Author
hoangngoc
View
226
Download
1
Embed Size (px)
EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN,
KOLABORASI YAYASAN YAPPIKA (YAYASAN PENGUATAN PARTISIPASI, INISIATIF, DAN KEMITRAAN MASYARAKAT INDONESIA)
DAN YKPJ (YAYASAN KESEHATAN PAYUDARA JAKARTA) DI KEC. KOJA. JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai syarat untuk meraih Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Fahminudin NIM. 103054028783
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H./ 2008 M.
ABSTRAK
Fahminudin Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan, Kolaborasi Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) Di Kec. Koja. Jakarta Utara.
Istilah pengembangan masyarakat sering kali diimplimentasikan dalam bentuk program-program sosial yang meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM). Salah satu LSM yang melaksanakan program-program sosial, yaitu: Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) yang bekerja sama atau berkolaborasi melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Program ini merupakan salah satu bentuk pelayanan publik di bidang kesehatan dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara.
Program ini terdiri dari langkah-langkah kegiatan program yang terdiri dari: 1) Pendidikan publik, berupa penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. 2) Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan. 3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan dengan menggunakan alat mammografi. 4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan payudara guna diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks ini, peserta program yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan, seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut.
Rangkaian langkah-langkah kegiatan program di atas, tentunya memiliki tujuan tertentu. Untuk memperoleh tujuan tertentu, maka proses kegiatan-kegiatan program haruslah mengarah sesuai dengan rencana-rencana kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan suatu program (mencapai tujuan yang diinginkan). Bila suatu program yang dijalankan tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka yang ditinjau atau dianalisis ialah suatu proses kegiatan-kegiatan program yang telah direncanakan sebelumnya, apakah implimentasi sebenarnya dari program tersebut berbeda dari yang ada dalam rancangan (perencanaan), atau sekalipun suatu program dilaksanakan sesuai dengan rancangan, kemungkinan bisa saja program itu tidak mengarah ke kegiatan-kegiatan yang seharusnya menjadi sasaran.
Analisis suatu proses kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, dapat dilakukan dengan suatu kegiatan evaluasi program pada Input dan Proses. Penelitian evaluasi input bertujuan untuk memperbaiki program, dengan cara mengecek persiapan-persiapan (perencanaan) yang ada. Sedangkan evaluasi proses bertujuan untuk melihat bagaimana rencana-rencana tersebut dilaksanakan dan memberikan informasi tentang deskripsi proses pelaksanaan program
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu, penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif, yaitu, penelitian yang berupaya menghimpun data, mengelolah data, dan menganalisis data secara kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif, bersifat deskriptif (menggunakan data-data kualitatif), yaitu, penelitian yang berusaha menerangkan atau menggambarkan peristiwa yang terjadi pada subyek penelitian pada masa sekarang, kemudian dijelaskan, dianalisa, dan disajikan sedemikian rupa untuk mendapatkan gambaran yang sistematis.
Untuk menganalisis evaluasi program ini, penulis menggunakan desain penelitian Pietrzak, dkk. Pieztrzak menjelaskan, pertama, evaluasi input memfokuskan penilaian atau evaluasi pada berbagai unsur (variable) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Berbagai unsur tersebut meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Pertayaan kunci yang ingin dijawab melalui evaluasi input ini adalah: a. Apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana? b. Apakah para stap pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjannya? c. Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?.
Kedua, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan pengoperasian program dan kualitas layanan yang diberikan yang mencakup kegiatan-kegiatan program dan sistem pemberian layanan program, seperti: jenis layanan kegiatan program, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf). Pertayaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini ialah: 1). Kegiatan program apa saja yang dilakukan? 2). Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program?.
Hasil analisa evaluasi input, penulis menyimpulkan, pertama, klien (sasaran penerima kegiatan program). Dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program dan hasil wawancara peneliti dalam bentuk kuesioner kepada sejumlah klien (sasaran penerima kegiatan program), bahwa karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) yang terdiri dari: warga perempuan kelurahan rawa badak utara (RBU), para bidan di lokasi setempat, para relawan, dan masyarakat umum, telah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ). Kedua, para staf pelaksana program. Dari hasil wawancara peneliti kepada para staf mengenai latar belakang pendidikan para staf, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti para staf, serta bidang kerja para staf, menunjukan bahwa para staf berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mekanisme kerjanya. Begitupun dengan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh para staf dan bidang kerja para staf, telah sesuai dengan mekanisme kerjanya.
Ketiga, sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Dari hasil pengamatan peneliti pada saat dilaksanakannya kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada peserta program, bahwa fasilitas yang digunakan telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program dan jumlahnya telah memadai sesuai dengan kapasitas pihak-pihak yang menggunakan fasilitas tersebut.
Hasil analisa evaluasi proses, peneliti menyimpulkan, pertama, kegiatan-kegiatan program yang dilakukan, terdiri dari 4 tahap kegiatan, yaitu: a. Tahap persiapan program. b. Tahap uji coba program c. Tahap pelaksanaan program. d. Tahap evaluasi akhir keseluruhan program, analisis data-data, dan laporan.
Kedua, dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program dan hasil wawancara peneliti kepada para klien (warga perempuan), bahwa kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan telah dapat mudah dan nyaman diterima oleh warga perempuan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Segala puja dan puji bagi Allah Swt, Zat yang maha menggengam seluruh jagat alam semesta ini termasuk
setiap hati manusia, zat yang maha besar, maha pengasih dan penyayang, tiada daya dan upaya kecuali hanya pada
diri-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasullah Saw, sebagai teladan bagi kita
semua.
Al-lhamdullilahirrabil’alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt atas rahmat dan
pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tampa rahmat dan pertolongan-Nya tidaklah mungkin
skripsi ini dapat diselesaikan.
Kemampuan mengevaluasi program atau menjadi seorang evaluator ini merupakan salah satu keterampilan
khusus yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengembangan masyarakat, dimana dengan kemampuan tersebut
diharapkan program-program sosial yang dijalankan seorang pengembangan masyarakat dapat mencapai suatu
keberhasilan. Dengan adanya pengevaluasian input dan proses akan selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan program
yang terus berjalan, mengembangkan dan memperkuat kembali sesudah stabil, menghasilkan umpan balik segera
kepada pembuat program yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila diperlukan.
Skripsi evaluasi program ini penulis sadari masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian mudah-mudah
skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya untuk mahasiswa atau orang
lain yang mungkin dapat berguna sebagai bahan tambahan bagi mereka yang berkonsentrasi pada bidang studi dalam
dimensi pelayanan masyarakat dan evaluasi program-program sosial.
Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tampa
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dan dukungannya sehingga penulisan skripsi ini
dapat selesai. Penulis menghaturkan terima kasih sebesar besarnya kepada seluruh keluarga penulis, ayahanda dan
ibunda tersayang Bapak Drs. Chaeruna. MM. dan Ibu Bai Nafiah, yang telah banyak memberikan motivasi dan saran-
sarannya secara terus menerus, ketika penulis mengalami hambatan dalam penulisan skripsi ini. Mereka mengajarkan
arti hidup sesungguhnya di dunia ini. Mereka telah rela banyak berkorban jiwa dan raga demi untuk kesuksesan
putranya ini. Tentunya terima kasih yang penulis haturkan tidak pernah cukup untuk membalas semua kasih sayangnya
kepada penulis dan semoga Allah selalu merahmatinya.
Kepada kakanda Rasid Hamidi yang telah meminjemkan komputernya kepada penulis untuk dapat mengetik
skripsi ini, dan rela mengorbankan waktunya sampai larut malam untuk dapat membetulkan komputer yang sering kali
rusak. Kepada H. Haeriah. Lc dan H. Husein Lc yang telah memahami kesibukan penulis yang sedang menyusun
skripsi, sehingga enggan menyuruh-menyuruh penulis bila terdapat keperluan-keperluan yang harusnya penulis
kerjakan, yang telah membantu mendukung terselesaikannya proses penulisan skripsi ini.
Terima kasih yang tak terhingga penulis juga sampaikan kepada Bapak. Dr. Murodi, MA. Selaku Dekan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Staf-stafnya. Penulis sampaikan ucapan
terima kasih kepada Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd dan Ibu Wati Nilamsari, M.Si. selaku Ketua dan Sekertaris
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan arahan dan bimbingannya mengenai dunia akademis kepada penulis.
Kepada Ibu Nurul Hidayati, M.Pd. sebagai dosen pembimbing penulisan skripsi ini. Penulis haturkan terima
kasih banyak yang telah meluangkan banyak waktunya kepada penulis untuk dapat memberikan bimbingan setiap kali
penulis mengalami kesulitan dan kebingungan dalam penulisan skripsi ini. Beliau dengan sabar dan tidak bosan-
bosannya menerima penulis untuk dapat berkonsultasi kapanpun waktunya, yang telah banyak memberikan motivasi
untuk terus maju, bersabar dan berdoa kepada Allah, serta memberikan masukan-masukan yang sangat berarti kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Syamsir Salam, M.Si. Sebagai Dosen Penasehat
Akademik Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angakatan 2003. Serta para Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengarahkan, mendidik,
membimbing, dan memberi ilmu yang sangat bermanfaat untuk hidup penulis.
Terima yang tak terhingga juga, penulis sampaikan kepada Ibu Sri Indiyastusi selaku Maneger Humas dan
Kampanye Publik Yappika beserta Staf-stafnya, atas kemurahan hatinya telah mengizinkan penulis melakukan riset di
Yappika. Memberikan arahan-arahan terkait dengan riset yang dilakukan penulis, meluangkan waktunya untuk
diwawancarai di tengah kesibukannya bekerja, serta banyak membantu penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Elita Triandayani selaku Kordinator Lapangan dan Relawan Yappika yang
telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan penulis untuk penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah membalas atas semua bantuannya. Dan juga teman-teman para relawan Yappika (Yuliyanti, Achmad
Romadhan, Leonardo) dan semuanya yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak mendukung dalam
bantuannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Untuk Ibu Dr. Kardinah, MD. selaku Ketua Penyelidik Program, penulis ucapkan banyak terima kasih atas
kemurahan hatinya mengizinkan penulis melakukan riset di YKPJ. Atas kesediaanya memberikan data-data yang
penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Nia selaku Staf Pendukung Sekertaris YKPJ yang telah
banyak membantu memperoleh data-data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini. Kepada Ibu Very selaku
Maneger Administrasi YKPJ yang telah membantu mendukung terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih untuk teman-teman seperjuangan dan sepermainan Siti Nurasiyah,
Anwar, Nasro, Al-Hasanah, Cucun, Sri Yanah, Andi Hastono, Sopyan, Anang, Amri, Sueb, Ifdal, Azis, Edi, Hasan,
Iwan, Sahroni, Uwes, yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan kepada penulis, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Mereka telah banyak menghibur penulis di tengah penulis kebingungan dan kesulitan dalam
proses penulisan skripsi ini. Kepada Iskandar, Rizki, Roy, Kahfi, Bagus, Wawan, Apen, Datam, Ilham dan teman-
teman lainnya yang tidak penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan kalian, sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
Sekali lagi terima kasih, jasa-jasamu tidak akan pernah penulis lupakan. Jazakumullah Khoirul Jaza.
Jakarta, 15 September 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................................i KATA PENGANTAR................................................................................................ii DAFTAR ISI..............................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 01 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 09 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 10 D. Metodologi Penelitian ................................................................. 12 E. Sistematika Penulisan ................................................................. 22
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Teori-Teori Evaluasi Program ..................................................... 25
1. Pengertian Evaluasi............................................................... 25 2. Model-Model Evaluasi ......................................................... 26 3. Desain Evaluasi .................................................................... 28 4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi........................................... 33
B. Pelayanan Publik.......................................................................... 35 1. Definisi Pelayanan Publik .................................................... 35 2. Penyelenggara Pelayanan Publik.......................................... 35 3. Prinsip-Prinsip Pokok Pelayanan Publik .............................. 36
C. Bimbingan Penyuluhan Sosial .................................................... 38 1. Paradigma Bimbingan Penyuluhan Sosial dan Pengertian... 38 2. Metode Bimbingan Penyuluhan Sosial ................................ 39
D. Pendekatan Pelayanan Masyarakat ............................................. 40 1. Latar Belakang dan Pengertian ............................................ 40 2. Strategi dan Prinsip dalam Intervensi .................................. 43
E. Kanker Payudara ......................................................................... 47 1. Pengertian Kanker Payudara ................................................ 47 2. Penyebab Faktor Beresiko Kanker Payudara ..................... 47 3. Gejala-Gejala Kanker Payudara .......................................... 48 4. Stadium-Stadium pada Kanker Payudara ............................ 49 5. Tata Cara Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Payudara ...... 50
F. Kolaborasi .................................................................................... 55 1. Pengertian Kolaborasi........................................................... 55 2. Tujuan dan Jenis-Jenis Kolaborasi ....................................... 56
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN YAPPIKA DAN YKPJ SERTA PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN
A. Profil Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) .................................................................................... 58 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Yappika ...................... 58 2. Visi, Misi, dan Peran Yappika ............................................. 59 3. Pandangan dan Peranan Yappika Terhadap program .......... 60
B. Profil YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) .................. 61 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri YKPJ .......................... 61 2. Visi, Misi, dan Tujuan YKPJ ............................................... 62
C. Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan ....................................................................................................... 62 1. Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Program ............... 62 2. Sasaran dan Tujuan Program ............................................... 66 3. Struktur Personil Pelaksana Program ................................ 67 4. Mekanisme Kerja Pelaksanaan Program ............................. 68 5. Kerja Sama Program ............................................................ 75 6. Sarana atau Fasilitas Pelaksanaan Program ......................... 75
BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI
PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN A. Evaluasi Input .............................................................................. 77
1. Klien (Sasaran penerima kegiatan program) ........................ 79 2. Staf Pelaksana Program ........................................................ 98 3. Sarana atau Fasilitas pelaksanaan program ....................... 107
B. Evaluasi Proses .......................................................................... 125 1. Kegiatan-Kegiatan Program ............................................... 125 2. Apakah kegiatan-kegiatan program dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh klien 130
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 142 B. Saran-Saran ............................................................................... 149
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kebijakan sosial merupakan seperangkat tindakan, kerangka kerja, petunjuk, rencana, peta atau strategi
yang dirancang untuk menterjemahkan visi politik pemerintah atau lembaga pemerintah ke dalam program dan
tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di bidang kesejahtraan sosial. Karena kesejahtraan sosial
senantiasa menyangkut orang banyak, maka kebijakan sosial sering kali identik dengan kebijakan publik1.
Kebijakan publik berorentasi kepada pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial mengandung dua pengertian
yang saling terkait, yakni: memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial. Pemecahan masalah
sosial mengandung arti mengusahakan atau mengadakan perbaikan karena ada suatu keadaan yang tidak
diharapkan, misalnya, kemiskinan atau kejadian yang patalogis (misalnya kenakalan remaja). Sedangkan
pemenuhan kebutuhan sosial, yaitu, menyediakan pelayanan sosial yang diperlukan, baik karena adanya masalah
ataupun tidak ada masalah untuk pencegahan2.
Instansi pemerintah yang memegang kewenangan untuk menyediakan pelayanan-pelayanan sosial yang
diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat, haruslah benar-benar menentukan tipe, jenis, dan sistem pendekatan
pemberian pelayanan sosial kepada kelompok sasaran. Hal ini diperlukan untuk menentukan, apakah penyediaan
pelayanan sosial memiliki dampak positif atau negatif kepada masyarakat, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan,
dan apakah penyediaan layanan sosial dapat merespon masalah-masalah sosial yang dirasakan masyarakat3.
Meskipun penyediaan layanan-layanan sosial kepada masyarakat menjadi wewenangan dan tanggung
jawab pemerintah, namun seiring dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat yang dinamis di bidang politik
1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan
Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.107. 2 Ibid., h. 110. 3 Amoyepai, ”Peningkatan Kualitas Layanan Publik”, Artikel diakses pada 8 Maret 2008 dari WWW.Walhi.or.Id. At 02: 02.
dan menguatnya semangat demokrasi, terjadilah pergeseran peran pemerintah dalam ketatanegaraan dan kebijakan
publik, yaitu dari pemerintah yang pada awalnya memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan publik dalam
hal penyediaan layanan-layanan sosial, belakangan pemerintah dipandang bukan lagi mendominasi kekuasaan
orang banyak, akan tetapi ke tatakelolahan pemerintah yang identik dengan istilah stakeholder atau pemangku
kepentingan4.
Para stakeholder ini, salah satunya, yaitu, Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) yang berperan melakukan
advokasi kebijakan dan pelayanan publik, mengkritisi, menganalisis, dan mengidentifikasi subtansi kebijakan dan
pelayanan publik yang dapat memberikan jaminan hak-hak layanan publik secara adil dan berkualitas. Lembaga-
lembaga swadaya masyarakat yang berpartisipasi melakukan advokasi perbaikan kebijakan dan pelayanan publik
ini, dipengaruhi seiring dengan banyaknya muncul fenomena kebijakan dan pelayanan publik di negara Indonesia
yang dianggapnya buruk dan tidak berpihak pada rakyat, khususnya masyarakat miskin. Rakyat selalu dibebani
dengan kebijakan dan pelayanan yang tidak rasional demi untuk kepentingan sekelompok elit tertentu5.
Buruknya pelayanan publik di berbagai bidang sosial, tercermin salah satunya pada bidang kesehatan,
khususnya pada pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara.
“Berdasarkan data dari Yayasan kesehatan payudara Jakarta (YKPJ) dan YAPPIKA, kanker payudara dapat menyerang siapa saja, terutama kaum perempuan. Di Asia insiden kanker payudara masih rendah: 20 kasus baru di antara 100.000 penduduk. Adapun di Amerika Serikat dan negara maju jauh lebih tinggi yaitu 100 kasus baru per 100.000 penduduk dan sekitar 40.000 akan meninggal akibat penyakit ini.
Di Indonesia, penyakit kanker payudara belum secara luas dimengerti oleh masyarakat, begitupun kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker relatif rendah. Ini bisa dilihat dari banyaknya penderita yang baru datang ke rumah sakit ketika penyakitnya sudah pada stadium lanjut (III dan IV). Padahal, penyakit ini bisa dideteksi secara dini melalui pemeriksaan klinis dan mammografi, sehingga harapan untuk hiduppun bagi pasein yang belum sampai memasuki pada stadium lanjut lebih besar.
Kardinah, radiologist Rumah Sakit Kanker Dharmais yang juga aktif di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) mengatakan, “bahwa akhir-akhir ini penderita kanker payudara tidak lagi didominasi oleh perempuan usia 40 tahun ke atas, namun ada kecenderungan menyerang perempuan di usia lebih muda bahkan 20-an tahun”. Informasi ini tentu saja perlu menjadi perhatian berbagai pihak, khususnya kaum perempuan untuk mengenali dan berusaha mengantisipasi kemungkinan serangannya
4 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat., h. 108.
5 Bambang Roestomo, “Wajah Buram Pelayanan Publik Kita”, Artikel diakses pada 8 Maret 2008 dari WWW. Pewarta-Kabar Indonesia.bogspot.com.
sedini mungkin, mengingat kanker payudara adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang telah memakan korban yang tidak sedikit akibat keterlambatan penanganan yang tidak cepat dan tepat”1. Sarana atau fasilitas yang menunjang pelayanan yang disediakan pemerintah terhadap informasi dan upaya
publikasi mengenai antisipasi dini serangan penyakit kanker payudara melalui efen-efen tertentu, seperti kampanye
publik, penyiaran berita di media masa yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat sangat minim. SDM kesehatan
atau tenaga medis yang kompenten untuk dapat melakukan pemeriksaan secara dini kesehatan payudara, serta
peralatan-peralatan medis yang digunakan sebagai verifikasi hasil pemeriksaan kesehatan payudara di setiap rumah
sakit dan puskesmas juga kurang memadai. Hal ini menyebabkan banyak dari kalangan masyarakat tidak
mengetahui dan mengerti bahaya penyakit kanker payudara yang mayoritas menyerang pada kaum perempuan,
disamping itu kesadaran masyarakatpun relatif rendah untuk melakukan pencegahan dini melalui deteksi dini yang
bisa dilakukan oleh sendiri, sebelum penyakit kanker payudara berlanjut pada tahap stadium yang lebih tinggi.
Sistem rujukan penderita kanker payudara melalui Sktm (Surat keterangan tidak mampu) atau Askeskin
(asuransi kesehatan warga miskin) mulai dari layanan kesehatan paling bawah sampai ke rumah sakit, khusus yang
menangani kanker belum terkelola dengan baik. Kondisi ini cukup menyulitkan untuk penanganan secara cepat.
Pemerintah melalui Menteri Kesehatan sejak tahun 2005 lalu telah mencanangkan, melalui kebijakannya,
dimana setiap warga miskin memperoleh hak untuk mendapatkan pengobatan secara gratis di rumah-rumah sakit
Pemerintah. Namun dalam realitanya masih banyak warga miskin yang mengalami kendala untuk memperoleh
haknya tersebut. Beberapa kendala tersebut diantaranya, yaitu: pertama, selama ini informasi kebijakan pemerintah
untuk menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi warga miskin telah disosialisasikan, akan tetapi banyak warga
miskin yang tidak mengetahui prosedur pengurusan jaminan kesehatan tersebut. Mereka tidak tahu kepada siapa
harus bertanya, ada rasa takut bertanya kepada petugas penyelenggara kesehatan, dan rasa was-was apakah biaya
pengobatan benar-benar gratis atau tidak. Belum tersosialisasinya informasi secara mendetail mengenai langkah-
langkah pengurusan surat-menyurat jaminan pelayanan kesehatan, menyebabkan warga miskin terkadang sulit
untuk memperoleh haknya mendapatkan pengobatan gratis.
1 Lady Asher, “ Gratis Deteksi Kanker Payudara dari Yappika dan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta”, diakses pada 8 Maret 2008 dari Blog: http: //WWW.Pewarta-Kabarindonesia. blogspot.com, 15/06/2007, 15:59:24 Wib.
Kedua, pengurusan surat menyurat jaminan pelayanan kesehatan, seperti: Sktm (surat keterangan tidak
mampu) atau Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin) atau Gakin, prosedur administrasinya sangat rumit.
Prosedurnya harus melalui jalur pengurusan yang panjang mulai dari Rt, Rw, Kelurahan, Puskesmas, menunggu
verifikasi dari Puskesmas setempat, kembali lagi ke Puskesmas untuk mengambil surat hasil verifikasi dan rujukan
ke rumah sakit, dan terakhir ke Dinas Kesehatan untuk mengajukan permohonan katastropik. Jika kelengkapan
surat-menyurat masih kurang di salah satu atau beberapa langkah tersebut maka warga harus melengkapi terlebih
dahulu dan kembali lagi2.
Jalur pengurusan yang cukup panjang tersebut tentunya akan berdampak pada tingginya biaya transportasi
yang harus dikeluarkan oleh warga miskin. Urusan prosedur administrasi pengurusan surat jaminan kesehatan bagi
warga miskin (Sktm/ Gakin/ Askeskin), sangat penting, namun perlula dipikirkan efektivitas prosesnya, sehingga
dapat memudahkan bagi warga miskin.
Fenomena kejadian yang memprihatinkan, yaitu, buruknya penanganan pelayanan kesehatan dalam
penanganan penyakit kanker payudara, sebagaimana disebutkan di atas, menyebabkan munculnya Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang berperan melakukan advokasi perbaikan pelayanan publik di bidang kesehatan
yang dapat memberikan jaminan terhadap hak-hak layanan kesehatan secara adil dan berkualitas. Salah satu LSM
tersebut adalah YAPPIKA (Yayasan Penguatan, Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Indonesia) dan YKPJ
(Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta). Mereka bekerja sama melaksanakan program deteksi dini kanker payudara
melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan.
Target sasaran program ini ialah masyarakat kaum perempuan usia 40-55 tahun sejumlah 1500 orang
kelompok menengah ke bawah lokasi Kecamatan Koja. Jakarta Utara, yang meliputi: Kelurahan Rawa Badak
Selatan, Keluruhan Tugu Utara (di Kedua Kelurahan ini sudah terlaksana). Rencana selanjutnya di Kelurahan
Rawa Badak Utara, Tugu Selatan, Kelurahan Lagoa, dan Kelurahan Koja. Dalam kaitannya dengan penulisan
7 Sri Indiyastuti, ”Liku-liku Pengurusan Jaminan Kesehatan Warga Miskin”. Diakses pada 20 Maret 2008 dari WWW.
[email protected], 08/11/2007.
skripsi ini, fokus penelitian pada program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan
melibatkan bidan, ditentukan di satu lokasi, yaitu, di kelurahan Rawa Badak Utara. Jakarta Utara.
Adapun langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program ini terdiri dari: 1) Pendidikan publik, berupa
penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker
payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh
praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. 2)
Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan
biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan. 3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan
dengan menggunakan alat mammografi. 4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan
kasus kelainan payudara guna diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks
ini, peserta program yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan
kesehatan, seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin
guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut.
Rangkaian langkah-langkah kegiatan program di atas, tentunya memiliki tujuan tertentu. Untuk
memperoleh tujuan tertentu, maka proses kegiatan-kegiatan program haruslah mengarah sesuai dengan rencana-
rencana kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan
suatu program (mencapai tujuan yang diinginkan). Bila suatu program yang dijalankan tidak mencapai hasil yang
diharapkan, maka yang ditinjau atau dianalisis ialah suatu proses kegiatan-kegiatan program yang telah
direncanakan sebelumnya, apakah implimentasi sebenarnya dari program tersebut berbeda dari yang ada dalam
rancangan, atau sekalipun suatu program dilaksanakan sesuai dengan rancangan, kemungkinan bisa saja program
itu tidak mengarah ke kegiatan-kegiatan yang seharusnya menjadi sasaran8.
Menganalisa kembali suatu proses kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, dapat dilakukan dengan
suatu kegiatan evaluasi program pada Input dan Proses, karena penelitian evaluasi Input bertujuan untuk
8 Primahendera, “Evaluasi Program”, 2002. h. 73.
memperbaiki program, dengan cara mengecek persiapan-persiapan yang ada. Sedangkan evaluasi proses bertujuan
untuk melihat bagaimana rencana-rencana tersebut dilaksanakan9 serta mendeskripsikan proses pelaksanaan
program10.
Penelitian evaluasi program pada Input dan Proses penting, karena keputusan selama proses diperlukan
untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memperkuat kembali program11. Seperti: penyusunan dan pengaturan
kembali jadwal dan semua hal baik moril maupun materil. Namun sayangnya pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian evaluasi, hanya melakukan penelitian evaluasi program pada output (hasil) atau dampak. Hal ini
disesalkan karena hasil evaluasi program pada input dan proses akan memberikan umpan balik segera kepada
pembuat program yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila diperlukan.
Evaluasi program hanya pada Output saja, mungkin akan terlambat dan tidak dapat menolong untuk melakukan
perbaikan-perbaikan proses.
Melihat persoalan buruknya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara yang telah
dipaparkan dan juga mengingat pentingnya suatu penelitian evaluasi program pada Input dan Proses, sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut pada suatu penelitian ilmiah yang
penulis tuangkan dalam skripsi berjudul:
”Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara
Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan,
Kolaborasi Yayasan YAPPIKA (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia
YKPJ (Yayasan kesehatan Payudara Jakarta ).
di Kec. Koja . Jakarta Utara”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
9 Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 124. 10 Hendera, “Evaluasi Program”, h. 72. 11 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 144.
Agar penelitian yang dilakukan dan dibahas pada penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak
meluas, maka penulis membatasi penelitian pada pengevaluasian program deteksi dini kanker
payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan di Kelurahan Rawa badak Utara.
Jakarta Utara.
Adapun pemilihan kreteria evaluasi, terkait tipe-tipe evaluasi yang memberikan penekanan atau fokus
tertentu sesuai dengan ruang lingkup kegiatan yang dievaluasi, maka pada penelitian ini, penulis menggunakan
tipe atau model evaluasi input dan evaluasi proses.
2. Perumusan Masalah
Dalam merealisasikan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan
permasalahannya untuk memudahkan pembahasan selanjutnya, adapun perumusan masalah tersebut, yaitu,
sebagai berikut:
a. Evaluasi Input:
1) Apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan
tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ)?
2) Apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme
kerjanya?
3) Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program?
b. Evaluasi Proses:
1) Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan program?
2) Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh
sasaran penerima kegiatan program (Klien)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Dengan mengacu pada perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini,
yaitu:
a. Evaluasi Input:
1) Untuk mengetahui apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai
dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana program (Yappika dan YKPJ).
2) Untuk mengetahui apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam
menjalankan mekanisme kerjanya.
3) Untuk mengetahui apakah berbagi sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program
memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program.
b. Evaluasi Proses:
1) Untuk memperoleh gambaran kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan program.
2) Untuk mengetahui apakah kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat dengan mudah dan
nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program (Klien).
Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian, adalah
sebagai berikut:
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang bisa dimanfaatkan bagi para pengelolah
program yang terkait pada program-program sosial, khususnya bagi pengelolah program deteksi dini
kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Informasi ini berupa masukan
umpan balik perencanaan program, untuk dapat membantu memperbaiki dan mengembangkan kegiatan-
kegiatan program.
b. Penelitian ini hasilnya akan menyiapkan informasi tentang diskripsi proses aktivitas-aktivitas program pada
pengelolah program yang terkait.
3. Manfaat Akademis
a. Diharapkan dapat menambah kontribusi keilmuan yang dapat dijadikan dokumentasi Perguruan Tinggi
UIN Syarif Hidayatulllah, untuk dijadikan sebagai rujukan bagi para Mahasiswa yang berkonsentrasi pada
study sosial dalam dimensi Pelayanan Masyarakat dan Evaluasi Program-program Sosial.
b. Menghasilkan karya Ilmiah yang diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar SI (strata satu) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian evaluasi merupakan salah satu tipe penelitian ilmu sosial terapan yang dilakukan untuk
menilai suatu program, yang terdiri dari: evaluasi input, proses, dan output. Karena itu penelitian evaluasi
mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial12.
Penelitian evaluasi yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial, maka
dalam penelitian evaluasi ini, jenis penelitian yang penulis gunakan, yaitu jenis penelitian lapangan.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam membahas masalah ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu, penelitian
yang berupaya menghimpun data, mengelolah data, dan menganalisis data secara kualitatif. Pendekatan
penelitian kualitatif ini, bersifat deskriptif (menggunakan data-data kualitatif)13 yaitu, penelitian yang berusaha
menerangkan atau menggambarkan peristiwa yang terjadi pada subyek penelitian pada masa sekarang
kemudian dijelaskan, dianalisa, dan disajikan sedemikian rupa untuk mendapatkan gambaran yang sistematis.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
12 Hendra, ”Evaluasi Program“ h. 65. 13 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineke Cipta, 1997), h. 245.
Lokasi penelitian ditentukan di dua tempat: Pertama, di Yayasan YAPPIKA dan YKPJ, sebagai lokasi
lembaga yang bekerjasama melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis
dengan melibatkan bidan. Kedua, di Kelurahan Rawa Badak Utara, sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan
program.
Adapun waktu penelitian lapangan akan dilakukan mulai tanggal 6 juni 2008 sampai dengan tanggal 31
juli 2008.
4. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini, yaitu, peneliti sendiri. Sedangkan obyek dalam penelitian ini ialah pihak
pelaksana program, yaitu: yayasan YAPPIKA dan YKPJ. Dan pihak sasaran penerima kegiatan program, yaitu:
warga perempuan Kelurahan rawa badak utara (RBU), bidan setempat, para relawan, dan masyarakat umum di
lokasi kegiatan.
Obyek penelitian dari YAPPIKA dan YKPJ, yaitu, pihak bagian mekanisme kerja dalam pelaksanaan
kegiatan program. Masing-masing pihak bagian mekanisme kerja pelaksanaan program, diambil sejumlah 10
orang.
Adapun penentuan jumlah obyek penelitian dari pihak sasaran penerima kegiatan program yang terdiri
dari: pertama, warga perempuan kelurahan rawa badak utara, peneliti tentukan sejumlah 20 orang, diambil
sesuai dengan yang ditemukan di lapangan. Kedua, para bidan setempat, peneliti tentukan sejumlah 3 orang,
diambil sesuai dengan jumlah para bidan yang sering terlibat langsung sebagai tenaga medis lokal yang
melakukan pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (Sadari/periksa payudara
sendiri). Ketiga, para relawan, peneliti tentukan sejumlah 5 orang, diambil sesuai dengan kebutuhan yang
mewakili para relawan lainnya. Keempat, masyarakat umum, peneliti tentukan sesuai kebutuhan. Penentuan
jumlah obyek penelitian pada pihak sasaran penerima program ini, tidak diambil dari keseluruhan populasi
target sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana, hal ini dilakukan dengan
pertimbangan tertentu, antara lain: karena keterbatasan tenaga, waktu, dan dana.
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data, yaitu:
a. Data Primer: yaitu, data-data yang diperoleh secara langsung dari pihak pelaksana program, yaitu, dari
Yayasan YAPPIKA dan YKPJ. Dan dari sasaran penerima kegiatan program yang terdri dari: 1) Warga
perempuan Kelurahan rawa badak utara. 2) Para bidan setempat. 3) Para relawan. 4) Masyarakat umum di
lokasi kegiatan.
b. Data sekunder: yaitu, data-data yang diperoleh dari catatan-catatan tertulis atau dokumen yang terkait
dengan penelitian dari lembaga yang terkait, yaitu: dari YAPPIKA dan YKPJ.
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, teknik mengumpulkan data yang penulis
gunakan, sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut14. Dalam observasi, peneliti
melakukan pencatatan data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian yang dilakukan, berdasarkan apa
yang bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan diraba oleh tangan, kemudian peneliti tuangkan
dalam penulisan skripsi. Pencatatan data ini, penulis menggunakan catatan lapangan yang ditulis dengan
bahasa apa adanya. Observasi dilakukan setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara, sebanyak 5 kali.
b. Wawancara
14 E. Kristini Poerwandi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSP3-UI, 1998), h. 62.
Wawancara yaitu, metode pengumpulan data dengan mengadakan percakapan yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertayaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertayaan itu dengan maksud dan tujuan tertentu dalam penelitian15.
Penulis melakukan wawancara dengan bertanya langsung kepada sejumlah responden yang
dijadikan obyek dalam penelitian ini, yaitu, kepada pihak pelaksana program (Yappika dan YKPJ) dan
pihak sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU, para bidan di lokasi kegiatan,
dan para relawan). Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan tipe recorder untuk merekam,
kemudian hasil rekaman dari wawancara dicatat dalam bentuk transkip wawancara dengan bahasa apa
adanya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen. Dalam penelitian ini,
dimana peneliti sendiri mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai macam bentuk bahan tertulis
yang ada di lapangan serta data-data lain yang menunjang dalam penelitian yang dapat dijadikan bahan
analisis untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan dalam bentuk buku, majalah, arsip, artikel, makalah, dan webset dari lembaga yang
terkait, baik itu dari YAPPIKA maupun YKPJ.
7. Analisis Data
Dalam melakukan penelitian ini, data-data yang diperoleh dari lapangan akan diolah serta dianalisis
oleh penulis. Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber-sumber
pengumpulan data, yaitu: dari wawancara, observasi, dan dokumentasi.
15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 247.
Keseluruhan data yang tersedia ditelaah dengan cara reduksi, reduksi yaitu, dengan jalan melakukan
abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti menjadi satuan-satuan, yang kemudian satuan-
satuan tersebut dikategorisasikan, sebagai upaya memilah-milah satuan ke dalam bagian yang memiliki
kesamaan data. Kategori itu dibuat sambil melakukan koding, dan kemudian tahap terakhir mengadakan
pemeriksaan keabsaan data16.
8. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data merupakan usaha meningkatkan derajat kepercayaan data, dimana peneliti
berusaha bagaimana agar pesertanya (termasuk dirinya), bahwa temuan-temuan penelitiannya dipercaya, atau
dapat dipertimbangkan. Dalam melakukan penelitian ini. Penulis menggunakan tiga pengecekan keabsahan
data17, yaitu:
a. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan data yang diperoleh. Triangulasi dalam penelitian
ini, penulis melakukan pemeriksaan data yang diperoleh dengan sumber data lainya, dimana peneliti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini bisa dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan.
2) Membandingkan keadaan dan perpektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain,
misalnya dalam hal ini, peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh sasaran penerima
kegiatan program yang satu dengan jawaban dari sasaran penerima kegiatan program lainya atau
membandingkan jawaban yang diberikan oleh staf pelaksana program dari YAPPIKA yang terkait
dengan jawaban yang diberikan oleh staf dari YKPJ.
16 Ibit., h. 247. 17Ibid., h. 329-335.
3) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
diajukan.
b. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam hal ini, peneliti mengadakan pengamatan dengan
teliti dan rinci secara berkesinambungan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah dalam
penelitian yang dilakukan.
c. Pengecekan Anggota, yaitu, dengan melakukan pengecekan para anggota yang terlibat mewakili rekan-
rekan mereka dalam proses pengumpulan data dari wawancara dan observasi. Para anggota yang terlibat
dalam penelitian dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan yang terkait dengan fokus
penelitian, kemudian hasil pandangan anggota tersebut dibandingkan dengan pandangan dari rekan-rekan
lainnya yang mewakili.
9. Buku Pedoman yang digunakan
Karya-karya tulis yang dikaji dan digunakan dalam penelitian penulisan skripsi ini, baik dari buku,
artikel, dan skripsi, yaitu:
a. Buku pedoman evaluasi program: Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000.
b. Artikel pedoman evaluasi program: Ferdy S.Nggao “Evaluasi Program, Bahan Presentasi untuk Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, 18 Januari 2006.
c. Skripsi pedoman evaluasi program: Siti Nurasiyah, “Evaluasi Program Pemberdayaan Keterampilan
Olahan Pangan dalam Pemberdayaan Wanita Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Pasar Rebo.
Jakarta Timur”. Skripsi S 1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
d. Buku pedoman penelitian kualitatif: Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007.
e. Buku pedoman penulisan skripsi: Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Desertasi). Jakarta: Center For Quality Developmen and Assurance UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2007.
10. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (litelatur) yang berkaitan dengan topik
pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan
untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini,
terkait dengan memilih metode penelitian, melaksanakan penelitian, dan menyusun argumentasi dalam
pembahasan18. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan litelatur berupa
skripsi, yaitu: Siti Nurasiyah, “Evaluasi Program Pemberdayaan Keterampilan Olahan Pangan dalam
Pemberdayaan Wanita Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Pasar Rebo. Jakarta Timur”. Skripsi S 1
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).
Skripsi ini membahas tentang evaluasi input pada program pemberdayaan keterampilan olahan pangan
dalam pemberdayaan wanita susila di panti sosial karya wanita (pskw) pasar rebo. Jakarta timur. Analisa
evaluasi program pada input tersebut, yaitu, berupa penilaian dengan mengkaji pada unsur-unsur atau variabel
yang masuk di dalam pelaksanaan program, yang terdiri dari: 1. Karakteristik penerima layanan (Klien). 2.
Kualifikasi para staf pemberi layanan. 3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program.
Meskipun pembahasan skripsi di atas, memiliki kesamaan dalam penelitian evaluasi program pada
penulisan skripsi yang dilakukan penulis, yaitu, melakukan penelitian evaluasi program pada input. Akan tetapi
terdapat perbedaan-perbedaan pada penulisan penelitian skripsi ini, diantaranya:
18 Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi), (Jakarta: Center For Quality Developmen
and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 20.
a. Penelitian evaluasi program pada skripsi yang dijadikan sebagai kajian pustaka, mengunakan evaluasi
program pada input. Sedangkan penelitian evaluasi program pada penulisan skripsi ini, menggunakan
evaluasi program pada input dan proses.
b. Alat ukur untuk melakukan penelitian evaluasi program pada skripsi yang dijadikan kajian pustaka, tidak
menggunakan indikator yang digunakan sebagai alat ukur penilaian pada unsur-unsur yang masuk pada
pelaksanaan program. Akan tetapi menggunakan pada perumusan masalah yang ditetapkan. Sedangkan
pada penulisan skripsi ini, penulis, menggunakan indikator sebagai alat ukur untuk melakukan penilaian
evaluasi program pada input dan proses.
c. Terletak perbedaan pada obyek yang yang diteliti. Yayasan YAPPIKA dan YKPJ yang bekerja sama
melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan,
yang dijadikan sebagai obyek penelitian pada penulisan skripsi ini, sebelumnya, tidak ada dari salah satu
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melakukan penelitian evaluasi program pada kedua
lembaga dan program tersebut.
Perbedaan-perbedaan yang disebutkan di atas, menjadikan dasar argumentasi, bahwa penelitian evaluasi
program yang dilakukan pada penulisan skripsi ini bukanlah bersifat pelagiat.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyajian susunan penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5 bab yang terdiri dari sub-sub
bab yang saling terkait, yaitu:
BAB I : Pendahuluan, bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis, bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang, 1. Teori-teori evaluasi program,
terdiri dari: a. Pengertian evaluasi. b. Model-model evaluasi. c. Desain Evaluasi. d. Tujuan dan
pentingnya evaluasi. 2. Pelayanan publik, terdiri dari: a. Definisi pelayanan publik. b.
Penyelenggara pelayanan publik. c. Prinsip-prinsip pokok pelayanan publik. 3. Bimbingan
penyuluhan sosial, terdiri dari: a. Paradigma bimbingan penyuluhan sosial dan pengertiannya. b.
Metode bimbingan penyuluhan sosial. 4. Pendekatan pelayanan masyarakat, yang terdiri dari: a.
Latar belakang dan pengertian. b. Strategi dan prinsip dalam intervensi. 5. Kanker payudara, terdiri
dari: a. Definisi kanker payudara. b. Penyebab faktor beresiko kanker payudara. c. Gejala-gejala dan
tanda kanker payudara. d. Stadium-stadium pada kanker payudara. e. Tata cara pemeriksaan deteksi
dini kanker payudara. 6. Kolaborasi, yang terdiri dari: a. Pengertian kolaborasi. b. Tujuan dan jenis-
jenis kolaborasi.
BAB III : Gambaran Umum Yayasan YAPPIKA dan YKPJ Serta Program Deteksi Dini Kanker
Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan
Bab ini memaparkan dan menjelaskan, A. Profil Yayasan YAPPIKA, terdiri dari: 1. Latar belakang
dan sejarah berdiri Yappika. 2. Visi, misi, dan peran YAPPIKA. c. Pandangan dan peranan
YAPPIKA terhadap program. B. Profil YKPJ, terdiri dari: 1. Latar belakang dan sejarah berdiri
YKPJ. 2. Visi, misi, dan tujuan YKPJ. C. Profil program deteksi dini kanker payudara melalui
pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, terdiri dari: 1. Latar belakang dan sejarah munculnya
program. 2. Sasaran dan tujuan program. 3. Struktur personil pelaksanaan program. 4. Mekanisme
kerja pelaksanaan program. 5. Kerja sama pelaksanaan program. 6. Sarana atau fasilitas pelaksanaan
program.
BAB IV : Analisa Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan
Melibatkan Bidan
Bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang: A. Analisa evaluasi input, berupa penilaian dengan
mengkaji pada unsur-unsur atau variabel yang masuk di dalam pelaksanaan program, yang terdiri
dari, yaitu: 1. Karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien). 2. Kualifikasi para staf
pelaksana program. 3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelasanaan kegiatan program. B.
Analisis evaluasi proses program deteksi kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan
melibatkan bidan, berupa penilaian dengan mengkaji pada pengoperasian program dan kualitas
program yang dilaksanakan, yang mencakup: 1. kegiatan-kegiatan program. 2. Apakah kegiatan-
kegiatan program yang dilaksanakan dapat mudah dan nyaman diterima oleh klien (warga
perempuan Kelurahan RBU).
BAB V : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar pustaka dan Lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. TEORI-TEORI EVALUASI PROGRAM
1. Pengertian Evaluasi
Banyak pengertian evaluasi dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain: Pius A. Partanto dan
Al-Barry mengartikan bahwa evaluasi secara etimologi adalah penaksiran, perkiraan keadaan, dan penentuan
nilai.1 Menurut Cesley dan Kumar evaluasi adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi,
dan dampak dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan3. Sedangkan menurut Fink
dan Kosecof evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah program dan menyediakan
informasi tentang tujuan, aktivitas, hasil, dampak, dan biaya program)4.
Dalam pelaksanaanya, evaluasi merupakan sebuah kegiatan penelitian (evaluation research), sehingga
evaluasi mengikuti kaidah yang berlaku dalam sebuah penelitian. Menurut ossi dan Freeman penelitian
evaluasi adalah penerapan prosedur penelitian sosial yang sistematis dalam rangka menilai konseptualisasi,
disain, implimentasi, dan kegunaan sebuah program intervensi sosial5. Berkaitan dengan ini, Piertzak dkk
memandang evaluasi program merupakan salah satu tipe yang khusus dari penelitian ilmu sosial terapan.
Sebagai sebuah penelitian, pelaksanaan evaluasi program mengikuti pola-pola aktivitas atau tugas-tugas yang
standar. Aktivitas ini ada dalam setiap tipe evaluasi, yang meliputi input, proses dan output6. Dengan demikian,
dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian evaluasi dipahami sebagai salah satu tipe penelitian
ilmu sosial terapan yang dilakukan untuk menilai suatu program, yang meliputi: input, proses, dan output,
karena itu, penelitian evaluasi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial7.
2. Model-model Evaluasi
1 Pius A. Partanto dan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 163 3 Ferdy S. Nggao, “Evaluasi Program, Bahan Presentasi Untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatulla” Jakarta,
18 Januari 2006. h. 1. 4 Ibid., 5 Primahendera, Evaluasi Program, h. 66. 6 Ibid.,h.66. 7 Ibid.,
Mengutip pada pendapat Nurul Hidayati dalam bukunya berjudul Metodologi penelitian Dakwah
(dengan pendekatan kualitatif)8, bahwa ada banyak model-model atau jenis evaluasi program, namun hanya
beberapa model evaluasi yang diuraikan dalam penulisan skripsi ini, yaitu, diantaranya:
a. Pelaksanaan evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert dibagi menjadi tiga tipe jenis evaluasi yaitu
evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi hasil atau produk. Evaluasi input memfokuskan berbagai unsur
yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Tiga unsur utama yang terkait:
1) Evaluasi input adalah klien, staf, dan program serta sarana atau fasilitas yang digunakan dalam
pelaksanaan program.
2) Evaluasi proses, menurut Pietrzak dkk, memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan
interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf) yang merupakan pusat dari pencapaian
tujuan (objektif) program.
3) Evaluasi hasil, yaitu diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program
terhadap penerima layanan.
Dalam konteks penulisan skripsi ini, penulis menggunakan model atau jenis evaluasi yang
dikemukanan oleh Pietrzak, Ramler, Ford, dan Gilbert.
b. Model evaluasi CIIP dikembangkan oleh Stuplebeam dan Shinkfield. CIIP merupakan singkatan dari kontek,
input, proses, dan produk. Stufflebeam merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyediakan informasi untuk menilai alternatif keputusan. Penjelasan CIPP dijelaskan
sebagai berikut:
1) Contect evaluation to serve planning decision.
Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program.
2) Input evaluation, structuring decision.
8 Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah, h. 142.
Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif
apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja
untuk mencapainya.
3) Process evaluation, to serve implementing decision.
Evaluasi proses membantu mengimplimentasikan keputusan sampai sejauh mana rencana telah
diterapkan?, apa yang harus direvisi?. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor,
dikontrol, dan diperbaiki.
4) Product evaluation, to serve recyding decision.
Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? apa yang
dilakukan setelah program berjalan?
c. Model lain yang tidak hanya menggambarkan saja namun berusaha meyakinkan keputusan, memilih
informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisis sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang
berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Model ini disebut UCLA. Alkin
ahlinya, membagi model ini menjadi 5 bagian:
1) Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem.
2) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhan program.
3) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada
kelompok tertentu yang tepat seperti yang telah direncanakan?
4) Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana
program bekerja atau berjalan?, apakah menuju pencapaian tujuan.
5) Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau guna program.
3. Desain Penelitian
Desain penelitian ialah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat
memperoleh jawaban dari pertayaan-pertayaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema
menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan
menetapkan kerangka bingkai bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti9. Desain penelitian
mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan varian, serta membantu mendapatkan
jawaban atas pertayaan-pertayaan peneliti10.
Adapun desain penelitian evaluasi pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan desain penelitian
yang dikemukakan oleh Pietrzak, dkk11. Pieztrzak menjelaskan, pertama, evaluasi input memfokuskan
penilaian atau evaluasi pada berbagai unsur (variable) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Berbagai
unsur tersebut meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan sarana atau
fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program.
Variabel klien (sasaran penerima kegiatan program) meliputi karakteristik demografi klien yang
ditetapkan lembaga pelaksana. Variabel staf pelaksana program meliputi aspek demografi dari staf, seperti:
latar belakang pendidikan staf, bidang kerja staf, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh staf atau
yang didapatkan. Sedangkan variabel sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program
meliputi: efesiensi (tepat guna) dan kuantitas sarana yang digunakan.
Pertayaan kunci yang ingin dijawab melalui evaluasi input ini adalah: a. Apakah karakteristik sasaran
penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan
lembaga pelaksana? b. Apakah para stap pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam
menjalankan mekanisme kerjannya? c. Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam
pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?.
Kedua, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan pengoperasian program dan
kualitas layanan yang diberikan yang mencakup kegiatan-kegiatan program dan sistem pemberian layanan
9 Landung R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gadjah Mada University Press (UGM), 1990), h. 483. 10 Ibid., 484. 11 Hendera., Evaluasi Program, h. 66.
program. Seperti: jenis layanan kegiatan program, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta
mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf).
Pertayaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini ialah: 1). Kegiatan program apa saja yang
dilakukan? 2). Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima
oleh sasaran penerima kegiatan program?.
Untuk melakukan penilaian pada unsur-unsur yang dinilai pada penelitian evaluasi input dan proses,
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, penulis menggunakan indikator yang digunakan sebagai alat ukur
untuk menilai pada unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program tersebut. Indikator ialah suatu alat
ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian,
misalnya, kecantikan dapat diukur oleh 3 indikator, yakni kecerdasan, prilaku, dan penampilan fisik12.
Indikator yang digunakan tersebut terbagi menjadi dua indikator, yaitu indikator objek (suatu alat
ukur yang sudah dirumuskan dan terdapat dalam program tersebut) dan indikator analisis (suatu alat ukur untuk
menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian).
Adapun Indiktor-indikator yang perlu dipertimbangkan, terkait dengan penelitian evaluasi input dan
proses, terdapat 4 indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan, yaitu: (a). Indikator
ketersediaan, (b). Indikator relevansi, (c). Indikator efesiensi, (d). Indikator keterjangkauan13.
(1) Indikator ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu
benar-benar ada, misal dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu
tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga, maka perlu dicek (dilihat), apakah
tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.
(2) Indikator Relevansi, indikator ini menujukan seberapa releven ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau
layanan yang ditawarkan, misalnya pada suatu program pemberdayaan perempuaan pedesaan dimana
diperkenalkan kompor teknologi yang biasa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka
12 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h 126. 13 Hendera., Evaluasi Program, h. 73.
teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang untuk diperkenalkan, bila dibandingkan dengan
kompor biasa mereka gunakan.
(3) Indikator Efisiensi, indikator ini menunjukan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna
mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada
dalam upaya mencapai tujuaan, misalnya saja, suatu layanan yang dijalankan dengan baik dengan hanya
memamfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk memperkerjakan 10 tenaga lapangan
dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan
terjadi adalah underemployment (pengangguran terselubung).
(4) Indikator keterjangkauan, indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam
jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya saja apakah puskesmas yang didirikan untuk
melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian warga desa mudah
datang ke puskesmas.
Untuk memudahkan gambaran desain evaluasi program pada evaluasi input dan proses, sebagaimana
yang telah dipaparkan diatas, penulis sajikan desain evaluasi program dalam bentuk skema kerangka bingkai,
sebagai berikut:
Desain Penelitian Evaluasi Program Input dan Proses
Evaluasi Input 1. Karakteristik sasaran penerima
kegiatan program (Klien) yang ditetapkan sesuai dengan sasaran dan tujuan program.
2. Kualifikasi para staf pelaksana program.
3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program
Yappika dan YKPJ
YAPPIKA dan YKPJ 1. klien.(sasaran penerima kegiatan program) kegiatan program)
2. Staf.pelaksana program 3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program 4. kegiatan-kegiatan program
4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi
Secara umum tujuan evaluasi menurut Edi Suharto, dalam bukunya Membangun masyarakat
memberdayakan rakyat adalah:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana14.
Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein menyatakan 10 (sepuluh)
alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan15:
1) Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.
2) Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.
14 Ibit., h. 119. 15 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Pengatar Pada Pemikiran dan
Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 187-188.
Evaluasi Proses 1. Kegiatan-kegiatan program yang
dilaksanakan. 2. Sistem pemberian layanan,
seperti:jenis layanan kegiatan program, tempat dan waktu pelaksanaan, serta mencakup interaksi langsung antara klien dan staf terdepan
Indikator
1. Ketersediaan. 2. Relevansi. 3. Efisiensi. 4. Keterjangkauan.
3) Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manejemen yang lebih baik.
4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri.
5) Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi
setelah diterapkan suatu program.
6) Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.
7) Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelolah kegiatan program secara lebih baik.
8) Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk
mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah
berhasil dengan baik.
9) Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.
10) Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan
masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.
B. Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar
sesuai dengan hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan pelayanan administrasi
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Pasal 1 ayat 1)16.
2. Penyelenggara Pelayanan Publik
Penyelenggara pelayanan publik adalah penyelenggara negara, penyelenggara ekonomi negara, dan
korporasi penyelenggara pelayanan publik, serta lembaga independen yang dibentuk pemerintah (Pasal 1 ayat
2)17.
16 Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (Mp3) ”Info Seputar RUU Pelayanan Publik ”. Brosur yang dibagikan oleh pelaksana
program (Yappika dan YKPJ) kepada para peserta program pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, semua penyediaan
barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti: rumah sakit swasta, PTS, dan
perusahaan pengangkutan milik swasta.
b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik, yang dapat dibedakan
lagi menjadi dua, yaitu:
1) Bersifat primer, semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang
di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna atau klien. Mau tidak
mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan
pelayanan perizinan.
2) Bersifat sekunder, segala bentuk penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna atau klien tidak harus mempergunakannya, karena
adanya beberapa penyelenggara pelayanan18.
3. Prinsip-prinsip Pokok Pelayanan Publik
Terdapat prinsip-prinsip pokok dalam menyelenggarakan pelayanan publik, beberapa prinsip pokok
tersebut, yaitu:
a. Kesederhanaan pelayanan.
Prinsip kesederhanaan ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara pelayanan
diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah
dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.
b. Kejelasan dan kepastian pelayanan.
17 Ibid., 18 Indrasufian”Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Publik,”, Artikel diakses pada tanggal 19 Maret 2008 dari Blog.Com,
12/09/2007.
Prinsip ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur atau tata cara
pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administrative. Unit kerja atau pejabat yang berwenang
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya atau tarif pelayanan, tata cara
pembayarannya, dan jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
c. Keamanan dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat memberikan keamanan,
kenyamanan, dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.
d. Keterbukaan dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara persyaratan satuan kerja atau pejabat
penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya atau tariff, serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan
dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
e. Efesinsi dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran layanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan
dengan produk layanan yang diberikan.
f. Ekonomis dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan
secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut
biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran, kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Keadilan yang merata dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti cakupan atau jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin
dengan disribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
h. Ketepatan waktu dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang ditentukan19.
Sedangkan prinsip-prinsip dasar pelayanan publik yang baik, yaitu:
1) Tangible (nyata atau berwujud): terukur secara fisik, berupa sarana perkantoran, ruang tunggu, tempat
informasi, dsb.
2) Emphaty (empati): berusaha memahami masalah yang dihadapi masyarakat dan bertindak demi
kepentingan masyarakat.
3) Realiability (realibitas): dapat dipercaya kemampuan dan keandalannya.
4) Responsiveness (daya tanggap): memberi pelayanan secara cepat, tepat, dan tanggap terhadap keinginan
masyarakat.
5) Assurance (jaminan): keramah tamahan dan sopan santun dalam memberikan pelayanan20.
C. Bimbingan Penyuluhan Sosial
1. Paradigma Bimbingan Penyuluhan Sosial
Seringkali kita menganggap bimbingan penyuluhan sosial sama dengan bimbingan penyuluhan, padahal
antara bimbingan penyuluhan sosial dan bimbingan penyuluhan sangat berbeda jauh baik dilihat dari
paradigma, orientasi, maupun metode pelaksanaannya.
Paradigma bimbingan penyuluhan sosial adalah menggunakan paradigma komunitas, artinya obyek
utama yang dianggap sentral yang harus diintervensi adalah komunitas dan bukan individu. Hal ini tentu saja
19. Ibid., h. 2. 20 Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (Mp3) ”Info Seputar RUU Pelayanan Publik”.
sangat berbeda dengan bimbingan penyuluhan biasa yang menjadikan individu atau personal sebagai obyek
intervensi.
Karena paradigma yang berbeda tersebut, maka metode yang digunakan oleh bimbingan penyuluhan
sosial juga sangat berbeda dengan bimbingan penyuluhan. Bimbingan penyuluhan sosial menggunakan metode
intervensi makro dimana pengembangan dan pemberdayaan masyarakatlah yang menjadi sasaran kajian.
Metode ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian dalam masyarakat. Berbeda dengan bimbingan
penyuluhan social, bimbingan penyuluhan biasa menggunakan intervensi mikro yang menjadikan individu
sebagai obyek utama yang harus diselesaikan masalah-masalahnya21.
2. Metode Bimbingan penyuluhan Sosial
Bimbingan penyuluhan sosial memakai pendekatan intervensi makro atau disebut juga intervensi
komunitas. Intervensi makro merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka melakukan
perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas. Sedangkan metode intervensi yang lebih
memfokuskan sasarannya pada tingkat individu, keluarga, dan kelompok lebih dikenal dengan sebutan
intervensi mikro.
Intervensi makro mencakup berbagai metode pendekatan profesional yang digunakan untuk mengubah
sistem sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok, dan keluarga, yaitu: organisasi, komunitas baik di
tingkat lokal, regional, maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan
masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersivat klinis, tetapi lebih memfokuskan pada pendekatan
sosial yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat22.
D. Pendekatan Pelayanan Masyarakat 1. Latar belakang dan Pengertian Pendekatan Pelayanan Masyarakat.
Pendekatan pelayanan masyarakat merupakan salah satu model intervensi makro dalam ilmu
kesejahteraan sosial, dan juga merupakan pendekatan intervensi makro dalam metode bimbingan penyuluhan
21 Arif “Bimbingan Penyuluhan Sosial” artikel diakses pada 12 mei 2008 dari http// elearning.unej.ac.id. 22 Ibid.,h.2.
sosial. Sebagai salah satu bentuk intervensi terhadap masyarakat, Glen menyatakan bahwa pendekatan ini
sekurang kurangnya mempunyai tiga perhatian utama23, yaitu:
a. Mengembangkan layanan dan organisasi yang responsipf terhadap kebutuhan masyarakat.
Organisasi yang sangat responsif dan responsif secara menyeluruh dicirikan dengan komitmen
lembaga secara utuh terhadap kebutuhan dan kepuasan masyarakat penerima layanan. Hal ini berarti
organisasi menempatkan kebutuhan dan kepuasan komunitas sasaran sebagai proritas lembaga. Organisasi
yang sangat responsif pada umumnya akan berusaha menghilangkan semampu mungkin batas kami-mereka
yang menyelimuti relasi antara lembaga dan masyarakat penerima layanan.
Glen melihat bahwa organisasi seperti ini akan berupaya menghilangkan hambatan komunikasi
antara klien dan lembaga melalui upaya penjangkauan, pengembangan berbagai saluran informasi dengan
klien, dan pengembangan skema advokasi diri yang memungkinkan para penerima layanan untuk
menjangkau berbagai jenis layanan secara lebih merata dan bebas24.
b. Memaksimalkan kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan organisasi.
Dalam kaitan dengan keterlibatan dengan masyarakat, Glen menyetujui pendapat Broady dan
Hedley yang melihat bahwa dalam upaya meningkatkan keterlibatan suatu organisasi harus mendorong
berkembangannya provisi dari komunitas (community provision), konsultasi dari komunitas (community
consultations), kerja sama komunitas (community cooption), kemandirian dalam menejemen lembaga-swa
kelolah (self management), dan kontrol masyarakat (community control)25.
Glen menyatakan community provision, dicirikan dengan pelibatan otoritas lokal yang formal,
seperti, pejabat dan petugas di tingkat kelurahan maupun kecamatan). Atau tokoh-tokoh informal
sebagai penyedia layanan langsung terhadap masyarakat serta berbagai pengelolah fasilitas umum dan
sosial untuk masyarakat. Sedangkan community consultations di dalamnya mencakup upaya untuk
mengkaji opini masyarakat terhadap suatu proposal rencana pembangunan masyarakat di tingkat lokal.
23 Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 165-173. 24 Ibid., h.170. 25 Ibid.,
Dalam kaitannya dengan community cooption, Glen melihat tergambar dalam kaitan dengan
kelompok swadaya masyarakat yang berupaya memobilisasi tenaga relawan untuk aktif terlibat dalam
berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial (layanan sosial) di tingkat lokal. Sedangkan untuk community
control dan self management, menurut Glen merupakan salah satu pengejawatahan kekuasaan komunitas
untuk mengelolah dan mengawasi sumber daya yang mereka miliki yang merupakan salah satu inti
masyarakat madani.
c. Mendukung terciptanya kolaborasi antar beberapa organisasi guna memenuhi minat masyarakat.
Dalam kaitannya dengan kerja sama antar lembaga, petugas pelayanan masyarakat diharapkan dapat
membantu terciptanya jalinan hubungan antar organisasi dimana ia bernaung dengan berbagai organisasi
yang mempunyai minat dan kajian yang sama. Jalinan kerjasama antar lembaga ini nantinya diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masing-masing staf, terutama dalam kaitan dengan isu
tertentu, seperti: bagaimana cara yang terbaik untuk menangani masalah-masalah tertentu, bagaimana
menciptakan suatu program yang dapat memaksimalkan keterlibatan masyarakat, bagaimana
mengembangkan suatu bentuk layanan masyarakat yang lebih baik, dan bagaimana cara mengelolah
sumber daya yang sangat terbatas dengan baik.
Dalam kaitannya dalam hal ini, Glen menyatakan bahwa kerjasama antar lembaga ini sangat
penting, terutama dalam upaya mempromosikan suatu perencanaan sosial dan koordinasi antar lembaga26.
2. Strategi dan Prisip dalam Intervensi Pendekatan Pelayanan Masyarakat Strategi pendekatan pelayanan masyarakat pada umumnya dilandasi pada upaya pengoptimalan fungsi
manajemen. Dari berbagai fungsi manajemen yang ada, terdapat dua fungsi manajemem yang sangat berperan
dalam upaya meningkatkan kinerja lembaga27. Kedua fungsi manajemen tersebut, yaitu:
a. Fungsi Perencanaan.
26 Ibid., h.173. 27 Ibid., h. 174-187.
Dalam dunia pekerjaan sosial dan ilmu kesejahteraan saat ini, perencanaan dikenal sebagai salah
satu unsur yang penting dalam pengembangan pemberian layanan yang efektif terhadap klien ataupun
kelompok sasaran. Skidmore, mendefinisikan 7 tahapan dalam proses perencanaan28. Tahap-tahap ini tidak
berjalan secara garis lurus, kadangkala terjadi suatu lompatan baik ke depan maupun ke belakang dalam
suatu proses perencanaan. Ketujuh tahapan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Tentukan objektif. Objektif merupakan hal yang relatif dan sangat tergantung dengan sasaran dan tujuan
umum dari organisasi. Pada dasarya, Skidmore melihat ada dua macam objektif: Pertama, objektif yang
menyeluruh dan berjangka panjang. Kedua, adalah yang bersifat khusus dan berjangka pendek.
Tujuan jangka panjang terkait dengan pertayaan mengapa suatu lembaga didirikan, apa maksud
keberadaannya?. Sedangkan objektif jangka pendek lebih membahas pada operasionalisasi dari
keseluruhan tujuan jangka panjang dengan mempertimbangkan keadaan masa kini dan esok hari.
Dengan pertimbangan bahwa perencanaan adalah suatu proses antisipasi, maka akan sangat baik bila
target sasaran dikembangkan secara spesifik, sederhana, dan dapat terwujud.
2) Pertimbangan sumber daya lembaga. Skidmore, beragumentasi bahwa langkah kedua dalam suatu
proses perencanaan adalah mempertimbangkan sumber daya fisik dan ekonomis dari lembaga, termasuk
juga mempertimbangkan ketersediaan staf dan para pengurus lembaga29. Suatu hal yang penting bagi
lembaga untuk mengaitkan antara sasaran yang akan dicapai dengan fasilitas, staf, dan dana yang
tersedia, dan juga aspek dukungan masyarakat.
3) Penghitungan berbagai alternatif. Skidmore percaya bahwa seorang administrator yang kurang cakap
akan langsung memilih suatu cara yang ia lihat sebagai jalan untuk memecahkan permasalahan yang
ada. Akan tetapi, seorang administrator lembaga yang baik akan selalu berusaha untuk mengembangkan
28 Ibid., h. 177. 29 Ibid., h.179
beberapa alternatif pemecahan masalah terlebih dahulu sebelum ia memilih jalan mana yang akan ia
lalui30.
4) Antisipasi Hasil dari masing-masing Alternatif. Sebagai suatu proses antisipasi, perencanaan harus
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan di masa datang agar dapat memilih dan
memperkirakan apa yang akan terjadi bila suatu langkah tertentu akan dilakukan
5) Pilih rencana yang terbaik. Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada dengan seksama,
Skidmore melihat bahwa dalam kaitan dengan perkembangan di masa yang akan datang, data dan
pemikiran harus dikumpulkan dalam rangka membandingkan dan mengkontraskan berbagai jalan untuk
mengatasi suatu masalah. Setelah itu barulah diputuskan jalan yang akan dipilih berdasarkan jalan yang
paling logis dan paling mungkin untuk dilakukan31.
6) Rencana suatu program aksi yang lebih rinci. Setelah memutuskan yang mana rencana yang terbaik,
sang manager harus memformalisasikan rencana tersebut menjadi suatu program yang akan dijalankan.
Skidmore menyatakan, bahwa tahapan ini merupakan tahap pembuatan cetak biru, dimana kegiatan
dijabarkan tahap-demi tahap, karena itu fungsi kerangka waktu untuk mencapai tujuan program
memerankan peranan penting dalam tahapan ini, terutama agar semua tahapan dapat diarahkan pada
upaya untuk mencapai tujuan32.
7) Bersikap terbuka terhadap perubahan. Skidmore percaya bahwa keluwesan merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam proses perencanaan. Rencana awal memang harus selalu diikuti, kecuali bila
fakta-fakta yang ada telah berubah atau telah ditemukan prosedur-prosedur yang lebih baik dari apa
yang telah dikembangkan sebelumnya.
b. Fungsi Pengawasan.
Fungsi pengawasan pada suatu organisasi, umumnya terkait dengan proses pemantauan dan
evaluasi. Istilah pemantauan dikenal juga dengan nama evaluasi proses. Sedangkan untuk istilah evaluasi
30 Ibid., h. 179. 31 Ibid., h. 180. 32 Ibid., h.182.
mempunyai dua makna yang berbeda. Bila istilah evaluasi muncul bersama dengan pemantauan maka
evaluasi yang dimaksud di sini adalah evaluasi hasil. Pengertian yang kedua dari kata evaluasi jika ia
berdiri sendiri tampa diikuti kata pemantauan, maka evaluasi di sini dapat berarti evaluasi masukan (Input
evaluation), evaluasi proses (Proses evaluation), dan evaluasi hasil (Outcome evaluation).
E. Kanker Payudara.
1. Definisi Kanker Payudara.
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali, inilah yang
disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh.
Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi, tidak semua
tumor merupakan kanker, karena sifatnya yang tidak menyebar atau mengancam nyawa. Tumor ini disebut
tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker
atau tumor ganas. Teorinya, setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul
pada saluran atau kelenjar susu33.
2. Penyebab-penyebab Kanker Payudara.
Penyebabnya tidak diketahui, masih dalam penelitian. Tetapi ada beberapa faktor risiko yang
menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin terkena kanker payudara. Faktor beresiko adalah hal yang
memungkinkan terkena kanker. Tapi bukan berarti bahwa mempunyai faktor resiko akan terkena kanker, akan
tetapi harus lebih waspada dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut.
Beberapa faktor beresiko tersebut, yaitu:
a. Haid pertama < 12 tahun.
b. Wanita tidak menikah atau melahirkan (tidak mempunyai anak).
c. Melahirkan anak pertama pada usia >35 tahun.
d. Tidak menyusui
33 Tentang Kanker Payudara, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id./ kajian.
e. Menopause usia > 50 tahun.
f. Pernah operasi tumor jinak payudara.
g. Riwayat kanker payudara dalam keluarga.
h. Stress berat
i. Usia. Sekitar 60 % kanker payudara terjadi pada usia 60 tahun. Resiko besar ditemukan pada wanita usia di
atas 75 tahun.
j. Pernah menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena telah diangkat, maka resiko terjadi
kanker pada payudara meningkat sebesar 0, 5 % pertahun.
k. Pernah menderita payudara non kanker.
l. Pemakaian pil Kb atau terapi sulih estrogen.
m. Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas perhari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara34.
3. Gejala-gejala Kanker Payudara.
Pada tahap awal kanker payudara, biasanya tidak merasakan sakit atau tidak ada tanda-tandanya sama
sekali. Namun, ketika tumor semakin membesar, gejala-gejalanya mungkin muncul. Gejala-gejala yang
menandakan adanya serangan kanker yang umum yang dapat dilihat dan dirasakan, yaitu:
a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras
dan bentuknya tidak beraturan.
b. Bentuk ukuran atau berat salah satu payudara berubah.
c. Timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
d. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu.
e. Kulit payudara mengkerut, seperti kulit jeruk.
f. Kulit, puting susu, dan areola melekuk kedalam.
g. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertekan ke dalam35.
34 Kanker Payudara, Apa dan Bagaimana, diakses dari http://www.pitapink.com/id. h.7. buku yang dibagikan oleh pelaksana program
(Yappika dan YKPJ) kepada para peserta program pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
4. Stadium-stadium pada Kanker Payudara.
Kanker payudara dibagi dalam 5 stadium. Penentuan stadium dilakukan sebelum pengoperasian dan
sesudah prosedur operasi pengangkatan kelenjar getah bening supaya dapat diteliti, apakah terdapat tanda-
tanda kanker. Berikut ini stadium-stadium pada kanker payudara:
a. Stadium 0 (disebut carcinoma in situ)
Locabular carcino in situ (LCIS) adalah sel-sel yang abnormal yang terdapat pada kelenjar di
payudara yang mempunyai resiko berkembang menjadi kanker payudara. Ductal carcinoma in situ (DCIS)
adalah sel-sel yang abnormal pada saluran duktus. Perempuan dengan DCIS memiliki risiko tinggi
penyebaran kanker di payudaranya.
b. Stadium I
Stadium awal kanker payudara, ukuran tumor dari 2 cm dan belum menyebar di luar payudara.
c. Stadium II
Stadium awal kanker payudara, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan telah menyebar sampai ke
kelenjar getah bening di bawah lengan atau ukuran tumor antara 2 dan 5 cm (dengan atau tanpa penyebaran
di kelenjar getah bening di bawah lengan) atau tumor berukuran lebih dari 5 cm dan belum menyebar dari
payudara.
d. Stadium III
Stadium lanjut kanker payudara, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar sampai ke
kelenjar getah bening di bawah lengan, atau kanker berada pada kelenjar getah bening di bawah lengan,
atau kanker telah menyebar di dekat tulang payudara, atau jaringan lain di sekitar payudara.
e. Stadium IV
35 Ibit., h.6.
Kanker payudara dimana telah terjadi penyebaran di luar payudara ke organ tubuh lainnya.
Berdasarkan stadium kanker, dokter mungkin akan melakukan tes tambahan untuk mengetahui penyebaran
kanker. Jika sudah pada stadium III, mungkin harus melakukan foto toraks, USG abdomen, dan bone scan
untuk melihat penyebaran. Pengobatan untuk setiap orang berbeda. Dokter akan memutuskan apa yang
perlu dilakukan berdasarkan stadium kanker36.
5. Tata Cara Pemeriksaan Deteksi Dini kanker payudara.
Terdapat tiga cara pemeriksaan deteksi dini kanker payudara, ke tiga cara tersebut, yaitu:
a. SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu cara untuk mengetahui ada atau
tidaknya kelainan pada payudara (deteksi dini kanker payudara). Pemeriksaan ini dilakukan sendiri oleh
pasein di rumah setiap bulan. Bagi wanita yang masih haid, pemeriksaan dilakukan setelah selesai haid.
Bila sudah manopause, sadari dilakukan setiap tanggal tertentu yang mudah diingat, misalnya, setiap
tanggal 1 atau setiap tanggal kelahiran. Pemeriksaan sadari sebaiknya dilakukan pada usia remaja mulai
awal usia 20 tahun.
Pada saat melakukan sadari, yang harus menjadi perhatian adalah keadaan-keadaan, seperti: teraba
benjolan, penebalan kulit, perubahan ukuran dan bentuk payudara, pengerutan kulit, keluar cairan dari
puting susu, nyeri, pembengkakan lengan atas, dan teraba benjolan di ketiak atau leher. Jika ditemukan
kelainan-kelainan seperti yang telah disebutkan di atas atau terasa ada perubahan dibandingkan dengan
keadaan pada bulan sebelumnya, maka segera periksa diri ke dokter untuk periksa lebih lanjut. Cara
melakukan SADARI, yaitu:
1) Perhatikan dengan teliti payudara di muka cermin. Dengan kedua lengan lurus ke bawah, perhatikan
bila ada benjolan atau perubahan bentuk dan ukuran pada payudara (payudara kanan dan kiri secara
normal tidak persis sama).
36 Tentang Kanker Payudara, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id./ kajian.
2) Kemudian angkat kedua tangan ke atas sampai kedua tangan berada di belakang kepala dan tekan ke
depan.
3) Tekanlah kedua tangan kuat-kuat pada pinggul dan gerakan kedua lengan dan siku ke depan sambil
mengangkat bahu. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada dan perubahan, seperti: cekungan (dekok)
dan benjolan akan lebih terlihat.
4) Angkat lengan dan rabalah payudara kanan dan kiri bergantian dengan tiga ujung jari tengah lengan
kanan yang didapatkan. Perabaan dapat dilakukan dengan cara:
a) Gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap, di mulai dari pinggir atas (posisi jam
12), dengan mengikuti arah jarum jam, bergerak ke tengah ke arah puting susu.
b) Gerakan dari atas ke bawah dan sebaliknya.
c) Gerakan dari bagian tengah ke arah luar.
d) Pencet pelan-pelan daerah di sekitar puting kedua payudara dan amatilah, apakah keluar cairan yang
tidak normal (tidak biasa).
Perhatikanlah secara khusus pemeriksaan payudara sendiri (sadari), pada bagian atas dekat ketiak
kanan dan kiri, sebab di daerah tersebut banyak ditemukan tumor payudara.
Teknik SADARI cukup mudah dan sederhana, tidak memerlukan alat bantu khusus dan 80%
benjolan yang ada di payudara dapat diketahui serta membantu, setidaknya, mendorong kaum
perempuan untuk segera berobat bila menemukan benjolan pada payudaranya. Tetapi, teknik ini ada
kelemahannya. SADARI sangat tergantung pada ketelitian, kepekaan, dan tingkat intelegensi wanita.
Karena itu, semua kembali pada kesadaran si perempuan. Bila merasa ada kelainan atau perubahan pada
payudara setelah melakukan teknik SADARI segera hubungi dokter37.
b. Pemeriksaan payudara oleh tenaga medis (Dokter, bidan, dan perawat yang terlatih).
37 Periksa Payudara Sendiri (Sadari), diakses dari www.dharmais.co.id. Brosur yang dibagikan oleh pelaksana program (Yappika dan
YKPJ) kepada para peserta program pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
Selain sadari, deteksi dini untuk kanker payudara yang perlu dilakukan ialah dengan pemeriksaan
payudara oleh tenaga medis. Pemeriksaan payudara oleh tenaga medis dianjurkan pada saat usia 20-30
minimal 3 tahun sekali.
Dengan pemeriksaan payudara oleh tenaga medis, hasilnya akan lebih teliti dan akurat bila
dibandingkan dengan pemeriksaan deteksi dini untuk kanker payudara secara SADARI dan juga kelainan
atau perubahan pada payudara yang ditemukan dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat diketahui, apakah
kemungkinan kelainan tersebut mengarah ke ganas (berbahaya) atau tidak, akan tetapi hasil pemeriksaan
deteksi dini payudara yang dilakukan oleh tenaga medis belum bisa mendiagnosa pasti, apakah kelainan
atau perubahan yang ditemukan pada payudara dari hasil pemeriksaan tersebut merupakan kanker atau
tidak. Meskipun demikian, tenaga medis akan segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
pemeriksaan Mammografi dan USG payudara38.
c. Pemeriksaan dengan alat Mammografi dan USG payudara.
Mammografi adalah pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X. Pada saat pemeriksaan
ini, payudara ditekan oleh 2 alat yang berbentuk piringan selama beberapa detik dengan tujuan
mendapatkan gambaran yang jelas dari kondisi payudara. Kadang-kadang timbul rasa tidak nyaman akibat
prosedur pemeriksaan ini. Untuk itu, mammografi sebaiknya dilakukan setelah masa menstruasi selesai.
Saat itu payudara sedikit melunak. Penelitian menunjukkan sebaiknya tidak menggunakan deodoran, krim,
atau bedak di ketiak ketika melakukan mammografi, karena hal itu dapat mempengaruhi hasil mammografi.
Dari hasil mamogram, dokter dapat melihat adanya ketidak normalan pada payudara dan juga
mengetahui perubahan yang terjadi bila dibandingkan dengan hasil mamogram yang terdahulu. Jika
38 Tentang Kanker Payudara, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id./ kajian.
ditemukan sesuatu yang mencurigakan, dokter akan menyarankan untuk melakukan biopsi atau
pengambilan sedikit jaringan di wilayah yang dicurigai untuk diteliti, apakah terdapat kanker atau tidak.
Pemeriksaan Mammografi sendiri sangat bermanfaat untuk menemukan dan dapat memperlihatkan
kelainan pada payudara dalam bentuk lesi berukuran sangat kecil, sampai 2 mm, yang tidak teraba dalam
pemeriksaan klinis oleh tenaga medis (biasanya berukuran di bawah 1 cm). Mammografi juga berguna
menemukan benjolan pada payudara, tetapi mammografi tidak dapat menemukan, apakah benjolan itu
kanker atau bukan.
Adapun USG payudara adalah pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara. Dengan
pemeriksaan melalui USG benjolan yang ditemukan pada payudara dapat diketahui dan dapat dibedakan,
apakah benjolan tersebut berupa tumor padat atau hanya kista. Kista adalah benjolan yang berisi cairan.
Atau apakah benjolan tersebut kemungkinan mengarah ke kanker atau tidak39.
F. Kolaborasi.
1. Pengertian Kolaborasi
Pada kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), kolaborasi secara etimologi, yaitu, perbuatan kerjasama.40
Kerjasama (kolaborasi) adalah sebuah bentuk kelompok yang melakukan kegiatan secara bersamaan yang
beranggotaan lebih dari 5 orang. Kegiataan ini dilakukan oleh semua kelompok secara bersamaan agar
pekerjaan itu ringan41.
Menurut pendapat yang lain, kerjasama (kolaborasi) yaitu kepada team work, artinya kerja sama-sama
sebagai suatu kesatuan. Berarti juga mengalokasikan sumber daya yang ada ke dalam tugas-tugas tertentu,
sehingga semua lingkup pekerjaan yang akan dihadapi diatasi dengan baik. Tergantung kepada kejelasan
pembagian tugas dan kemampuan dari setiap anggota. Kerjasama (kolaborasi) bisa menjadikan sebuah tugas
39 Kanker Payudara, Apa dan Bagaimana, diakses dari http://www.pitapink.com/id. h.12 40 Pusat bahasa Indonesia “Kamus Besar Bahasa Indonesia,” diakses pada 10 Oktober 2008 dari
http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. 41 Arny baheis”Pengertian Kolaborasi,” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari http://id.answers.yahoo.com/
menjadi lebih baik atau bahkan sebaliknya42. Sedangkan kerjasama (kolaborasi) organisasi adalah kesepakatan
yg dilakukan oleh 2 organisasi atau lebih yg bertujuan untuk menjalin hubungan kemitraan antar organisasi yg
bersifat saling menguntungkan43.
2. Tujuan dan Jenis-jenis Kolaborasi
Ada banyak tujuan dan jenis-jenis kolaborasi (kerjasama) yang dikemukakan oleh ahlinya masing-
masing, tetapi secara umum, tujuan kolaborasi (kerjasama)44, yaitu:
a. Kemitraan terfokus: kolaborasi (kerjasama) antara dua pemakai yang saling membutuhkan untuk
menyelesaikan tugas.
b. Proses kerja terstruktur: orang yang peranannya berbeda bekerjasama (berkolaborasi) dalam tugas yang
berhubungan.
c. Konferensi: komunikasi kelompok dengan tempat dan waktu yang berbeda.
d. Kuliah atau demo: seseorang membagikan informasi kepada banyak pemakai di tempat lain. Waktunya
dijadwalkan.
Adapun jenis-jenis kolaborasi (kerjasama), secara umum45, yaitu:
1) Kolaborasi (kerjasama) yang saling mendekat yang disebut kooperasi, dimana kedua belah pihak saling
memberi. Untuk kolaborasi (kerjasama) yang bersifat kooperasi, maka lakukanlah kerjasama dengan baik
dan kepercayaan yang telah dibina jangan sampai disalahgunakan, karena untuk menumbuhkan suatu
kepercayaan sangatlah tidak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
2) Kolaborasi (kerjasama) yang didasarkan atas konflik, tetapi kekuatan yang dimiliki kedua belah pihak
(bargaining position) sama besarnya. Kolaborasi (kerjasama) ini disebut kerjasama koalisi. Jika kerjasama
yang dilakukan berdasarkan koalisi, kekuatan yang dimiliki kedua belah pihak harus tetap seimbang,
sehingga tidak ada peluang bagi salah satu pihak untuk memaksakan kepentingannya. Dan biasanya
42 Triwinarni ”Pengertian Kolaborasi,” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari http://id.answers.yahoo.com/ 43 Nuryadi Asmawi ”Pengertian Kolaborasi,” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari http://id.answers.yahoo.com/ 44 Hafsah Himatif “Tujuan Kolaborasi (kerjasama),” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari hafsah.himatif.or.id. 45 Ari Januar “Jenis-jenis kolaborasi (kerjasama),” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari http://www.gkps.or.id
kerjasama ini dilakukan kedua belah pihak untuk menghadapi musuh bersama mereka, sehingga kerjasama
perlu mereka lakukan untuk menambah kekuatan.
3) Kolaborasi (kerjasama) terpaksa yang didasarkan atas konflik, tetapi satu pihak lebih kuat dari pada pihak
kedua. Jika kelompok yang kuat tidak mengajak pihak yang lemah untuk bekerjasama, maka pihak yang
lemah dapat merongrong pihak yang kuat. Kerjasama ini disebut dengan kerjasama kooptasi. Disamping
itu, rongrongan pihak yang lemah akan bertambah jika mereka mengetahui kelemahan atau rahasia pihak
yang lebih kuat dari mereka. Untuk kerjasama yang bersifat kooptasi, pihak yang lebih kuat harus mampu
memberikan kedudukan ataupun kesempatan kepada pihak yang lemah, tetapi tentu saja dengan kekuasaan
yang sangat terbatas, dengan demikian pihak yang lemah akan merasa bahwa mereka masih dianggap eksis.
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN YAPPIKA DAN YKPJ
SERTA PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN
A. Profil Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia.
1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Yappika
Cikal bakal Yappika berawal sejak tahun 1991 dengan terbentuknya Yayasan Persahabatan Indonesia
Kanada (YAPIKA) atau forum Indonesia-Kanada (the Indonesia-Canada Forum/ICF). Fungsi Yapika saat
itu adalah sebagai lembaga yang menyalurkan dana untuk LSM-lsm di Indonesia, dengan kepengurusan
kolektif antara organisasi-organisasi non profit Indonesia dan Kanada.
Dalam perkembangannya, tepatnya pada tahun 1997, Yapika mengalami perubahan menjadi sebuah
lembaga Indonesia, masuk dalam barisan Ornop Indonesia, dan menambah peran-perannya di bidang
peningkatan kapasitas lembaga-lembaga non profit, sekaligus mulai aktif dalam kancah advokasi nasional
untuk isu-isu tertentu yang menjadi fokus perhatiannya. Singkatan nama Yappika pun berubah menjadi
Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia.
Seiring dengan pergantian pemerintahan pasca reformasi, Yappika makin intensif meningkatkan
kapasitas organisasi untuk dapat mengawal proses transisi demokrasi di Indonesia. Pada tahun 2000, Yappika
mengukuhkan diri sebagai Aliansi Masyarakat Sipil Indonesia untuk Demokrasi. Sejak saat itu, nama
Yappika bukan lagi sebuah akronim, tetapi menjadi sebuah nama organisasi1.
2. Visi, Misi, dan Peran Yappika
Visi
Terwujudnya masyarakat sipil yang demokratis dan mandiri untuk memperjuangkan hak-haknya.
1 Tentang kami> sejarah Yappika, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.yappika.or.id.
Misi
a. Mengembangkan Yappika sebagai wahana pembelajaran demokrasi berdasarkan pengalaman nyata
lapangan secara terus menerus.
b. Melakukan penguatan kapasitas dan kapabilitas organisasi masyarakat sipil dalam rangka membangun
kemandiriannya serta mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik di berbagai tingkatan.
c. Melakukan advokasi kebijakan dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar rakyat, termasuk kebijakan-
kebijakan yang mendorong pengembangan organisasi masyarakat sipil yang sehat.
d. Mendorong terbangunnya sinergi antar organisasi masyarakat sipil dalam rangka memperjuangkan
demokrasi dan hak-hak dasar rakyat2.
Peran Yappika
Yappika merupakan bagian dari sistem pendukung gerakan masyarakat sipil, dengan peran utama
sebagai berikut:
1) Meningkatkan kapasitas dan memberikan bantuan teknis kepada organisasi masyarakat sipil (OMS).
2) Membangun sinergi antar organisasi masyarakat sipil (OMS).
3) Melakukan pendidikan publik.
4) Melakukan advokasi isu-isu nasional.
5) Menyambungkan isu advokasi lokal untuk jaringan advokasi nasional3.
3. Pandangan dan Peranan Yappika terhadap Program
Bagi Yappika, program ini merupakan media untuk melakukan kampanye mengenai hak masyarakat
terhadap akses pelayanan publik di bidang kesehatan. Oleh karenanya, peran Yappika yang di dalamnya
melibatkan relawan adalah:
a. Pengorganisasian masyarakat untuk terlibat dalam program sebagai peserta penyuluhan dan pemeriksaan.
2 Tentang kami> visi misi Yappika, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.yappika.or.id. 3 Tentang kami> peran Yappika, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.yappika.or.id.
b. Mendorong kesukarelawanan dari unsur organisasi lokal (Kelurahan, RT, RW, PKK, IKK dan Karang
Taruna) maupun warga secara perseorangan guna mendukung pelaksanaan kegiatan.
c. Melakukan sosialisasi mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, khususnya prosedur
pengurusan jaminan pelayanan kesehatan bagi warga miskin (Sktm/Askeskin/Gakin). Sosialisasi
dilakukan melalui pendistribusian informasi dalam bentuk brosur bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan ataupun membantu pasien temuan kasus kanker/tumor dari kegiatan ini. Pendampingan kepada
pasien dan keluarga sifatnya pemberdayaan dan bukan mengambil alih semua proses pengurusan jaminan
kesehatan4.
B. Propil YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta)
1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri YKPJ
Yayasan Kesehatan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ) berdiri sejak tahun 2003 sebagai realisasi dari
keprihatinan para pendirinya akan bahaya kanker payudara bagi kaum wanita. YKPJ adalah organisasi non
profit yang merupakan mitra pemerintah, yang bergerak dalam kampanye deteksi dini kanker payudara guna
menurunkan faktor resiko serangan kanker, khususnya bagi kaum perempuan. Yayasan yang berada di bawah
RS Dharmais ini didukung oleh sebuah unit mobil mammografi yang dapat secara langsung mengunjungi
komunitas masyarakat di Jabodetabek untuk mendukung kampanye deteksi dini.
Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor 2 untuk perempuan di Indonesia, padahal,
kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang dapat dideteksi dini. Namun, tingkat kesadaran
masyarakat yang rendah menyebabkan tingginya tingkat stadium pasien kanker payudara di Indonesia.
Bentuk kepedulian YKPJ terhadap masalah ini dibuktikan dengan menjalankan program-program yang
berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat pada umumnya dan perempuan khususnya, tentang kanker
payudara. Program-program seperti penyuluhan kanker payudara, mobil mammografi, dan website pitapink
diharapkan dapat meningkatkan awareness masyarakat terhadap kanker payudara.
4 Bahan materi pembekalan dan pelatihan para relawan “Diskripsi Tugas Relawan Untuk Kegiatan Penyuluhan dan Pemeriksaan
Kesehatan Payudara”, h. 2.
2. Visi, Misi, dan Tujuan YKPJ
Visi YKPJ
Jakarta bebas kanker payudara stadium lanjut pada tahun 2020.
Misi YKPJ
a. Deteksi dini kanker payudara menjadi bagian general check up.
b. Pelayanan deteksi kanker dapat dilakukan oleh semua rumah sakit.
c. Penyuluhan kepada masyarakat tentang kanker payudara dilakukan oleh tenaga kesehatan dan relawan
terlatih.
d. Penderita pasca pelayanan kanker payudara dapat tetap eksis di bidangnya masing-masing.
Tujuan YKPJ
a) Menurunkan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut.
b) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap kanker payudara payudara.
c) Menemukan kanker payudara dini5.
C. Profil Program Deteksi Dini Kanker Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan.
1. Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Program.
Awal mula tahun 2006, Yappika mengajukan untuk bekerjasama dengan YKPJ (Yayasan Kesehatan
Payudara Jakarta), melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kanker payudara secara gratis di 5
lokasi yang menjadi basis simpul-simpul relawan Yappika di Jakarta, yang sebelumnya kegiatan ini belum
menjadi suatu program yang sekarang.
Kegiatan yang dilaksanakan di 5 lokasi yang menjadi basis simpul-simpul relawan Yappika, yaitu: 1.Di
kantor Yappika dengan melibatkan masyarakat sekitar. 2. Di simpul pasar minggu. 3. Di simpul pangkalan
jati. 4. Di simpul pondok gede. Dan terakhir 5. Di simpul Jakarta utara. Kegiatan yang dilaksanakan di 5
5 Tentang profil YKPJ, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id/ sejarah-visi-misi-tujuan.php.
lokasi simpul tersebut merupakan salah satu upaya Yappika yang berperan mengkomunikasikan kepada
masyarakat mengenai hak pelayanan publik, dalam hal ini hak atas pelayanan kesehatan, khususnya tentang
kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara yang secara luas belum banyak diketahui dan dimengerti
oleh masyarakat, apalagi telah banyak korban yang menderita kanker payudara. Begitupun dengan upaya
informasi dan publikasi mengenai penyakit tersebut, masih minim keberadaannya di puskesmas-puskesmas.
Berawal dari kegiatan yang diinspirasi di 5 lokasi inilah, sebagaimana yang dijelaskan di atas,
kemudian YKPJ melihat, bahwa kegiatan ini sangat baik dan strategis untuk dikembangkan lebih lanjut
menjadi suatu proyek program secara struktural, dan sebagai proses penelitian untuk memperoleh data
kecenderungan penyakit kanker payudara yang menyerang kaum perempuaan, serta untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara.
YKPJ memandang kegiatan ini, sebagai upaya memberikan informasi kepada masyarakat tentang
bahaya penyakit kanker payudara dan pentingnya melakukan deteksi dini kanker payudara, guna
meningkatkan kesadaran mereka terkait dengan bahaya penyakit tersebut. Oleh karenanya, untuk
mengembangkan kegiatan ini dan juga mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, YKPJ memandang
perlunya pelibatan bidan lokal dalam kegitan program lebih lanjut, dimana bidan-bidan lokal akan diberikan
pelatihan dan pengetahuan khusus tentang penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara secara
klinis (perabaan), guna menyiapkan tenaga medis lokal yang terampil menangani secara cepat temuan
penyakit kanker payudara pada stadium dini. Lalu YKPJ menawarkan kerja sama dengan Yappika membuat
proyek program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan untuk
diajukan ke The Breast Health Global Initiative (BHGI), satu organisasi kesehatan kanker payudara di
Amerika Serikat (AS), yang membuka kesempatan untuk kegiatan penelitian mengenai penyakit kanker
payudara dan akan mendanai program yang akan dilaksanakan tersebut dari segi medisnya.
Yappika mendiskusikan, ketika bekerja sama dengan Yappika, Yappika tidak bisa mengakomodir
kegiatan-kegiatan program dari segi medisnya, karena Yappika bukan lembaga medis. Kemudian ditemukan
jalan keluar, dalam pelaksanaan program ini, Yappika akan bertanggung jawab dalam melaksanakan
perannya pada program ini, pada hal: 1. Mengorganisir pelaksanaan kegiatan dan melakukan
pengorganisasian masyarakat serta mengkampanyekan hak pelayanan publik secara integral dalam kegiatan
program tersebut, dengan cara: mengkomunikasikan kepada masyarakat, apa itu pelayanan publik, 2.
Melakukan sosialisasi pada saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan program mengenai hak-hak masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, khususnya prosedur jaminan pelayanan kesehatan bagi warga miskin (Sktm/
Gakin/ Askeskin). 3. Melakukan advokasi berupa pendampingan kepada warga yang terjangkit kanker
payudara dari hasil pemeriksaan payudara secara medis, dimana warga tersebut harus melakukan tindak
lanjut medis, namun warga tersebut tidak mempunyai biaya cukup, maka peran Yappika mendampingi warga
tersebut mengurusi proses jaminan kesehatan (Sktm/Gakin/Askeskin).
Dari pihak YKPJ akan bertanggung jawab melaksanakan perannya pada program ini, yaitu dari segi
medisnya, berupa: 1. Melakukan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) secara
manual (perabaan), dengan melibatkan bidan setempat, dimana sebelumnya bidan tersebut mendapatkan
pelatihan khusus dari dokter ahli kanker payudara RS Dharmais. 2. Verifikasi hasil pemeriksaan para bidan
dengan menggunakan alat mammografi. 3. Menindak lanjuti hasil temuan-temuan kelainan pada payudara
secara medis. 4. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit kanker payudara dan
deteksi dini kanker payudara.
Pada akhirnya sama-sama disepakati dan disetujui oleh BHGI, kemudian dilaksanakanlah program ini
yang berlokasi di Jakarta Utara Kecamatan Koja, dengan kreteria daerah dimana sebagaian besar
penduduknya masuk dalam kategori kurang mampu, tidak mampu atau miskin, yang umumnya di kalangan
masyarakat tersebut, informasi mengenai bahaya penyakit kanker payudara, faktor-faktor beresiko kanker
payudara, deteksi dini kanker payudara, serta informasi mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan
publik di bidang kesehatan masih sangat minim diketahui dan dimengerti6.
2. Sasaran dan Tujuan Program.
Sasaran kegiatan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan
bidan, yaitu:
a. Bidan yang berada di lokasi setempat sejumlah 30 orang.
b. Perempuan usia 40 sampai 55 tahun dengan total yang diperiksa menggunakan perabaan maupun
mammografi sejumlah 1500 orang. Ada toleransi untuk perempuan usia 35 sampai 40 tahun, boleh
mengikuti pemeriksaan.
c. Relawan untuk membantu pengorganisasian kegiatan sejumlah 25 sampai 30 orang.
d. Masyarakat umum di lokasi kegiatan tanpa batas umur dan jenis kelamin untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan46.
Program yang dimulai bulan Mei 2007 sampai dengan Agustus 2008 ini secara umum bertujuan untuk:
1) Melatih skill para bidan dalam melakukan deteksi dini kanker payudara melalui perabaan dengan tangan
biasa (SADARI/ periksa payudara sendiri).
2) Mendorong dan mengelola sistem rujukan penanganan temuan kasus kanker payudara secara mudah dan
tanpa ada penundaan.
Sedangkan secara khusus hasil yang diharapkan dari program ini adalah:
a) Bidan mampu melakukan pemeriksaan dengan perabaan pada payudara dan mampu menemukan kelainan
yang ada pada payudara.
b) Bidan mengetahui bagaimana menindaklanjuti hasil temuan kelainan pada payudara.
c) Tersedianya akses untuk check up kesehatan payudara, khususnya untuk deteksi dini kanker payudara
melalui bidan.
6 Wawancara pribadi dengan Sri Indiyastuti (Staf Maneger Kampaye Publik Yappika), Jakarta, 18 Juni 2008. 46 Bahan Materi Pembekalan dan Pelatihan Para Relawan. h. 1.
d) Meningkatkan kesadaran perempuan tentang kesehatan payudara dan pentingnya deteksi dini di kalangan
perempuan, penyediaan layanan kesehatan dan relawan yang terlibat dalam program47.
3. Struktur Personil Pelaksanaan Program
Ketua penyelidik/Penanggung jawab : Kardinah. MD
Wakil ketua penyelidik 1 : Sri Indiyastuti (kordinator kampanye publik)
Wakil Ketua Penyelidik 2 : Djarwani Soejoko
Kordinator relawan : Elita Triandayani (kordinator relawan)
Maneger administrasi : Very
Kordinator alat mammografi : Sri Susilowati
Maneger data : Novida Ulya
Kordinator riset : Evlina Suzanna
Kualitas jaminan mammografi : Yulfiatry Prasetyo
Pelatih komunikasi : Maria Witjaksono
Pelatih ahli teknologi : Arif Jauhari
Penasehatan ahli onkologi pembedahan : Sutjipto
Penasehat Ahli epitimologi : Ahmad Syafiq
Staf pendukung sekertaris : Nia
Eo (Relawan Yappika) : Abdul Hamid Sofa Silfia
Yuliyanti Zaimi Warsika
Siska Ariani Prayit S.A
Leonardo Ali Pahlefi
Amanda Putri R Sary ningsih
Althea Maria R Erna Ambaran
47 Ibid., h. 1.
Halyza Fauziyah
Achmad Romadhan48
4. Mekanisme Kerja Pelaksanaan Program
a. Penanggung jawab program/Ketua penyelidik program:
1) Mengkoordinasi kegiatan-kegiatan diantara NGO (Yappika dan YKPJ, Institut-institut kesehatan
masyarakat, ilmu alam fisika medis, ahli teknologi radiografi dan menteri kesehatan/Departemen
kesehatan di tingkat provinsi dan direktorat).
2) Mengkoordinasi bacaan hasil Mammografi dengan teknik bacaan ganda.
3) Mengevaluasi setiap langkah kegiatan-kegiatan.
4) Membuat laporan untuk direktur pusat kanker nasional dan menteri kesehatan.
b. Wakil ketua penyelidik 1/Kordinator kampanye pelayanan publik:
1) Mengkoordinasi para relawan dan mengawasi kegiatan lapangan di wilayah sasaran program.
2) Mengatur komunikasi yang stategis dengan masyarakat dan media massa.
3) Mengawasi alokasi dana dan penggunaanya menurut anggaran49.
4) Memberikan pembekalan dan pelatihan kepada para relawan untuk persiapan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan program.
5) Pendampingan peserta (warga) program yang ditemukan dari hasil pemeriksaan kesehatan payudara
secara medis, terjangkit kelainan atau kanker payudra, dalam konteks ini, warga dibantu dalam
pengurusan jaminan pelayanan kesehatan (Sktm/ Gakin/ Askeskin) guna memperoleh pembebasan
atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut. Dengan catatan jika relawan yang melakukan
pendampingan warga tersebut, selama proses pengurusan jaminan pelayanan kesehatan mengalami
hambatan50.
48 Proposal program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. h. 8 dan 12-14. dan
Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator Relawan Yappika), Jakarta 10 Mei 2008. 49 Ibid., h. 12-14. 50 Pengamatan (Observasi) Peneliti pada saat ikut serta terlibat dalam pelatihan dan pembekalan para relawan.
c. Wakil ketua penyelidik 2:
1) Pengkoordinasian ahli ilmu fisika medis untuk pelaksanaan kualitas jaminan dalam mammografi dan
program penelitian untuk mendirikan standarisasi nasional dalam pemeriksaan mammografi
2) Pengukuran dari arti dosis yang berhubungan dengan kelenjar dengan TLD yang akan diberikan
selama proyek ini51.
d. Kordinator relawan dan para relawan:
1) Berkoordinasi dengan para pengurus relawan Yappika lainnya mengorganisir dan mengatur
persiapan-persiapan kegiatan program di lintas kelurahan, untuk melakukan sosialisasi rencana
pelaksanaan kegiatan program di wilayah yang telah ditunjuk. Sosialisasi terdiri dari:
a) Pemberitahuan rencana kegiatan ke puskesmas setempat, Kepala desa, Rt, Rw, Karang taruna,
PKK, dan IKK. Pemberitahuan dilengkapi dengan surat yang ditanda tangani oleh YKPJ dan
Yappika, khususnya kepada kelurahan, Rt, dan puskesmas.
b) Sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelaksanaan kepada warga di lokasi yang
telah ditentukan kepada lurah dan aparat setempat, lalu turun kelapangan mengunjungi kader
aparat setempat, seperti: RT, Rw, Karang taruna, PKK, IKK, dan Ibu-ibu pengajian untuk
membantu mempertemukan dengan masyarakat yang dituju serta membagikan poster dan leaflet
terkait dengan pelaksanaan kegiatan.
c) Pendaftaran Ibu-ibu yang bersedia diperiksa dengan menggunakan sistem kupon dengan mencatat
alamat dan nomor telepon masing-masing.
2) Berkoordinasi dengan para pengurus relawan Yappika lainnya untuk mengorganisir pelaksanaan
kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, dengan cara:
51 Proposal Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan. h. 14.
a) Berkoordinasi dengan aparat desa setempat untuk memilih lokasi kegiatan dengan kreteria
mencukupi untuk parkir 2 mobil (Yappika Life dan mobil Mammografi YKPJ) serta ruang
pemeriksaan diantara 2 mobil tersebut dan ruang untuk penyuluhan.
b) Meminta kontribusi dari aparat desa setempat untuk menyediakan meja dan kursi untuk kegiatan
penyuluhan.
c) Berkoordinasi dengan crew Yappika Life dan mobil Mammografi mengenai perlengkapan yang
harus disediakan.
d) Berkoordinasi dengan pengurus relawan Yappika jika diperlukan tambahan relawan pada waktu
pengorganisasian pelaksanaan hari H.
e) Membuat daftar hadir peserta, baik yang mengikuti penyuluhan maupun pemeriksaan.
f) Mengorganisir pengisian kuesioner untuk peserta yang diperiksa52.
g) Membagikan nomor kopun kepada peserta yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan dan
pemeriksaan kesehatan payudara, serta mencatat alamat dan nomor telepon masing-masing pada
saat pendaftaran warga.
h) Mengatur jadwal pemanggilan peserta (warga) untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan payudara
oleh bidan maupun dengan Mammografi.
i) Membuat dan mencatat daftar hadir relawan yang terlibat sebagai panitia pelaksana kegiatan
program.
j) Pembawa acara (MC) pada saat kegiatan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara,
penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara, serta penyuluhan tentang isu pelayanan publik
di bidang kesehatan.
k) Menjaga stand pendaftaran warga yang ikut serta sebagai peserta program penyuluhan dan
pemeriksaan kanker payudara.
52 Bahan Materi Pembekalan dan Pelatihan Para Relawan. h. 2-3.
l) Membuat dokumentasi (Fhoto dan Video) setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan
pemeriksaan kesehatan payudara.
m) Pendampingan peserta program yang ditemukan dari hasil pemeriksaan kesehatan payudara secara
medis, terjangkit kelainan atau kanker payudra. Dalam konteks ini, warga dibantu dalam
pengurusan jaminan pelayanan kesehatan (Sktm/Gakin/Askeskin) guna memperoleh pembebasan
atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut53.
e. Maneger administrasi:
1) Mengatur jadwal dan biaya yang diperlukan dalam kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan
payudara.
f. Dokter umum:
1) Memberikan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang bahayanya penyakit
kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan faktor resiko kanker payudara kepada ibu-ibu
yang hadir.
g. Dokter radiology:
1) Membaca hasil pemeriksaan kesehatan payudara peserta program dengan alat mammografi.
h. Radiografer:
1) Membantu memeriksa kesehatan payudara para peserta program dengan alat mammografi, setelah
peserta program di CBE oleh bidan54.
i. Staf pendukung sekertaris YKPJ:
1) Mengorganisir persiapan perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
53 Hasil pengamatan (observasi) peneliti ketika ikut serta membantu relawan mengorganisir kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara di lokasi kegiatan. 54 Wawancara pribadi dengan Nia (Staf pendukung sekertaris YKPJ), Jakarta, 16 Juni 2008.
2) Mengorganisir persiapan kuesioner wawancara dengan warga terkait dengan lembar kesedian cacatan
medik faktor resiko kanker hasil pemeriksaan payudara dengan bidan, serta kuesioner pelayanan
kesehatan dan tentang kanker payudara serta deteksi dini kanker payudara.
3) Mengorganisir peserta program yang akan dilakukan pemeriksaan payudara lebih lanjut melalui USG
di Rumah sakit Dharmais.
4) Mengorganisir jadwal daftar hadir peserta program setiap kali kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara dilakukan.
5) Mengatur shidul time Dokter umum, untuk memberikan penyuluhan tentang penyakit kanker
payudara dan deteksi dini kanker payudara.
6) Mengatur shidul time para bidan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan payudara secara manual
(perabaan dengan tangan sendiri)55.
5. Kerjasama Pelaksanaan Program
Kegiatan program ini dilaksanakan atas kerja sama antara kelurahan rawa badak utara, kader PKK,
karang taruna, dan puskesmas (medis) setempat dalam ikut serta mendukung dan terlibat mensosialisasikan
pelaksanaan program kepada warga setempat56.
6. Sarana atau Fasilitas Pelaksanaan Program
Sarana atau fasilitas yang digunakan pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara), antara lain:
a. Dua mobil yang dikontruksikan khusus setiap pelaksanaan kegiatan program, yaitu mobil Mammografi
yang memuat alat medis pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) dan mobil
Yappika Life yang memuat alat komunikasi pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan
55 Hasil pengamatan (Observasi) peneliti ketika ikut serta membantu relawan mengorganisir kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara dilokasi kegiatan.
56 Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator Relawan), Jakarta, 18 Juni 2008.
payudara, baik dalan bentuk presentasi power point, filem dokumenter mengenai kesehatan payudara,
dan informasi mengenai isu pelayanan publik, musik, dan perpustakaan.
b. Brosur mengenai pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) secara SADARI
(periksa payudara sendiri) dan brosur tentang pelayanan publik, serta book flet, yaitu buku yang berisikan
tentang penyakit kanker payudara.
c. Kuesioner wawancara mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, serta
tentang pelayanan publik di bidang kesehatan.
d. Kuesioner lembar kesediaan pemeriksaan kesehatan payudara peserta program yang berisikan data dan
riwayat peserta program terkait dengan faktor resiko kanker payudara.
e. Catatan medik pemeriksaan kesehatan payudara peserta program dari hasil pemeriksaan kesehatan
payudara oleh bidan dan hasil pemeriksaan dengan mammografi.
f. Lembaran hasil pemeriksaan kesehatan payudara peserta program dengan alat mammografi.
g. Panthom payudara, yaitu patung karet wanita telanjang setengah dada.
h. Baju pasien (peserta program), bantal, servai, dan henbody.
i. Alat ukur timbangan berat badan dan ukuran tinggi badan.
j. Ruang CBE dan ruang penyuluhan.
k. Bangku-bangku dan meja.
l. Lembaran daftar hadir peserta program.
m. Nomor kopun peserta program.
n. Spanduk kegiatan program.
o. Fhoto dan video (Dokumentasi)57.
57 Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator Relawan) dan Nia (Staf Pendukungan sekertaris) serta hasil pengamatan (observasi) peneliti ketika ikut serta membantu relawan mengorganisir kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara dilokasi kegiatan.
BAB IV
ANALISIS EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN
KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN
A. Evaluasi Input
Metode analisis evaluasi program yang penulis gunakan yaitu, pendapat yang dikemukakan oleh
Pietztrazak dkk. Pietztrazak menjelaskan, evaluasi input memfokuskan penilaian atau evaluasi pada berbagai
unsur (variabel) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program58. Berbagai unsur tersebut meliputi: klien
(sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan sarana atau fasilitas yang digunakan dalam
pelaksanaan program.
Variabel klien (sasaran penerima kegiatan program), meliputi karakteristik demografi dari klien yang
ditetapkan lembaga pelaksana. Variabel staf pelaksana program meliputi aspek demografi dari staf, seperti:
latar belakang pendidikan staf, bidang kerja staf, dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh staf. Sedangkan
variabel sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program meliputi: kuantitas dan kualitas atau
tepat guna sarana yang digunakan tersebut.
Pertanyaan yang ingin dijawab dari evaluasi input pada klien (sasaran kegiatan penerima program)
yaitu: apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan
tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ)?. Sedangkan pertanyaan yang ingin
dijawab pada staf pelaksana program, yaitu: apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang
sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya?. Dan pertanyaan yang ingin dijawab pada fasilitas atau sarana
yang digunakan dalam pelasanaan program, yaitu: apakah sarana atau fasilias yang digunakan dalam
pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhan?.
Untuk menilai (mengevaluasi) pada unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program yang
meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan sarana atau fasilitas yang
58 Primahendera, Evaluasi Program, h. 66.
digunakan dalam pelaksanaan program, penulis menggunakan indikator sebagai alat ukur untuk menilai pada
unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program tersebut. Indikator ialah suatu alat ukur untuk
menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian, misalnya,
kecantikan dapat diukur oleh 3 indikator, yakni: kecerdasan, prilaku, dan penampilan fisik
Indikator yang digunakan tersebut terbagi menjadi dua indikator, yaitu: indikator objek (suatu alat ukur
yang dirumuskan dalam program tersebut) dan indikator analisis (suatu alat ukur untuk menunjukan atau
menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian). Terdapat 4 indikator analisis
yang digunakan untuk menilai berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan program, keempat indikator
tersebut, yaitu: indikator ketersediaan, keterjangkauan, efesiensi, dan Indikator relevansi 59.
1. Klien (sasaran penerima kegiatan program).
Sasaran penerima kegiatan program, terdiri dari:
a. Perempuan usia 40 sampai 55 tahun dengan total yang diperiksa menggunakan perabaan maupun
mammografi sejumlah 1500 orang. Ada toleransi untuk perempuan usia 35 sampai 40 tahun boleh
mengikuti pemeriksaan.
b. Bidan yang berada di lokasi setempat sejumlah 30 orang.
c. Relawan untuk membantu pengorganisasian kegiatan sejumlah 25 sampai 30 orang.
d. Masyarakat umum di lokasi kegiatan tampa batas umur dan jenis kelamin untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan60.
Adapun lokasi sasaran penerima kegiatan program di Jakarta Utara dengan kreteria daerah dimana
sebagian besar penduduknya masuk dalam kategori kurang mampu, tidak mampu atau miskin.
59 Ibid., h. 65. 60 Bahan materi pembekalan dan pelatihan para relawan “Diskripsi Tugas Relawan untuk Kegiatan Penyuluhan dan Pemeriksaan
Kesehatan Payudara”. h. 1.
Sebagaimana pertanyaan yang ingin dijawab pada unsur klien, yaitu: apakah karakteristik sasaran
penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan
lembaga pelaksana program (Yappika dan YKPJ)?.
Untuk dapat menjawab pertanyaan ada tidaknya kesesuaian antara karakteristik sasaran penerima
kegiatan program (klien) dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika
dan YKPJ), peneliti akan uraikan satu persatu karakteristik sasaran penerima kegiatan program yang
ditetapkan lembaga pelaksana dan peneliti uraikan tujuan program yang ditetapkan dari karakteristik
sasaran penerima kegiatan program.
Adapun Indikator yang digunakan untuk menilai (evaluasi) pada unsur klien (sasaran penerima
program), peneliti menggunakan indikator objek, yaitu, karakteristik sasaran penerima kegiatan program
yang ditetapkan lembaga pelaksana dan Indikator ketersedian (indikator ini melihat apakah unsur yang
seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada, misal dalam suatu program pembangunan sosial
yang menyatakan bahwa diperlukan suatu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah
tangga, maka perlu dicek (dilihat), apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada).
karakteristik sasaran penerima kegiatan program yang pertama, yaitu:
1. Warga perempuan (peserta program) usia 40 sampai 55 tahun dengan total yang diperiksa
menggunakan perabaan maupun mammografi sejumlah 1500 orang. Ada toleransi untuk perempuan
usia 35 sampai 40 tahun boleh mengikuti pemeriksaan.
Sedangkan tujuan yang diharapkan dari sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan
kelurahan RBU), yaitu:
a. Meningkatkan kesadaran perempuan tentang kesehatan payudara dan pentingnya deteksi dini
dikalangan perempuan, penyediaan layanan kesehatan dan relawan yang terlibat dalam program.61
61 Ibid. h. 1.
Untuk mempermudah pengkajian karakteristik sasaran penerima kegiatan program (warga
perempuan kelurahan RBU), sengaja penulis sajikan dalam bentuk tabel-tabel.
Latar belakang karakteristik sasaran penerima kegiatan program (Klien) Peserta program (warga perempuan kelurahan rawa badak utara (RBU)
No Nama Klien Alamat Usia Pekerjaan Penghasilan
perbulan (gaji) /penghasilan suami
1 Juriyah Jln. B. 4.No. 35 Gg. G. 1Rt. 08/05
51 Ibu rumah tangga
500 Ribu (buruh kuli)
2 Suci Ati Jln. B. 4. No. 31 Gg. G. 1. Rt. 08/05
39 Ibu rumah tangga
1 Juta (buruh kuli)
3 Karsih Jln. B. 4. No. 1 Gg. G. 1. Rt. 08/05
37 Idem 40 Ribu/hari (buruh kuli)
4 Umi Kulsum Jln. B. 4. No. 24 Gg. G. 1. Rt. 08/05
45 Wiraswasta (dagang)
1 Juta (suami meninggal)
5 Ani Jln. B. 3. No. 22. Rt. 05/05
57 Ibu rumah tangga
Tidak tentu, dikasih anak (suami pengangguran)
6 Anna Jln. B. 3. No. 23. Rt. 05/05
54 Idem Idem
7 Siti Fatimah Jln. B. 2. Rt. 07/05 46 Idem 1 Juta (suami Wiraswasta)
8 Turini Jln. B. 4. No. 31 Gg. G.1. Rt. 08/05
58 Idem Tidak tentu, dikasih anak (suami meninggal)
9 Supriyanti Jln. Rawa binangun 3. No. 12 Rt. 07/08
42 Idem 1 Juta (Buruh pabrik)
10 Umaroh Jln. Rawa binangun 3. No.12 Rt. 07/08
36 Idem 1.5 Juta (Wiraswasta)
11 Suliharti Jln. Rawa binangun 3. No. 10. Rt. 07/08
34 Idem 1 Juta (swasta buruh)
12 Onah Jln. Gg. M. No. 13 Rt. 06/09
60 Idem Tidak tentu, dikasih anak(Suami meninggal)
13 Surtini Jln. Gg. B. No. 36 Rt. 05/09
55 Idem Dari Anak (pegawai swasta)
14 Cucu Jln F. Gg. G. No. 19 Rt. 08/04
54 Idem 1 Juta (ustad)
15 Sukaisih Jln Rawa binangun 2. No. 20 Rt. 07/08
49 Idem 7 Ratus (dagang bakso)
16 Sumeri Jln B Rawa badak Rt. 02/09
32 Karyawati 1.5 Juta
17 Tanimah Jln I E 1 No. 37 Rt. 09/05
47 Ibu rumah tangga
Tidak tentu (serabutan)
18 Sariyah Jln Rawa binangun Rt. 08/08
47 Idem Tidak tentu (kuli borongan)
19
Sarwi
Jln Cibateng 1. No. 42 Rt. 07/02
42
Idem
500 ribu Wiraswasta(daga
20
Kurniati
Jln sawah baru. No. 8 Rt .2/11
50
Idem
ng bakso keliling) 1 juta (Wirasawasta)
Sumber: Wawancara pribadi dengan peserta program (warga perempuan RBU), tanggal dilakukan wawancara kepada setiap klien berbeda: 14 Juni-5 Juli 2008.
Dari tabel di atas, dilihat dari usia keseluruhan peserta program (warga perempuan kelurahan RBU),
terdapat 15 orang pada usia 40-55 dan 5 orang pada usia 30-39, berarti bila dipersentasekan usia 40-55
tahun mencapai 75 % dan pada usia 30-39 tahun mencapai 25%. Persentase ini menunjukan bahwa
karakteristik penerima kegiatan program telah sesuai dengan sasaran penerima kegiatan program yang
ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ) yaitu: perempuan usia 40 sampai 55 tahun dengan total
yang diperiksa menggunakan perabaan maupun mammografi sejumlah 1500 orang. Ada toleransi untuk
perempuan usia 35 sampai 40 tahun boleh mengikuti pemeriksaan.
Dari sisi indikator ketersediaan jumlah para peserta program sejumlah 1500 perempuaan usia 40-55
tahun dengan total yang diperiksa menggunakan perabaan maupun mammografi. realitanya di lapangan,
peneliti tidak bisa menilai (mengevaluasi), apakah realitanya di lapangan dalam pelaksanaan program,
ketersediaan jumlah peserta program (warga perempuan) telah sesuai atau tidak dengan jumlah sasaran
penerima kegiatan program (warga perempuan). Hal ini karena, selama proses penelitian yang dilakukan
peneliti, pelaksanaan program masih berjalan dan belum selesai dilaksanakan.
Dilihat dari pekerjaan dan penghasilan perbulan (gaji) pada tabel di atas, peserta program mayoritas
bekerja sebagai Ibu rumah tangga, hanya 2 orang yang bekerja sebagai karyawati dan wiraswasta yang
berpenghasilan 1 juta-1,5 juta perbulannya serta penghasilan suami peserta program yang rata-rata
keseluruhan 500 ribu sampai 1.5 juta perbulannya, hal ini menunjukan bahwa para peserta program berada
pada masyarakat menengah ke bawah atau kurang mampu, tidak mampu (miskin).
Kemiskinan secara umum didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk sejumlah uang yang
diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori perorang
per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta
aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002:4)62.
Hasil observasi peneliti ke rumah-rumah warga perempuan (sasaran penerima kegiatan program)
pada saat melakukan wawancara, letak demografi wilayah sasaran penerima kegiatan program sangat padat,
ruas untuk jalan di depan rumah warga selebar 2 meter yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan 2 motor,
kondisi rumah wargapun sangat sederhana.
Berdasarkan data pekerjaan dan penghasilan suami peserta program perbulannya dan juga hasil
observasi peneliti ke tempat wilayah penduduk sasaran penerima kegiatan program, sebagaimana yang
telah disebutkan di atas, menunjukan bahwa karakteristik peserta program (warga perempuan) telah sesuai
dengan sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana, yaitu: Daerah dimana
sebagian besar penduduknya masuk dalam kategori kurang mampu, tidak mampu, atau miskin.
Adapun untuk mengetahui dan menjawab pertayaan ada tidaknya kesesuaian karakterisrtik sasaran
penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU) dengan tujuan program yang ditetapkan
lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), peneliti melakukan wawancara dalam bentuk kuesioner kepada
para peserta program (warga perempuan kelurahan RBU) tentang pengetahuannya mengenai penyakit
kanker payudara yang bisa dikenali secara dini dan pengetahuan cara deteksi dini kanker payudara dengan
cara SADARI (periksa payudara sendiri).
Berikut wawancara kuesioner peneliti kepada para peserta program:
1. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui
bahwa kanker payudara bisa dikenali secara dini?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui
cara periksa payudara sendiri (SADARI)?
62 Edi Suharto, “Pendampingan Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsepsi dan Strategi,” 23 Maret 2007, h. 2-3.
a. Ya b. Tidak (lanjutan pertanyaan 4)
3. Bila ya, bisa Ibu sebutkan bagaimana cara periksa payudara sendiri (SADARI)?
4. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui
kapan sebaiknya dilakukan SADARI?
a. Ya b. Tidak
Kolom jawaban pertayaan kuesioner peserta program (warga perempuan kelurahan RBU)
a. Nama: Juriyah
a. Nama: Suci Ati
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
b. Nama: Karsih
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b. tidak - b. tidak
c. Nama: Umi Kulsum
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
d. Nama: Ani
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
e. Nama: Anna
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
f. Nama: Siti Fatimah
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
g. Nama: Turini
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
h. Nama: Umaroh No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
i. Nama: Surtini No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
j. Nama: Cucu
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
k. Nama: Sumeri
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b. tidak - b. tidak
l. Nama: Tanimah
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
m. Nama: Sariyah
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
n. Nama: Sarwi
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
q. Nama: Meli
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
r. Nama: Rochti
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
s. Nama: Siti Oni
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 a. ya a. ya Payudara diraba,
dicari ada benjolan ga
b. tidak
t. Nama: Onah
No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
u. Nama: Supriyani No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 b. tidak b.tidak - b. tidak
Dari kolom jawaban pertayaan kuesioner para peserta program (warga kelurahan RBU) di atas,
peserta program sejumlah 19 orang yang diwawancari oleh peneliti menjawab tidak mengetahui penyakit
kanker payudara bisa dikenali secara dini. Begitupun cara deteksi dini kanker payudara dengan cara periksa
payudara sendiri (SADARI), mayoritas peserta program menjawab tidak tahu, hanya 1 orang, yaitu Ibu Oni
yang mengetahui cara deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI, namun pengetahuan Ibu oni
tentang cara deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI tidak sesuai dengan cara pemeriksaan
payudara yang benar, sebagaimana petunjuk cara pemeriksaan payudara dengan cara SADARI.
Berdasarkan data jawaban kuesioner para peserta program di atas, menunjukan bahwa terdapat
kesesuaian antara karakteristik sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU)
dengan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), yaitu: Meningkatkan
kesadaran perempuan tentang kesehatan payudara dan pentingnya deteksi dini di kalangan perempuan,
penyediaan layanan kesehatan dan relawan yang terlibat dalam program.
Bila para peserta program mengetahui tentang penyakit kanker payudara yang bisa dikenali sejak
dini dan dapat melakukan deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI, hal ini menunjukan secara
logika bahwa para peserta program kemungkinan besar telah sadar tentang kesehatan payudaranya dan
dapat melakukan deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI. Berarti untuk apa dilakukan kegiatan
penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara kepada para warga yang telah mengetahui dan sadar
tentang kesehatan payudara serta dapat melakukan deteksi dini kanker payudara, jika tetap dilakukan
kepada para warga tersebut, maka kegiatan program yang dilaksanakan tidak tepat sasaran dan tujuan
kegiatan program yang di inginkan untuk meningkatkan kesadaran perempuan tentang kesehatan payudara
tidak tepat. Namun, jika para peserta program tidak mengetahui tentang penyakit kanker payudara yang
bisa dikenali sejak dini dan tidak tahu cara deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI, hal ini
menunjukan secara logika bahwa para peserta program belum sadar tentang kesehatan payudaranya dan
tidak mengetahui deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI. Jadi kegiatan program yang dilakukan
untuk para peserta program tersebut telah tepat sasaran atau sesuai dengan tujuan kegiatan program yang
telah ditetapkan oleh lembaga pelaksana.
Sasaran penerima kegiatan program yang kedua, yaitu:
1. Para bidan yang berada di lokasi setempat sejumlah 30 orang.
Adapun tujuan yang diharapkan dari sasaran penerima kegiatan program (para bidan lokal), yaitu,
secara umum:
a. Melatih skill para bidan melakukan deteksi dini kanker payudara melalui perabaan dengan tangan
biasa (SADARI/periksa payudara sendiri).
Secara khusus yang diharapkan dari sasaran penerima kegiatan program (para bidan lokal), yaitu:
1) Bidan mampu melakukan pemeriksaan dengan perabaan pada payudara dan mampu menemukan
kelainan yang ada pada payudara.
2) Bidan mengetahui bagaimana menindaklanjuti hasil temuan kelainan pada payudara.
3) Tersedianya akses untuk check up kesehatan payudara khususnya untuk deteksi dini kanker payudara
melalui bidan 63.
Untuk dapat mengevaluasi (menilai) ada tidaknya kesesuaian antara karakteristik penerima kegiatan
program (para bidan lokal) dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana
(Yappika dan YKPJ), peneliti melakukan wawancara kepada para bidan dan observasi lapangan di tempat
pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara. Wawancara yang dilakukan
kepada para bidan terkait dengan latar belakang biografi para bidan, yang terdiri dari: nama, pendidikan
terakhir, asal pendidikan terakhir dan pekerjaan.
Untuk mempermudah pengkajian karakteristik penerima program (para bidan), penulis sajikan
dalam bentuk tabel-tabel.
Tentang latar belakang biografi bidan
63 Bahan Materi Pembekalan dan Pelatihan Para Relawan. h. 1.
No
Nama Pendidikan terakhir
Asal pendidikan terakhir
Bidan Study pendidikan
Pekerjaan
1 Ellyne Agustina Elisabet. S.Am. keb
D 3 Medan, Akbid Senior
Kesehatan Bidan
2 Yogiana. M Sekolah Umum perawan bidan
Rs Perang Medan
Perawat bidan
Bidan
3 Usdah D1 Rs Budi Kemuliaan Jak-Pus
Kebidanan Bidan
Sumber: Wawancara pribadi dengan para bidan, tanggal dilakukan wawancara berbeda: 21-28 Juni 2008. Dari tabel di atas, latar belakang pendidikan dan pekerjaan, para bidan berasal dari latar belakang
pendidikan kebidanan, begitupun dengan profesi pekerjaannya, mereka bekerja sebagai bidan. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat kesesuaian antara karakteristik penerima kegiatan program dengan sasaran
penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana, yaitu para bidan yang berada di lokasi
setempat sejumlah 30 orang.
Dari sisi indikator ketersediaan jumlah para bidan yang ditetapkan lembaga pelaksana program di
lokasi setempat sejumlah 30 orang, berdasarkan data dokumentasi yang peneliti dapatkan dari YKPJ,
bahwa jumlah para bidan yang dilibatkan dalam kegiatan pelaksanaan program sejumlah 25 orang64.
Namun dikarenakan saat peneliti melakukan penelitian mengenai jumlah data para bidan, dimana program
ini masih berjalan dan belum selesai, maka dari sisi indikator ketersedian para bidan yang terlibat dalam
kegiatan program ini, peneliti tidak bisa untuk menentukan, apakah ketersediaan jumlah para bidan di
lapangan sesuai dengan jumlah para bidan yang ditetapkan lembaga pelaksana.
Adapun untuk mengetahui dan menjawab pertayaan ada tidaknya kesesuaian karakterisrtik para
bidan dengan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), peneliti melakukan
wawancara dalam bentuk kuesioner kepada para bidan tentang pengalaman para para bidan dalam
menangani penyakit kanker payudara dan pengetahuannya tentang cara melakukan pemeriksaan kesehatan
payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (SADARI/periksa payudara sendiri).
Berikut wawancara kuesioner peneliti kepada para bidan:
64 Data daftar hadir para Bidan yang ikut serta dalam pelatihan dan pembekalan yang diberikan oleh pihak YKPJ di rumah sakit
Dharmais.
1. Apakah sebelum mendapatkan pembekalan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak pelaksana program
(YKPJ), Ibu mempunyai pengalaman dalam menangani penyakit kanker payudara dan mengetahui cara
pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara)?
a. Ya b. Tidak (langsung kepertayaan No 3)
2. Kapan dan dimana Ibu mempuyai pengalaman dalam menangani penyakit kanker payudara dan
pengetahuan cara pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) melalui perabaan
dengan SADARI (periksa payudara sendiri)?
a. Pendidikan kebidanan b. Lainya: sebutkan
3. Apakah sebelum mendapatkan pelatihan yang diberikan oleh pihak pelaksana program (YKPJ), Ibu
memiliki keahlian cara melakukan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara)
melalui perabaan dengan SADARI (periksa payudara sendiri),?
a. Ya b. Tidak
Kolom jawaban para bidan lokal.
a. Nama: Ellyne Agustina Elisabet. S, Am. Keb No. 1 No. 2 No. 3 b. Tidak - b. tidak
b. Nama: Bd. Yogianna. M
No. 1 No. 2 No. 3 b. Tidak - b. tidak
c. Nama: Bd. Usdah
No. 1 No. 2 No. 3 b. Tidak - b. tidak
Jawaban para bidan pada tabel di atas, sebelum mendapatkan pembekalan dan pelatihan yang
diberikan oleh lembaga pelaksana (YKPJ), para bidan tidak mempunyai pengalaman dalam penanganan
penyakit kanker payudara dan tidak mempunyai keahlian dalam melakukan deteksi dini kanker payudara
melalui perabaan dengan tangan biasa (SADARI).
Dari data tersebut di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara karakteristik
sasaran penerima kegiatan program (para bidan) dengan tujuan yang tetapkan oleh lembaga pelaksana
program kepada para bidan, yaitu:
a) Melatih skill para bidan dalam melakukan deteksi dini kanker payudara melalui perabaan dengan
tangan biasa (SADARI/periksa payudara sendiri).
b) Bidan mampu melakukan pemeriksaan dengan perabaan pada payudara dan mampu menemukan
kelainan yang ada pada payudara.
c) Bidan mengetahui bagaimana menindaklanjuti hasil temuan kelainan pada payudara.
d) Tersedianya akses untuk check up kesehatan payudara khususnya untuk deteksi dini kanker payudara
melalui bidan 65.
Bila para bidan mempunyai pengalaman dalam menangani penyakit kanker payudara serta dapat
melakukan pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan cara SADARI, menunjukan secara
logika bahwa para bidan memiliki skill dalam penanganan penyakit kanker payudara dan mampu
melakukan pemeriksaan dengan perabaan pada payudara serta mengetahui bagaimana menindak lanjuti
hasil temuan kelainan pada payudara. Berarti untuk apa dilakukan kegiatan pembekalan dan pelatihan
mengenai pengetahuan penyakit kanker payudara dan pelatihan cara deteksi dini kanker payudara secara
manual dengan tangan biasa kepada para bidan yang telah mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan
kesehatan payuadara. Jika kegiatan pembekalan dan pelatihan tetap diberikan kepada para bidan tersebut,
berarti tujuan kegiatan program untuk para bidan yang telah dirumuskan tidak sesuai. Namun, jika para
bidan tidak mempunyai pengalaman dalam penanganan penyakit kanker payudara dan tidak mengetahui
cara pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan cara SADARI. Hal ini menunjukan secara
logika bahwa para bidan tidak memiliki skill dan kemampuan untuk melakukan pemeriksaan dengan
65 Bahan Materi Pembekalan dan Pelatihan Para Relawan. h. 1.
perabaan pada payudara serta mengetahui bagaimana menindak lanjuti hasil temuan kelainan pada
payudara. Berarti tujuan kegiatan program untuk para bidan telah sesuai.
Sasaran penerima kegiatan program yang ke tiga yaitu:
1. Para relawan untuk membantu pengorganisasian kegiatan sejumlah 25 sampai 30 orang.
Para relawan muda dari kalangan mahasiswa atau organisasi remaja akan direkrut oleh lembaga
pelaksana program (Yappika dan YKPJ), untuk dapat terlibat dan berperan sebagai staf pelaksana
kegiatan program (efen organisir). Para relawan berperan melakukan: pengorganisasian masyarakat untuk
terlibat dalam kegiatan program sebagai peserta penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara,
melakukan sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan di wilayah pelaksanaan program serta mengorganisir
pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara di lokasi pelaksanaan kegiatan
program.
Para relawan yang telah direkrut, diberikan pembekalan dan pelatihan oleh lembaga pelaksana
program (Yappika dan YKPJ), terkait dengan diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan
pemeriksaan kesehatan payudara, prosedur jaminan pelayanan kesehatan bagi warga miskin
(Sktm/Gakin/Askeskin), dan pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara66.
Untuk dapat mengevaluasi (menilai) ada tidaknya kesesuaian antara karakteristik penerima
kegiatan program untuk para relawan dengan sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan
lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), peneliti melakukan wawancara kepada para relawan dan
observasi lapangan di tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
Wawancara yang dilakukan kepada para relawan terkait dengan latar belakang biografi para relawan,
yang terdiri dari: Nama, pendidikan terakhir, pendidikan yang ditempuh saat ini, bidang studi pendidikan
dan pengalaman organisasi.
66 Observasi peneliti pada saat ikut serta dalam pelatihan dan pembekalan para relawan yang diberikan oleh pihak lembaga pelaksana
(Yappika dan YKPJ).
Untuk mempermudah pengkajian karakteristik penerima program (relawan), penulis sajikan dalam
bentuk tabel-tabel.
Latar belakang karakteristik relawan, program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan
No
Nama
Pendidikan terakhir
Pendidikan yang ditempuh saat ini
Bidang study pendidikan
Pengalaman organisasi
1 2 3 4 5
Elita Triandayani (kordinator relawan dan lapangan) Zaimy Warsika Sofa Silfia Ahmad Romadhan Yuliyanti
SMA SMA SMA SMA MA
S 1(Stara 1) Universitas Negri Jakarta (UNJ) S 1(Stara 1) Universitas Al-azhar Indonesia S 1(Stara 1) Universitas Negri Jakarta (UNJ) S 1 (Stara 1) Universitas Indra Prasta PGRI Tanjung barat S 1(Stara 1) Universitas Negri Jakarta (UNJ)
Pendidikan Luar sekolah Teknik Industri Sastra Arab Ekonomi Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab
Bendahara Dept Hubungan Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Peneliti LP3S (kordinator pemantau pemilu) BEMJ (sekertaris)
Karang taruna Tubagus dan Pormas AL-Ijtihad. LP3S, LSI, dan Scoppindo
Sumber: wawancara pribadi dengan para relawan, tanggal dilakukannya wawancara berbeda: 18-28 Juni 2008.
Pada tabel di atas, para relawan berasal dari latar belakang pendidikan universitas (mahasiswa).
Berdasarkan data tersebut menujukan bahwa terdapat kesesuaian antara karakteristik sasaran penerima
kegiatan program dengan sasaran penerima kegiatan program, yaitu para relawan muda dari kalangan
mahasiswa atau organisasi remaja sejumlah 25-30 orang.
Ketersediaan jumlah para relawan yang ditetapkan lembaga pelaksana program sejumlah 25-30
orang, berdasarkan data dokumentasi yang peneliti dapatkan dari YKPJ, bahwa ketersediaan jumlah para
relawan sejumlah 18 orang67. Namun dikarenakan saat peneliti melakukan penelitian mengenai jumlah
67 Data daftar hadir para relawan yang ikut serta dalam pelatihan dan pembekalan yang diberikan oleh lembaga pelaksana (YKPJ dan
Yappika).
data para relawan, dimana program ini masih berjalan dan belum selesai, maka dari sisi indikator
ketersedian para relawan yang terlibat dalam kegiatan program ini, peneliti tidak bisa untuk menentukan,
apakah ketersediaan jumlah para bidan di lapangan sesuai dengan jumlah para bidan yang ditetapkan
lembaga pelaksana.
Sasaran penerima kegiatan program yang ke empat yaitu:
1. Masyarakat umum di lokasi kegiatan tampa batas umur dan jenis kelamin untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan.
Dari sisi indikator ketersediaan masyarakat umum di lokasi kegiatan tampa batas umur dan jenis
kelamin, berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara di lokasi kelurahan RBU, tidak terdapat masyarakat umum (laki-laki) yang mengikuti
kegiatan penyuluhan, sekalipun ada, mereka hanya mengantarkan dan menunggu Ibunya yang ikut dalam
kegiatan program. Namun ketersediaan masyarakat umum dari jenis kelamin perempuan ada yang hanya
mengikuti kegiatan penyuluhannya, tampa mengikuti pemeriksaan kesehatan payudaranya.
Data observasi peneliti di atas, diperkuat dengan data berdasarkan wawancara peneliti kepada Ibu
Siti Ida Najidah (Kader PKK Kelurahan rawa badak Utara). Beliau menuturkan”Bahwa terdapat juga
dari masyarakat umum (perempuan) tampa batas umur yang hanya ikut kegiatan penyuluhan kanker
payudara saja, sebatas ingin mengetahui, akan tetapi tidak ikut pemeriksaan kesehatan payudara.
Sedangkan masyrakat umum (laki-laki) sepertinya tidak ada yang mengikuti kegiatan penyuluhan68”.
Dari data hasil observasi dan wawancara peneliti di atas, menujukan bahwa tidak terdapat
kesesuaian antara karakteristik penerima program dengan sasaran kegiatan program yang ditetapkan
lembaga pelaksana program, yaitu masyarakat umum tampa batas umur dan jenis kelamin untuk
68 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Ida Najidah (Kader PKK Kelurahan RBU) yang dijadikan oleh peneliti sebagai pihak informan.
Jakarta, 28 Juni 2008.
mengikuti kegiatan penyuluhan. Karena yang mengikuti kegiatan penyuluhan hanya dari kalangan
perempuan.
2. Staf pelaksana program
Para staf pelaksana program yang dievaluasi (dinilai) untuk diteliti dalam penulisan skripsi ini, yaitu
para staf yang terlibat di lapangan pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan
payudara di lokasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini. Para staf tersebut, yaitu: a. Dokter radiologi.
b. Praktisi kesehatan (Dokter umum). c. Radiografer. d. Maneger humas dan kampanye publik (pekerja
sosial). e. Kordinator relawan dan lapangan f. Para relawan (Even organisasion).
Sebagaimana pertanyaan yang ingin dijawab pada staf pelaksana program, yaitu, apakah para staf
pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya?. Untuk
dapat menjawab pertayaan tersebut, penulis melakukan wawancara kepada para staf mengenai latar
belakang pendidikan staf, pelatihan-pelatihan yang pernah diikutinya, bidang kerja para staf, serta jabatan
dan perananya atau mekanisme kerjanya dalam program. Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui,
apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme
kerjanya.
Adapun latar belakang pendidikan, pelatihan-pelatihan, bidang kerja para staf, serta jabatan dan
peranannya atau mekanisme kerjanya dalam program, sebagai berikut:
a. Dokter radiologi
1) Nama : Dr. Kardinah. Md
2) Pendidikan dan pelatihan:
a) MD, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, 1985.
b) Radiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, 1993.
c) Penggambaran paru-paru dan payudara, Rumah sakit Dijgzig, Rotterdam, Belanda, 1999.
d) Pemotretan payudara, Rumah sakit AZG dan Rumah Sakit Vrijei Belanda, 2003.
3) Bidang pekerjaan: Kepala departemen radiologi yang berhubungan dengan diagnosa, pusat kanker
nasional RS. Dharmais.
4) Jabatan dalam program: (Ketua penyelidik/penanggung jawab)
5) Peranan dalam program:
a) Mengkoordinasi kegiatan-kegiatan diantara NGO (Yappika dan YKPJ, Institut-institut
kesehatan masyarakat, ilmu alam fisika medis, ahli teknologi radiografi dan menteri kesehatan
di tingkat provinsi dan direktorat.
b) Mengkoordinasi bacaan hasil Mammografi dengan teknik bacaan ganda.
c) Mengevaluasi setiap langkah kegiatan-kegiatan.
d) Membuat laporan untuk direktur pusat kanker nasional dan menteri kesehatan.
b. Maneger humas dan kampanye publik (Pekerja sosial)
1) Nama: Sri Indiyastuti
2) Pendidikan terakhir: Ilmu Pengetahuan Biologi, Universitas Katolik Atmajaya Yogyakarta, 1998.
3) Bidang pekerjaan: Maneger humas dan Kampanye publik Yappika, 2003 sampai sekarang.
4) Jabatan dalam program: Wakil ketua penyelidik/maneger kampanye publik.
5) Peranan dalam program:
a) Mengkoordinasi para relawan dan mengawasi kegiatan lapangan di wilayah sasaran program.
b) Mengatur komunikasi dengan masyarakat dan media Massa.
c) Mengawasi alokasi dana dan penggunaanya menurut anggaran.
d) Memberikan pembekalan dan pelatihan kepada para relawan untuk mempersiapkan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan program.
c. Radiografer
1) Nama : Zaitin
2) Pendidikan terakhir: Akademik penata rontgen radiodiagnostik, Arto Jakarta, 1984.
3) Bidang pekerjaan: Penata rontgen RS. Dharmais, 1984 sampai sekarang.
4) Pelatihan: Praktisi radiasi, Quality control, Quality asimance.
5) Peranan dalam program: Memeriksa kesehatan payudara para peserta program dengan alat
mammografi atau sebagai radiographer.
1) Nama: Yerliza
2) Pendidikan terakhir: Akademik teknik rontgen, Arto Jakarta, 1990.
3) Bidang pekerjaan: Penata rontgen radiografer RS. Dharmais.
4) Pelatihan: Praktisi radiasi, Quality control, Quality asimance.
5) Peranan dalam program: Memeriksa kesehatan payudara para peserta program dengan alat
mammografi atau sebagai radiographer.
d. Praktisi kesehatan (Dokter umum)
1) Nama: Marta Roidah Manurung
2) Pendidikan terakhir: Profesi dokter, Fakultas Kedokteran, Unika Atmajaya.
3) Bidang pekerjaan: Staf medis fungsional RS. Dharmais, 2005 sampai sekarang.
4) Peranan dalam program: Memberikan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara, penyuluhan
tentang bahaya penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara serta
faktor resiko kanker payudara kepada ibu-ibu yang hadir.
e. Kordinator relawan dan lapangan
1) Nama: Elita Triandayani
2) Pendidikan saat ini: Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Jakarta, 2003.
3) Pelatihan-pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan
pemeriksaan kesehatan payudara, pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker
payudara, dan pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak
mampu atau miskin.
4) Jabatan dalam program: Kordinator relawan dan lapangan.
5) Peranan dalam program:
a) Berkoordinasi dengan pengurus relawan Yappika, untuk mengorganisir dan mengatur
persiapan-persiapan kegiatan program di lintas kelurahan.
b) Berkoordinasi dengan para pengurus relawan Yappika, untuk mengorganisir pelaksanaan
kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
c) Melakukan pendampingan kepada peserta program (warga) yang ditemukan dari hasil
pemeriksaan kesehatan payudara secara medis, terjangkit kelainan atau kanker payudara. Dalam
hal ini, warga dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan (Sktm/Gakin/Askeskin)
guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut.
f. Para relawan (even organisasion)
1) Nama: Zaimi Warsika
2) Pendidikan saat ini: Teknik Industri, Universitas Al-azhar Indonesia, 2002.
3) Pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara, pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan
pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak mampu atau
miskin.
4) Jabatan dalam program: EO (Even Organising).
5) Peranan dalam program:
a) Mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program di lokasi yang telah
ditunjuk.
b) Mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
1) Nama: Sofa Silvia
2) Pendidikan saat ini: Sastra Arab, Universitas Negeri Jakarta.
3) Pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara, Pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara dan
pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak mampu atau
miskin.
4) Jabatan dalam program: EO (Even Organising).
5) Peranan dalam program:
a) Mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program di lokasi yang ditunjuk.
b) Mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
1) Nama: Ahmad Romadhan
2) Pendidikan saat ini: Ekonomi, Universitas Indraprasta PGRI, Tanjung Barat.
3) Pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara, pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan
pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak mampu atau
miskin.
4) Jabatan dalam program: EO (Even Organising).
5) Peranan dalam program:
a) Mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program di lokasi yang ditunjuk.
b) Mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
1) Nama: Yuliyanti
2) Pendidikan saat ini: Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, Universitas Negeri Jakarta.
3) Pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan
pemeriksaan kesehatan payudara, pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker
payudara, dan pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak
mampu atau miskin.
4) Jabatan dalam program: EO (Even Organising).
5) Peranan dalam program:
a) Mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program.
b) Mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara69.
Data latar belakang pendidikan, bidang kerja, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti para staf
di atas, mayoritas para staf berasal dari latar belakang pendidikan, bidang kerja, dan pelatihan yang sesuai
dengan perananya atau mekanisme kerjanya dalam program. Hanya 2 staf pelaksana program, yaitu:
wakil ketua penyelidik dan para relawan yang bukan berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai
dengan peranannya atau mekanisme kerjanya dalam program. Akan tetapi, dilihat pada bidang kerja staf
wakil ketua penyelidik yang 5 tahun dalam jabatan pekerjannya sebagai Maneger humas dan kampanye
publik Yappika, menunjukan bahwa staf wakil ketua penyelidik memiliki skill yang sesuai dengan
perananya atau mekanismenya dalam program. Karena bidang pekerjaan yang dilakukan seseorang
dengan waktu yang sudah lama, tentu seseorang tersebut akan mempunyai pengalaman dalam pekerjaan
yang dilakukan. Dengan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan berulang-ulang
akan mengembangkan kemampuan atau skill seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan tersebut.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Harry Hikmat dalam bukunya yang berjudul ”Strategi Pemberdayaan
Masyarakat” bahwa, skill adalah sebuah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik. Karena itu
skill seseorang akan berkembang jika dilakukan secara terus-menerus dan mengalami pengulangan70.
69 Proposal Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan. h. 12. 70 Harry hikmah, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Homaniora utama press, 2004), h. 29-30.
Para relawan, meskipun mereka bukan berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan
perananya dalam program, namun, melihat pelatihan-pelatihan yang diikutinya dan diberikan oleh
lembaga pelaksana program, dan didukung dari latar belakang pendidikan para relawan yang berasal dari
perguruan tinggi, hal ini menunjukan bahwa para relawan memiliki skill yang sesuai dalam menjalankan
mekanisme kerjanya dalam program.
Dengan demikian, dari data latar belakang pendidikan, bidang kerja dan pelatihan-pelatihan
yang pernah diikuti para staf, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya.
3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program
Sebagaimana pertayaan yang ingin dijawab pada sarana atau fasilitas yang digunakan dalam
pelaksanaan program, yaitu: apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan
program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?.
Untuk menjawab pertayaan tersebut, peneliti menilai berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan
dalam pelaksanaan program satu persatu. Penilaian berbagai sarana yang digunakan, dilihat dari segi tepat
guna atau efesiensi sarana yang digunakan dan dari segi kuantitas sarana yang digunakan yang dikaitkan
dengan kuantitas yang mengunakan sarana tersebut. Pada akhirnya, penulis menyimpulkan, apakah
berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sarana atau fasilitas yang digunakan setiap kali dilaksanakan program71, meliputi, yaitu:
a. Dua mobil yang dikontruksikan khusus setiap pelaksanaan kegiatan program, yaitu: mobil Mammografi
yang memuat alat medis pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) dan mobil
Yappika Life yang memuat alat komunikasi pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan
payudara, baik dalan bentuk presentasi power point, filem dokumenter mengenai kesehatan payudara
dan informasi mengenai isu-isu pelayanan publik, musik, dan perpustakaan.
71 Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator relawan dan Lapangan Yappika) dan Nia (Staf pendukung sekertaris
YKPJ) dan juga observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program, Jakarta, 18 Juni 2008.
Dari segi kegunaan atau efesiensi alat medis mammografi yang digunakan sebagai alat
pemeriksaan kesehatan payudara atau deteksi dini kanker payudara kepada para warga (peserta
program), berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari yayasan kesehatan payudara Jakarta (YKPJ),
bahwa mammografi menggunakan radiasi yang berdosis rendah. Tekanan pada payudara beberapa
menit tidak akan menimbulkan efek merugikan pada payudara. Mammografi merupakan cara yang
terbaik untuk mendeteksi dini kanker payudara, karena dapat mendekteksi benjolan yang sangat kecil
sampai 2 mm, yang tidak teraba dan dirasakan oleh diri sendiri.
Mobil mammografipun bisa menjangkau ke berbagai daerah, hal ini, dapat mempermudah
penyediaan layanan pemeriksaan kesehatan payudara kepada masyarakat, dimana masyarakat yang
ingin melakukan pemeriksaan kesehatan payudaranya untuk deteksi dini kanker payudara tidak
kesulitan datang ke rumah sakit Dharmais, yang mungkin jaraknya terlalu jauh dan tidak mudah untuk
dijangkau.
Adapun kegunaan atau efesiensi alat komunikasi yang digunakan pada saat pelaksanaan
kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara baik dalam bentuk prestansi power poin,
soun system, serta filem dokumenter terkait kesehatan payudara dan informasi mengenai isu pelayanan
publik, musik dan perpustakaan.
Berdasarkan observasi peneliti, presentasi power poin, digunakan sebagai alat komunikasi pada
saat kegiatan penyuluhan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara kepada peserta
program, dengan presentasi power poin dapat membantu mempermudah pemahaman peserta program
(warga perempuan) tentang penjelasan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan mengenai kanker
payudara dan deteksi dini kanker payudara secara lisan.
Presentasi power poin gambarnya jelas untuk dapat dilihat dan ukurannya standar. Begitupun
soun system, digunakan sebagai pengeras suara para staf untuk dapat memberikan penjelasan-
penjelasan kepada peserta program terkait dengan kegiatan-kegiatan program. Soun system bisa
didengar dengan jelas di tengah ramainya suasana dan banyaknya jumlah peserta program. Mik yang
digunakan tidak menggunakan listrik kabel, hal ini akan mempermudah para staf untuk dapat leluasa
bergerak dan berbicara dengan mik tampa harus terbatas dengan kabel mik.
Adapun dengan filem dokumenter, digunakan untuk menayangkan filem tentang kanker
payudara, deteksi dini kanker payudara, dan informasi mengenai isu pelayanan publik. Filem
dokumenter ditayangkan pada saat peserta program menunggu giliran disela-sela untuk diperika
payudaranya dengan alat mammografi. Filem dokumenter gambarnya jelas untuk dapat dilihat,
ukuranya standar. Kemudian perpustakaan serta musik, digunakan sebagai media pengetahuan kepada
para peserta program, yang bisa dimanfaatkannya disela-sela menunggu giliranya untuk diperiksa
dengan alat mammografi. Perpustakaan ruanganya cukup untuk 3-5 orang dewasa.
Dari segi kuantitas, alat medis mammografi, berdasarkan observasi peneliti pada saat
pelaksanaan kegiatan, berjumlah 1 unit. Sedangkan jumlah warga (peserta program) yang melakukan
pemeriksaan kesehatan payudara dengan alat medis mammografi sebanyak 50 orang.
Dari pantauan peneliti, pemeriksaan dengan alat mammografi tidak membutuhkan waktu yang
sangat lama, sekitar 5-8 menit, sehingga para peserta program tidak akan menunggu terlalu lama. Selain
itu pada saat peserta program menunggu giliran untuk diperiksa dengan mammografi, ditayangkan
pemutaran filem tentang penyakit kanker payudara dan isu-isu pelayanan publik agar peserta program
dapat menontonnya untuk memperluas pengetahuan para peserta program dan sebagai upaya agar para
peserta program tidak merasa bosan dalam menungu giliranya untuk diperiksa.
Adapun kuantitas alat komunikasi yang digunakan pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dan pemeriksaan kesehatan payudara baik dalam bentuk prestansi power poin, soun sistem serta filem
dokumenter terkait kesehatan payudara dan informasi mengenai isu pelayanan publik, musik dan
perpustakaan.
Berdasarkan observasi peneliti, presentasi power poin berjumlah 1 unit, sedangkan jumlah
warga yang mengikuti kegiatan penyuluhan 30-50 orang. Adapun jumlah soun system 1 unit,
sedangkan jumlah mik 2-3 unit. 1 mik digunakan oleh praktisi kesehatan pada saat memberikan
penyuluhan atau oleh staf pelaksana program dan 1 mik digunakan oleh peserta program yang ingin
berdialog atau bertanya lansung kepada praktisi kesehatan terkait dengan penyakit kanker payudara dan
deteksi dini kanker payudara dan 1 mik lagi digunakan sebagai cadangan bila mana salah satu dari mik
yang digunakan tersebut batu baterenya habis.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa sarana atau fasilitas
berupa alat medis mammografi pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) dan alat
komunikasi baik dalan bentuk presentasi power point, soun system, musik, dan filem dokumenter, telah
memadai sesuai dengan jumlah peserta program (warga perempuan) yang menggunakan sarana tersebut
dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
b. Brosur mengenai cara pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) dengan SADARI
(periksa payudara sendiri) dan brosur tentang isu-isu pelayanan publik serta Book flet, yang berisikan
tentang penyakit kanker payudara yang diberikan kepada para peserta program pada saat pelaksanaan
kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara
Dari sisi kegunaan brosur-brosur dan book plet ini, menurut peneliti sangat bermanfaat bagi para
peserta program untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan kesehatan payudara dengan SADARI,
sehingga masyarakat (kaum perempuan) dapat sadar untuk melakukan deteksi dini kanker payudara.
Dengan brosur inipun dapat membantu para peserta program untuk dapat memahami lebih jelas cara
pemeriksaan kesehatan payudara yang telah mereka ketahui dan dapatkan dalam kegiatan penyuluhan
tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara.
Book flet yang berisikan tentang pengetahuan penyakit kanker payudara secara lebih luas dan
rinci akan sangat bermanfaat untuk para peserta program agar mereka mengetahui dan sadar akan
bahaya penyakit kanker payudara dan pentingnya melakukan deteksi dini kanker payudara. Sedangkan
brosur mengenai isu-isu pelayanan publik, akan sangat bermanfaat kepada para peserta program untuk
mendapatkan informasi dan wawasan pengetahuan mengenai isu-isu pelayanan publik yang sedang
terjadi dan memberikan pengetahuan mengenai hak-hak mereka terhadap pelayanan publik, khususnya
di bidang kesehatan. Dengan bekal pengetahuan tersebut, akan mendorong sebuah pelayanan publik
yang berkualitas khususnya di bidang kesehatan, karena untuk mendorong sebuah pelayanan publik
yang berkualitas di bidang kesehatan, masyarakat harus memiliki banyak informasi dan aktif terlibat,
sehingga mereka mampu melakukan pencegahan sejak dini dan berani mempertanyakan atau menegur
ketika terjadi tindakan-tindakan yang merugikannya.
Adapun kondisi brosur-brosur serta book flet ini, dari yang peneliti dapatkan, tulisannya jelas
untuk dibaca, bahasanya singkat, sederhana dan mudah untuk dipahami.
Dari sisi kuantitas brosur mengenai cara pemeriksaan kesehatan payudara sendiri (SADARI) dan
brosur tentang pelayanan publik serta book flet, dari observasi peneliti, jumlah brosur-brosur dan book
flet tersebut sangat banyak melebihi dari jumlah seluruh peserta program (warga perempuan), bahkan
setiap kali selesainya pelaksanaan kegiatan ini, jumlah brosur-brosur dan book flet, masih tersisa.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa sarana atau
fasilitas yang digunakan untuk brosur mengenai cara pemeriksaan kesehatan payudara sendiri
(SADARI) dan brosur tentang pelayanan publik serta buku tentang kanker payudara, telah memadai
sesuai dengan jumlah peserta program yang mendapatkan fasilitas tersebut, dan sesuai dengan yang
dibutuhkan dalam kegiatan program ini.
c. Kuesioner wawancara mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara serta
tentang pelayanan publik di bidang kesehatan.
Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
kegiatan program. Karena kuesioner wawancara ini, sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara serta
bagaimana pendapat mereka terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya selama ini.
Pertayaan-pertayaan kuesioner cukup sederhana dan sesuai dengan latar belakang pendidikan
para peserta program yang mayoritas berlatar belakang pendidikan pada tingkat SD, dan sesuai dengan
umur para peserta program yang mayoritasnya 30-40 tahunan. Dengan pertayaan-pertayaan yang
sederhana dan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dan umur peserta program, dapat
mempermudah peserta program untuk dapat menjawab pertayaan-pertayaan kuesioner tersebut.
Dari sisi kuantitas sarana ini, jumlahnya telah memadai dengan jumlah para peserta program
yang mengikuti kegiatan program tersebut, karena berdasarkan observasi peneliti, setiap pelaksanaan
kegiatan ini, para peserta program, sebelum atau sesudah kegiatan penyuluhan tentang kanker payudara
diwawancarai.
d. Kuesioner lembar kesediaan pemeriksaan kesehatan payudara peserta program yang berisikan data dan
riwayat peserta program terkait dengan faktor resiko kanker payudara pada dirinya.
Kuesioner lembar kesediaan pemeriksaan kesehatan payudara peserta program, menurut
peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program. Karena lembar kuesioner
kesediaan ini, digunakan sebagai bagian dari penelitian yang dilakukan oleh pelaksana program untuk
dapat mengetahui kencenderungan faktor resiko kanker payudara yang menyerang kaum perempuan
Indonesia. Kuesioner ini berisikan tentang pertayaan-pertayaan kepada para peserta program terkait
dengan data-data riwayat faktor resiko kanker payudara pada dirinya.
Dari hasil lembar kesediaan pemeriksaan kesehatan payudara, dapat diketahui, apakah peserta
program terkena faktor resiko kanker payudara atau tidak. Selain itu, dengan kuesioner wawancara
terkait dengan data riwayat faktor resiko kanker payudara pada peserta program, hal ini akan dapat
memberikan pengetahuan kepada para peserta program tentang faktor-faktor yang berisiko
menimbulkan penyakit kanker payudara pada dirinya.
Dari sisi kuantitas, sarana ini jumlahnya telah memadai dengan jumlah para peserta program
yang mengikuti kegiatan program tersebut, karena berdasarkan observasi peneliti, setiap pelaksanaan
kegiatan ini, para peserta program, sebelum atau sesudah kegiatan penyuluhan tentang kanker payudara
diwawancarai.
e. Alat ukur timbangan berat badan dan ukuran tinggi badan.
Sarana ini digunakan untuk mengukur berat badan dan ukuran tinggi tinggi badan peserta
program. Sarana ini, menurut peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program,
karena sarana ini digunakan untuk dapat mengisi kuesioner wawancara terkait data-data-data riwayat
faktor resiko kanker payudara pada peserta program.
Dari sisi kuantitas, sarana ini telah memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang
menggunakan sarana ini, karena meskipun jumlah sarana ini, sebanyak satu unit, sedangkan jumlah
yang menggunakan sarana ini (peserta program), sebanyak 80-100 orang, namun dalam penggunaan,
tidak sekaligus seluruh peserta program menggunakan sarana tersebut secara bersamaan dan dengan
waktu yang sama, akan tetapi hanya 3-5 orang saja.
f. Catatan medik pemeriksaan kesehatan payudara peserta program.
Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut peneliti, sarana ini dibutuhkan oleh para bidan sebagai
laporan tertulis pemeriksaan kesehatan payudara para peserta program, yang hasil laporan pemeriksaan
tertulis tersebut akan diverifikasi dengan menggunakan alat mammografi. Tampa terdapat laporan
tertulis cacatan medik pemeriksaan kesehatan payudara para bidan, maka hasil pemeriksaan para bidan
tidak dapat diverifikasi dengan alat mammografi.
Dari sisi kuantitas catatan medik, sarana ini telah memadai sesuai dengan jumlah peserta
program yang menggunakan sarana ini, karena berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan
kegiatan, jumlah catatan medik melebihi dari jumlah seluruh peserta program (warga perempuan),
bahkan setiap kali selesai pelaksanaan kegiatan ini, jumlah catatan medik pemeriksaan kesehatan
payudara, masih tersisa banyak pada tempatnya.
Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sarana atau
fasilitas yang digunakan berupa catatan medik pemeriksaan kesehatan payudara, telah memadai sesuai
dengan jumlah peserta program yang menggunakan fasilitas tersebut, dan sesuai dengan yang
dibutuhkan dalam kegiatan program ini.
g. Lembaran hasil pemeriksaan kesehatan payudara peserta program dengan alat mammografi.
Lembaran hasil mammografi ini, menurut peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
kegiatan program, karena dari data yang penulis dapatkan dari YKPJ, bahwa hasil pemeriksaan
kesehatan payudara dengan mammografi dalam bentuk lembaran secara tertulis, sangat diperlukan oleh
peserta program, untuk mengetahui dengan mudah dan nyata secara tertulis, apakah dari hasil
pemeriksaan kesehatan payudaranya dengan alat mammografi, terkena kanker payudara/kelainan
payudara atau tidak.
Selain itu, lembar hasil pemeriksaan payudara dengan mammografi, hasilnya akan dapat
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan mammografi yang baru, bila mana warga perempuan tersebut
melakukan pemeriksaan payudara kembali dengan mammografi di lain waktu. Sehingga dengan lembar
hasil pemeriksaan mammografi dapat diketahui jika ada perubahan sedikit saja pada jaringan payudara
wanita tersebut.
Dari segi kuantitas sarana ini, berdasarkan observasi peneliti kepada warga (peserta program)
dan juga wawancara peneliti kepada Ibu Siti Ida, sebagai pihak yang mengkordinir dan membagikan
hasil pemeriksaan mammografi kepada peserta program, sarana ini telah memadai sesuai dengan jumlah
peserta program yang melakukan pemeriksaan dengan mammografi.
h. Panthom payudara, yaitu patung karet wanita telanjang setengah dada.
Dari sisi kegunaan, menurut peneliti, panthom payudara sangat berguna sebagai alat peraga
secara praktek yang digunakan pada saat kegiatan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara dan
cara pemeriksaan kesehatan payudara secara SADARI (periksa payudara sendiri). Dengan panthom
payudara yang digunakan sebagai alat peraga secara praktek, dapat mempermudah pemahaman para
peserta program untuk dapat mengetahui cara periksa payudara sendiri (SADARI) dan dapat melakukan
deteksi dini kanker payudara dengan cara periksa payudara sendiri (SADARI).
Dari segi kuantitas sarana ini, berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan
penyuluhan, panthom payudara yang digunakan berjumlah satu unit, sedangkan jumlah peserta program
yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan berjumlah 25-35 orang. Panhtom payudara yang di letakan
di depan peserta program, dapat dilihat dengan jelas oleh para peserta program, karena besar bentuk
pathom payudara standar dan dapat sesuai dengan pandangan mata para peserta program untuk dapat
melihat secara praktek cara periksa payudara sendiri.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sarana
yang digunakan berupa panthom payudara, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan
program dan jumlahnya memadai sesuai dengan yang dibutuhkan.
i. Baju pasien (peserta program), bantal, servai, dan henbody.
Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhan dalam
kegiatan program, karena berdasarkan wawancara peneliti kepada Ibu Nia, sebagai staf pendukung
sekertaris, bahwa baju pasien, bantal, servai, dan hanbody, digunakan oleh peserta program program
(warga perempuan) pada saat di CBE atau diperiksa payudaranya oleh bidan. Sarana ini sangat
dibutuhkan oleh para peserta program untuk kenyamanannya pada saat dilakukan pemeriksaan
payudaranya oleh para bidan.
Baju pasien dikenakan oleh peserta program pada saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan.
Sedangkan bantal dan servai dipakai pada saat peserta program dilakukan pemeriksaan payudaranya
dengan posisi tidur terlentang. Dan hanbody dikenakan di payudara peserta program untuk dapat
mempermudah pemeriksaan payudara.
Dari kuantitas sarana ini, berdasarkan observasi peneliti, telah memadai sesuai dengan jumlah
peserta program yang melakukan pemeriksaan.
j. Ruang CBE atau ruang pemeriksaan kesehatan payudara oleh bidan dan ruang penyuluhan.
Ruang CBE dan ruangan penyuluhan ini, berdasarkan observasi peneliti, fasilitas ruangan yang
digunakan ini, telah sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan program dan jumlahnya memadai sesuai
dengan jumlah peserta program yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan
payudara, karena ruangan CBE digunakan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan payudara peserta
kegiatan program. Sedangkan ruang penyuluhan, digunakan untuk memberikan penyuluhan tentang
penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara kepada peserta program.
Dengan adanya ruangan CBE dan ruang penyuluhan, dapat membuat peserta program merasa
nyaman, tertib, rapih, dan kondusif mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaaan.
Ruang CBE dan penyuluhan telah memadai sesuai jumlah peserta program yang ikut serta
dalam kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan, karena luas dan lebar ruangan ini, sesuai dengan
kapasitas jumlah peserta program yang ikut serta dalam kegiatan prgram, artinya peserta program tidak
berdesak-desakan dan tidak sempit di ruangan tersebut. Selain itu, ruangan untuk pemeriksaan
kesehatan payudara tertutup, hal ini membuat peserta program nyaman, tidak merasa risih, dan malu
untuk dapat dilihat oleh orang lain, pada saat payudaranya diperiksa.
k. Bangku-bangku dan meja.
Fasilitas yang digunakan ini, berdasarkan observasi peneliti, dari segi kegunaan, telah sesuai
dengan kebutuhan dalam kegiatan program, karena bangku-bangku dan meja-meja digunakan sebagai:
1.Tempat pendaftaran warga. 2) Wawancara peserta program. 3. Kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara. Dengan fasilitas ini, peserta program merasa nyaman, tidak cape, dan pegel
kakinya menunggu giliran diperiksa melalui bidan ataupun mammografi. begitupun pada saat dilakukan
pemeriksaan, wawancara, dan pendaftaran.
Dari segi kuantitas jumlah bangku-bangku dan meja-meja yang digunakan, telah memadai
sesuai dengan kebutuhan jumlah para peserta program. Karena berdasarkan observasi peneliti pada saat
peserta program menunggu giliran untuk dilakukan pemeriksaan, peserta program semuanya dapat
duduk di kursi-kursi yang telah disediakan oleh panitia pelaksana program. Begitupun pada saat peserta
program dilakukan wawancara dan diperiksa.
l. Lembaran daftar hadir peserta program.
Dari sisi kegunaan, menurut penulis, fasilitas ini telah memadai dan sesuai dengan yang
dibutuhkan dalam kegiatan program, karena lembaran daftar hadir peserta program digunakan untuk
mencatat nama, alamat, nomor telepon, dan usia peserta progran. Dengan mencatat nama dan usia
peserta program, dapat mempermudah panitia pelaksana program untuk memilah milih peserta program
yang diperiksa melalui mammografi dan peserta program yang tidak dapat diperiksa melalui
mammografi, hanya diperiksa oleh bidan. Peserta program yang diperiksa dengan mammografi ialah
usia 40 sampai 50 ke atas, sedangkan untuk usia di bawah 40 tahun, hanya diperiksa oleh bidan.
Selain itu dengan mencatat alamat dan nomor telepon peserta program, dapat mempermudah
staf pelaksana menghubungi peserta program yang akan dilakukan pemeriksa lebih lanjut melalui USG
di rumah sakit Dharmais, bila mana peserta program yang telah diperiksa dengan mammografi, hasilnya
terdapat kelainan pada payudaranya.
m. Nomor kupon untuk peserta program.
Dari sisi kegunaan, berdasarkan observasi peneliti pada saat dilaksanakan kegiatan, nomor
kupon untuk peserta program telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program, karena
dengan adanya nomor kupon, para peserta program dapat dengan tertib melakukan pemeriksaan
payudara, baik dengan mammografi maupun dengan bidan. Peserta program tidak saling berebutan dan
mendahului satu sama lainnya untuk mendapatkan pemeriksaan. Nomor urut kupon dibagikan kepada
peserta program sesuai dengan pendaftarannya pada saat pertama kali datang untuk ikut sebagai peserta
program.
Dari sisi kuantitas jumlah nomor urut kupon, telah memadai sesuai dengan jumlah para peserta
program yang ikut serta dalam kegiatan pemeriksaan.
n. Spanduk pelaksanaan program kegiatan program.
Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut penulis, telah memadai dan sesuai dengan yang
dibutuhkan dalam kegiatan program, karena dengan adanya spanduk, masyarakat umum yang berlalu-
lalang di depan kelurahan RBU, akan mengetahui diadakan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
deteksi dini kanker payudara secara gratis. Tampa adanya spanduk, mungkin hanya orang-orang
tertentu yang mengetahui dan ikut serta dalam kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan
payudara.
o. Kamera fhoto dan video.
Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut penulis, telah memadai dan sesuai dengan yang
dibutuhkan pada kegiatan program, karena kamera fhoto dan video digunakan untuk membuat
dokumentasi berlangsung kegiatan program. Dokumentasi ini penting, sebagai salah satu bukti yang
mendukung dilaksanakan suatu kegiatan program. Tampa terdapat dokumentasi suatu kegiatan program
yang telah dilaksanakan dalam bentuk photo ataupun video, mungkin tingkat kepercayaan seseorang
diadakannya suatu kegiatan program, misalnya, kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan
payudara, akan tidak sepercaya dan seyakin, bila mana kegiatan tersebut diperlihatkan kepada
seseorang dalam bentuk dokumentasi berupa fhoto dan video.
Dari penjelasan-penjelasan sarana atau fasilitas yang telah dipaparkan satu persatu di atas,
penulis menyimpulkan, bahwa sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
program, telah memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program.
B. Evaluasi Proses
Metode analisis evaluasi proses yang penulis gunakan, yaitu, pendapat yang dikemukakan oleh
Pietztrazak dkk. Pietztrazak menjelaskan, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan
pengoperasian program dan kualitas layanan kegiatan program yang diberikan yang mencakup kegiatan-
kegiatan program dan kualitas sistem pemberian layanan program, seperti: jenis kegiatan-kegiatan program,
waktu, dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf
terdepan (line staf)72.
Pertayaan yang ingin dijawab pada evaluasi proses ialah: 1. Kegiatan-kegiatan program apa
saja yang dilakukan? 2. Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman
diterima oleh sasaran kegiatan program (peserta program/warga perempuan)?
1. Kegiatan program apa saja yang dilakukan.
Kegiatan-kegiatan program yang dilakukan, terdiri dari 4 tahapan kegiatan73, yaitu:
a. Tahap persiapan program, meliputi:
1) Survei lokasi penempatan pelaksanaan program. Lokasi dimana sebagian besar penduduknya masuk
dalam kategori kurang mampu, tidak mampu, atau miskin.
2) Memilih para bidan untuk telibat dalam kegiatan program di wilayah penempatan pelaksanaan program.
3) Memberikan pelatihan bagi para bidan di wilayah dilaksanakan program. Pelatihan yang diberikan
meliputi: a) Pengetahuan tentang kanker payudara. b) Cara pemeriksaan payudara secara klinis (dengan
perabaan). c) Pengetahuan tentang bagaimana menindak lanjuti hasil temuan kelainan payudara, dan
bagaimana cara mengkomunikasikan kepada pasien dan keluarga pasien yang didiagnosa terjangkit
kanker payudara.
4) Merekrut dan memberikan pelatihan khusus untuk para relawan. Para relawan direkrut dan diberikan
pelatihan untuk melakukan persiapan pengorganisasian masyarakat agar terlibat dan mendukung
72 Primahendera, Evaluasi Program, h. 66. 73 Proposal Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan.h.4.
pelaksanaan kegiatan program. Pelatihan khusus untuk para relawan, terdiri dari: a) Pengetahuan umum
mengenai kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. b) Kunjungan dan pemantauan di rumah
sakit Dharmais untuk melihat peralatan dan perlengkapan-perlengkapan medis, seperti: alat deteksi dini
kanker payudara.
5) Membuat materi-materi mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, seperti:
a) Brosur dan buku yang akan diberikan kepada peserta program, sebagai bekal pengetahuan mereka
mengenai penyakit tersebut. b) Kuesioner wawancara kepada warga, terkait dengan pengetahuan warga
mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, serta pandangan mereka
mengenai kualitas layanan kesehatan yang diterimannya selama ini.
6) Sosialisasi rencana pelaksanaan program dan pengorganisasian masyarakat agar terlibat dalam program
sebagai peserta penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
b. Tahap uji coba program
Tahapan ini dilakukan untuk mengantisipasi beragam masalah dan hambatan-hambatan yang akan
muncul dalam pelaksanaan program yang sedang berlangsung serta melihat bagaimana sikap dan respon
masyarakat terhadap program yang dilaksanakan, apakah sikap warga setempat dapat terbuka menerima,
antusias, dan tanggap dengan pelaksanaan program tersebut. Selain itu tahap uji program, ingin
mengetahui sejauh mana alat-alat komunikasi dan fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan program dapat memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan di lapangan.
Tahap uji coba program, awal mulanya akan dilaksanakan di 5 titik wilayah sasaran program,
yaitu: di kelurahan rawa badak selatan kecamatan koja Jakarta utara, sebanyak 5 kali kegiatan program.
Dilakukan dengan metode yang komprehensif yang meliputi: a) Sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan
dan jadwal pelaksanaan di lokasi yang telah ditentukan, dengan melibatkan aparat setempat dan
organisasi-organisasi masyarakat setempat. b) Penyuluhan (seminar) mengenai kanker payudara, deteksi
dini, hak-hak pelayanan publik di bidang kesehatan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja
sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan melalui penyebaran brosur. c) Pemeriksaan
kesehatan payudara oleh para bidan secara manual (perabaan). d) Verifikasi hasil pemeriksaan para bidan
dengan menggunakan mammografi dan diikuti diagnosa lebih lanjut pemeriksaan kesehatan payudara di
rumah sakit Dharmais, jika ditemukan dari hasil pemeriksaan kesehatan payudara dengan mammografi
kelainan-kelainan pada payudara.
Setelah melaksanakan tahap uji coba program, akan dilakukan evaluasi-evaluasi kegiatan, untuk
melihat kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan kegiatan program, guna melakukan perbaikan-
perbaikan langkah selanjutnya. Evaluasi kegiatanpun dilakukan untuk melihat hasil pemeriksaan awal
payudara secara klinis oleh para bidan.
c. Tahap pelaksanaan program.
Pelaksanaan program lanjutan akan dilaksanakan di 30 wilayah sasaran program yang tersebar di 5
kelurahan kecamatan koja Jakarta utara. Prosesnya dibagi pada dua tahap, 50% dilaksanakan di tahun
pertama dan sisanya akan dilaksanakan pada tahun selanjutnya. Kedua tahapan tersebut, terdiri dari
kegiatan-kegiatan program, yang meliputi:
1) Pendidikan publik, berupa penyuluhan kepada peserta program (warga) mengenai kanker payudara,
penyuluhan tentang bahaya kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan
mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang disampaikan oleh praktisi
kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat. Selama berlangsungnya
kegiatan ini, para bidan ikut serta memberikan pengetahuan pemeriksaan payudara secara klinis
(perabaan).
2) Pemeriksaan kesehatan payudara secara manual (perabaan) oleh para bidan yang terlatih, yang
didampingi oleh para dokter spesialis kanker. Masing-masing bidan akan memeriksa 50 perempuan.
3) Verifikasi hasil pemeriksaan para bidan dengan menggunakan mammografi dan diikuti diagnosa lebih
lanjut pemeriksaan kesehatan payudara di rumah sakit Dharmais, jika ditemukan dari hasil
pemeriksaan mammografi kelainan-kelainan payudara pada peserta program.
4) Pengisian kuesioner wawancara kepada peserta program (warga), terkait dengan pengetahuan
masyarakat mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara dan pandangan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya selama ini, serta tentang data riwayat
faktor-faktor beresiko kanker payudara pada dirinya. Pengisian kuesioner dilakukan sebelum atau
sesudah kegiatan penyuluhan.
5) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kanker payudara, guna
diagnosa dan tidak lanjut secara gratis di rumah sakit Dhrmais. Dalam konteks ini, peserta (warga)
yang ditemukan menderita kelainan pada payudara dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan
kesehatan (Sktm/ Askeskin/Gakin) guna memperoleh pembebasan biaya pengobatan lebih lanjut.
Setiap kali usai dilakukan kegiatan-kegiatan program, akan dilakukan evaluasi-evaluasi
kegiatan, untuk melihat kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan kegiatan program, guna melakukan
perbaikan-perbaikan langkah selanjutnya.
d. Tahap evaluasi akhir keseluruhan program, analisis data-data, dan laporan.
Setelah dilakukan pemeriksaan sejumlah 1500 peserta program. Dari seluruh data, akan dianalisa
oleh ahli epitimologi dan dilakukan evaluasi akhir keseluruhan program. Seluruh hasil data yang dianalisa
dan juga evaluasi akhir keseluruhan program akan diberikan dan dilaporkan ke BHGI.
2. Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh
sasaran kegiatan program (peserta program/warga perempuan).
Untuk dapat menjawab pertayaan tersebut, penulis akan memaparkan dan menjelaskan satu persatu
kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan serta waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program.
Adapun kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan, terdiri dari:
a. Pendidikan publik, berupa penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan
tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog
langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur.
Berdasarkan observasi peneliti pada saat kegiatan tersebut, kegiatan program ini telah mudah dan
nyaman diterima oleh peserta program, hal-hal yang menunjukan bahwa kegiatan ini telah mudah dan
nyaman diterima oleh peserta program, yaitu: pertama, kemudahan peserta program dalam memahami
penjelasan penyuluhan kesehatan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan. Dari tinjauan peneliti,
metode-metode penjelasan yang digunakan oleh praktisi kesehatan, dapat membuat peserta program
mudah untuk memahami penjelasan yang disampaikannya. Metode-metode penjelasan yang digunakan
tersebut meliputi: 1. Metode praktek. Saat menjelaskan tentang cara melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), praktisi kesehatan menjelaskannya secara praktek langsung dengan menggunakan alat
peraga patung karet wanita telanjang setengah dada, hal ini akan mempermudah pemahaman para peserta
program untuk dapat melakukan deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI. 2. Metode presentasi
power point dengan alat in fokus. Dengan metode tersebut dapat membantu memudahkan para peserta
program untuk memahami penjelasan yang disampaikan secara lisan, tampa menggunakan layar tulis
yang bergambar (in fokus). 3. Tanya jawab antara peserta program dengan praktisi kesehatan mengenai
hal-hal yang belum jelas untuk dimengerti dari penjelasan yang telah disampaikannya dan hal-hal apapun
yang terkait dengan kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. 4. Metode kuis berhadiah bagi
para peserta program yang bisa menjawab seputar pertayaan-pertayaan mengenai penjelasan yang telah
disampaikan oleh praktisi kesehatan. Dengan metode tanya jawab dan kuis berhadiah tersebut, akan dapat
mempermudah peserta program untuk memahami penjelasan yang telah diterimanya dari kegiatan
penyuluhan.
Saat tanya jawab dan kuis seputar pertayaan yang telah disampaikan oleh praktisi kesehatan,
banyak dari warga yang bisa menjawab dengan pertayaan yang diajukan oleh pembawa acara (Mc),
bahkan pertayaan yang diajukan oleh peserta program kepada praktisi kesehatan, bisa dijawab oleh
peserta lainnya. Hal ini, menunjukan bahwa peserta program dapat dengan mudah memahami penjelasan
penyuluhan kesehatan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan.
Kemudahan peserta program dalam memahami penjelasan yang telah disampaikan oleh praktisi kesehatan pada kegiatan penyuluhan ini, sebagaimana penuturan peserta program, salah satu Ibu Meli pada saat peneliti mewawancarainya ”Saya paham apa yang telah dijelaskan oleh dokter tadi, cara SADARI dilakukan sebulan sekali, caranya dengan meraba bagian payudara, seperti searah jarum jam,. Dicari ada benjolan sebesar biji jagung atau tidak. Ya Terus..Saya ga hapal, tapi intinya saya ngertilah apa yang telah disampaikan tadi oleh dokter74”. Dan penuturan Ibu Ratu Sa’dah” Ya.. Paham, tapi tidak semuanya Saya hapal dengan yang telah disampaikan tadi. Dilakukan pemeriksaan kesehatan payudara dengan SADARI bagi yang menstrulasi, ya sebulan sekali, tapi saya kan sudah tidak menstrulasi lagi, jadi dilakukan SADARI pada pada tanggal-tanggal tertentu yang mudah diingat Saya, misalnya, setiap tanggal 175”.
Kedua, kenyamanan tempat penyuluhan. hasil observasi peneliti pada saat kegiatan penyuluhan.
Tempat kegiatan penyuluhan dilaksanakan di ruangan. Dengan adanya tempat ruangan penyuluhan,
warga perempuan (peserta program) tidak kepanasan dan warga perempuan dapat kondusip
mendengarkan penjelasan penyuluhan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan. Ruangan
penyuluhanpun memadai untuk dapat menampung seluruh warga perempuan. Kemudian tempat ruangan
penyuluhan keadaannya bersih, rapih, dan menggunakan karpet, hal ini dapat membuat peserta program
merasa nyaman mengikuti kegiatan tersebut.
Tempat ruang penyuluhan yang nyaman dirasakan oleh peserta program, sebagaimana yang dituturkan oleh peserta program, salah satunya Ibu Turini “Ya ruanganya nyaman, luas tidak sempit dan berdesak-desakan” dan penuturan Ibu Umaroh “Ruangnya lebar ya, jadi kita tidak kesempitan”76.
Kedua, sarana yang digunakan pada saat kegiatan penyuluhan, memadai dan sesuai dengan yang
butuhkan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan tersebut. Ketiga, sikap
praktisi kesehatan dan staf pelaksana program memberikan pelayanannya dengan sikap ramah dan
74 Wawancara pribadi dengan Ibu Meli (Warga/ Peserta program), Jakarta, 21 Juni 2008. 75 Wawancara pribadi dengan Ibu Ratu Sa’adah (Warga/ Peserta program), Jakarta, 5 Juli 2008. 76 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatimah dan Ibu Umaroh (Warga/Peserta program), Jakarta, 28 Juni 2008.
kekeluargaan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan penyuluhan, karena
peserta program tidak merasa canggung untuk berdialog dan bertanya mengenai penyakit kanker
payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan hal-hal apapun yang terkait dengan kegiatan program.
Keempat, kemudahan warga perempuan untuk dapat mengerti atau memahami penjelasan yang
sampaikan oleh praktisi kesehatan mengenai penyuluhan kesehatan tentang kanker payudara.
Sikap ramah dan sopannya para staf pelaksana program, seperti yang diungkapkan, salah satunya oleh Ibu Suci Ati pada saat peneliti mewancarainya “Para panitia ramah-ramah, pada ganteng-ganteng lagi”. Dan penuturan Ibu Umi Kulsum “Pelayanan baik, panitianya ramah-ramah77” .
b. Kegiatan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan, secara klinis
melalui perabaan dengan tangan.
Berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan tersebut, kegiatan program ini,
telah mudah dan nyaman diterima oleh para peserta progam (warga perempuan). Hal-hal yang
menunjukan bahwa kegiatan program ini, telah mudah dan nyaman diterima oleh peserta program (warga
perempuan), yaitu: pertama, tempat ruangan pemeriksaan kesehatan payudara oleh para bidan. Ruang
pemeriksaan kesehatan payudara dilakukan di tempat tertutup, dengan ruangan yang tetutup, dapat
nyaman diterima oleh peserta program, karena jika tempat ruangan pemeriksaan kesehatan payudara
dilakukan di tempat yang terbuka, dalam artian bisa dilihat oleh orang lain yang berjalan, hal ini dapat
membuat peserta program tidak nyaman, karena merasa risih dan malu dilihat oleh orang lain.
Kedua, Tempat ruangan pemeriksaan memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang
mengikuti kegiatan pemeriksaan. Artinya ruangan pemeriksaan tersebut tidak sempit, sehingga peserta
77 Wawancara pribadi dengan Ibu Umi Kulsum dan Ibu Suci Ati (Warga/Peserta program), Jakarta, 28 Juni 2008.
program tidak saling berdesak-desakan dalam ruangan yang membuat dirinya tidak nyaman melakukan
pemeriksaan.
Tempat ruang pemeriksaan yang nyaman, sebagaimana yang dituturkan oleh peserta program, salah satunya Ibu Siti Oni “Ya ruanganya nyaman, luas tidak sempit” dan penuturan Ibu Rochti “Ruangnya nyaman, lebar ga sempit”78.
Ketiga, pada saat dilakukan pemeriksaan kesehatan payudara, sarana yang digunakan dalam
kegiatan pemeriksaan ini, memadai sesuai dengan yang dibutuhkan, seperti: baju pasien, bantal, dan
hanbody. Baju pasien dikenakan oleh peserta program pada saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan.
Bantal dan servai dipakai pada saat peserta program (warga perempuan) dilakukan pemeriksaan
payudaranya dengan posisi tidur terlentang, sedangkan hanbody dikenakan dipayudaranya untuk dapat
mempermudah pemeriksaan payudara. Dengan sarana pemeriksaan yang memadai sesuai dengan yang
butuhkan, membuat peserta program (warga perempuan) yang diperiksa merasa nyaman.
Rasa nyaman pada saat dilakukan pemeriksan ini, sebagaimana penuturan peserta program, salah satunya ibu Sumeri “Saya diperiksa oleh Ibu Bidan nyaman, tidak merasa sakit, orang cuman diraba aja seputar payudara saya, putingnya dipencet-pencet,”. Dan penuturan Ibu Suliharti “Diperiksa oleh bidan nyaman, tidak sakit”79.
Keempat, peserta program (warga perempuan) yang diperiksa, menggunakan sistem pemanggilan
nomor urut kupon tiga orang-tiga orang secara bergantian, sesuai dengan pendaftarannya pada saat
pertama kali datang. Dengan sistem nomor urut kupon ini, peserta program yang diperiksa akan tertib,
teratur, dan tidak akan terjadi saling berebutan untuk mendahului satu sama lainnya. Sehingga peserta
program akan merasa nyaman mengikuti kegiatan pemeriksaan ini.
Rasa nyaman peserta program pada saat menunggu giliran untuk diperiksa oleh bidan, sebagaimana penuturan Ibu Sukaisih “Engga lama nunggu diperiksa”. Hal yang serupa dituturkan oleh Ibu Turini “Ya engga terlalu lama menunggu untuk diperiksa oleh bidan”80.
c. Verifikasi hasil pemeriksaan para bidan dengan menggunakan alat mammografi
78 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Oni dan Ibu Rochi (Warga/Peserta program), Jakarta, 21 Juni 2008. 79 Wawancara pribadi dengan Ibu Sumeri dan Ibu Suliharti (Warga/Peserta program), Jakarta, 21 Juni 2008. 80 Wawancara pribadi dengan Ibu Sukaisih dan Ibu Turini (Warga/Peserta program), Jakarta, 21 Juni 2008.
Berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan tersebut, kegiatan pemeriksaan
payudara dengan alat mammografi telah mudah dan nyaman diterima oleh para peserta progam (warga
perempuan), karena dari observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan ini, tempat ruangan
pemeriksaan kesehatan payudara dengan alat mammografi yang dilakukan di dalam mobil, meskipun
tempat ruangan ini cukup kecil, hanya bisa dilakukan pemeriksaan untuk 1 orang, tidak berarti bahwa
ruangan ini tidak nyaman untuk dilakukan pemeriksaan, karena fasilitas yang digunakan dalam ruangan
ini, telah memadai, sesuai dengan kebutuhan yang membuat peserta program merasa nyaman, seperti: di
dalam ruangan ini dipasang AC, didesain sedemikian rupa untuk membuat peserta program merasa
nyaman melakukan pemeriksaan.
Pada saat di tengah-tengah peserta program menunggu giliran untuk diperiksa dengan
mammografi, diadakan kegiatan-kegiatan, seperti: 1. Pemutaran filem tentang kanker payudara dan
deteksi dini kanker payudara serta isu-isu pelayanan publik di bidang kesehatan. 2. Penyediaan
perpustakaan yang di dalamnya terdapat berbagai buku ilmu pengetahuan. 3. Dilakukan pengujian kepada
para peserta program, dimana para peserta program dites untuk menggambarkan cara pemeriksaan
kesehatan payudara dengan SADARI. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa paham dan mengerti
peserta program tentang penjelasan kanker payudra yang telah disampaikan oleh praktisi kesehatan pada
saat kegiatan penyuluhan.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan peserta program tidak merasa jenuh dan bosan
menunggu giliranya untuk diperiksa. Dengan demikinan, peserta program akan merasa nyaman di tengah-
tengah menunggu giliranya untuk diperiksa.
d. Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan pada payudara,
guna diagnosa dan tindakan lebih lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais.
Kegiatan ini dilakukan, ketika dari hasil pemeriksaan payudara warga perempuan, ditemukan
kelainan, maka peserta program tersebut akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit
Dharmais. Dari observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program dan wawancara peneliti
kepada peserta program (warga perempuan), kegiatan ini telah mudah dan nyaman diterima oleh peserta
program, karena segala hal yang terkait dengan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit, akan
ditangani dan ditanggung semua oleh lembaga pelaksana program, seperti: pertama, biaya transprot dan
transportasi dari mulai berangkat ke rumah sakit dahmais sampai dengan pulangnya. Dengan biaya
transport dan transportasi yang ditanggung oleh lembaga pelaksana, peserta program akan merasa mudah
dan nyaman melakukan pemeriksaan lebih lanjut tersebut, karena warga tidak mengeluarkan atau mencari
biaya untuk pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit Dharmais. Begitupun dengan difasilitasi kendaraan
ke rumah sakit Dharmais untuk pergi dan pulang, mereka tidak kesulitan mencari kendaraan, naik dan
turun kendaraan, kepanasan, kelelahan, dan sebagainya. Kedua, mengkordinir peserta program (warga
perempuan) yang akan dirujuk ke rumah sakit dan memberikan khabar waktu dan tempat berkumpul
untuk diperiksa lebih lanjut di rumah sakit Dharmais secara tatap muka ataupun telephon. Dengan sistem
yang diterapkan seperti ini, peserta program akan mudah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, karena
peserta program tidak kebinguan, terkait dengan waktu dan tempat dilakukannya pemeriksaan lebih
lanjut. Selain itu, dengan sistem pengkordiniran, yang dilakukan secara bersamaan, peserta program yang
akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, tidak merasa canggung dan takut diperiksa di rumah sakit
Dharmais.
Kemudahan dan kenyaman peserta program menerima kegiatan ini, sebagaimana penuturan Ibu Fatimah, pada saat peneliti mewawancarainya ”Ya Saya dikasih taunya lewat telephon, suruh kumpul di kelurahan hari sabtu kemarin, nanti berangkat ke rumah sakit Dharmais dari kelurahan pagi, kira-kira jam 9nan. Berangkat dan pulangnya tadi diantar naik mobil angkot engga bayar, bareng sama ibu-ibu yang lainya81”. Ketiga, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit Dharmais, dan ternyata
hasilnya, peserta program mengindap kanker payudara, maka peserta progra akan dibantu dalam
pengurusan jaminan pelayanan kesehatan (Sktm/Gakin/Askeskin). guna memperoleh pembebasan atau
81 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatimah (Warga/Peserta program), Jakarta, 7 Juli 2008.
peringanan biaya pengobatan lebih lanjut. Peserta program yang dibantu dalam pengurusan jaminan
pelayanan kesehatan, dengan catatan salah satu dari keluarga peserta program harus ikut mendampingi,
hal ini dilakukan, sebagai pembelajaran bagi keluarga peserta program untuk mengetahui dan dapat
melakukan pengurusan jaminan pelayanan kesehatan sampai pada tingkat pengobatan di rumah sakit.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan satu-persatu tersebut di atas, peneliti
menyimpulkan, bahwa kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan, dapat dengan mudah dan nyaman
diterima oleh peserta program (warga perempuan).
3. Tempat dan waktu pelaksanaan program
Lokasi pelaksanaan kegiatan program di wilayah kelurahan RBU, dilaksanakan sebanyak 5 kali
kegiatan, setiap hari sabtu, mulai jam 08.00 sampai jam 12.00 Wib.
Dari sisi indikator keterjangkauan tempat pelaksanaan kegiatan program. Berdasarkan wawancara
peneliti kepada peserta program (warga perempuan), bahwa tempat atau lokasi pelaksanaan kegiatan program
yang dilaksanakan di kelurahan RBU, dapat dijangkau oleh para peserta program (warga perempuan
kelurahan RBU).
Hal ini sebagaimana penuturan para peserta program (warga perempuan), pada saat peneliti mewawancarainya, salah satunya Ibu Juriyah “Jarak dari rumah Saya ke kelurahan, dekat kira-kira 3 kiloan, bisa dijangkau82”. Dan penuturan Ibu Sariyah”Tempat dilaksanakannya kegiatan ini sangat stategis, rumah saya dekat kira-kira 100 meteran dari sini, mau main ke rumah83!”. Hal yang samapun dituturkan oleh Ibu Siti Oni “Posisi kegiatan ini sangat strategis, bisa dijangkau dari rumah saya, jalan kaki aja84”.
Selain itu, berdasarkan observasi peneliti pada saat melakukan wawancara kepada warga perempuan
ke rumahnya masing-masing, bahwa jarak antara tempat pelaksanaan kegiatan program di kelurahan RBU
dengan tempat rumah para warga, jaraknya tidak jauh.
Dari hasil wawancara peneliti kepada para warga perempuan dan observasi peneliti ke tempat rumah
para warga, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, penulis menyimpulkan bahwa program yang
82 Wawancara pribadi dengan Ibu Juriyah (Warga/Peserta program), Jakarta, 14 Juni 2008. 83 Wawancara pribadi dengan Ibu Sariyah (Warga/Peserta program), Jakarta, 14 Juni 2008. 84 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Oni (Warga/Peserta program), Jakarta, 14 Juni 2008.
dilaksanakan untuk variabel tempat pelaksanaan kegiatan program, dapat mudah diterima atau dijangkau oleh
peserta program.
Dari dari sisi indikator efesiensi (tepat waktu) dan relevansi untuk variabel waktu pelaksanaan
kegiatan program, berdasarkan wawancara peneliti kepada para peserta program (warga prempuan), bahwa
kegiatan program yang dilaksanakan hari sabtu, telah sesuai diterima oleh peserta program, karena mayoritas
pekerjaan peserta program sebagai Ibu Rumah tangga, hanya 5 %, para peserta program yang bekerja sebagai
karyawati. Sehingga tepat (efesien) dan releven jika pelaksanaan kegiatan program dilaksanakan pada hari
sabtu.
BAB V
PENUTUP
Pada pembahasan terakhir bab 5, penulis mengambil beberapa kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab
sebelumnya dan saran-saran terkait dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan program.
A. Kesimpulan
1. Program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, yang
dilaksanakan atas kerja sama atau kolaborasi YKPJ dan YAPPIKA, merupakan salah satu bentuk pelayanan
publik di bidang kesehatan, dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat terhadap akses pelayanan
kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara.
2. Pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara yang diberikan kepada masyarakat ini,
terdiri dari langkah-langkah kegiatan, yaitu:
b. Pendidikan publik, berupa penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan
tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui
dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur.
c. Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui
perabaan biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan.
d. Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan dengan menggunakan alat mammografi.
e. Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan payudara guna
diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks ini, peserta program
yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan,
seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin
guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut.
3. Hasil analisa evaluasi input, peneliti menyimpulkan, pertama: dari hasil observasi peneliti pada saat
pelaksanaan kegiatan program dan hasil wawancara peneliti dalam bentuk kuesioner kepada sejumlah Klien
(sasaran penerima kegiatan program), bahwa karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) yang
terdiri dari: warga perempuan kelurahan RBU, para bidan di lokasi setempat, para relawan, dan masyarakat
umum, telah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan lembaga pelaksana.
Kedua, para staf pelaksana program. Dari hasil wawancara peneliti kepada para staf mengenai latar
belakang pendidikan para staf, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti para staf terkait dengan mekanisme
kerjanya dalam program, serta bidang kerja para staf, menunjukan para staf berasal dari latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan mekanisme kerjanya. Begitupun dengan pelatihan-pelatihan yang pernah
diikuti oleh para staf dan bidang kerja para staf, telah sesuai dengan mekanisme kerjanya.
Ketiga, sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan program. Dari hasil
pengamatan peneliti pada saat dilaksanakannya kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada peserta
program (warga perempuan), bahwa fasilitas yang digunakan telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan program dan jumlahnya telah memadai sesuai dengan kapasitas pihak-pihak yang
menggunakan fasilitas tersebut.
4. Hasil analisa evaluasi proses, peneliti menyimpulkan: pertama, kegiatan-kegiatan program yang
dilaksanakan, terdiri dari 4 tahapan kegiatan, yaitu:
a. Tahap persiapan program.
e. Tahap uji coba program.
f. Tahap pelaksanaan program.
g. Tahap evaluasi akhir keseluruhan program, analisis data-data, dan laporan.
Kedua, langkah-langkah kegiatan program yang terdiri dari:
1) Pendidikan publik, berupa kegiatan penyuluhan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,
penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak
masyarakat terhadap pelayanan publik di bidang kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan
dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur.
Hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada
warga perempuan (peserta program), penulis menyimpulkan, bahwa kegiatan program ini telah mudah
dan nyaman diterima oleh warga perempuan (peserta program). Kemudahan dan keyamanan warga
perempuan dalam menerima kegiatan ini, ditinjau dari 4 hal: pertama, di sediakannya tempat ruangan
penyuluhan untuk warga perempuan yang mengikuti kegiatan tersebut. Dengan adanya tempat ruangan
penyuluhan, warga perempuan tidak kepanasan dan warga perempuan dapat kondusip mendengarkan
penjelasan penyuluhan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan. Ruangan penyuluhanpun memadai
untuk dapat menampung seluruh warga perempuan.
Kedua, sarana yang digunakan pada saat kegiatan penyuluhan, memadai dan sesuai dengan yang
butuhkan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan tersebut. Ketiga,
sikap praktisi kesehatan dan staf pelaksana program memberikan pelayanannya dengan sikap ramah dan
kekeluargaan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan penyuluhan,
karena peserta program tidak merasa canggung untuk berdialog dan bertanya mengenai penyakit kanker
payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan hal-hal apapun yang terkait dengan kegiatan program.
Keempat, kemudahan warga perempuan untuk dapat mengerti atau memahami penjelasan yang
sampaikan oleh praktisi kesehatan mengenai penyuluhan kesehatan tentang kanker payudara.
2) Kegiatan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual
melalui perabaan dengan tangan.
Dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan dan wawancara peneliti kepada
peserta program (warga perempuan), penulis menyimpulkan, bahwa kegiatan program ini telah mudah
dan nyaman diterima oleh warga perempuan. Hal-hal yang menunjukan bahwa kegiatan ini telah mudah
dan nyaman diterima oleh peserta program, yaitu: pertama, tempat ruangan dilakukan pemeriksaan
kesehatan payudara memadai sesuai dengan jumlah warga perempuan yang melakukan pemeriksaan
dan tempat ruangan pemeriksaan yang tertutup, hal ini dapat membuat peserta program nyaman pada
saat dilakukan pemeriksaan payudaranya.
Kedua, sarana yang digunakan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara memadai dan sesuai
dengan yang butuhkan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman pada saat dilakukan
pemeriksaan payudaranya. Ketiga, sistem dilakukan pemeriksaan warga perempuan menggunakan
nomor urut kopun, sehingga peserta program yang melakukan pemeriksaan terlihat tertib dan nyaman.
3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan dengan menggunakan alat mammografi
Hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada
warga perempuan, penulis menyimpulkan, bahwa kegiatan program ini telah mudah dan nyaman
diterima oleh warga perempuan. Kemudahan dan kenyaman peserta program dalam menerima kegiatan
ini, ditinjau dari 3 hal: pertama, tempat ruangan pemeriksaan mammografi memadai sesuai dengan
kebutuhan terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, hal ini dapat membuat warga perempuan merasa
nyaman melakukan pemeriksaan di ruangan tersebut. Kedua, fasilitas yang digunakan dalam ruangan
pemeriksaan mammografi memadai dan sesuai dengan yang dibutuhan oleh peserta program, hal ini
dapat membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan pemeriksaan.
Ketiga, mobil mammografi yang memuat alat medis pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi
dini kanker payudara) yang bisa menjangkau dan mendatangi tempat para warga masyarakat yang ingin
melakukan pemeriksaan ini. Hal ini tentunya akan membuat peserta program mudah untuk melakukan
pemeriksaan dengan mammografi, dimana para warga tidak harus datang dan mengeluarkan biaya ke
rumah sakit untuk diperiksa dengan alat mammografi.
4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan pada payudara
guna diagnosa dan tindakan lebih lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais.
Dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan dan wawancara peneliti kepada warga
perempuan, penulis menyimpulkan, bahwa kegiatan program ini telah mudah dan nyaman diterima oleh
warga perempuan, karena keperluan-keperluan yang terkait dengan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
di rumah sakit Dharmais, ditangani semua oleh lembaga pelaksana program, seperti: biaya transpot dan
transportasi dari mulai berangkat ke rumah sakit Dahmais sampai dengan pulang, mengkordinir warga
perempuan yang akan dirujuk ke rumah sakit Dharmais, dan memberikan kabar waktu dan tempat
berkumpul untuk diperiksa lebih lanjut di rumah sakit Dharmais secara tatap muka ataupun telephon
kepada warga perempuan.
5. Dari sisi indikator keterjangkauan tempat pelaksanaan kegiatan, penulis menyimpulkan, bahwa tempat
pelaksanaan kegiatan program dapat dijangkau oleh para peserta program (warga perempuan). Karena hasil
wawancara peneliti kepada warga perempuan dan hasil observasi peneliti ke rumah-rumah warga pada saat
melakukan wawancara, menunjukan jarak antara rumah warga ke tempat pelaksanaan program dapat
dijangkau dan startegis.
Dari sisi indikator efesiensi (tepat waktu) dan relevansi waktu pelaksanaan kegiatan, hasil
wawancara peneliti kepada para peserta program (warga perempuan), bahwa kegiatan pelaksanaan program
yang dilaksanakan telah sesuai waktunya.
B. Saran-Saran
Terdapat beberapa saran terkait dengan pelaksanan kegiatan program yang mungkin bisa bermanfaat
sebagai masukan untuk pelaksaanaan kegiatan program selanjutnya. Beberapa saran tersebut meliputi:
1. Bagi peserta program (warga perempuan) yang terdeteksi kelainan payudaranya, sebaiknya peserta program
tersebut diberikan pengarahan berupa sugesti, motivasi, dan lain-lainnya terkait dengan hal-hal yang
membuat dirinya tidak takut untuk diperiksa lebih lanjut di rumah sakit Dharmais. Hal ini penting,
dikarenakan pada saat peneliti melakukan wawancara kepada peserta program, ada dari warga yang takut
dan cemas untuk diperiksa lebih lanjut di rumah sakit Dharmais, sehingga mereka memilih untuk tidak
melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit dharmais.
Padahal pemeriksaan lebih lanjut ini, ingin mengetahui lebih jelas dan menentukan hasil
pemeriksaan dengan alat mammografi, apakah hasil temuan kelainan payudara dengan mammografi
tersebut termasuk kanker atau bukan. Jika hasil pemeriksaan lebih lanjut, peserta program mengidap kanker
payudara, peserta program tersebut akan dibantu oleh pihak Yappika terkait dengan pengurusan jaminan
pelayanan kesehatan seperti: Sktm/Gakin/Askeskin guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya
pengobatan lebih lanjut pada penyakit kanker payudaranya.
2. Saat sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan ke masyarakat, misalnya: di pengajian-pengajian atau di
tempat acara-acara yang banyak berkumpul para ibu-ibu, sebaiknya ada perwakilan dari stap pelaksana
program (relawan), yang memberikan informasi dengan jelas mengenai pelaksanaan kegiatan program dan
memberikan keyakinan kepada warga setempat mengenai pentingnya kegiatan ini, sehingga warga
perempuan dapat ikut serta pada kegiatan ini.
Perwakilan dari staf saat sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan ke masyarakat, penting agar tidak
terjadi miss komunikasi informasi mengenai rencana pelaksanaan kegiatan program dan agar warga tidak
merasa takut untuk diperiksa payudaranya. Karena dari hasil wawancara peneliti kepada peserta program,
ada dari warga perempuan yang tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut, dikarenakan takut untuk diperiksa
dan menganggap kegiatan ini tidak penting, dan hanya mencari penyakit pada diri sendiri. Selain itu ada
dari warga, tidak mengikuti kegiatan penyuluhan, dikarenakan informasi mengenai dilaksanakan kegiatan
penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara oleh pihak kader PKK setempat baru disampaikan kepada
warga, setelah kegiatan itu berjalan. Hal ini berarti terjadi miss komunikasi informasi pada saat sosialisasi
rencana pelaksanaan kegiatan program.
3. Saat dimulai kegiatan penyuluhan, sebaiknya panitia pelaksana program, menginformasikan kepada para
peserta program mengenai tahapan-tahapan dalam kegiatan program yang harus diikuti oleh peserta
program. Atau sebaiknya informasi mengenai tahapan-tahapan kegiatan program ditempel di tempat-tempat
yang bisa dilihat oleh peserta program. Hal ini penting, dikarenakan dari pengamatan peneliti, ada dari
peserta program yang tidak mengetahui tahapan-tahapan kegiatan program yang harus mereka ikuti, seperti,
ada dari peserta program yang tidak mengetahui setelah dilakukan pemeriksaan payudara oleh bidan
selanjutnya harus ke mana lagi.
4. Setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, para staf pelaksana
program, sebaiknya menggunakan tanda pengenal berupa kartu kepanitiaan yang ditempel dibaju. Tanda
pengenal ini penting, ketika ada dari peserta program yang ingin bertanya langsung mengenai hal-hal yang
belum diketahui oleh peserta program pada kegiatan tersebut. Selain itu dari pengamatan peneliti pada saat
kegiatan program sedang berlangsung, ada beberapa peserta program terlihat bingun untuk bertanya kepada
siapa, mengenai alur tahapan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara yang harus
diikutinya.
5. Pelayanan masyarakat yang dilaksanakan dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat terhadap akses
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara ini,
harus lebih menekankan pada aspek pemberdayaan masyarakat, dan bukan dalam bentuk charity dan
proyek sementara, artinya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat harus mampu membuat masyarakat
dapat mengembangkan kemandirian, membangkitkan kesadaran, dan mampu melakukan pembelaan terkait
dengan hak-haknya terhadap pelayanan kesehatan yang harus diterimanya dengan mudah, murah, dan
nyaman.
Dengan demikian masyarakat tidak selalu harus pasrah diri dengan bentuk layanan yang
diterimanya, tampa berpikir kritis dan melakukan pembelaan terhadap hak-haknya pada pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi. Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Pengatar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003.
Arikunto. Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta, 1997. Arif. “Bimbingan Penyuluhan Sosial”. Artikel diakses pada 12 Mei 2008 dari http// elearning.unej.ac.id. Amoyepai. “Peningkatan Kualitas Layanan Publik”. Artikel diakses pada 8 Maret 2008 dari WWW.Walhi.or.Id. At
02: 02. Bahan proposal program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Jakarta,
2008. Bahan materi pembekalan dan pelatihan para relawan “Diskripsi Tugas Relawan Untuk Kegiatan Penyuluhan dan
Pemeriksaan Kesehatan Payudara”. Jakarta 2008. Hidayati. Nurul, Metode Penelitian Dakwah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press,
2006. Hikmat, Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Homaniora Utama Press, 2004. Indiyastuti, Sri. ”Liku-liku Pengurusan Jaminan Kesehatan Warga Miskin”. Artikel diakses pada 20 Maret 2008 dari
WWW. [email protected], 2007/11/08. Indrasufian.”Pengertian Pelayanan Publik”. Artikel diakses pada tanggal 19 Maret 2008 dari Blog.Com, 2007/09/12/. Kanker Payudara, Apa dan Bagaimana, Diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id/. Lady Asher. “Gratis Deteksi Kanker Payudara dari Yappika dan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta”. Artikel
diakses pada 8 Maret 2008 dari Blog: http: //WWW.Pewarta-Kabarindonesia. blogspot.com, 2007/06/15, 15:59:24 Wib.
Nasuhi. Hamid, Ropi. Ismatu. dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi). Jakarta: Center
For Quality Developmen and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Nggao. Ferdy S, Evaluasi Program, Bahan Presentasi Untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatulla”. Jakarta, 18 Januari 2006.
New Life Options. “Pelayanan Publik”. Artikel diakses pada 15 Maret 2008 dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Com.
Moleong. Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (Mp3)” Info Seputar RUU Pelayanan Publik”. Jakarta, 2008. Poerwandi. E. Kristini, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3-UI, 1998. Primahendera, Evaluasi Program. Jakarta, 2002. Partanto. Pius A dan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 1994. Periksa Payudara Sendiri (Sadari), diakses pada 12 Mei 2008 dari www.dharmais.co.id. Roestomo, Bambang. “Wajah Buram Pelayanan Publik Kita”. Artikel diakses pada 8 Maret 2008 dari WWW.
Pewarta-Kabar Indonesia.bogspot.com. Suharto. Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial
dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005. Simatupang. Landung R., Asas-Asas Penelitian Behavioral. Bandung: Gadjah Mada University Press (UGM), 1990. Tayibnapis. Farida Yusuf, Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. Tentang kami> Sejarah, Visi, Misi dan Peran Yappika, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.yappika.or.id. Tentang profil YKPJ, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id/ sejarah-visi-misi-tujuan.php. Tentang Kanker Payudara, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id/ Kajian. Wawancara pribadi dengan Sri Indiyastuti (Staf Maneger Kampanye Publik Yappika). Jakarta, 18 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Nia (Staf Pendukung Sekertaris YKPJ). Jakarta, 16 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator Relawan). Jakarta, 18 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan peserta program (warga perempuan kelurahan RBU). Jakarta, 14 Juni-5 Juli 2008. Wawancara pribadi dengan para bidan. Jakarta, 21 Juni- 5 Juli 2008. Wawancara pribadi dengan para relawan. Jakarta 14-28 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Ibu Ida (kader PKK). Jakarta 5 Juli 2008.
Wawancara dengan Warga Perempuan Kelurahan RBU (Klien/sasaran penerima kegiatan program)
Nama :
Tempat : Rumah warga dan Kantor kelurahan RBU
Tanggal : 14 Juni sampai 5 Juli 2008
A. Pertayaan-pertayaan
1. Tentang latar belakang karakteristik demografi dan biografi Warga perempuan Kelurahan RBU (Klien/sasaran
penerima kegiatan program):
a. Nama :
b. Alamat :
c. Usia :
d. Pekerjaan :
e. Penghasilan perbulan (gaji)/penghasilan suami :
2. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui bahwa
kanker payudara dapat dikenali secara dini?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui cara
periksa payudara sendiri (SADARI)?
a. Ya b. Tidak (lanjutan pertanyaan No. 5)
4. Bila ya, bisa Ibu sebutkan bagaimana cara periksa payudara sendiri(SADARI)?
5. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui waktu-
waktu dilakukan SADARI?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah para panitia pelaksana kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker
payudara), bersikap ramah dan baik memberikan pelayanannya kepada Ibu?
a. Tidak b. Ramah dan baik c. Cukup ramah dan baik d. Sangat ramah dan baik
7. Menurut Ibu, posisi atau tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara
(deteksi dini kanker payudara) ini, posisinya strategis dan dapat dijangkau tidak oleh Ibu?
a. Ya b. Tidak
B. Kolom jawaban
1. Latar belakang karakteristik demografi dan biografi Warga perempuan kelurahan RBU (Klien/sasaran
penerima kegiatan program)
No Nama Alamat Usia Pekerjaan Penghasilan perbulan (gaji)/penghasilan suami
1 Juriyah Jln. B. 4. No. 35 Gg. G. 1. Rt. 08/05
51 Ibu rumah tangga
500 Ribu (Buruh kuli)
2 Suci Ati Jln. B. 4. No. 31 Gg. G. 1. Rt. 08/05
39 Ibu rumah tangga
1 Juta (Buruh kuli)
3 Karsih Jln. B. 4. No. 1 Gg. G. 1. Rt.08/05
37 Idem 40 Ribu/hari (Buruh kuli)
4 Umi Kulsum Jln. B. 4. No. 24 Gg. G. 1. Rt. 08/05
45 Wiraswasta (dagang)
1 Juta(Suami meninggal)
5 Ani Jln. B. 3. No.22 Rt. 05/05
57 Ibu rumah tangga
Tidak tentu, sedikasihnya anak (Suami pengangguran)
6 Anna Jln. B. 3. No. 23 Rt. 05/05
54 Idem Idem
7 Siti Fatimah Jln. B. 2. Rt. 07/05
46 Idem 1 Juta (Suami wiraswasta)
8 Turini Jln. B. 4. No. 31 Gg. G. 1. Rt. 08/05
58 Idem Tidak tentu, sedikasihnya anak (Suami meninggal)
9 Supriyanti Jln.Rawa binangun 3. No. 12. Rt. 07/08
42 Idem 1 Juta (Buruh pabrik)
10 Umaroh Jln.Rawa binangun 3 No. 12. Rt. 07/08
36 Idem 1.5 Juta (Wiraswasta/dagang)
11 Suliharti Jln.Rawa binangun 3 No. 10. Rt. 07/08
34 Idem 1 Juta (Swasta buruh)
12 Onah Jln. Gg. M. No. 13 Rt. 06/09
60 Idem Tidak tentu, sedikasihnya anak(Suami meninggal)
13 Surtini Jln. Gg. B. No. 36 Rt. 05/09
55 Idem Dari anak (Pegawai swasta)
14 Cucu Jln F. Gg. G. No. 19 Rt. 08/04
54 Idem 1 Juta (Ustad)
15 Sukaisih Jln Rawa binangun 2. No. 20. Rt. 07/08
49 Idem 7 Ratus (Dagang bakso)
16 Sumeri Jln B Rawa badak Rt. 02/09
32 Karyawati 1.5 Juta
17 Tanimah Jln E 1. No. 37. Rt. 09/05
47 Ibu rumah tangga
Ga tentu (Serabutan)
18 Sariyah Jln Rawa binangun Rt. 08/08
47 Idem Ga tentu (Kuli borongan)
19 20
Sarwi Kurniati
Jln Cibateng 1 No. 42. Rt. 07/02 Jln sawah baru No. 8. Rt. 2/11
42 50
Idem Idem
500 ribu (Wiraswasta /dagang bakso keliling) 1 juta (Wirasawasta)
1. Nama: Juriyah
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
2. Nama: Suci Ati No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
3. Nama: Karsih
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
4. Nama: Umi Kulsum
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No.7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
5. Nama: Ani
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
6. Nama: Anna
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
7. Nama: Siti Fatimah
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
8. Nama: Turini
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
9. Nama: Umaroh
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
10. Nama: Surtini
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
11. Nama: Cucu
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
12. Nama: Sumeri
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
13. Nama: Tanimah
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No.7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
14. Nama: Sariyah
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
15. Nama: Sarwi
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
q. Nama: Meli
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
r. Nama: Rochti
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
s. Nama: Siti Oni
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Ya b.Ya - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
t. Nama: Onah
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak Payudara diraba-raba,dicari ada benjolan atau tidak
b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
u. Nama: Kurniati
No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7
b.Tidak b.Tidak - b.Tidak b.Ramah dan baik a.Ya
Wawancara dengan Para Bidan lokal
Nama : Tanggal : 21 Juni sampai 5 Juli 2008 Tempat : Kantor kelurahan
Pertayaan-pertayaan
1. Tentang latar belakang biografi para bidan:
a. Nama : b. Pendidikan terakhir : c. Asal pendidikan terakhir : d. Bidang study pendidikan : e. Pekerjaan :
2. Apakah sebelum mendapatkan pelatihan yang diberikan oleh pihak pelaksana program (YKPJ), Ibu
mempunyai pengetahuan tentang penyakit kanker payudara dan cara pemeriksaan kesehatan payudara?
a. Ya b. Tidak
3. Dari mana Ibu mendapatkan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara dan pelatihan cara pemeriksaan
kesehatan payudara melalui perabaan dengan SADARI (periksa payudara sendiri)?
a. Pendidikan kebidanan b. Lainya: sebutkan
4. Apakah sebelum mendapatkan pelatihan yang diberikan oleh pihak pelaksana program (YKPJ), Ibu memiliki
keahlian tentang cara melakukan pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan SADARI (periksa
payudara sendiri)?
a. Ya b. Tidak
Kolom jawaban
Tentang latar belakang biografi para bidan No
Nama Pendidikan terakhir
Asal pendidikan terakhir
Bidan Study pendidikan
Pekerjaan
1 Ellyne Agustina Elisabet. S.Am. keb
D 3 Medan, Akbid Senior
Kesehatan Bidan
2 Yogiana. M Sekolah Umum perawan bidan
Rs Perang Medan
Perawat bidan Bidan
3 Usdah D1 Rs Budi Kemuliaan Jak-Pus
Kebidanan Bidan
a. Nama: Ellyne Agustina Elisabet. S, Am. Keb
No. 2 No. 3 No. 4 b. Tidak. - b. Tidak.
b. Nama: Bd. Yogianna. M
No. 2 No. 3 No. 4 b. Tidak b. - b. Tidak
c. Nama: Bd. Usdah
No. 2 No. 3 No. 4 b. Tidak - b. Tidak
Data-data Relawan
Tgl. No. Nama Hp/Telf 29/5/07 1 Fanti Yusnita 2 Abdul Hamid 3 Zainy Warsika 4 Siska Apriani 5 Mba Tuti 09/10/2007 6 Elita Triyandayani 7 Solfa Silvia 8 Yulianti 9 Ali Pahlevi 06/05/2008 10 Sary Ningsih 99985437 11 Amanda Putri R 94888649 12 Erna Ambarini 99098494 13 Halyza Fauziah 91353546 14 Achmad Romadhan 94826094 15 Prayit S.A 085695689180 16 Althea Maria R 085710481244 17 Leonardo 99996597 18 Fahminudin 93234703
Wawancara dengan Kordinator Relawan Yappika
Nama : Elita Triandayani
Tanggal : 18 Juni 2008
Tempat : Kantor Yappika
A. Pertayaan-pertayaan
1. Tentang latar belakang Biografi kordinator relawan Yappika
a. Nama :
b. Pendidikan terakhir :
c. Pendidikan yang ditempuh saat ini :
d. Pengalaman organisasi :
2. Berapa jumlah relawan yang ditargetkan oleh YAPPIKA untuk mengikuti dan mendapatkan pelatihan dalam
program?
3. Siapa saja yang terlibat dari Yappika dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan
payudara (deteksi dini kanker payudara) di kelurahan RBU?
4. Setiap kali pelaksanaan kegiatan di 1 kelurahan, berapa jumlah relawan yang terlibat?
5. Bagi Ibu sendiri, apa mekanisme kerja atau peran Ibu dalam kegiatan program?
6. Apakah Ibu mendapatkan pelatihan khusus mengenai mekanisme kerja Ibu pada kegiatan pelaksanaan program
ini?. Jika ya, pelatihan apa saja yang Ibu dapatkan?
7. Persiapan dan perlengkapan apa saja (sarana atau fasilitas) yang digunakan pada saat pelaksanaan kegiatan
penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) di kelurahan RBU?
8. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara),
siapa saja yang diajak untuk bekerja sama dalam pelaksanaan program?
9. Dalam pelaksanaan kegiatan ini di satu kelurahan, berapa kali diadakannya kegiatan penyuluhan dan
pemeriksaan kesehatan payudara hingga selesai kegiatan?
10. Dari jam berapa kegiatan penyuluhan dan pemeriksaaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara)
dilaksanakan hingga selesai?
11. Setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, berapa jumlah bidan
setempat yang dilibatkan?
12. Setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, berapa jumlah warga yang
diperiksa oleh bidan?
13. Bagaimana proses tahapan sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan program dan pengorganisasian masyarakat
di lokasi target kegiatan?
14. Kepada siapa saja sosialisasi rencana kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara
diinformasikan?
C. Jawaban
1. Tentang latar belakang Biografi kordinator Relawan Yappika
a. Nama : Elita Triandayani
b. Pendidikan Terakhir : SMA
c. Pendidikan yang di tempuh saat ini : Strata (S-1) Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri
Jakarta
d. Pengalaman Organisasi : Bendahara Dept Hubungan Sosial Badana Eksekutif Mahasiswa
Jurusan
2. 30 Volunter.
3. Manajer Humas Yappika dan Volunteer.
4. + 8 Volunter.
5. Mengatur persiapan kegiatan pemeriksaan dan penyuluhan di lintas kelurahan.
6. Ya….mendapat training tentang kanker payudara dan prosedur jaminan kesehatan serta informasi tentang
pelayanan publik khususnya di bidang kesehatan.
7. Mobil mamograpi, ruang CBE, dan ruang penyuluhan.
8. Lurah, Kader PKK, Karang Taruna, dan Puskesmas.
9. 5 kali kegiatan.
10. Mulai pukul 09.00 sampai pukul 13.00 Wib.
11. Sekitar + 6 bidan.
12. 50 Warga.
13. Sosialisasikan tentang kegiatan pada Lurah dan Aparat setempat, lalu turun lapangan mengunjungi kader untuk
membantu mempertemukan dengan masyarakat yang dituju dan membagikan poster dan leaflet terkait dengan
pelaksanaan kegiatan.
14. Lurah, Kader PKK, Karang Taruna, dan Puskesmas.
Wawancara dengan Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika.
Nama : Sri Indriyastuti
Tanggal : 18 juni 2008.
Tempat : Kantor Yappika
A. Pertayaan-pertayaan
1. Tentang latar belakang biografi Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika
b. Nama :
c. Pendidikan terakhir :
d. Asal pendidikan terakhir :
e. Bidang study pendidikan :
f. Bidang pekerjaan :
g. Masa pekerjaan :
2. Bagaimana awal mula sejarah munculnya program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis
dengan melibatkan bidan. Dan apa yang melatar belakangi terbentuknya kerja sama untuk melaksanakan
program dengan YKPJ?
3. Bagaimana rangkaian kegiatan tahapan-tahapan pelaksanaan program, dari mulai perencanaan hingga pada
tahap evaluasi?
4. Bagaimana standar kerja yang baik pada mekanisme kerja relawan, pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dan pemeriksaan kesehatan payudara?
5. Berapa jumlah relawan yang ditargetkan Yappika, untuk dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan program?
6. Bagaimana Yappika menindak lanjuti hasil temuan warga yang terjangkit penyakit kanker payudara?
B. Jawaban. 1. Tetang Tentang latar belakang biografi Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika
a. Nama : Sri Indiyastuti
b. Pendidikan terakhir : S I (Starata 1)
c. Asal pendidikan terakhir : Universitas Katolik Atmajaya, Yogyakarta
d. Bidang study pendidikan : Biologi Lingkungan
e. Bidang Pekerjaan : Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika
f. Masa pekerjaan : 2003 sampai sekarang
2. Awal mulanya, Yappika tahun 2006 lalu proaktif mengajukan kerjasama dengan YKPJ (Yayasan Kesehatan
Payudara Jakarta) untuk melakukan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kanker payudara secara gratis, yang
dilakukan di 5 lokasi yang menjadi basis simpul-simpul relawan Yappika di Jakarta, yang sebelumnya kegiatan
ini belum menjadi program yang sekarang ini.
Kegiatan yang dilakukan di 5 lokasi yang menjadi basis simpul-simpul relawan Yappika ini yaitu, di
kantor Yappika dengan melibatkan masyarakat sekitar, kemudian di simpul pasar minggu, di simpul pangkalan
jati, kemudian simpul pondok gede dan terakhir simpul Jakarta utara. Relawan Yappika yang berada di lokasi
tersebutlah yang kemudian mengorganir pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan yang dilaksanakan di 5 lokasi simpul tersebut, peran Yappika tidak dari segi medisnya, karena
Yappika bukan lembaga medis, tapi di lihat dari segi pelayanan publiknya, dalam hal ini masih sangat minim
informasi tentang kanker payudara di puskesmas-puskesmas, dan juga untuk mengkomunikasikan kepada
masyarakat terkait dengan hak pelayanan publik, dalam hal ini hak atas pelayanan kesehatan, khususnya tentang
kanker payudara masih sangat ekslusif di publik, dan itu merupakan resfentetasi dari salah satu hak pelayanan
yang harus diterima oleh masyarakat, melihat kecenderungan penyakit kanker payudara semakin tinggi.
Berawal dari situ, kemudian YKPJ melihat kegiatan ini cukup stategis untuk dikembangkan lebih jauh,
dalam arti secara sturuktural untuk mendukung sebuah proses penelitian, untuk mengetahui sejauh mana
sebenarnya kecenderungan penyakit kanker payudara menyerang kaum perempuan, kemudian ada semangat juga
untuk mengkomunikasikan atau meningkatkan kesadaran masyarakat terkait dengan bahaya penyakit kanker
payudara. Kemudian YKPJ menawarkan kepada Yappika untuk membuat program bersama-sama untuk diajukan
ke The Brearst Health Global Inititive atau BHGI yang kebetulan membuka kesempatan untuk kegiatan
penelitian terkait dengan kanker payudara.
BHGI mendanai program ini dari segi medisnya, tapi kemudian kita mendiskusikan, ketika akan bekerja
sama dengan Yappika, maka Yappika tidak bisa mengakomodir kegiatan program ini dari segi medisnya, karena
Yappika bukan lembaga medis. Kemudian ditemukan titik temu, bahwa YKPJ akan bertanggung jawab dalam
kegiatan program ini untuk mengkomunikasikan dari medisnya, melakukan pemeriksaan, dan menindak lanjuti
temuan-temuan kanker secara medis, sementara Yappika berfungsi untuk mengkomunikasikan hak pelayanan
publik secara terintergrasi dalam program ini. Caranya bagaimana, caranya adalah dengan mengkomunikasikan
apa sih hak pelayanan publik. kemudian secara langsung melakukan advokasi di tingkat warga, artinya
melakukan pendampingan terhadap pasien (warga) yang yang terkena kanker payudara atau kelainan payudara
yang memerlukan tindak lanjut medis, namun Dia tidak mempunyai biaya cukup untuk melakukan itu, karena dia
tidak mampu. Disinilah peran Yappika sangat penting untuk melakukan advokasi bagaimana kemudian si pasien
(warga) itu dapat tertangani secara dini penyakit yang ditemukan itu dengan menggunakan skema jaminan
asuransi kesehatan yang sediakan oleh pemerintah melaui Gakin dan juga untuk warga yang tidak mempunyai
Gakin dengan menggunakan mekanisme surat keterangan tidak mampu yang juga berfungsi sebagai Gakin.
Kemudian sama-sama disepakati dan setelah proposal selesai disetujui. Selanjutnya dilaksanakanlah program
yang sekarang ini di Jakarta Utara.
3. Secara keseluruhan program terdiri dari 4 tahapan: pertama, tahap persiapan. Kedua, tahap uji coba program.
Pada tahapan ini untuk melihat bagaimana respon masyarakat terkait dengan program ini, dan kita ingin
mengetahui dan melihat sejauh mana alat-alat komunikasi dan perlengkapan-perlengkapan yang digunakan
dalam pelaksanaan program ini, pas sesuai dengan sasarannya. Tahap uji coba ini dilakukan di Rawa Badak
Selatan, sebanyak 4 kali kegiatan. Setelah dilakukan tahap uji coba program, dilakukanlah evaluasi atas uji coba
program tersebut, untuk melihat kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukan, dan hasilnya terdapat beberapa rekomendasi perbaikan dan juga yang sudah bagus dipertahankan.
Ketiga, tahap pelaksanaan program lanjutkan. Selanjutnya yang terakhir tahap evaluasi keseluruhan
program dan pengelolohan data kuesioner yang telah di isi oleh warga, untuk melihat dari sisi medisnya maupun
dari sisi pandangan masyarakat terkait dengan jaminan pelayanan kesehatan, yang bukan hanya menyangkut
Askeskin, tapi juga kualitas pelayanan kesehatan yang diterimanya selama ini atau yang Dia ketahui.
Kuesioner itu ada 2 hal. Pertama, pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara. Kedua, pendapat dan
pengetahuan masyarakat terhadap pelayanan publik di bidang kesehatan yang didalamnya termasuk kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas-puskesmas, kemudian jarak dari rumah warga ke puskesmas
atau rumah sakit, dan juga jaminan asuransi kesehatan bagi warga miskin bisa Askeskin untuk konteks Jakarta
disebut Gakin, kemudian untuk yang tidak mampu disebut SKTM untuk yang tidak yang mempunyai Gakin tapi
dia termasuk golongan tidak mampu.
4. Standar kerja yang baik pada mekanisme kerja relawan, yang pertama relawan harus solid artinya relawan harus
bisa bekerja sama dalam tim, karena tim yang harus ia bangun bukan hanya sesama relawan sendiri dan tim
kaitan antara relawan Yappika dengan Staf-staf antara YKPJ, tapi juga karena tugas relawan juga salah satunya
mengembangkan kesukarelawanan di tingkat lokal, untuk bagaimana bisa mengajak warga setempat bisa
berkontribusi dalam kegiatan ini melalui, misalnya penyebaran informasi, maka dari itu relawan harus solid
dalam mekanisme kerjanya.
Kedua, relawan harus mengikuti pelatihan dan pembekalan baik itu di Yappika maupun di YKPJ. Di
Yappika akan di bekali terkait dengan hak pelayanan publiknya dan bagaimana mereka harus menjalankan
mekanisme kerjanya secara teknis, sementara di YKPJ mereka akan di bekali terkait dengan medisnya. Jadi
mereka ketika turun lapangan tidak ngambang begitu saja, tapi mereka mempunyai skill untuk dapat
menjalankan mekanisme kerjanya dalam pelaksanaan program.
5. Jumlah Relawan yang ditergetkan untuk pelaksanaan kegiatan program sebanyak 25-30 Orang.
6. Tugas Yappika terhadap pasien (warga) yang ditemukan menderita penyakit kanker payudara atau kelainan pada
payudara, Yappika akan melakukan pendampingan pada pasien tersebut dengan melibatkan keluarga.
Pendampingan pasien tidak hanya dilakukan oleh relawan Yappika sendiri, tapi juga harus melibatkan keluarga.
Jadi ketika melakukan pendampingan terhadap pasien yang memerlukan tindak lanjut jaminan pelayanan
kesehatam harus melibatkan keluarga. Kenapa harus melibatkan keluarga, agar mereka tahu prosedur pengurusan
Askeskin dari tingkat desa sampai tingkat ke rumah sakit dan supaya mereka mempunyai pengetahun dan
pengalaman dalam mengurus Askeskin, dan juga mengetahui bagaimana caranya berargumentasi dengan petugas
Askeskin atau Gakin di rumah sakit. Dengan pengetahuan dan pengalaman tersebut, diharapkan si pasien (warga)
bisa menularkannya ke warga lainnya.
Data-data Bidan Lokal
Tanggal Untuk Lokasi No Nama Telephon ######## Rawa Badak
Selatan 1 Bd. Nurdjaliah 4300448
2 Aniek Sih Hadi Satrini, Am.Keb
08161671716
3 Bd. Kopsah Aminatun 08128586970 4 Bd. Soffiana Sembiring 081584111063 5 Bd. Magdalena Mandey 98801237 6 Bd. Wiwin 4406364 7 Bd. Helda Halim ######## Tugu Utara 8 Bd. Helda Halim 08561060085 9 Bd. Anni Andries 68785028 10 Devi Arsianti, Am.Keb 081368336668 11 Ade Irma Yunita,
Am.Keb 081584246546
12 Bd. Yogianna. M 081310717036 24/1/08 Rawa Badak 13 Bd. Marlis Djamar 4403555
Utara 14 Bd. Delmawarni 08151639666 15 Bd. Pipit Intan Andreani 08137735727 16 Nelvida. Y, Am.Keb 081315266192 17 Ellyne Agustina
Elisabet.S, Am.Keb 081381262503
18 Bd. Nuryanti 081382828341 ####### Lagoa 19 Titin Atiti, Am.Keb 4305314 20 Bd. Farrah Dila Yulia 98878581 21 Titin Zakaria,
Am.Keb.Sag 081399845000
13/5/08 Rawa Badak Selatan
22 Bd. Usdah 08567272477
23 Bd. Rina Kurniasih 081315459265 24 Bd. Gustia 08176832079 25 Bd. Fenti 92849049
CATATAN MEDIK PEMERIKSAAN PAYUDARA
Identitas Klien Nama : ____________________ Umur: ____ tahun No. Klien : __________ Alamat : ____________________________RT/RW: ________Kelurahan______________ Riwayat Perkawinan Riwayat Reproduksi Perkawinan ke: Usia pertama kali
berhubungan seksual: ______ tahun Paritas: _______
Pasien: ________ Pasangan: ________ Abortus: _______ Menggunakan kontrasepsi: Ya Tidak Jenis kontrasepsi:_________________ Sejak: _________
PEMERIKSAAN PAYUDARA Kulit Normal Abnormal Kulit jeruk Penarikan Kulit Luka basah Areola/Papilla Normal Abnormal Retraksi Luka basah Cairan putih susu / nipple discharge Benjolan pada Payudara : Ya Tidak Ukuran : x cm Bergerak Tdk
bergerak
Kenyal Keras PENATALAKSANAAN Hasil Pemeriksaan Payudara
Normal Anjurkan SADARI tiap bulan
Pemeriksaan Payudara 1 tahun sekali
Pemeriksaan mamografi pada usia
> 40 thn Kelainan
Payudara Jinak Rujuk
Dicurigai kelainan payudara ganas Rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
Pemeriksa, (……………………)
Payudara Kanan Payudara Kiri
Beri tanda pada
gambar : ● Keras
▒ Kenyal
○ Bergerak
⌧ Tidak bergerak