Upload
irfan-andika
View
418
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebabkan peningkatan
kebutuhan pakan untuk menghasilkan produk peternakan. Kualitas produk pangan
dari ternak tidak lepas dari kualitas pakan yang ada dalam usaha peningkatan
produktifitas ternak yang dipelihara. Biaya pakan merupakan biaya terbesar.
Untuk itu berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan biaya pakan dan juga
untuk meningkatkan nilai nutrisi dengan cara memperbaiki tenik-teknik
pengolahan pakan. Disamping tuntutan untuk meningkatkan kinerja produksi
ternak, juga adanya tuntutan untuk memperhatikan kesehatan manusia sebagai
konsumen produk peternakan.
Teknologi pengolahan pakan merupakan satu/kombinasi beberapa
perlakuan yang diperlukan untuk memaksimalkan potensi nilai nutrisi sebuah
bahan pakan, sehingga peranannya tidak dapat diabaikan karena merupakan
komponen penting baik dari segi nilai nutrisi maupun biayanya. Tujuan
pengolahan pakan yaitu untuk meningkatkan keuntungan, mengubah ukuran
partikel, mengubah kadar air, mengubah densitas pakan, meningkatkan
palatabilitas, mengubah kandungan nutrien, mempertahankan kualitas selama
penyimpanan dan mengurangi kontaminasi. Walaupun teknologi pakan banyak
didominasi oleh aspek nutrisi tetapi yang terpenting adalah yang berhubungan
dengan aspek manufacturing atau aspek fabrikasi pakan dalam menghasilkan
suatu produk. Beberapa sisi penting dari teknologi manufacturing diantaranya
yaitu grinding, mixing dan pelleting.
Praktikum Pengantar Fabrikasi Pakan meliputi pembuatan pellet dan
kontrol kualitas pakan yang terdiri dari uji kualitas pellet (Durability Pellet), uji
kandungan urea, uji kandungan sekam dan uji bulk density. Dengan praktikum
tersebut diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang proses pembuatan pellet
serta uji-uji yang harus dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan pakan
maupun pakan jadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas merupakan suatu cara untuk mengontrol kualitas suatu
hasil produk dalam hal ini pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan customer.
Konsep total quality adalah hasil produk memenuhi syarat yang dikehendaki,
adanya program quality assurance (jaminan mutu) untuk mencegah terjadinya
kekeliruan serta standar yang ditetapkan akan selalu memenuhi syarat tanpa cacat
setiap saat (Boniran, 1999).
Tujuan kontrol kualitas bahan baku dalah untuk menjamin atau
memastikan bahwa spesifikasi minimal kontrak dari kualitas bahan baku sudah
sesuai dan terpenuhi. Pengawasan (kontrol kualitas) yang dilakukan dapat
memberikan informasi yang tepat tentang kandungan zat makanan dan anti
kualitas yang terkandung didalamnya atau racun dari bahan baku, sehingga nilai
nutrisi yang diinginkan dari ransum sebagai produk akhir akan didapat dengan
baik dan tepat (Agus, 1999).
Menurut Kamal (1997) ada empat metode pengujian kualitas pakan yang
dapat dilakukan atau dikerjakan, yaitu: (1) pengujian secara fisik, (2) pengujian
pakan secara khemik, (3) pengujian pakan secara kombinasi fisik dan khemik, dan
(4) pengujian pakan secara biologi. Keempat pengujian pakan tersebut diatas tidak
harus dikerjakan semuanya karena setiap pengujian jelas memerlukan biaya, oleh
sebab itu pengerjaannya harus disesuaikan dengan besar kecilnya biaya yang
tersedia.
Pada bahan pakan yang baru datang ke pabrik perlu dilakukan pengujian
secara fisik untuk mengetahui: (a) kadar air, adanya jamur menunjukan kerusakan
akibat tingginya kandungan air; (b) adanya sisa-sisa metal (logam Berat), batu,
kotoran dan bahan kontaminan non-biologis lainnya dan; (c) adanya serangga.
Kadar air dari pakan asal butiran (sereal) perlu diukur dengan alat pengukur kadar
air secara cepat (fast moisture tester) yang tersedia secara komersial. Bahan pakan
yang mengandung kadar air lebih dari 13% akan rentan terhadap serangan
serangga dan jamur dan hal ini harus disimpan secara terpisah. Sebaliknya, bahan
yang tinggi kadar airnya terlebih dahulu dikeringkan sebelum disimpan (Agus,
1999).
Zuprizal (1999) menyatakan untuk mengetahui kandungan nutrient bahan
baku pakan dapat dilakukan dengan analisis proksimat. Analisis proksimat
dilakukan denagn metode Wendee yang telah ditetapkan oleh Association of
Official Analitical Chemist (AOAC, 1990). Dengan metode Wendee dapat
diketahui enam fraksi penyusun bahan pakan yaitu kadar air, kadar abu, serat
kasar, protein kasar, ekstrak ether, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (Kamal,
1992).
Mixing
Mixing (pencampuran) merupakan suatu faktor yang penting dalam proses
produksi pakan ternak. Pencampuran merupakan suatu proses yang mencakup
proses pengadukan dan pengacakan. Pengadukan berarti meningkatkan
keseragaman. Pencampuran bertujuan untuk menggabungkan beberapa bahan
(komponen) dengan cara menyebarkan bahan dalam pembandingan yang tetap
(Agus, 1999).
Pencampuran harus dilakukan dengan benar agar campuran bisa rata
sehingga kadar nutrien yang diterima masing-masing ternak sama. Apabila
campuran tidak merata maka terjadi ketidakseimbangan nutrien dalam ransum
(Widayati, 1996).
Cara mencampur dilakukan dua macam cara yaitu secara manual dan
menggunakan mesin (Feedmill).
Pencampuran manual. Pakan dibuat dengan menggunakan alat sederhana
dan dengan tangan yang dilakukan di atas lantai. Alat yang digunakan adalah
sekop. Dilakukan di atas lantai yang bersih dan rata. Bahan-bahan pakan (sesuai
dengan formula) ditimbang, kemudian ditaburkan diatas lantai yang sudah
dibersihkan. Bahan-bahan disusun vertikal menurut persentase (bahan yang paling
banyak ditempatkan paling bawah), khusus untuk bahan dengan partikel kecil dan
sedikit jumlahnya (premix, kapur) sebelum ditaburkan harus dicampur terlebih
dahulu (premixing). Pengadukan pertama dilakukan secara acak untuk
menyempurnakan pengadukan pertama. Bahan-bahan yang dicampur betul-betul
tercampur secara merata dan homogen. Pencampuran dilakukan selama kurang
lebih 15 menit maka pakan sudah siap diberikan (Kartadisastra, 1994).
Pencampuran dengan menggunakan mesin (Feedmill). Merupakan
pencampuran bahan pakan dengan menggunakan peralatan atau mesin pencampur
(mixer). Semua bahan pakan yang diperlukan dimasukkan ke dalam mixer. Untuk
bahan pakan yang memiliki partikel yang sangat kecil jumlahnya sedikit (premix,
vitamin) dilakukan pencampuran pendahuluan (Premixing) supaya merata
(Kartadisastra, 1994).
Pada prinsipnya adalah mencampur komposisi bahan baku secara merata.
Semua bahan baku yang sudah ditimbang sesuai dengan perhitungan dimasukkan
ke dalam mixer dengan bantuan silinder yang melingkari spiral secara otomatis
semakin banyak komposisi bahan baku yang dimasukkan maka semakin beraneka
ragam tercampur merata dan bergantian turun ke bawah (Murtidjo, 1987).
Menurut Agus (1998), pencampuran yang sempurna hanya dapat dicapai
pada bahan berbentuk cair dan gas. Pada bahan berbentuk padat tidak mungkin
dicapai pencampuran yang homogen, karena selama proses pencampuran ada
kecenderungan dari partikel yang telah tercampur terpisah kembali. Menurut
Tangendjaja (2000) mixing memegang peranan penting dalam menentukan
keberhasilan pembuatan ransum yang baik dan efisien. Variasi dalam pengadukan
dapat mempengaruhi penampilan ternak yang mengkonsumsinya terutama pada
ternak muda, sebab zat gizi dalam ransum harus komplit masuk kedalam tubuh
ternak dalam sekali patuk.
Pelleting
Pakan dapat berbentuk pellet atau pil, adalah bentuk ekonomis yang
umumnya dibuat pabrik untuk pakan ternak usia dewasa. Keuntungan pemakaian
jenis pakan ini ialah untuk meningkatkan konsumsi pakan dan meningkatkan
kadar energi metabolisme pakan seperti : komposisi pakan yang mengandung
energi metabolisme rendah dan pakan yang memiliki serat kasar tinggi dan
mengurangi jumlah pakan terbuang.
Dari segi ekonomis, pemakaian jenis pakan ini akan memperpanjang lama
penyimpanan dan menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan yang terkandung
dalam komposisi pakan.
Cara sederhana membuat pakan bentuk pellet: 1). Semua bahan baku
pakan ternak digiling lembut, selanjutnya diaduk sampai merata, 2). Pakan yang
sudah diaduk, diuapi sampai merata proses penguapannya. Selama penguapan
dengan panas yang berkisar 80-90oC dari bahan baku jagung dan bekatul yang
mengandung zat tepung terjadi pemerasan zat tepung itu langsung jadi perekat, 3).
Bila penguapan sudah merata, pakan ditekan dan digiling dengan alat pencetak
atau alat penggiling, sehingga keluar bentuk memanjang. Bentuk yang memanjang
itu bisa langsung bisa dipotong-potong dengan ukuran 3mm - 5mm. Bila
menggunakan alat pengiling, usahakan lubang keluar pada alat ditutup sebagian
agar pakan berbentuk memanjang yang keluar tidak saling berhimpitan, 4).
Setelah selesai dipotong-potong, pakan pellet yang masih basah dijemur sampai
cukup kering, 5). Pakan ternak bentuk pellet yang sudah kering siap diberikan
pada ternak (Murtidjo, 1989).
BAB III
MATERI DAN METODE
Materi
Pembuatan Pellet
Alat. Alat yang digunakan yaitu plastik, ember, mesin pellet.
Bahan. Bahan yang digunakan yaitu bungkil kelapa, dedak halus, jagung
giling, minyak, mollases, dan tepung kanji
Uji Kualitas Pellet (Durability Pellet)
Alat. Alat yang digunakan adalah fisher wheller, timbangan dan plastik.
Bahan. Bahan yang digunakan yaitu pakan pellet hasil pelleting.
Uji Kandungan Urea
Alat. Alat yang digunakan yaitu beaker glass 200 ml, petri dish, kertas
saring Whatman no 42 dan pipet tetes.
Bahan. Bahan yang digunakan yaitu ekstrak urease, larutan urea 1%, 2%,
3% dan 5% sebagai standar, larutan indikator Bromothymol Blue (BTB) dan
aquades serta bahan pakan yang akan diuji.
Uji Kandungan Sekam
Alat. Alat digunakan petri dish dan pipet tetes.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah larutan phloroglucinol 1% dan
sampel dedak atau bahan pakan yang akan diuji.
Uji Bulk Density (Berat Jenis)
Alat. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik dan gelas ukur.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah sampel bahan pakan yang akan
diuji.
Metode
Pembuatan pellet
Bahan pakan ditimbang dan dicampur sesuai dengan formulasi.
Pencampuran bahan pakan dilakukan secara manual. Hasil pencampuran langsung
dimasukkan ke dalam mesin pellet yang dilanjutkan dengan proses pemeletan.
Uji Kualitas Pellet (Durability Pellet)
Timbang sampel pellet sebanyak 500 gram dengan menggunakan plastik
putih (plastik ditimbang dahulu dan dicatat beratnya). Masukkan pellet ke dalam
alat ayakan dan diputar selama 3 menit. Selanjutnya timbang sampel pellet yang
tidak hancur dalam ayakan/saringan dan hasilnya dicatat.
Uji Kandungan Urea
Pembuatan ekstrak urease. Kedelai mentah digiling hingga halus
(diayak atau disaring). Ambil bubuk kedelai 50g lalu dicampur dengan 200 ml
aquades, diaduk-aduk hingga merata kemudian didiamkan semalam. Paginya
saring ekstrak urease.
Pembuatan urea test paper. 10 ml ekstrak urease dicampur dengan 10 ml
larutan indikator (BTB). Celupkan kertas saring (Whatman no.42) dalam larutan
tersebut hingga tercelup merata diseluruh permukaan kertas. Keringkan kertas
tersebut dengan cara diangin-anginkan atau dipanaskan. Kertas akan berwarna
kuning orange ketika kering.
Pengujian kandungan urea (urea test paper). Teteskan larutan urea
standar pada urea test paper. Kemudian letakkan sedikit sampel bahan pakan
diatas urea test paper dan tetesi sampel tersebut dengan aquades. Apabila bahan
mengandung urea, maka akan ditunjukkan dengan perubahan warna (menjadi
warna biru) pada urea test paper. Intensitas warna menunjukkan kuantitas
kandungan urea.
Uji Kandungan Sekam
Masukkan sampel bahan pakan ke dalam petri dish, ratakan ke seluruh
permukaan petri dish. Teteskan larutan phloroglucinol 1% secara merata ke
seluruh permukaan sampel bahan sehingga basah seluruhnya. Perubahan yang
akan terjadi apabila bahan mengandung rice hulls (sekam) adalah muncul warna
merah pada bahan yang diuji.
Uji Bulk Density
Timbang wadah yang akan digunakan (gelas ukur atau beaker glass).
Masukkan sampel bahan pakan kedalam wadah tersebut (padatkan dan usahakan
sesedikit mungkin adanya rongga antar bahan pakan). Bandingkan berat sampel
dengan volumenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Pelleting
Pada praktikum pembuatan pellet digunakan bahan baku berupa jagung,
bungkil kedelai, bekatul, tepung ikan, molases, tepung tapioka dan minyak.
Jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan sebagai sumber protein. Bekatul dan
tepung tapioka berguna agar pellet yang dibuat mempunyai daya rekat setelah
dipanaskan dan minyak dan molases sebagai bahan peningkat palatabilitas dan
bahan perekat.
Pada proses pembuatan pellet metode yang digunakan yaitu dengan cara
bahan pakan yang digunakan untuk membuat pellet ditimbang sesuai dengan
proporsinya setelah itu bahan yang sudah ada direkatkan dengan menggunakan air
panas dimana salah satu penyusun pellet menggunakan tepung tapioka sehingga
ketika dalam keadaan panas bahan tersebut akan mengikat bahan yang lain
sehingga dalam pencetakan nanti pellet yang dihasilkan lebih kompak. Tetapi,
perlu diketahui bahwa penambahan air panas jangan sampai kelebihan atau
kurang karena hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas pellet yang dihasilkan.
Setelah semua bahan pakan tercampur maka pellet siap dicetak dengan
menggunakan mesin pellet.
Hasil pembuatan pellet yang dilakukan mengalami kegagalan dan setelah
diperhatikan ternyata terjadi kesalahan yaitu kurangnya kadar air sehingga pellet
yang dihasilkan tidak sesuai ukuran screen dan tidak bisa merekat atau daya rekat
antar partikel rendah. Selain itu karena keadaan campuran bahan pakan kurang
kandungan air sehingga hal ini menyebabkan kemacetan pada alat pelleting.
Durability Pellet
Pada uji kualitas pellet (durability pellet) ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui ketahanan dari pellet terhadap ayakan dimana semakin tahan terhadap
ayakan maka kualitas pellet tersebut semakin baik. Dalam praktikum ini
digunakan 2 jenis pellet yaitu pellet yang dibuat oleh pabrik pakan dan pellet yang
dibuat waktu praktikum. Dari hasil pengujian diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengujian Kualitas Pellet
No pellet pabrik pellet hasil praktikumPersentase
(%)Berat Sampel +
PlastikPersentase
(%)Berat Sampel
+ Plastik6 5,68 198,8 5,95 198,15 0,0072 1,7 0,0176 1,34 0,00192 1,5 0,0060 0,93 0,00144 1,5 0,0015 0,62 0,00192 1,5 0,0030 0,81 0,00048 1,5 0,001008 0,80 0 1,8 0 1,2
Untuk tiap-tiap sampel yang digunakan sebesar 200 gram dimana berat
plastik sebesar 1,4 gram untuk pellet pabrik dan 1,3 gram untuk pellet hasil
praktikum. Pellet yang akan diuji kekuatannya dimasukkan dalam alat yang
disebut Fisher Willer, dimana ada 7 buah tingkatan yang semakin ke bawah
semakin kecil. Untuk tiap-tiap sampel dilakukan pengayakan selama 3 menit.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu mengguncang dari pellet yang ada sehingga apabila
pellet yang memiliki ketahanan yang rendah akan hancur lebih mudah untuk
hancur.
Berdasarkan hasil pengayakan tersebut nantinya akan dihasilkan 3 kategori
ukuran yaitu kasar, medium, dan halus. Hal ini karena alat ini (fisher willer)
dilengkapi dengan ayakan (screen) sehingga sampel dilewatkan ayakan tersebut
dan penampung. Pada praktikum ini kedua sampel yaitu pellet dari pabrik dan
pellet yang dibuat saat praktikum termasuk dalam kategori medium (dengan skor
6).
Penentuan kategori dengan alat ini hampir sama prinsip kerjanya dengan
menggunakan Modulus of Uniformity dan Modulus of Fineness. Untuk Uniformity
diekspresikan ratio tiga bentuk yang diindikasikan proporsi hasil penggilingan
kasar, medium dan halus sedangkan untuk Modulus of Fineness ini berdasarkan
hasil perhitungan dan kemudian dibandingkan ke tabel (indeks) yang telah ada
(Utomo, 2005).
Perbedaan ketahanan atau kekuatan pellet ini dipengaruhi oleh proses
pembuatan. Proses pembuatan ini meliputi bahan yang digunakan, keadaan
campuran apakah terlalu kering atau terlalu basah, dan alat yang digunakan
(Agus,1999).
Tabel 2. Hasil Uji Kandungan Urea
No Jenis Bahan KandunganUrea %
Hasil Praktikum(Warna)
Keterangan
1 Tepung ikan Chili
- Coklat warna asli Tdk ada kandungan urea
2 Mineral Elektrolit
>5 Biru pekat Ada kandungan urea
3 Konsentrat HQFS
1 Biru muda Ada kandungan urea
4 Jagung giling - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea
5 Bungkil kedelai - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea
6 Wheat bran - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea
7 Bekatul - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea
8 Bungkil kalapa - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea
9 Konsentrat ayam 1 Biru muda Ada kandungan urea
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui kandungan urea dari
berbagai bahan pakan,dengan menggunakan urea test paper.dari percobaan diatas
didapat bahwa beberapa bahan pakan yang mengandung urea dan ada yang tidak
mengandung urea.
Pada uji urea dengan bahan pakan tepung ikan yang berasal dari Chili
tidak mengindikasikan adanya perubahan warna ini berarti bahwa pada bahan
pakan tersebut tidak mengandung urea, lain halnya pada pengujian dengan bahan
pakan mineral elektrolit terjadi perubahan warana asli menjadi biru pekat ini
mengindikasikan bahwa dalam mineral elektrolit mengandung urea ± 5%, bagitu
juga pada konsentrat HQFS dan konsentrat ayam terjadi perubahan warna
meskipun tidak sepekat pada mineral elektrolit ini mengindikasikan bahwa pada
konsentrat HQFS dan konsentrat ayam mengndung urea yang kadarnya ± 1% ini
didapat dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan warna pada
standar yang terlebih dahulu dibuat
Pada pengujian dengan menggunakan bahan pakan jagung giling, bungkil
kedelai, wheat bran, bekatul dan bungkil kelapa tidak terjadi perubahan warna ini
mengindikasikan bahwa pada bahan pakan tersebut tidak mengandung urea.
Tabel 3. Hasil Uji Kandungan Sekam
No Jenis bahan pakan Hasil praktikum(warna)
Keterangan
1 Bekatul Merah Terdapat sekam2 Wheat pollard Merah Terdapat sekam3 Wheat brand Merah Terdapat sekam4 Tepung ikan Seperti warna asli Tidak terdapat sekam5 Jagung giling Seperti warna asli Tidak terdapat sekam6 Bungkil kedelai Seperti warna asli Tidak terdapat sekam7 Bungkil kelapa Seperti warna asli Tidak terdapat sekam8 Konsentrat ayam Seperti warna asli Tidak terdapat sekam9 Konsentrat HQFS Seperti warna asli Tidak terdapat sekam
Pada uji kandungan sekam larutan yang digunakan adalah phloroglucinol
1% larutan ini mengindikasikan bahwa bahan pakan yang mengandung sekam
setelah ditetesi larutan phloroglucinol 1% akan berubah warnanya menjadi merah.
Pada pegujian dengan menggunakan bahan pakan bekatul, wheat pollard,
dan wheat brand terjadi perubahan warna dari warna asli menjadi merah , setelah
ditetesi phloroglucinol 1% ini mengindikasikan bahwa pada bahan pakan tersebut
mengandung sekam, sedangkan pada bahan pakan tepung ikan, jagung giling,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, konsentrat ayam, konsentrat HQFS, setelah
ditetesi phloroglucinol 1% tidak terjadi perubahan warna ini mengindikasikan
bahwa pada bahan pakan tersebut tidak mengandung sekam.
Tabel 4. Hasil Uji Bulk Density Bahan PakanNo Bahan pakan Bulk density hasil
pengukuranBulk density standart
(gram/ltr)1 2 rerata
1 Jagung giling 179,3 178,8 179,05 521,52 Bungkil kedelai 192,8 197,2 195 6813 Bekatul 171 172,1 171,55 446,5
4 Tepung ikan 180,2 182,3 181,25 543,55 Wheat pollard 164,1 163,3 163,7 368
Bulk density merupakan salah satu metode penetuan kualitas bahan pakan
sebelum dilakukan analisis kimia yang mendasarkan pada ukuran berat bahan
pakan per satuan volume (g/l). Dalam uji bulk density alat yang digunakan adalah
timbangan analitik dan gelas ukur. Sebelum dilakukan uji gelas ukur ditimbang
terlebih dahulu . Dalam praktikum yang dilakukan ada beberapa bahan pakan
yang diuji bulk density antara lain jagung giling, bungkil kedelai, bekatul, tepung
ikan, wheat pollard dengan masing-masing hasilnya adalah 521,5; 681; 446,5;
543,5 dan 368 dengan berat gelas ukur 126,9 gram. Didalam bahan pakan yang
dilakukan uji bulk density, setelah dibandingkan dengan standar bulk density, ada
beberapa bahan pakan yang tidak sesuai atau melebihi standar bulk density,
misalnya jagung giling dan bungkil kedelai yang melebihi dari standarnya. Ini
mungkin adanya suatu kontaminasi atau pencemaran dengan bahan lain atau
adanya suatu rongga udara waktu ada dalam gelas ukur atau kurang padat. Uji
bulk density digunakan untuk meminimalkan pemalsuan bahan pakan dan juga
untuk memprediksi kapasitas tampung gudang, mengetahui hubungan antara
ukuran partikel dengan volume bahan pakan dan sebagai keterangan dalam
pembelian bahan pakan
KESIMPULAN
Pelleting. Dalam pembuatan pellet, campuran bahan pakan yang
digunakan ternyata kekurangan kandungan air sehingga campuran bahan pakan
terlalu kering dan ini mengakibatkan pada saat proses pelleting tidak terbentuk
pellet sesuai yang diinginkan.
Durrability pellet. Pellet yang digunakan dalam uji ini ada 2 macam yaitu
pellet buatan pabrik dan pellet buatan saat praktikum. Dari hasil pengujian
ternyata diperoleh bahwa kualitas pellet unutk keduanya memiliki kualitas
medium yaitu dengan skor 6. Dengan demikian pellet yang digunakan kualitasnya
termasuk medium.
Uji kandungan urea. Dalam uji ini bahan pakan yang mengandung urea
paling banyak yaitu bahan pakan yang berupa mineral elektrolit dimana
kandungan ureanya lebih dari 5% yang ditunjukkan dengan warna biru pekat.
Sedangkan bahan pakan yang mengandung urea berikutnya yaitu konsentrat
HQFS dan konsentrat ayam dengan kandungan urea sebesar 1%. Untuk bahan
pakan tepung ikan chilli, jagung giling, bungkil kedelai, wheat brand, bekatul dan
bungkil kelapa.
Uji kandungan sekam. Dari beberapa bahan pakan yang diujikan ternyata
bahan pakan yang mengandung sekam yaitu bakatul, wheat pollard dan wheat
brand yang ditunjukkan terjadi perubahan warna merah setelah dites dengan
phloroglucinol 1%. Sdangkan bahan pakan yang tidak mengandung sekam yaitu
tepung ikan, jagung giling, bungkil kedelai, bungkil kelapa, konsentrat ayam dan
konsentrat HQFS dimana setelah penambahan phloroglucinol 1% tidak terjadi
perubahan warna sehingga warna tetap seperti aslinya.
Bulk density. Dari bahan pakan yang diujikan, bahan pakan yang meiliki
bulk density dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu bungkil kedelai sebesar
681 gram/liter; tepung ikan sebesar 543,5 gram/liter; jagung giling sebesar 521,5
gram/liter; bekatul sebesar 446,5 gram/liter; dan wheat pollard sebesar 368
gram/liter. Dengan hasil tersebut diketahui semakin tinggi nilai bulk density maka
semakin banyak tempat (gudang) yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan
pakan dalam suatu pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. 1998. Pengawasan Mutu Pakan. Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta.
Agus, A. 1999. Teknologi Pakan Konsentrat. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Boniran, S. 1999. Quality control untuk bahan baku dan produk akhir pakan ternak. Lokakarya Feed Quality Management. Badan Penelitian Peternakan dan American Soybean Association.
Kamal, M. 1997. Kontrol Kualitas Pakan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Kartadisastra, H. R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Cetakan Letiga. Kanisius. Yogyakrata.
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Cetakan Keempat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Tangendjaja, B. 2000. Pengadukan Pakan (mixing). Feed Production Course. American Soybean Association.
Utomo, R. 2005. Kuliah Pengantar Fabrikasi Pakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Widayati, Eti, Widalestari dan Yanti. 1992. Limbah Untuk Pakan Ternak Edisi I. Trubus Agri Sarana. Surabaya.
BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebabkan berkembangnya
usaha peternakan nasional yang kemudian menyebabkan naiknya kebutuhan
pakan ternak. Tahun 1979 merupakan titik awal berdirinya beberapa pabrik pakan
ternak. Titik balik dan perkembangan yang cerah terjadi setelah tahun 1980
dimana pabrik pakan ternak yang baru mulai bermunculan (Rasyaf,1990).
Faktor pakan merupakan faktor terbanyak menyerap investasi dengan
mengambil kontribusi sebagai biaya ransum sebesar 70 % biaya produksi. Oleh
karena itu perlu mendapat perhatian para peternak dalam usaha menekan dan
menurunkannya hingga 55-60%. Usaha penurunan dari biaya produksi akan
mengakibatkan diperolehnya keuntungan yang lebih tinggi (Kartadisastra,1994).
Pembuatan pakan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan
menggunakan tangan yang dilakukan di atas lantai dan dengan menggunakan alat-
alat sederhana maupun dengan mesin (feedmill). Feedmill merupakan serangkaian
mesin-mesin pembuat pakan yang bekerja secara kompak dan lengkap. Mesin
pembuat pakan terdiri dari mesin penggiling (hammer mill), mesin penimbang
(weigher), mesin pemusing (cyclone), mesin pemindah bahan pakan (auger),
mesin penghembus (blower), mesin pencampur (mixer) dan mesin pembuat pellet
(Kartadisastra,1994).
Pembuatan pakan dengan feedmill pada dasarnya dibagi dalam dua tahap
yaitu transportasi bahan pakan dan pembuatan pakan (mash making dan
pelleting). Pembuatan pakan meliputi empat tahap kegiatan yaitu: 1) Persiapan
bahan pakan, yaitu penimbangan bahan pakan sesuai dengan formula; 2)
Penggilingan bahan pakan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah bentuk
bahan pakan ke bentuk yang lebih kecil; 3) pencampuran bahan pakan, yaitu
proses mencampur bahan pakan yang dilakukan dalam mesin pencampur,
pencampuran pendahuluan perlu dilakukan untuk bahan pakan yang jumlahnya
sedikit dan berukuran partikel kecil (misalnya vitamin) sehingga akan diperoleh
campuran bahan pakan yang merata; 4) pengepakan, yaitu dengan menggunakan
karung plastik dengan berat 50kg/karung, kemudian diikat dan dijahit
(Kartadisastra,1994).
Kualitas bahan pakan dalam industri pakan ternak akan menentukan
kualitas produksi akhir sehingga kontrol kualitas sangat di perlukan. Kontrol
kualitas meliputi: (1) kontrol kualitas bahan baku, (2) kontrol kualitas selama
proses penyimpanan dan proses produksi serta, (3) kontrol kualitas produk akhir,
semua kontrol kualitas ini harus lengkap dilakukan karena semua bahan baku
yang digunakan akan bercampur selama proses produksi dan disimpan sebagai
pakan jadi (Khalil dan Suryahadi,1997).
BAB II
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah PT. Siba Prima Utama Feedmill
PT Siba Prima Utama Feedmill merupakan perusahaan yang memproduksi
pakan ayam petelur (layer). Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari 1995 di
Klaten oleh 2 pemegang saham yaitu Bapak Paulus Slamet dan Bapak Lilik
Sugiarto yaitu seorang peternak yang memiliki 6000 ayam petelur di Sukoharjo
dan 10 flock (30.000) ayam broiler di Karang Anyar. Bermula dari hal tersebut
maka timbul gagasan untuk membuat pakan ayam sendiri dengan mencoba
berbagai macam bentuk formulasi ransum. Formula yang diuji cobakan selalu
berganti-ganti, akhirnya ditemukan suatu formula yang paling efektif untuk ayam
petelur. Formula tersebut digunakan sebagai standar ransum di PT Siba Prima
Feedmill sampai saat ini. Pada mulanya perusahaan hanya memproduksi pakan
untuk ayam sendiri, tetapi karena permintaan pakan dari saudara dekat sesama
peternak, tetangga semakin meningkat maka farm layer dijual dan berkonsentrasi
pada pembuatan pakan.
PT Siba Prima Utama Feedmill masih tergolong sebagai industri rumah
tangga jika dilihat dari jumlah tenaga kerja, produksi pakan yang hanya dilakukan
bila ada pesanan dan sistem pemasaran yang bersifat kekeluargaan (antar peternak
dan antar kenalan). PT Siba Prima Utama Feedmill dahulunya selain
memproduksi pakan ayam layer juga memproduksi pakan babi dan pakan broiler.
Namun dalam perkembangannya pakan yang laku atau dipesan kebanyakan
pelanggan adalah pakan ayam layer sehingga produksi pakan babi dan broiler
dihentikan selain itu di sebabkan karena kurangnya fasilitas mesin untuk
mencampur dan menggiling pakan.
Permintaan produk pakan dari peternak terus mengalami peningkatan
sehingga bila tidak melakukan perluasan lahan maka tidak dapat memenuhi
permintaan pelanggan. Akhirnya pemilik perusahaan mengambil langkah dengan
membangun pabrik baru di daerah Karang Anyar tepatnya di Dusun Ngringo,
Karang Anyar, Solo menempati area lahan seluas 5000 m2. Pada tanggal 24
Desember 2003 perusahaan sudah resmi beroperasi di Karang Anyar. Setelah
pindah di Karang Anyar perusahaan dipimpin oleh Bapak Lilik Sugiarto sekaligus
sebagai pemegang saham. Alasan memilih daerah Karang Anyar Solo karena
daerah tersebut merupakan daerah industri sehingga sangat cocok untuk
mengembangkan usaha yang lebih besar. Selain itu lokasinya yang sangat
strategis karena berada didekat jalan raya sehingga memudahkan transportasi
bahan baku maupun pengiriman produk.
Visi dan Misi
Visi
Visi dari perusahaan ini adalah sebagai perusahaan yang bergerak di
bidang produksi pakan, yang mampu menyediakan pakan ayam petelur secara
berkesinambungan dengan kualitas yang baik.
Misi
Misi perusahaan dalam mengembangkan perusahaannya adalah sebagai
lahan usaha untuk mencari profit atau keuntungan. Selain itu perusahaan juga
berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka
lapangan pekerjaan baru.
BAB III
PEMBAHASAN
Proses Produksi
PT. Siba Prima Utama Feedmill merupakan suatu perusahaan yang
memproduksi pakan jadi untuk ayam layer. Dalam menjalankan usahanya
melibatkan berbagi proses antara lain: pengadaan bahan baku, proses produksi,
pemasaran, serta pendistribusian. Dalam proses produksi menggunakan berbagai
alat seperti: mixer, grinder, oven, mesin pengayak, timbangan dan lain-lain.
Bahan baku yang masuk sebelum diproses dilakukan pengontrolan
terhadap kualitasnya dan apabila kualitasnya memenuhi maka bahan pakan
tersebut diproses lebih lanjut. Sebelum pencampuran bahan pakan, bahan pakan
yang masih berupa butiran harus di pecah sehingga menjadi lebih kecil dan halus.
Setelah ukurannya berubah maka dalam proses mixing akan didapatkan campuran
yang homogen. Pencampuran tersebut disesuaikan dengan formulasi yang telah
ditentukan. Proses pencampuran membutuhkan waktu sekitar 5-7 menit.
Setelah pencampuran selesai produk pakan dikemas dalam zak, dimana 1
zak seberat 50 kg. Kemudian zak-zak pakan tersebut dijahit dan siap untuk
didistribusikan.
Grinding
Untuk melakukan proses penggilingan (grinding) bahan pakan PT Siba
Prima Utama Feedmill memiliki 3 buah hammer mill dengan 2 macam screen
yaitu 2-3 mm dan 5-6 mm. Kapasitas mesin penggilingan dengan screen 2 mm
digunakan untuk produk pakan petelur grower dan pakan konsentrat sedangkan
penggilingan dengan screen 5 mm digunakan untuk produk pakan petelur
produksi. Masing-masing hammer mill dilengkapi dengan sebuah blower yang
berfungsi untuk memisahkan kotoran yang terdapat pada bahan pakan sehingga
diperoleh hasil gilingan yang bersih dan bebas dari kotoran.
Bahan pakan yang ada di perusahaan yang biasa digiling adalah jagung,
sorghum. Menurut Agus (1999) tujuan penggilingan adalah meningkatkan luas
permukaan, memudahkan penanganan, memudahkan pencampuran, meningkatkan
efisiensi pembuatan pellet serta menarik pemakai atau peternak meskipun dengan
alasan yang kurang jelas.
Mixing
Mixing merupakan usaha untuk meratakan ingredient sehingga setiap
bagian kecil dari campuran mempunyai proporsi sama seperti atau sebagaimana
proporsi awalnya. Lama tidaknya waktu yang dicampurkan. Semakin sedikit
jumlah bahan pakan yang dicampur, maka semakin kecil waktu yang dipakai.
Khalil dan Suryahadi (1997) menyatakan bahwa tujuan pencampuran adalah
untuk mengkombinasikan kedua proses yaitu pengacakan bahan pakan yang
berbeda menjadi bahan dalam bentuk campuran. Pada tahap ini dilakukan
pencampuran bahan baku yang sudah digiling atau sudah halus sesuai dengan
formula yang sudah dibuat. Tujuan pencampuran adalah untuk mendapatkan hasil
yang homogen dari dua atau lebih bahan baku.
Hasil pencampuran yang baik akan meningkatkan penampilan ternak
karena jika pencampuran tidak merata maka ternak ada yang berlebihan dan
kekurangan nutrien dari pakan. Pencampuran bahan baku konsentrat yang ada di
PT. Siba Prima dilakukan dengan vertikal mixer dengan kapasitas 4-5 ton setiiap
kali pencampuran dengan produksi perhari rata-rata 100-104 selama 6-8 jam.
Pencampuran dilakukan oleh tenaga produksi dimana karyawan gudang ini
menggunakan sistem pencampuran bahan mikro. Kemudian diikuti dengan bahan
makro dan proses pencampuran itu dilakukan secara borongan sehingga motivasi
mereka adalah untuk mendapatkan produk pakan jadi sebanyak-banyaknya,
namun kualitas kerjanya belum tentu baik. Oleh karena itu perusahaan harus
menempatkan karyawan sesuai dengan bidangnya dan karyawan harus mengerti
tentang arti pentingnya pencampuran pakan yang homogen. Pencampuran bahan
baku konsentrat perlu pengkajian yang lebih mendalam karena hasil pencampuran
akan mempengaruhi produktivitas ternak.
Pencampuran yang baik adalah pencampuran yang benar-benar homogen
artinya semua bahan baku konsentrat tercampur secara merata baik bahan makro
maupun mikro. Pencampuran bahan mikro perlu diperhatikan karena dapat
berakibat buruk pada ternak, misalnya pencampuran urea tidak homogen akan
berakibat menimbulkan keracunan pada ternak yang mengkonsumsi pakan dengan
kandungan urea paling tinggi, sebaiknya jika ternak mendapat urea maka akan
kekurangan kebutuhan protein kasarnya. Pada prinsipnya mixing adalah
mencampur bahan baku secara merata, semua bahan yang sudah ditimbang sesuai
dengan perhitungan dimasukkan kedalam mixer dengan bantuan silinder yang
melingkari spiral secara otomatis semakin banyak komposisi bahan baku yang
dimasukkan maka semakin beraneka ragam tercampur merata dan bergantian
turun kebawah (bolak-balik) (Murtidjo, 1987).
Cara mencampur ada 2 macam cara yaitu secara manual dan menggunakan
mesin. Pada pencampuran manual, pakan dicampur dengan alat sederhana dan
dengan tangan yang dilakukan diatas lantai yang bersih dan rata, biasanya alat
yang digunakan adalah sekop. Di PT. Siba Prima dalam pencampuran bahan
pakan menggunakan mesin. Pada pencampuran menggunakan mesin yang
merupakan pencampuran bahan pakan dengan menggunaskan peralatan atau
mesin pencampur (mixer), semua bahan pakan yang diperlukan dimasukkan
kedalam mixer. Untuk bahan pakan memiliki ukuran partikel yang sangat kecil
dan jumlahnya sedikit (premix, urea) dilakukan pencampuran pendahuluan
(premixing) supaya merata (Kartadisastra, 1994). Setelah mikro mineral
tercampur tahap selanjutnya yaitu pencampuran bahan makro. Urutan
pencampuran yang pertama yaitu jagung giling, sorgum, bekatul, baru kemudian
mikro mineral yang telah tercampur. Proses mixing membutuhkan waktu sekitar
5-7 menit. Dengan waktu tersebut diharapkan semua bahan pakan sudah
tercampur homogen.
Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas bertujuan untuk menjamin bahwa kualitas bahan pakan
terpenuhi dan memberikan informasi yang tepat tentang kandungan nutrien dan
nilai zat anti nutritif yang diinginkan dalam produk akhir dapat diperoleh dengan
baik (Khalil dan Suryahadi, 1997). Pengawasan mutu dalam industri pakan ternak
tidak hanya terbatas pada kualitas bahan baku saja, tetapi juga pengontrolan
perubahan kualitas bahan baku selama penyimpanan, pada saat proses produksi
dan kontrol kualitas produk akhir.
Tabel 5. Standar Pakan Jadi Yang Digunakan PT. Siba Prima Utama Feedmill
Jenis Air (%)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Abu (%)
Energi (Kcal/kg)
L-1/L-1 KS Max 12 17,5-18,5 4-5 4-5 12-13 2700-2750L-19 Max 12 18,5-19,5 4-5 4-5 12-13 2700-2750
C-435 Max 11 33-34 3-4 3-4 30-32 1800-1950
Kontrol kualitas yang dilakukan oleh PT. Siba Prima Utama Feedmill
meliputi kontrol kualitas secara fisik (organoleptik), analisis kimia, dan
mikroskopik.
Pengawasan fisik terhadap bahan baku dilakukan pada saat bahan baku
dan memutuskan diterima tidaknya bahan baku tersebut. Pengawasan fisik
meliputi analisis kadar air, warna, bau, rasa dan tekstur bahan baku. Bahan baku
seperti jagung dianalisis kadar air dengan menggunakan tera tester, sedangkan
wheat pollard, bungkil kedelai,biji batu cukup dianalisis secara visual saja. Bahan
baku seperti tepung ikan (fish meal), tepung daging dan tulang (meat bone meal)
dan tepung daging unggas (poultry meat meal) selain dianalisis secara visual juga
masih harus dianalisis di laboratorium Quality Control. Untuk bekatul secara
visual terkadang juga dianalisis kadar sekamnya.
Kontrol kualitas di laboratorium dilakukan untuk bahan baku seperti
tepung ikan (fish meal), tepung daging dan tulang (meat bone meal) dan tepung
daging unggas (poultry meat meal). Di PT. Siba Prima Utama Feedmill
mempunyai laboratorium Quality Control, Research and development untuk
menganalisis bahan baku yang meliputi analisis mikroskopis dan analisis
proksimat. Analisis mikroskopis dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik bahan
baku secara lebih jelas dan untuk mengetahui adanya kontaminan, misalnya
adanya serangga, ulat, jamur maupun benda-benda asing lainnya. Analisis
proksimat yang dilakukan tidak lengkap, yang terpenting dan setiap hari
dailakukan adalah menghitung kadar protein kasar dan kadar air, fraksi yang
lainnya seperti serat kasar, lemak kasar, kadar abu, dilakukan hanya tiap
minggu,untuk standarisasi hasil laboratorium PT. Siba Prima Utama Feedmill
bekerja sama dengan UGM. Bahan pakan yang dianalisis proksimat antara lain
tepung ikan dan bungkil kedelai. Sedangkan untuk analisis mikroskopik bahan
pakan yang biasa dianalisis yaitu bekatul, tepung ikan dan masih banyak lagi yang
lain. Untuk analisis pakan dilakukan setiap seminggu sekali kecuali jika terjadi
perubahan formula pakan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
PT. Siba Prima Utama Feedmill merupakan perusahaan yang
memproduksi pakan ayam petelur (layer). Perusahaan ini ddirikan pada bulan
Januari 1995 di Klaten dan pada tanggal 24 Desember 2003 perusahaan tersebut
pindah di daerah Karang Anyar, Solo.
Dalam memproduksi pakan, PT. Siba Prima Utama Feedmill melakukan
serangkaia proses produksi mulai dari pengadaan bahan baku, pengawasan
(Controlling) sampai pada proses pemarasarannya. Untuk pengadaan bahan baku
didatangkan dari daerah sekitar perusahaan seperti Boyolali, Purwodadi, Klaten
dan apabila bahan bakunya belum mencukupi perusahaan ini malakukan impor
bahan baku.
Kontrol kualitas yang dilakukan oleh PT. Siba Prima Utama Feedmill
meliputi kontrol kualitas secara fisik maliputi analisis kadar air, warna, bau, rasa
dan tekstur bahan baku. Setelah semua bahan baku yang masuk diterima
kemudian bahan tersebut masuk ke gudang dan dilakukan proses selanjutnya.
Sebelum proses mixing untuk bahan pakan yang masih berupa butiran seperti
jagung terlebih dahulu di pecah dengan menggunkan mesin grinder dan kemudian
sesuai dengan formulasinya dilakukan proses mixing.
Produk pakan yang dihasilkan PT. Siba Prima antara lain L-1/L 1-KS, L-
19 dan C-435. daerah pemasaran produk ini meliputi peternak di daerah terdekat
seperti Boyolali, Klaten dan ada juga Yogyakarta. Memang untuk produk dari PT.
Siba Prima Utama belum dijual secara bebas tetapi hanya dilakukan untuk yang
memesan pakan tersebut. Selain dikirmkan ke daerah lain pakan yang diproduksi
perusahaan ini diterapkan kepada ayam yang dipelihara sendiri oleh perusahaan
ini sehingga mutu dan kualitas dari pakan yang dihasilkan tetap terjamin.
Saran
Pemasaran produk bahan pakan di PT. Siba Prima Utama Feedmill
sebaiknya di seluruh daerah, tidak hanya pada peternak yang memesan ke
perusahaan. Dengan demikian produk pakan jadi dari PT. Siba Prima Utama
Feedmill akan banyak dikenal dan bahkan mungkin digunakan oleh peternak
yang sebelumnya belum mengenal produk dari PT. Siba Prima Utama Feedmill.
DAFTAR PUSTAKA
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Kartadisastra, H.R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Khalil dan Suryahadi. 1997. Pengawasan Mutu dalam Industri Pakan Ternak. Poultry Indonesia. No. 213. November. Jakarta.
Siregar, A. P., M. Sabrani dan P. Suroprawiro. 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan ke 2. Margie Group. Jakarta.
Zuprizal dan M. Kamal. 2000. Ransum unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran. 1 Uji Durability Pellet
@ Pellet pabrik
rumus =
6 =
= 94,76/100 x 6
= 5,68
5 =
= 0,144/100 x 5
= 0,0072
4 =
= 0,048/100 x 4
= 0,00192
3 =
= 0,048/100 x 3
= 0,00144
2 =
= 0,0960/100 x 2
= 0,00192
1 =
= 0,048/100 x 1
= 0,00048
Total = 5,68 + 0,0072 + 0,00192 + 0,00144 + 0,00192 + 0,00048 + 0
= 5,69
@ Pellet Hasil Praktikum
6 =
= 99,19/100 x 6
= 5,95
5 =
= 0,3528/100 x 5
= 0,0176
4 =
= 0,151/100 x 4
= 0,0060
3 =
= 0,050/100 x 3
= 0,0015
2 =
= 0,151/100 x 2
= 0,0030
1 =
= 0,1008/100 x 1
= 0,001008
Total = 5,95 + 0,0176 + 0,0060 + 0,0015 + 0,0030 + 0,001008
= 5,979
Lampiran 2. Uji Bulk Density
Jagung Giling
Bungkil Kedelai
Bekatul
Tepung Ikan
Wheat Pollard