21
BAB I PENDAHULUAN Glaukoma merupakan penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan yang ireversibel jika tidak terdeteksi dan tidak ditangani. Glaukoma adalah kumpulan gejala penyakit neuropati optik yang ditandai dengan adanya penggaungan papil saraf optik dan penyempitan lapang pandang dengan peningkatan tekanan intraokular sebagai salah satu faktor resiko primer. 1 Menurut survey Departemen Kesehatan Republik Indonesia, glaucoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga yaitu 0,16% dari penduduk Indonesia dan memiliki prevalensi sebesar 0,40% dari seluruh penyakit mata utama. Biasanya dari mereka yang menderita glaucoma pada awalnya tidak banyak mengetahui bahwa mereka menderita glaucoma. Beberapa dari mereka akan mengalami kebutaan pada usia 40, 50, atau 60 tahun. Setelah mereka buta akibat galukoma penglihatan dan fungsi penglihatannya tidak dapat diperbaiki lagi. 2 Menurut Vaughan, klasifikasi glaucoma berdasarkan etiologinya yakni : 1) Glaukoma Primer; 2) Glaukoma Kongenital; 3) Glaukoma Sekunder; 4) Glaukoma Absolut. Sedangkan berdasarkan mekanisme yang mendasari, glaukoma dibagi dapat menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut terbuka terjadi gangguan aliran keluar dari

ISI Lapsus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISI Lapsus

BAB IPENDAHULUAN

Glaukoma merupakan penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan yang

ireversibel jika tidak terdeteksi dan tidak ditangani. Glaukoma adalah kumpulan

gejala penyakit neuropati optik yang ditandai dengan adanya penggaungan papil

saraf optik dan penyempitan lapang pandang dengan peningkatan tekanan

intraokular sebagai salah satu faktor resiko primer.1

Menurut survey Departemen Kesehatan Republik Indonesia, glaucoma

merupakan penyebab kebutaan yang ketiga yaitu 0,16% dari penduduk Indonesia

dan memiliki prevalensi sebesar 0,40% dari seluruh penyakit mata utama.

Biasanya dari mereka yang menderita glaucoma pada awalnya tidak banyak

mengetahui bahwa mereka menderita glaucoma. Beberapa dari mereka akan

mengalami kebutaan pada usia 40, 50, atau 60 tahun. Setelah mereka buta akibat

galukoma penglihatan dan fungsi penglihatannya tidak dapat diperbaiki lagi.2

Menurut Vaughan, klasifikasi glaucoma berdasarkan etiologinya yakni : 1)

Glaukoma Primer; 2) Glaukoma Kongenital; 3) Glaukoma Sekunder; 4)

Glaukoma Absolut. Sedangkan berdasarkan mekanisme yang mendasari,

glaukoma dibagi dapat menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma

sudut tertutup. Pada glaukoma sudut terbuka terjadi gangguan aliran keluar dari

aqueous humour akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior.

Sedangkan pada glaukoma sudut tertutup terjadi gangguan pada akses aqueous

humour karena adanya sumbatan pada sudut kamera anterior. Glaukoma akan

menyebabkan melemahnya fungsi mata dengan terjadinya penyempitan lapangan

pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasasi (penggaungan) serta

degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.3

Dari 67 juta pasien penderita glaucoma di seluruh dunia, diestimasi bahwa

sebagian besar dikatakan menderita glaucoma sudut tertutup. Glaukoma Primer

sudut tertutup atau disebut Primary Angle Closure Glaucoma (PACG) merupakan

bentuk yang umum dari glaucoma dan menyebabkan kebutaan bilateral. Bentuk

PACG ini merupakan bentuk glaucoma yang predominan di Asia Timur dan

menyebabkan 91% dari kebutaan bilateral di Cina.

Page 2: ISI Lapsus

Untuk menegakkan diagnosis glaukoma, selain perlu dilakukan anamnesis

cermat juga perlu dilakukan pemeriksaan visus dan refraksi; pemeriksaan segmen

anterior yang meliputi pemeriksan palpebra (edema, konjungtiva hiperemi),

episklera dan sklera (dilatasi pembuluh darah), kornea (pelebaran), kamera

anterior (hitung lebar-sempitnya, adanya tanda radang dan temuan lainnya), iris

(kontur, atrofi, kista, iridonesis), pupil dan lensa (sindrom eksfoliasi, sinekia

posterior, posisi dan regularitas, ruptur spingter, uvea ektropi); pemeriksaan

segmen posterior dengan opthalmoskop untuk memeriksa diskus saraf optik

(funduskopi) dan untuk menilai rasio CD (cup disc); pemeriksaan tonometri untuk

mengukur tekanan intraokular; pemeriksaan gonioskopi untuk melihat struktur

internal mata dan membedakan antara glaukoma sudut terbuka atau tertutup; serta

tes lapang pandang penglihatan dengan perimetri/kampimetri untuk melihat

apakah didapatkan cacat lapang pandang atau tidak.1,4

Pengobatan pada pasien glaukoma dilakukan bertujuan untuk menurunkan

tekanan intraokular dan apabila memungkinkan, memperbaiki patogenesis yang

mendasarinya. Pengobatan medikamentosa pada glaukoma bertujuan untuk

mensupresi pembentukan aqueous humour dengan mempergunakan penghambat

beta adrenergik (timolol) dan inhibitor karbonat anhidrase (asetazolamid); untuk

memfasilitasi aliran keluar aqueous humour dengan obat parasimpatomimetik

(pilokarpin); serta untuk menurunkan volume korpus vitreum dengan

mempergunakan obat-obat hiperosmotik (gliserin). Sedangkan tindakan operatif

yang perlu dilakukan pada glaukoma adalah iridektomi perifer untuk membentuk

komunikasi langsung antara kamera anterior dan posterior serta sebagai tindakan

preventif pada mata yang satunya dan apabila telah terjadi sinekia anterior perifer

(SAP) maka perlu dilakukan tindakan trabekulektomi2.

Laporan kasus ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui secara lebih

mendalam mengenai gejala klinik, pemeriksaan dan penatalaksanaan glaukoma,

khususnya glaukoma primer sudut tertutup serta untuk menambah pengetahuan

tentang penyakit glaukoma.

Page 3: ISI Lapsus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Glaukoma

Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang

memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. Istilah

glaucoma menunjuk kepada suatu kelompok penyakit yang memiliki karakteristik

umum neuropati optik diikuti dengan hilangnya fungsi penglihatan. Walaupun

peningkatan tekanan intraocular (Intraocular Pressure/IOP) merupakan salah satu

faktor resiko primer dari glaucoma, ada atau tidaknya IOP tidak memiliki peranan

dalam definisi penyakit glaucoma ini.

Ada 3 hal yang mempengaruhi peningkatan tekanan intraokular, yaitu:

1. Laju produksi aqueous humour oleh korpus siliare

2. Tahanan terhadap aliran aqueous humour yang keluar melalui sistem

jalinan trabecular-kanalis Schlemm

3. Tingkat tekanan vena episklera

Biasanya tekanan bola mata yang tinggi akan merusak berangsur-angsur serabut

saraf optik sehingga mengakibatkan terganggunya lapangan penglihatan. Ada

beberapa faktor risiko untuk perkembangan glaukoma, selain tekanan intraokular

yang meningkat, yaitu umur tua, ras, dan riwayat keluarga. Tekanan intraocular

umumnya berada antara 10-21 mmHg dengan rata-rata 16 mmHg. Tekanan

intraocular dalam sehari dapat bervariasi yang disebut dengan variasi diurnal.

Pada orang tertentu tekanan intraocular dapat lebih dari 21 mmHg yang tidak

pernah disertai dengan kerusakan serabut saraf optik (Hipertensi Okuli).1,4

2.2 Epidemiologi

Menurut survey Departemen Kesehatan Republik Indonesia, glaucoma merupakan

penyebab kebutaan yang ketiga yaitu 0,16% dari penduduk Indonesia dan

memiliki prevalensi sebesar 0,40% dari seluruh penyakit mata utama. Biasanya

dari mereka yang menderita glaucoma pada awalnya tidak banyak mengetahui

bahwa mereka menderita glaucoma. Beberapa dari mereka akan mengalami

Page 4: ISI Lapsus

kebutaan pada usia 40, 50, atau 60 tahun. Setelah mereka buta akibat galukoma

penglihatan dan fungsi penglihatannya tidak dapat diperbaiki lagi.2

Dari 67 juta pasien penderita glaucoma di seluruh dunia, diestimasi bahwa

sebagian besar dikatakan menderita glaucoma sudut tertutup. Glaukoma Primer

sudut tertutup atau disebut Primary Angle Closure Glaucoma (PACG) merupakan

bentuk yang umum dari glaucoma dan menyebabkan kebutaan bilateral. Bentuk

PACG ini merupakan bentuk glaucoma yang predominan di Asia Timur dan

menyebabkan 91% dari kebutaan bilateral di Cina.

Beberapa penelitian secara signifikan menunjukkan peningkatan insiden

terjadi seiring dengan umur. Prevalensi glaukoma meningkat pada orang yang

lebih tua, dimana orang yang berumur 70-an berisiko 3-8 kali dibandingkan orang

yang berusia 40-an. Sedangkan glaucoma sudut tertutup akut sering terjadi pada

pada usia antara 55-65 tahun.1

2.3 Patogenesis Glaukoma

Tekanan intraokular yang meningkat ditimbulkan oleh ketidakseimbangan

produksi dan sekresi aqueous humour. Hal ini menyebabkan penekanan serabut

saraf optik yang menurunkan aliran darah ke mata dan menimbulkan iskemia yang

dapat menyebabkan kematian serabut saraf sehingga terjadi gangguan penglihatan

dan lapang pandang.1

2.4 Tekanan Intraokular dan Dinamika Aqueous Humour

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humour dan

tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Untuk memahami glaukoma

diperlukan pengetahuan tentang fisiologi aqueous humour.3

2.4.1 Komposisi Aqueous Humour

Aqueous humour adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior

dan posterior mata. Volumenya sekitar 250 µL dan kecepatan

pembentukannya yang bervariasi diurnal adalah 1,5-2 µL /menit. Tekanan

osmotiknya sedikit lebih tinggi dari plasma. Komposisi aqueous humour

Page 5: ISI Lapsus

serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi

askorbat, piruvat dan laktat yang tinggi dan konsentrasi protein, urea dan

glukosa yang lebih rendah.3

2.4.2 Pembentukan dan Aliran Aqueous Humour

Aqueous humour diproduksi oleh korpus siliare. Ultrafiltrat plasma yang

dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan

prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera posterior,

aqueous humour mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan

trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini, terjadi pertukaran

diferensial komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau

trauma intraokular menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini

disebut dengan aqueous humour plasmoid dan sangat mirip dengan serum

darah.3

2.4.3 Aliran Keluar Aqueous Humour

Jalinan/jala trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik

yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan

dengan pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm.

Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula

memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan

drainase aqueous humour juga meningkat. Aliran aqueous humour ke dalam

kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transeluler

siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30

saluran pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan cairan ke dalam

sistem vena. Sejumlah kecil aqueous humour keluar dari mata antara berkas

otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveosleral).3

Resistensi utama terhadap aliran keluar aqueous humour dari kamera

anterior adalah lapisan endotel saluran Schlemm dan bagian-bagian jalinan

trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan

di jaringan vena episklera menentukan besar minimun tekanan intraokular

yang dicapai oleh terapi medis.2

Page 6: ISI Lapsus

2.4.4 Tekanan intraokular

Besarnya tekanan intraokular dapat dihitung dengan rumus Goldmann1:

P0 = (F/C) + Pv

Keterangan:

P0 = tekanan intraokular (mmHg)

F = laju pembentukan aqueous humour (l/min)

C =fasilitas aliran keluar (l/min/mmHg)

Pv = tekanan vena episklera

Studi epidemiologi di negara barat mengindikasikan rata-rata

tekanan intraokular sekitar 16 mmHg. Dahulu nilai 22 mmHg digunakan

untuk membedakan tekanan normal dan abnormal dan menentukan pasien

yang memerlukan terapi hipotensi okular. Namun asumsi ini menimbulkan

kesan seolah glaukoma hanya disebabkan oleh tekanan okular yang tinggi

dan tekanan yang normal tidak menyebabkan kerusakan. Karena ketika

batasan tekanan intraokular > 21 mmHg dipakai untuk menskrining pasien

glaukoma, lebih dari sebagian orang dengan glaukoma dan kerusakan saraf

optik yang terskrining di populasi tidak masuk dalam kriteria glaukoma.1

Kesepakatan yang dipakai sekarang, pada populasi tidak ada batasan yang

jelas dimana tekanan intraokular dikatakan normal atau meningkat. Namun

peningkatan tekanan intraokular masih menjadi faktor risiko yang penting

Page 7: ISI Lapsus

dalam kerusakan saraf optik pada penderita glaukoma dan hingga saat ini

tekanan intraokular merupakan satu-satunya faktor risiko yang masih bisa

diubah secara efektif .1

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan intraokular adalah

peningkatan tekanan vena episklera, tekanan pada mata, peningkatan suhu

tubuh yang terkait dengan peningkatan produksi aqueous humour, pengaruh

hormonal (tiroid), dan obat-obatan (Lysergic acid diethylamid, topiramate,

kortikostreroid dan antikolinergik). Sementara faktor-faktor yang dapat

menurunkan tekanan intraokular adalah latihan aerobik, obat anestesi

(ketamin dan relaksing otot seperti suksinilkolin), asidosis metabolik dan

respiratorik, pengaruh hormon (kehamilan), obat-obatan (konsumsi alkohol,

heroin, dan mariyuana).1

Alat yang dipakai untuk mengukur tekanan intraokular adalah

tonometer aplanasi Goldmann, tonometer indentasi Shiotz ,dan Tonopen.1,2

2.5 Klasifikasi Glaukoma

Secara tradisional, glaucoma diklasifikasikan sebagai sudut terbuka atau

sudut tertutup dan primer atau sekunder. Membedakan glaucoma sudut terbuka

dari glaucoma sudut tertutup sangat penting dilihat dari segi terapeutiknya.

Konsep primer dan sekunder sangat membantu dalam mendefinisikan glaucoma,

dan masih digunakan secara luas sampai saat ini, namun hal ini memperlihatkan

kurangnya pemahaman kita pada mekanisme patofisiologi yang mendasari proses

glaucoma tersebut. Glaukoma primer dikatakan tidak berhubungan dengan

penyakit-penyakit mata ataupun sistemik yang menyebabkan peningkatan tahanan

pada aliran aqueous ataupun sudut tertutup. Glaukoma primer biasanya mengenai

kedua mata. Sebaliknya, Glaukoma sekunder berhubungan dengan penyakit-

penyakit mata atau sistemik yang bertanggungjawab terhadap penurunan aliran

aqueous.

Klasifikasi Glaukoma (menurut American Academy of Ophthalmology,

2009) adalah sebagai berikut1:

1. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka primer / Primary Open-Angle Glaucoma

(POAG)

Page 8: ISI Lapsus

Glukoma tensi normal / Normal-tension Glaucoma

Glaukoma sudut terbuka juvenil / Juvenil Open-Angle Glaucoma

Glaukoma suspect

Glaukoma sudut terbuka sekunder / Secondary Open-Angle Glaucoma

2. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup primer dengan blok pupil relatif / Primary

Angle-Closure Glaucoma with relative pupillary block

Sudut tertutup akut / Acute angle closure

Sudut tertutup subakut (sudut tertutup intermiten) / Subacute angle

closure

Sudut tertutup kronik / Chronic angle closure

Glaukoma sudut tertutup sekunder dengan blok pupil relatif /

Secondary Angle-Closure Glaucoma with pupillary block

Glaukoma sudut tertutup sekunder tanpa blok pupil relatif / Secondary

Angle-Closure Glaucoma without pupillary block

Sindrom iris plato / Plateau Iris Syndrome

3. Glaukoma Anak-anak

Glaukoma kongenital primer / Primary congenital / infantile glaucoma

Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan kongenital/ glaucoma

associated with congenital anomalies

Glaukoma sekunder pada bayi dan anak / Secondary glaucoma in

infants and children

2.6 Glaukoma Akut

Glaukoma sudut tertutup primer sering menyebabkan kebutaan, yang mana

sebagian besar terjadi dalam keadaan glaucoma akut. Ciri yang signifikan dari

Glaukoma sudut tertutup primer akut ini adalah bahwa pasiennya mengalami

gejala-gejala yang berat sehingga mereka harus segera dibawa ke pelayanan

kesehatan. Bentuk ini berbeda dari glaucoma kronis yang mana kondisinya sulit

terdeteksi dan perlu untuk diskrining dahulu untuk menemukan penyakit ini.

2.6.1 Gejala dan Tanda

Page 9: ISI Lapsus

Gejala

Pada glaucoma akut, gejala-gejalanya dramastis dan mudah

mendiagnosisnya pada sebagian besar kasus. Gejala diagnosis umum adalah mata

merah yang sangat nyeri, sakit kepala, dan penglihatan berkabut.

Nyeri tersebut beradiasi sepanjang distribusi saraf trigeminal divisi

oftalmologi, yang mana nyeri ini bisa terdapat pada sinus-sinus paranasalis,

telinga, kepala atau gigi. Gejala sistemik juga muncul karena meningkatnya

tekanan intraocular yang cepat, seperti mual dan muntah. Kadang-kadang

berkeringat, nyeri dada dan abdomen bisa terjadi sehingga bisa terjadi kesalahan

diagnosis. Sering kali diagnosis glaucoma akut lambat ditemukan, karena pasien

lebih mengeluhkan gejala sistemik yang muncul. 5

Penglihatan yang kabur dan juga halo (cincin berwarna yang mengitari

cahaya) disebabkan karena epitel kornea yang edema.

Dapat disimpukan bahwa ada beberapa karakteristik kunci untuk

menentukan diagnosis pasien dengan suspek glaucoma akut, yakni :

1. Serangan yang mendadak

2. Mata merah

3. Penglihatan kabur

4. Halo

5. Nyeri mata

6. Sakit kepala

7. Mual dan muntah

8. Serangan intermiten sebelumnya

9. Umur pertengahan (terutama pada wanita)

Faktor presipitat yang menyebabkan glaucoma akut juga berguna untuk

diketahui. Menurut Dr. Ronald Lowe, seorang spesialis mata di Australia, faktor

yang sangat penting adalah penyakit umum seperti influenza atau demam.

Penyebab penting lainnya seperti kecelakaan, terutama kecelakaan pada matanya,

gangguan emosional, dilatasi pupil (karena penggunaan tetes mata atau medikasi

tertentu) dan konsentrasi dekat. Faktor-faktor yang kurang umum misalnya

menonton televise atau film dan berada jauh dari rumah. 5

Page 10: ISI Lapsus

Ditemukan bahwa sebagian besar kasus glaucoma akut hanya mengenai

satu mata saja. Namun kadang-kadang (kurang dari 10%) dapat mengenai kedua

mata. Dikatakan pula bahwa insiden terjadinya glaucoma akut juga dipengaruhi

jenis kelamin, yang mana tiga kali lebih sering ditemukan pada perempuan.

Penyakit ini menyerang pasien dengan segala umur, dapat ditemukan pada usia di

bawah 30 tahun atau pada lanjut usia. Namun serangan paling banyak terjadi pada

usia antara 55-65 tahun. Faktor Ras juga dikatakan bisa mempengaruhi insiden

glaucoma akut, yang mana lebih sering menyerang orang kulit berwarna

dibandingkan orang kulit putih. 5

Tanda

Perubahan fisik yang terjadi pada mata adalah akibat dari sangat tingginya

tekanan intraokuler pada mata pasien. Beratnya perubahan yang terjadi

bergantung pada tinggi dan kecepatan dari peningkatan tekanan intraokuler.

Adapun tanda yang dapat ditemukan pada pasien adalah5 :

1. Penurunan tajam penglihatan;

2. Konjungtiva yang kongesti, terutama secara sirkumkornea;

Ketika TIO melebihi 70 mmHg, semua perubahan terjadi secara intensif.

Akan terjadi inflamasi konjungtiva disekitar limbus, yang diikuti khemosis

(edema konjuntiva). Kelopak mata juga membengkak dan air mata akan

keluar sebanyak-banyaknya.

3. Edema kornea;

Tingginya TIO akan meregangkan bola mata dan mengganggu lamella

corneal. Ketika peningkatan TIO berlangsung lama, endotel kornea,

lapisan yang bertanggung jawab dalam regulasi cairan dalam kornea,

kehilangan kemapuannya untuk memompa kembali cairan keluar ke

kamera anterior. Akibatnya terjadilah edema kornea. Hal ini akan

menyebabkan penglihatan kabur dan ada halo.

4. Kamera okuli anterior yang dangkal;

Pada dasarnya sulit untuk mengamati kamera anterior yang dangkal pada

mata yang mengalami glaucoma akut, sebab adanya edema kornea. Namun

Page 11: ISI Lapsus

ada beberapa metode yang dicoba untuk menjernihkan kornea, misalnya

dengan menggunakan tetes mata gliserin.

5. Tanda-tanda iridosiklitis;

6. Dilatasi pupil;

Jika TIO melebihi 60 mmHg maka pupil akan berdilatasi, hal ini terjadi

karena rusaknya sel-sel otot sfingter dari pupil. Dan jika TIO melebihi 70

mmHg maka iris disekitar pupil akan menjadi iskemik. Otot sfingter akan

kehilangan kemampuannya untuk berkontraksi walaupun TIO kembali ke

normal.

7. Peningkatan tekanan intraokuler;

8. Sudut tertutup (ditemukan dengan gonioskopi);

9. Mata sebelah juga memperlihatkan kamera anterior yang dangkal dan

sempit. Pengamatan pada mata yang tidak sakit juga bernilai penting

dalam penegakan diagnosis.

10. Diskus Optikus dan lapang pandang

Biasanya sulit untuk mengevaluasi diskus optikus karena adanya edema

kornea. Pada glaucoma akut ditemukan adanya gangguan lapang pandang

dan optic-disc cupping.

Tanda-tanda fisik yang mengindikasikan secara jelas bahwa mata telah

mengalami serangan glaucoma akut sebelumnya adalah5 :

1. Atrofi iris

Biasanya segmental dan mengenai iris sekitar pupil. Hal ini terjadi akibat

iskemia iris akibat TIO yang sangat tinggi.

2. Glaukomflecken

Disebut juga katarak glaukomatosa atau katarak subskapular anterior

diseminasi, merupakan kerusakan lensa akibat peningkatan TIO yang tiba-

tiba.

2.6.2 Pemeriksaan Khusus

Kedalaman Kamera Okuli Anterior

Page 12: ISI Lapsus

Dilakukan pemeriksaan dengan lampu senter atau slitlamp, untuk melihat keadaan

kamera anterior. Dari pemeriksaan ini akan ditemukan edema palpebra, khemosis,

edema kornea dan bisa juga dinilai sudut mata antara iris perifer dan kornea

perifer. Dapat dilihat juga adanya perubahan konveksitas dari iris (iris bombe).5

Tekanan Intraokuler-Tonometri

Pemeriksaan TIO dilakukan dengan tonometri. Adapun tonometri yang sering

digunakan adalah tonometri Schiotz, namun yang menjadi standar baku adalah

tonometer aplanasi Goldmann.

Pada glaucoma akut, tenkanan awal dari mata yang terkena

mengindikasikan resiko terkena glaucoma akut pada mata tersebut, dan

berpengaruh terhadap respon terapi medis yang diberikan. 5

Sudut Mata-Gonioskopi

Konfigurasi sudut mata—yakni apakah lebar (terbuka), sempit, atau tertutup—

menimbulkan dampak penting pada aliran keluar humor akueus. Dengan

gonioskopi memungkinkan visualisasi lagsung struktur-struktur sudut mata.

Apabila keseluruhan jalinan trabekular, taji sclera dan prosesus iris dapat terlihat,

sudut dinyatakan terbuka. Apabila garis Schwalbe atau sebagian kecil dari jalinan

trabekular yang dapat terlihat, sudut dikatakan sempit. Apabila garis Schwalbe tak

terlihat, sudut dikatakan tertutup. 3

Diskus Optikus dan Lapang Pandang

Dikatakan pada PCAG biasanya tidak tampak perubahan, atau relatif kecil

perubahannya pada diskus optikus dan lapang pandang. Selain itu penemuan ini

dikatakan tidak penting untuk diagnosis maupun manajemen dari glaucoma akut

tersebut. Diskus akan tampak hiperemik, bisa juga ditemukan perdarahan diskus,

dan lapang pandang biasanya normal, kecuali terjadi konstriksi.

Jika saat serangan akut ditemukan abnormalitas dari diskus optikus dan

lapang pandang, dengan cup-disc ratio yang besar, maka hal ini mengindikasikan

adanya galukoma akut yang berkembang dari creeping closed angle glaucoma.

Hal ini penting diketahui, sebab manajemennya akan berbeda. 5

Page 13: ISI Lapsus

2.6.3 Diagnosis Banding

Diagnosis banding glaucoma primer sudut tertutup akut adalah iritis akut,

konjungtivitis akut, glaucoma sudut tertutup akut sekunder.3

2.6.4 Penatalaksanaan

– Penyekat β topikal (timolol 0,5%), agonis α topikal (apraklonidin 1%), dan

steroid topikal (prednisolon asetat 1%)

– Miotik topikal (pilokarpin 1-2%), biasanya tidak efektif jika TIO > 40

mmHg karena iskemia sfingter iris

– Asetazolamid tablet dan cairan hiperosmotik

– Iridotomi perifer laser (IPL) dengan atau tanpa iridoplasti

– Iridotomi perifer laser mata kontralateral dengan sudut sempit untuk

mencegah serangan akut di kemudian hari

– Jika IPL tidak dapat dikerjakan, pertimbangkan iridektomi perifer bedah

– Sindroma Plato Iris mungkin membutuhkan terapi miotik jangka panjang

dan iridektomi perifer untuk mengurangi risiko blok pupil.3,5

2.6.5 Prognosis

Jika terapi medis yang diberikan baik, maka tekanan akan menurun menjadi

normal dalam waktu 2 jam, sehingga laser iridotomy biasanya efektif. Namun jika

dalam 2 jam tekanan tetap pada 40 mmHg atau lebih, maka hal ini

mengindikasikan respon terhadap terapi buruk, sehingga laser iridoplasty

dianjurkan.5