73
DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK PEREMPUAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: RIA AMALIYAH 105044201463 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1430 H/2009 M

DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

  • Upload
    leliem

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK

PEREMPUAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

RIA AMALIYAH

105044201463

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1430 H/2009 M

Page 2: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK

PEREMPUAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

RIA AMALIYAH

105044201463

Dibawah bimbingan:

Pembimbing

Drs. H. A. Basiq Djalil, SH. MA

NIP : 19955050 519820 31012

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1430 H/2009 M

Page 3: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK

PEREMPUAN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5

Oktober 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyah.

Jakarta, 5 Oktober 2009

Megesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA,MM.

NIP. 19550505 198203 1012

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH. MA (……………………)

NIP :19955050 519820 31012

Sekretaris : Kamarusdiana, S. Ag, MH (……………………)

NIP : 19720224 19980 31003

Pembimbing : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH. MA (……………………)

NIP : 19955050 519820 31012

Penguji I : Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi (……………………)

NIP : 19940080 519620 21001

Penguji II : Kamarusdiana, S.Ag, MH__ (……………………)

NIP : 19720224 199980 31003

Page 4: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima hukuman dan sanksi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Agustus 2009

Ria Amaliyah

105044201463

Page 5: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

KATA PENGANTAR

��� ا���� ا� ا����

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT

karena atas rahmat dan inayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Selanjutnya

shalawat dan salam senantiasa kami persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar sekaligus menyempurnakan

akhlak manusia melalui petunjuk illahi.

Rasa syukur saya persembahkan kepada Allah atas nikmat yang tak terhitung

jumlahnya yang telah dianugerahkan kepada penulis. Salah satunya nikmat Iman dan

Islam, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Selama masa perkuliahan hingga tahap penyusunan skripsi ini, banyak pihak

yang telah memberikan bantuan dan motifasi bagi penulis. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan dan motivasi. Ucapannya terima kasih penulis haturkan

kepada Bapak:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dibawah kepemimpinannya

telah banyak membantu dalam menyelesaikan proses belajar mengajar di

Fakultas Syariah dan Hukum tempat penulis menimba ilmu.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH. MA. Selaku ketua Program Studi Ahwal Al-

Syakhshiyah, yang sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah

Page 6: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

mentransformasi ilmunya serta memotivasi penulis sehingga penulis bisa

terselesaikan skripsi ini.

3. Kamarusdiana, S. A.g. MH, Sekretaris Prodi Ahwal Al-Syakhshiyah, yang

sekaligus juga bertindak Penguji II (dua) dalam sidang munaqasyah.

4. Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi, selaku Penguji I (satu) dalam sidang

munaqasyah, yang telah memberikan saran-saran dan kritik yang sangat

berguna untuk lebih sempurna dalam tulisan ini.

5. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya dosen Ahwal Al-

Syakhsiyah yang telah memberikan materi perkuliahan, ilmu, dan bimbingan

akhlak semua kuliah hingga selesai skripsi ini.

6. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah S.pd

dan Ibunda Maswanih S.pd yang tidak henti-hentinya mendoakan dan

memberikan pengorbanan yang telah memberikan segenap kesabaran, ketulusan

dan keikhlasan serta cinta dan kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun

materil yang tiada terhitung nilainya, serta senantiasa mendoakan dan

membimbing penulis. Serta kakak kandungku Richa Widuri Amd. Keb yang

telah memberi semangat penulis, dan untuk adik tersayang Refiyanti,

Rohmatunisa, Rain radithiyah Al-Kahfi Putra Terima kasih telah memberikan

banyak bantuan, semoga dari Allah SWT dapat balasan yang lebih baik. Amin.

Page 7: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

8. Abdul Harits Muhammad, S.Kom dan keluarga yang telah memberikan

dukungan dan motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya penulisan

skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat MAHAD AL-ZAYTUN, meirly zaiwarni, S.E yang telah

memberikan motivasi, saran, dan teman-teman penyejuk hati dalam suka

maupun duka yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

10. Teman-teman Fakultas Syariah dan Hukum, khusunya Konsentrasi

Administrasi Keperdataan Islam Angkatan 2005, Kawan-kawan KKS cijulang

2008. Terima kasih telah banyak membantu serta bertukar pikiran baik selama

belajar hingga detik pelaksanaan wisuda.

Jakarta, 14 Agustus 2009

Ria Amaliyah

Page 8: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 7

D. Kajian Terdahulu ...................................................................... 8

E. Metodelogi Penelitian............................................................... 10

F. Sistematika Penulisan............................................................... 13

BAB II ITSBAT NIKAH DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengertian Nikah dan Itsbat nikah ............................................ 15

B. Dasar Hukum Itsbat Nikah ....................................................... 17

C. Akibat Hukum Itsbat Nikah...................................................... 18

D. Hubungan Itsbat Nikah dengan Pencatatan Perkawinan ............ 20

Page 9: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

BAB III HAK-HAK PEREMPUAN DALAM PERKWINAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG

PERKAWINAN

A. Keberpihakkan Hukum Terhadap Perempuan ............................ 30

B. Perempuan Dalam Undang-Undang Perkawinan........................ 38

BAB IV IMPLIKASI ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK PEREMPUAN

A. Itsbat Nikah Dan Posisi Perempuan Dalam Pernikahan.............. 43

B. Implikasi Itsbat Nikah Terhadap Perempuan.............................. 48

BAB V PENUTUP

A. Penutup .................................................................................... 59

B. Saran-saran............................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 62

LAMPIRAN

1. Lampiran Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa dengan

Nomor: 46/Pdt.P/2008/PA. TigaRaksa .................................... 65

2. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Pembimbing

Skripsi...................................................................................... 72

Page 10: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan menurut Hukum Islam sebagaimana di tegaskan dalam Kompilasi

Hukum Islam sama artinya dengan pernikahan, yaitu aqad yang sangat kuat atau

mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya

sebagai ibadah.1

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 1 ayat (1)

dinyatakan bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

Dalam Pasal 2 Ayat 1 ini, kita tahu bahwa sebuah perkawinan adalah sah

apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

Ini berarti bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun nikah atau

ijab kabul telah dilaksanakan (bagi umat Islam) maka perkawinan tersebut adalah sah

terutama di mata agama dan kepercayaan masyarakat. Tetapi sahnya perkawinan ini

di mata agama dan kepercayaan masyarakat perlu disahkan lagi oleh negara, yang

dalam hal ini ketentuannya terdapat pada Pasal 2 Ayat 2 Undang-undang Perkawinan

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam,

bandung: Citra Umbara, 2007. h. 282.

2 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal. 1.

Page 11: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang didalamnya terdapat tentang pencatatan

perkawinan.3

Untuk mencapai ikatan lahir batin yang kuat seperti yang dimaksud di atas,

undang-undang perkawinan pasal 2 ayat (2) telah menentukan keharusan adanya

pencatatan pada tiap-tiap perkawinan, pencatatan perkawinan bertujuan untuk

menjamin ketertiban dan kepastian hukum. Pasal tersebut berbunyi : “Tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.4

Bagaimanapun juga pencatatan perkawinan itu sangat besar mashlahahnya

bagi umat manusia, lebih-lebih di era globalisasi seperti sekarang ini. Adapun oknum-

oknum yang tidak mencatat perkawinannya karena mungkin perkawinan yang

dilakukan bermasalah, misalnya melaksanakan nikah mut’ah, kawin sirri, atau

melakukan poligami liar dan sebagainya, pasangan tersebut tidak mempunyai akta

perkawinan yang sah, untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

perkawinan yang sudah dilakukan yang lebih dikenal dengan istilah Itsbat Nikah.5

Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah, yang

masing-masing suami istri mempunyai salinannya. Namun dalam prakteknya, tak

dapat dipungkiri bahwa sampai sekarang masih sering terjadi perkawinan yang

3 “Analisis Yuridis Status Hukum Istri yang Menikah di Bawah Tangan Berdasarkan

Ketentuan yang Berlaku Tentang Perkawinan”, artikel ini diakses pada 17 Juli 2009 dari

http://intanghina.wordpress.com/2008/05/27/analisis-yuridis-status-hukum-istri-yang-menikah-di-

bawah-tangan-berdasarkan-ketentuan-yang-berlaku-tentang-perkawinan.

4 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 2 ayat 2.

5 Yayan Sofyan, “Itsbat Nikah Bagi Perkawinan Yang Tidak Dicatat Setelah Diberlakukan

UU No. 1 Tahun 1974 Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan”, Ahkam IV, no. 8 (2002): h. 70.

Page 12: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

dilakukan secara “ilegal” yang sering juga disebut dengan “perkawinan dibawah

tangan” karena tidak dicatat secara resmi oleh pegawai pencatat nikah.6

Perkawinan telah cukup dan memenuhi, apabila syarat dan rukunnya menurut

ketentuan fiqh terpenuhi, tanpa diikuti pencatatan, apalagi akta nikah kondisi

semacam ini di praktekkan sebagian masyarakat dengan menghidupkan praktek nikah

sirri tanpa melibatkan petugas pegawai pencatat nikah (PP3N) sebagai petugas resmi

yang diserahi tugas itu belum lagi, apabila ada oknum yang memanfaatkan “peluang”

ini, untuk mencari keuntungan pribadi, tanpa mempertimbangkan sisi dan nilai

keadilan yang merupakan misi utama sebuah perkawinan, seperti poligami liar tanpa

izin istri pertama, atau tanpa izin dari Pengadilan Agama kenyataan semacam ini,

menjadi hambatan besar suksesnya pelaksanaan Undang-undang perkawinan No.1

Tahun 1974 tentang perkawinan tersebut.7

Sebagaimana dalam undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan ayat

2. Dan apabila tidak mendapatkan izin dari pengadilan, maka perkawinan tersebut

tidak mendapatkan kekuatan hukum. Hal ini tertulis dalam Kompilasi Hukum Islam

(KHI) pasal 56 ayat 3 sebagai berikut: ”Perkawinan yang dilakukan dengan istri

kedua, ketiga atau keempat tanpa izin dari pengadilan agama, tidak mempunyai

kekuatan hukum”.8

6 Yayan Sofyan, “Itsbat Nikah Bagi Perkawinan, h. 69.

7 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.

Ke-1, h. 90.

8 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, 1998, h. 34.

Page 13: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Dalam hal ini ada peraturan yang mengatur masalah pencatatan perkawinan

yang menjadi tuntutan perkara. Maka, apabila pencatatan tidak dilakukan, ada akibat

hukum bagi perkawinan tersebut dan yang dirugikan adalah pihak perempuan.

Hukum perkawinan hanya mengakui sah perkawinan yang tercatat. Konsekuensinya,

akses perempuan pada keadilan juga dibatasi, hanya perempuan yang menikah secara

tercatat yang dilindungi haknya oleh hukum.9

Masalah yang muncul kemudian adalah bagaimana itsbat nikah yang

diakibatkan karena tidak mempunyai surat izin poligami. Dalam masalah ini terdapat

kasus itsbat nikah yang diajukan oleh pihak perempuan, tetapi permohonan itsbat

nikah tersebut ditolak oleh pihak Pengadilan Agama. Terkait dengan hal tersebut

bagaimana kedudukan kaum perempuan serta anak yang disebabkan karena tidak

adanya surat izin poligami.

Kendati belum ditopang oleh penelitian resmi, fakta dilapangan menunjukkan

banyaknya pasangan khususnya para perempuan yang baru menyadari akan

pentingnya pencatatan perkawinan ketika dihadapkan oleh problematika hukum

misalnya, ketika terjadi perceraian, pihak perempuan tidak dapat menuntut

pembagian harta gono-gini, hak waris, perwalian anak dan lain sebagainya.

Masyarakat sering bersikap yang penting sah menurut agama. Setelah menikah di

bawah tangan pasangan baru menyadari bahwa ada akibat hukum apabila perkawinan

tidak dicatatkan dan akan merugikan perempuan dan anak baik materil maupun moril.

9 Ahmad Mukti Arto, Masalah Pencatatan Perkawinan dan Sahnya Perkawinan, Mimbar

Hukum No. 26 Tahun IVV (Mei-Juni, 1996), h. 50.

Page 14: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Dengan demikian eksistensi itsbat nikah sangat perlu pada setiap warga negara

yang tidak dicatatkan dan didaftarkan di kantor urusan Agama (KUA) setempat

karena akan menimbulkan akibat hukum apabila tidak dilakukan, terlebih lagi

terhadap istri dan anak-anaknya.

Terkait dengan dampak negatif dari maraknya peraktek pernikahan sirri,

terutama pihak perempuan dan anak dengan adanya beberapa kasus, termasuk

diantaranya tentang penolakan permohonan itsbat nikah yang diajukan ke Pengadilan

Agama, maka penulis tertarik untuk mengangkat dalam sebuah penelitian dengan

judul “DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK

PEREMPUAN”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merasa sangat perlu untuk

membatasi, agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta

menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam

penulisan ini penulis memfokuskan dan membatasi masalah hanya dalam ruang

lingkup: Implikasi itsbat nikah yang ditolak terhadap kaum perempuan

2. Perumusan Masalah.

Mestinya Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan

Pasal 2 menyatakan “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku”, dan juga dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 5,

Page 15: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

namun pada kenyataannya masyarakat masih banyak yang tidak mencatatkan

pernikahannya di Pegawai pencatatan nikah karena pernikahan yang dilakukan

bermasalah dengan tidak adanya dokumen formal dilihat dari dampaknya sangat

merugikan kaum perempuan dan anak.

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis akan merinci masalahnya

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana Implikasi Penolakan Itsbat Nikah Terhadap Hak Perempuan?

b. Apakah Setiap Perkawinan Yang di Lakukan di Luar Peraturan Undang-undang

Dapat Di Itsbatkan di Pengadilan Agama?

c. Bagaimana Kedudukan Perkawinan Yang tidak Dapat Di Itsbatkan di

Pengadilan Agama?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penyusunan skripsi ini

adalah:

a. Untuk mengetahui seberapa jauh hukum positif di indonesia yang dapat

mendukung keberadaan kaum perempuan

b. Untuk mengetahui kedudukan perkawinan yang dilakukan di luar undang-

undang menurut hukum formal.

Page 16: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

c. Untuk mengetahui implikasi penolakan itsbat nikah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Secara akademik menambah ilmu pengetahuan dibidang hukum perdata serta

mengembangkan ilmu dibidang syariah, khususnya dalam bidang perkawinan.

b. Mengetahui kedudukan perkawinan yang itsbat nikahnya ditolak oleh

Pengadilan Agama dan mengetahui implikasi terhadap perempuan. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis khususnya dan masyarakat

pada umumnya, tentang kaum perempuan yang itsbat nikahnya ditolak.

c. Sebagai pengingat, bahwa pencacatan ataupun pengesahan perkawinan adalah

kekuatan atau kepastian hukum sebagai bukti yang sangat penting.

D. Kajian Terdahulu

Tinjauan kajian terdahulu sudah cukup banyak studi yang di lakukan seputar

hukum perkawinan yang nikah di bawah tangan baik ditinjau menurut perspektif

hukum islam maupun perundang-undangan. Namun, sepanjang yang penulis ketahui,

belum ada seorangpun yang menulis tentang penolakan Permohonan itsbat nikah.

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, ada beberapa karya ilmiah yang

secara spesifik serumpun dengan judul yang diangkat oleh penulis. Biarpun objek

kajiannya sama, namun masih terdapat perbedaan yang mendasar. Misalnya “Analisa

Penetapan hakim No. 74/P2/1990/PA. Sumber Cirebon Tentang Pengesahan

Page 17: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

perkawinan (Itsbat nikah) yang dilaksanakan malalui kawin gantung di PA”. Sumber

cirebon. Yang di susun oleh Imroah Pada Tahun 2007. Skripsi ini lebih fokus kepada

itsbat nikah sebelum adanya undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

yang dilakukan melalui kawin gantung yang perkawinannya di itsbatkan di

Pengadilan Agama Sumber Cirebon dengan membahas analisis Penetapan hakim

pada perkara No. 74/P.2/1990/PA. Sumber cirebon.10

Kemudian yang kedua “Itsbat nikah sesudah berlakunya undang-undang No. 1

Tahun 1974 Tentang perkawinan (Studi kasus di Pengadilan Agama Jakarta Timur)

yang disusun oleh Ahmad Taridi pada Tahun 2005. Skripsi ini lebih fokus kepada

itsbat nikah yang terjadi sesudah berlakunya undang-undang No. 1 Tahun 1974 yang

terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Timur.11

Kemudian yang ketiga “Itsbat nikah dan proses penyelesaiannya di

Pengadilan Agama (Studi analisis Jakarta Timur) yang disusun oleh Ulfa Fouziyah

pada Tahun 2008. Skripsi ini lebih fokus kepada banyaknya kasus itsbat nikah yang

terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Timur dan ingin mengetahui bagaimana proses

10 Imroah, “Analisa Penetapan Hakim No. 74/P2/1990/PA. Sumber Cirebon Tentang

Pengesahan perkawinan (Itsbat nikah) yang dilaksanakan malalui kawin gantung di PA”. Skripsi,

(Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2007), h. 58, t.d

11 Ahmad Taridi, “Itsbat Nikah Sesudah Berlakunya undang-undang No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan (Studi kasus di Pengadilan Agama Jakarta Timur)”, Skripsi, (Jakarta: Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2005)”, h. 60, t.d

Page 18: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

persidangan itsbat nikah sesudah dan sebelum adanya undang-undang No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan.12

Dari beberapa kajian terdahulu, seluruhnya mengambil dari kajian itsbat

nikah, sepengetahuan penulis hingga saat ini belum ada penelitian ini yang

menjadikan judul penelitian “Penolakan Permohonan Itsbat Nikah dan Implikasinya

Terhadap hak Perempuan”.

E. Metodelogi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan

Jenis penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif, yaitu dalam penelitian

ini pada umumnya menganalisis fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang relevan

dengan norma-norma hukum. Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah tipe

penelitian hukum normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

perundang-undangan (state approach) yaitu melakukan pengkajian peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian.13

Oleh karenanya langkah

12 Ulfa Fouziyah, “Itsbat Nikah dan Proses Penyelesaiannya di Pengadilan Agama (Studi

analisis Jakarta Timur)”, Skripsi, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2008)”, h. 63,

t,d

13 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, (Malang-Jawa Timur:

Bayu Media Publishing, 2007), h. 295.

Page 19: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

awal dalam analisis ini adalah identifikasi fakta-fakta hukum berupa perbuatan,

peristiwa atau keadaan-keadaan.14

2. Sumber Data

Pengumpulan data yang diperoleh melalui bahan hukum primer yakni bahan

hukum terdiri atas peraturan perundang-undangan No. 1 Tentang Perkawinan Tahun

1974 tentang perkawinan Pasal 2, Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 7, Peraturan

Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang No. 1 Tahun 1974

tentang perkawinan, buku-buku Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum untuk

mewujudkan Keadilan Gender, dan buku Perempuan dan Hukum Menuju Hukum

Yang berprespektif Kesetaraan dan Keadilan. Dan bahan hukum sekunder yakni

buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh, studi kepustakaan

(library researsch) dari buku-buku literature dan tulisan-tulisan majalah, internet dan

hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian skripsi ini.15

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam menghimpun

seluruh data dan fakta yang menunjang permasalahan adalah sebagai berikut Studi

kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh landasan teoritis berupa konsep dari

14 M. Syamsudin, Operasional Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),

h. 143.

15 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, h. 295.

Page 20: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

berbagai literatur yang terkait dengan materi pokok permasalahan yang akan penulis

bahas, baik dari buku-buku karangan ilmiah, undang-undang perkawinan No. 1

Tahun 1974 tentang perkawinan, peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang

pelaksanaan undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Kompilasi

Hukum Islam, laporan penelitian serta peraturan lainnya yang erat kaitannya dengan

masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

Pada penelitian normatif, pengolahan data hakikatnya kegiatan untuk

mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan tertulis, sistematisasi berarti

membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk mengadakan

pekerjaan analisis dan konstruksi. Adapun kegiatan-kegiatan dalam analisis data

yaitu:

a. Mengelompokkan dan membuat sistematika dari data-data yang dikumpulkan

sesuai dengan rumusan masalah.

b. Memilih pasal-pasal dari Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan dan peraturan pelaksanaan untuk menganalisis data-data

yang telah dikelompokkan dan sistematika sesuai rumusan masalah tersebut.

c. Kemudian data dianalisis secara hukum dengan metode induktif. Metode

induktif yaitu mempelajari suatu yang bersifat khusus kemudian

dikembangkan manjadi kesimpulan yang bersifat

Page 21: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

5. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007. Serta

untuk penulisan ayat Al-Qur’an dan al-Hadits ditulis satu spasi termasuk

terjemahan Al-Qur’an dan Hadits dalam penulisannya diketik 1 spasi meskipun

kurang dari enam baris dan penulisan skripsi ini menggunakan ejaan yang

disempurnakan (EYD), kecuali nama pengarang, daftar pustaka ditulis di awal.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika skripsi ini kurang lebih penulis uraikan sebagai berikut:

Bab Pertama membahas tentang Pendahuluan yang berisi Tentang Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Kajian Terdahulu, Metodelogi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab Kedua Mengenai Itsbat Nikah dalam Prespektif Hukum Islam yang

meliputi: Pengertian Nikah dan Itsbat Nikah, Dasar Hukum Itsbat Nikah, Akibat

Hukum dari Itsbat Nikah, Hubungan Itsbat Nikah dengan Pencatatan Perkawinan.

Page 22: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Bab Ketiga Mengenai Prosedur Mengajukan Itsbat Nikah yang meliputi:

Alasan-alasan Permohonan Itsbat Nikah, Nikah yang Dapat Diitsbatkan, Syarat dan

Prosedur Itsbat Nikah.

Bab Keempat Menguraikan Implikasi Itsbat Nikah Terhadap Hak perempuan

yaitu Keberpihakan Hukum Terhadap Hak Perempuan, Itsbat Nikah dan Posisi

Perempuan dalam Pernikahan.

Bab Kelima ini Merupakan Bab Penutup yang terdiri dari; Kesimpulan dan

Saran-saran.

Page 23: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

BAB II

ITSBAT NIKAH DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengertian Nikah dan Itsbat Nikah

Perkawinan dalam ilmu Fiqh menggunakan kata nikah yang

berasal dari bahasa arab “ ��� ” atau “ ���� ”yang berarti kawin atau

mengawini.16

Sedangkan kata nikah berarti “ Ikatan lahir batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang

Maha Esa.17

Sedangkan menurut Ulama Fiqih nikah adalah Akad yang

membolehkan terjadinya istimna (persetubuhan) dengan seorang wanita, atau

melakukan wat’i, dan berkumpul selama wanita tersebut bukan wanita yang

diharamkan baik dengan sebab keturunan atau sepersusuan.18

Nikah suatu

ikatan keagamaan yang dianjurkan syara’.19

Masalah dalam kaitan dengan pernikahan (perkawinan) kita juga bisa

lihat peraturan perundang-undangan yang berlaku di indonesia dalam kaitan ini

Undang-undang R.I No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan instruksi

16 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1997), h. 1461.

17 Abdul Ghani Abdullah, Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama,

(Jakarta: Intermasa, 1991), h. 187.

18 Wahbah al -Zuhaily, al Fiqh al Islami wa al Adillatuhu, (Damsyiq, Dar Fikr, 1998), h. 29.

19 Teungku M. Hasbi Ash Shiddieqiy, Hukum-hukum Fiqh Islam: Tinjauan Antar Mazhab,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), cet ke-2, h. 222.

Page 24: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang

merumuskan “Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.20

Al-Qur’an menggambarkan perkawinan atau pernikahan sebagai

hubungan yang dalam dan kuat. Suami istri harus bergaul dengan baik dalam

rumah tangga. Islam benar-benar menghalalkan pernikahan, karena ia

merupakan perlindungan dari keburukan seksual, pernikahan juga berfungsi

kesinambungan umat manusia. Pernikahan harus dipublikasikan agar diketahui

oleh masyarakat banyak, hal ini di maksudkan untuk menghindari kecurigaan

dan fitnah. Seluruh makhluk di dunia ini diciptakan berpasang-pasangan, dan

hal ini telah menjadi tanda atas kekuasaannya kehendak tuhan, sesuai hubungan

antara pria dan wanita merupakan pelaksanaan kehendaknya.21

Itsbat nikah merupakan gabungan dari dua kalimat yakni itsbat dan

nikah. Itsbat merupakan kata masdar yang terambil dari kata ��� - ���� - ا

�� .yang mempunyai makna penetapan atau pembuktian ا22

20 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam,

bandung: Citra Umbara, 2007. h. 2.

21 Abdul Wahab Bauhdiba, Sexuality In Islam. Yogyakarta, 2004, Cet. Pertama, h. 54.

22 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawir Arab-Indonesi., h. 147.

Page 25: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Dari dua kalimat di atas dapat digabungkan bahwa itsbat nikah adalah

penetapan oleh pengadilan agama atas ikatan atau akad yang membolehkan

terjadinya hubungan suami istri, sebagaimana yang dirumuskan dalam kamus

besar bahasa indonesia bahwa, itsbat nikah adalah penetapan tentang kebenaran

(keabsahan) nikah. Singkatnya itsbat nikah adalah penetapan oleh pengadilan

atas perkawinan yang sah, tetapi tidak mempunyai akta nikah.23

B. Dasar Hukum Itsbat Nikah

Itsbat nikah berasal dari bahasa arab ( ا ��ت ) yang merupakan masdar

dari kata �� ,yang mempunyai makna penetapan ا ��- ���� - ا

penentuan atau pembuktian. Yang dimaksud dengan itsbat nikah adalah suatu

penetapan, penentuan, pembuktian atau pengabsahan Pengadilan terhadap

pernikahan yang telah dilakukan karena alasan-alasan tertentu.24

Yang menjadi dasar hukum dari itsbat nikah adalah Bab XIII Pasal 64

ketentuan peralihan Undang-undang perkawinan yaitu untuk perkawinan dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang terjadi sebelum

undang-undang ini berlaku yang dijalankan menurut peraturan lama

23 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka,1999).

24 Yayan Sofyan, “Itsbat Nikah Bagi Perkawinan Yang Tidak Dicatat Setelah Diberlakukan

UU No. 1 Tahun 1974 Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan”, Ahkam IV, no. 8 (2002): h. 75.

Page 26: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

adalah sah. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Buku 1 Pasal 7,

yang terkandung dalam pasal 64 undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974

Tentang perkawinan tersebut dikualifikasikan sebagai upaya hukum yang

disebut dengan “itsbat nikah”.25

Seperti dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 7 ayat 1 dan 2

menyebutkan:

1. Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuktikan

dengan akta nikah yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah.

2. Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat

diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.26

C. Akibat Hukum Itsbat Nikah

Setelah dikabulkannya itsbat nikah, maka yang berkepentingan akan

mendapatkan bukti otentik tentang pernikahannya yang bisa dijadikan sebagai

dasar untuk menyelesaikan persoalan di Pengadilan Agama nantinya. Dengan

demikian pencatatan pernikahan merupakan persyaratan formil sahnya

perkawinan, persyaratan formil ini bersifat prosedural dan administratif. Isbat

25 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal: 64, h. 25.

26 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 7 ayat 3, h. 229.

Page 27: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

nikah punya implikasi memberi jaminan lebih konkret secara hukum atas hak

anak dan perempuan jika pasangan suami-istri bercerai.27

Dengan adanya pencatatan perkawinan maka eksistensi perkawinan

dianggap syah apabila telah memenuhi dua syarat, yaitu:

1) Telah memenuhi ketentuan hukum materil. Yaitu telah dilakukan dengan

memenuhi syarat dan rukun menurut hukum islam

2) Telah memenuhi ketentuan hukum formil yaitu telah dicatatkan pada

pegawai pencatat nikah yang berwenang.

Sebaliknya perkawinan yang tidak tercatatkan dan tidak pula dimintakan

itsbat nikahnya maka kedudukan perkawinan itu adalah:

1) Tidak mempunyai kekuatan hukum karena dianggap tidak pernah ada

perkawinan sehingga tidak menimbulkan akibat hukum.

2) Tidak dapat dijadikan alasan untuk membatalkan perkawinan yang baru

sebagaimana diatur dalam pasal 24 undang-undang No. 1 Tahun 1974

Tentang perkawinan yaitu “Barang siapa karena perkawinan masih teirkat

dirinya dengan salah satu dari kedua belah pihak dan atas dasar masih

adanya perkawinan dapat mengajukan pembatalan perkawinan yang baru,

dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 3 ayat (2) dan pasal 4 undang-

undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ini.

27 Kompas Cetak, Isbat Nikah Upaya Menjamin Hak Anak dan Perempuan, artikel ini diakses

pada tanggal 12 Juni 2008 dari http://64.203.kompascetak/0609/18/swara/2950477htm.

Page 28: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

3) Tidak dapat dijadikan dasar hukum menjatuhkan pidana berdasarkan

ketentuan pasal 219 KUHP (kitab undang-undang hukum perdata).

4) Tidak dapat dijadikan dasar untuk menuntut hak oleh pihak wanita sebagai

istri dan juga anak-anaknya.28

D. Hubungan Itsbat Nikah Dengan Pencatatan Perkawinan

Pencatatan Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban

perkawinan dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui

perundang-undangan perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, untuk

melindungi martabat dan kesucian perkawinan, dan lebih khusus lagi bagi

perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Melalui pencatatan perkawinan

yang dibuktikan dengan akta nikah yang masing-masing suami istri mendapat

salinannya, apabila terjadi perselisihan atau percekcokan diantara mereka, atau

salah satu tidak bertanggung jawab, maka yang lain dapat melakukan upaya

hukum guna mempertahankan atau memperoleh hak-hak masing-masing.

Karena dengan akta tersebut, memiliki bukti otentik perbuatan hukum yang

telah mereka lakukan. Di dalam kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 3

28 Ahmad Mukti Arto, Masalah Pencatatan Perkawinan dan Sahnya Perkawinan, Mimbar

Hukum No. 26 Tahun IVV (Mei-Juni, 1996), h. 51-52.

Page 29: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

dijelaskan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah

tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.29

Oleh karena itu untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah dan

rahmah setiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku, sebagaimana disebutkan di dalam Kompilasi Hukum Islam

tentang pencatatan perkawinan, menjelaskan dalam pasal 5 yaitu:

Pasal 5 ayat (1): Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat

islam setiap perkawinan harus dicatat.

Pasal 5 ayat (2): pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan

oleh pegawai pencatat nikah sebagaimana yang diatur dalam undang-undang

No. 22 tahun1946 jo dan Undang-undang No. 32 tahun 1954 tentang penetapan

berlakunya undang-undang Republik Indonesia tanggal 21 november No. 22

tahun 1946 tentang pencatatan nikah, talak, dan rujuk di seluruh daerah luar

jawa dan madura.30

Tehnik pelaksanaannya, dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam

(KHI) pasal 6 yang menyebutkan :

1. Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus

dilangsungkan dihadapan dan dibawah pegawai pencatat nikah

29 Ahmad Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet. V,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 251-252. 30 Kompilasi Hukum Islam, Pasal: 5, h. 229.

Page 30: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

2. Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak

mempunyai kekuatan hukum.31

Secara rinci peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang

pelaksanaan undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Bab II

pasal 2 menjelaskan tentang :

1. Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya

menurut agama islam, dilakukan oleh pegawai pencatat sebagaimana

dimaksudkan dalam undang-undang No. 32 Tahun 1954 tentang pencatatan,

nikah, talak, dan rujuk.

2. Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya

menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain agama islam, dilakukan

oleh pegawai pencatat perkawinan pada kantor catatan sipil sebagaimana

dimaksud dalam berbagai perundang-perundangan mengenai pencatatan

perkawinan.

3. Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang khusus berlaku bagi tata

cara pencatatan perkawinan berdasarkan berbagai peraturan yang berlaku, tata

cara pencatatan perkawinan dilakukan sebagaimana ditentukan dalam pasal 3

Peraturan Pemerintah sampai dengan pasal 9 Peraturan Pemerintah PP No. 9

31Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.

Ke-1, h. 109.

Page 31: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan ini.32

Dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

pelaksanaan undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

menjelaskan:

1. Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan

kehendaknya itu kepada Pegawai Pencatat di tempat perkawinan yang akan

dilangsungkan.

2. Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 10

(sepuluh) hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.

3. Pengecualian terhadap waktu tersebut dalam ayat (2) disebabkan suatu alasan

yang penting, diberikan oleh camat atas nama bupati kepala daerah.33

Tata cara pemberitahuan rencana perkawinan dapat dilakukan secara

lisan atau tertulis oleh calon mempelai atau oleh orang tua atau wakilnya (pasal

4 Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-

undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan) adapun hal-hal yang

diberitahukan meliputi: Nama, Umur, agama atau kepercayaan, pekerjaan,

tempat kediaman calon mempelai, dan apabila salah seorang atau keduanya

pernah kawin, disebutkan juga nama istri atau suami terdahulu (pasal 5

32 Abdul Ghani Abdullah, Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama,

h. 32.

33 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, Pasal: 3, h. 42.

Page 32: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-

undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Dengan adanya pemberitahuan

ini, kemungkinan terjadinya pemalsuan atau penyimpangan identitas dapat di

hindari. 34

Tindakan yang harus diambil oleh Pegawai Pencatat nikah setelah

menerima pemberitauan, diatur dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang

perkawinan sebagai berikut:

1. Pegawai Pencatat yang menerima pemberitahuan kehendak melangsungkan

perkawinan meneliti apakah syarat-syarat perkawinan telah dipenuhi dan

apakah tidak terdapat halangan perkawinan menurut undang-undang.

2. Selain penelitian terhadap hal sebagai dimaksud dalam ayat (1) pegawai

pencatat meliputi pula:

a. Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai dalam hal

tidak ada akta kelahiran atau surat kenal lahir, dapat dipergunakan surat

keterangan yang menyatakan umur dan asal-usul calon mempelai yang

diberikan oleh kepala desa atau yang setingkat dengan itu.

b. Keterangan mengenai nama, agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat

tinggal orang tua calon mempelai.

34 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, h. 112-114.

Page 33: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

c. Izin tertulis atau izin Pengadilan sebagai dimaksud pasal 6 ayat (2), (3),

(4) dan (5) undang-undang, apabila salah seorang calon mempelai atau

keduanya belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun.

d. Izin pengadilan sebagai dimaksud pasal 4 undang-undang, dalam hal

calon mempelai adalah seorang suami yang masih mempunyai istri.

e. Dispensasi pengadilan/pejabat sebagai dimaksud pasal 7 ayat (2)

undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

f. Surat kematian istri atau suami yang terdahulu atau dalam hal perceraian

surat keterangan perceraian, bagi perkawinan untuk kedua kalinya atau

lebih.

g. Izin tertulis dan pejabat yang ditunjuk oleh Menteri HANKAM atau

PANGAB, apabila salah seorang anggota calon mempelai atau keduanya

anggota Angkatan Bersenjata.

h. Surat kuasa otentik atau diawah tangan yang disahkan oleh Pegawai

Pencatat nikah, apabila salah seorang calon mempelai atau keduanya

tidak dapat hadir sendiri karena sesuatu alasan yang penting, sehingga

mewakilkan kepada orang lain.35

Ketentuan dalam klausul Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 6 ayat (1)

dan (2) di atas memberi manfaat, Pertama: memelihara ketertiban hukum yang

menyangkut kompetensi relatif, kewilayahan dari pegawai pencatat nikah.

35 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, Pasal: 6, h. 43.

Page 34: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Kedua: menghindari terjadinya pemalsuan atau penyimpangan hukum lainnya,

seperti : identitas calon mempelai dan status perkawinan mereka. Penelitian

pegawai pencatat nikah juga bermaksud untuk meneliti status perkawinan

seseorang baik calon suami atau calon istri oleh karena itu, jika diperlukan

calon mempelai melampirkan surat-surat yang telah disebutkan diatas.36

Mengingat kesadaran masyarakat yang menjadi subyek hukum tidak

sama, mungkin karena tidak tahu atau karena hal lain, sehingga ketentuan-

ketentuan tersebut di atas belum dapat berjalan dengan baik, peraturan

perundang-undangan memberi alternatif atau kelanggaran kepada pihak-pihak

karena suatu hal harus segera melangsungkan perkawinan. Yaitu mengajukan

izin tertulis, izin pengadilan, apabila salah seorang calon mempelai atau

keduanya belum mencapai umur 21 tahun.37

Apabila suatu kehidupan suami istri berlangsung tanpa akta nikah

karena adanya sesuatu sebab, Kompilasi Hukum Islam (KHI) membuka

kesempatan kepada mereka untuk mengajukan permohonan itsbat nikah

(penetapan nikah) kepada Pengadilan Agama sehingga bersangkutan

mempunyai kekuatan hukum dalam ikatan perkawinannya. Dalam pasal 7

Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengungkapkan sebagai berikut:

1. Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh

pegawai pencatat nikah.

36 Kompilasi Hukum Islam, Pasal: 7, h. 15.

37 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, h. 113.

Page 35: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

2. Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat

diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.

3. Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan:

a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian.

b. Hilangnya Akta Nikah.

c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat

perkawinan.

d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya undang-undang

No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai

halangan perkawinan menurut undang-undang No. 1 Tahun 1974

tentang perkwinan.

4. Yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami istri, anak-

anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan

itu.38

Pencatatan perkawinan dan aktanya, merupakan suatu hal yang sangat

penting, dalam Al-Qur’an masalah hutang piutang Allah menganjurkan kepada

kita untuk mencatatkan seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 282:

��������� �� ������ ���������� ����� �� ����!�"

38 Kompilasi Hukum Islam, Pasal: 7, h. 229.

Page 36: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

#$% �!�& �'()�� *+�,�- ./012�� (�4567���8

9 :;<=�>%*�� ?@�=��BC& 4:�"�D7 E#F!�G%*���& 9 D/�� HI8�� J:�"�⌧L

M�- 1:5<=� ��☺D7 O�☺�:� P��� 9 :;6R�>8:�8

S+�:F☺�T%*�� U������ �O%>(:� .V��%*�� SVC;�>%*�� ���� WOC&�.

)282:ا����ة (

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaknya seorang penulis di antara kamu menuliskannya

dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana

Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang

berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia

bertakwa kepada Allah Tuhannya” (Al-Baqarah: 2/282).

Para pemikir islam (Faqih) dahulu tidak ada yang menjadikan dasar

pertimbangan dalam perkawinan mengenai pencatatan ada aktanya, sehingga

mereka menganggap hal itu tidak penting. Namun, bila diperhatikan

pertimbangan ilmu hukum saat ini pencatatan perkawinan dan aktanya

mempunyai kemaslahatan serta sejalan dengan kaidah Fiqh:

��,��� ا� +$*( م��'م %$درء ا� ��

”Menolak kemudhoratan lebih didahulukan dari pada memperoleh

kemaslahatan ”.39

39Ahmad Sudirman Abbas, Qawa’id Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqih, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya dengan Anglo Media, 2004), Cet Ke-1, h. 148.

Page 37: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Dengan demikian, pelaksanaan Peraturan Pemerintah yang mengatur

tentang pencatatan dan pembuktian perkawinan dengan akta nikah merupakan

tuntutan dari perkembangan hukum dan mewujudkan kemaslahatan umum di

Negara Republik Indonsia.40

Dan Usaha ini dimaksudkan agar setiap pihak

dapat mengerti dan menyadari betapa pentingnya nilai ketertiban dan keadilan

dalam perkawinan yang menjadi pilar tegaknya kehidupan berumah tangga.

Menurut ahmad Rofiq pencatatan perkawinan merupakan syarat

administratif perkawinan. Tetapi walaupun hanya sebagai suatu kewajiban

administratif saja, ia mempunyai cakupan manfaat yang sangat besar bagi

kepentingan dan kelangsungan suatu perkawinan. Manfaat dari pencatatan

perkawinan ini adalah:

Pertama: Manfaat yang bersifat preventif yaitu untuk menanggulangi

agar tidak terjadi kekurangan atau penyimpangan rukun dan syarat-syarat

perkawinan baik menurut agama dan kepercayaannya ataupun menurut

perundang-undangan yang berlaku di indonesia. Dengan ini dapat dihindari

pelanggar terhadap kompetensi relatif pegawai pencatat perkawinan. Atau

menghindari terjadinya pemalsuan (penyimpangan hukum), seperti identitas

calon mempelai, status perkawinan, perbedaan agama dan usia calon mempelai

tersebut.41

40 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) Cet. Ke-

1, h. 29-30. 41 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, h. 111-112.

Page 38: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Kedua: Manfaat akta nikah yang bersifat refresif yaitu bagi suami istri

yang karena sesuatu perkawinannya tidak dibuktikan dengan akta nikah,

Kompilasi Hukum Islam membuka kesempatan kepada mereka untuk

mengajukan permohonan itsbat nikah (penetapan) kepada Pengadilan Agama,

pencatatan inilah disebut sebagai tindakan refresif, yang dimaksudkan untuk

membentuk masyarakat, agar didalam melangsungkan perkawinan tidak hanya

mementingkan aspek-aspek hukum fiqh saja, tetapi aspek-aspek

keperdataannya juga perlu diperhatikan secara seimbang.42

Dalam pembahasan diatas tampaklah hubungan itsbat nikah dengan

pencatatan perkawinan. Dimana esensi dari itsbat nikah itu sendiri adalah

pencatatan perkawinan. Dengan tercatatnya suatu perkawinan, maka pihak yang

bersangkutan akan mendapatkan bukti otentik, telah terjadinya perkawinan

tersebut yang berwujud dalam bentuk akta nikah, maka bagi yangbelum

mendapatkan dapat dimintakan itsbat nikah (Pengesahan Nikah).

42 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, h. 117.

Page 39: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

BAB III

HAK PEREMPUAN DALAM PERKAWINAN MENURUT UNDANG-

UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

A. Keberpihakan Hukum Terhadap Kaum Perempuan

Selama abad ke-19 sejarah hukum cenderung merupakan pencatatan

peningkatan pengakuan hak-hak pribadi yang seringkali dianggap hakiki dan

mutlak. Untuk abad ke-20 sejarah itu dirombak dengan cara menetapkan

kerangka dasar lain yang memperhatikan pengakuan yang lebih luas terhadap

kebutuhan, permintaan, maupun kepentingan-kepentingan sosial.43

Kepentingan merupakan suatu keinginan atau permintaan yang ingin

dipenuhi manusia, baik secara pribadi maupun melalui hubungan antar-pribadi,

atau melalui kelompok. Menurut Roscoe Pound seseorang ahli hukum dari

Amerika dan mantan dekan Harvard Law School, pound beranggapan keadilan

dapat dilaksanakan menurut maupun tanpa hukum. Keadilan menurut hukum

bersifat yudisial, sedangkan keadilan tanpa hukum mempunyai ciri

administratif. Di satu sisi hukum memang bisa digunakan sebagai acuan yang

paling adil dan paling mengayomi, namun pihak lain, janganlah diabaikan

bahwa hukum juga bisa digunakan sebagai alat untuk mendefinisikan kekuasaan

43 Soejono, Soekanto, Prespektif Sosiologis Studi Hukum dan Masyarakat, (Jakarta:

Rajawali, 1985), h. 30.

Page 40: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

dan kepentingan, dan tentunya akan ada pihak menjadi korban dari hukum yang

tidak adil.44

Sifat hakiki dari hukum adalah kepastian dan formal keadilan menuntut

bahwa hukum berlaku umum, dalam arti materi hukum dituntut agar sesuai

dengan mungkin dengan cita-cita keadilan dalam masyarakat. Bagaimana

menentukan apakah hukum itu adil atau tidak, perlu kita perhatikan bahwa kita

bergerak di tingkat faktual Oleh karena itu, tuntutan keadilan dapat

diterjemahkan bahwa hukum harus sesuai mungkin dengan cita-cita keadilan

masyarakat yang bersangkutan. Jika keadilan dapat dilaksanakan dengan

maupun tanpa hukum asalkan ada keseimbangan antara kepentingan umum dan

kepentingan pribadi. Salah satu bentuk ketidakadilan yang menimpa laki-laki

dan perempuan adalah ketiadakadilan jender.45

Uraian di atas dapat memberi sedikit gambaran bahwa masalah keadilan

tidak mudah untuk dirumuskan apalagi kalau dikaitkan dengan hubungan antara

laki-laki dan perempuan. Dalam lapangan hukum yang berbeda atau dalam

kondisi tempat atau waktu yang berlainan, dalam hubungan laki-laki dan

perempuan justru mengakibatkan ketidakadilan bagi perempuan. Rumusan

keadilan ulpianus seorang pakar hukum klasik berpendapat lebih sesuai untuk

diterapkan pada hubungan antara laki-laki dan perempuan karena harus

44 Sulistyowati, Irianto, Perempuan dan Hukum Menuju Hukum Yang Berprespektif

Kesetaraan dan Keadilan, (Jakarta: Universitas Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 45 Agnes Widanti, Hukum Berkeadilan Jender, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2005),

Cet. 1. h. 59.

Page 41: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

memenuhi tiga unsur yaitu; (1) sikap batin dan perilaku yang sesuai dengan

kesusilaan, (2) tidak merugikan orang lain secara sewenang-wenang, (3)

memberikan pada semua orang bagiannya.46

Indonesia mendukung Undang-undang atau pun peraturan-peratuan yang

berpihak pada kaum perempuan, baik di tingkat nasional maupun internasional.

“Undang-undang tersebut sangat penting untuk meningkatkan harkat dan

martabat kaum perempuan, serta melindungi mereka dari kekerasan”, adanya

Undang-undang anti kekerasan dalam rumah tangga tersebut merupakan upaya

memberi perlindungan bagi kaum perempuan dan anak-anak hingga dalam

urusan domestik suatu keluarga, Namun Perlindungan hukum terhadap wanita

dalam sistem hukum nasional belum begitu menggembirakan. Kita masih dapat

melihat adanya peraturan perundang-undangan yang menempatkan wanita

sebagai subordinasi dari pria. Salah satunya adalah peraturan perundang-

undangan di bidang perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Sebuah

kebijakan termasuk di dalamnya hukum dan peraturan perundang-undangan

dikeluarkan adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat, bukan untuk

kepentingan golongan tertentu.47

Dalam masyarakat di mana terdapat nilai-nilai kultural perempuan

mencerminkan ketidakadilan jender akan sangat berpengaruh hukum. Substansi

46 Agnes Widanti, Hukum Berkeadilan Jender, h. 56.

47 “Perlindungan Hukum Bagi Perempuan dalam Perkawinan”, artikel ini diakses pada 17 Juli

2009 dari http://wap.fajar.co.id/index.php.

Page 42: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

hukum di indonesia juga mendukung dan memperkuat jender. Acuan pertama

untuk menyatakan bahwa indonesia telah menganut dan menerapkan asas

persamaan antara laki-laki dan perempuan adalah pasal 27 Undang-undang

dasar 1945 tentang amandemen (ayat 1) yang meletakkan hak-hak dasar bahwa:

“Setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintah

itu dengan tidak ada kecualinya”. Atas dasar pasal tersebut indonesia telah

meratifikasi beberapa konvensi internasional yang bertujuan untuk menghapus

diskriminasi dan meningkatkan status perempuan.48

Terutama mengingat bahwa isi Konvensi Wanita memuat hak-hak

Perempuan yang harus dipenuhi agar tindak diskriminasi terhadap perempuan

disemua bidang kehidupan dapat dihapus, seperti dalam pasal 16 konvensi

penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan tentang kesetaraan

dalam perkawinan dan hubungan keluarga pasal 15 ayat (1) Negara-negara

pihak wajib memberikan kepada perempuan persamaan hak dengan laki-laki di

muka hukum. (2) Negara-negara pihak wajib memberikan kepada perempuan,

dalam hal sipil, kecakapan hukum yang sama dengan laki-laki dan kesempatan

yang sama untuk menggunakan kecakapan tersebut. Secara khusus, negara

harus memberikan kepada perempuan persamaan hak untuk mengikat kontrak

dan untuk mengelola kepemilikan dan wajib memberi perlakuan yang sama

48 Agnes Widanti, Hukum berkeadilan Jender, h. 18.

Page 43: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

kepada laki-laki dan perempuan di semua tingkat prosedur di muka hakim dan

peradilan. Sesuai Dalam pasal 16 ayat 1 dan ayat 2 yaitu;

1. Negara-negara pihak harus mengambil semua langkah tindakan yang tepat

untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan dalam segala hal yang

berkaitan dengan perkawinan dan hubungan dalam keluarga dan khususnya

harus menjamin, berdasarkan kesetaraan laki-laki dan perempuan;

a) Hak yang sama untuk memasuki jenjang perkawinan

b) Hak yang sama untuk bebas memilih pasangan dan memasuki jenjang

perkawinan hanya dengan persetujuan yang bebas dan penuh darinya.

c) Hak dan tanggung jawab yang sama selama pernikahan dan pada

pemutusan perkawinan.

d) Hak dan tanggung jawab yang sama sebagai orang tua, terlepas dari

status perkawinan mereka, dalam urusan yang berhubungan dengan

anak-anak mereka dalam semua hal kepentingan anak-anak harus

diutamakan.

e) Hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab

mengenai jumlah dan jarak kelahiran anak-anak mereka dan untuk

memperoleh akses, pada informasi, pendidikan dan sarana agar mereka

dapat menggunakan hak tersebut.

f) Hak dan tanggung jawab yang sama dalam hal pemeliharaan, perwalian,

pengasuhan dan pengangkatan anak, atau lembaga-lembaga sejenis di

Page 44: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

mana konsep-konsep ini ada dalam perundang-undangan nasional dalam

semua hal kepentingaan anak wajib diutamakan.49

Sejalan dengan peratifikasian konvensi-konvensi internasional tersebut,

kebebasan pemerintah indonesia pada tahun 1974 tentang perkawinan

melakukan reformasi hukum keluarga (Undang-undang Perkawian No. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan). Tetapi, dalam pasal 2 Undang-undang No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan dikatakan: “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu”. Ini berarti

dalam soal perkawinan perempuan harus tunduk pada hukum agamanya,

sedangkan kawasan hukum agama menyentuh mengenai hak-hak kewarisan,

hak atas kekayaan, pemeliharaan anak, perceraian, pengangkatan anak,

perwalian anak, dan poligami. Jadi, negara memberi persamaan kepada

perempuan, tetapi kalau agama menentukan lain, negara tidak ikut campur.50

Terdapat peraturan perundang-undangan yang tidak responsif dan

terdapat peraturan perundang-undangan yang menjamin kesetaraan dan

keadilan bagi perempuan dan laki-laki, tetapi tidak sedikit peraturan perundang-

undangan, termasuk kebijakan, dan rancangan undang-undang sekalipun, yang

tidak responsif terhadap kepentingan perempuan, malahan berimplikasi

terhadap terjadinya diskriminasi dan ketidakadilan terhadap perempuan. Hal ini

49 Kelompok Kerja convetion Watch, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum untuk

Mewujudkan Keadilan Gender/Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia; edisi III.

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2007), h. 65.

50 Agnes Widanti, Hukum berkeadilan Jender, h. 19.

Page 45: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

menunjukkan bahwa terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang

saling bertentangan satu sama lain, baik secara vertikal maupun horizontal.

Mengenai hierarki peraturan perundang-undangan yang sangat dikenal sarjana

hukum, sebenarnya keadaan ini tidak boleh terjadi. Peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi, apalagi undang-undang dasar. Namun, inilah yang

terjadi di indonesia.51

Padahal Undang-undang dasar 45 Pasal 27 (b) menyebutkan telah

menyatakan kesamaan di muka hukum bagi setiap warga negara, tetapi terdapat

banyak undang-undang sampai peraturan daerah, yang mengandung rumusan

yang berstandar ganda. Contohnya dalam pasal 34 Undang-undang No. 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan mengenai perkawinan memberikan status

kepada suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga,

dengan berbagai implikasinya, terutama bagi perempuan bekerja karena tidak

dianggap sebagai pencari nafkah utama. Kondisi diatas menunjukkan bahwa

hukum sesungguhnya tidak netral (tidak berpihak) dan objektif (secara tepat).

Perbedaan jender sebetulnya tidak menjadi masalah selama tidak

melahirkan ketidakadilan jender. Namun ternyata perbedaan jender baik

melalui mitos-mitos, sosialisasi, kultur, dan kebijakan pemerintah telah

51 Sulistyowati, Irianto, Perempuan dan Hukum Menuju Hukum Yang Berprespektif

Kesetaraan dan Keadilan, (Jakarta: Universitas Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 33.

Page 46: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

melahirkan hukum yang tidak adil bagi perempuan. Sedangkan hukum adalah

pencerminan dari standar nilai yang dianut oleh masyarakat.52

Bias jender dari pemahaman keagamaan ini menyebabkan terjadinya

ketimpangan peran sosial wanita dalam posisi dan interaksinya di masyarakat.

Karena itulah dengan adanya justifikasi teologis tersebut banyak kaum hawa

yang merasa dirinya tidak bisa disejajarkan dengan kaum pria. Kaum pria

dianggap lebih pintar, lebih hebat, dan lebih segalanya. Kalau kaum wanita

meminta sekedar untuk “disejajarkan” kaum pria tidak akan keberatan, namun

akan keberatan bila “didominasi” oleh kaum hawa sebagaimana dalam sistem

matriarchal. Keberatan tersebut kembali didasarkan pada tafsir teologis agama,

bahwa pria adalah pemimpin wanita. Tuntutan kaum hawa untuk mensejajarkan

diri dengan kaum pria bukan berarti ingin “mendominasi” pria sebagaimana

dalam sistem matriachal, melainkan untuk menuntut hak agar bisa diberikan

peran dan kesempatan yang sama dengan pria untuk berkiprah dalam bidang

kemasyarakatan dan pemerintahan.53

B. Hak Perempuan Menurut Undang-Undang Perkawinan

Allah SWT telah memberikan kepada perempuan hak untuk memilih

baik dalam aqidah, pernikahan, dan semua isi kehidupan lainnya. Bahkan

52 Agnes Widanti, Hukum Berkeadilan Jender, h. 20.

53 Hasbi Indra, Potret Wanita Shalehah, (Jakarta: Penamadani, 2004), h. 238.

Page 47: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

perempuan diberikan kebebasan dalam memiliki harta benda. Melakukan

transaksi jual beli, hibah, dan sebagainya. Islam benar-benar menjaga hak-hak

kaum perempuan. Islam menempatkan seorang perempuan sebagai ibu, saudara

perempuan, istri dan anak dan Islam telah menempatkan mereka dalam posisi

yang sangat agung.54

Seorang perempuan muslimah akan selalu bergandeng tangan suaminya

dalam mengarungi bahtera kehidupan dengan saling tolong menolong,

menunjukkan kejalan yang benar. Islam telah mengakhiri perbudakan terhadap

kaum perempuan, secara tidak langsung telah memberikan kesempatan bagi

mereka untuk mendapatkan kembali kehormatan, kemudian memiliki suami

dan anak dalam sebuah keluarga yang utuh. Islam juga telah memberikan hak

untuk meminta talak ketika hal tersebut memang harus dilakukan.55

Karena itu, merupakan hal yang amat penting untuk disadari oleh semua

pihak. Lebih-lebih perempuan sendiri bahwa harkah dan martabat mereka sama

sekali tidaklah berbeda dengan laki-laki. Penekanan ini perlu karena sebagian

kita, laki-laki atau perempuan tidak menyadari hal tersebut dan menduga agama

yang menetapkan adanya perbedaan martabat itu.56

54 Ali Hosein Hakeem, Membela Perempuan Menakar Feminisme dengan Nalar Agama,

(Jakarta, Al-Huda, 2005), h. 44. 55 Ali Hosein Hakeem, Membela Perempuan, h. 44. 56 M. Quraish Shihab, Perempuan, Jakarta:Lentera Hati, h. 108.

Page 48: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Betapapun, kita harus berkata dan yakin bahwa laki-laki dan perempuan

adalah sepasang makhluk Tuhan yang memiliki martabat dan kadar yang sama,

tetapi harus diakui pada bahwa terdapat perbedaan-perbedaan diantara mereka,

melalui perbedaan-perbedaan itu, masing-masing memiliki kemandirian yang

pada akhirnya bertujuan mengantar kepada terciptanya hubungan yang

harmonis diantara keduanya sebagai prasyarat bagi terwujudnya masyarakat

yang penuh kedamaian dan kesejahteraan bagi semua pihak.57

Semua manusia setara dihadapan Allah SWT dan tidak ada pembedaan

yang dibuat antara laki-laki dan perempuan. Manusia karena fitrahnya mampu

mendaki rangkaian gradasi (tingkat-tingkat) kesempurnaan spritual yang

berpuncak pada kedekatan maksimum dihadapan illahi.

Perempuan (pada umumnya) adalah merupakan jenis manusia yang

paling banyak memerlukan perlindungan pada masa-masa yang lalu, dikala

laki-laki menggunakan hak cerai secara semena-mena perempuanlah yang

banyak mengalami penderitaan akibat perceraian semacam ini bukan saja

merupakan pukulan moril bagi perempuan tetapi juga sangat memberatkan

hidupnya. Ia harus mencari nafkah untuk dirinya sendiri, dan tidak jarang juga

nafkah untuk anak-anaknya yang seharinya adalah tanggung jawab si mantan

suami. Pada umumnya perempuan enggan menuntut mantan suaminya untuk

57 M. Quraish Shihab, Perempuan, h. 109.

Page 49: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

membayar nafkah tersebut. Ia lebih suka bersikap diam walaupun dengan

konsekwensi penderitaan.58

Bahwa dalam hukum keluarga islam khususnya dalam pernikahan ada

titik-titik perbedaan aturan hukum berkenaan dengan soal kewajiban antara hak

pria (suami) serta kewajiban dan hak perempuan (istri). Itu bukan perbedaan

yang diproyeksikan untuk melakukan tindakan diskriminatif oleh siapa dan

terhadap siapapun, melainkan harus dipahami semata-mata sebagai pembagian

tugas (job deskription) yang sangat sistematik dan teratur guna mencapai tujuan

dari pelaksanaan akad nikah dan pembentukan rumah tangga yang

dikehendaki.59

Perbedaan biologis hormonal dan patalogis antara perempuan dan laki-

laki melahirkan seperangkat sikap, peran, tanggung jawab, fungsi, hak, dan

perilaku yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan yang mengakibatkan

pembentukan budaya atau lingkungan masyarakat pada tempat manusia itu

tumbuh dan dibesarkan sehingga pembentukan karakter melekat pada diri

perempuan dan laki-laki. Dengan perbedaan anatomi tunuh biologis hormonal

dan patalogis, mengakibatkan perbedaan psikis terhadap psikologi perempuan

dan laki-laki. Dengan kosrat wanita seperti melahirkan, haid, menyusui, maka

banyak keadaan-keadaan labil yang merupakan sifat dari perempuan. Ketika

58 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004, h. 170.

59 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, h. 169.

Page 50: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

haid, emosional perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, ketika melahirkan

banyak waktu-waktu yang tersita untuk mengurusi dirinya dan bayi didalam

kandung. Pada dasarnya peran untuk meraih prestasi maksimum, tidak ada

pembedaan antara laki-laki dan perempuan.

Karena perempuan memiliki sebuah status khusus. Agar sukses meniti

langkah dijalan ilahiah yang dianutkan, ia harus menampilkan dirinya dalam

suatu cara yang membuatnya tidak akan disalahpahami dan dilecehkan oleh

kaum laki-laki.60

Dalam pasal 31 undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang

perkawinan menyatakan: Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak

dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup

bersama dalam masyarakat, dan masing-masing pihak berhak untuk melakukan

perbuatan hukum dan pihak suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah

tangga.61

Kewajiban perempuan yang telah memiliki suami yaitu kewajiban

utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir dan bathin kepada suami di dalam

batas-batas yang dibenarkan oleh Hukum Islam, dan kewajiban istri juga

60 Ali Hosein Hakeem, Membela Perempuan, h. 276.

61 Kompilasi Hukun Islam, Pasal. 31.

Page 51: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan

sebaik-baiknya.62

62 Kompilasi Hukun Islam, Pasal. 34.

Page 52: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

BAB IV

IMPLIKASI ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK PEREMPUAN

A. Itsbat Nikah Dan Posisi Perempuan Dalam Pernikahan

Perkawinan yang sah telah diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan dalam pasal 2 ayat 1 yang berbunyi: “perkawinan

adalah sah, apabila dilakukan menurut masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu” dihubungkan dalam pasal 2 ayat 2 yaitu: “Tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.63

Sebuah perkawinan akan memiliki kekuatan hukum dimata negara

apabila dilakukan menurut ketentuan yang berlaku di negara ini. Adapun

mengenai keabsahan status perkawinan yang dilaksanakan sebelum berlakunya

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, diatur di dalam

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 64 yang berbunyi:

“Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan

yang terjadi sebelum undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ini

berlaku dijalankan menurut peraturan-peraturan lama adalah sah.64

Dari ketentuan ini maka perkawinan yang ada sebelum undang-undang

ini berlaku adalah sah. Begitu juga masalah itsbat nikah pun tetap sah. Karena

63 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, Pasal 1, h. 2.

64 Abdul Ghani Abdullah, Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama,

(Jakarta: Intermasa, 1991), h. 99.

Page 53: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

itsbat nikah ini sudah ada dan melembaga dalam himpunan penetapan dan

putusan Pengadilan Agama tahun 50-an. Kemudian setelah diundangkannya

Undang-undang No. 7 tahun 1989 yang menggantikan segala landasan hukum

Peradilan Agama, sebenarnya memang lembaga itsbat nikah tidak dimekarkan

tetapi tidak berarti hilang.65

Kelemahan dalam Undang-undang ini kemudian dijelaskan dalam

Kompilasi Hukum Islam pasal 7 ayat (2) yang berbunyi: “Dalam hal

perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan itsbat

nikahnya ke Pengadilan Agama”. Dan pada ayat (3) Berbunyi: Itsbat nikah yang

dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan

dengan itsbat nikah yaitu:

2) Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan:

a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian

b. Hilangnya Akta Nikah

c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan

d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya undang-undang

No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

65 Damsyi Hanan, Permaalahan Istbat Nikah: kajian terhadap pasal 2 uu No. 1/1974 dan

pasal 7 KHI, (Jakarta, Alhikmah & Ditbinbapera,1997), h, 77.

Page 54: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai

halangan perkawinan menurut undang-undang No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan.

3) Yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami istri, anak-

anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan

itu.66

Pemberian mahar merupakan lambang (tanda) kecintaan suami terhadap

istrinya. Kewajiban pemberian mahar yang dibebankan kepada suami dan

bukan kepada istri pada hakekatnya berkaitan dengan realitas sosial bahwa laki-

laki biasanya berinisiatif mengungkapkan perasaan cintanya kepada perempuan

dan meminangnya, bukan sebaliknya. Untuk menegaskan ketulusannya dan

untuk perhatian si perempuan (calon istri), si laki-laki perlu memberikan

sesuatu kepadanya sebagai mahar. Karena perempuan memiliki kecantikan,

kelembutan dan daya tarik tersendiri, menyebabkan laki-laki terpikat hatinya

untuk melamarnya.67

Hukum Islam, pada umumnya mempunyai tujuan “melindungi” wanita,

Hukum Islam memberi batasan yang tepat tentang hak-hak wanita dan

menunjukkan perhatian yang mendalam untuk menjaminnya dalam Al-Qur’an

dan hadits memerintahkan kepada suami untuk memperlakukan istri dengan

66 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 7, h. 16.

67 Hadidjah dan La jamaa, Hukum Islam & Undang-undang Anti Kekerasan Dalam Rumah

Tangga, (STAIN: Ambon Press, 20007), h. 71.

Page 55: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

adil, baik dan perhatian. Al-Qur’an dan hadits juga memberi konsepsi yang

lebih bermoral mengenai pernikahan dan menuju untuk mempertinggi

kedudukan perempuan muslimah dengan memberinya hak-hak yuridis sekitar

pernikahan dan kerumahtanggaan dimana pihak istri mutlak berhak memperoleh

mahar (mas kawin) dimana syarat, hak mendapatkan tempat tinggal dan

terutama hak belanja dan hak-hak kesejahteraan kerumahtanggaan lainnya68

Kewajiban suami kepada istrinya setelah dilangsungkan akad

pernikahan adalah memberikan mahar atau sidaq, seperti dalam Al-Qur’an ini:

XYZ[1\�☺%*���� H^�� ����12�_[*�� `/�� �� FY�=(:� ?@XR�[�☺��- � 1:;�L a���

?@�=%>(:b 9 c+�Od-�� @�=�* �c� �����.�� ?@XR�*e�� M�-

����5?R�" @�=�*e��%����& $f�[g\%'h �i?j⌧k ��fg��l12�� 9

��☺�8 �� G;F☺;m�� n�O�& o^qr�� o^Gs�G"�a�8

tuGs�.��,d- �vDw�xj�8 9 D/�� ���Z[�, ?@�=%>(:b ��☺T�8

y5B1zej�" n�O�& L^�� �!G& �vDw�xj⌧l%*�� 9 cM�� ����

M�⌧L �{☺T�:� �|☺Tg=�O ) 24: ا�.-�ء(

Artinya : “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami,

kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum

itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan dihalalkan bagi kamu selain

yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk

dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang Telah kamu nikmati

(campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan

68 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 170.

Page 56: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah Mengapa bagi kamu

terhadap sesuatu yang kamu Telah saling merelakannya, sesudah

menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana”. (Qs. An-Nisa: 24)

Islam telah menetapkan dengan tepat dan pasti bahwa orang laki-laki

mempunyai kelebihan satu derajat diatas perempuan. Ilmu biologi dan psikologi

membuktikan adanya perbedaan kedua jenis tersebut. Islam memperlihatkan

standar yang benar. Kemudian membatasi tugas-tugas kedua jenis itu derajat

mereka sesuai dengan perbedaan keadaannya. Islam telah memperhatikan tiga

perkara dalam menetapkan hak-hak perempuan.69

Pertama: Larangan kepada laki-laki untuk menyalahgunakan wewenang

yang diberikan kepadanya dalam memimpin keluarga dan mengurusi keluarga

dan menjadikannya sebagai alat untuk menganiaya perempuan sehingga

hubungan antara perempuan dan laki-laki seperti pelayan dan tuannya.

Kedua: Semua kesempatan wajib diberikan kepada perempuan untuk

mengembangkan keahlian dan bakatnya yang asli dalam batas-batas tatanan

sosial secara optimal dan melakukan pekerjaan untuk mengembangkan

peradaban dengan cara sebaik-baiknya.

Ketiga: Bagi perempuan mudah untuk mencapai tingkat keberhasilan

dan kemajuan tertinggi. Disamping itu setiap kemajuan dan kesuksesan harus

dicapai dengan tetap sebagai perempuan.

69 Muhammad Ibrahim, Al-Jamal Fiqhul Mar’atil Muslimah. (Jakarta: Pustaka Amani, 1995),

h. 403.

Page 57: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Apa yang telah diberikan Islam kepada perempuan berupa hak-hak

peradaban dan ekonomi yang luas dengan memperlihatkan ketiga perkara ini

secara penuh disamping derajat kemuliaan yang tinggi dan hukum moral adalah

termasuk jaminan yang tetap dan kekal untuk memelihara hak-hak dan

derajatnya ini.70

B. Implikasi Itsbat Nikah Terhadap Perempuan

Sesuai dengan tuntutan perkembangan, dengan berbagai pertimbangan

kemaslahatan, hukum keluarga di Indonesia mengaturnya dalam pencatatan

perkawinan, pentingnya pencatatan pernikahan bagi kehidupan berumah tangga

pada pasangan suami istri, maka pemerintah membuat suatu aturan tentang

pencatatan perkawinan yang bertujuan untuk menciptakan ketertiban

perkawinan di masyarakat dan kepastian hukum ini merupakan suatu upaya

yang diatur dalam perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan

kesucian (Mitsaqon al Gholidhon) perkawinan, dan lebih khusus lagi bagi

perempuan dan anak-anak71

dalam kehidupan rumah tangga.

Melakukan pernikahan sesuai dengan prosedur administrasi pernikahan

yang sah berguna untuk menjamin terpeliharanya hak-hak dan kewajiban para

pihak, baik hak suami, hak istri maupun hak anak. Melalui pencatatan

70 Muhammad Ibrahim, Al-Jamal Fiqhul Mar’atil Muslimah, h. 406

71 Atho Muzhar, Membaca Gelombang Ijtihad antara Tradisi dan Liberelisasi, (Jakarta:Titian

Ilahi Pers, 1998), h. 180.

Page 58: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

pernikahan, suami atau istri akan cenderung lebih bertanggung jawab

menjalankan kewajiban-kewajibannya dalam berumah tangga. Apabila salah

satu suami atau istri tidak bertanggung jawab, maka dengan akta nikah yang

dimilikinya, pihak yang dirugikan dapat melakukan upaya hukum guna

mempertahankan atau memperoleh haknya.72

Dalam pencatatan perkawinan, Perbedaan yang dapat diungkap dari

pandangan Hukum Islam dan hukum positif mengenai kedudukan hukum

pencatatan perkawinan adalah tidak ada, karena keduanya sama-sama

memandang pencatatan perkawinan adalah tidak ada, karena keduanya sama-

sama memandang pencatatan perkawinan sebagai perkara yang wajib dilakukan

oleh pasangan yang hendak menikah.

Sedangkan dalam hal akibat hukumnya terdapat perbedaan antara

keduanya, yaitu bahwa dalam Hukum Islam, pencatatan perkawinan itu tidak

berakibat pada legalitas perkawinan itu sendiri dimata hukum perkawinan yang

tidak dicatatkan dalam pandangan hukum Islam tetap mendapat pengakuan

hukum mengenai telah terjadinya perkawinan tersebut, sepanjang perkawinan

itu memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh hukum agama. Salah

satu wujud pengakuan itu yaitu hubungan seksual antara suami-istri yang

dianggap halal, dan anak keturunannya dinasabkan kepada nasab suami.

72 A. Sutarmadi, Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga,

(Jakarta:Anggaran DOP/DIPA/Non reguler Fakultas Syariah dan Hukum, 2006), h. 1.

Page 59: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Sedangkan akibat hukum pencatatan perkawinan dalam hukum positif

berakibat pada legalitas perkawinan itu sendiri di mata hukum. Dalam

pandangan hukum positif perkawinan yang tidak dicatat dan tidak mendapatkan

pengakuan hukum, karenanya perkawinan itu dianggap tidak pernah terjadi

dimata hukum, walaupun perkawinan tersebut telah dilakukan berdasarkan

ketentuan agama atau kepercayaan yang dianut. Hal ini secara otomatis juga

menyebabkan anak yang dilahirkan dari pernikahan itupun juga diakui oleh

hukum sebagai anak orang tuanya, apalagi anak itu tidak memiliki akta lahir,

karena dalam pembuatan akta lahir diharuskan menyerahkan akta nikah sebagai

bukti adanya perkawinan sebagai sebab adanya anak tersebut.

Perkawinan yang dilakukan di luar peraturan perundang-undang tidak

mempunyai kekuatan hukum status perkawinannya dan harus disahkan

nikahnya di pengadilan agama yaitu dengan itsbat nikah, itsbat nikah yang

dapat diajukan ke pengadilan agama terbatas pada pasal 7 ayat 3, yaitu Adanya

perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian, hilangnya akta nikah,

adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan,

adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya undang-undang

perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, perkawinan yang

dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut

undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Dengan disahkannya

Page 60: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

pernikahan tersebut maka akan memperoleh bukti otentik dan sah dimata

hukum dan negara dalam perwujudan akta nikah.

Menurut pandangan penulis bagi pasangan suami istri yang itsbat

nikahnya diterima oleh pengadilan agama maka perkawinannya mempunyai

kekuatan hukum dan kepastian hukum, seperti dalam kaidah hukum Islam,

apabila perkawinannya itu dicatatkan lewat pencatatan perkawinan dan

membuktikannya dengan akta nikah, sangat jelas mendatangkan maslahat bagi

tegaknya rumah tangga. Dimana esensi dari itsbat nikah itu sendiri adalah

pencatatan perkawinan. Dengan dicatatkannya perkawinan maka pihak tersebut

akan mendapatkan bukti otentik telah terjadinya perkawinan tersebut yang

berwujud dalam bentuk akta nikah.

Sehingga dampaknya anak-anak yang terlahir dari pernikahan itu

mendapatkan hak-haknya, seperti akta kelahiran, yang nantinya dapat

bermanfaat untuk kehidupannya dimasa depan, seperti didaftarkan pada sebuah

sekolahan. Dan bisa mendapatkan hak atas harta gono-gini dan harta warisan,

dan anak akan lebih kuat hubungan hukum terhadap ayah kandungnya.

Dan seorang istri juga dapat kelakuan yang baik dari hukum dengan

status pernikahannya dianggap sah oleh Negara, dan dipandang oleh

masyarakatpun bukan isrti simpanan tetapi istri yang sah dimata hukum Negara,

dan berhak mendapatkan harta gono-gini, harta warisan dari perkawinan yang

Page 61: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

dilakukan dengan mencatatkan pernikahannya lewat pegawai pencatat nikah

yang disingkat (PPN).

Apabila tidak diitsbatkan nikahnya maka pasangan suami istri tidak bisa

melakukan upaya hukum karena itsbat nikah merupakan saluran hukum yang

bisa dipergunakan pasangan suami istri bila terjadi konflik perkawinannya,

serta pernikahan yang tidak dilangsungkan di hadapan pegawai pencatat nikah

atau yang dikenal dengan nikah sirri (dibawah tangan). Sebab dari awal

perkawinan mereka memang dianggap tidak pernah terjadioleh negara karena

tidak dicatatkan. Sebaliknya perceraian yang terjadi yang tidak didepan

pengadilan agama sementara perkawinannya sah secara hukum negara juga

tidak akan membawa dampak hukum, mereka masih dianggap sebagai

pasangan yang sah walaupun menurut agama mereka sudah sah bercerai ketika

syaratnya terpenuhi.

Menurut pandangan penulis, adanya itsbat nikah yang ditolak oleh

hakim karena tidak adanya surat izin poligami dimana ketentuan surat izin

poligami tidak terakomodir dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 7,

namun hakim tidak melihat kemudharatan perempuan dan anak akan

berdampak sangat merugikan bagi perempuan dan anak.

Page 62: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Apabila hal tersebut terjadi, maka pihak yang paling dirugikan adalah

perempuan dan anak dari hasil perkawinan tersebut, implikasi dari itsbat nikah

ditolak terdapat dari segi sosial, hukum, psikologi yaitu:

a. Secara sosial

Jika dilihat dari segi aspek sosial banyaknya perkawinan yang dilakukan

oleh masyarakat dengan melanggar undang-undang perkawinan No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dengan berbagai

alasan seperti halnya perkawinan poligami tanpa izin dan melakukan

perkawinan bawah tangan, sehingga korban dari perkawinan tersebut adalah

anak-anak yang tidak berdosa baik secara sosial maupun psikologinya, antara

lain kurangnya mendapatkan perhatian dari kedua orang tua seperti orang tua

pada umumnya sebuah keluarga yang sakinah mawadah warahman. Pasangan

yang melakukan perkawinan dibawah tangan akan sulit bersosialisasi karena

mereka yang telah melakukan perkawinan bawah tangan sering dianggap telah

tinggal serumah dengan laki-laki tanpa ikatan perkawinan (alias kumpul kebo)

atau dianggap menjadi istri simpanan.

b. Secara hukum

Perempuan tidak dianggap sebagai istri sah, Perempuan tidak berhak

atas nafkah dan warisan dari suami jika ia meninggal dunia, Perempuan tidak

berhak atas harta gono-gini jika terjadi perpisahan, karena secara hukum

perkawinan tersebut dianggap tidak pernah terjadi.

Page 63: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Meski secara agama atau adat istiadat dianggap sah, namun perkawinan

yang dilakukan di luar pengetahuan dan pengawasan pegawai pencatat nikah

tidak memiliki kekuatan hukum dan dianggap tidak sah dimata hukum.73

c. Secara psikologis

Keberadaan akta kelahiran bagi seorang anak akan memiliki arti yang

sangat penting. Apabila anak akan didaftarkan pada sebuah sekolah, maka

syarat utamanya harus disertakan akta lahir. Jika akta lahir tidak ada, anak

tersebut akan kesulitan untuk terdaftar pada sekolah. Oleh karena itu setiap

orang tua harus memiliki kesadaran membuat akta lahir bagi anaknya. Hal lain

yang perlu diperhatikan dengan adanya akta kelahiran adalah pengakuan secara

hukum yang dimiliki oleh orangtua dan anak. Dalam kasus ketika orangtua

terpisah dari anaknya akibat bencana alam misalnya, akta kelahiran akan

membantu orangtua si anak untuk membuktikan kembali bahwa anak yang

terpisah adalah anak mereka.74

Sementara terhadap anak, tidak sahnya perkawinan bawah tangan

menurut hukum negara memiliki dampak negatif bagi status anak yang

dilahirkan di mata hukum, yakni: Status anak yang dilahirkan dianggap sebagai

anak tidak sah. Konsekuensinya, anak hanya mempunyai hubungan perdata

dengan ibu dan keluarga ibu. Artinya, si anak tidak mempunyai hubungan

73 “LBH Apik”. Di akses pada tanggal 20 Juli 2009 dari http://www.lbh-apik.or.id/fact51-bwh

tangan.htm.

74 “Pentingnya Akta Kelahiran Anak”, Di akses pada tangga l 9 Juli 2009 dari

http://www.idlo.int/docNews/256DOC1.pdf.

Page 64: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

hukum terhadap ayahnya (pasal 42 dan pasal 43 Undang-undang Perkawinan

N0. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, pasal 100 Kompilasi Hukum Islam).

Dalam pasal 42 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan yaitu Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau

sebagai akibat perkawinan yang sah. Kemudian pasal 43 yaitu ayat 1) Anak

yang sah dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata

dengan ibunya dan keluarga ibunya. 2) Kedudukan anak tersebut ayat (1) di

atas selanjutnya akan diatur dalam peraturan pemerintah. Dan dalam pasal 100

Kompilasi Hukum Islam (KHI) yaitu anak yang lahir di luar perkawinan hanya

mempunyai hubungan nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.75

Di dalam akta kelahirannyapun statusnya dianggap sebagai anak luar

nikah, sehingga hanya dicantumkan nama ibu yang melahirkannya. Keterangan

berupa status sebagai anak luar nikah dan tidak tercantumnya nama si ayah

akan berdampak sangat mendalam secara sosial dan psikologis bagi si anak dan

ibunya. Ketidakjelasan status si anak di mata hukum, mengakibatkan hubungan

antara ayah dan anak tidak kuat, sehingga bisa saja, suatu waktu ayahnya

menyangkal bahwa anak tersebut adalah anak kandungnya. Yang jelas

merugikan adalah, anak tidak berhak atas biaya kehidupan dan pendidikan,

nafkah dan warisan dari ayahnya.76

75 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, Pasal: 42, h. 17.

76 “Pentingnya Akta Kelahiran Anak”, artikel ini Di akses pada tanggal 9 Juli 2009 dari

http://www.idlo.int/docNews/256DOC1.pdf.

Page 65: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

d. Terhadap anak

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dimana dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak juga

merupakan tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita hidup keluarga

khususnya, dan masyarakat umumnya serta memiliki peran strategis dalam

menjamin kelangsungan kehidupan di masyarakat. Agar setiap anak mampu

memikul tanggung jawab tersebut, maka anak perlu mendapat kesempatan yang

seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik maupun

mental.

Penting juga adanya perlindungan untuk anak serta memberikan jaminan

terhadap pemenuhan hak-haknya yang jauh dari segala bentuk diskriminasi.

Kelahiran seorang anak di tengah-tengah keluarga, tentu akan memberi

kebahagian tersendiri bagi keluarga tersebut. Kehadiran anak sebagai anggota

keluarga yang baru, menjadi bagian dari tanggung jawab orang tua untuk

mendidik anak tersebut menjadi orang yang berguna.

Satu hal paling penting lainnya, yang harus dipikirkan oleh orang tua

setelah kelahiran anaknya adalah membuatkan akta lahir bagi anaknya.

Persoalan ini terkadang sering terlupakan oleh orang tua. Padahal selaku warga

negara, kelahiran seorang anak haruslah tercatat sesuai dengan ketentuan hukum

yang berlaku. Pencatatan ini dilakukan dengan prosedural tertentu dan

diarsipkan dalam lembaran yang dikenal dengan nama Akta Kelahiran. Akta

Page 66: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

kelahiran ini merupakan awal dari pencatatan terhadap diri seseorang di mata

hukum di Indonesia.

Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-undang No. 23 tahun 2006 tentang

administrasi kependudukan disebutkan bahwa setiap kelahiran wajib dilaporkan

oleh penduduk kepada instansi pelaksana di tempat terjadinya peristiwa

kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran. Selanjutnya, Pasal

27 ayat (2) tentang administrasi kependudukan menyebutkan bahwa

berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan

Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta

Kelahiran. Berdasarkan undang-undang tersebut, para orangtua wajib segera

membuat akta kelahiran bagi anak mereka. Hal ini sesuai dengan isi Pasal 5

Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang

menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri

dan status kewarganegaraan.”77

Seharusnya hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib

dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,

pemerintah, dan negara pasal 1 ayat 12 undang-undang tentang perlindungan

anak (UUPA) No. 23 Tahun 2002.78

77 Undang-undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, Pasal 5.

78 Undang-undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, Pasal 1.

Page 67: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

e. Terhadap laki-laki atau suami

Hampir tidak ada dampak mengkhawatirkan atau merugikan bagi diri

laki-laki atau suami yang menikah bawah tangan dengan seorang perempuan.

Yang terjadi justru menguntungkan si suami, karena Suami bebas untuk

menikah lagi, karena perkawinan sebelumnya yang di bawah tangan dianggap

tidak sah dimata hukum Suami bisa berkelit dan menghindar dari kewajibannya

memberikan nafkah baik kepada istri maupun kepada anak-anaknya, Tidak

dipusingkan dengan pembagian harta gono-gini, warisan dan lain-lain.79

Pada prinsipnya permohonan itsbat nikah dilakukan untuk kepentingan

kemaslahatan baik itu untuk istri, suami, ataupun anak. Itsbat nikah juga

merupakan suatu cara untuk melindugi hak-hak perempuan dalam pernikahan.

79 “LBH Apik”. Artikel ini di akses pada tanggal 20 Juli 2009 dari http://www.lbh-

apik.or.id/fact51-bwh tangan.htm.

Page 68: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, maka penulis

menyimpulkan sebagai berikut:

1. Apabila terjadi penolakan itsbat nikah maka implikasi penolakan itsbat nikah

terhadap hak perempuan adalah perempuan sulit untuk mendapatkan hak

atas harta gono-gini jika terjadi perceraian, karena secara hukum perkawinan

tersebut dianggap tidak pernah terjadi, istri juga tidak berhak atas nafkah dan

warisan dari suami, dan jika suami meninggal dunia dan terdapat warisan

maka istri dan anak sulit mendapatkan hak dari harta warisan, dan anak

kesulitan mendapatkan akta kelahiran sebab orang tuanya tidak memiliki

akta nikah dan hak-hak anak sulit atas biaya pendidikan dan kebutuhan si

anak.

2. Bahwa perkawinan yang dilakukan diluar peraturan undang-undang atau

dibawah tangan dapat diitsbatkan di pengadilan agama dengan syarat-syarat

yang sesuai dengan pasal 7 kompilasi hukum islam (KHI) ayat 3,

perkawinan yang dilakukan diluar peraturan undang-undang sama juga

perkawinan yang tidak tercatat tidak mempunyai kepastian hukum dan

kekuatan hukum, sesuai pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974

Page 69: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Tentang Perkawinan, yang intinya perkawinan itu sah apabila dilakukan

menurut hukum agama dan kepercayaan masing-masing dan perkawinan

harus dicatat menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku

diindonesia yaitu undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

pasal 2, Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 5 dan 6, dan peraturan

pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang no.

1 Tahun 1974 tentang perkawinan dalam pasal 2.

3. Kedudukan perkawinan yang tidak bisa diitsbatkan tidak mempunyai

kekuatan hukum sehingga suatu saat bila didatangkan masalah maka

pasangan suami istri tidak dapat melakukan upaya hukum. yang tidak bisa

diitsbatkan karena melanggar undang-undang dan tidak sesuai dengan

ketentuan peraturan undang-undang. Dalam pasal 7 ayat 1 Kompilasi

Hukum Islam (KHI), Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah

yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah dan dalam ayat 2 dijelaskan dalam

hal perkawinan tidak dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan itsbat

nikahnya ke pengadilan Agama, dan untuk mengajukan itsbat nikah di

Pengadilan Agama terdapat batasan-batasan sebagaimana ditegaskan pasal 7

ayat 3 Kompilasai Hukum Islam (KHI).

B. Saran-saran

Untuk Mengakhiri tulisan ini, penulis ajukan beberapa saran sebagai

berikut:

Page 70: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

1. Bagi pasangan yang ingin melakukan perkawinan hendaklah mencatat

perkawinannya. untuk mewujudkan ketertiban perkawinan dalam

masyarakat dan melindugi hak-hak pasangan suami istri, baik administrasi

maupun tertib nasab.

2. Kepada penegak keadilan atau hakim, dan kepala pelaksana petugas

pencatatan nikah atau Kantor Urusan Agama (KUA) disarankan untuk perlu

mensosialisasikan Undang-undang Tentang perkawinan pada masyarakat

melalui seminar dan penyuluhan, agar tidak terjadi perkawinan dibawah

tangan melalui khatib, dan ceramah.

3. Kajian ini tentang itsbat nikah (Pengesahan nikah) diharapkan dapat

dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran mulai dari tingkat Madrasah

Tsanawiyah (SMP) hingga Madrasah Aliyah (SMA). Dengan demikian

seputar itsbat nikah (Pengesahan nikah) dapat dipahami masarakat sejak

dini.

Page 71: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemah

A. Sutarmadi, Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga,

(Jakarta:Anggaran DOP/DIPA/Non reguler Fakultas Syariah dan Hukum,

2006)

Abbas, Ahmad Sudirman. Qawa’id Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqih, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya denga Anglo Media, 2004.

Abdul Wahab Bauhdiba, Sexuality In Islam. Yogyakarta, 2004, Cet. Pertama, h. 54.

Abdullah, Gahani, Abdul, Dr., Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan

Pengadilan Agama, Jakarta: Internusa, 1991.

Ali, Zainuddin. “Hukum Perdata Islam Di Indonesia”. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Ibrahim, Muhammad, Fiqhul Mar’atil Muslimah, Jakarta: Pustaka Amani , 1995.

Arto, A Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1996.

____________, Masalah Pencatatan Perkawinan dan Sahnya Perkawinan, Mimbar

Hukum No. 26 Tahun IVV (Mei-Juni, 1996).

Az-Zuhaily, Wahba. al Fiqh al Islami Wa Adillatuhu, Damsiq: Dar al Fikr,. 1989:

Mizan, 1999.

Convention Watch, Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia. Hak

Azasi Perempuan Instrumen Hukum Untuk Mewujudkan Keadilan Gender.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1999

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam,

1998.

“Dampak Perkawinan dibawah Tangan” artikel ini di akses pada tanggal 7 Juli 2009

dari http://wap.indosiar.com/berita-3.asp?id=21434&idjenis=6.

Di akses pada tanggal 17 Juni 2009 dari http://nasevi.blogspot.com/2009

0401archive. html

Faouziyah, Ulfah, “Itsbat Nikah dan Proses Penyelesaiannya di Pengadilan Agama

(Studi analisis Jakarta Timur)”, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Hadidjah, dan La jamaa. Hukum Islam & Undang-undang Anti kekerasan dalam

Rumah Tangga, STAIN Ambon Press, 2007, Cet. 1.

Hanan, Damsyi, Permasalahan Itsbat Nikah, Kajian terhadap pasal 2 UU No. 1

Tahun 1974 dan Pasal 7 KHI, Mimbar Hukum, No. 31. Jakarta: Alhikmah &

Ditbinbapera, 1997.

Page 72: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Hakeem, Hosein, Ali, Membela Perempuan Menakar Feminisme dengan Nalar

Agama, Jakarta: Al-Huda, 2005

Indra, Hasbi, Dr, MA, dkk, Potret Wanita Shalehah, Jakarta: Penamadani, cet. II,

2004.

Imroah, “Analisa Penetapan Hakim No. 74/P2/1990/PA. Sumber Cirebon Tentang

Pengesahan perkawinan (Itsbat nikah) yang dilaksanakan malalui kawin

gantung di PA Sumber Cirebon”. Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Irianto, Sulistyowati, Perempuan dan Hukum Menuju Hukum Yang berprespektif

Kesetaraan dan Keadilan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Universitas

Indoensia , 2006)

Kelompok Kerja convetion Watch, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum untuk

Mewujudkan Keadilan Gender/Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas

Indonesia; edisi III. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2007.

LBH Apik. Di akses pada tanggal 20 Juli 2009 dari http://www.lbh-apik.or.id/fact51-

bwh tangan.htm

M. Hasbi Ash Shiddieqiy, Teungku, Hukum-hukum Fiqh Islam: Tinjauan Antar

Mazhab, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001.

M. Quraish Shihab, Perempuan, Jakarta, Lentera Hati, 2005.

Mudzar, Atho. Membaca Gelombang Ijtihad Antara Tradisional dan Liberalisasi,

Jakarta: Titian Ilahi Pers, 1998.

Munawir, Ahmad Warson. “Al Munawir Kamus Arab-Indonesia”. Cet. Ke- 14.

Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Nasution, Khairuddin, Status Wanita di Asia Tenggara : Studi Terhadap Perundang-

undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia,

Jakarta: INIS, 2002.

“Perlindungan Hukum Bagi Perempuan dalam Perkawinan”, artikel ini diakses pada

17 Juli 2009 dari http://wap.fajar.co.id/index.php.

“Pentingnya Akta Kelahiran Anak”, artikel ini di akses pada tanggal 9 Juli 2009 dari

http://www.idlo.int/docNews/256DOC1.pdf.

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada, cet. Ke-1,

1995.

Soekanto, Soerjono, Prespektif Teoritis Studi Hukum dalam Masyarakat, Jakarta,

Rajawali, 1985.

Sofyan, Yayan, Itsbat Nikah bagi Perkawinan yang tidak dicatat, setelah

diberlakukannya UU No. 1 Tahun 1974 di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan, “Ahkam IV”. No. 08 (2002).

Suma, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004.

Syamsudin, M. Operasional Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007.

Taridi, Ahmad, “Itsbat Nikah Sesudah Berlakunya undang-undang No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan (Studi kasus di Pengadilan Agama Jakarta Timur)”.

Page 73: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7256/1/Ria... · 7. Teristimewa kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Amarullah

Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam bandung: Citra Umbara, 2007.

Undang-undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, Jakarta: Asa Mandiri,

cetakan pertama, 2007.

Widanti, Agnes, Hukum Berkeadilan Gender, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,

2005.

Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama: Undang-

undang N0. 7 tahun 1989, Jakarta: Pustaka Kartini: 1993.