Upload
others
View
21
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI POLA MAKAN PADA PASIEN GASTRITIS
DI PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan
OLEH :
NUR RAMADHANI HIDAYAT
NIM.P0032001403
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D-III KEPERAWATAN
2017
ii
iii
iv
MOTTO
“Pelajarilah ilmu, karena mempelajari ilmu karena Allah itu mencerminkan ketakutan,
mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad,
mengajarkannya untuk keluarga adalah taqarub. Ilmu adalah pendamping saat sendirian
dan teman karib saat menyepi”
Jangan lupa usaha tanpa doa bagaiakan rumah tanpa pondasi.
Bukankah berdoa sambil berusaha adalah kunci keberhasilan. Insyaallah
semua tiada yang sia-sia
Ridho kedua orang tua adalah langkah awal meraih kesuksesan dunia daan akhirat
Engkau harus bisa melihat keutamaan pada diri sahabatmu atas dirimu
bukan melihat keutamaan dirimu atas dirinya
Karya tulis ini kupersembahkan untuk agamaku,
almamaterku, ayahanda dan ibunda tercinta,
serta keluarga dan sahabat terkasih
v
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
a. Nama : Nur Ramadhani Hidayat
b. Tempat/Tanggal Lahir : Kasipute, 05 Februari 1996
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Pendidikan, Kel. Bangkudu,
Kec. Kulisusu, Kab. Buton Utara
II. JENJANG PENDIDIKAN
a. SD Negeri 1 Kulisusu, Tamat Tahun 2008
b. SMP Negeri 1 Kulisusu, Tamat Tahun 2011
c. SMA Negeri 1 Wangi-Wangi, Tamat Tahun 2014
d. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2014-
Sekarang.
vi
ABSTRAK
Nur ramadhani Hidayat (P00320014033) Identifikasi Pola Makan Pada Pasien
Gastritis Di Puskesmas Poasia Kota Kendari. Dibimbing oleh Anita Rosanty dan
Sahmad. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local. Gastritis dapat
disebabkan oleh makanan. Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah dan jenis makanan seperti mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Angka kejadian gastritis
di Puskesmas Poasia tahun 2016 sebanyak 2177 kasus. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi pola makan pada pasien gastritis. Variabel independen yaitu
adalah pola makan (frekuensi makan dan jenis makanan). Variabel dependen yaitu
kejadian Gastritis. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dengan pendekatan survei
yang dilakukan pada tanggal 14 Juni-13 Juli 2017. Populasi penelitian sebanyak
195 kasus. Sampel penelitian ini yaitu 49 yang diambil secara Accidental
sampling. Instrumen penelitian yaitu lembar kuesioner. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pola makan pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota
Kendari sebagian besar memiliki pola makan yang berisiko yaitu sebanyak 28
responden (57,1%), sedangkan yang tidak berisiko sebanyak 21 responden
(42,9%). Pola makan dari segi frekuensi makan pasien gastritis di Puskesmas
Poasia Kota Kendari yang tidak beresiko sebanyak 24 responden (49,0%) dan
yang berisiko sebanyak 25 responden (51,0%). Pola makan dari segi jenis
makanan yang dikonsumsi pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari
yang berisiko sebanyak 38 responden (77,6%) dan yang tidak beresiko sebanyak
11 responden (22,4%). Perlu adanya peningkatan upaya promotif dan preventif
oleh pihak Puskesmas Poasia Kota Kendari khususnya bagi tenaga kesehatan
tentang penyakit gastritis, pengobatan, serta diit penderita gastritis khususnya
tenaga kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
pada penderita gastritis sehingga meningkatkan motivasi masyarakat dalam upaya
menjaga pola makan sebagai salah satu penatalaksanaan penyakit gastritis.
Kata Kunci : Pola Makan, Gastritis, Frekuensi Makan, Jenis Makanan, Pasien
Daftar Pustaka : 26 buku (2002-2016) + 3 internet
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul “Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas Poasia Kota
Kendari”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III) pada Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan.
Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda H. Gayatri, SE dan Ibunda Hj. Arni Ahmar atas semua bantuan moril
maupun material, motivasi, dukungan, dan cinta kasih yang tulus serta doa yang
tiada henti dipanjatkan demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama
menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini.
Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada
ibu Anita Rosanty, SST.,M.Kes selaku pembimbing I dan bapak Sahmad
S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran
selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga tujukan
kepada:
1. Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku penguji 1, Ibu Dali,
SKM.,M.Kes selaku penguji 2, dan Ibu Reni Devianti Usman,
M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku penguji 3.
viii
3. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan
serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
4. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
5. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis dalam penelitian ini.
6. dr.H. Juriadi Paddo, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Poasia yang telah
memberikan izin penelitian.
7. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga
besar yang selama ini telah berkorban baik materi maupun non materi demi
kesuksesan penulis serta terima kasih kepada sahabat-sahabat saya yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
8. Rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Khususnya angkatan
2014 tingkat A dan B yang senantiasa menyemangati saat proses perkuliahan
dan penulisan KTI.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Kendari, Juli 2017
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iii
MOTTO............................................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP.......................................................................... v
ABSTRAK........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR...................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan masalah.................................................................. 4
C. Tujuan penelitian................................................................... 4
D. Manfaat penelitian................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Gasritis.......................................... 6
B. Tinjauan Tentang Pola Makan............................................... 20
C. Tinjauan Tentang Pola Makan Pada Pasien Gastritis ............. 27
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar pemikiran..................................................................... 33
B. Kerangka Konsep................................................................... 34
C. Variabel Penelitian................................................................. 34
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif........................... 35
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian....................................................................... 36
B. Tempat dan waktu penelitian .................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ................................................................. 36
D. Jenis dan Cara Pengambilan Data.......................................... 37
E. Instrument penelitian............................................................. 38
F. Pengolahan Data.................................................................... 39
x
G. Analisa Data........................................................................... 39
H. Etika penelitian...................................................................... 40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian...................................................................... 41
B. Pembahasan.................................................................................. 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................ 55
B. Saran...................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Penderita Gastritis di Puskesmas Poasia
Kota Kendari
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita Gastritis di Puskesmas
Poasia Kota Kendari
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Pendidikan Penderita Gastritis di Puskesmas
Poasia Kota Kendari
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden Penderita Gastritis di
Puskesmas Poasia Kota Kendari
Tabel 5.5 Distribusi pola makan dari pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia
Kota Kendari
Tabel 5.6 Distribusi pola makan dari segi frekuensi makan pada pasien
Gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari
Tabel.5.7 Distribusi frekuensi pola makan dari segi jenis makanan yang
dikonsumsi oleh pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari
Hal
44
45
45
46
47
47
48
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 1 Lembar Permintaan Menjadi Responden
Lampiran 2 Surat Pernyataan Menjadi Persetujuan Menjadi
Responden
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Surat Pengantar Pengambilan Data Awal
Lampiran 5 Surat Pengantar Izin Penelitian Dari Jurusan
Keperawatan Ke Badan Pengembangan Dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Poltekkes Kendari.
Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Ke
Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi
Sulawesi Tenggara
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan
Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penellitian
Lampiran 9 Tabulasi Data Hasil Penelitian
Lampiran 10 Master Tabel Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang
dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti : asinan, cuka, sambal,
serta kebiasaan merokok dan minum alkohol, dapat meningkatkan jumlah
penderita gastritis. Kejadian penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang
bebas hingga berdampak pada kesehatan tubuh (Mustakim, 2009).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung, yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local (Sylvia,
2005). Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronis difus, atau local dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak
enak pada epigastrium, mual dan muntah (Suratun & Lusianah, 2010)
Beberapa hal yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis adalah
infeksi bakteri, pemakaian obat penghilang nyeri secara terus-menerus,
konsumsi alkohol secara berlebihan, penggunaan kokain, stres fisik, kelainan
sistem kekebalan tubuh, radiasi dan kemoterapi, serta penyakit reflux. Selain
beberapa penyebab tersebut, gastritis dapat disebabkan oleh makanan. Selain
karena terlambat makan ataupun stres, yang juga turut mempengaruhi
naiknya kadar asam lambung adalah jenis makanan yang masuk ke dalamnya.
(Putra, 2013)
Manifestasi klinis dari gastritis yaitu anoreksia, rasa penuh, nyeri pada
epigastrium, mual dan muntah, sendawa, dan hematemesis. Sedangkan
dampak atau komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut yaitu
2
hematemesis atau melena, dan pada gastritis kronis yaitu terjadinya
perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena
gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) (Suratun & Lusianah,
2010)
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menunjukan bahwa kejadian
gastritis berkaitan dengan pola makan. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Ratna Yunita dengan judul Hubungan Antara Karakteristik Responden,
Kebiasaan Makan Dan Minum Serta Pemakaian NSAID (Non Steroid Anti
Inflamation Drug) Dengan Terjadinya Gastritis Pada Mahasiswa Kedokteran
di dapatkan hasil uji statistic P=0,041 (P value <α) yang berarti ada hubungan
antara keteraturan makan dengan kejadian gastritis. Menurut Oktaviani
(2011) yang menemukan hasil P value=0,000 (P <α), yang berarti ada
hubungan antara jenis makanan dengan kejadian gastritis. Sedangkan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryani Hartati dan Eka
Kurnianingsi (2013), hasil analisis bivariat antara kebiasaan makan yang
dimakan ada hubungannya dengan kejadian gastritis.
Badan penelitian kesehatan dunia WHO tahun 2012, insiden gastritis
di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden
terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk
setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi
pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi
dibandingkan populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimtomatik.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010, gastritis
merupakan peringkat ke lima dari 10 besar penyakit terbanyak pasien rawat
3
inap yaitu 24,716 kasus dan peringkat ke enam dari 10 besar penyakit
terbanyak rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia yaitu 88,599 kasus.
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup
tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI dan angka kejadian gastritis tertinggi mencapai
91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya
31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,35%,
Aceh 31,2% (Depkes, Profil Kesehatan Republik Indonesia, 2012)
Berdasarkan data awal yang diperoleh pada tanggal 21 Maret 2017,
Kasus gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari 3 tahun terakhir
menduduki peringkat ketiga teratas dari 10 kasus penyakit tertinggi di
Puskesmas Poasia selama tahun 2014, 2015, dan 2016. Tahun 2014 angka
kejadian gastritis mencapai 2177, tahun 2015 kasus gastritis mencapai angka
2507 kasus, sedangkan pada tahun 2016 angka kejadian gastritis mencapai
2177 kasus dengan rata-rata 181 kasus setiap bulan. Tahun 2017 dari bulan
Januari hingga Februari mencapai 195 kasus (Profil Puskesmas Poasia,
2016).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan diatas
sebelumnya maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Identifikasi Pola
Makan Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas Poasia”
4
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Identifikasi Pola Makan Pada Pasien
Gastritis Di Puskesmas Poasia Kota Kendari”.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis Di
Puskesmas Poasia Kota Kendari.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran pola makan dari segi frekuensi makan pada
penderita gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari
b. Mengetahui gambaran pola makan dari segi jenis makanan pada
penderita gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan tentang penelitian secara umum (teoritis) dan
menambah pengetahuan tentang pola makan pada pasien gastritis di
Puskesmas Poasia Kota Kendari.
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan pertimbangan pentingnya penyuluhan tentang hubungan
yang kuat anatara pola makan dengan kejadian gastritis untuk mencegah
terjadinya penyakit gastritis pada pasien di Puskesmas Poasia Kota
Kendari.
5
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian selanjutnya
dan mengembangkan variabel lain dalam penelitian khususnya tentang
pola makan pada pasien gastitis.
4. Bagi Institusi
Sebagai informasi untuk peneliti berikutnya yang akan meneliti tentang
penyakit gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Gasritis
1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan berurutan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkannya untuk diproses oleh tubuh. Makanan dalam arti
“Biologis” adalah tiap zat atau bahan yang dapat digunakan dalam
metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk membangun atau
memperoleh tenaga (Energi) bagi sel. Untuk dapat digunakan dalam
metabolisme, maka makanan itu harus ke dalam sel (Irianto, 2005). Fungsi
utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrisi yang sudah
dicerna secara berkesinambungan untuk didistribusikan kedalam sel
melalui sirkulasi dengan unsur – unsur air, elektrolit, dan zat gizi. Sebelum
zat ini diserap oleh tubuh, makanan harus bergerak sepanjang saluran
pencernaan (syafuddin, 2009)
Proses pencernaan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pencernaan Mekanis
Pencernaan mekanis yaitu proses pengubahan molekul
kompleks menjadi molekul sederhana secara mekanis, misalnya
penghancuran makanan dengan gigi atau oleh otot lambung.
b. Pencernaan Kimiawi
7
Pencernaan kimiawi adalah proses pengubahan senyawa organik
yang ada dalam bahan makanan dari bentuk yang kompleks menjadi
molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim (Anonim, 2011)
Saluran pencernaan pada manusia dimulai dari rongga mulut dan
diakhiri oleh anus ( lubang pelepasan ). Adapun alat – alat dari system
pencernaan yaitu terdiri dari :
1) Rongga Mulut
Rongga mulut dibagian depan dibatasi oleh bibir, dibagian
belakang oleh dinding faring posterior, dibagian lateral selaput
lendir bukalis dan tonsil, dibagian atas palatum durum dan palatum
molle dan dibagian bawah oleh dasar mulut. Didalam rongga mulut
terdapat gigi, lidah dan kelenjar pencernaan yaitu berupa kelenjar
ludah. Gigi dan lidah berguna untuk memecahkan makanan secara
mekanik. Kelenjar ludah menghasilkan enzim ptyalin yang
mencerna hidrat arang. Rongga mulut ( mouth cavity ) mempunyai
panjang 15 – 20 cm dengan diameter 10 cm. Didalam mulut sudah
mulai terjadi proses penyerapan dengan mekanisme difusi pasif (
transport pasif ) dan transport konvelisif ( pori ). Dalam mulut
terdapat enzim ptyalin, maltase, dan musin. Sekresi air ludah 500 –
1500 ml per hari dengan pH 6,4
2) Faring
Daerah faring merupakan persimpangan dari rongga mulut ke
kerongkongan dan dari rongga hidung ke tenggorok. Pada saat
8
menelan makanan, maka lubang ke saluran napas ditutup oleh anak
tekak sehingga makanan akan terdorong ke kerongkongan.
3) Esofagus
Esofagus merupakan organ silindris berongga dengan panjang
sekitar 25 cm dan diameter 2 cm. Esofagus terletak posterior
terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap vertebrata, setinggi
C6 menembus diafragma sampai torakal 11. Saluran pencernaan
sesudah mulut adalah kerongkongan ( esophagus ). Esofagus
adalah saluran yang terdapat dibelakang rongga mulut yang
menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Dinding
kerongkongan dibentuk oleh otot – otot melingkar yang bergerak
tanpa kita sadari. Gerakannya disebut gerak peristaltic, yaitu
gerakan otot lingkar yang mengkerut – kerut seperti meremas –
remas sehingga makanan dapat masuk kedalam lambung. Esofagus
mempunyai Ph cairannya 5 – 6, tidak terdapat enzim maupun
absorbs. Getah lambung dihasilkan oleh kelenjar yang terdapat
pada dinding lambung, dimana dinding lambung menghasilkan
asam lambung berupa asam klorida, pepsinogen, renin lipase
lambung, dan mucin.
4) Lambung ( Ventrikulus )
Lambung atau perut besar merupakan organ yang terletak didalam
rogga perut yaitu terletak disebelah kiri atas, dibawah sekat rongga
dada ( Diafragma ). Lambung merupakan sebuah kantong muskuler
yang letaknya antara esofagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen
9
dan di bagian depan pankreas dan limpa yang dibentuk oleh otot
polos yang tersusun secara memanjang. Lambung merupakan
saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltic,
terutama didareah epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai
dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic
tekanan organ lain dan postur tubuh. Lambung disebut juga gaster
yang panjangnya 20 cm dengan diameter 15 cm dan pHnya 1 – 3,5.
Cairan lambung yang disekresi sekitar 2000 – 3000 ml/hari.
Kapasitas lambung kira – kira 1,2 liter dan bila kosong 100 liter.
5) Usus halus ( Intestinum minor )
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum,
panjangnya sekitar 6 meter dan merupakan saluran pencernaan
yang paling panjang. Usus halus merupakan kelanjutan dari saluran
pencernaan setelah lambung. Bentuk dan susunannya berupa pipa
kecil yang berkelok – kelok didalam rongga perut diantara usus
besar dan dibawah lambung. Makanan dapat masuk karena adanya
gerakan yang memberikan permukaan yang lebih luas. Banyaknya
jonjot – jonjot pada tempat absorbsi memperluas permukaannya.
Usus halus terdiri dari usus dua belas jari ( duodenum ) panjangnya
sekitar 25 cm dengan diameter 5 cm dan pHnya 6,5 – 7,6, usus
kosong ( jejunum ) panjangnya 300 cm diameter 5 cm dengan pH
6,3 – 7,3, usus penyerapan ( ileum ) panjangnya 300 cm diameter
2,5 – 5 cm dengan pH 6,3 – 7,3. Usus halus sebagai sistem
10
pencernaan secara enzimatis menghasilkan enzim – enzim yang
diantaranya erepsin, maltase, sukrosa, dan laktase.
6) Usus besar ( Intestinum mayor )
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus
berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang 1,5 –
1,7 meter dan penampang 5 – 6 cm. Usus besar merupakan lanjutan
dari usus halus yang tersusun seperti huruf U terbalik dan
mengelilingi usus halus dari valvula ileoskalis sampai keanus. Usus
besar terdiri dari 3 bagian yaitu cecum, colon, dan rektum. Lapisan
– lapisan usus besar terbagi atas beberapa kolon yaitu asendens,
transversum, desendens, dan sigmoid.
7) Rektum
Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di
depan os sakrum dan os koksigis. Rektum panjangnya 15 – 19 cm,
diameter 2,5 cm dengan pH 7,5 – 8,0
8) Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan bagian luar atau sebagai tempa keluarnya feses
(Anonim,2013).
2. Definisi Gasritis
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung
sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab
11
terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan
merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2012)
Menurut Hirlan dalam (Suyono, 2008) gastritis merupakan proses
inflamasi pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri
atau bahan iritan lain. Secara histopatologi dapat dibuktikan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Sedangkan menurut Suratun
(2010), gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit “mag”
atau sakit ulu hati ialah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan ketidakaturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat
atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab
lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Yuliarti,
2009)
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis
adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang
disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakaturan dalam pola
makan, misalnya terlambat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan
makanan yang terlalu berbumbu dan pedas. Hal tersebut dapat
menyebabkan terjadiya gastritis.
12
3. Klasifikasi Gastritis
Menurut Mustakim (2009), gastritis dibagi 2 yaitu :
a. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan dan
dapat disembuhkan atau sembuh sendiri merupakan respon mukosa
lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin, bakteri, alkohol,
kafein, dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering, obat-
obatan lain seperti NSAID juga terlibat. Beberapa makanan berbumbu
termasuk cuka, lada, atau mustard dapat menyebabkan gejala yang
mengarah pada gastritis.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik ditandai oleh atropi progresif epitel kelenjar
disertai dengan kehilangan sel pametel dan cref cell. Gastritis kronis
diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung akut
karsinoma. Insiden kanker lambung khususnya tinggi pada anemia
pernisiosa.
Sedangkan menurut (Suratun & Lusianah, 2010), klasifikasi
gastritis terbagi 2 yaitu :
a. Gastritis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah
terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.
b. Gastritis kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi
mukosa gastrik sehingga produksi HCl menurun dan menimbulkan
13
kondisi achlorhidria dan ulserasi peptic. Gastritis kronik dapat
diklasifikasikan pada tipe A dan Tipe B.
1) Tipe A merupakan gastritis autoimun. Adanya antibody
terhadap sel parietal menimbulkan reaksi peradangan yang
pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukosa lambung.
Pada 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien
dengan gastitis atropi kronik memilki antibody terhadap sel
parietal. Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya
Ca lambung pada fundus atau korpus.
2) Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi oleh
helicobacter phyori. Terdapat inflamasi yag difuse pada
lapisan mukosa sampai muscularis, sehingga sering
menyebabkan perdarahan dan erosi. Sering mengenai antrum.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga
muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien
tidak menimbulkan gejala yang khas . manifestasi gastritis akut dan kronik
hampir sama, seperti dibawah ini :
a. Anoreksia
b. Rasa penuh
c. Nyeri pada epigastrium
d. Mual dan muntah
e. Sendawa
f. Hematemesis (Suratun & Lusianah, 2010)
14
5. Penyebab Gastritis
Menurut (Potter, 2008), terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh
pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis
dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam
lambung meningkat.
Menurut Suratun & lusiana, (2010), penyebab gastritis yaitu :
a. Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen/aspirin, steroid
kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid dapat
mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (Non Steroid
Anti Inflamasi Drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis
prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan
suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan iritasi
mukosa lambung.
b. Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa
lambung.
c. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada)
menyebabkan kerusakan mukosa lambung dan menimbulkan edema
dan perdarahan.
d. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan
susunan saraf pusat) merangsang peningkatan prouksi HCL lambung.
e. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli,
salmonella dan lain-lain.
15
6. Patofisiologi
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya
bersifat jinak dan merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai
iritan local. Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptic ialah bila
terdapat ketidakseimbangan factor penyerang (ofensif) dan factor
pertahanan (defensive) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan
factor ofensif dan atau penurunan kapasitas defensive mukosa. Factor
ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim
pancreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif, OAINS,
alcohol dan radikal bebas. Sedangkan system pertahanan atau factor
defensive mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen
preepitelial, epithelial, dan subepitelial ( Pangestu, 2003).
Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa
lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi
terdapat berbagai bahan kimia termasuk ionhidrogen (Kuma,2005).
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dpat
merusak mukosa lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan
penting dalam melindungi lambung dalam autodigesti oleh HCl dan
pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa
dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl dimukosa lambung
menstimulasi perubahahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin
merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan
16
kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya
lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan
tersebut menghilang dengan sendirinya.
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka
inflamasi akan terjadi terus-menerus. Jaringan yang meradang akan di isi
oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan
terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh
sel mukosa lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin
(vitamin B12 ) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara vitamin B12 ini
berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Pada
akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu dinding
lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan.
a. Gastritis Akut
Gastritis Akut Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena
stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas
maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun
makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,
yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung
agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster.
17
Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam
klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster
akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena
kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan
sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya
pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup
penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi,
sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan
(Price & Wilson, 2006)
b. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery
pylory ( H. pylory ). Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai
tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun )
diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun
seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi
antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini
dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas
atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau
18
refluks isi usus ke dalam lambung (Smeltzer, Suzanne, Bare, &
Brenda, 2002)
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia
b. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya
defisiensi B12.
c. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
d. Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung.
Achlorhidra menunjukan adanya gastritis atropi.
e. Tes antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya anti body sel
parietal dan factor intrinsic lambung terhadap helicobacter pylori.
f. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada
kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
g. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
8. Pentalaksanaan Gastritis
a. Penatalaksanaan Medik
Pada klien yang mengalami mual dan muntah anjurkan pasien
untuk bedrest, status NPO (Nothing Peroral), pemberian antiemetic
dan pasang infuse ntuk mempertahankan cairan tubuh klien. Pasien
biasanya sembuh spontan dalam beberapa hari. Bila muntah berlanjut
perlu dipertimbangkan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube).
Antasida diberikan untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak
enak di abdomen dan menetralisir asam lambung dengan peningkatan
pH lambung sekitar 6. Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine,
19
simetidin) dan inhibitor pompa proton (seperti omeprazol atau
lansoprazole) mampu menurunkan sekresi asam lambung. Antibiotik
diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh helicobacter pylori.
Kombinasi dua atau tiga antibiotic dapat diberikan untuk
mengeradikasi helicobacter pylori (seperti clarithromycin dan
amoksisilin). Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa
lambung maka perlu dilakukan transfuse darah untuk mengganti
cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage (bilas) lambung.
Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan gastritis adalah
gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti. Injeksi intravena
cobalamin dilakukan bila terdapat anemia pernisiosa. (Suratun &
Lusianah, 2010)
Sedangkan menurut (Suyono, 2008), penatalaksanaan medikal
untuk gastritis akut adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet
lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk
mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2
inhibition pompa proton, antikolinergik, dan antasida juga ditujukan
sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Suratun & Lusianah, 2010), Focus intervensi
keperawatan adalah bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi
factor penyebab gastritis antara lain anjurkan klien untuk tidak
mengkonsumsi alkohol, kafein, teh panas, atau zat iritan bagi lambung
20
serta merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan
meminimalisasi stress.
B. Tinjauan Tentang Pola Makan
1. Pengertian
Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan
komposisi bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang
merupakan ciri khas dari suatu kelompok tertentu (Hartono,2000).
Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam
hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan
: makanan pokok, sumber protein, sayur, buah dan berdasarkan frekuensi :
harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal
pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia,
selera pribadi, kebiasaan, budaya, dan social ekonomi (Almatsier, 2002).
Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan,
dan jenis makan yang berdasarkan factor-faktor social, budaya dimana
mereka hidup (Hudha, 2006 ).
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI,2009).
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
21
tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan
terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM)
terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah
konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan
kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sngat penting untuk
petumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-
anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat badan
normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi,
produktifitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan
kematian (Depkes, Pedoman Gizi Seimbang, 2014). Nutrisi sangat
berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Selain karena
factor kekurangan nutrisi, akhir-akhir ini juga muncul penyakit akibat
salah pola makan seperti kelebihan makan atau makan makanan yang
kurang seimbang. Bahkan, kematian akibat penyakit yang timbul karena
pola makan yang salah/tidak sehat belakangan ini cenderung meningkat.
Penyakit akibat pola makan yang kurang sehat tersebut diantaranya
diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, penyakit kanker, penyakit arteri
koroner, sirhosis, osteoporosis, dan beberapa penyakit kardiovaskuler.
Untuk menghindari penyakit-penyakit akibat pola makan yang
kurang sehat, diperlukan suatu pedoman bagi individu, keluarga dan
masyarakat, tentang pola makan yang sehat. Seperti dijelaskan
sebelumnyaa, bahwa pola makan itu dibentuk sejak masa kanan-kanak
yang akan terbawa hingga dewasa. Oleh karena itu, membentuk pola
22
makan yang baik harus mengetahui bagaimana kebiasaan dan karakteristik
anaknya. (Dirjen Binkesmas RI (1997)).
Pola makan terdiri :
a. Frekuensi Makan
Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan
kegiatan makan dalam sehari baik makanan utama maupun makanan
selingan. Menurut Suhardjo (2002) dalam hudha (2006) frekuensi
makan dikatakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali
makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan
selingan, dan dinilai kurang bila makan setiap harinya kurang dari 2
kali.
Pada umumnya setiap orang melakukan makanan utama 3 kali
yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore. Ketiga
waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi, sebab
dapat membekali tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori
dan protein berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja.
Makan siang diperlukan setiap orang, karena sejak pagi merasa
lelah akibat melakukan aktivitas. Disamping makanan utama yang
dilakukan 3 kali biasanya dalam sehari makanan selingan dilakukan
sekali atau dua kali diantara waktu makan guna menaggulangi rasa
lapar, sebab jarak waktu makan yang lama. Pola makan yang tidak
normal dapat diidentifikasi kembali menjadi 2, yakni Majalahnh
(2009) :
23
1) Makan dalam jumlah sangat banyak (inge eating disorder) mirip
dengan bulimia nervosa dimana orang makan dalam jumlah
sangat banyak, tetapi tidak diikuti dalam memuntahkan kembali
apa yang telah dimakan. Akibatnya didalam tubuh terjadi
penumpukan kalori.
2) Makan di malam hari (night-eating syndrome), kurang nafsu
makan di pagi hari digantikan dengan makan berlebihan, agitasi
dan insomnia di malam harinya.
Menurut Suparyanto (2012) dalam Wahyu (2015), bila
seseorang terlambat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung
yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat
mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di
sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan
membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu
berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan
sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan
dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
menyebabkan rasa perih dan mual.
b. Jenis Makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi dapat dikelompokan menjadi 2
yaitu makanan utama dan makanan selingan. Makanan utama adalah
makanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi, makan
siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk,
sayur, buah, dan minuman.
24
Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang
peranan penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan
pokok berfungsi sebagai sumber energy (kalori) dalam tubuh dan
memberi rasa kenyang (Sediaoetama, 2004). Makanan pokok yang
biasa dikonsumsi yaitu nasi, roti, dan mie atau bihun.
Menurut (Angkow, Robot, & Onibala, 2014) jenis makanan
sangat berperan dalam pengosongan lambung. Makanan yang
berjumlah banyak akan menghasilkan kimus dalam jumlah banyak
pula. Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan memperlambat
proses pengosongan lambung. Makanan yang mengandung
karbohidrat meninggalkan lambung dalam beberapa jam (Sherwood
dalam (Angkow, Robot, & Onibala, 2014)). Dalam masalah ini yang
paling penting adalah memberikan health education terhadap pasien
gastritis untuk menghindari makanan yang dapat merangsang atau
mengiritasi lambung seperti makanan pedas, makanan berbumbu
seperti cuka dan makanan yang mengandung tajam, makanan asam,
dan mengonsumsi makanan yang mudah dicerna dan mengkonsumsi
buah dan sayur yang rendah serat serta pola makan yang tepat baik
dari segi jenis, jumlah, dan jadwal/keteraturan makan.
c. Porsi Makan
Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran
makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi)
makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja menurut
Sediaotema (2004) dalam Hudha (2006). Jumlah (porsi) standar bagi
25
remaja antara lain : makanan pokok berupa nasi, roti tawar, dan mie
instan. Jumlah atau porsi makanan pokok antara lain : nasi 100 gram,
roti tawar 50 gram, mie instan untuk ukuran besar 100 gram dan
ukuran kecil 60 gram. Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk
nabati dan lauk hewani, jumlah atau porsi makanan antara lain :
daging 50 gr, ikan 50 gr, tempe 50 gr (dua potong), tahu 100 gr (dua
potong). Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis makanan
sayuran antara lain : sayur 100 gr. Buah merupakan suatu hidangan
yang disajikan setelah makanan utama berfungsi sebagai pencuci
mulut. Jumlah porsi buah ukuran 100gr, ukuran potongan 75 gr.
2. Factor Yang Mempengaruhi Pola Makan
Perawat perlu mengkaji beberapa factor yang mempengaruhi pola
makan pasien antara lain factor budaya, agama/kepercayaan, status
ekonomi, personal preference, dan kesehatan (Depkes RI, 2009).
Menurut Febrida 2013 dalam Wahyu 2015 jenis pekerjaan
menentukan makanan apa yang dikonsumsi, beban kerja berlebih
mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja, karena itu
kebutuhan akan zat gizi seorang tenaga kerja, harus sesuai dengan berat
ringannya beban kerja yang diterimanya, seperi beban kerja berlebih,
akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak.
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi pola makan adalah jenis
kelamin. Wanita lebih banyak terkena penyakit gastritis karena wanita
sering diet terlalu ketat, karena takut gemuk, makan tidak beraturan,
26
disamping itu wanita lebih emosional (Ronal H. 1996 dalam Murjayanah
2010). Hal ini sependapat dengan teori yang menyatakan bahwa jumlah
penderita gastritis lebih banyak perempuan dibanding pria khususnya bagi
wanita dengan dewasa muda. Gastritis juga biasa menyerang usia dewasa
muda hingga lanjut usia.(Riyanto, 2008).
3. Makanan Biasa
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
agar tetap sehat (Depkes RI, 2009) makanan biasa diberikan pada
penderita yang tidak memerlukan makanan khusus berhubungan dengan
penyakitnya, susunan makanan sama dengan orang sehat. Hanya
dibolehkan makan makanan sama dengan orang sehat. Hanya tidak
diperbolehkan makan makanan yang merangsang yang dapat
menimbulkan gangguan pencernaan, makanan ini cukup protein dan zat
gizi lainnya.
4. Diet Untuk Penderita Gastritis
Berikut adalah tiga tips diet sehat bagi penderita gastritis
a. Makan Teratur
Makan dengan jarak teratur adalah prinsip utama bagi
penderita gastritis. Makanlah dalam porsi kecil setiap 3 jam sekali.
Jangan pernah membiarkan perut terlalu lama kosong. Selain
mengurangi makan, cobalah lebih teratur berolahraga, misalnya jalan
kaki selama 30 menit sehari.
27
b. Step By Step
Sebaiknya, usaha menurunkan berat badan tidak dilakukan
secara drastis. Capailah berat badan ideal dalam beberapa tahap.
Misalnya, tahap pertama adalah menentukan target penurunan berat
badan sekitar 5-10 % atau 4-9 kg dari berat badan saat ini. Setelah
target pertama tercapai, barulah menentukan target kedua dan
selanjutnya.
c. Perkecil Porsi Makan
Kurangi jumlah makanan hingga 1/3 atau ½ dari porsi yang
biasa anda makan. Sebagai gantinya, makanlah buah-buahan segar
yang tidak asam serta minum susu nonfat tanpa gula atau teh hangat
tanpa gula. Sebagai teman minum teh, anda bisa memilih biskuit
sehat. Selain itu, hindari makanan yang diolah dengan minyak atau
santan kental.
Jika anda dinyatakan positif menderita gastritis, sebaiknya
kenali jenis-jenis makanan yang tidak mengganggu gastritis anda.
Salah satu cara untuk mengurangi kambuhnya gasritis adalah makan
dalam porsi kecil, namun frekuensinya sering. Misalnya, anda sering
mengosumsi makanan ringan tiap 1 atau 2 jam sekali sebelum atau
sesudah makan besar guna menghindari perut dalam keadaan kosong.
C. Tinjauan Tentang Pola Makan Pada Pasien Gastritis
Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan
dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan : makanan
pokok, sumber protein, sayur, buah dan berdasarkan frekuensi : harian,
28
mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan
makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi,
kebiasaan, budaya, dan social ekonomi (Almatsier, 2002)
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah
atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes, 2014)
Adapun jenis makanan yang dapat menyebabkan terjadinya
kekambuhan gastritis adalah jenis makanan yang berbumbu dan asam seperti
cuka, makanan pedas yang dapat menyebabkan terjadinya pengeluaran asam
lambung secara berlebihan atau mengiritasi lambung dan makanan yang
kurang terjaga kebersihannya sehingga terkontaminasi oleh kuman penyebab
penyakit. Maka dalam pola makan sehari-hari seseorang harus
memperhatikan jenis, jumlah dan keteraturan makan mempertahankan
kesehatan status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit
gastritis.
Beberapa hal yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis adalah
infeksi bakteri, pemakaian obat penghilang nyeri secara terus-menerus,
konsumsi alkohol secara berlebihan, penggunaan kokaina, stress fisik,
kelainan system kekebalan tubuh, radiasi dan kemoterapi, serta penyakit bile
refluks. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh (Putra, 2013)
Selain beberapa penyebab tersebut, gastritis dapat disebabkan oleh
makanan. Sebagaimana dilansir dalam (Putra, 2013), gangguan pada lambung
sering disebabkan oleh tingginya kadar asam lambung. Selain karena
29
terlambat makan ataupun stress, yang juga turut mempengaruhi naiknya kadar
asam lambung adalah jenis makanan jenis makanan yang masuk ke dalamnya.
Berikut adalah tujuh jenis makanan yang disarankan oleh keda ahli
otolaringologi tersebut agar dikurangi asupannya.
1. Cokelat
Kandungan kakao, kafeina, dan stimulan lain, seperti theobromine dapat
menyebabkan kadar asam di lambung meningkat. Selain itu, cokelat juga
banyak mengandung lemak. Sementara itu, lemak dapat berpengaruh pada
asam lambung.
2. Minuman bersoda
Minuman yang mengandung soda atau berkarbonasi adalah salah satu
penyebab utama gangguan pada lambung. Pasalnya, minuman jenis ini
sifatnya sangat asam, ditambah dengan efek karbonasi, yang membuat
perut jadi kembung, sehingga membuat kondisi makin tidak nyaman.
3. Makanan yang digoreng
Makanan ini juga bisa berpengaruh pada asam lambung karena memiliki
kadar lemak yang tinggi. Selain itu, hobi makan gorengan kerap
menimbulkan gangguan Heartburn, yaitu rasa nyeri yang terdapat di ulu
hati.
4. Minuman beralkohol
Konsumsi bir, minuman keras, dan anggur dapat berpengaruh terhadap
naiknya asam lambung. Memang, ada beberapa jenis minuman alkohol
yang sifatnya tidak terlalu asam, tetapi para ahli menyatakan bahwa akohol
30
dapat melemaskan saluran dibagian bawah esophagus dan hal tersebut
dapat menyebabkan naiknya asam lambung.
5. Produk olahan susu yang tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dapat meningkatkan kadar asam lambung.
Sementara itu, banyak produk olahan susu yang sudah bersifat asam.
6. Daging yang berlemak
Selain kandungan lemaknya tinggi, daging sapi, kambing ataupun domba
dapat bertahan lama dalam perut, sehingga meningkatkan kemungkinan
naiknya asam lambung.
7. Kafeina
Kebiasaan minum kopi yang berlebihan dapat berkontribusi terhadap
gangguan lambung.
Dalam masalah ini yang paling penting adalah memberikan health
education terhadap pasien gastritis untuk menghindari makanan yang
dapat merangsang atau mengiritasi lambung seperti makanan pedas,
makanan berbumbu tajam, makanan asam, serta pola makan yang tepat
baik dari segi jenis, jumlah, dan jadwal/keteraturan makan. Disamping itu
pula kebersihan makanan harus diperhatikan agar tidak terkontaminasi
oleh Helicobacter Pylori penyebab penyakit.
Pemberian Health education kepada penderita untuk mengenali
secara dini gejala gastritis dan secepatnya berobat ke puskesmas terdekat
bila gejala gastritis itu kambuh adalah salah satu cara yang paling baik
untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah dari penyakit
tersebut.
31
Selain itu, para penderita gastritis dan radang lambung disarankan
untuk mengkonsumsi makanan yang dapat mengurangi serangan nyeri
lambung, seperti kentang, pisang, brokoli, bubur, serta lainnya namun
dengan memperhatikan kandungan serat pada makanan karena makanan
dengan kadar serat yang tinggi dapat merangsang saluran cerna. Berikut
adalah penjelasan detailnya.
a. Kentang
Kentang merupakan sumber karbohidrat yang baik dan mampu
memberikan rasa kenyang cukup lama. Mengonsumsi bubur kentang
atau jus kentang yang bersifat basa di pagi hari dapat bermanfaat guna
menetralisasi asam lambung sebelum menyantap makanan lain.
b. Pisang
Pisang mengandung kalium, yang bermanfaat menyeimbangkan pH
(derajat keasaman) didalam lambung. Pisang juga mampu memberi
rasa kenyang, sehingga amat baik dikonsumsi di antara waktu makan.
Selain itu, pisang juga kaya akan potasium, yang mampu
menormalkan peningkatan tekanan darah akibat serangan stres.
c. Brokoli
Brokoli merupakan sumber kalium dan sulfur yang baik. Sulfur
mampu berperan sebagai antioksidan pelindung lapisan dalam kulit
lambung. Brokoli juga kaya akan vitamin C, yang baik untuk
memelihara stamina tubuh. Makanan lain yang mengandung sulfur
adalah bawang merah dan bawang putih.
32
d. Lidah Buaya
Tanaman yang konon dikenal dengan khasiatnya yang dapat
memanjangkan rambut ini bermanfaat guna meredakan panas dalam
dan mempercepat penyembuhan luka. Kandungan saponin pada lidah
buaya mempunyai kemampuan antiseptic. Sedangkan, kandungan
antrakuinon dan kuinonnya berkhasiat sebagai antibiotik, penghilang
rasa sakit, dan merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Tidak
ketinggalan, kandungan mukopolisakarida di dalam lidah buaya juga
berguna untuk memulihkan radang, termasuk radang saluran
pencernaan dan arthritis.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menunjukan bahwa
kejadian gastritis berkaitan dengan pola makan. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Ratna Yunita dengan judul Hubungan Antara
Karakteristik Responden, Kebiasaan Makan Dan Minum Serta
Pemakaian NSAID Dengan Terjadinya Gastritis Pada Mahasiswa
Kedokteran di dapatkan hasil uji statistic P=0,041 (P value <à) yang
berarti ada hubungan antara keteraturan makan dengan kejadian
gastritis. Menurut Oktaviani (2011) yang menemukan hasil P
value=0,000 (P <à), yang berarti ada hubungan antara jenis makanan
dengan kejadian gastritis. Sedangkan Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Suryani Hartati dan Eka Kurnianingsi (2013), hasil
analisis bivariat antara kebiasaan makan yang dimakan ada
hubungannya dengan kejadian gastritis.
33
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan
dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan : makanan
pokok, sumber protein, sayur, buah dan berdasarkan frekuensi : harian,
mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan
makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi,
kebiasaan, budaya, dan social ekonomi (Almatsier, 2002)
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah
atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes, Pedoman Gizi Seimbang,
2014)
Pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang
peningkatan asam lambung, seperti : asinan, cuka, sambal, serta kebiasaan
merokok dan minum alkohol, dapat meningkatkan jumlah penderita gastritis.
Kejadian penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang bebas hingga
berdampak pada kesehatan tubuh (Mustakim, 2009).
Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik
dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan, sehingga
lambung menjaadi sensitif bila asam lambung meningkat (Potter, 2008).
34
B. Kerangka Konsep
Variable independent variable Dependent
Pola makan
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian terdiri dari dua variabel :
1. Variabel independent ( variabel bebas ) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependent ( variabel terikat ) yang mana dalam
penelitian ini variabel independent adalah pola makan yang meliputi
frekuensi makan dan jenis makanan.
2. Variabel dependent ( variabel terikat ) variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independent, yang mana variabel dependent dalam penelitian ini
adalah kejadian Gastritis.
Frekuensi makan
Jenis makan
Porsi makan
Kejadian Gastritis
35
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1. Pasien gastritis dalam penelitian ini meliputi pasien rawat jalan dan rawat
inap di Puskesmas Poasia Tahun 2017 yang telah di diagnosa gastritis oleh
dokter.
2. Pola makan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah frekuensi makan
dan jenis makan yang dikonsumsi oleh penderita gastritis.
Kriteria objektif
Tidak Beresiko : Jika jawaban responden >50%
Beresiko : Jika jawaban responden ≤50%
3. Frekuensi makan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu frekuensi
makan utama yang seimbang sebanyak 2-3 kali sehari dan makanan
selingan 1 kali sehari.
Kriteria Objektif
Tidak berisiko : Jika jawaban responden > 50%
Berisiko : Jika jawaban responden < 50%.
4. Jenis makanan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jenis makanan
yang dikonsumsi oleh penderita gastritis yaitu mudah dicerna (lembek),
tidak bergas, tidak berlemak, tidak pedas, dan rendah serat.
Kriteria Objektif
Tidak berisiko : Jika jawaban responden > 50%
Berisiko : Jika jawaban responden < 50%
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan survei.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Poasia Kota Kendari.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Juni – 13 Juli 2017
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikonto,
2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah penderita gastritis
di Puskesmas Poasia dari bulan Januari – Februari tahun 2017 sebanyak
195 kasus.
2. Sampel
Tehnik pengambilan/penentuan sampel yaitu accidental Sampling
yaitu tehnik penentuan sampel berdasarkan kebetulan/insidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakana sebagai sampel, bila dipandang orang
yang ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka
sampel yang diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian
berjumlah lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau
37
20-25% atau lebih. Sehingga dapat di ambil sampel sebesar 25% dengan
perhitungan :
= 25% x jumlah populasi
=
x 195 kasus
= 48,75 atau 49 kasus.
Kriteria inklusi subjek penelitian :
a) Orang dengan diagnosa medis gastritis
b) Orang dengan umur 18 tahun ke atas.
D. Jenis dan Cara Pengambilan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer meliputi :
Data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan
lembar kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti yaitu data pola
makan meliputi frekuensi makan dan jenis makanan.
b. Data Sekunder
Data sekunder meliputi rekam medik di Puskesmas Poasia Kota
Kendari berupa buku registrasi pasien untuk mengumpulkan data
tentang diagnosis pasien gastritis yang diperoleh dari Puskesmas
Poasia.
2. Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui lembar kuesioner, yang terdiri atas 3
lampiran yaitu lembar permohonan, persetujuan dan kuesioner yang
terdiri atas 10 pertanyaan yang akan diisi oleh responden berdasarkan
38
hubungan frekuensi makan dan jenis makan dengan kejadian gastritis. Di
Puskesmas Poasia.
E. Instrument penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar kuesioner
atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada
kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Instrumen pengumpulan data
terdiri dari 2 bagian :
1. Data demografi
Identitas meliputi tanggal pengisian, nama inisial, usia, dan jenis
kelamin.
2. Kuesioner pola makan
Bagian kedua kuesioner untuk mengetahui frekuensi makan dan
jenis makanan. Untuk mengukur frekuensi makan dan Jenis makanan
makan menggunakan skala Gutman dengan pembobotan jika pertanyaan
positif, maka untuk jawaban “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor 0.
Sedangkan jika pertanyaan negataif, untuk jawaban “ya” diberi skor 0
dan “tidak” diberi skor 1. Adapun pertanyaan positif dalam dalam
penelitian ini untuk variabel frekuensi makan yaitu pertanyaan nomor 1,
2, dan 3 sedangkan pertanyaan positif variabel jenis makanan adalah
nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Adapun pertanyaan negatif dalam penelitian ini
untuk variabel frekuensi makan adalah nomor 4 dan 5, sedangkan pada
variabel jenis makanan tidak memiliki pertanyaan negatif.
39
F. Pengolahan Data
Pengolahan data ini meliputi kegiatan :
a. Editing, adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
disimpulkan.
b. Coding, adalah membuat atau pembuatan kode pada tiap-tiap data yang
termasuk kategori yang sama.
c. Scoring, adalah memberi skor pada data yang telah dikumpulkan.
d. Tabulating, adalah membuat table yang berisikan data yang telah diberi
kode sesuai dengan analisa yang dibutuhkan.
G. Analisa Data
Data yang ada setelah dilakukan proses pengolahan setelah itu
dilakukan tehnik analisa data. Analisa data yang digunakan adalah uji statistic
dengan melalui analisis univariat. Analisa data yang dilakukan pada setiap
variabel hasil penelitian, (Notoatmodjo, 2010)
Variabel yang ada dalam penelitian ini disusun secara deskriptif
dengan tabel distribusi pola makan. Tabel distribusi dan frekuensi pola
makan memuat pola makan responden meliputi frekuensi makan dan jenis
makanan pada penderita gastritis dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
Fr = Persentase Hasil Yang dicapai (frekuensi relatif)
F = Frekuensi Kategori Variabel
n = Jumlah Sampel Penelitian,
100% = Konstanta (Nasir, 2005).
Fr =
x 100%
40
H. Etika penelitian
1. Lembar Persetujuan menjadi responden
Lembar persetujuan ini diberikan kepada kepada responden. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan riset dilakukan serta dampak yang
mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden di
Puskesmas Poasia bersedia untuk diteliti, maka harus menandatangani
lembar persetujuan tersebut. Jika keluarga menolak untuk diteliti maka
penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
a. Anonymity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga keharmonisan responden, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup
dengan member inisial nama pada masing-masing lembar tersebut.
b. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden diamankan oleh peneliti. Hanya
data-data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai
hasil riset (Nursalam, 2003)
41
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota Kendari, sekitar 9
KM dari ibukota Provinsi. Sebagian besar wilayah kerja merupakan
dataran rendah dan sebagian merupakan perbukitan sehingga sangat
ideal untuk permukiman. Di bagian utara berbatasan dengan Teluk
Kendari yang sebagian besar berupa hamparan empang. Pada bagian
barat yang mencakup 2 kelurahan (Kelurahan Anduonohu dan
Kelurahan Rahandouna) merupakan daerah dataran yang ideal untuk
pemukiman sehingga sebagian besar penduduk bermukim di kedua
kelurahan ini. Pada bagian timur merupakan daerah perbukitan.
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu
Luas wilayah kerja Puskesmas Poasia sekitar 4.175 Ha atau
44,75 KM2
atau 15,12 % dari luas daratan Kota Kendari terdiri dari 4
Kelurahan dafinitif, Yaitu Anduonohu luas 1.200 Ha, Rahandouna
luas 1.275 Ha, Anggoeya luas 1.400 Ha dan Matabubu luas 300 Ha,
dengan 82 RW/RK dengan jumlah penduduk 28.932 jiwa tahun 2016
serta tingkat kepadatan penduduk 49 orang/m2
atau 490 orang/Km2,
42
dengan tingkat kepadatan hunian rumah rumah rata-rata 5
orang/rumah.
b. Demogafis
Penduduk adalah orang atau sejumlah orang yang menempati
suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Data tentang
kependudukan sangat penting artinya di dalam menghitung sebaran
jumlah penduduk, usia pendduk, pekerjaan, pendapatan dan
pendiidikan. Data ini bisa diperoleh dari laporan penduduk, sensus
penduduk dan survey penduduk. Jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Poasia pada Tahun 2016 sebanyak 28.932 jiwa tersebar di
4 wilayah kelurahan.
c. Sarana Puskesmas
Puskesmas Poasia dalam melaksanakan kegiatannya baik
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ditunjang oleh:
a. Puskesmas pembantu sebanyak 2 unit terdiri dari:
1) Pustu Anggoeya
2) Pustu Batumarupa
b. Pondok bidan kelurahan sebanyak 4 buah, terdapat di kelurahan:
1) Anduonohu
2) Kelurahan Matabubu
c. Kendaraan roda 4 sebanyak 2 unit
d. Kendaraan roda 2 sebanyak 14 unit
e. Posyandu aktif sebanyak 16 unit
f. Posyandu Usia Lanjut sebanyak 4 unit
43
g. Dukun terlatih sebanyak 4 orang
h. Kader posyandu sebanyak 75 orang
i. Toko obat berizin sebanyak 4 buah
j. Apotek sebanyak 1 apotek
Puskesmas Poasia merupakan Puskesmas Perawatan dengan
kapasitas tempat tidur 17 buah, yang terdiri dari perawatan persalinan
dengan kapasitas tempat tidur 2 buah dan perawatan umum dengan
kapasitas tempat tidur 15 buah.
44
2. Karakteristik Responden
a. Umur
Distribusi responden berdasarkan umur di Puskesmas Poasia
Kota Kendari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Umur Penderita Gastritis
di Puskesmas Poasia Kota Kendari
No. Umur (Tahun) Frekuensi (f) Persentase (%)
1. 18-20 3 6,1
2. 21-25 6 12,2
3. 26-30 2 4,1
4. 31-35 7 14,3
5. 36-40 10 20,4
6. 41-45 4 8,2
7. 46-50 6 12,2
8. 51-55 5 10,2
9. 56-60 2 4,1
10. >60 4 8,2
Jumlah 49 100
Sumber : Data Primer 2017
Persentase di atas menunjukan bahwa persentase terbanyak
yaitu pada umur 36-40 tahun sebanyak 10 responden (20,4%) dan yang
terendah pada golongan umur 26-30 dan 56-60 yaitu masing-masing 2
responden atau 4,1%.
b. Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas
Poasia Kota Kendari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.2
berikut ini:
45
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita Gastritis
di Puskesmas Poasia Kota Kendari
No. Jenis Kelamin Responden Frekuensi %
1. Laki-laki 5 10,2%
2. Perempuan 44 89,8%
Total 49 100%
Sumber : Data Primer 2017
Tabel di atas menunjukan bahwa persentase terbanyak adalah
jenis kelamin perempuan sebanyak 44 responden (89,8%) dan paling
kecil jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang (10,2%)
c. Jenis Pendidikan
Distribusi responden berdasarkan jenis pedidikan di Puskesmas
Poasia Kota Kendari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.3
berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Jenis Pendidikan Penderita Gastritis
Di Puskesmas Poasia Kota Kendari
No. Jenis Pendidikan Responden Frekuensi %
1. SD 1 2,04
2. SMP 6 12,24
3. SMA 30 61,22
4. PT 12 24,5
Total 49 100,00
Sumber : Data Primer 2017
Tabel di atas menunjukan presentase terbanyak pada responden
dengan tingkat pendidikan SMA 30 responden (61,22%) dan terendah
pada responden dengan tingkat pendidikan SD 1 responden (2,04 %).
46
d. Jenis Pekerjaan
Distribusi responden berdasarkan umur di Puskesmas Poasia
Kota Kendari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.4 berikut ini:
Tabel. 5.4
Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Penderita Gastritis di
Puskesmas Poasia Kota Kendari
No. Jenis Pekerjaan Responden Frekuensi %
1. PNS 9 18,36
2. IRT 26 53,06
3. MAHASISWA 7 14,28
4. NELAYAN 1 2,04
5. WIRASWASTA 6 12,24
TOTAL 49 100
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukan frekuensi pekerjaan
terbanyak yaitu ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 26 responden
(53,06%) dan yang terendah yaitu nelayan 1 responden (2,04%).
3. Analisis distribusi frekuensi dan persentase variabel penelitian
Analisis ini dilakukan untuk melihat secara umum variabel
penelitian dengan mendeskripsikan hasil-hasil penelitian berdasarkan
variabel yang diteliti sebagai berikut:
a. Pola makan
Distribusi frekuensi pola makan pada pasien gastritis di
Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat dari tabel :
47
Tabel.5.5
Distribusi pola makan dari pada pasien gastritis di Puskesmas
Poasia Kota Kendari
No. Pola makan Frekuensi %
1. Tidak Berisiko 21 42,9%
2. Berisiko 28 57,1%
Total 49 100%
Sumber : Data Primer 2017
Data diatas menunjukan pola makan yang berisiko lebih tinggi
yaitu sebanyak 28 responden (57,1%), sedangkan yang tidak berisiko
lebih rendah yaituu 21 responden (42,9%)
b. Pola makan dari segi Frekuensi makan
Distribusi frekuensi pola makan dilihat dari segi frekuensi
makan pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel.5.6
Distribusi pola makan dari segi frekuensi makan pada pasien
gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari
No.
Pola makan
(Frekuensi makan)
Frekuensi
%
1. Tidak Berisiko 24 49,0%
2. Berisiko 25 51,0%
Total 49 100%
Sumber : Data Primer 2017
Distribusi frekuensi pola makan dari segi frekuensi makan
pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari yang Berisiko
sebanyak 25 responden (51,0%), sedangkan yang memiliki frekuensi
makan tidak berisiko sebanyak 24 responden (29,0%).
48
c. Pola Makan dari segi Jenis makanan
Distribusi frekuensi pola makan dilihat dari segi jenis makan
pada pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel.5.7
Distribusi frekuensi pola makan dari segi jenis makanan yang
dikonsumsi oleh pasien gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari
No. Jenis Makanan Frekuensi %
1. Beresiko 38 77,6%
2. Tidak Beresiko 11 22,4%
Total 49 100%
Sumber : Data Primer 2017
Distribusi frekuensi Jenis makanan yang dikonsumsi pasien
gastritis yang berisiko sebanyak 38 responden (77,6%), dan yang tidak
beresiko sebanyak 11 responden (22,4%).
B. Pembahasan
1. Pola makan
Hasil penelitian tentang identifikasi pola makan pada pasien
gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kota Kendari menunjukan pola
makan yang berisiko lebih tinggi dibandingkan pola makan yang tidak
berisiko yaitu pola makan yang berisiko sebanyak 28 responden
(57,1%), sedangkan yang tidak berisiko sebanyak 21 responden
(42,9%). Hal ini dapat dilihat dari segi frekuensi makan dan jenis
makanan yang dikonsumsi penderita gastritis dan dapat diuraikan
sebagai berikut :
49
a. Frekuensi makan
Hasil penelitian tentang identifikasi pola makan pada pasien
gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari yaitu dari segi
frekuensi makan yang berisiko sebanyak 25 responden (51,0%),
sedangkan yang memiliki frekuensi makan tidak beresiko sebanyak
24 responden (49,0%).
Data diatas menunjukan 24 responden memiliki frekuensi
makan yang tidak berisiko dimana frekuensi makan responden
yang dimaksudkan yaitu dalam sehari makan minimal 3 kali
makanan pokok sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan
penyakit gastritis. Hal ini sesuai dengan teori Suhardjo (2002)
dalam Hudha (2006) frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi
makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan
utama dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila
makan setiap harinya kurang dari 2 kali.
Sedangkan 25 responden (51%) lainnya memiliki pola
makan dengan frekuensi makan yang berisiko yang berarti bahwa
sebagian besar responden makan kurang dari 3 kali dalam sehari
dan tidak mengonsumsi cemilan untuk mengisi kekosongan
lambung sebelum mengonsumsi makanan pokok. Terlebih
responden yang makannya tidak teratur sering melupakan sarapan
di pagi hari. Hal ini menunjukan bahwa penderita gastritis belum
menerapkan diet gastritis yang baik dan benar sehingga
menyebabkan kekambuhan penyakit gastritis. Menurut Suparyanto
50
(2012) dalam Wahyu (2015), bila seseorang terlambat makan
sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin
banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung
serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan
makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk
beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung
akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut
dapat menyebabkan rasa perih dan mual.
Hasil penelitian tentang distribusi frekuensi makan pasien
gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari sebanyak 51,0%
memiliki frekuensi makan yang tidak teratur atau berisiko. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara diet gastritis
yang seharusnya dilakukan oleh penderita gastritis dengan
kenyataannya. Hal tersebut dimungkinkan salah satunya karena
faktor beban kerja dari penderita gastritis sendiri, dari hasil
penelitian menunjukan bahwa pekerjaan responden yang terbanyak
adalah ibu rumah tangga sebanyak 26 responden (53,06%), dapat
diketahui bahwa ibu rumah tangga meskipun pekerjaannya hanya
didalam rumah namun tanggung jawabnya sebenarnya cukup berat,
sejak dari pagi hingga malam mengurus rumah dan anak, karena
pekerjaannya yang berat tersebut maka ibu rumah tangga
kebanyakan melewatkan waktu makannya karena beban kerja yang
51
cukup banyak dan sedikit waktu untuk beristirahat (Wahyu,
Supono, & Hidayah, 2015)
Menurut Febrida 2013 dalam Wahyu 2015 jenis pekerjaan
menentukan makanan apa yang dikonsumsi, beban kerja berlebih
mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja, karena itu
kebutuhan akan zat gizi seorang tenaga kerja, harus sesuai dengan
berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperi beban kerja
berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak.
Jika ditinjau dari karakteristik responden menurut jenis
kelamin, penderita gastritis lebih banyak menyerang perempuan
dibandingkan laki-laki, yaitu 44 responden dari total 49 responden
adalah wanita. Hal ini sependapat dengan teori Ronal H. (1996)
dalam Murjayanah (2010) Salah satu faktor lain yang
mempengaruhi pola makan adalah jenis kelamin. Wanita lebih
banyak terkena penyakit gastritis karena wanita sering diet terlalu
ketat, karena takut gemuk, makan tidak beraturan, disamping itu
wanita lebih emosional. Riyanto (2008) juga menyatakan bahwa
jumlah penderita gastritis lebih banyak perempuan dibanding pria
khususnya bagi wanita dengan dewasa muda hingga lanjut usia.
b. Jenis makanan
Berdasarkan hasil penelitian pada pasien gastritis di
Puskesmas Poasia Kota Kendari, seluruh responden mengonsumsi
jenis makanan yang bervariasi. Dari tabel distribusi frekuensi jenis
makanan yang dikonsumsi penderita gastritis sebanyak 38
52
responden (77,6%) mengonsumsi jenis makanan yang beresiko
bagi penderita gastritis. Sedangkan sebanyak 11 responden (22,4%)
mengonsumsi makanan yang tidak beresiko bagi penderita/pasien
gastritis.
Data distribusi jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien
gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari sebanyak 18 responden
(36,7%) sering mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak
mengandung gas, artinya sebanyak 31 responden (63,27%) sering
mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung gas
seperti alkohol, minuman bersoda, durian, kol, kacang panjang, dan
sebagainya. Sebanyak 9 responden (18,37%) sering mengonsumsi
makanan yang tidak berlemak, artinya sebanyak 40 responden
(81,63%) sering mengkonsumsi makanan berlemak sepeti gorengan
dan mengandung santan. Sebanyak 10 responden (20,41%) sering
mengonsumsi makanan yang tidak pedas pedas, yang berarti
sebanyak 39 responden (79,59%) sering mengkonsumsi makanan
yang pedas.
Menurut (Putra, 2013) bahwa penderita gastritis sebaiknya
menghindari makanan yang mengandung gas, pedas, dan berlemak
karena akan mengiritasi mukosa lambung. Seperti yang diketahui
bahwa minuman/makanan yang mengandung gas sifatnya sangat
asam, ditambah dengan efek karbonasi, yang membuat perut
menjadi kembung, sehingga membuat kondisi makin tidak nyaman.
Makanan berlemak juga bisa berpengaruh pada asam lambung
53
karena memiliki kadar lemak yang tinggi. Selain itu,
mengkonsumsi makanan berlemak kerap menimbulkan gangguan
heartburn, yaitu rasa nyeri yang terdapat di epigastrium. Para ahli
menyatakan bahwa alkohol dapat melemaskan saluran dibagian
bawah esophagus dan hal tersebut dapat menyebabkan naiknya
asam lambung (Putra, 2013).
Menurut (Angkow, Robot, & Onibala, 2014) jenis makanan
sangat berperan dalam pengosongan lambung. Makanan yang
berjumlah banyak akan menghasilkan kimus dalam jumlah banyak
pula. Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan memperlambat
proses pengosongan lambung. Makanan yang mengandung
karbohidrat meninggalkan lambung dalam beberapa jam
(Sherwood dalam (Angkow, Robot, & Onibala, 2014).
Jika dilihat dari karakteristik responden, jenis makanan
masuk dalam kategori beresiko kemungkinan disebabkan karena
faktor pekerjaan, dimana dari hasil penelitian di ketahui bahwa
urutan kedua pekerjaan responden yang paling banyak adalah
adalah PNS, dimana pekerjaan PNS merupakan pekerjaan yang
sangat sibuk sehingga terkadang untuk memilih jenis makanan
sesuai diit penderita gastritis di lingkungan kerja tidak
memungkinkan, dikarenakan waktu istirahat yang terbatas dan
beban kerja yang cukup tinggi. Sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Febrida 2013 dalam Wahyu 2015 jenis
pekerjaan menentukan makanan apa yang dikonsumsi, beban kerja
54
berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja,
karena itu kebutuhan akan zat gizi seorang tenaga kerja, harus
sesuai dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperi
beban kerja berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih
banyak.
Salah satu bentuk pencegahan gastritis adalah memberikan
pendidikan kesehatan terhadap pasien gastritis untuk menghindari
makanan yang dapat merangsang atau mengiritasi lambung seperti
makanan pedas, makanan berbumbu seperti cuka dan makanan
yang pedas, makanan asam, dan mengonsumsi makanan yang
mudah dicerna dan mengkonsumsi buah dan sayur yang rendah
serat serta pola makan yang tepat baik dari segi frekuensi dan jenis
makanan
.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti berdasarkan hasil
penelitian yang ada, bahwa pola makan pasien gastritis di Puskesmas Poasia
Kota Kendari sebagian besar memiliki pola makan yang berisiko yaitu
sebanyak 28 responden (57,1%), sedangkan yang tidak berisiko sebanyak 21
responden (42,9%). dan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pola makan dari segi frekuensi makan pasien gastritis di Puskesmas
Poasia Kota Kendari yang tidak beresiko sebanyak 24 responden
(49,0%) dan yang berisiko sebanyak 25 responden (51,0%).
2. Pola makan dari segi jenis makanan yang dikonsumsi pasien gastritis di
Puskesmas Poasia Kota Kendari yang berisiko sebanyak 38 responden
(77,6%) dan yang tidak beresiko sebanyak 11 responden (22,4%).
B. Saran
1. Karya tulis ini diharapkan menambah wawasan dan bisa menjadi
motivasi dalam menuntut ilmu kedepan khususnya tentang metodologi
penelitian serta pola makan pada pendeita gastritis.
2. Perlu adanya peningkatan upaya promotif dan preventif oleh pihak
Puskesmas Poasia Kota Kendari khususnya bagi tenaga kesehatan
tentang penyakit gastritis, pengobatan, serta diit penderita gastritis
khususnya tenaga kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat khususnya pada penderita gastritis sehingga meningkatkan
56
motivasi masyarakat dalam upaya menjaga pola makan sebagai salah satu
penatalaksanaan penyakit gastritis.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan dasar
dalam melakukan penelitian lebih lanjut khususnya tentang pola makan
pada pasien gastritsi dan diharapkkan dapat mengembangkan variabel
lain yang belum diteliti.
4. Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan serta informasi
tentang pola makan pada penderita gastritis di lingkungan Poltekkes
Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan serta diharapkan adanya kerja
sama antara Puskesmas Poasia dan Poltekkes Kendari di bidang
penelitian selanjutnya.
57
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Angkow, J., Robot, F., & Onibala, F. (2014). Faktor-faktor Yang Berhubungan
dengan Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kota
Manado. Jurnal Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedoteran Universitas Sam Ratulangi , 1-7.
Anonim. (2011). http : // Privalast.blogspot.com/10/ Sistem-pencernaan-pada
manusia. Html. Di akses pada tanggal 4 Juni 2017 .
Depkes, R. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI.
Depkes, R. (2012). Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Febrida, M. d. (2013). Jenis Makanan Sesuai Profesi, Berat Badan dan usia.
Hartati, S., & Kurnianingsih, E. (2013). Hubungan Periaku Makan Dengan
Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Akper Manggala Husada Jakarta
Tahun 2013. Jurnal Keperawatan Volume 6, No. 1 , 51-56.
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Irianto, K. (2005). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Jakarta:
Yrama Widya.
Murjayanah, H. (2010). Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Gastritis. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM.
Mustakim. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, dan instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Oktavia, P. (2011). Hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan
gastritis pada pasien di rumah sakit Wismarini Pringsewu Lampung.
Poasia, P. (2016). Profil Kesehatan Puskesmas Poasia. Kendari: Rekam Medik
Puskesmas Poasia.
58
Potter, P. A. (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktek. Jakarta: EGC.
Price, S. A., & Wilson, L. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.
Pusponegoro, D. R. (2012). Sistem Informasi Pendaftaran Rawat Inap Di Suatu
Rumah Sakit Dengan Menggunakan Program Komputer.
Putra, S. R. (2013). Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta: D-Medika.
Riyanto, H. (2008). Gastritis. www.wordpress.co.id.
Di akses tanggal 4 Juni 2017
Smeltzer, Suzanne, C., Bare, & Brenda, G. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Sukarmin. (2012). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suratun, & Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: TIM.
Suyono, S. (2008). Ilmu penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Syafuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika .
Yuliarti. (2009). Maag : Kenali, Hindari, Obati. Yogyakarta: Andi.
Wahyu, D., Supono, & Hidayah, N. (2015). Pola Makan Sehari-hari Penderita
Gastritis. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI) , I, 17-24.
Z, Ikawati. (2010). Resep Hidup Sehat.
Diakses Tanggal 12 Juli 2017: http://book.google.com.
1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
di-
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : Nur Ramadhani Hidayat
Nim : P00320014033
Sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian berjudul “ Identifikasi
Pola Makan Pada Pasien Gastritis di Puskesmas Poasia Kota Kendari”.
Sehubungan dengan hal ini, mohon kesediaan bapak/ibu untuk
meluangkan waktu menjadi responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk
menyetujui atau menolak menjadi responden. Apabila setuju, maka bapak/ibu
dipersilahkan untuk menandatangani surat perseetujuan responden ini.
Atas kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, sebelumnya
diucapkan terima kasih.
Kendari, 2017
Peneliti
Nur Ramadhani Hidayat
1
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan an. Nur Ramadhani Hidayat (NIM.
P00320014033), dengan judul “ Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis
di Puskesmas Poasia Kota Kendari”. Dan saya memahami bahwa data ini
bersifat rahasia.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak
manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kendari,.....…….2017
Responden
( )
1
LEMBAR KUESIONER
IDENTIFIKASI POLA MAKAN PADA PASIEN GASTRITIS
DI PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI
A. IDENTITAS RESPONDEN Hari/tanggal :
1. No. Responden :
2. Nama (inisial) :
3. Umur :
4. Jenis kelamin :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
7. Alamat :
B. VARIABEL PENELITIAN
I. Petunjuk menjawab soal :
Beri tanda (√) pada salah satu jawaban sesuai dengan kebiasaan yang
sering anda lakukan.
II. Pola Makan
a. Frekuensi Makan
No. Pertanyaan Tentang Frekuensi Makan Ya Tidak
1. Apakah setiap hari anda biasa sarapan ?
2. Apakah anda makan makanan pokok (nasi, lauk-pauk,
sayur) sebanyak 3x dalam sehari ?
3. Apakah Anda makan makanan selingan(snack) setiap 1 kali
sehari?
4. Apakah Anda sering makan malam dalam jumlah banyak
dan tidak sarapan di pagi hari ?
5. Apakah anda sering makan siang lewat dari jam 13.00 ?
b. Kuesioner Jenis Makanan
No. Pertanyaan Tentang Jenis Makanan Ya Tidak
1. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang
lembek/mudah dicerna ?
2. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan dan minuman
yang tidak bergas ?
3. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang tidak
berlemak ?
4. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang tidak
pedas ?
5. Apakah anda sering makan buah-buahan/sayuran yang
rendah serat?
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
FOTO DOKUMENTASI
Gambar 1: Peneliti meminta kesediaan salah
satu pasien untuk menjadi responden
Gambar 2: Proses penandatanganan informed concent
Gambar 3:Dalam proses pengisian kuesioner