25
LAPORAN KASUS BBLR Oleh : Ni Putu Ricca Tiara Sari NIM 072011101004 PUSKESMAS PUGER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2011

lapsus BBLR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: lapsus BBLR

LAPORAN KASUS

BBLR

Oleh :

Ni Putu Ricca Tiara Sari

NIM 072011101004

PUSKESMAS PUGER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2011

Page 2: lapsus BBLR

BBLR

(Bayi Berat Lahir Rendah)

Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa gestasi. Sebagai patokan, berikut adalah klasifikasi berat badan lahir dan

usia kehamilan:

Berat Badan Lahir

Klasifikasi Berat Badan

Berat badan ekstrim rendah <1000 gram

Berat badan sangat rendah <1500 gram

Berat badan rendah <2500 gram

Berat badan normal ≥2500 gram

Usia Kehamilan

Klasifikasi Usia kehamilan

Prematur <37 minggu

Aterm 37-42 minggu

Postmatur >42 minggu

Klasifikasi

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

Prematuritas murni (kurang bulan)

Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan jika

dilihat dari masa kehamilan. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan

komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

Dismaturitas (pertumbuhan janin terhambat)

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan

bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini disebabkan oleh terganggunya

sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau

hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri. Terdapat 2 macam pola Pertumbuhan

Janin Terhambat (PJT), yaitu:

Page 3: lapsus BBLR

PJT Simetris

Lingkar kepala, panjang badan, dan berat badan seluruhnya berkurang secara

proporsional untuk usia kehamilan. PJT simetris disebabkan oleh infeksi

kongenital atau kelainan genetic dan terjadi di awal kehamilan.

PJT Asimetris

Berat badan lebih rendah secara tidak proporsional terhadap panjang dan

lingkar kepala. PJT asimetris disebabkan oleh insufisiensi uteroplasenta dan

nutrisi ibu yang buruk.

Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Sedanngakan sisanya

karena pertumbuhan janin yang terhambat.

Penyebab kelahiran prematur, yaitu:

Faktor Janin

Gawat janin

Kehamilan kembar (gemeli)

Eritroblastosis

Faktor Plasenta

Plasenta previa

Solusio plasenta

Faktor Uterus

Uterus bikornus

Inkompetensia serviks

Faktor Maternal

Pre eklampsia

Penyakit kronis (misal: penyakit jantung sianotik)

Infeksi (misal: ISK)

Penyalahgunaan obat

Lain-lain

Ketuban pecah dini

Polihiramnion

Iatrogenik

Untuk pertumbuhan janin yang terhambat dapat dipengaruhi faktor janin, maternal, dan

plasenta. Berikut adalah faktor-faktor yang berpengaruh:

Page 4: lapsus BBLR

Faktor janin

Genetik

Kelainan kromosom (misal: trisomi 13, 18, dan 21)

Kelainan bawaan (misal: anensefali, atresia gastrointestinal, dan sindrom

Potter)

Infeksi bawaan (misal: rubella dan CMV)

Penyakit metabolic saat lahir (misal: galaktosemia dan fenilketouria)

Faktor maternal

Pre eklampsia dan eklampsia

Penyakit renovaskuler kronis

Penyakit vaskuler hipertensif kronis

Malnutrisi

Ibu perokok

Hipoksemia maternal (misal: anemia sel sabit)

Lain-lain meliputi sosio ekonomi rendah, usia ibu yang muda, ibu yang

pendek, anak pertama, dan mutiparitas usia tua.

Faktor plasenta

Insufisiensi plasenta karena pre eklampsia, eklampsia, ataupun kehamilan

lewat bulan

Masalah anatomis meliputi infark multiple dan thrombosis vaskuler umbilical

Pada kehamilan kembar terkait anastomose vaskuler abnormal

Komplikasi

Pada BBLR dapat timbul berbagai masalah, meliputi:

Pada Prematuritas

Ketidakstabilan suhu tubuh

Bayi prematur memiliki kesulitan mempertahankan suhu tubuh akibat:

Peningkatan hilangnya panas

Berkurangnya lemak subkutan

Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan besar

Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan

ketidakmampuan untuk menggigil

Kesulitan bernapas

Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat napas

Page 5: lapsus BBLR

Risiko aspirasi akibat refleks menelan dan refleks batuk yang buruk,

pengisapan dan penelanan yang tak terkoordinir

Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah

Pernapasan periodik dan apnea

Masalah gastrointestinal dan nutrisi

Refleks isap dan menelan yang buruk terutama sebelum 34 minggu

Motilitas usus yang menurun

Pengosongan lambung lambat

Absorpsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang

Defisiensi enzim lactase pada jonjot usus

Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh

Meningkatnya risiko NEC (Necrotizing enterocolitis)

Imaturitas hati

Gangguan konjugasi dan eksresi bilirubin

Defisiensi vitamin K

Imaturitas ginjal

Ketidakmampuan mengekskresi beban cairan yang besar

Akumulasi asam organik dengan asidosis metabolik

Eliminasi obat dari ginjal dapat menghilang

Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hipo/hipernatremi, hiperkalemi,

ataupun glikosuria

Imaturitas imunologis

Berisiko tinggi terkena infeksi karena:

Bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta

selama trimester ketiga

Fagositosis terganggu

Penurunan berbagai faktor komplemen

Masalah neurologis

Refleks isap dan menelan yang imatur

Penurunan motilitas usus

Apnea dan bradikardi berulang

Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel

Pengaturan perfusi serebral yang buruk

Ensefalopati Iskemik Hipoksik

Page 6: lapsus BBLR

Retinopathy of prematurity

Kejang

Hipotonia

Masalah kardiovaskular

Patent ductus arteriosus

Hipotensi atau hipertensi

Masalah hematologis

Anemia

Hiperbilirubinemia terutama indirek

DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)

Penyakit perdarahan pada neonatus

Masalah metabolisme

Hipokalsemi

Hipoglikemi atau hiperglikemi

Pada Pertumbuhan Janin Terhambat

Kematian fetus

Disebabkan oleh insufisiensi plasenta, hipoksia kronis, sampai kelainan bawaan.

Hipoksia

Disebabkan oleh asfiksia perinatal, persistent pulmonary hypertension of the

newborn, sampai aspirasi mekonium.

Hipotermia

Disebabkan kurangnya lemak subkutan dan meningkatnya luas permukaan tubuh.

Selain itu hipoglikemi dan hipoksia juga dapat mengganggu produksi panas pada

bayi.

Hipoglikemi

Disebabkan menurunnya cadangan glikogen, penurunan glukoneogenesis. Dapat

terjadi pada 3 hari pertama.

Polisitemia

Disebabkan peningkatan kadar eritropoetin yang bersifat sekunder terhadap

hipoksia fetus.

Keterlambatan perkembangan

Disebabkan oleh infeksi intrauterin, malformasi berat, hipoksia kronis, asfiksia

pasca kelahiran, sampai hipoglikemi.

Penurunan kekebalan tubuh

Page 7: lapsus BBLR

Disebabkan oleh malnutrisi dan hal ini dapat mempengaruhi hitung limfosit dan

kadar immunoglobulin.

Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat badan lahir bayi serta ditunjang

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk mencari etiologi dan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :

Umur ibu

Riwayat hari pertama haid terakir

Riwayat persalinan sebelumnya

Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

Kenaikan berat badan selama hamil

Aktivitas

Penyakit yang diderita selama hamil

Obat-obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan Fisik

Yang dapat diperiksa saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

Berat badan

Tanda-tanda prematuritas (bayi kurang bulan)

Tulang rawan telinga belum terbentuk

Masih terdapat lanugo

Refleks masih lemah

Alat kelamin luar:

perempuan: labium mayora belum menutup labium minora, sedangkan untuk

laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bayi kecil untuk masa kehamilan)

Tidak dijumpai tanda prematuritas

Kulit keriput

Kuku lebih panjang

3. Pemeriksaan penunjang

Page 8: lapsus BBLR

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan skor ballard, darah

rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas, diperiksa kadar elektrolit dan analisa

gas darah.

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

Injeksi 1 mg im sekali pemberian, atau per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali

pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)

Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya

masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas

dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan

menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah

dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI

merupakan pilihan utama. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang

cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi

menghisap paling kurang sehari sekali. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan iv dan

beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan

bayi adalah sebagai berikut :

Berat lahir 1750 – 2500 gram

Bayi Sehat

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah

merasa letih dan malas minum, anjurkan agar bayi diberi susu lebih sering (contoh:

setiap 2 jam) bila perlu.

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

Bayi Sakit

Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan iv, berikan minum

seperti pada bayi sehat.

Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Page 9: lapsus BBLR

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap

untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh: gangguan

nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:

- Berikan cairan iv dan ASI menurut umur

- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: 3 jam sekali)

Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar

berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi

sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu

tanpa terbatuk atau tersedak.

Berat lahir 1500-1749 gram

Bayi Sehat

Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat

diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru

(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.

Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat

menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada

kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan iv

secara perlahan.

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi

sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

Page 10: lapsus BBLR

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Berat lahir 1250-1499 gram

Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

intravena secara perlahan.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)

Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

cairan intravena secara perlahan.

Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Page 11: lapsus BBLR

Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,

seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau

ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (misalnya hipotermia, kejang,

gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan saat dirawat

Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

Tumbuh kembang

Pantau berat badan bayi secara periodik

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk

bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan beratlahir

<1500)

Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)

dan telah berusia lebih dari 7 hari :

Tingkatkan jumlah ASI 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180

ml/kg/hari

Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar

jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian

ASI hingga 200 ml/kg/hari

Page 12: lapsus BBLR

Ukur berat badan setiap hari, panjang badan, dan lingkar kepala setiap

minggu.

Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/

mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut

(lakukan sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan):

Hitung umur koreksi.

Pertumbuhan meliputi berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala.

Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).

Awasi adanya kelainan bawaan

Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih

buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal

seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemi. Bila hidup,

dapat dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, dan IQ rendah.

Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan adalah langkah yang penting. Hal-hal

yang dapat dilakukan adalah:

Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun

kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,

terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,

dipantau, dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

Berikan penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan, dan perawatan diri selama kehamilan

agar ibu hamil dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandungnya dengan

baik

Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat

(20-34 tahun)

Tanda Kecukupan Pemberian ASI

BAK minimal 6 kali/ 24 jam

Page 13: lapsus BBLR

Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI

BB naik pada 7 hari pertama sebanyak 20 gram/ hari

Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes dari payudara

yg lain.

Indikasi Pulang BBLR

Suhu bayi stabil

Toleransi minum oral baik, terutama ASI

Ibu sanggup merawat BBLR di rumah

Cara Menghangatkan Bayi

Kontak kulit Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan

bayi hipotermi (32-36,4oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.

KMC Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2.500 g, terutama

direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g.

Metode ini tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) ataupun ibu

yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya.

Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.

Dilakukan untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau

menghangatkan kembali bayi hipotermi.

Inkubator Penghangatan berkelanjutan Untuk bayi dengan berat <1.500 g yang

tidak dapat dilakukan KMC.

Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak

memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan. Metode ini tidak untuk

bayi sakit berat.

Page 14: lapsus BBLR

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : Bayi Ny. Icun Jahroliza

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 1 hari

Alamat : Puger Kulon

Tanggal Lahir : 23 Pebruari 2011

DATA AWAL MASUK PKM

Anamnesis

Bayi lahir pada tanggal 23 Pebruari 2011 pada jam 00.15 WIB partus secara spontan. Ketika

lahir, bayi tidak menangis. Dilakukan manajement asfiksia dengan metode HAIKAP,

kemudian bayi menangis kuat.

Pemeriksaan

Page 15: lapsus BBLR

Jenis kelamin : laki-laki

BB Lahir : 2600 gram

Panjang Lahir : 46 cm

Lain-lain : cacat (-), anus (+), Bayi tidak mau menyusu, dan tiap diberi ASI bayi

muntah.

Pengobatan

Infus D5/NS RL 28 tpm

Gentamycin 0,5 cc iv

Colsan 0,5 cc iv

FOLLOW UP (tanggal 23-25 Pebruari 2011)

Tanggal 23 Pebruari 2011

Anamnesis

Keluhan utama (saat lahir):

Bayi kecil dan tidak dapat menyusu RPS (saat lahir):

Bayi lahir tanpa tangis kemudian dengan manajemen asfiksia dengan metode

HAIKAP bayi menangis kuat. Bayi lahir dengan BB 2600 gram, panjang 46 cm, tanpa

cacat dan dengan anus. Bayi tidak mau menyusu dan tiap diberi ASI, bayi muntah.

Riwayat Kehamilan:

Bayi ini adalah anak pertama. Sebelumnya ibu tidak pernah keguguran/abortus,

selama hamil tidak pernah mengalami sakit berat, dan selalu memeriksakan diri ke

bidan secara teratur setiap bulan.

Nafsu makan ibu meningkat selama kehamilan, tetapi berat badan ibu hanya naik 15

kg selama hamil. Ketika ditanyakan masalah makan, pada saat hamil usia 1-4 bulan

ibu sering muntah-muntah dan pada 1 bulan akhir kehamilan ibu hanya makan nasi

pecel dan sering diare. Sehari menjelang kelahiran ibu tidak makan sama sekali.

Selama hamil ibu tidak minum jamu-jamuan, merokok, maupun mengkonsumsi obat

selain obat yang diberikan oleh posyandu.

Jika dihitung dari HPHT bayi lahir cukup bulan yaitu lahir pada usia kehamilan 38-39

minggu.

Riwayat Persalinan:

Ibu melahirkan pada usia 40 tahun (risiko tinggi). Bayi lahir dengan letak sungsang

dengan APGAR score 4-6 dimana bayi saat lahir tidak menangis. Bayi kemudian

Page 16: lapsus BBLR

menangis setelah dilakukan manajement asfiksia dengan metode HAIKAP. Ketuban

pecah sekitar jam 18.30 (maghrib) dan jernih.

Keluhan saat di follow up:

Bayi tidak mau menetek dan ASI tidak keluar.

Pemeriksaan

Pemeriksaan Umum:

Keadaan Umum : Lemah

Vital Sign :

N : 120x/menit

RR : 32x/menit

t : 36,5° C

Pemeriksaan Khusus:

Napas bayi berbunyi tetapi tidak ada suara napas tambahan pada auskultasi pulmo,

bayi tidak apneu maupun dispneu, tidak ikterik, tidak sianosis, dan tidak ada tanda-

tanda sepsis. Pada pemeriksaan extramitas:

Akral Hangat : Superior : ka/ki : +/+

Inferior : ka/ki : +/+

Oedem : Superior : ka/ki : -/-

Inferior : ka/ki : -/-

Tanggal 24 Pebruari 2011

Anamnesis

Keluhan saat di follow up:

Bayi masih tidak mau menetek tetapi sudah mau minum susu formula melalui dot. ASI hanya

keluar sedikit.

Pemeriksaan

Pemeriksaan Umum:

Keadaan Umum : Baik

Vital Sign :

N : 122x/menit

RR : 40x/menit

t : 36,3° C

Page 17: lapsus BBLR

Pemeriksaan Khusus:

Napas bayi masih berbunyi tetapi tidak ada suara napas tambahan pada auskultasi

pulmo, bayi tidak apneu maupun dispneu, tidak ikterik, tidak sianosis, dan tidak ada

tanda-tanda sepsis. Pada pemeriksaan extramitas:

Akral Hangat : Superior : ka/ki : +/+

Inferior : ka/ki : +/+

Oedem : Superior : ka/ki : -/-

Inferior : ka/ki : -/-

Tanggal 25 Pebruari 2011

Anamnesis

Keluhan saat di follow up:

Bayi masih tidak mau menetek tetapi sudah mau minum susu formula melalui dot. Keinginan

bayi untuk minum susu meningkat, bayi tidak rewel, dan BAB lancar serta tidak diare. ASI

masih keluar sedikit-sedikit.

Pemeriksaan

Pemeriksaan Umum:

Keadaan Umum : Baik

Vital Sign :

N : 130x/menit

RR : 41x/menit

t : 36,5° C

Pemeriksaan Khusus:

Napas bayi sudah tidak berbunyi dan tidak ada suara napas tambahan pada auskultasi

pulmo, bayi tidak apneu maupun dispneu, tidak ikterik, tidak sianosis, dan tidak ada

tanda-tanda sepsis. Pada pemeriksaan extramitas:

Akral Hangat : Superior : ka/ki : +/+

Inferior : ka/ki : +/+

Oedem : Superior : ka/ki : -/-

Inferior : ka/ki : -/-

Diagnosis

BBLR

Page 18: lapsus BBLR

Terapi

Tanggal 24 Pebruari 2011

Infus NS 28 tpm micro

Injeksi Gentamycin 0,5 cc iv

Po (-)

Tanggal 25 Pebruari 2011

Dilakukan imunisasi dan koordinasi dengan bidan terkait kontrol ke posyandu untuk bayi

selanjutnya.

Prognosis

Ad Bonam

DAFTAR PUSTAKA

Azis, Abdul L. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak, edisi III.

Surabaya: RSU Dokter Sutomo.

Bickley, Lynn S. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC

Kosim, S. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak

Indonesia.

Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).

Departemen Kesehatan.

Suraatmaja, S. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Denpasar: RSUP

Sanglah.