36
HUBUNGAN POLA MAKAN PADA ANAK-ANAK POSYANDU MEKAR BIRU IV DESA CIBIRU WETAN RT 03/RW 06 DENGAN INDEKS KARIES KARYA TULIS ILMIAH DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN PROGRAM DIPLOMA III PADA JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG DISUSUN OLEH BETTY NOOR HIDAYAH NIM : P17325111036 DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

Hubungan Pola Makan Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pola Makan Anak

Citation preview

Page 1: Hubungan Pola Makan Pada Anak

HUBUNGAN POLA MAKAN PADA ANAK-ANAK POSYANDU MEKAR BIRU IV DESA CIBIRU WETAN RT 03/RW 06 DENGAN INDEKS KARIES

KARYA TULIS ILMIAH

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK

MENYELESAIKAN PENDIDIKAN PROGRAM DIPLOMA III PADA JURUSAN

KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

DISUSUN OLEH

BETTY NOOR HIDAYAH

NIM : P17325111036

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

BANDUNG 2014

Page 2: Hubungan Pola Makan Pada Anak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut masih merupakan hal yang perlu diperhatikan, hal

ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk

Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia ialah

yang berkaitan dengan masalah kebersihan mulut. Penyakit gigi dan mulut tersebut

adalah penyakit jaringan penyangga dan karies gigi.

Berdasarkan Riskesdas 2007, prevalensi penduduk Indonesia yang bermasalah

dengan gigi dan mulut sebanyak 23,4 %. Untuk menentukan prevalensi karies gigi,

dilakukan pengukuran indeks karies pada suatu populasi. Indeks adalah ukuran yang

dinyatakan dengan angka dari suatu golongan atau kelompok terhadap suatu penyakit

gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan

dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat.

Menurut penelitian Decker dan Loveren di Amerika Serikat tahun 2003

menyatakan bahwa karies gigi merupakan salah satu penyakit anak yang paling

umum di Amerika Serikat dan mengalami peningkatan prevalensi dengan usia

sepanjang masa dewasa. Anak usia 5-9 tahun yang memiliki lesi karies sebanyak

51,6%. Hasil penelitian Oktrianda (2011), diketahui bahwa jumlah responden di SDN

66 Payakumbuh sebanyak 86 siswa, 84% dari responden menderita penyakit karies

Page 3: Hubungan Pola Makan Pada Anak

2

gigi. Sedangkan data menurut Riskesdas (2007), diantara anak usia 6-12 tahun yang

paling tinggi bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulut adalah usia 5-9 tahun yaitu

sebesar 21,6 %. Hal ini dapat terjadi karena anak-anak usia prasekolah dan sekolah

dasar masih mempunyai perilaku atau kebiasaan yang kurang menunjang terhadap

kesehatan gigi, salah satunya dari pola makan.

Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan

makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu

kelompok masyarakat tertentu (Hartono,2000). Pola makan adalah suatu cara atau

usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan

penyakit(DepkesRI,2009). Apabila anak-anak memiliki pola makan yang mengandun

kariogenik dapat mempengaruhi terhadap terjadinya karies gigi.

Makanan kariogenik adalah makanan yang kaya akan gula. Sifat makanan

kariogenik adalah lengket serta melekat pada permukaaan gigi dan mudah terselip

diantara celah-celah gigi seperti coklat, permen, biskuit, roti, kue-kue dan lain-lain.

Makanan kariogenik banyak dijual di pasaran dan sangat digemari anak-anak,

sehingga perlu lebih diperhatikan pengaruh substrat karbohidrat kariogenik dengan

kejadian karies gigi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang, ” Hubungan pola makan pada anak-anak posyandu Mekar Biru IV

Desa Cibiru Wetan RT 03/ RW 06 dengan indeks karies.

Page 4: Hubungan Pola Makan Pada Anak

3

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang

ingin di temukan dan ingin diketahui adalah “ Bagaimana hubungan pola makan pada

anak-anak posyandu Mekar Biru IV Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 dengan indeks

karies ?”

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pola makan pada anak-anak posyandu Mekar Biru IV

Desa CibiruWetan RT 03/RW 06 dengan indeks karies.

2. Tujuan Khusus

2.1 Untuk mengetahui hubungan pola makan pada anak-anak posyandu

Mekar Biru IV Desa CibiruWetan RT 03/RW 06.

2.2 Untuk mengetahui angka terjadinya karies pada anak-anak posyandu

Mekar Biru IV Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 .

2.3 Untuk mengetahui hubungan pola makan pada anak-anak posyandu

Mekar Biru IVDesa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 dengan indeks

karies.

Page 5: Hubungan Pola Makan Pada Anak

4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Manfaat Teoritik ini adalah sebagai berikut :

1.1 Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

hubungan pola makan pada anak-anak posyandu Mekar Biru IV Desa Cibiru

Wetan RT 03/RW 06 dengan indeks karies.

1.2 Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi ilmu

keperawatan gigi tentang hubungan pola makan pada anak-anak posyandu Mekar

Biru IVDesa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 dengan indeks karies.

1.3 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk perpustakaan di

Kampus Keperawatan Gigi tentang Karya Tulis Ilmiah yang berjudul hubungan

pola makan pada anak-anak posyandu Mekar Biru IV Desa Cibiru Wetan RT

03/RW 06 dengan indeks karies.

2.Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini bagi penelitian selanjutnya adalah dapat dijadikan data

dasar penelitian selanjutnya, dan bagi penulis sendiri adalah untuk menambah

pengetahuan, pengalaman, terutama mengenai hubungan pola makan pada anak-anak

posyandu Mekar Biru IV dengan indeks karies.

Page 6: Hubungan Pola Makan Pada Anak

5

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini mengkaji tentang hubungan pola makan pada anak-anak

posyandu Mekar Biru IV Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 Kec. Cileunyi Kab.

Bandung dengan indeks karies.

Page 7: Hubungan Pola Makan Pada Anak

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Kariogenik

Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies

gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah

hancur di dalam mulut. Dari penelitian Altano (1980) dan Menaker (1980) menyatakan

adanya hubungan antara masukan karbohidrat dengan karies. Hubungan antara konsumsi

karbohidrat dengan terjadinya karies gigi ada kaitannya dengan pembentukan plak pada

permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa makanan yang melekat di sela-sela gigi dan

pada plak ini akhirnya akan ditumbuhi bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam

sehingga pH rongga mulut menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka

struktur email gigi akan terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering

menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga keasaman

rongga mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang terlarut.

Kariogenitas suatu makanan tergantung dari :

1. Bentuk Fisik

Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta

mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies disbanding

bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya kue-kue, roti, es krim, susu,

permen dan lain-lainnya ( Bibby, 1975 dan 1983 ; Newburn,1978;Konig dan

6

Page 8: Hubungan Pola Makan Pada Anak

7

Hoogendoorn,1982). Bibby dan Huang ( 1980 ) membuktikan dalam percobaan in

vitro bahwa susu kental lebih menyebabkan demineralisasi dibandingkan dengan

susu kering. Susu coklat lebih merusak dibandingkan susu saja.

Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat menyebabkan makanan lebih

lama dikunyah. Gerakan mengunyah sangat menguntungkan bagi kesehatan gigi

dan gusi. Mengunyah akan merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan

mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang ada. Makanan berserat

menimbulkan efek seperti sikat dan tidak melekat pada gigi. Titik-titik positif pada

buah segar adalah kadar vitamin,kadar mineral, kaya akan serabut kasar dan air

serta sifat-sifat yang merangsang fungsi pengunyahan dan sekresi ludah. Buah yang

mempunyai sifat sebagai pembersih alami seperti apel, bengkoang,pir,jeruk.

2. Jenis

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang berhubungan

dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida, mono sakarida dan sukrosa

terutama mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan

mikroorganisme dibandingkan karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan

cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan gula

dalam minuman seperti air teh atau kopi bukan merupakan satu-satunya sukrosa

dalam diet seseorang.

Page 9: Hubungan Pola Makan Pada Anak

8

3. Frekuensi konsumsi

Frekuensi makanan dan minuman tidak hanya menentukan timbulnya erosi

tetapi juga karies. Dari penelitian Rugg-Gunn et al ( 1980 ) menyatakan banyaknya

intake gula harian lebih besar korelasinya dibanding dengan frekuensi makan gula.

Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih besar dari total diet karena snack

lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi. Dalam studi Vipeholm dijelaskan

bahwa karies didasarkan oleh frekuensi yang tinggi makan makanan kecil. Dari

beberapa penelitian lain ditemukan hal-hal sebagai berikut ( Silverstone, 1981 ) :

1. Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas karies.

2. Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah jika dikonsumsi

dalam bentuk yang lengket.

3. Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan makanan yang

manis dan lengket ditingkatkan.

4. aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan.

5. karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makan-makanan manis

yang lengket dari bahan makanan.

Page 10: Hubungan Pola Makan Pada Anak

9

B. Karies

1. Pengertian Karies

Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm,

dan diet ( khususnya komponen karbohidrat yang dapat di fermentasikan oleh bakteri

plak menjadi asam ) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan

memerlukan cukup waktu untuk terjadinya. Proses karies umumnya berlangsung

cukup lama dan sering tidak disadari. Proses karies bisa terjadi dalam 1-2 tahun

sebelum terdeteksi oleh saraf sehingga sakit gigi baru terasa (Hoesin,2008)

2. Proses Terjadinya Karies

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak pada permukaan

gigi. Gula dari sisa makanan dan bakteri akan menempel dan pada waktu tertentu

akan berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis

( sekitar pH 5,5 ) sehingga menyebabkan demineralisasi email, yang akan berlanjut

menjadi karies gigi. ( lis.Z 2000 )

Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat

berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang

tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies

yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan adalah rasa ngilu bila gigi

terkena rangsang panas, dingin atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah

besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi syaraf

Page 11: Hubungan Pola Makan Pada Anak

10

dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses

peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi

bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat

menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.

3. Etiologi Karies

Faktor penyebab karies tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran yang

bersinambungan. Karies baru bisa terjadi hanya kalau ke empat faktor itu ada yaitu :

a. Bakteri Kariogenik

Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri berserta produk-produknya,

yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Streptococcus muutans dan laktobasilus

merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari

karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur

dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena

kemampuannya membuat polisakharida ekstra seluler yang sangat lengket dari

karbohidrat makanan.

b. permukaan gigi yang rentan

Permukaan oklusal

Permukaan oklusal gigi molar sulung mempunyai bonjol yang relative tinggi

sehingga lekukan menunjukkan gambaran curam dan relative dalam. Bentuk

Page 12: Hubungan Pola Makan Pada Anak

11

morfologi gigi sulung tidak banyak bervariasi kecuali gigi molar sulung pertama atas

dalam bentuk dan ukurannya. Lekukan gigi sulung yang lebih dalam akan

memudahkan terjadinya karies.

Permukaan halus

Kontak antar gigi tetap adalah kontak titik tetapi kontak antar gigi sulung

merupakan kontak bidang. Hal ini disebabkan bentuk permukaan proksimal gigi

sulung agak datar. Keadaan ini akan menyulitkan pembersihannya.

Susunan gigi sulung

Gigi-gigi berjejal dan saling tumpang tindih akan mendukung timbulnya

karies karena daerah tersebut sulit dibersihkan. Pada umumnya susunan gigi molar

sulung rapat sedangkan gigi insisivus sulung renggang. Dari berbagai penelitian

disimpulkan bahwa anak dengan susunan gigi berjejal lebih banyak menderita karies

dari pada yang mempunyai susunan gigi baik.

c. Tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri.

Nutrisi sangat di perlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi saat

pembentukan matriks email dan kalsifikasi. Nutrisi berperan dalam membentuk

kembali jaringan mulut dan membentuk daya tahan terhadap infeksi juga karies.

Makanan akan mempengaruhi keadaan di dalam mulut secara lokal selama

pengunyahan dan setelah ditelan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

Page 13: Hubungan Pola Makan Pada Anak

12

perkembangan masa pre dan pasca erupsi ( Altano, 1980 dan Menaker, 1980). Nutrisi

berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam struktur , ukuran,

komposisi, erupsi dan ketahanan gigi terhadap karies.

d. Waktu

Pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan

frekuensi substrat menempel di permukaan gigi ( Newsburn,1978;Konig dan

Hoogendoorn,1982 ).

Di dalam mulut terdapat saliva, kemampuan saliva untuk mendipositkan

kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses

karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh

karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak

menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau

tahun.

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat

mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan

mengandung gula,maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam

dan menurunkan pH. pH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan

proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah

2 jam.

Page 14: Hubungan Pola Makan Pada Anak

13

Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak

sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Remineralisasi meningkat jika ada ion

flour. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga

mempengaruhi pH nya. Jika aliran saliva berkurang atau menghilang, maka karies

mungkin akan tidak terkendali.

Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan

lingkungannya merangsang efek anti karies.

4. Pengukuran Keaktivan Karies

Indeks def-t

Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi karies gigi dan skor dari indeks

karies. Indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang

atau sekelompok orang. Untuk gigi sulung disebut def, oleh Gruebbel tahun 1944

(James dan Beal, 1981). Indeks karies gigi def-t adalah jumlah gigi karies yang masih

bisa ditambal (decayed (d) = untuk gigi sulung), ditambah dengan gigi karies yang

tidak dapat ditambal lagi atau gigi dicabut (extracted (e) = untuk gigi sulung) dan

jumlah gigi karies yang sudah ditambal (filled (f) = untuk gigi sulung). Indeks def-t

untuk gigi sulung.

Batasan prevalensi dan indeks ini dapat secara seragam digunakan untuk

mengumpulkan data sehingga diketahui keadaan kesahatan gigi rata-rata setiap orang

Page 15: Hubungan Pola Makan Pada Anak

14

di suatu populasi tertentu ( Muhler, 1954; Finn,1977; WHO, 1977; Barmes, 1981;

James dan Beal,1981;Jong, 1981).

C. Hubungan Pola Makan dengan Lubang gigi atau def-t

1. Karbohidrat dengan Molaritas Rendah dan Molaritas Tinggi

Bila kita lalai membersihkan gigi, maka terbentuklah suatu lapisan plak pada

permukaan gigi. Plak seperti yang telah kita ketahui mengandung banyak kuman-

kuman. Kuman-kuman plak senang sekali makanan-makanan yang manis-manis,

gula adalah makanan dan sumber tenaga kuman , gula menyebabkan mereka

tumbuh subur dan makin banyak.

Apabila kita makan-makanan yang manis-manis, sisa gula yang melekat

pada gigi akan diubah oleh kuman-kuman plak menjadi asam. Permukaan gigi

yang terkena oleh asam akan larut menjadi berlubang. Setiapkali kita makan gula

atau makanan yang manis, ingatlah agar segera membersihkannya dengan

menyikat gigi, atau kumur-kumur agar gigi tetap bersih dan sehat.

Menurut Makinen pada tahun 1977 sebagai berikut : seperti telah dijelaskan

mikroba keriogenik Streptococcus yang berada dalam mulut, secara anaerobik

melalui enzim yang diproduksinya mampu mencerna atau menghidrolisis sukrosa

menjadi glukosa dan fruktosa. Dari hasil metabolisma jenis gula tersebut,

terbentuklah polimer rantai panjang dari glukosa yang disebut dekstran atau

polimer rantai panjang dari fruktosa yang disebut levans. Jenis polimer-polimer

Page 16: Hubungan Pola Makan Pada Anak

15

tersebut kemudian berkembang menjadi noda pada permukaan gigi. Noda-noda

tersebut bersifat gel yang sangat lengket sekali. Proses pengeroposan gigi sendiri

disebabkan oleh pengaruh asam laktat, yaitu produk hasil sampingan dari

metabolisir fruktosa dan levans.

Karbohidrat dalam makanan merupakan substrat untuk bakteri, yang melalui

proses sintesa akan di rubah menjadi asam dan polisakharida. Secara klinis ada

perbedaan yang besar dalam pengaruh karbohidrat terhadap jaringan gigi.

Karbohidrat dengan molaritas rendah , seperti sacharosa ( gula biet, gula tebu, gula

merah ), glukosa, fruktosa dan maltose, akan segera diubah menjadi zat-zat yang

merusak jaringan mulut. Makanan yang mengandung zat pati seperti roti, kentang,

nasi, spaghetti dan sebagainya ( tanpa gula ) akan di pecah menjadi maltose

melalui proses yang berlangsung relative lama, dan baru akan di ubah oleh bakteri-

bakteri pada plak. Ditinjau dari sudut kesehatan gigi, resiko kerusakan jaringan

mulut telah sangat berkurang. Ludah juga mengandung karbohidrat, tetapi

kandungannya demikian rendahnya, sehingga berakibatkan metabolism bakteri

karies, gingivitis ) akan sangat berkurang bila, secara teratur, permukaan gigi di

bersihkan dari plak dan bakteri.

Sifat kariogenik yang rendah dari makanan yang terbuat dari zat pati terbukti

dengan penelitian epidemiologi, yang dilakukan pada kelompok masyarakat yang

belum berkembang dimana pola makanan terutama terdiri atas zat pati, dan juga

dari eksperimen binatang.

Page 17: Hubungan Pola Makan Pada Anak

16

Hubungan antara pola makan dengan terjadinya karies gigi ada kaitannya

dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa

makanan yang melekat di sela-sela gigi dan pada plak ini akhirnya akan ditumbuhi

bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam sehingga pH rongga mulut

menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka struktur email gigi akan

terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering menyebabkan

produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga keasaman rongga

mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang terlarut.

Page 18: Hubungan Pola Makan Pada Anak

17

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASINAL

3.1 Kerangkan Konsep

Berdasarkan teori yang ada dapat di gambarkan bentuk kerangka konsep

penelitian ini adalah sebagai berikut :

INDEPENDENT VARIABLE DEPENDENT VARIABLE

Bagan Kerangka Konsep penelitian menurut Notoatmodjo, 2010 modifikasi

Variabel bebas ( independent variabel ) pada penelitian ini adalah pola makan

pada anak posyandu.

Sedangkan variabel terikat atau tergantung (dependent variable ) pada

penelitian ini adalah indeks karies pada anak posyandu Mekar Biru IV.

Pola makan:

Bentuk fisik makanan

Jenis makanan

Frekuensi makanan kariogenik

Indeks Karies

18

Page 19: Hubungan Pola Makan Pada Anak

18

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan rancangan

penelitian cross sectional, yaitu bentuk makanan, jenis makan dan frekuensi makanan

kariogenik (variabel independent) dengan indeks karies (variabel dependen) diukur

pada satu saat artinya setiap subjek hanya diukur satu kali saja dan pengukuran subjek

dilakukan pada saat pemeriksaan, tidak ada tindak lanjut (Arikunto, 1996)

4.2 Waktu dan Tempat

Waktu penelitian : Bulan Mei sampai Juni.

Tempat penelitian :Posyandu di Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 Kec. Cileunyi

Kab. Bandung.

4.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak posyandu Mekar Biru IV

Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 Kec. Cileunyi Kab. Bandung.

22

Page 20: Hubungan Pola Makan Pada Anak

19

2. Sampel

Pada penelitian ini tidak ada pengambilan sample karena semua populasi diambil

sebagai obyek penelitian.

4.4 Teknik Sample dan Pengumpulan Data

Teknik Sample

Pengambilan sample dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Total

Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria peneliti.

Inklusi :

1. Anak-anak balita yang tercatat dan mengikuti pos pelayanan terpadu usia dua

sampai lima tahun.

2. Sehari-hari tinggal di Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 Kec. Cileunyi Kab.

Bandung.

Eksklusi :

1. Anak-anak balita yang tercatat dan mengikuti pos pelayanan terpadu dua tahun

berturut-turut.

4.5 Pengolahan dan Analisa Hasil

Data yang telah terkumpul yaitu data identitas sample, data kejadian karies,

data pola makan, diolah menggunakan rumus persentase, kemudian disajikan dalam

23

Page 21: Hubungan Pola Makan Pada Anak

20

bentuk tabel. Selanjutnya hubungan antara pola makan dengan indeks def-t dianalisa

dengan menggunakan rumus chi-square dengan tingkat Hct kepercayaan 95%,

kemudian data akan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

Langkah rumus chi square :

Analyze, descriptives statistics, crosstabs.

Masukkan variabel pola makan ke dalam rows (karena bertindak sebagai

variabel bebas).

Masukkan variabel def-t ke dalam column (karena bertindak sebagai variabel

tergantung).

Klik kotak statistics lalu pilih Chi square pada kiri atas kotak, lalu ketik

continue.

Aktivkan kotak cell, lalu pilih observed (untuk menampilkan nilai observed)

dan expected ( untuk menampilkan nilai expected) pada kotak count, lalu

continue.

Proses telah selesai. Klik Continue lalu klik Ok.

24

Page 22: Hubungan Pola Makan Pada Anak

21

DAFTAR PUSTAKA

Auther.2013.Makalah Karbohidrat.http://artikelkesmas.blogspot.com.23 januari2013.

Auther.2011.Kesehatan Gigi Makanan Sukrosa yang Menyebabkan Terjadinya

Karies Gigi.http://tugas2kuliah.wordpress.com.08 desember 2011.

Auther.2011.Kesehatan Gigi Makanan Sukrosa yang Menyebabkan Terjadinya

Karies Gigi.http://tugas2kuliah.wordpress.com.8 desember 2011..

Auther.2010.Angka Koreksi Karies .http://ejournal .litbang. depkes .go.id/index

.php/MPK/article/viewFile/782/870.

Auther.2013.Journal Persentase Pengguna Protesa DiIndonesia .http ://journal

.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/1301/1190.

Auther.2000.Early Childhood Caries.http://www.ada.org/2057.aspx

Auther.2004.Baby Bottle Tooth Decay.http://www.ada.org/3383.aspx?currentTab=2

Auther.2009. konsep pola makan.http://akperla.blogspot.com/2009/08/konsep-pola-makan.html

Auther.2013.Riskesdas gigi dan Mulut .http://depkes .go.id/ downloads /riskesdas2

013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Agtini,Magdarina Destri.2010. Persentase Pengguna Protesa di Indonesia.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/782/870.

Page 23: Hubungan Pola Makan Pada Anak

22

Edwino,A.M,Kidd,JjoystonBechel.1999.Dasar dasar Karies Penyakit dan

Penanggulangannya .Jakarta:EGC.

HiranyaPutri,Megananda,Julianti,ElizaHeri,danNurjanah,Neneng.2010.Ilmu

Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi .Jakarta

:EGC.

HouwinkB.1993.Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Gajah Mada University .

Yogyakarta:Press.

J.Arends.etall.1982.Prevalensi Dalam Kedokteran Gigi dan Dasar Ilmiahnya .Jakarta

:Indonesian Dental Industries,Pt.Denta.

Kidd,Edwin,A.M.1991.Dasar-dasar penyakit Karies dan Penanggulangannya

.Jakarta :EGC.

Kesehatan Gigi danMulut.Jakarta :EGC.

Radiah .Mintjelungan,Christy dan Wayan Mariati, Ni .2013. Gambaran Status Karies dan Pola Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada mahasiswa Asal Ternado di Manado .old.fk.ub.ac.id/.../MAJALAH%20WIDYA%20AYU%

Suwelo,is.1992.Karies gigi pada anak dengan berbagai factor etiologi : kajian pada

anak prasekolah.jakarta:EGC.

Sukmono, Suryawati. Syahdrajat, Tantur. Handayani, Tri. Resmisari, Titiek.Wahyuni, Sri.2009.prevalensi karies gigi pada balita .http: //tantursyah .blogspot. com /200 /03/prevalensi-karies-gigi-pada-balita-usia-11.html .

Page 24: Hubungan Pola Makan Pada Anak

23

Sastroasmoro,s.2002.Dasar dasar Methodologi Penelitian Klinis Edisi ke 2 . CV

.Jakarta :Sagung Seto.

Tarigan,s.1990.Karies Gigi .Hipokrates,Jakarta.

Worotitjan, Indry ,Mintjelungan, Christy N dan Gunawan,Paulina .2013. Pengalaman

Karies Gigi Serta Pola Makan dan Minum pada Anak Sekolah Dasar di Desa

KiawaKecamatanKewangkoanUtara.http//ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi

/article/.../2168

Widodorini, Trining. Balbeid, Merlya dan P,Widya Ayu. Hubungan Pola Jajan di

Sekolah dengan Tingkat def-t dan DMF-T Murid Kelas II Madrasah Ibtidaiyah

Genukwatu Kecamatan Ngoro Kabupaten

Jombang .http//ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/.../2170

.