25
PENDAHULUAN Preeklampsia dan eklampsia merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan. Keadaan ini sangat mempengaruhi kesejahteraan ibu dan janin. Di Indonesia, preeklampsia dan ekslampsia disamping perdarahan dan infeksi masih merupakan penyebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia ringan dengan hipertensi, edem dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat dan eklampsia. Dengan pengetahuan ini jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan rutin sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia. 1 Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa penyakit ini lebih sering terjadi pada kehamilan pertama, kehamilan kembar dan kehamilan anggur. Makintua umur kehamilan makin tinggi frekuensi penyakit. 2 Frekuensi preeklampsia untuk tiap Negara berbeda- beda karena banyak factor yang mempengaruhinya, diantaranya jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, 1

Lapsus Preeklamsia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lapsus Preeklamsia

PENDAHULUAN

Preeklampsia dan eklampsia merupakan suatu penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan. Keadaan ini sangat mempengaruhi kesejahteraan ibu dan

janin. Di Indonesia, preeklampsia dan ekslampsia disamping perdarahan dan infeksi

masih merupakan penyebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang

tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat

pendahuluan eklampsia serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk

menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindrom

preeklampsia ringan dengan hipertensi, edem dan proteinuria sering tidak diketahui

atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam

waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat dan eklampsia. Dengan pengetahuan

ini jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan rutin sangat penting dalam

usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia.1

Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa penyakit ini lebih sering terjadi

pada kehamilan pertama, kehamilan kembar dan kehamilan anggur. Makintua umur

kehamilan makin tinggi frekuensi penyakit.2

Frekuensi preeklampsia untuk tiap Negara berbeda-beda karena banyak

factor yang mempengaruhinya, diantaranya jumlah primigravida, keadaan sosial

ekonomi, perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain.3

1

Page 2: Lapsus Preeklamsia

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,

edem atau keduanya, yang terjadi akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20

minggu atau segera setelah persalinan atau kadang-kadang timbul lebih awal bila

terdapat perubahan hidatiformis yang luas pada vili korialis.3

Apabila hipertensi terjadi sebelumusia kehamilan 20 minggu tanpa adanya

mola hidatidosa atau hipertensi yang menetap selama 6 minggu post partum maka

masuk ked lam kategori hipertensi kronik.

Etiologi

Penyebab terjadinya preeklampsia sampai sekarang belum diketahui scara

pasti. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan penyebab kelainan ini

sehinmgga kelainan ini sering dikenal sebagai “The Disease of Theory”. Adapun

teori tersebut antara lain :4

a. Peran prostasiklin dan tromboksan

Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan adanya kerusakan endotel

vascular sehingga terjadi penurunan produksi prosrasiklin (PGI2) yang pada

kehamilan normal meningkat, aktifitas penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudia

akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III

sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifitas trombosit menyebabakan pelepasan

tromboksan (TA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan

endotel.

b. Peran faktor imunologis

Preeklampsia eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan kadang

tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Fierlie FM (1982) mendapatkan

beberapa data yang mendukung adanya sisitem imun pada penderita preeklampsia.

1. Beberapa wanita dengan preeklampsia mempunyai kompleks imun pada serum

2. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktifitas system komplemen pada

preeklampsia dan eklampsia diikuti dengan proteinuria.

c. Peran faktor genetik

2

Page 3: Lapsus Preeklamsia

Beberapa bukti yang menunjukan peran faktor genetic pada kejadian

preeklampsia eklampsia antara lain :

- Preeklampsia hanya terjadi pada manusia

- Keturunan ibu penderita preeklampsia eklampsia memepunyai risiko lebih tinggi

untuk menderita preeklampsia eklampsia

Patofisiologi

Perubahan aliran darah pada uterus dan plasenta adalah patofisiologi yang

terpenting pada preeklampsia eklampsia dan merupakan penentu hasil akhir

kehamilan yaitu :6

1. Terjadi iskemik uteroplasenter mengakibatkan ketidakseimbangan antara massa

plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah sirkulasi yang berkurang

2. Hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta,

mengakibatkan vasokontriksi yang lain, sehingga dapat terjadi tonus pembuluh

darah yang lebih tinggi

3. Oleh karena adanya gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan

suplai darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke janin. Akhirnya bervariasi

dari gangguan pertumbuhan janin sampai hipoksia dan kematian dalam

kandungan.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edem yang disebabkan oleh

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui

sebabnya. Hal ini mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat

disebabkan oleh karena spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada filtrasi

glomerulus.10

Gejala klinik

Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala,

yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edem, hipertensidan proteinuria.

Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg perminggu

beberapa kali.edem terlihatsebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari

tangan dan muka. Tekanan darah >140/90 mmHg atau tekanan sistolik >30 mmHg

atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30

menit. Tekanan diastolic pada trimester keduayang lebih dari 85 mmHg patut

3

Page 4: Lapsus Preeklamsia

dicurigai sebagai bakat preeklampsia. Proteinuria bila terdapat protein sebanyak 0,3

gr/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif yang menunjukan +1 atau

+2 atau kadar protein >1 gr/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin

porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.8

Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit

digolongkan berat bila satu atau lebih tanda atau gejala dibawah ini ditemukan :1

1. Tekanan sistolik >160 mmHg atau tekanan diastolik >110 mmHg

2. Proteinuria .5 gr dalam 24 jam atau +3 pada pemeriksaan kualitatif

3. Oliguria, air kencing < 400 ml dalam 24 jam

4. Keluhan serebral, gangguan pengkihatan atau nyeri epigastrium

5. Edem paru-paru atau sianosis

6. Trombositopenia

7. Nyeri frontal

8. Pertumbuhan janin intrauterine terhambat

9. Adanya sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, low platelet)

Bila terdapat preeklampsia berat disertai salah satu atau beberapa gejala

da4ri nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan

kenaikan tekanan darah prigresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending

eklampsia.

Pemeriksaan penunjang7

- Urin : protein, reduksi, bilirubin, sediment urin

- Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT< LDH dan bilirubin

- USG

Diagnosis Banding

Diagnosis banding antara preeklampsia dengan hipertensi menahun atau

penyakit ginjal tidak jarang menemui kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya

tekanan darah yang meninggi sebelum hamil, pada kehamilan muda atau 6 bulan post

partum akan sangat berguna untuk membuat diagosis. Pemeriksaan finduskopi juga

berguna karena perdarahandan eksudat jarang ditemukan pada preeklampsia.

Kelainan tersebut biasanya menunjukan hipertensi menahun. Proteinuria pada

4

Page 5: Lapsus Preeklamsia

preeklampsia jarang timbul sebelum triwulan ke-3 sedangkan pada penyakit ginjal

timbul lebih dulu.1

Komplikasi

Kompilkasi terberat pada preeklampsia adalah kematian ibu dan janin.

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu berupa kemunduran fungsi sejmlah organ

dan sisitem yang kemungkinan sebagian besar terjadi akibat vasospasme, yaitu gagal

ginjal, sindrom HELLP, eklampsia dan perdarahan otak.8

Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada janin berhubungan dengan

terjadinya perubahan dalam perfusi darah uteroplasenta akut ataupun kronis yang

bisa menyebabkan pertumbuhan janin intrauterine terhambat dan prematuritas.

Pencegahan

Pencegahan preeklampsia sepertinya tidak mungkin karena tidak mungkin

karena faktor penyebabnya belum diketahui sampai sekarang. Meskipun demikian

janin dari ibu preeklampsia sebaiknya dikeluarkan saat hipertensi ibu terkontrol

dengan baik, pengaturan aktifitas dan penambahan berat badan dan antenatal care

dan post natal care yang optimal merupakan tindakan yang dapat mencegah

terjadinya preeklampsia.9

Pemeriksaaan antenatal care yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-

tanda preeklampsia dan dalam hal ini harus dilakukan penanganan yang semestinya.

Pemberian aspirin dosis rendah (75 mg) telah dievaluasi secara luas sebagai obat

mencegah preeklampsia. Baru-baru ini antioksidan dosis tinggi, vitamin C 1000 mg

dan vitamin E 400 IU, juga telah sukses digunakan dalam mengurangi preeklampsia

lebih dari 50%. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat dan garam serta

penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.1

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk preeklampsia berat dapat dibagi atas 2 hal yaitu :6

a. Perawatan konservatif

Indikasi perawatan konservatif

1. Kehamilan <37 minggu

2. Keadaan janin baik

5

Page 6: Lapsus Preeklamsia

3. Tidak ada impending eklampsia

Pengobatan medicinal

- Diberikan suntikan MgSO4 40% dengan dosis 8 gram IM (4 gram bokong kanan

dan 4 gram bokonh kiri) kemudian dilanjutkan dosis ulangan tiap 4 jam : 4 gram

MgSO4 40% IM.

- Jika ada perbaikan atau tetap, pemberian MgSO4 dapat diteruskan lagi selama 24

jam

b. Perawatan aktif

Indikasi bila terdapat satu atau lebih keadaan ini :

Ibu

- Kehamilan > 37 minggu

- Adanya impending eklampsia

- Perawatan konservatif gagal

- 6 jam setelah pengobatan medicinal terjadi kenaikan tekanan darah

- 24 jam setelah pengobatan medicinal gejala tidak berubah

Janin

- Adanya tanda-tanda gawat janin

- Adanya pertumbuhan janin terhambat dalam rahim

- Laboratorik

- Adanya sindrom HELLP

Pengobatan medicinal

- Segera masuk rumah sakit

- Tirah baring miring ke sisi kiri

- Infus D5 : RL = 2 : 1

- Antasida

- Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

- Obat-obatan anti kejang :

Dosis awal 8 gram MgSO4 40% : 4 gram bokong kanan dan 4 gram

bokong kiri IM

Dosis ulangan tiap 4 jam : 4 gram MgSO4 40% IM

Syarat-syarat pemberian MgSO4 :

- Tersedia kalsium glukonas 1 gram, 10 ml 10%

6

Page 7: Lapsus Preeklamsia

- Refleks patella (+) kuat

- Pernapasan > 16x/menit, tanpa tanda-tanda distress pernapasan

- Produksi urin > 100 ml dalam 4 jam sebelumnya

Dihentikan bila

- Adanya tanda-tanda intoksikasi

- Setelah 24 jam paska persalinan

- 6 jam paska persalinan normotensif

Prognosis

Pada umumnya baik dengan penatalaksanaan yang tepat. Wanita yang

mengalami preeklampsia selama kehamilannya mempunyai resiko yang tinggi untuk

serangan ulangan pada kehamilan berikutnya. Resiko meninkat 50% pada wanita

yang mengalami preeklampsia pada usia kehamilan muda (sebelum minggu ke-27).

LAPORAN KASUS

7

Page 8: Lapsus Preeklamsia

I. Identitas

Nama : Ny. N

Umur : 25 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Tambunganen

MRS tanggal : 19 – 9 – 2005 jam 13.50 WITA

II. Anamnesis

Keluhan utama : Ingin melahirkan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Kurang lebih 13 jam sebelum masuk rumah sakit (tanggal 19-9-2005) pasien

mengeluh keluar air-air sedikit dan keluar lendir darah. Pasien juga ada

mengeluh mual dan muntah . Kurang lebih 1 minggu yang lalu pasien

mengeluh kedua kakinya bengkak dan kadang kepalanya terasa pusing, pasien

ada berobat ke puskesmas dan dikatakan bahwa tensinya tinggi. Pasien

disarankan melahirkan di rumah sakit. Sebelumnya pasien tidak pernah

memeriksakan kehamilannya ke bidan, pasien hanya periksa ke dukun

kampung.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan asma.

Riwayat obstetri :

I. Rumah-dukun kampung/1995/aterm/Spt-Bk/o/3000 gr/H

II. Rumah-dukun kampung/1998/aterm/Spt-Bk/o/2800 gr/H

III. Rumah-dukun kampung/2001/aterm/Spt-Bk/o/3100 gr/H

IV. Ini

HPHT : lupa

III. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : tampak baik

Kesadaran : compos mentis

8

Page 9: Lapsus Preeklamsia

Tanda Vital :

TD = 180/110 mmHg Rr = 24x/menit

N = 68x/menit t = 36,6 C

Kepala dan leher :

Kepala : Palpebra tidak edem, konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-,-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, JVP tidak meningkat

Thorak:

Pulmo : I : simetris, retraksi (-)

P : fremitus raba simetris

P : sonor

A : suara napas vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen : pada status obstetrik

Ekstremitas ; Atas ; edem (-/-), parese (-,-)

Bawah ; edem (+/+), parese (-/-)

Status Obstetri :

I : Perut tampak membuncit asimetris

P : LI : 3 jari dibawah procesus xypoideus

LII : memenjang punggung kanan

LIII : presentasi kepala

LIV : 4/5

TFU : 27 cm TBJ = 2535 gram

His (-) DJJ (-)

VT = portio tebal lunak, arah medial, pembukaan 1 cm, ketuban (+), kepala HI

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : Hb sahli = 10,4 gr%

Proteinuria = +3

IV. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium (tanggal 19-9-2005)

Hb = 9,6 gr%

Eritrosit = 3,75 juta/mm3

Hematrokrit = 31,2%

9

Page 10: Lapsus Preeklamsia

Trombosit =194.000/ul

Waktu perdarahan 1 menit 30 detik

Waktu pembekuan 4 menit 30 detik

GDS = 108 mg/dl

SGOT = 22 u/l

SGPT = 5 u/l

Urea = 21 mg/dl

Kreatinin = 0,5 mg/dl

2. USG (tanggal 20-9-2005)

Gravid tunggal intrauterine, presentasi kepala, + 36 minggu gestasi dengan

intrauterine fetal death (IUFD)

V. Resume

Telah diperiksa seorang wanita berumur 25 tahun masuk rumah sakit

tanggal 19-9-2005 jam 13.50 WITA rujukan dari bidan dengan tekanan darah

tinggi. Dari anamnesis pasien mengeluh kedua kakinya bengkak dan kadang

merasa pusing serta ada mual dan muntah. Dari pemeriksaan fisik TD :

180/110 mmHg, N: 68 x/menit, Rr : 24 x/menit, t : 36,5 C. Pada pemeriksaan

penunjang protein urin +3. Status obstetri perut tampak membuncit asimetris,

pada palpasi L1 3 jari dibawah procesus xypoideus, L2 punggung kanan, L3

pesentasi kepala, L4 kepala 4/5. TBJ = 2535 gram, his tidak ada dan DJJ tidak

ada. Pada pemeriksaan dalam, portio tebal lunak, arah medial, pembukaan 1

cm, ketuban (+).

VI. Diagnosis :

G4P3A0 hamil aterm belum inpartu + PEB Janin tunggal intrauterine

fetal death presentasi kepala

VII. Penatalaksanaan

Sikap :

IVFD D5 % : RL (2:1) = 20 tetes/menit

Injeksi MgSO4 40% 4 gram IM pada bokong kanan dan 4 gram pada bokong

kiri selanjutnya tiap 6 jam 4 gram MgSO4 40% IM pada bokong kanan/kiri

Injeksi Sulbenicilin 3 x 1 gram iv

Rencana USG

10

Page 11: Lapsus Preeklamsia

VIII. Follow up

Follow up tanggal 20 -9- 2005

S : Sakit kepala berkurang, mata kabur (-), mual/muntah (-/-)

O : TD = 140/90 mmHg Rr = 22 x/menit

N = 80 x/menit t = 36,5 C

A : G4P3A0 hamil aterm belum inpartu + PEB Janin tunggal intrauterine

fetal death presentasi kepala

P : IVFD D5% : RL (2:1) = 20 tetes/menit

Injeksi MgSO4 40% 4 gram IM tiap 6 jam

Injeksi Sulbenicilin 3 x 1 gram iv

Konsul dokter konsulen jam 13.30 WITA

Drip oksitosin 10 IU dalam D5% 500 ml sebanyak 2 kolf mulai 8 tetes sampai

40 tetes/menit

Drip oksitosin dimulai dari jam 19.30 WITA (tanggal 20-9-2005)

VT : portio tebal lunak, arah medial, pembukaan 3 cm, ketuban (+), kepala HI

Laporan Partus

Jam 00.25 WITA

VT = pembukaan 10 cm/lengkap, ketuban (-), warna kehijauan, kepala HIII

Jam 00. 30 WITA

Ibu tampak ingin meneran, vulva dan perineum meregang, ibu dipimpin

meneran sesuai his, kemudian lahir kepala kemudian bahu, badan dan kaki

Jam 00.35 WITA :

Lahir bayi laki-laki, meninggal, BB = 2500 gram , PB = 45 cm, laserasi tingkat

1

Jam 00.45 WITA :

Lahir plasenta spontan lengkap, tali pusat layu, hematom tidak ada, infark

tidak ada, insersio sentralis, perdarahan + 300 cc.

TD post partum 150/100 mmHg, Hb sahli 10 gr%

Follow up tanggal 21-9-2005

S : Perdarahan post partum berkurang, sakit kepala (-), mual/muntah (-)

0 ; TD = 130/100 mmHg Rr = 22 x/menit

11

Page 12: Lapsus Preeklamsia

N = 82 x/menit t = 36,4 C

A : P4A0 post partum spontan belakang kepala dengan fetal death + PEB

P : Coamoxiclav 3 x 625 mg p.o

Asam mefenamat 3 x 500 mg p.o

Inbion 2 x 1 caps p.o

Injeksi MgSO4 40% 4 gram/ 6 jam IM

Lynoral 3 x 1 tab. p.o

DISKUSI

12

Page 13: Lapsus Preeklamsia

Pre-eklamsia adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

hipertensi serta proteinuria dan edem pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Pre-

eklamsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila

satu atau lebih tanda/gejala dibawah ini ditemukan :

1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau

lebih

2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3 atau 4+ pada pemeriksaan

kualitatif

3. Oliguria ( < 400 ml dalam 24 jam)

4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di epigastrium.

5. Edema paru atau sianosis

Pada kasus ini pasien dengan usia kehamilan 31-32 minggu datang dengan

keluhan mual-mual, sekitar 5 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh

mual-muntah lebih dari 8 kali.Pasien kemudian pergi ke bidan dan diukur tekanan

darahnya 190/110.Pasien mengaku pada umur kehamilan awal juga mendapatkan

tekanan darahnya meninggi, padahal sebelum kehamilan normal-normal saja. Pasien

didiagnosis dengan preeklampsia berat melalui anamnesa yang menyatakan bahwa

mulai awal kehamilan tekanan darahnya meninggi dan saat diperiksa bidan sebesar

190/110 mmHg serta pemeriksaan fisik yakni diperoleh tekanan darahnya 210/120

mmHg. Peningkatan tekanan darah selama kehamilan yang dapat menyebabkan

preeklampsia dikarenakan peningkatan tekanan perifer untuk perbaikan oksigenasi

jaringan dan juga peningkatan cairan ekstraseluler yang dapat menyebabkan

peningkatan tekanan arteri.

Pasien ini waktu datang ke rumah sakit tidak ada tanda-tanda inpartu yakni

tidak ada keluar air-air dan lendir darah, tidak ada pembukaan porsio dan porsio tebal

lunak, tidak ada his dengan umur kehamilan 31-32 minggu. Taksiran berat janin

2172 gram dengan denyut jantung janin 140 kali/menit serta janin tunggal hidup intra

uterin dengan presentasi kepala.

Pada kasus ini dikhawatirkan pasien menjadi eklampsia bila tidak dilakukan

penanganan segera. Untuk mencegah terjadinya kejang diberikan MgSO4 40%

sebanyak 4 gram intramuskular bokong kanan dan kiri sebagai dosis permulaan, dan

13

Page 14: Lapsus Preeklamsia

dapat diulang 4 gram tiap 6 jam sesuai keadaan, dimana obat ini mempunyai efek

mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan neuromuskular. Obat ini

menyebabkan vasodilatasi, meningkatkan diuresis dan menambah aliran darah ke

uterus. Serta untuk menurunkan tekanan darah pasien dapat diberikan obat

antihipertensi karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan

apopleksia serebri menjadi kecil. Sikap yang dilakukan pada awal masuk Rumah

Sakit yakni pemasangan infus dan kateter serta injeksi 8 gram MgSO4 40% bokong

kanan dan kiri kemudian diulang per 6 jam, nifedipin 3 x 10 mg/hr sebagai

antihipertensi, pemeriksaan laboratorium lengkap serta observasi tanda-tanda

impending eklamsia. Kemudian konsul dengan dokter konsulen dengan hasil

penatalaksanaan injeksi MgSO4 8 gram 40% bokong kanan dan kiri dan catapres 1

ampul dalam 10 menit . Penatalaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan

prosedur.

Selama observasi pada awal masuk Rumah Sakit yakni 20 Oktober 2005

setelah konsul dengan dokter konsulen,setengah jam berikutnya tekanan darah(TD)

mulai menurun menjadi 170/110 tetapi pasien masih merasa pusing, kemudian 1 jam

berikutnya TD sebesar 160/100 serta pasien masih merasa pusing, tidak bisa tidur,

perut kembung, mual. 1 jam berikutnya TD sebesar 130/90 serta pasien masih merasa

pusing, tidak bisa tidur, perut kembung,mual dan sering buang gas.

Pada tanggal 21 oktober 2005, pasien merasa pusing, tidak bisa tidur, perut

kembung, mual, sering buang gas, nyeri epigastrium, mata kabur, mules, keluar air-

air dan lender darah dan menguat. Kemudian diberikan IVFD D5 : RL = 1: 1

sebanyak 20 tetes permenit, injeksi catapres 5 ml iv dan injeksi MgSO4, pemberian

nifedipin, lantusol, lcalvit 1x1, inbion 1x1 per oral. Pada tanggal 22 Oktober 2005,

penatalaksanaan seperti hari sebelumnya dan hasil konsul yakni beri nifedipin

3x10mg dan evaluasi sampai 1 kolf habis serta secepatnya terminasi kehamilan

karena kondisi ibu yang tidak menurun tekanan darahnya sehingga terjadi impending

preeklamsia. Setelah diobservasi dan ternyata gagal maka secepatnya dilakukan

operasi section cesarea (SC) pada tanggal 23 Oktober 2005 dan pasien masih minum

nifedipin 10 mg sublingual.

Post SC hari ke-1 diberikan IVFD D5: RL = 1:1 sebanyak 20 tetes/menit,

cefotaxim, alinamin F, vitamin C, antrain serta metil fenidin. Post SC hari ke-2

14

Page 15: Lapsus Preeklamsia

diberikan sama seperti hari ke-1 kecuali metal fenidin. Pada post SC hari ke-3

diberikan sama seperti hari ke-2 ditambah nifedipin dan cytosin. Pada hari ke-4 post

SC diberikan amoxyclav 3x500 mg, asam mefenamat 3x500 mg, inbion 2x1 tablet,

nifedipin 2x10 gr serta pasien diperbolehkan pulang karena kondisi yang membaik.

PENUTUP

15

Page 16: Lapsus Preeklamsia

Telah dilaporkan sebuah kasus atas nama Ny. T umur 35 tahun, hamil

preterm, datang rujukan dari bidan dengan tekanan darah tinggi. Berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis G4P3A0 hamil preterm belum

inpartu, PEB kemudian menjadi impending preeklamsia, janin tunggal hidup

intrauterine dengan presentasi kepala. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu

perawatan aktif melalui pengobatan medicinal dan obstetrik.

16

Page 17: Lapsus Preeklamsia

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H (editor). Preeklampsia dan Eklampsia. Dalam : Ilmu Kandungan edisi 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, Jakarta, 1999: 281-300.

2. Anoym. Eklampsia and Preeklampsia. 2003.

3. Cunnungham, F.Gary, et al. Hipertensi Dalam Kehamilan. Dalam William Obstetri edisi 18. EGC, Jakarta, 1995: 773-801.

4. Sudhaberata K. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia. Dalam Cermin Dunia Kedokteran No.133 Jakarta 2001: 27-31.

5. Josopawino M et al. Hipertensi pada Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia. Dalam Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi FKUI, Jakarta.

6. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Ulin-FK Unlam Banjarmasin 2004 :17-29.

7. Saifuddin AB et al. Hipertensi pada Kehamilan, Nyeri Kepala, Gangguan Penglihatan, Kejang. Dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal edisi 2. Jakarta : JNPKKR-POGI : 2001: 207-217.

8. Mansjoer A. et al. Preeklampsia dan Eklampsia. Dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1. Jakarta, Media Aesculapius, FKUI, 1999 : 270-273.

9. Jenkins, M. Pre-eclampsia. eMedicine 2004. Available from www.emedicine.com

10. Mochtar R, Toksemia Gravidarum. Dalam : Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 2. Jakarta , EGC 1998 : 198-208.

17