27
Laporan Kasus GONOBLENORRHEA Oleh Endang Sulistyowati I1A096007 Pembimbing Dr. Syhab Fahyumi, Sp.A 0

Gonoblenorrhea (Lapsus)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gonoblenorrhea (Lapsus)

Laporan Kasus

GONOBLENORRHEA

Oleh

Endang Sulistyowati

I1A096007

Pembimbing

Dr. Syhab Fahyumi, Sp.A

BAGIAN/UPF ILMU KESEHATAN ANAK

FK UNLAM – RSUD RATU ZALECHA

MARTAPURA

Juli 2005

0

Page 2: Gonoblenorrhea (Lapsus)

PENDAHULUAN

Gonoblenore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai

dengan sekret yang purulen yang disebebkan oleh Neisseria gonorrhoea.

Merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif sehingga

reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. (1,2)

Kuman ini termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran

lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u bersifat tahan asam. Bersifat gram negatif pada

sediaan langsung dengan pewarnaan Gram, terlihat diluar dan di dalam leukosit,

tidak tahan lamam di udara bebas, cepat mari dalam keadaan kering, tidak tahan

suhu di atas 39oC dan tidak tahan terhadap zat desinfektan.(3)

Pada neonatus, infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan

kelahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang

menderita penyakit tersebut. (1,2)

Di klinik kita akan melihat penyakit ini dalam bentuk oftalmia neonatorum

(bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10 hari),

dan konjungtivitis gonore adultorum.(1,2)

Keluhannya berupa fotofobia, palpebra edem, konjungtiva hiperemis dan

keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak di obati dapat berakibat terjadinya ulkus

kornea, panoftalmitis sampai timbul kebutaan.(3,4)

Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan dengan pewarnaan

metilen biru dimana akan terlihat diplokokus didalam sel leukosit. Dengan

pewarnaan Gram akan terdapat sel intraseluler atau ekstraseluler dengan sifat

Gram negatif.(3,4)

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus Gonoblenorrhea yang dijumpai di

Ruang Rawat Inap Anak RSU Ratu Zalecha Martapura.

1

Page 3: Gonoblenorrhea (Lapsus)

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Nama : By.J Nama Ibu : Ny. M

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 30 tahun

Umur : 6 hari Pendidikan : SD

Anak ke- : II (kedua) Agama : Islam

Nama Ayah : Tn. S Suku : Jawa

Umur : 32 tahun Alamat : Jl. Kampung Melayu

RT 01

Pekerjaan : Swasta

(penggosok intan)

Martapura Barat

Pendidikan SD Pekerjaan : Ibu rumah tangga

MRS tanggal : 6 Juli 2005 Pukul : 17.05 Wita

II. Anamnesis

Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita, pada tanggal 6 Juli 2005,

pukul 17.05 Wita.

1. Keluhan Utama : Mata bernanah

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 5 hari yang lalu kedua mata bayi penderita bengkak, terutama

yang kanan. Kemudian pada mata sebelah kanan keluar nanah/sekret,

begitu pula pada mata yang sebelah kri, tetapi lebih sedikit.

Nanah/sekret berwarna putih kekuning-kuningan, agak kental, tidak

disertai darah dan tidak berbau. Menurut pengakuan orang tuanya,

penderita tidak bisa membuka kedua matanya, karena matanya bengkak

dan lengket akibat nanah yang menempel dan menjadi sekret. Penderita

kemudan dibawa berobat ke puskesmas kemudian oleh dokter

puskesmas di rujuk ke RS Umum Ratu Zalecha Martapura

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Penderita belum pernah menderita penyakit serupa juga tidak

pernah masuk rumah sakit sebelumnya.

2

Page 4: Gonoblenorrhea (Lapsus)

4 Riwayat Antenatal

Ibu penderita selama hamil mengaku memeriksakan

kehamilannya ke Puskesmas sebanyak 1 kali setiap bulan dan telah

mendapat imunisasi toksoid tetanus sebanyak dua kali selama

kehamilan. Ibu hamil mengaku pada sat kehamilan usia 3 bulan ada

pernah keluar cairan kental kekuningan (seperti nanah) dari

kemaluannya yang disertai rasa sakit dimana hal tersebut timbul setelah

kira-kira 1 minggu setelah berhubungan dengan suaminya.

5. Riwayat Natal

Penderita dilahirkan secara spontan di rumah, proses kelahiran

dibantu oleh bidan dengan berat 2600 gram.

6. Riwayat Neonatal

Bayi lahir langsung menangis dengan warna kulit kemerahan

dan gerak tubuh yang aktif.

7. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan

Penderita sejak lahir minum hanya minum ASI tetapi kurang

mau menyusu tidak seperti bayi yang lain.

8. Riwayat Imunisasi

Penderita belum mendapat imunisasi .

9. Riwayat Makanan

Penderita sejak lahir hanya minum ASI tetapi kurang mau

menyusu tidak seperti bayi yang lain.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga penderita menyangkal ada yang mempunyai penyakit

darah tinggi, asma dan kencing manis. Riwayat penyakit menular tidak

ada seperti penyakit kuning, batuk lama (TBC).

5. Riwayat Psikososial

Penderita merupakan anak kedua, tinggal bersama dengan kedua

orang tuanya, kakak dan neneknya. Hubungan anggota keluarga tercipta

baik. Rumah terbuat dari kayu dengan air minum dari ledeng sedangkan

MCK dari sungai.

3

Page 5: Gonoblenorrhea (Lapsus)

III. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Tampak baik

2. Tanda Vital : Nadi : 98 kali/menit

suhu : 37,0 oC

Respirasi : 32 kali/menit

berat badan : 2600 gram

3. Kulit : Warna kulit coklat, sianosis tidak ada,

hemangioma maupun bercak darah tidak ada pada

kulit, turgor kembali cepat, kelembaban cukup,

pucat dan anemis tidak ada, ruam makulo-papular

pada seluruh badan, mulai belakang telinga, leher,

wajah, badan dan ekstremitas atas dan bawah.

4. Kepala/leher :

Rambut : rambut berwarna hitam, distribusi tidak jarang,

karakteristik lurus, tidak ada alopesia

Kepala : Bentuk normal simetris, UUB datar, wajah

simetris, tidak ada edema.

Mata : edema palpebra (+/+), alis dan bulu mata tidak

mudah dicabut, konjungtiva hiperemis (+/+),

sklera tidak ikterik, pupil berdiameter 3 mm/3 mm,

isokor, reflek cahaya +/+, kornea jernih. Status

lokalis

Telinga : Bentuk normal simetris, tidak ada sekret.

Hidung : Bentuk normal simetris, pernapasan cuping hidung

tidak ada, tidak terdapat epistaksis, sekret tidak ada

Mulut : Bentuk normal simetris, mukosa bibir basahpecah,

gusi tidak mudah berdarah, pembengkakan tidak

ada, sianosis tidak ada

Lidah : Bentuk normal simetris, tidak anemis, tremor (-),

kotor (-), warna lidah merah muda.

Pharing : Tidak ditemukan edema, abses, maupun membran,

4

Page 6: Gonoblenorrhea (Lapsus)

warna hiperemis.

Tonsil : Tidak dievaluasi

Vena jugularis : Tidak dievaluasi

5. Leher Kuduk kaku tidak ada, tidak tortikolis.

6. Toraks :

Inspeksi : Bentuk normal simetris, gerak napas simetris,

retraksi tidak ada, dispneu tidak ada.

a. Pulmo

Inspeksi : Bentuk simetris, inspirasi dan ekspirasi tidak

memanjang, frekuensi 28 kali/menit.

Palpasi : Fremitus raba tidak ada yang tertinggal

Perkusi : Sonor

Auskultasi : suara napas bronkovesikuler, ronki tidak ada,

wheezing tidak ada.

b. Jantung : S2S2 tunggal, bising tidak ada

7. Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris, tampak datar, umbilikus tidak

hiperemis

Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba, massa (-)

Perkusi : timpani (+), ascites (-)

Auskultasi : Bising usus (+) N

8. Ekstremitas

Atas : Akral hangat, gerak aktif, edema (-/-), parese (-/-),

sianosis (-/-)

Bawah : Akral hangat, gerak aktif, edema (-/-), parese (-/-),

sianosis (-/-)

5

Page 7: Gonoblenorrhea (Lapsus)

IV. Resume

Nama : By.J

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 6 hari

Berat Badan : 2600 gram

Keluhan Utama : Mata bernanah

Uraian : 5 hari sebelum masuk RS mata bayi bernanah, bengkak

dan merah, panas tidak ada.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Tampak baik

Heart rate : 120 kali/menit

Suhu : 37,0 oC

Pernapasan : 32 kali/menit

Kulit : Turgor kembali cepat, ikterik tiadak ada, sianosis tidak

ada, kelembaban cukup

Kepala : UUB datar

Mata : Palpebrae edema (+/+), konjungtiva hiperemis (+/+) dan

sekret purulen (+/+)

Telinga : Sekret (-/-)

Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Mulut : Mukosa bibir basah, sianosis (-)

Toraks : Gerak napas simetris, retrkasi (-/-), suara napas

bronkhovesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Timpani, bising usus (+) normal

Jantung : S1 dan S2 tunggal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-), parese (-/-)

6

Page 8: Gonoblenorrhea (Lapsus)

V. Pemeriksaan Laboratorium

Darah rutin

Hb : 14,4 gr%

Lekosit : 5.500 mm3

LED : 20 jam I

Hematokrit : 38%

Diff count : Basofil : 0% Segmen : 20%

Eosinofil : 3% Limposit : 77%

Stab : 0% Monosit : 0%

Pemeriksaan Gram :

Coccus (+)

Pada Ibu : bakteri gram negatif ( batang (+) ).

VI. Diagnosis

Gonoblenorrhea

VII. Terapi

Penisillin 130.000 UI IM selama 5 hari

Baquinor ED 1 tetes/jam ODS

Bersihkan sekret sesering mungkin

Periksa laboratorium pewarnaan gram sampai hasil negatif

Isolasi

7

Page 9: Gonoblenorrhea (Lapsus)

Follow Up

Hari Perawatan

Subjektif I II III IV V

Mata ODS :

Bernanah

Palpebrae edema

Konj. Hiperemis

Panas

BAB

BAK

Minum

+

+

+() + () _

+ + () _ _ _

+ + + + () + ()

_ _ _ _ _

+ + + + +

+ + + + +

+ + + + +

Objektif

Nadi(kali/menit)

RR (kali/menit)

Suhu ( C )

120 132 128 124 130

32 42 34 38 36

37,0 36,6 36,8 37,0 36,5

Plening

PP 130.000 UI (IM)

Baquinor ED 1

tetes/jam

Bersihkan sekret

PewarnaaanGram

Pewarnaan gram

+ + + + +

+ + + + +

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+ + + + +

8

Page 10: Gonoblenorrhea (Lapsus)

PEMBAHASAN

DEFINISI

Konjungtivitis gonore neonatorum adalah istilah yang dipakai untuk

konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh

kuman Neisseria gonorrhea.(1,2)

ETIOLOGI

Neisseria gonorrhea merupakan golongan diplokokus berbentuk kopi

berukuran lebar 0,8 u dengan panjang 1,6 u. Kuman ini bersifat tahan asam, gram

negative dengan pewarnaan Gram, terlihat dari dalam dan luar leukosit, tidak

tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering dan suhu di atas 39o

C serta tidak tahan dengan zat desinfektan.(5)

Secara morfologik, gonokokus terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1 dan 2 yang bersifat

virulen dan mempunyai pili, tipe 3 dan 4 yang bersifat nonvirulen dan tidak

bervili. Pilibersifat melekat pada mukosa epitel dan menimbulkan reaksi radang.(5)

PATOFISIOLOGI

Proses keradangan hiperakut konjungtivitis dapat disebabkan oleh

Neisseria gonorrhe, yaitu kuman-kuman berbentuk kokus yang sering menjadi

penyebab uretritis pada pria dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita. Infeksi

dapat terjadi karena adanya kontak langsung antara kuman gonore dengan

konjungtiva.

Pada neonatus, infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan

kelahiran, sedang pada penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita

penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari [enlaran

penyakit kelamin sendiri. Infekeksi pada mata ini dapat terjadi karena adanya

kontak langsung antara kuman Neisseria gonorhoeae pada kemaluan dengan mata

lapisan luar. Kontak ini biasanya akibat setelah memegang kemaluan kemudian

dipakai menggosok lapisan mata luar. Infeksi dapat terjadi secara tidak langsung,

yaitu dapat melalui tangan, sapu tangan, handuk atau autoinfeksi pada orang yang

menderita uretris atau servicitis gonore.

9

Page 11: Gonoblenorrhea (Lapsus)

Cedera pada mata epitel konjungtiva oleh agen perusak dapat diikuti

dengan sdema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma.

Mungkin dapat terjadi edem pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi

lapis limfoid stroma. Sel-sel radang (neotrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel

plasma) sering menunjukkan sifat agen perusak (ciri dari konjungtivitas karena

bakteri banyak ditemukan sel radang leukosit PMN). Sel-sel radang bermigrasi

dari stroma konjungtiva melalyi epitel ke permukaan. Sel-sel ini akan bergabung

dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang

menyebabkan perlengketan tepian palpebra (terutama pagi hari).

Pembagian konjungtiva gonore menurut umur :

- Kurang dari 3 hari : otikoftalmia gonora neonatorum

- Lebih dari 3 hari : otikoftalmia gonora infantum

- Anak kecil : oftalmnia gonorotika yuvenilis

- Orang dewasa : oftalmia gonorotika adultotum

GAMBARAN KLINIS

Konjungtivitis gonore neonatorum biasanya menyerang kedua mata

secara serentak. Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak dengan

masa inkubasi beberapa jam sampai 3 hari. Dibedakan dalam 3 stadium:(2,3,4)

1. Stadium Infiltratif (I)

Berlangsung 1-3 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang,

blefarospasme, konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltratif,

mungkin terdapat pseudomembran di atasnya. Pada konjungtiva bulbi

terdapat injeksi konjungtival yang hebat, kemotik, sekret, serous, kadang-

kadang berdarah.

2. Stadium Supurativa atau Purulenta (II)

Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra

masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang. Blefarospasme

masih ada. Sekret campur darah, keluar terus-menerus. Kalau palpebra

dibuka, yang khas adalah sekret yang akan keluar dengan mendadak

(memancar;muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka

palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.

10

Page 12: Gonoblenorrhea (Lapsus)

3. Stadium Konvalesen (Penyembuhan) (III)

Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra

sedikit bangkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif.

Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik. Sekret

jauh berkurang.

Jadi gejala klinis yang ditemukan adalah: (1) hipermi konjungtiva hebat,

(2) getah mata atau sekret seoerti nanah yang banyak sekali (3) kelopak mata

edema karena konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi (4) pendarahan karena

edema konjungtiva hebat akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah

konjungtiva dan timbul pendarahan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan:(2,3,5)

1. Sediaan langsung

Kerokan konjungtiva atau getah mata yang purulen dicat dengan

pengecatan Gram dan diperiksa di bawah mikroskop. Didapatkan sel-sel

polimorfonuklear dalam jumlah yang banyak sekali. Kokus gram negative

yang berpasangan seperti biji kopi tersebar di luar dan di dalam sel adalah

Neisseria gonorrhea.

2. Kultur

Dengan menggunaan media Thayer Martin, agar coklat, agar darah.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan dengan permeriksaan klinik dan

laboratorium. Pada pemeriksaan klinik, didapatkan keradangan konjungtiva yang

hiperakut dengan getah mata seperti nanah yang kadang bercampur darah.

Sedangkan pemeriksaan laboratorium didapatkan kuman-kuman Neisseria

gonorrhea dalam sediaan yang berasal dari kerokan atau getah mata konjungtiva.(2)

Pada kasus ini :

* Ananmnesa

Dari amnesis didapat keluhan mata bernanah, bengkak dan merah. Sedangkan

pada pemeriksaan fisik didapatkan suatu keradangan konjungtiva yang

11

Page 13: Gonoblenorrhea (Lapsus)

hiperakut dengan getah mata seperti nanah/sekret purulen, palpebrae dan

kongjuntiva edema dan hiperemis.

* Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan Gram Stain dari sekret msts didspstksn kuman-kuman coccus

gram negatif, leukosit yang penuh/lpb, jumlah PMN yang tinggi 77%. Pada

kasus ini juga diperiksa juga kondisi atau keadaan kedua orang tua penderita,

untuk mengetahui apakah gonoblenore yang diderita penderita ditularkan oleh

ibu yang menderita penyakit tersebut pada saat berada pada jalan lahir. Dari

hasil pemeriksaan laboratorium ddidapatkan hasil; Ibu penderita dengan kuman

btang gram negatif; belum diketahui penyakitnya karena keterbatasan biaya.

PENYULIT

Komplikasi yang dapat terjadi adalah ulkus kornea marginal terutama di

bagian atas. Bisa terjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme

dengan pembentukan sekret ysng banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah

konjungtiva palpebra superior, ditambah lagi kuman gonokok mempunyai enzim

proteolitik yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler sehingga menimbulkan

keratitis tanpa didahului kerusakan epitel kornea. Ulkus ini perforasi karena

adanya daya lisis kuman gonokokus. Perforasi kornea dapat mengakibatkan

endoftalmitis dan panoftalmus sehingga terjadi kebutaan total.(3,4)

PENGOBATAN

Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram ditemukan

diplokokus batang intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore.

Berhubung seringnya timbul penyulit dan sangat menular, maka penderita

sebaiknya dirawat dan di isolasi serta diberikan pengobatan dengan sebaik-

baiknya. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau

dengan garam fisiologik se tiap seperempat jam.(2)

Pengobatan konjungtivitas gonore tanpa penyulit pada kornea, pada

pengobatan topikal diberikan salep mata Tetrasiklin HCL 1% Basitrasin yang

diberikan minimal 4 kali sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam

pada pendrita dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali sehari sampai terjadinya resolusi.

12

Page 14: Gonoblenorrhea (Lapsus)

Pada pengobatan sistematik untuk orang dewasa diberikan Penisillin G 4,8 juta IU

intra muskular dalam dosis tunggak ditambah dengan Probenisid 1 gram peroral,

tau Ampisillan 3,5 gram peroral. Pada nonatus dan anak-anak injeksi

Thiamfenikol 3,5 garam dosis tunggal atau Tetrasiklin 1,5 gram dosis initial

dilanjutkan dengan 4 kali 500 mg/hari selama 4 hari.

Pengobatan konjungtivitas gonore dengan penyulit pada kornea untuk

pengobatan topikal dapat dimulai dengan salep mata basitrasin setiap jam atau

Sulbenisillin tetes mata, disamping itu diberikan juga Penisillin subkonjungtiva.

Pada anak-anak, pengobatan topikal hanya diberikan salep mata 2 jam. Dapat

digantikan dengan Eritromisin laktobinat. Pengobatan sistematik diberikan seperti

pada konjungtivitas gonore tanpa penyulit pada kornea. Beberapa antibiotik yang

sensetif terhadap Neisseria gonorrhea adalah eritromisin, Neomisin dan

Gentamisin.

Terapi dihentikan bila setelah pemeriksaan mikroskopik menunjukkan

hasil negatif selama 3 hari berturut-turut.(6)

Pengobatan pada kasus ini diberikan inj. PP 130.000 IU, Baquinor ED 1

tetes/jam. Selama perawatan, keluhan penderita berkurang dan keadaan penderita

membaik, dan dari hasil pemeriksaan laboratorium pada sekret mata penderita

yang dilakukan setiap hari, tidak ditemukannya lagi kuman diplococcus gram

negatif selama 3 kali berturut-turut, sehingga penderita masih belum dinyatakan

sembuh.

Pada anak-anak sering terjadi komplikasi berupa mkeratitis ataupun tukak

kornea sehingga sering terjadi perforasi kornea. Pada orang dewasa tukak yang

sering terjadi terletaj marginal dan sering berbentuk cincin. Perforasi kornea dapat

mengakibatkan endoftalmiotis sehingga terjadi kebutaan total.

Cara pencegahan yang lebih aman ialah membersihkan mata bayi segera

setelah lahir dengan larutan borosi dan memberikan salep kloramfenikol.

PROGNOSIS

Bila pengobatan diberikan secepatnya dengan dosis cukup, konjungtivitis

gonore akan sembuh tanpa komplikasi. Bila pengobatan lebih lambat atau kurang

13

Page 15: Gonoblenorrhea (Lapsus)

intensif, maka kesembuhannya mungkin disertai sikatrik kornea, penurunan tajam

penglihatan yang menetap atau kebutaan.(2)

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus konjungtivitis gonore (gonoblenorrhea) pada

penderita bayi perempuan usia 6 hari. Anamnesa menunjukka adanya keluhan

keluar nanah pada kedua mata,kelopak mata bengkak dan berwarna merah,

sehingga tidak dapat membuka mata. Pada pemeriksaan fisik didapatkan edema

dan hiperemia palpebrae dan konjungtiva, sekret purulen apa kedua mata. Dari

hasil pemeriksaan laboratorium(sekret mata) ditemukannya kuman coccus gram

negatif sel PMN yang tinggi (77%). Penderita didiagnosis dengan ODS

konjungtivitis gonore (gonoblenorhea). Penderita dirawat di ruang isolasi dan

diberikan terapi injeksi PP 130.000 IU IM, Baquinor ED. Selama perawatan

penyakit penderita membaik, sampai dari hasil pemeriksaan laboratorium tidak

ditemukannya lagi kuman coccus/diplococcus yang positif.

14

Page 16: Gonoblenorrhea (Lapsus)

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T. Konjungtiva. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi

14. Suyono YJ (Ed). Widya Medika, Jakarta. 2000: 99-108.

2. Soewono dkk. Gonoblenore. Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi

Lab/UPF Penyakit Mata. RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.1994: 86 – 8.

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2000: 127 –

30.

4. Wijaya, N. Ilmu penyakit Mata. Cetakan ke-3. Binarupa Aksara.

Jakarta.1983: 39 – 40.

5. Daili SF. Gonore. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Djuanda (Ed).

Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1994.

6. Mansjoer A dkk. Ed. Konjungtivitis Bakteri Dalam Kapita Selekta

Kedokteran. Media Aesculapius FKUI, Jakarta. 1999: 51 – 2.

7. Zhao, F. Cunjungtivitis Neonatal. http//:www.eMedicine.com

.

15

Page 17: Gonoblenorrhea (Lapsus)

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus morbili/campak pada seorang anak yang

dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura,

setelah dilakukan perawatan selama 5 hari keadaan pasien membaik dan

diperbolehkan untuk pulang.

16

Page 18: Gonoblenorrhea (Lapsus)

DAFTAR PUSTAKA

1. Masjour Arif et al, kapita selekta Kedokteran. Media Eusculapius FKUI

Jakarta. 2000.

2. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20.

Jakarta, Penerbit EGC. 1996.

3. Suraatmaja S. Campak di UPF Ilmu Kesehatan Anak. Denpasar, Penerbit

Medika No.9, 1991. Hal 697-702

4. Shulman P, Sommers. Dasar Biologi dan Klinis Penyakit Infeksi edisi 4.

Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1994.

5. Anonim. Virologi I. Malang, Fakultas Kedokteran Unibraw, 1991.

6. Wired for Health Measles. http://www.public-health.com

7. Rubeola. http://www.adam.com

8. Measles. http://www.msn/health.htm

9. Keape CH, Silver HK. Pediatrics Diagnostic and Treatment 4th edition.

Los Althos California; Large Medical Publication, 1976. 608-90

10. Rampengan HT, Laurents RI. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta,

Penerbit EGC. 1995; 90-9

11. Behrman RE, Vaughn VC, Nelson WE, eds. Ilmu kesehatan anak nelson 1.

Alih bahasa : Siregar MR, Maulany RF, EGC. Jakarta : 1992

17

Page 19: Gonoblenorrhea (Lapsus)

12. Hasan R, Alatas H, Ed. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2 cet ke-6.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta : 1985

13. Masjour Arif et al, kapita selekta Kedokteran. Media Eusculapius FKUI

Jakarta. 2000.

14. Rubeola (Measles). Kidshealth.

http://www.kidshealth.org/parent/infections/ bacterial-viral/measles.html

18