45
BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebabkan peningkatan kebutuhan pakan untuk menghasilkan produk peternakan. Kualitas produk pangan dari ternak tidak lepas dari kualitas pakan yang ada dalam usaha peningkatan produktifitas ternak yang dipelihara. Biaya pakan merupakan biaya terbesar. Untuk itu berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan biaya pakan dan juga untuk meningkatkan nilai nutrisi dengan cara memperbaiki tenik-teknik pengolahan pakan. Disamping tuntutan untuk meningkatkan kinerja produksi ternak, juga adanya tuntutan untuk memperhatikan kesehatan manusia sebagai konsumen produk peternakan. Teknologi pengolahan pakan merupakan satu/kombinasi beberapa perlakuan yang diperlukan untuk memaksimalkan potensi nilai nutrisi sebuah bahan pakan, sehingga peranannya tidak dapat diabaikan karena merupakan komponen penting baik dari segi nilai nutrisi maupun biayanya. Tujuan pengolahan pakan yaitu untuk meningkatkan keuntungan, mengubah ukuran partikel, mengubah kadar air, mengubah densitas pakan, meningkatkan palatabilitas, mengubah kandungan nutrien, mempertahankan kualitas selama penyimpanan dan

Fabrikan Isi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fabrikan Isi

BAB I

PENDAHULUAN

Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebabkan peningkatan

kebutuhan pakan untuk menghasilkan produk peternakan. Kualitas produk pangan

dari ternak tidak lepas dari kualitas pakan yang ada dalam usaha peningkatan

produktifitas ternak yang dipelihara. Biaya pakan merupakan biaya terbesar.

Untuk itu berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan biaya pakan dan juga

untuk meningkatkan nilai nutrisi dengan cara memperbaiki tenik-teknik

pengolahan pakan. Disamping tuntutan untuk meningkatkan kinerja produksi

ternak, juga adanya tuntutan untuk memperhatikan kesehatan manusia sebagai

konsumen produk peternakan.

Teknologi pengolahan pakan merupakan satu/kombinasi beberapa

perlakuan yang diperlukan untuk memaksimalkan potensi nilai nutrisi sebuah

bahan pakan, sehingga peranannya tidak dapat diabaikan karena merupakan

komponen penting baik dari segi nilai nutrisi maupun biayanya. Tujuan

pengolahan pakan yaitu untuk meningkatkan keuntungan, mengubah ukuran

partikel, mengubah kadar air, mengubah densitas pakan, meningkatkan

palatabilitas, mengubah kandungan nutrien, mempertahankan kualitas selama

penyimpanan dan mengurangi kontaminasi. Walaupun teknologi pakan banyak

didominasi oleh aspek nutrisi tetapi yang terpenting adalah yang berhubungan

dengan aspek manufacturing atau aspek fabrikasi pakan dalam menghasilkan

suatu produk. Beberapa sisi penting dari teknologi manufacturing diantaranya

yaitu grinding, mixing dan pelleting.

Praktikum Pengantar Fabrikasi Pakan meliputi pembuatan pellet dan

kontrol kualitas pakan yang terdiri dari uji kualitas pellet (Durability Pellet), uji

kandungan urea, uji kandungan sekam dan uji bulk density. Dengan praktikum

tersebut diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang proses pembuatan pellet

serta uji-uji yang harus dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan pakan

maupun pakan jadi.

Page 2: Fabrikan Isi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas merupakan suatu cara untuk mengontrol kualitas suatu

hasil produk dalam hal ini pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan customer.

Konsep total quality adalah hasil produk memenuhi syarat yang dikehendaki,

adanya program quality assurance (jaminan mutu) untuk mencegah terjadinya

kekeliruan serta standar yang ditetapkan akan selalu memenuhi syarat tanpa cacat

setiap saat (Boniran, 1999).

Tujuan kontrol kualitas bahan baku dalah untuk menjamin atau

memastikan bahwa spesifikasi minimal kontrak dari kualitas bahan baku sudah

sesuai dan terpenuhi. Pengawasan (kontrol kualitas) yang dilakukan dapat

memberikan informasi yang tepat tentang kandungan zat makanan dan anti

kualitas yang terkandung didalamnya atau racun dari bahan baku, sehingga nilai

nutrisi yang diinginkan dari ransum sebagai produk akhir akan didapat dengan

baik dan tepat (Agus, 1999).

Menurut Kamal (1997) ada empat metode pengujian kualitas pakan yang

dapat dilakukan atau dikerjakan, yaitu: (1) pengujian secara fisik, (2) pengujian

pakan secara khemik, (3) pengujian pakan secara kombinasi fisik dan khemik, dan

(4) pengujian pakan secara biologi. Keempat pengujian pakan tersebut diatas tidak

harus dikerjakan semuanya karena setiap pengujian jelas memerlukan biaya, oleh

sebab itu pengerjaannya harus disesuaikan dengan besar kecilnya biaya yang

tersedia.

Pada bahan pakan yang baru datang ke pabrik perlu dilakukan pengujian

secara fisik untuk mengetahui: (a) kadar air, adanya jamur menunjukan kerusakan

akibat tingginya kandungan air; (b) adanya sisa-sisa metal (logam Berat), batu,

kotoran dan bahan kontaminan non-biologis lainnya dan; (c) adanya serangga.

Kadar air dari pakan asal butiran (sereal) perlu diukur dengan alat pengukur kadar

air secara cepat (fast moisture tester) yang tersedia secara komersial. Bahan pakan

Page 3: Fabrikan Isi

yang mengandung kadar air lebih dari 13% akan rentan terhadap serangan

serangga dan jamur dan hal ini harus disimpan secara terpisah. Sebaliknya, bahan

yang tinggi kadar airnya terlebih dahulu dikeringkan sebelum disimpan (Agus,

1999).

Zuprizal (1999) menyatakan untuk mengetahui kandungan nutrient bahan

baku pakan dapat dilakukan dengan analisis proksimat. Analisis proksimat

dilakukan denagn metode Wendee yang telah ditetapkan oleh Association of

Official Analitical Chemist (AOAC, 1990). Dengan metode Wendee dapat

diketahui enam fraksi penyusun bahan pakan yaitu kadar air, kadar abu, serat

kasar, protein kasar, ekstrak ether, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (Kamal,

1992).

Mixing

Mixing (pencampuran) merupakan suatu faktor yang penting dalam proses

produksi pakan ternak. Pencampuran merupakan suatu proses yang mencakup

proses pengadukan dan pengacakan. Pengadukan berarti meningkatkan

keseragaman. Pencampuran bertujuan untuk menggabungkan beberapa bahan

(komponen) dengan cara menyebarkan bahan dalam pembandingan yang tetap

(Agus, 1999).

Pencampuran harus dilakukan dengan benar agar campuran bisa rata

sehingga kadar nutrien yang diterima masing-masing ternak sama. Apabila

campuran tidak merata maka terjadi ketidakseimbangan nutrien dalam ransum

(Widayati, 1996).

Cara mencampur dilakukan dua macam cara yaitu secara manual dan

menggunakan mesin (Feedmill).

Pencampuran manual. Pakan dibuat dengan menggunakan alat sederhana

dan dengan tangan yang dilakukan di atas lantai. Alat yang digunakan adalah

sekop. Dilakukan di atas lantai yang bersih dan rata. Bahan-bahan pakan (sesuai

dengan formula) ditimbang, kemudian ditaburkan diatas lantai yang sudah

dibersihkan. Bahan-bahan disusun vertikal menurut persentase (bahan yang paling

banyak ditempatkan paling bawah), khusus untuk bahan dengan partikel kecil dan

Page 4: Fabrikan Isi

sedikit jumlahnya (premix, kapur) sebelum ditaburkan harus dicampur terlebih

dahulu (premixing). Pengadukan pertama dilakukan secara acak untuk

menyempurnakan pengadukan pertama. Bahan-bahan yang dicampur betul-betul

tercampur secara merata dan homogen. Pencampuran dilakukan selama kurang

lebih 15 menit maka pakan sudah siap diberikan (Kartadisastra, 1994).

Pencampuran dengan menggunakan mesin (Feedmill). Merupakan

pencampuran bahan pakan dengan menggunakan peralatan atau mesin pencampur

(mixer). Semua bahan pakan yang diperlukan dimasukkan ke dalam mixer. Untuk

bahan pakan yang memiliki partikel yang sangat kecil jumlahnya sedikit (premix,

vitamin) dilakukan pencampuran pendahuluan (Premixing) supaya merata

(Kartadisastra, 1994).

Pada prinsipnya adalah mencampur komposisi bahan baku secara merata.

Semua bahan baku yang sudah ditimbang sesuai dengan perhitungan dimasukkan

ke dalam mixer dengan bantuan silinder yang melingkari spiral secara otomatis

semakin banyak komposisi bahan baku yang dimasukkan maka semakin beraneka

ragam tercampur merata dan bergantian turun ke bawah (Murtidjo, 1987).

Menurut Agus (1998), pencampuran yang sempurna hanya dapat dicapai

pada bahan berbentuk cair dan gas. Pada bahan berbentuk padat tidak mungkin

dicapai pencampuran yang homogen, karena selama proses pencampuran ada

kecenderungan dari partikel yang telah tercampur terpisah kembali. Menurut

Tangendjaja (2000) mixing memegang peranan penting dalam menentukan

keberhasilan pembuatan ransum yang baik dan efisien. Variasi dalam pengadukan

dapat mempengaruhi penampilan ternak yang mengkonsumsinya terutama pada

ternak muda, sebab zat gizi dalam ransum harus komplit masuk kedalam tubuh

ternak dalam sekali patuk.

Pelleting

Pakan dapat berbentuk pellet atau pil, adalah bentuk ekonomis yang

umumnya dibuat pabrik untuk pakan ternak usia dewasa. Keuntungan pemakaian

jenis pakan ini ialah untuk meningkatkan konsumsi pakan dan meningkatkan

kadar energi metabolisme pakan seperti : komposisi pakan yang mengandung

Page 5: Fabrikan Isi

energi metabolisme rendah dan pakan yang memiliki serat kasar tinggi dan

mengurangi jumlah pakan terbuang.

Dari segi ekonomis, pemakaian jenis pakan ini akan memperpanjang lama

penyimpanan dan menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan yang terkandung

dalam komposisi pakan.

Cara sederhana membuat pakan bentuk pellet: 1). Semua bahan baku

pakan ternak digiling lembut, selanjutnya diaduk sampai merata, 2). Pakan yang

sudah diaduk, diuapi sampai merata proses penguapannya. Selama penguapan

dengan panas yang berkisar 80-90oC dari bahan baku jagung dan bekatul yang

mengandung zat tepung terjadi pemerasan zat tepung itu langsung jadi perekat, 3).

Bila penguapan sudah merata, pakan ditekan dan digiling dengan alat pencetak

atau alat penggiling, sehingga keluar bentuk memanjang. Bentuk yang memanjang

itu bisa langsung bisa dipotong-potong dengan ukuran 3mm - 5mm. Bila

menggunakan alat pengiling, usahakan lubang keluar pada alat ditutup sebagian

agar pakan berbentuk memanjang yang keluar tidak saling berhimpitan, 4).

Setelah selesai dipotong-potong, pakan pellet yang masih basah dijemur sampai

cukup kering, 5). Pakan ternak bentuk pellet yang sudah kering siap diberikan

pada ternak (Murtidjo, 1989).

Page 6: Fabrikan Isi

BAB III

MATERI DAN METODE

Materi

Pembuatan Pellet

Alat. Alat yang digunakan yaitu plastik, ember, mesin pellet.

Bahan. Bahan yang digunakan yaitu bungkil kelapa, dedak halus, jagung

giling, minyak, mollases, dan tepung kanji

Uji Kualitas Pellet (Durability Pellet)

Alat. Alat yang digunakan adalah fisher wheller, timbangan dan plastik.

Bahan. Bahan yang digunakan yaitu pakan pellet hasil pelleting.

Uji Kandungan Urea

Alat. Alat yang digunakan yaitu beaker glass 200 ml, petri dish, kertas

saring Whatman no 42 dan pipet tetes.

Bahan. Bahan yang digunakan yaitu ekstrak urease, larutan urea 1%, 2%,

3% dan 5% sebagai standar, larutan indikator Bromothymol Blue (BTB) dan

aquades serta bahan pakan yang akan diuji.

Uji Kandungan Sekam

Alat. Alat digunakan petri dish dan pipet tetes.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah larutan phloroglucinol 1% dan

sampel dedak atau bahan pakan yang akan diuji.

Uji Bulk Density (Berat Jenis)

Alat. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik dan gelas ukur.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah sampel bahan pakan yang akan

diuji.

Page 7: Fabrikan Isi

Metode

Pembuatan pellet

Bahan pakan ditimbang dan dicampur sesuai dengan formulasi.

Pencampuran bahan pakan dilakukan secara manual. Hasil pencampuran langsung

dimasukkan ke dalam mesin pellet yang dilanjutkan dengan proses pemeletan.

Uji Kualitas Pellet (Durability Pellet)

Timbang sampel pellet sebanyak 500 gram dengan menggunakan plastik

putih (plastik ditimbang dahulu dan dicatat beratnya). Masukkan pellet ke dalam

alat ayakan dan diputar selama 3 menit. Selanjutnya timbang sampel pellet yang

tidak hancur dalam ayakan/saringan dan hasilnya dicatat.

Uji Kandungan Urea

Pembuatan ekstrak urease. Kedelai mentah digiling hingga halus

(diayak atau disaring). Ambil bubuk kedelai 50g lalu dicampur dengan 200 ml

aquades, diaduk-aduk hingga merata kemudian didiamkan semalam. Paginya

saring ekstrak urease.

Pembuatan urea test paper. 10 ml ekstrak urease dicampur dengan 10 ml

larutan indikator (BTB). Celupkan kertas saring (Whatman no.42) dalam larutan

tersebut hingga tercelup merata diseluruh permukaan kertas. Keringkan kertas

tersebut dengan cara diangin-anginkan atau dipanaskan. Kertas akan berwarna

kuning orange ketika kering.

Pengujian kandungan urea (urea test paper). Teteskan larutan urea

standar pada urea test paper. Kemudian letakkan sedikit sampel bahan pakan

diatas urea test paper dan tetesi sampel tersebut dengan aquades. Apabila bahan

mengandung urea, maka akan ditunjukkan dengan perubahan warna (menjadi

warna biru) pada urea test paper. Intensitas warna menunjukkan kuantitas

kandungan urea.

Uji Kandungan Sekam

Masukkan sampel bahan pakan ke dalam petri dish, ratakan ke seluruh

permukaan petri dish. Teteskan larutan phloroglucinol 1% secara merata ke

Page 8: Fabrikan Isi

seluruh permukaan sampel bahan sehingga basah seluruhnya. Perubahan yang

akan terjadi apabila bahan mengandung rice hulls (sekam) adalah muncul warna

merah pada bahan yang diuji.

Uji Bulk Density

Timbang wadah yang akan digunakan (gelas ukur atau beaker glass).

Masukkan sampel bahan pakan kedalam wadah tersebut (padatkan dan usahakan

sesedikit mungkin adanya rongga antar bahan pakan). Bandingkan berat sampel

dengan volumenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 9: Fabrikan Isi

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Pelleting

Pada praktikum pembuatan pellet digunakan bahan baku berupa jagung,

bungkil kedelai, bekatul, tepung ikan, molases, tepung tapioka dan minyak.

Jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan sebagai sumber protein. Bekatul dan

tepung tapioka berguna agar pellet yang dibuat mempunyai daya rekat setelah

dipanaskan dan minyak dan molases sebagai bahan peningkat palatabilitas dan

bahan perekat.

Pada proses pembuatan pellet metode yang digunakan yaitu dengan cara

bahan pakan yang digunakan untuk membuat pellet ditimbang sesuai dengan

proporsinya setelah itu bahan yang sudah ada direkatkan dengan menggunakan air

panas dimana salah satu penyusun pellet menggunakan tepung tapioka sehingga

ketika dalam keadaan panas bahan tersebut akan mengikat bahan yang lain

sehingga dalam pencetakan nanti pellet yang dihasilkan lebih kompak. Tetapi,

perlu diketahui bahwa penambahan air panas jangan sampai kelebihan atau

kurang karena hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas pellet yang dihasilkan.

Setelah semua bahan pakan tercampur maka pellet siap dicetak dengan

menggunakan mesin pellet.

Hasil pembuatan pellet yang dilakukan mengalami kegagalan dan setelah

diperhatikan ternyata terjadi kesalahan yaitu kurangnya kadar air sehingga pellet

yang dihasilkan tidak sesuai ukuran screen dan tidak bisa merekat atau daya rekat

antar partikel rendah. Selain itu karena keadaan campuran bahan pakan kurang

kandungan air sehingga hal ini menyebabkan kemacetan pada alat pelleting.

Durability Pellet

Pada uji kualitas pellet (durability pellet) ini dilakukan bertujuan untuk

mengetahui ketahanan dari pellet terhadap ayakan dimana semakin tahan terhadap

ayakan maka kualitas pellet tersebut semakin baik. Dalam praktikum ini

Page 10: Fabrikan Isi

digunakan 2 jenis pellet yaitu pellet yang dibuat oleh pabrik pakan dan pellet yang

dibuat waktu praktikum. Dari hasil pengujian diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengujian Kualitas Pellet

No pellet pabrik pellet hasil praktikumPersentase

(%)Berat Sampel +

PlastikPersentase

(%)Berat Sampel

+ Plastik6 5,68 198,8 5,95 198,15 0,0072 1,7 0,0176 1,34 0,00192 1,5 0,0060 0,93 0,00144 1,5 0,0015 0,62 0,00192 1,5 0,0030 0,81 0,00048 1,5 0,001008 0,80 0 1,8 0 1,2

Untuk tiap-tiap sampel yang digunakan sebesar 200 gram dimana berat

plastik sebesar 1,4 gram untuk pellet pabrik dan 1,3 gram untuk pellet hasil

praktikum. Pellet yang akan diuji kekuatannya dimasukkan dalam alat yang

disebut Fisher Willer, dimana ada 7 buah tingkatan yang semakin ke bawah

semakin kecil. Untuk tiap-tiap sampel dilakukan pengayakan selama 3 menit.

Prinsip kerja dari alat ini yaitu mengguncang dari pellet yang ada sehingga apabila

pellet yang memiliki ketahanan yang rendah akan hancur lebih mudah untuk

hancur.

Berdasarkan hasil pengayakan tersebut nantinya akan dihasilkan 3 kategori

ukuran yaitu kasar, medium, dan halus. Hal ini karena alat ini (fisher willer)

dilengkapi dengan ayakan (screen) sehingga sampel dilewatkan ayakan tersebut

dan penampung. Pada praktikum ini kedua sampel yaitu pellet dari pabrik dan

pellet yang dibuat saat praktikum termasuk dalam kategori medium (dengan skor

6).

Penentuan kategori dengan alat ini hampir sama prinsip kerjanya dengan

menggunakan Modulus of Uniformity dan Modulus of Fineness. Untuk Uniformity

diekspresikan ratio tiga bentuk yang diindikasikan proporsi hasil penggilingan

kasar, medium dan halus sedangkan untuk Modulus of Fineness ini berdasarkan

hasil perhitungan dan kemudian dibandingkan ke tabel (indeks) yang telah ada

(Utomo, 2005).

Page 11: Fabrikan Isi

Perbedaan ketahanan atau kekuatan pellet ini dipengaruhi oleh proses

pembuatan. Proses pembuatan ini meliputi bahan yang digunakan, keadaan

campuran apakah terlalu kering atau terlalu basah, dan alat yang digunakan

(Agus,1999).

Tabel 2. Hasil Uji Kandungan Urea

No Jenis Bahan KandunganUrea %

Hasil Praktikum(Warna)

Keterangan

1 Tepung ikan Chili

- Coklat warna asli Tdk ada kandungan urea

2 Mineral Elektrolit

>5 Biru pekat Ada kandungan urea

3 Konsentrat HQFS

1 Biru muda Ada kandungan urea

4 Jagung giling - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea

5 Bungkil kedelai - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea

6 Wheat bran - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea

7 Bekatul - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea

8 Bungkil kalapa - Warna seperti asli Tdk ada kandungan urea

9 Konsentrat ayam 1 Biru muda Ada kandungan urea

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui kandungan urea dari

berbagai bahan pakan,dengan menggunakan urea test paper.dari percobaan diatas

didapat bahwa beberapa bahan pakan yang mengandung urea dan ada yang tidak

mengandung urea.

Pada uji urea dengan bahan pakan tepung ikan yang berasal dari Chili

tidak mengindikasikan adanya perubahan warna ini berarti bahwa pada bahan

pakan tersebut tidak mengandung urea, lain halnya pada pengujian dengan bahan

pakan mineral elektrolit terjadi perubahan warana asli menjadi biru pekat ini

mengindikasikan bahwa dalam mineral elektrolit mengandung urea ± 5%, bagitu

juga pada konsentrat HQFS dan konsentrat ayam terjadi perubahan warna

meskipun tidak sepekat pada mineral elektrolit ini mengindikasikan bahwa pada

konsentrat HQFS dan konsentrat ayam mengndung urea yang kadarnya ± 1% ini

Page 12: Fabrikan Isi

didapat dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan warna pada

standar yang terlebih dahulu dibuat

Pada pengujian dengan menggunakan bahan pakan jagung giling, bungkil

kedelai, wheat bran, bekatul dan bungkil kelapa tidak terjadi perubahan warna ini

mengindikasikan bahwa pada bahan pakan tersebut tidak mengandung urea.

Tabel 3. Hasil Uji Kandungan Sekam

No Jenis bahan pakan Hasil praktikum(warna)

Keterangan

1 Bekatul Merah Terdapat sekam2 Wheat pollard Merah Terdapat sekam3 Wheat brand Merah Terdapat sekam4 Tepung ikan Seperti warna asli Tidak terdapat sekam5 Jagung giling Seperti warna asli Tidak terdapat sekam6 Bungkil kedelai Seperti warna asli Tidak terdapat sekam7 Bungkil kelapa Seperti warna asli Tidak terdapat sekam8 Konsentrat ayam Seperti warna asli Tidak terdapat sekam9 Konsentrat HQFS Seperti warna asli Tidak terdapat sekam

Pada uji kandungan sekam larutan yang digunakan adalah phloroglucinol

1% larutan ini mengindikasikan bahwa bahan pakan yang mengandung sekam

setelah ditetesi larutan phloroglucinol 1% akan berubah warnanya menjadi merah.

Pada pegujian dengan menggunakan bahan pakan bekatul, wheat pollard,

dan wheat brand terjadi perubahan warna dari warna asli menjadi merah , setelah

ditetesi phloroglucinol 1% ini mengindikasikan bahwa pada bahan pakan tersebut

mengandung sekam, sedangkan pada bahan pakan tepung ikan, jagung giling,

bungkil kedelai, bungkil kelapa, konsentrat ayam, konsentrat HQFS, setelah

ditetesi phloroglucinol 1% tidak terjadi perubahan warna ini mengindikasikan

bahwa pada bahan pakan tersebut tidak mengandung sekam.

Tabel 4. Hasil Uji Bulk Density Bahan PakanNo Bahan pakan Bulk density hasil

pengukuranBulk density standart

(gram/ltr)1 2 rerata

1 Jagung giling 179,3 178,8 179,05 521,52 Bungkil kedelai 192,8 197,2 195 6813 Bekatul 171 172,1 171,55 446,5

Page 13: Fabrikan Isi

4 Tepung ikan 180,2 182,3 181,25 543,55 Wheat pollard 164,1 163,3 163,7 368

Bulk density merupakan salah satu metode penetuan kualitas bahan pakan

sebelum dilakukan analisis kimia yang mendasarkan pada ukuran berat bahan

pakan per satuan volume (g/l). Dalam uji bulk density alat yang digunakan adalah

timbangan analitik dan gelas ukur. Sebelum dilakukan uji gelas ukur ditimbang

terlebih dahulu . Dalam praktikum yang dilakukan ada beberapa bahan pakan

yang diuji bulk density antara lain jagung giling, bungkil kedelai, bekatul, tepung

ikan, wheat pollard dengan masing-masing hasilnya adalah 521,5; 681; 446,5;

543,5 dan 368 dengan berat gelas ukur 126,9 gram. Didalam bahan pakan yang

dilakukan uji bulk density, setelah dibandingkan dengan standar bulk density, ada

beberapa bahan pakan yang tidak sesuai atau melebihi standar bulk density,

misalnya jagung giling dan bungkil kedelai yang melebihi dari standarnya. Ini

mungkin adanya suatu kontaminasi atau pencemaran dengan bahan lain atau

adanya suatu rongga udara waktu ada dalam gelas ukur atau kurang padat. Uji

bulk density digunakan untuk meminimalkan pemalsuan bahan pakan dan juga

untuk memprediksi kapasitas tampung gudang, mengetahui hubungan antara

ukuran partikel dengan volume bahan pakan dan sebagai keterangan dalam

pembelian bahan pakan

Page 14: Fabrikan Isi

KESIMPULAN

Pelleting. Dalam pembuatan pellet, campuran bahan pakan yang

digunakan ternyata kekurangan kandungan air sehingga campuran bahan pakan

terlalu kering dan ini mengakibatkan pada saat proses pelleting tidak terbentuk

pellet sesuai yang diinginkan.

Durrability pellet. Pellet yang digunakan dalam uji ini ada 2 macam yaitu

pellet buatan pabrik dan pellet buatan saat praktikum. Dari hasil pengujian

ternyata diperoleh bahwa kualitas pellet unutk keduanya memiliki kualitas

medium yaitu dengan skor 6. Dengan demikian pellet yang digunakan kualitasnya

termasuk medium.

Uji kandungan urea. Dalam uji ini bahan pakan yang mengandung urea

paling banyak yaitu bahan pakan yang berupa mineral elektrolit dimana

kandungan ureanya lebih dari 5% yang ditunjukkan dengan warna biru pekat.

Sedangkan bahan pakan yang mengandung urea berikutnya yaitu konsentrat

HQFS dan konsentrat ayam dengan kandungan urea sebesar 1%. Untuk bahan

pakan tepung ikan chilli, jagung giling, bungkil kedelai, wheat brand, bekatul dan

bungkil kelapa.

Uji kandungan sekam. Dari beberapa bahan pakan yang diujikan ternyata

bahan pakan yang mengandung sekam yaitu bakatul, wheat pollard dan wheat

brand yang ditunjukkan terjadi perubahan warna merah setelah dites dengan

phloroglucinol 1%. Sdangkan bahan pakan yang tidak mengandung sekam yaitu

tepung ikan, jagung giling, bungkil kedelai, bungkil kelapa, konsentrat ayam dan

konsentrat HQFS dimana setelah penambahan phloroglucinol 1% tidak terjadi

perubahan warna sehingga warna tetap seperti aslinya.

Bulk density. Dari bahan pakan yang diujikan, bahan pakan yang meiliki

bulk density dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu bungkil kedelai sebesar

681 gram/liter; tepung ikan sebesar 543,5 gram/liter; jagung giling sebesar 521,5

gram/liter; bekatul sebesar 446,5 gram/liter; dan wheat pollard sebesar 368

gram/liter. Dengan hasil tersebut diketahui semakin tinggi nilai bulk density maka

Page 15: Fabrikan Isi

semakin banyak tempat (gudang) yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan

pakan dalam suatu pabrik.

Page 16: Fabrikan Isi

DAFTAR PUSTAKA

Agus, A. 1998. Pengawasan Mutu Pakan. Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta.

Agus, A. 1999. Teknologi Pakan Konsentrat. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Boniran, S. 1999. Quality control untuk bahan baku dan produk akhir pakan ternak. Lokakarya Feed Quality Management. Badan Penelitian Peternakan dan American Soybean Association.

Kamal, M. 1997. Kontrol Kualitas Pakan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Cetakan Letiga. Kanisius. Yogyakrata.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Cetakan Keempat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Tangendjaja, B. 2000. Pengadukan Pakan (mixing). Feed Production Course. American Soybean Association.

Utomo, R. 2005. Kuliah Pengantar Fabrikasi Pakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Widayati, Eti, Widalestari dan Yanti. 1992. Limbah Untuk Pakan Ternak Edisi I. Trubus Agri Sarana. Surabaya.

Page 17: Fabrikan Isi

BAB I

PENDAHULUAN

Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebabkan berkembangnya

usaha peternakan nasional yang kemudian menyebabkan naiknya kebutuhan

pakan ternak. Tahun 1979 merupakan titik awal berdirinya beberapa pabrik pakan

ternak. Titik balik dan perkembangan yang cerah terjadi setelah tahun 1980

dimana pabrik pakan ternak yang baru mulai bermunculan (Rasyaf,1990).

Faktor pakan merupakan faktor terbanyak menyerap investasi dengan

mengambil kontribusi sebagai biaya ransum sebesar 70 % biaya produksi. Oleh

karena itu perlu mendapat perhatian para peternak dalam usaha menekan dan

menurunkannya hingga 55-60%. Usaha penurunan dari biaya produksi akan

mengakibatkan diperolehnya keuntungan yang lebih tinggi (Kartadisastra,1994).

Pembuatan pakan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan

menggunakan tangan yang dilakukan di atas lantai dan dengan menggunakan alat-

alat sederhana maupun dengan mesin (feedmill). Feedmill merupakan serangkaian

mesin-mesin pembuat pakan yang bekerja secara kompak dan lengkap. Mesin

pembuat pakan terdiri dari mesin penggiling (hammer mill), mesin penimbang

(weigher), mesin pemusing (cyclone), mesin pemindah bahan pakan (auger),

mesin penghembus (blower), mesin pencampur (mixer) dan mesin pembuat pellet

(Kartadisastra,1994).

Pembuatan pakan dengan feedmill pada dasarnya dibagi dalam dua tahap

yaitu transportasi bahan pakan dan pembuatan pakan (mash making dan

pelleting). Pembuatan pakan meliputi empat tahap kegiatan yaitu: 1) Persiapan

bahan pakan, yaitu penimbangan bahan pakan sesuai dengan formula; 2)

Penggilingan bahan pakan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah bentuk

bahan pakan ke bentuk yang lebih kecil; 3) pencampuran bahan pakan, yaitu

proses mencampur bahan pakan yang dilakukan dalam mesin pencampur,

pencampuran pendahuluan perlu dilakukan untuk bahan pakan yang jumlahnya

sedikit dan berukuran partikel kecil (misalnya vitamin) sehingga akan diperoleh

Page 18: Fabrikan Isi

campuran bahan pakan yang merata; 4) pengepakan, yaitu dengan menggunakan

karung plastik dengan berat 50kg/karung, kemudian diikat dan dijahit

(Kartadisastra,1994).

Kualitas bahan pakan dalam industri pakan ternak akan menentukan

kualitas produksi akhir sehingga kontrol kualitas sangat di perlukan. Kontrol

kualitas meliputi: (1) kontrol kualitas bahan baku, (2) kontrol kualitas selama

proses penyimpanan dan proses produksi serta, (3) kontrol kualitas produk akhir,

semua kontrol kualitas ini harus lengkap dilakukan karena semua bahan baku

yang digunakan akan bercampur selama proses produksi dan disimpan sebagai

pakan jadi (Khalil dan Suryahadi,1997).

Page 19: Fabrikan Isi

BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah PT. Siba Prima Utama Feedmill

PT Siba Prima Utama Feedmill merupakan perusahaan yang memproduksi

pakan ayam petelur (layer). Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari 1995 di

Klaten oleh 2 pemegang saham yaitu Bapak Paulus Slamet dan Bapak Lilik

Sugiarto yaitu seorang peternak yang memiliki 6000 ayam petelur di Sukoharjo

dan 10 flock (30.000) ayam broiler di Karang Anyar. Bermula dari hal tersebut

maka timbul gagasan untuk membuat pakan ayam sendiri dengan mencoba

berbagai macam bentuk formulasi ransum. Formula yang diuji cobakan selalu

berganti-ganti, akhirnya ditemukan suatu formula yang paling efektif untuk ayam

petelur. Formula tersebut digunakan sebagai standar ransum di PT Siba Prima

Feedmill sampai saat ini. Pada mulanya perusahaan hanya memproduksi pakan

untuk ayam sendiri, tetapi karena permintaan pakan dari saudara dekat sesama

peternak, tetangga semakin meningkat maka farm layer dijual dan berkonsentrasi

pada pembuatan pakan.

PT Siba Prima Utama Feedmill masih tergolong sebagai industri rumah

tangga jika dilihat dari jumlah tenaga kerja, produksi pakan yang hanya dilakukan

bila ada pesanan dan sistem pemasaran yang bersifat kekeluargaan (antar peternak

dan antar kenalan). PT Siba Prima Utama Feedmill dahulunya selain

memproduksi pakan ayam layer juga memproduksi pakan babi dan pakan broiler.

Namun dalam perkembangannya pakan yang laku atau dipesan kebanyakan

pelanggan adalah pakan ayam layer sehingga produksi pakan babi dan broiler

dihentikan selain itu di sebabkan karena kurangnya fasilitas mesin untuk

mencampur dan menggiling pakan.

Permintaan produk pakan dari peternak terus mengalami peningkatan

sehingga bila tidak melakukan perluasan lahan maka tidak dapat memenuhi

permintaan pelanggan. Akhirnya pemilik perusahaan mengambil langkah dengan

Page 20: Fabrikan Isi

membangun pabrik baru di daerah Karang Anyar tepatnya di Dusun Ngringo,

Karang Anyar, Solo menempati area lahan seluas 5000 m2. Pada tanggal 24

Desember 2003 perusahaan sudah resmi beroperasi di Karang Anyar. Setelah

pindah di Karang Anyar perusahaan dipimpin oleh Bapak Lilik Sugiarto sekaligus

sebagai pemegang saham. Alasan memilih daerah Karang Anyar Solo karena

daerah tersebut merupakan daerah industri sehingga sangat cocok untuk

mengembangkan usaha yang lebih besar. Selain itu lokasinya yang sangat

strategis karena berada didekat jalan raya sehingga memudahkan transportasi

bahan baku maupun pengiriman produk.

Visi dan Misi

Visi

Visi dari perusahaan ini adalah sebagai perusahaan yang bergerak di

bidang produksi pakan, yang mampu menyediakan pakan ayam petelur secara

berkesinambungan dengan kualitas yang baik.

Misi

Misi perusahaan dalam mengembangkan perusahaannya adalah sebagai

lahan usaha untuk mencari profit atau keuntungan. Selain itu perusahaan juga

berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka

lapangan pekerjaan baru.

Page 21: Fabrikan Isi

BAB III

PEMBAHASAN

Proses Produksi

PT. Siba Prima Utama Feedmill merupakan suatu perusahaan yang

memproduksi pakan jadi untuk ayam layer. Dalam menjalankan usahanya

melibatkan berbagi proses antara lain: pengadaan bahan baku, proses produksi,

pemasaran, serta pendistribusian. Dalam proses produksi menggunakan berbagai

alat seperti: mixer, grinder, oven, mesin pengayak, timbangan dan lain-lain.

Bahan baku yang masuk sebelum diproses dilakukan pengontrolan

terhadap kualitasnya dan apabila kualitasnya memenuhi maka bahan pakan

tersebut diproses lebih lanjut. Sebelum pencampuran bahan pakan, bahan pakan

yang masih berupa butiran harus di pecah sehingga menjadi lebih kecil dan halus.

Setelah ukurannya berubah maka dalam proses mixing akan didapatkan campuran

yang homogen. Pencampuran tersebut disesuaikan dengan formulasi yang telah

ditentukan. Proses pencampuran membutuhkan waktu sekitar 5-7 menit.

Setelah pencampuran selesai produk pakan dikemas dalam zak, dimana 1

zak seberat 50 kg. Kemudian zak-zak pakan tersebut dijahit dan siap untuk

didistribusikan.

Grinding

Untuk melakukan proses penggilingan (grinding) bahan pakan PT Siba

Prima Utama Feedmill memiliki 3 buah hammer mill dengan 2 macam screen

yaitu 2-3 mm dan 5-6 mm. Kapasitas mesin penggilingan dengan screen 2 mm

digunakan untuk produk pakan petelur grower dan pakan konsentrat sedangkan

penggilingan dengan screen 5 mm digunakan untuk produk pakan petelur

produksi. Masing-masing hammer mill dilengkapi dengan sebuah blower yang

berfungsi untuk memisahkan kotoran yang terdapat pada bahan pakan sehingga

diperoleh hasil gilingan yang bersih dan bebas dari kotoran.

Bahan pakan yang ada di perusahaan yang biasa digiling adalah jagung,

sorghum. Menurut Agus (1999) tujuan penggilingan adalah meningkatkan luas

Page 22: Fabrikan Isi

permukaan, memudahkan penanganan, memudahkan pencampuran, meningkatkan

efisiensi pembuatan pellet serta menarik pemakai atau peternak meskipun dengan

alasan yang kurang jelas.

Mixing

Mixing merupakan usaha untuk meratakan ingredient sehingga setiap

bagian kecil dari campuran mempunyai proporsi sama seperti atau sebagaimana

proporsi awalnya. Lama tidaknya waktu yang dicampurkan. Semakin sedikit

jumlah bahan pakan yang dicampur, maka semakin kecil waktu yang dipakai.

Khalil dan Suryahadi (1997) menyatakan bahwa tujuan pencampuran adalah

untuk mengkombinasikan kedua proses yaitu pengacakan bahan pakan yang

berbeda menjadi bahan dalam bentuk campuran. Pada tahap ini dilakukan

pencampuran bahan baku yang sudah digiling atau sudah halus sesuai dengan

formula yang sudah dibuat. Tujuan pencampuran adalah untuk mendapatkan hasil

yang homogen dari dua atau lebih bahan baku.

Hasil pencampuran yang baik akan meningkatkan penampilan ternak

karena jika pencampuran tidak merata maka ternak ada yang berlebihan dan

kekurangan nutrien dari pakan. Pencampuran bahan baku konsentrat yang ada di

PT. Siba Prima dilakukan dengan vertikal mixer dengan kapasitas 4-5 ton setiiap

kali pencampuran dengan produksi perhari rata-rata 100-104 selama 6-8 jam.

Pencampuran dilakukan oleh tenaga produksi dimana karyawan gudang ini

menggunakan sistem pencampuran bahan mikro. Kemudian diikuti dengan bahan

makro dan proses pencampuran itu dilakukan secara borongan sehingga motivasi

mereka adalah untuk mendapatkan produk pakan jadi sebanyak-banyaknya,

namun kualitas kerjanya belum tentu baik. Oleh karena itu perusahaan harus

menempatkan karyawan sesuai dengan bidangnya dan karyawan harus mengerti

tentang arti pentingnya pencampuran pakan yang homogen. Pencampuran bahan

baku konsentrat perlu pengkajian yang lebih mendalam karena hasil pencampuran

akan mempengaruhi produktivitas ternak.

Pencampuran yang baik adalah pencampuran yang benar-benar homogen

artinya semua bahan baku konsentrat tercampur secara merata baik bahan makro

Page 23: Fabrikan Isi

maupun mikro. Pencampuran bahan mikro perlu diperhatikan karena dapat

berakibat buruk pada ternak, misalnya pencampuran urea tidak homogen akan

berakibat menimbulkan keracunan pada ternak yang mengkonsumsi pakan dengan

kandungan urea paling tinggi, sebaiknya jika ternak mendapat urea maka akan

kekurangan kebutuhan protein kasarnya. Pada prinsipnya mixing adalah

mencampur bahan baku secara merata, semua bahan yang sudah ditimbang sesuai

dengan perhitungan dimasukkan kedalam mixer dengan bantuan silinder yang

melingkari spiral secara otomatis semakin banyak komposisi bahan baku yang

dimasukkan maka semakin beraneka ragam tercampur merata dan bergantian

turun kebawah (bolak-balik) (Murtidjo, 1987).

Cara mencampur ada 2 macam cara yaitu secara manual dan menggunakan

mesin. Pada pencampuran manual, pakan dicampur dengan alat sederhana dan

dengan tangan yang dilakukan diatas lantai yang bersih dan rata, biasanya alat

yang digunakan adalah sekop. Di PT. Siba Prima dalam pencampuran bahan

pakan menggunakan mesin. Pada pencampuran menggunakan mesin yang

merupakan pencampuran bahan pakan dengan menggunaskan peralatan atau

mesin pencampur (mixer), semua bahan pakan yang diperlukan dimasukkan

kedalam mixer. Untuk bahan pakan memiliki ukuran partikel yang sangat kecil

dan jumlahnya sedikit (premix, urea) dilakukan pencampuran pendahuluan

(premixing) supaya merata (Kartadisastra, 1994). Setelah mikro mineral

tercampur tahap selanjutnya yaitu pencampuran bahan makro. Urutan

pencampuran yang pertama yaitu jagung giling, sorgum, bekatul, baru kemudian

mikro mineral yang telah tercampur. Proses mixing membutuhkan waktu sekitar

5-7 menit. Dengan waktu tersebut diharapkan semua bahan pakan sudah

tercampur homogen.

Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas bertujuan untuk menjamin bahwa kualitas bahan pakan

terpenuhi dan memberikan informasi yang tepat tentang kandungan nutrien dan

nilai zat anti nutritif yang diinginkan dalam produk akhir dapat diperoleh dengan

baik (Khalil dan Suryahadi, 1997). Pengawasan mutu dalam industri pakan ternak

Page 24: Fabrikan Isi

tidak hanya terbatas pada kualitas bahan baku saja, tetapi juga pengontrolan

perubahan kualitas bahan baku selama penyimpanan, pada saat proses produksi

dan kontrol kualitas produk akhir.

Tabel 5. Standar Pakan Jadi Yang Digunakan PT. Siba Prima Utama Feedmill

Jenis Air (%)

PK (%)

LK (%)

SK (%)

Abu (%)

Energi (Kcal/kg)

L-1/L-1 KS Max 12 17,5-18,5 4-5 4-5 12-13 2700-2750L-19 Max 12 18,5-19,5 4-5 4-5 12-13 2700-2750

C-435 Max 11 33-34 3-4 3-4 30-32 1800-1950

Kontrol kualitas yang dilakukan oleh PT. Siba Prima Utama Feedmill

meliputi kontrol kualitas secara fisik (organoleptik), analisis kimia, dan

mikroskopik.

Pengawasan fisik terhadap bahan baku dilakukan pada saat bahan baku

dan memutuskan diterima tidaknya bahan baku tersebut. Pengawasan fisik

meliputi analisis kadar air, warna, bau, rasa dan tekstur bahan baku. Bahan baku

seperti jagung dianalisis kadar air dengan menggunakan tera tester, sedangkan

wheat pollard, bungkil kedelai,biji batu cukup dianalisis secara visual saja. Bahan

baku seperti tepung ikan (fish meal), tepung daging dan tulang (meat bone meal)

dan tepung daging unggas (poultry meat meal) selain dianalisis secara visual juga

masih harus dianalisis di laboratorium Quality Control. Untuk bekatul secara

visual terkadang juga dianalisis kadar sekamnya.

Kontrol kualitas di laboratorium dilakukan untuk bahan baku seperti

tepung ikan (fish meal), tepung daging dan tulang (meat bone meal) dan tepung

daging unggas (poultry meat meal). Di PT. Siba Prima Utama Feedmill

mempunyai laboratorium Quality Control, Research and development untuk

menganalisis bahan baku yang meliputi analisis mikroskopis dan analisis

proksimat. Analisis mikroskopis dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik bahan

baku secara lebih jelas dan untuk mengetahui adanya kontaminan, misalnya

adanya serangga, ulat, jamur maupun benda-benda asing lainnya. Analisis

proksimat yang dilakukan tidak lengkap, yang terpenting dan setiap hari

dailakukan adalah menghitung kadar protein kasar dan kadar air, fraksi yang

Page 25: Fabrikan Isi

lainnya seperti serat kasar, lemak kasar, kadar abu, dilakukan hanya tiap

minggu,untuk standarisasi hasil laboratorium PT. Siba Prima Utama Feedmill

bekerja sama dengan UGM. Bahan pakan yang dianalisis proksimat antara lain

tepung ikan dan bungkil kedelai. Sedangkan untuk analisis mikroskopik bahan

pakan yang biasa dianalisis yaitu bekatul, tepung ikan dan masih banyak lagi yang

lain. Untuk analisis pakan dilakukan setiap seminggu sekali kecuali jika terjadi

perubahan formula pakan.

Page 26: Fabrikan Isi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

PT. Siba Prima Utama Feedmill merupakan perusahaan yang

memproduksi pakan ayam petelur (layer). Perusahaan ini ddirikan pada bulan

Januari 1995 di Klaten dan pada tanggal 24 Desember 2003 perusahaan tersebut

pindah di daerah Karang Anyar, Solo.

Dalam memproduksi pakan, PT. Siba Prima Utama Feedmill melakukan

serangkaia proses produksi mulai dari pengadaan bahan baku, pengawasan

(Controlling) sampai pada proses pemarasarannya. Untuk pengadaan bahan baku

didatangkan dari daerah sekitar perusahaan seperti Boyolali, Purwodadi, Klaten

dan apabila bahan bakunya belum mencukupi perusahaan ini malakukan impor

bahan baku.

Kontrol kualitas yang dilakukan oleh PT. Siba Prima Utama Feedmill

meliputi kontrol kualitas secara fisik maliputi analisis kadar air, warna, bau, rasa

dan tekstur bahan baku. Setelah semua bahan baku yang masuk diterima

kemudian bahan tersebut masuk ke gudang dan dilakukan proses selanjutnya.

Sebelum proses mixing untuk bahan pakan yang masih berupa butiran seperti

jagung terlebih dahulu di pecah dengan menggunkan mesin grinder dan kemudian

sesuai dengan formulasinya dilakukan proses mixing.

Produk pakan yang dihasilkan PT. Siba Prima antara lain L-1/L 1-KS, L-

19 dan C-435. daerah pemasaran produk ini meliputi peternak di daerah terdekat

seperti Boyolali, Klaten dan ada juga Yogyakarta. Memang untuk produk dari PT.

Siba Prima Utama belum dijual secara bebas tetapi hanya dilakukan untuk yang

memesan pakan tersebut. Selain dikirmkan ke daerah lain pakan yang diproduksi

perusahaan ini diterapkan kepada ayam yang dipelihara sendiri oleh perusahaan

ini sehingga mutu dan kualitas dari pakan yang dihasilkan tetap terjamin.

Page 27: Fabrikan Isi

Saran

Pemasaran produk bahan pakan di PT. Siba Prima Utama Feedmill

sebaiknya di seluruh daerah, tidak hanya pada peternak yang memesan ke

perusahaan. Dengan demikian produk pakan jadi dari PT. Siba Prima Utama

Feedmill akan banyak dikenal dan bahkan mungkin digunakan oleh peternak

yang sebelumnya belum mengenal produk dari PT. Siba Prima Utama Feedmill.

Page 28: Fabrikan Isi

DAFTAR PUSTAKA

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Kartadisastra, H.R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Khalil dan Suryahadi. 1997. Pengawasan Mutu dalam Industri Pakan Ternak. Poultry Indonesia. No. 213. November. Jakarta.

Siregar, A. P., M. Sabrani dan P. Suroprawiro. 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan ke 2. Margie Group. Jakarta.

Zuprizal dan M. Kamal. 2000. Ransum unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Page 29: Fabrikan Isi

LAMPIRAN

Lampiran. 1 Uji Durability Pellet

@ Pellet pabrik

rumus =

6 =

= 94,76/100 x 6

= 5,68

5 =

= 0,144/100 x 5

= 0,0072

4 =

= 0,048/100 x 4

= 0,00192

3 =

= 0,048/100 x 3

= 0,00144

2 =

= 0,0960/100 x 2

= 0,00192

1 =

= 0,048/100 x 1

Page 30: Fabrikan Isi

= 0,00048

Total = 5,68 + 0,0072 + 0,00192 + 0,00144 + 0,00192 + 0,00048 + 0

= 5,69

@ Pellet Hasil Praktikum

6 =

= 99,19/100 x 6

= 5,95

5 =

= 0,3528/100 x 5

= 0,0176

4 =

= 0,151/100 x 4

= 0,0060

3 =

= 0,050/100 x 3

= 0,0015

2 =

= 0,151/100 x 2

= 0,0030

1 =

= 0,1008/100 x 1

= 0,001008

Total = 5,95 + 0,0176 + 0,0060 + 0,0015 + 0,0030 + 0,001008

= 5,979

Lampiran 2. Uji Bulk Density

Page 31: Fabrikan Isi

Jagung Giling

Bungkil Kedelai

Bekatul

Tepung Ikan

Wheat Pollard