16
FRAKTUR SINISTRA I. PENGERTIAN Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (. !erswari" #$%$ & #'' . Fraktur atau pata adalah terputusnya kontinuitas )aringan tulang atau tulang rawan yang umumn disebabkan oleh rudapaksa (*ans)oer" +,,, & -' . Fraktur tertutup adalah b ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah /ragmen meluas melewati otot dan kulit" dimana potensial untuk ter)adi in/eksi (S)amsuhida)at" #$$$ & ##-% . Fraktur /emur adalah terputusnya kontinuitas batang /emur yang bisa te akibat trauma langsung (ke0elakaan lalu lintas" )atuh dari ketinggian " dan lebihbanyak dialamioleh laki1laki dewasa. 2atah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang 0ukup banyak" mengakibatkan pendertia )atuh dal syok (FKUI" #$$3&3'- Fraktur ole0ranon adalah /raktur yang ter)adi pada sik disebabkan oleh kekerasan langsung" biasanya kominuta dan disertai oleh /ra atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI" #$$3&33- . “Open Fraktur Humerus SinistraKominutif Post ORIF” Istilah FRAKTUR . Fraktur adalah terputusnya kontinuitas )aringan tulang4tulan yang umumnya disebabkanoleh ruda paksa4trauma (*ans)oer" +,,,& 3. HUERUS merupakan lengan atas.“Fraktur Tu!an" Humerus” adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus. 5ambaran yang s mun0ul pada pasien dengan /raktur adalah patah tulang traumatik dan 0edera lunak biasanya disertai nyeri" mungkin tampak )elas posisi tulang atau ekst yang dialami" pembengkakandisertai /raktur akan menyertai proses. 6alu ada SINISTRA . Sinistra merupakan nama lain dari bagian kiri. *isal Humerus Sinistra berarti lengan kiri. 6awannya adalah #e$tra " alias bagian kanan. ORIF %Open Re#u&tion 'it( Interna! Fi$ation) adalah satu tindakan untuk melihat /raktur langsung dengan teknik pembedahan yang men0akup di dalamnya pemasangan pen" skrup" logam atau protesa untuk memobilisasi /raktu penyembuhan (7epkes" #$$3&$3 . Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki pos /ragmen tulang pada /aktur terbuka yang tidakdapat di reposisi tapisulit dipertahankan. Nah" untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilak tindakan operasi !RIF. Indikasi dilakukannya operasi !RIF yaitu /raktur yan bisa sembuh" /raktur yang tidak bisa direposisi tertutup" /raktur yang dapa tetapi sulit dipertahankan" /raktur yang berdasarkan pengalaman memberi has lebih baik dengan operasi (Reksoperasirod)o" #$$3&3#- . Kominutif " /raktur dengan tulang pe0ah men)adi beberapa bagian. 1

Fraktur Sinistra

  • Upload
    aguz-pu

  • View
    44

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fraktur sinistra laporan makalah

Citation preview

FRAKTUR SINISTRAI. PENGERTIANFraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543) Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553). Open Fraktur Humerus Sinistra KominutifPost ORIF Istilah FRAKTUR. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa/trauma (Mansjoer, 2000:75). HUMERUS merupakan lengan atas. Fraktur Tulang Humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus. Gambaran yang sering muncul pada pasien dengan fraktur adalah patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri, mungkin tampak jelas posisi tulang atau ekstremitas yang dialami, pembengkakan disertai fraktur akan menyertai proses.Lalu ada SINISTRA. Sinistra merupakan nama lain dari bagian kiri. Misal Humerus Sinistra berarti lengan kiri. Lawannya adalah dextra, alias bagian kanan.ORIF (Open Reduction with Internal Fixation) adalah satu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan teknik pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan (Depkes, 1995:95). Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada faktur terbuka yang tidak dapat di reposisi tapi sulit dipertahankan. Nah, untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF. Indikasi dilakukannya operasi ORIF yaitu fraktur yang tidak bisa sembuh, fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup, fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan, fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi (Reksoperasirodjo, 1995:513).Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa bagian.Wound dehiscence merupakan robek atau pecahnya luka parsial atau total. Faktor resiko kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, batuk berlebihan, muntah, dehidrasi mempertinggi resiko mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka yang saya alami terjadi pada jahitan paling luar akibat keluarnya cairan bengkak di lengan kiri.

II. ETIOLOGI Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. 2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. 3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat. b. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif. 2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. 3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah. c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

III. PATOFISIOLOGI

1. Fase hematum Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat2. Fase granulasi jaringan Terjadi 1 5 hari setelah injury Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.3. Fase formasi callus Terjadi 6 10 harisetelah injuri Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus4. Fase ossificasi Mulai pada 2 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah

5. Fase consolidasi dan remadelling Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas

IV. TANDA DAN GEJALA1. DeformitasDaya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :a. Rotasi pemendekan tulangb. Penekanan tulang2. BengkakEdema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur5. Tenderness/keempukan6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)8. Pergerakan abnormal9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah10. Krepitasi.( Joyce. M. Black, 1993 : 199 )

VII. Kemungkinan diagnosa yang terjadi Post Op Fraktur Cruris1. Nyeri berhubungan dengan spasma otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips3. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit barhubungan dengan perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur dengan post op sindrom emboli atau infeksi 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak ada kuatnya pertahanan primer kerusakan kulit, trauma jaringan

2.3 Intervensi Keperawatan2.3.1. Dx. ITujuan : Bebas nyeri, ekspresi wajah rileks, tidak merintih.Intervensi a. Pertahankan tirah baring sampai fraktur berkurang R/ Nyeri dan spasma otot dikontrol oleh imobilisasi b. Pertahankan fraksi yang diprogramkan R/ Mengobilisasikan fraktur dan mengurangi nyeri c. Pantau TD, nadi, respirasi, intensitas nyeri, tingkat kesadaran tiap 4 jam R/ Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan d. Berikan obat analgesik dan evaluasi keefektifannya R/ Anal gesik mengurangi imbang nyeri e. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman R/ Posisi yang nyaman berfungsi untuk relaksasi 2.3.2. Dx IITujuan : mendemontrasikan tidak adanya komplikasi otot dengan kakauan sendi, BAB konsistensi lunakIntervensi e. Pantau keadaan umum tiap 8 jam R/ mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkanf. Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cedera atau pengobatan dan perhatian persepsi klien terhadap imobilisasi instruksikanR/ klien dibatasi oleh persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual memerlukan informasi atau intervensi untuk meningkatkan kesehatang. Klien dalam rentan gerak, klien aktif dalam ekstermitas yang tidak sakitR/ meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatan tonus otot, mempertahankan gerak sendi mencegah kontraktur dan resorobsi kalsium yang tidak digunakanh. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk atau nafas dalamR/ mencegah onsiden komplikasi kulit atau pernafasani. Bantu perawatan diriR/ meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan diri langsungj. Awasi TD saat melakukan aktivitas perhatikan keluhan pusing.R/ hipotensi postural merupakan masalah yang umum mengenai tirah baring yang lama.2.3.3 DX IIIIntervensi :3) Kaji kulit untuk luka terbuka benda asing, perdarahan, perubahan warnaR/ memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang disebabkan oleh fraksi4) Masase kulit penonjolan tulangR/ menurunkan tekanan pada area yang sama dan menurunkan resiko kerusakan kulit5) Ubah posisi tipa 2 jamR/ meminimalkan kerusakan kulit6) Observasi area yang terkena R/ tekanan dapat mengakibatkan ulserasi nekrosis dan kelumpuhan syarafDX IVTujuan : mencapai penyembuhan sesuai dengan waktu bebas drainase, porulen, uritema dan demamIntervensi :a. Infeksi kulit adanya iritasi robekan kontinuitasR/ deteksi tanda mulianya peradanganb. Berikan perawatan kulitR/ mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksic. Kaji tonus otot reflek tendon dan kemampuan untuk bicaraR/ kekuatan otot sepasme tonik otot rahang, difagia menunjukkan osteomelitis d. Selidiki nyeri tiba tiba keterbatasan gerak odema lokal dan eritema extrimitas yang cedera.III. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :1) Derajat I- luka kurang dari 1 cm- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.- fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.- Kontaminasi ringan.

2) Derajat II- Laserasi lebih dari 1 cm- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse- Fraktur komuniti sedang.

3) Derajat IIITerjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.c. Fraktur complete Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).d. Fraktur incomplete Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.e. Jenis khusus fraktura) Bentuk garis patah1) Garis patah melintang2) Garis pata obliq3) Garis patah spiral4) Fraktur kompresi5) Fraktur avulsib) Jumlah garis patah1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.c) Bergeser-tidak bergeser Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001:2357).

VIII . PATOFISIOLOGIProses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :1. Fase hematum Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat2. Fase granulasi jaringan Terjadi 1 5 hari setelah injury Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.3. Fase formasi callus Terjadi 6 10 harisetelah injuri Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus4. Fase ossificasi Mulai pada 2 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah5. Fase consolidasi dan remadelling Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993 : 19 ).

V. TANDA DAN GEJALA1. DeformitasDaya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :a. Rotasi pemendekan tulangb. Penekanan tulang2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur5. Tenderness/keempukan6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)8. Pergerakan abnormal9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto Rontgen Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsungMengetahui tempat dan type frakturBiasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).VII. PENATALAKSANAAN 1. Fraktur Reduction Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien. Peralatan traksi : o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek o Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang. 2. Fraktur Immobilisasi Pembalutan (gips) Eksternal Fiksasi Internal Fiksasi Pemilihan Fraksi3. Fraksi terbuka Pembedahan debridement dan irigrasi Imunisasi tetanus Terapi antibiotic prophylactic Immobilisasi (Smeltzer, 2001).MANAJEMEN KEPERAWATANI. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi : a. Sirkulasi Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus). b. Integritas ego Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis. c. Makanan / cairan Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi). d. Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok. e. Keamanan Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse. Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam. f. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi : 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik. 4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan. 5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan. 6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20) Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40). Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi : 1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang. Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang - Klien tampak tenang. Intervensi dan Implementasi : a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri. d. Observasi tanda-tanda vital. R/ untuk mengetahui perkembangan kliene. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan. Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri. - pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu. - Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik. Intervensi dan Implementasi : a. Rencanakan periode istirahat yang cukup. R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal. b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap. R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini. c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan. R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali. d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien. R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan. Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. Kriteria Hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. Intervensi dan Implementasi : a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat. b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka. R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi. c. Pantau peningkatan suhu tubuh. R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan. d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas. R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement. R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya. f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan. R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi. g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih. Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang. - melakukan pergerakkan dan perpindahan. - mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi, dengan karakteristik : 0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat Bantu. 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu. 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi dan Implementasi : g. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan. R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi. h. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan. i. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal. j. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.k. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi. R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit. Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol. Kriteria hasil :- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. Intervensi dan Implementasi : a. Pantau tanda-tanda vital. R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat. b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik. R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen. c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll. R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial. d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit. R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi. e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. - memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan. Intervensi dan Implementasi: a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

IX. EVALUASI Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah : 1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan. 2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. 3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai 4. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. 5. Infeksi tidak terjadi / terkontrol 6. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA Black, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : PhiladelpiaBoedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta. Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, JakartaDoenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta. E.Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. JakartaNasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta. Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : JakartaWilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta. FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta2