritis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Gastritis 33 55.0 55.0 55.0

tidak Gastritis 27 45.0 45.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Page 136: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

2. Hasil Analisis Bivariat

Hubungan Usia dengan Gastritis

GASTRITIS

Total Gastritis tidak Gastritis

USIA < 16 th Count 21 19 40

Expected Count 22.0 18.0 40.0

> 16 th Count 12 8 20

Expected Count 11.0 9.0 20.0

Total Count 33 27 60

Expected Count 33.0 27.0 60.0

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .303a 1 .003

Continuity Correctionb .076 1 .005

Likelihood Ratio .304 1 .003

Fisher's Exact Test .004 .008

N of Valid Casesb 60

Risk Estimate

Estimate .737

ln(Estimate) -.305

Std. Error of ln(Estimate) .556

Asymp. Sig. (2-sided) .582

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .248

Upper Bound 2.189

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -1.394

Upper Bound .783

Page 137: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Hubungan Jenis Kelamin dengan Gastritis

GASTRITIS

Total Gastritis Tidak Gastritis

JENIS KELAMIN L Count 15 3 18

Expected Count 9.9 8.1 18.0

P Count 18 24 42

Expected Count 23.1 18.9 42.0

Total Count 33 27 60

Expected Count 33.0 27.0 60.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.341a 1 .004

Continuity Correctionb 6.785 1 .009

Likelihood Ratio 8.992 1 .003

Fisher's Exact Test .005 .004

N of Valid Casesb 60

Risk Estimate

Estimate 6.667

ln(Estimate) 1.897

Std. Error of ln(Estimate) .705

Asymp. Sig. (2-sided) .007

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.674

Upper Bound 26.554

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .515

Upper Bound 3.279

Page 138: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Hubungan Frekuensi Makan dengan Gastritis

GASTRITIS

Total Gastritis Tidak Gastritis

FREKUENSI Baik Count 9 12 21

Expected

Count 11.6 9.4 21.0

Kurang Count 24 15 39

Expected

Count 21.4 17.6 39.0

Total Count 33 27 60

Expected

Count 33.0 27.0 60.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.925a 1 .165

Continuity Correctionb 1.244 1 .265

Likelihood Ratio 1.925 1 .165

Fisher's Exact Test .186 .132

N of Valid Casesb 60

Risk Estimate

Estimate .469

ln(Estimate) -.758

Std. Error of ln(Estimate) .550

Asymp. Sig. (2-sided) .169

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .159

Upper Bound 1.378

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -1.836

Upper Bound .321

Page 139: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Hubungan Jenis Makan dengan Gastritis

GASTRITIS

Total Gastritis Tidak Gastritis

JENIS MAKAN Tidak

Mengiritasi

Count 4 10 14

Expected

Count 7.7 6.3 14.0

Mengiritasi Count 29 17 46

Expected

Count 25.3 20.7 46.0

Total Count 33 27 60

Expected

Count 33.0 27.0 60.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.153a 1 .023

Continuity Correctionb 3.855 1 .050

Likelihood Ratio 5.223 1 .022

Fisher's Exact Test .033 .025

N of Valid Casesb 60

Risk Estimate

Estimate .234

ln(Estimate) -1.450

Std. Error of ln(Estimate) .666

Asymp. Sig. (2-sided) .029

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .064

Upper Bound .865

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -2.755

Upper Bound -.145

Page 140: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN GASTRITIS PADA …

Hubungan Porsi Makan dengan Gastritis

GASTRITIS

Total Gastritis tidak Gas

PORSI MAKAN Kurang Count 18 12 30

Expected

Count 16.5 13.5 30.0

Baik Count 15 15 30

Expected

Count 16.5 13.5 30.0

Total Count 33 27 60

Expected

Count 33.0 27.0 60.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .606a 1 .436

Continuity Correctionb .269 1 .604

Likelihood Ratio .607 1 .436

Fisher's Exact Test .604 .302

N of Valid Casesb 60

Risk Estimate

Estimate 1.500

ln(Estimate) .405

Std. Error of ln(Estimate) .522

Asymp. Sig. (2-sided) .437

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .539

Upper Bound 4.171

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -.617

Upper Bound 1.428