of 22 /22
BAB II TINJAUAN TEORI 1.1. Konsep Kanker Payudara 1.1.1. Pengertian Kanker Payudara Kanker payudara adalah pertumbuhan serta perkembangbiakan sel abnormal yang muncul pada jaringan payudara. Pada kanker payudara, sel tubuh berkembang, berubah, dan menduplikasi diri di luar kendali. Istilah kanker payudara merujuk pada tumor ganas yang telah berkembang dari sel-sel yang ada di dalam payudara. The American Cancer Society (2008) memperkirakan setiap tahunnya diperkirakan 178.000 wanita Amerika akan didiagnosis terkena kanker payudara (Chyntia, 2009). Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma (Price & Wilson, 2005).

TINJAUAN TEORI 1.1. Konsep Kanker Payudara ...€¦ · Konsep Kanker Payudara 1.1.1. Pengertian Kanker Payudara Kanker payudara adalah pertumbuhan serta perkembangbiakan sel abnormal

  • Author
    others

  • View
    35

  • Download
    2

Embed Size (px)

Text of TINJAUAN TEORI 1.1. Konsep Kanker Payudara ...€¦ · Konsep Kanker Payudara 1.1.1. Pengertian...

  • BAB II TINJAUAN TEORI

    1.1. Konsep Kanker Payudara

    1.1.1. Pengertian Kanker Payudara

    Kanker payudara adalah pertumbuhan serta

    perkembangbiakan sel abnormal yang muncul pada

    jaringan payudara. Pada kanker payudara, sel tubuh

    berkembang, berubah, dan menduplikasi diri di luar

    kendali. Istilah kanker payudara merujuk pada tumor

    ganas yang telah berkembang dari sel-sel yang ada

    di dalam payudara. The American Cancer Society

    (2008) memperkirakan setiap tahunnya diperkirakan

    178.000 wanita Amerika akan didiagnosis terkena

    kanker payudara (Chyntia, 2009).

    Kanker payudara memperlihatkan proliferasi

    keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau

    lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat

    hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang

    atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi

    karsinoma in situ dan menginvasi stroma (Price &

    Wilson, 2005).

  • 1.1.2. Faktor Penyebab

    Sampai saat ini belum diketahui secara pasti

    apa yang menyebabkan kanker ini terjadi, namun

    beberapa faktor kemungkinannya adalah usia dan

    genetik. Selain itu, penyebab lainnya seperti

    pemakaian obat-obatan, tidak menikah, menikah tapi

    tidak punya anak, tidak menyusui, melahirkan anak

    pertama pada usia 35 tahun ke atas, dan stress

    (Chyntia, 2009).

    Selain faktor di atas, terdapat beberapa faktor

    penyebab kanker payudara, diantaranya lokasi

    geografis, ras, status ekonomi, paritas, riwayat

    menstruasi, riwayat keluarga, terpajan radiasi, serta

    penyakit payudara lain (Price & Wilson, 2005).

    1.1.3. Tanda dan Gejala

    Tanda dan Gejala dari kanker payudara

    adalah jika ada benjolan pada payudara, bahkan

    menyebabkan payudara membesar. Benjolan ini

    umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, mulai dari

    ukuran kecil yang kemudian menjadi besar dan

    teraba seperti melekat pada kulit. Saat benjolan

    mulai membesar, barulah menimbulkan rasa nyeri

  • saat ditekan. Selain itu, terjadi perubahan pada kulit

    payudara (seperti kulit jeruk). Tanda dan Gejala yang

    lain adalah puting susu yang mengkerut kedalam

    disertai keluar cairan kental pada payudara, namun

    bukan air susu (Chyntia, 2009).

    1.1.4. Jenis Kanker Payudara

    Menurut Chyntia (2009), kanker payudara

    berdasarkan sifatnya terbagi menjadi 2, yaitu kanker

    payudara invasif dan kanker payudara non-invasif.

    1. Kanker Payudara Invasif

    Sel kanker merusak saluran dan dinding

    kelenjar susu serta menyerang lemak dan

    jaringan konektif payudara di sekitarnya. Kanker

    dapat bersifat invasif (menyerang) tanpa selalu

    menyebar (metastatic) ke simpul limfe atau organ

    lain dalam tubuh.

    2. Kanker Payudara Non-Invasif

    Sel kanker terkunci dalam saluran susu

    dan tidak menyerang lemak dan jaringan konektif

    payudara di sekitarnya. Ductal Carcinoma In situ

    (DCIS), merupakan bentuk kanker payudara non-

    invasif yang paling umum terjadi (90%). Lobula

    Carcinoma in situ (LCIS) meski lebih jarang,

  • justru perlu lebih diwaspadai karena merupakan

    tanda meningkatnya resiko kanker payudara.

    1.1.5. Patofisiologi

    Keganasan bermula ketika sel abnormal

    diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel

    abnormal ini membentuk klon dan mulai

    berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal

    pengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel

    tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel

    mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan

    pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut

    mengilfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses

    ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui

    pembuluh tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain

    di dalam tubuh untuk membentuk metastase

    (penyebaran kanker) pada bagian tubuh lain

    (Brunner & Suddarth, 2001).

  • Pathway

    nyeri

    Nutrisi kurang dari kebutuhan

    Infeksi Gg body image Kurang pengetahuan Gg integritas kulit/ jaringan Cemas Gg pola nafas Sumber : Price & Wilson (2005)

    Faktor predisposisi dan resiko tinggi Hiper plasia pada sel mammae

    Mendesak jaringan sekitar Mendesak

    Sel syaraf

    Mendesak pembuluh

    darahdarah

    Mensuplai nutrisi ke

    jaringan ca

    Hipermetabolis ke jaringan

    Suplai nutrisi jaringan lain

    Berat badan turun

    Menekan jaringan pada mammae

    Peningkatan konsistensi mammae

    Mammae membengkak

    Massa tumor mendesak ke jaringan luar

    Perfusi jaringan terganggu

    Ulkus Infiltrasi pleura parietale

    Expansi paru menurun

    Interupsi sel saraf sel

    Aliran darah terhambat

    hipoksia

    Necrose jaringan

    Bakteri Patogen

    Ukuran mammae abnormal

    Mammae asimetrik

  • 1.1.6. Stadium Kanker Payudara

    Kanker payudara juga memiliki stadium,

    stadium kanker payudara menurut AJCC (American

    Joint Committee On Cancer) 1992 yaitu dari I sampai

    IV. Stadium I jika kanker masih berbentuk tumor dan

    belum bermetastasis. Stadium II bermetastasis pada

    aksila. Stadium III terbagi atas IIIa dan IIIb. IIIa jika

    metastasis ke aksila melekat, sedangkan IIIb

    metastasis ke subklavikula. Yang paling akhir dari

    stadium kanker ini adalah Stadium IV, yaitu kanker

    telah mengadakan metastasis jauh (Mansjoer, 2001)

    1.1.7. Penanganan Kanker Payudara

    Penanganan kanker payudara menurut Price

    & Wilson (2005) dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu

    pembedahan dan non-pembedahan.

    1. Pembedahan terdiri dari : mastektomi parsial,

    mastektomi total dengan diseksi aksila rendah,

    mastektomi radikal yang dimodifikasi, mastektomi

    radikal, serta mastektomi radikal yang diperluas.

    2. Non-Pembedahan terdiri dari : penyinaran,

    kemoterapi, serta terapi hormon dan endokrin.

  • Gambar 2.1 : sebelum dan setelah mastektomi Sumber: http://www.google.co.id/imgres?q=mastektomi

    1.2. Konsep Mastektomi

    1.2.1. Pengertian Mastektomi

    Mastektomi merupakan pengangkatan seluruh

    atau sebagian dari payudara lewat pembedahan

    (Miller, 2008).

    Mastektomi merupakan tindakan eksisi pada

    payudara (Brunner & Suddarth, 2001). Mastektomi

    dapat dilakukan dengan mastektomi parsial

    (lumpektomi) hingga mastektomi radikal yang luas

    (Price & Wilson, 2005).

  • 1.2.2. Jenis Mastektomi

    Menurut Price & Wilson (2005), mastektomi

    dapat dilakukan dengan mastektomi parsial

    (lumpektomi) hingga mastektomi radikal yang luas.

    1. Mastektomi Parsial : Mulai dari tilektomi

    (lumpektomi) sampai pengangkatan segmental

    (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit

    yang terkena) sampai kuadran tektomi

    (pengangkatan seperempat payudara);

    pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan

    dari kelenjar getah bening aksila untuk

    penentuan stadium.

    2. Mastektomi Total Dengan Diseksi Aksila Rendah

    : Eksisi seluruh payudara, semua kelenjar getah

    bening di lateral otot pektoralis minor.

    3. Mastektomi Radikal Yang Dimodifikasi : Eksisi

    seluruh payudara, semua atau sebagian besar

    jaringan aksila.

    4. Mastektomi Radikal : Eksisi seluruh payudara,

    otot pektoralis mayor dan minor di bawahnya;

    seluruh isi aksila.

  • 5. Mastektomi Radikal Yang Diperluas : Sama

    seperti mastektomi radikal ditambah dengan

    kelenjar getah bening mamaria interna.

    Sedangkan menurut Chyntia (2009), secara

    garis besar ada 3 tindakan pembedahan kanker

    payudara, yaitu :

    1. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan

    sebagian dari payudara (lumpectomy). Operasi

    ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi.

    Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada

    pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm

    dan letaknya di pinggir payudara.

    2. Total mastectomy, yaitu operasi pengangkatan

    payudara seluruh payudara saja, tetapi bukan

    kelenjar di ketiak.

    3. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi

    pengangkatan seluruh payudara, jaringan

    payudara di tulang dada, tulang selangka dan

    tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

  • Gambar 2.2 : Jenis Mastektom Sumber: http://www.google.co.id/imgres?q=mastektomi

    1.2.3. Indikasi Mastektomi

    Mansjoer (2001) mengatakan mastektomi

    diindikasikan pada pasien dengan stadium kanker

    I,II, serta IIIa.

    1. Pada stadium I dan II, dilakukan mastektomi

    radikal atau modifikasi mastektomi radikal. Dapat

    pula dilakukan mastektomi simpleks yang harus

    diikuti radiasi tumor dan kelenjar getah bening.

    2. Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal

    ditambah kemoterapi ajuvan, atau mastektomi

    simplek ditambah radioterapi pada tumor dan

    kelenjar getah bening.

    1.2.4. Pertimbangan Keperawatan

    Pasien yang akan menjalani mastektomi

    memerlukan asuhan keperawatan perioperatif

    umum, seiring dengan perawatan khusus

  • berhubungan dengan kerusakan organ. Pasien yang

    mengalami mastektomi seringkali cemas tentang

    prosedur pembedahan serta perubahan dalam fungsi

    normal tubuh. Perawat memberikan edukasi dan

    dukungan emosional dengan mengkaji kebutuhan

    pasien dan keluarga, serta menggali bersama

    mereka tentang ketakutan-ketakutan dan mekanisme

    koping mereka. Setelah pembedahan, perawat

    mengkaji respon pasien terhadap pembedahan dan

    memantau komplikasi yang mungkin seperti infeksi,

    perdarahan, serta disfungsi organ (Brunner &

    Suddarth, 2001).

    1.3. Konsep Harga Diri

    1.3.1. Pengertian Harga Diri

    Harga diri merupakan suatu evaluasi dimana

    seseorang membuat atau mempertahankan diri.

    Harga diri merupakan bagaimana seseorang

    menghormati dirinya sendiri dan individu tersebut

    menilai bahwa dirinya memiliki kemampuan dan

    keberartian. Harga diri dapat dipahami dengan

    memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang

    dengan ideal diri. Seseorang yang konsep dirinya

    hampir memenuhi ideal diri mempunyai harga diri

  • yang tinggi, sementara seseorang yang konsep

    dirinya memiliki variasi luas dari ideal dirinya

    mempunyai harga diri yang rendah (Potter & Perry,

    2005).

    Menurut Yustinus (2006), harga diri muncul

    saat seseorang dalam masa perkembangan. Harga

    diri menyangkut perasaan bangga pada diri.

    Harga diri merupakan penilaian individu

    tentang nilai personal yang diperoleh dengan

    menganalisa seberapa baik perilaku seseorang

    sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi

    adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan

    diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan

    kesalahan kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa

    sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart,

    2006).

    1.3.2. Stresor Harga Diri

    Harga diri berfluktuasi sesuai dengan kondisi

    sekitarnya, meskipun inti dasar dari perasaan positif

    dan negatif dipertahankan. Banyak stressor yang

    mempengaruhi harga diri, sebagai contoh stressor

    yang mempengaruhi harga diri pada orang dewasa

    adalah mencakup ketidakberhasilan dalam pekerjaan

  • dan kegagalan dalam berhubungan. Selain itu,

    tindakan seperti pembedahan dapat menurunkan

    perasaan nilai diri (Potter & Perry, 2005)

    1.3.3. Perilaku yang Berhubungan dengan Harga Diri

    Rendah

    Perilaku yang berhubungan dengan harga diri

    rendah menurut Murwanti (2008), yaitu :

    a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain

    b. Produktivitas menurun

    c. Destruktif (merusak) yang diarahkan pada orang

    lain

    d. Gangguan dalam berhubungan

    e. Percaya diri yang berlebih

    f. Perasaan tidak mampu

    g. Rasa bersalah

    h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan

    i. Perasaan negatif dengan tubuhnya sendiri

    j. Ketegangan peran yang dirasakan

    k. Pandangan hidup yang pesimis

    l. Keluhan fisik

    m. Pandangan hidup yang bertentangan

    n. Penolakan terhadap kemampuan personal

    o. Destruktif terhadap diri sendiri

  • p. Pengurangan diri

    q. Menarik diri secara sosial

    r. Menarik diri dari realitas

    1.3.4. Gambaran Harga Diri pasien Post Mastektomi

    Setelah melakukan mastektomi, pasien akan

    mengalami masalah dalam psikologisnya yang mana

    pasien akan mengalami penurunan kepercayaan diri,

    gambaran tubuh (body image), dan aktivitas fisik

    (Jae Eun Paek et al, 2004). Pada pasien mastektomi

    akan terjadi perubahan harga diri akibat perubahan

    penampilan fisik yang disebabkan oleh kehilangan

    anggota tubuh. Mastektomi mengubah bentuk tubuh

    wanita yang utuh, simbol seksual dan dimensi dari

    feminimitas keibuan (Piot-Ziegler et al, 2010).

    Menurut Fobair, et al (2006) pasien yang melakukan

    mastektomi mengalami masalah dalam citra tubuh

    mereka, diantaranya adalah hilangnya perasaan

    feminim dan merasa dirinya tersingkir. Hasil survey

    yang dilakukan di Rumah Sakit Imam Khomeini and

    Imam Hussein di Tehran, mastektomi dapat

    berdampak pada penurunan harga diri (Esmaili et al,

    2010).

  • Gambaran wanita terhadap penyakit akut atau

    yang diduga akut mencakup ketakutan akan

    perubahan bentuk tubuh, ketakutan akan daya tarik

    seksual, dan ketakutan akan kematian. Ketakutan ini

    yang menyebabkan wanita menunda untuk

    memeriksakan penyakitnya. Secara psikologis,

    kehilangan payudara dapat mengakibatkan citra

    tubuh dan konsep diri atau harga diri menurun

    (Brunner & Suddarth, 2001).

    Menurut Brunner & Suddarth (2001), pasien

    dalam memasuki masa perawatan kesehatan disertai

    dengan depersonalisasi yang dapat mengancam

    harga diri dan citra tubuh.

    1.3.5. Upaya Peningkatan Harga Diri

    Menurut Potter & Perry (2005) peningkatan

    harga diri dapat dilakukan perawat dengan cara

    membantu pasien untuk membentuk pemikirannya

    menjadi lebih realistis, pola positif, seperti memberi

    dorongan pada pasien untuk melakukan sesuatu

    bagi dirinya (misalnya pergi berjalan-jalan). Upaya

    peningkatan harga diri juga dapat dilakukan dengan

    perawat menerima pasien dengan perubahannya

    sehingga dapat menstimulasi rehabilitasi yang positif.

  • Perawat dapat meningkatkan harga diri

    dengan memberikan perhatian pada penampilan

    pasien. Perawat yang menangani fungsi tubuh

    pasien harus memperlihatkan sikap menghargai dan

    membantu daripada mendorong ketergantungan

    atau rasa bersalah (Potter & Perry, 2005).

    Menurut Lewis (2007), dalam hal peningkatan

    harga diri perawat dapat membantu memenuhi

    kebutuhan psikologis wanita itu dengan melakukan

    hal berikut:

    a. Membantu dia untuk mengembangkan sikap

    positif tetapi realistis

    b. Membantu mengidentifikasi sumber-sumber

    dukungan dan kekuatan padanya, seperti

    pasangannya, keluarga, dan latihan rohani

    c. Mempromosikan komunikasi terbuka pikiran dan

    perasaan antara pasien dan keluarganya

    d. Mendorong pasien untuk mengungkapkan

    verbalisasinya dengan kemarahan dan ketakutan

    tentang diagnosisnya

    e. Memberikan jawaban yang akurat dan lengkap

    untuk pertanyaan tentang penyakit, pilihan

  • pengobatan, dan masalah reproduksi atau laktasi

    (jika sesuai)

    f. Menawarkan informasi tentang sumber daya

    masyarakat seperti Jangkauan Pemulihan, dan

    organisasi dukungan lokal dan kelompok.

    1.3.6. Peran Perawat

    Peran perawat merupakan tingkah laku yang

    diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang

    sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana

    dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi

    perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang

    bersifat konstan. Peran perawat terdiri dari peran

    sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat

    pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan,

    dan peneliti (Hidayat, 2007).

    Menurut Potter & Perry (2005), peran perawat

    sebagai berikut :

    a. Pemberi perawatan

    Sebagai pemberi asuhan keperawatan.

    Perawat membantu pasien mendapat kembali

    kesehatannya melalui proses penyembuhan

    termasuk memfokuskan asuhan pada kebutuhan

    pasien secara holistik meliputi upaya

  • mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan

    sosial. Pemberi asuhan membantu pasien dan

    keluarga dalam menetapkan tujuan dan

    mencapai tujuan dalam waktu yang minimal.

    b. Pembuat keputusan klinis

    Dalam memberikan perawatan efektif

    perawat menggunakan keahliannya berpikir kritis

    melalui proses keperawatan. Sebelum

    melakukan tindakan perawat menyusun tindakan

    dengan menggunakan pendekatan terbaik bagi

    tiap pasien. Perawat membuat keputusan sendiri

    ataupun dengan pasien dan keluarga dengan

    bekerjasama serta berkonsultasi dengan profesi

    kesehatan lain.

    c. Pelindung dan advokat pasien

    Sebagai pelindung perawat membantu

    mempertahankan lingkungan yang aman bagi

    pasien, mencegah terjadinya kecelakaan, dan

    melindungi dari efek suatu tindakan diagnostik

    dan pengobatan. Sebagai advokat, perawat

    melindungi hak pasien secara manusia dan

    secara hukum.

  • d. Manajer kasus

    Perawat mengkoordinasi aktivitas tim

    kesehatan lain, mengatur waktu kerja, dan

    sumber yang tersedia di tempat kerjanya.

    Sebagai manajer perawat mengkoordinasi dan

    mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan

    mengawasi tenaga kesehatan lain.

    e. Rehabilitator

    Perawat membantu pasien beradaptasi

    dengan kondisi pasien kembali ke tingkat fungsi

    maksimal setelah sakit.

    f. Pemberi kenyamanan

    Perawat memberikan kenyamanan

    dengan mendemonstrasikan perawatan kepada

    pasien sebagai individu yang memiliki perasaan

    dan kebutuhan yang unik dalam mencapai tujuan

    yang terapeutik bukan memenuhi

    ketergantungan emosi dan fisik.

    g. Komunikator

    Perawat sebagai komunikator merupakan

    pusat dari seluruh peran perawat, kualitas

    komunikasi merupakan faktor yang menentukan

  • dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga

    dan komunitas.

    h. Penyuluh

    Perawat menjelaskan konsep dan data-

    data tentang kesehatan, mendemonstrasikan

    sesuai kemampuan pasien hal ini dapat

    dilakukan secara terencana maupun tidak

    terencana.

    Dalam menghadapi pasien post mastektomi,

    perawat berperan dalam memberikan pengertian

    mensupport psikologi pasien dan keluarga. Perawat

    juga berperan jika pasien membutuhkan nasihat atau

    pemberitahuan sebelum maupun setelah melakukan

    mastektomi, dan prosedur pengobatan yang diterima

    serta penyesuaian diri pasien pada kondisinya.

    Perawat harus dapat menerima perubahan emosi

    dan penerimaan pasien, selain itu perawat juga

    harus melakukan pendekatan pada pasien

    mastektomi. Peran perawat sangat dibutuhkan,

    sebab melakukan mastektomi memerlukan beberapa

    pertimbangan karena pengaruhnya akan berdampak

    pada psikologi pasien yang telah melakukan

    mastektomi (Esmaili, 2010).

  • Peran perawat pada pasien post mastektomi

    tidak terbatas pada pasien, tetapi juga pada

    keluarga. Peran perawat pada keluarga pasien post

    mastektomi dilakukan dengan memberikan edukasi,

    diantaranya :

    a. Perawat harus menekankan pentingnya

    melaporkan gejala yang dirasakan pasien setelah

    mastektomi yang termasuk nyeri punggung baru,

    kelemahan, sesak napas, dan kebingungan.

    b. Perawat perlu menyarankan memakai pas

    protesis dirancang untuk wanita yang melakukan

    mastektomi.

    c. Sebuah penilaian pra operasi seksual

    menyediakan data dasar yang dapat digunakan

    perawat untuk merencanakan intervensi pasca

    operasi. Seringkali, suami, pasangan seksual,

    atau anggota keluarga mungkin memerlukan

    bantuan dalam berurusan dengan reaksi

    emosional mereka untuk diagnosis dan operasi

    sehingga mereka dapat bertindak sebagai sarana

    yang efektif dukungan bagi pasien.

  • d. Depresi dan stres dapat terjadi secara terus

    menerus pada pasien dengan diagnosis kanker

    payudara. Intervensi perawatan khusus

    diperlukan untuk kedua dukungan psikologis dan

    perawatan secara mandiri jika kekambuhan

    ditemukan.

    (Lewis et al, 2007).