22
Tetapi perlu diingat, untuk dapat mengontrol emosi anak, orangtua harus bisa mengontrol emosi mereka lebih dulu. Anda harus memberikan contoh yang baik agar ditiru anak. Berikut beberapa sikap yang disarankan Wining pada orangtua saat menghadapi anak melawan: 1. Tetaplah bersikap tenang, jangan sampai terpancing emosi. Usahakan agar orang di sekitar juga bersikap demikian, misalnya suami atau orangtua. 2. Setelah emosi anak menurun, dekati perlahan. Peluklah erat dengan penuh kasih sayang agar anak merasa nyaman dan aman. Ketika sudah tenang, tanyakan dengan lembut mengapa dia melawan. 3. Sampaikan pada anak bagaimana sikap yang baik dan positif. Jangan menyudutkan atau menyalahkannya. Satu hal yang perlu diingat, gunakan selalu bahasa yang lembut dan halus. Jangan mengumpat atau memarahi dengan bahasa kasar. 4. Setelah kejadian anak melawan itu berlalu, jangan diungkit- ungkit atau dingat-ingat terus. Anak bisa malu atau kesal. "Anda juga tidak perlu memberikan hadiah dalam bentuk barang sebagai bentuk penghargaan karena dia sudah tidak melawan. Yang penting, beri cinta dan rasa aman," tegas Wining. Sebenarnya, orangtua dapat meminimalisasi munculnya sikap melawan dari anak. Caranya? Kenali betul kebiasaan-kebiasaan buah hati. Perhatikan kapan emosi si anak muncul dan bagaimana ekspresinya ketika bereaksi. Dari situ bisa diperkirakan sikap yang harus diambil. "Kalau anak selalu melawan saat sedang lelah atau habis bermain, jangan memintanya melakukan sesuatu pada saat seperti itu. Tentulah, dia akan membantah atau melawan," papar Wining. Tetapi, tentu tidak setiap saat orangtua bisa menunggu mood anak. Oleh karena itu, yang perlu selalu diingat, orangtua harus menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan buah hati. Buatlah mereka merasa aman dan nyaman. Dengan begitu, anak-anak pasti akan lebih percaya dan mau mendengarkan omongan orangtua

Catatan Tips Mendidik Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nurse

Citation preview

Tetapi perlu diingat, untuk dapat mengontrol emosi anak, orangtua harus bisa mengontrol emosi mereka lebih dulu. Anda harus memberikan contoh yang baik agar ditiru anak. Berikut beberapa sikap yang disarankan Wining pada orangtua saat menghadapi anak melawan:

1. Tetaplah bersikap tenang, jangan sampai terpancing emosi. Usahakan agar orang di sekitar juga bersikap demikian, misalnya suami atau orangtua.2. Setelah emosi anak menurun, dekati perlahan. Peluklah erat dengan penuh kasih sayang agar anak merasa nyaman dan aman. Ketika sudah tenang, tanyakan dengan lembut mengapa dia melawan.3. Sampaikan pada anak bagaimana sikap yang baik dan positif. Jangan menyudutkan atau menyalahkannya. Satu hal yang perlu diingat, gunakan selalu bahasa yang lembut dan halus. Jangan mengumpat atau memarahi dengan bahasa kasar.4. Setelah kejadian anak melawan itu berlalu, jangan diungkit-ungkit atau dingat-ingat terus. Anak bisa malu atau kesal. "Anda juga tidak perlu memberikan hadiah dalam bentuk barang sebagai bentuk penghargaan karena dia sudah tidak melawan. Yang penting, beri cinta dan rasa aman," tegas Wining.

Sebenarnya, orangtua dapat meminimalisasi munculnya sikap melawan dari anak. Caranya? Kenali betul kebiasaan-kebiasaan buah hati. Perhatikan kapan emosi si anak muncul dan bagaimana ekspresinya ketika bereaksi. Dari situ bisa diperkirakan sikap yang harus diambil.

"Kalau anak selalu melawan saat sedang lelah atau habis bermain, jangan memintanya melakukan sesuatu pada saat seperti itu. Tentulah, dia akan membantah atau melawan," papar Wining.

Tetapi, tentu tidak setiap saat orangtua bisa menunggumoodanak. Oleh karena itu, yang perlu selalu diingat, orangtua harus menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan buah hati. Buatlah mereka merasa aman dan nyaman. Dengan begitu, anak-anak pasti akan lebih percaya dan mau mendengarkan omongan orangtua

Sebab-sebab anak suka melawan dan keras kepala:1. Meniru perbuatan orangtuanya yang -maaf- juga keras kepala, atau anak sering menyaksikan orangtuanya bertengkar.2. Orangtua terlalu memanjakan, selalu memberikan apa yang diinginkannya. Ketika suatu saat keinginan tersebut tidak dipenuhi, tentu anak akan memprotes dan melawan.3. Tidak adanya ikatan kasih sayang dan pengertian antara orangtua dananak.4. Orangtua terlalu membiasakannya taat pada sesuatu secara fanatik.5. Anak-anak terlalu sering disuruh mengalah, tanpa memberi pengertian yang dapat membuatnya mengerti.Beberapa orang tua mengeluh tentang sifat anaknya yang keras kepala. Mereka bingung bagaimana cara menasehati mereka. Bila dilarang untuk melakukan sesuatu mereka akan mengamuk, atau bahkan melawan.Cara menghadapi anak-anak yang suka melawan dan keras kepala: Lihat diri kitaKadang kita tidak menyadari bila buah hati kita memiliki hati yang keras, salah satu sebabnya adalah diri kita sendiri. Bila kita memiliki hati yang keras, sukar dinasehati, tentu saja secara tidak langsung itu juga akan menular pada diri buah hati kita. Bila setiap hari buah hati kita melihat hal ini, tentu lama kelamaan buah hati kita akan menirunya. Bila kita saat ini terlalu sombong, marilah kita merendahkan hati kita. Bila kita kurang mau mendengarkan orang lain, maka marilah kita mulai saat ini belajar mendengarkan. Supaya kita pun juga akan semakin mengerti segala kebutuhan buah hati kita, dengan mau dan menyediakan waktu untuk buah hati kita. Hendaklah lebih fleksibel, lebih memberikan kasih sayang dan pengertian kepada anak.Kebutuhan seorang anak sebenarnya tidak banyak. Mereka menginginkan perhatian dan kasih sayang kita sebagai orang tua. Kasih sayang dan perhatian yang cukup akan meminimalisir kebutuhan anak-anak pada materi. Jadi kalau anak mulai minta ini itu, mudah merengek, dan cepat bosan terhadap apa yang dia beli, itu sebenarnya sebagai ungkapan atau pengaruh dari adanya bagian hati mereka yang kosong. Dan sebenarnya bagian hati yang kosong tersebut hanya bisa diisi dengan kasih sayang dan kehangatan yang ada di dalam sebuah keluarga. Salurkan HobinyaSetiap anak tentu memiliki bakat dan minat yang berbeda. Sebagai orang tua kita harus cermat mengerti hal ini. Misalnya bila buah hati kita suka mencoret-coret di atas kertas, mulailah mencoba memasukkan buah hati kita pada sanggar-sanggar melukis. Anak-anak yang normal, biasanya memiliki kelebihan tenaga. Itulah kenapa kita sering melihat anak-anak susah untuk diam. Dia akan selalu bergerak, dan mencari keasyikan yang bisa dia lakukan. Jadi arahkanlah sisa tenaga yang ada di dalam diri sang buah hati. Hal ini akan sangat bermanfaat supaya emosi mereka bisa diarahkan kepada hal-hal yang positif. Hal ini akan sangat mengurangi pengaruh-pengaruh negatif dari luar yang bisa menyebabkan mereka gampang marah, bosan, sedih, dan sifat-sifat lainnya. Jadilah orang tua yang bijakOrang tua yang bijak mempunyai kepekaan terhadap buah hatinya, selalu berusaha melakukan yang terbaik dan memberikan pilihan terbaik kepada sang buah hati. Yang terbaik bagi anak, kadang bukanlah yang terbaik bagi orang tua. Disinilah terkadang kita temukan kesalahpahaman antara orang tua dan anak. Agar pilihan orang tua dan anak bisa selaras, perlu sekali adanyakomunikasiyang intens. Disinilah waktu anda sangat dibutuhkan. Bukan banyaknya waktu yang anda berikan kepada anak, melainkan kualitas kebersamaan anda pada anak. Dari kedekatan inilah, anda akan semakin memahami buah hati anda. Sehingga pemikiran kita dengan sang buah hati kita pun bisa menyatu, dan meminimalisir kesalahpahaman yang biasanya terjadi karena adanya batas antara orang tua dan anak. Dan dari kedekatan inilah, anda bisa menasehati anak dengan bijak. Tidak Mempermalukan Anak di Depan UmumSaat menasehati anak, akan lebih baik bila kita menasehatinya di tempat yang rahasia dan dengan suara lembut. Jangan memberikanlarangan, melainkan himbauan. Jangan berkata,Kamu tidak boleh menggambar di tembok, tetapi katakanlah Kalau kamu suka menggambar besok mama belikan buku gambar yang besar. Mengharapkan anak berubah dengan mempermalukan mereka di tempat umum bukanlah cara menasehati yang baik. Karena pada saat itu juga, kita sudah mengajarkan kepada anak kalau mempermalukan orang lain di tempat umum adalah sesuatu yang wajar dan halal. Tidak MemaksaKita harus belajar mengatakan sesuatu kepada buah hati kita dengan lembut tanpa ada unsur pemaksaan. Kita harus belajar mengajak daripada menyuruh. Kenapa? Karena menyuruh berarti meminta seseorang melakukan sesuatu dan itu harus dilakukan sedangkan kita sendiri tidak mau melakukan hal yang sama. Sedangkan mengajak, adalah meminta seseorang melakukan sesuatu dan mau menjadi satu dengan orang yang kita minta dengan prinsip kebersamaan. Saat Yang Tepat Saat menasehatiWaktu yang tepat adalah sesuatu yang penting dan perlu kita perhatikan pada saat kita hendak menasehati buah hati kita. Pilihlah saat yang tepat dimana kita bisa mentransfer ilmu moral kita kepada buah hati kita, tanpa dia merasa terpaksa. Contohnya adalah dengan mengajak sang buah hati untuk jalan-jalan. Setelah dia merasa senang, dan merasa lapar, anda bisa mengajak makan bersama. Dan pada saat itulah anda bisa mengobrol dan mengatakan harapan-harapan anda pada sang buah hati. Misalnya dengan mengatakan,Mama suka kalau kamu berdandan rapi. Kamu kelihatan cantik sekali. Atau dengan memujinya,Wah Anak mama sudah besar dan tambah dewasa, sudah bisa makan sendiri. Dengan pancingan-pancingan seperti itu, biasanya anak akan menjadi lebih tertarik untuk mau mendengarkan nasihat anda, sehingga untuk kedepannya mereka pun bisa berubah sedikit demi sedikit. Bersikap seimbang dalammendidikanak. Tidak terlalu memanjakan, tapi juga tidak terlalu keras. Memberikan hadiah untuk sikapnya yang baik dan memberikan hukuman jika ia melakukan pelanggaran. Senantiasa berusaha untuk membuat hati anak senang dan gembira, tapi tidak berlebihan. Tidak bersikap plin plan, dalam artian tidak menyuruh anak atau membiarkan anak melakukan sesuatu, tapi kemudian melarang anak melakukan hal tersebut di lain waktu.Ada anak yang ringan tangan dan juga suka membentak. Dia terlihat galak dan ditakuti oleh teman-teman seusianya. Tidak jarang pulang ke rumah dengan wajah berantakkan karena telah memukul atau berseteru hebat dengan teman bermainnya. Orangtua pun cemas dengan kondisi ini, sangat khawatir jika kegalakan sang anak akan berlanjut hingga dewasa. Bagaimana mengatasi anak yang galak di usia 5 12 tahun ini?1. Redam marahnya.Jika Anda tahu dia sedang marah, redamlah sebelum kegalakannya muncul dengan memukul, membentak, atau melempar barang di sekitarnya. Pelukan yang paling nyaman dilakukan oleh Anda dan bisa meredakan marahnya dengan cepat. Biasakan memberikan pelukan setiap Anda tahu dia sedang bermasalah atau marah.2. Lawan jika perlu.Jika marahnya sudah terlanjur keluar, Anda bisa melawan kemarahannya. Melawan bukan dengan cara yang kasar tapi dengan cara yang bijak.3. Ajari sopan dan santun. Mulailah menyisipkan banyaknasehatketika anak dalam kondisi stabil. Ajarkan dia sopan santun bagaimana berhubungan dengan orang lain dan dirinya sendiri.Kegalakannya hanya akan membuatnya rugi.4. Kendalikan emosinya.Mengatur dan mengendalikan emosi harus Anda tanamkan padanya. Anda bisa melakukan cara menyesuaikan dengan kesukaannya. Misalnya saja jika dia suka baca, maka berikan bacaan dimana cerita yang dihadirkan terkait dengan anak yang sabar dan baik, atau tokoh yang memiliki banyak teman karena sangat ramah. Temani dia ketika membaca sambil ajakberdiskusimengenai cerita tersebut. Sampaikan karakternya yang galak dan minta dia untuk mulai mengendalikan emosinya sebab karakter itu hanya membuatnya dijauhi teman.5. Membuatnya rileks.Bisa saja anak Anda galak karena dia merasa tertekan atau stress. Siapa bilang tertekan atau stress tidak bisa menerpa anak-anak. Ini juga bisa terjadi. Untuk menyelesaikannya adalah dengan membuatnya rileks.6. Konsultasi dengan psikiater. Jika Anda sangat terganggu dengan kegalakannya, Anda bisa berkonsultasi dengan psikiater untuk mengatasi kegalakan anak.- See more at: http://mhharismansur.blogspot.com/2012/12/mengatasi-anak-yang-galak.html#sthash.6eFheaLp.dpuf

alu, apa saja sikap dan tindakan yang diperlukan jikalau Anda ingin supaya anak tiri Anda bisa merasakan kasih sayang yang sama dari Anda, seperti Anda menyayangi anak kandung Anda?Pertama, Anda tidak boleh menanamkan suatu perasaan bahwa Anda sedang menghadapi anak tiri. Hilangkan semua perasaan itu segera, jika mulai muncul perasaan itu. Biasanya anak akan peka terhadap setiap sikap Anda yang dipengaruhi oleh perasaan Anda yang menyertainya.Kedua, jika Anda membelikan suatu barang untuk anak-anak Anda, jangan membeda-bedakan antara anak kandung dan anak tiri Anda. Apalagi sampai Anda tidak membelikan barang tersebut buat anak tiri Anda, sementara Anda membelikannya untuk anak kandung Anda.Ketiga, ada baiknya Anda memberikan waktu yang sama untuk semua anak-anak Anda, baik yang kandung maupun anak tiri Anda. Jangan sampai Anda terlihat selalu mau meladeni kebutuhan anak kandung, sementara untuk anak tiri Anda, seolah-olah Anda tidak memiliki waktu yang banyak.Keempat, jika Anda ada kegiatan keluarga secara bersama-sama, maka jangan sampai anak tiri Anda dititipkan ke sanak saudara Anda, sementara anak kandung Anda diajak oleh Anda. Jangan pernah membuat alasan yang dibuat-buat. Anak akan segera tahu hal itu.Kelima, sadarilah bahwa setiap anak adalah pribadi yang unik. Dalam mengekspresikan dirinya yang unik, kesalahan sangat mungkin terjadi. Jadi suatu saat bila anak tiri Anda berbuat kesalahan kecil dalam berekspresi, maka Anda jangan lantas memarahinya dengan keras, padahal anak kandung Anda tidak diperlakukan demikian.Keenam, jika Anda kurang mampu mengontrol perasaan untuk tidak membedakan anak kandung dan anak tiri Anda, ada baiknya berdiskusi dengan pasangan hidup Anda yang notabene adalah orang tua kandungnya. Mungkin sebaiknya Anda membicarakan terlebih dahulu dengannya mengenai pola mengasuh anak yang hendak Anda terapkan.Dengan prinsip kesetaraan dalampola mengasuh anak, baik anak kandung maupun anak tiri, niscaya Anda bisa menjadi orang tua tiri yang baik.Memberikanhukuman anakagar menjadi jera terhadapperilaku buruk anakmerupakan salah satu solusi yang bisa dilakukan orang tua, tetapi hukuman tersebut tidak harus bersifat fisik atau kekerasan seperti pukulan, cubitan, cambukan atau hal lain yang malah membuat anak bertindak lebih kasar. Berikan hukuman dengan cara yang bijak dengan pilihanhukuman mendidikuntuk anak, seperti memberikan larangan terhadap hal-hal yang dia sukai ketika sang anak melakukan suatu pelanggaran, seperti mengurangi jatahbermain anakatau jatah menonton kartun kesayangannya atau memberikan anak tugas tertentu dengan memberikan pengujian setelahnya, seperti memberi tugas membaca buku dan sang anak harus bisa menceritakan kembali isinya serta mengambil hikmah dari bacaan tersebut.Menghadapi anak memang membutuhkan kesabaran dan pengertian. Hukuman untuk anak sangat dilarang menggunakan cara-cara kasar bahkan ditambah hardikan dengan memberikan cap negatif pada anak, seperti anak bandel. Sebab metode tersebut akan menanamkan keyakinan yang lebih kuat pada si anak terhadap sikap sarkasme, jangan sampai anak berpikiran bahwa sikap kasar dapat dibenarkan untuk meyakinkan orang lain mengikuti kehendak mereka. Memberikan penjelasan yang lebih komunikatif dan masuk akal secara intens akan melatih anak berpikir mengenai tindakan yang baik dan buruk, mampu membedakan tindakan yang wajar dan tidak wajar, serta perbuatan yang sopan dan tidak sopan maupun tindakan menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi orang lain.Ketika anak telah mampu membedakan secara jelas hal tersebut di atas, maka sebagai orang tua Anda dapat disebut telah berhasil mengambil pilihan hukuman yang mendidik untuk anak, hal tersebut akan tergambar pada perilaku anak yang lebih baik, terarah, dan mudah memahami orang lain.

Saya baru menikah dengan seorang perempuan yang memiliki dua anak masih kecil. Bagaimana membuat anak-anaknya menyukai saya?ASabar. Anak-anak kecil butuh waktu untuk beradaptasi dengan ayah baru, demikian menurut Margori Engel, Phd, mantan Presiden Asosiasi Ayah Tiri Amerika. Perhatikan kebiasaan mereka dan cobalah untuk melibatkan diri. Tanyakan apakah mereka mau mendengarkan cerita sebelum tidur (tetapi minta istri untuk menemani Anda hingga anak-anak merasa nyaman). Mulailah menciptakan tradisi baru yang seru, seperti nonton bareng film-film kesukaan mereka atau main sepeda bersama. Luangkan waktu khusus untuk setiap anak. Upayakan anak-anak tetap dekat dengan ayah kandung mereka, dan Anda tidak perlu bersaing untuk mendapatkan cinta mereka. Bagaimana pun, jangan pernah meminta apalagi memaksa mereka untuk memanggil Anda Ayah. Biarkan mereka memanggil dengan sebutan yang dirasakan pas untuk Anda.

Menjadi orang tua tiri tentu bukan hal yang mudah. Belum lagi ditambah dengan tekanan bahwa Anda adalah 'orang luar' bagi keluarga pasangan. Namun yang tersulit, Anda harus menghadapi keinginan-keinginan anak tiri yang terkadang melewati batas.

Kebanyakan dari mereka merasa cemburu ketika sang ayah atau ibunya menemukan pasangan hidup lain, dan mereka sering merasa Anda akan mengambil orang tuanya dari mereka. Kenyataan yang terberat adalah ketika mereka mengaku membenci Anda karena berpikir Anda mencoba menggantikan orang tua mereka sendiri.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui cara yang tepat dalam menghadapi masalah ini agar anak tersebut tidak merasa diasingkan dan timbul rasa hormat kepada Anda sebagai orang tua barunya. Berikut tips, seperti yang dikutip dari eHow Family.

1. Bicarakan Segalanya Secara Baik-BaikHindari memaksakan anak untuk menyelesaikan masalah secara terburu-terburu dengan Anda. Seorang anak dapat mengartikan tekanan semacam ini sebagai kecaman dan akan membuat mereka menjadi bersikap defensif, atau bahkan menarik diri sama sekali.

2. Cobalah Lebih Terlibat Dalam Kehidupan Sang AnakLibatkanlah diri Anda ke dalam kehidupan anak tersebut. Menunjukkan ketertarikan pada minat dan hobi mereka adalah pendekatan yang paling baik agar Anda dapat menghabiskan waktu yang lebih banyak dengan mereka. Mengantarkan mereka ke tempat tujuan aktifitasnya, merupakan salah satu cara yang paling jitu dalam hal ini.

Anda dapat menciptakan suasana dengan mendengarkan saluran radio favoritnya dan berdiskusi tentang hal-hal yang menarik baginya. Percakapan yang tidak dipaksakan bisa membantu cairkan ketegangan ketimbang berbicara dengan percakapan yang terlalu dibuat-buat.

3. Perlakukanlah Ia Sebagai SahabatMembangun hubungan perteman dengan anak tiri memberikan peluang yang baik bagi Anda untuk mengambil hatinya. Biarkan kepercayan dan keyakinan antara satu sama lain tumbuh dengan sendirinya tanpa perlu dipaksakan, dengan cara berbagi pengalaman menarik yang pernah kalian alami. Anda juga bisa mengajaknya terlibat dalam obrolan ringan seperti film apa yang sedang diputar di bioskop atau gaya berpakaian seperti apa yang sedang tren, dan sebagainya. Bersabarlah dan pilih waktu yang tepat untuk menggunakan pendekatan ini.

4. Jagalah Hubungan Anda dan Orang Tua KandungnyaBangunlah hubungan yang baik antara Anda dan orang tua kandung anak tersebut. Hindarilah sikap kurang nyaman dan hapuskanlah perasaan bersalah yang mungkin muncul ketika Anda sedang bersama ibu atau ayah kandungnya. Perilaku semacam itu dapat menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada sang anak apabila Anda adalah 'orang luar' di keluarganya.

5. Yakinkan si Anak Anda Bukanlah Sang PenggantiPastikan si anak mengetahui dengan jelas bahwa Anda bukanlah pengganti orang tua kandungnya atau orang lain dalam hidup mereka. Bersikaplah lembut namun tegas, seolah-olah Anda menyampaikan kepada si anak bahwa Anda sekarang adalah bagian dari keluarganya namun bukan untuk menggantikan posisi siapapun.

Meyakinkan sang anak bahwa Anda akan selalu menyayanginya dan membantunya ketika ia membutuhkan adalah bentuk pesan secara tidak langsung bahwa Anda akan selalu ada untuk mendukunnya. Menghilangkan ancaman bahwa Anda adalah seorang pengganti dan 'orang luar' bagi keluarganya akan sangat membantu untuk membuka hati sang anak dan menerima Anda.

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).

Bersikap Tegas dalam Mendidik

Dan ketahuilah bahawa harta benda kamu dan anak-anak kamu itu hanyalah menjadi ujian dan sesungguhnya di sisi Allah jualah pahala yang besar. (Al-Anfal : 28)Dunia anak memang dunia bermain yang penuh keceriaan dan kebebasan, karena dari permainan anak pun bisa belajar. Anak yang dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang dari kedua orang tua dan keluarganya akan tumbuh menjadi anak yang penyayang. Akan tetapi dalam praktiknya, ketegasan sikap dan tindakan dalam mendidik anak sangat diperlukan karena berpengaruh besar terhadap sikap dan kebiasaan anak kelak.Ketegasan tidak identik dengan kekerasan. Ketegasan berarti sikap dan tindakan yang menerapkan kedisiplinan, dengan menegakkan aturan yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Tentu saja ketegasan itu harus proporsional, harus disesuaikan dengan tingkat usia dan perkembangan pemahamannya. Umumnya, anak-anak lebih banyak melakukan peniruan terhadap sikap dan perilaku orang-orang terdekatnya dan lingkungannya, serta lebih melihat kenyataan yang dilihatnya daripada memahami penjelasan yang mempengaruhi logikanya. Karena itu, setiap tindakan, ucapan dan sikap kita harus benar-benar menjadi teladannya.Mendidik anak, idealnya harus sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, yakni menerapkan pola asuh dengan penuh cinta dan kasih sayang, serta bersikap dan bertindak tegas dalam menjalankan kedisiplinan. Dalam hal ini, tidak ada salahnya orang tua mengarahkan anaknya dengan tegas kepada hal-hal tertentu yang memang baik untuk anak, seperti pembiasaan ibadah, pengaturan waktu dan cara belajar yang efektif, pengaturan waktu bermain, penyeleksian acara di televisi, dan perawatan kebersihan juga kesehatan anak. Akan tetapi, di saat yang sama kasih sayang tetap dikedepankan agar anak tidak merasa tertekan, kaku dan terlalu penurut, sehingga kreativitas berpikirnya tidak berkembang.Lalu, apa sebenarnya poin penting dari ketegasan tersebut?Pertama, sikap tegas orang tua sebagai orang terdekat anak memiliki fungsi dan peran besar dalam pembentukan kepribadian anak sejak kecil. Menjadi orang tua yang tegas akan lebih banyak manfaatnya kelak bagi masa depan anak daripada bersikap terlalu lembut, melakukan pembiaran dengan bersikap terserah kemauan si kecil. Ketegasan dalam memberikan dan menerapkan aturan akan membantu tumbuhnya disiplin dalam diri anak sejak kecil. Dengan tertanamnya kebiasaan disiplin yang baik, maka mental dan karakter anak secara perlahan terbentuk menjadi anak yang terbiasa dengan kedisiplinan tersebut. Kebebasan bermain dan mengekspresikan diri, bukan berarti mengabaikan faktor ketegasan dalam menerapkan aturan dan pengawasan. Jika memang aturan dilanggar atau anak membangkang, sah-sah saja kita bertindak tegas dalam memberikan hukuman.Akan tetapi hukuman itu harus bersifat efektif, tidak didasari kebencian, tidak mencederai dan tidak membuatnya mengalami trauma.Kedua, di masa emas pertumbuhannya, pola asuh dan didikan yang diterapkan keluarga akan sangat tertanam dan bisa menjadi sebuah pembiasaan. Dalam hal ini, kita seharusnya tidak terlalu memanjakannya dan menuruti segala keinginannya, sehingga ia bisa belajar tentang arti kesulitan dan cara mengatasinya. Jika kita cermati kisah hidup atau biografi orang-orang besar, pengalaman masa kecil sangat mendukung pencapaian diri dan hidup mereka di masa depannya. Mayoritas dari mereka memiliki pengalaman disiplin di masa kecilnya. Sikap terlalu membebaskan, selalu mengikuti kemauan anak dan memanjakan anak sama saja dengan bentuk pembiaran. Hal ini akan terlihat dalam perkembangannya di masa depan, anak menjadi sulit diatur, bertindak semaunya, kurang beretiket dan membangkang karena terbiasa dengan pembiaran tadi.Ketiga, ketegasan akan memberi peluang bagi tumbuhnya kebutuhan akan sebuah aturan, sehingga dalam dirinya tumbuh prinsip aturan dibuat untuk ditegakkan, bukan untuk dilanggar, selama aturan tersebut relevan. Dalam perkembangannya, anak akan mlebih menghargai orang tua dan keluarga sebagai penegak aturan, lebih mengerti nilai-nilai dan manfaat yang terkandung dalam sebuah aturan, serta lebih memahami bahwa hidup tanpa aturan tidak enak. Pemahaman dan kebutuhan akan aturan inilah yang berkaitan dengan kedisiplinan, manajemen diri dan kehidupannya, serta kemampuannya dalam menentukan prioritas dalm pencapaian tujuan-tujuan hidupnya kelak.Keempat, ketegasan sangat bermanfaat dalam menempa mental dan kreativitas berpikir anak kelak dalam menjalani kehidupannya. Secara mental, anak akan lebih siap menghadapi masalah, kreatif dalam pencarian solusi, tidak mudah menyerah pada keadaan, punya sikap dan tidak selalu bergantung kepada orang lain. Berkaitan dengan ini, saya dan beberapa rekan pernah melakukan analisa dan penelitian kecil terhadap beberapa murid di sekolah menengah tempat kami berbagi ilmu berdasarkan faktor latar belakang pendidikan keluarga mereka sejak masa kecil. Anak yang dalam lingkungan keluarganya diberikan ketegasan, memang lebih disiplin, terlihat lebih siap menghadapi kesulitan-kesulitan belajar, lebih punya sikap dan tidak terbawa arus, bisa mengikuti dan mematuhi aturan, lebih santun, dan jarang mengeluh. Sedangkan anak-anak yang dalam keluarganya senantiasa mendapatkan kemudahan, orang tuanya bersikap terserah dan masa bodoh, serta tidak ada ketegasan, sikap mentalnya terlihat cukup lemah meskipun gaya berbicara dan bersikap sangat keras. Mereka cenderung tidak siap menghadapi masalah terutama kesulitan-kesulitan dalam belajar, sering menempuh cara pintas dalam menyiasati dan menyelesaikan persoalan, mengandalkan orang lain dan lebih bergantung kepada komunitasnya (kelompok bergaulnya), lebih mudah terbawa arus, serta kreativitas berfikirnya kurang terasah sekalipun kecerdasan intelektual mereka di atas rata-rata.Keempat hal tersebut, bukan hal mutlak. Apa yang saya tulis, sebagian memang berdasarkan pengalaman pribadi dan orang-orang di lingkungan terdekat. Poin pentingnya, pendidikan keluarga sangat menentukan proses tumbuh kembang anak. Pendidikan di sekolah dan pendidikan dari lingkungan sosial merupakan faktor penunjang yang mempengaruhi perkembangan anak. Tegas bukan berarti keras atau galak, tetapi mampu menyeimbangkan antara kasih sayang dan kedisiplinan bagi anak. Mendidik merupakan proses pembelajaran, sehingga kita pun tetap harus selalu belajar dari pengalaman siapapun, dari peristiwa apapun di sekitar kita..Salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah anak yang shaleh. Doa anak yang shaleh merupakan salah satu doa yang insya Allah pasti terkabul. Karenanya, orangtua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, anak akan tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur yang pada gilirannya akan merugikan orangtua itu sendiri.Sesungguhnya memang tidak mudah memikul beban untuk membesarkan anak hingga menjadi pribadi yang kita harapkan dapat meraih sukses dunia dan akhirat. Semua butuh kesabaran, kerja keras, keikhlasan, dan masih banyak lagi, berikut beberapa tips yang diaplikasikan oleh orangtua yang disarikan dari tata cara mendidik anak ala Rasulullah Saw:a.Menanamkan Nilai-nilai KetauhidanMengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu, orangtua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Terlebih dahulu, orangtua selaku guru (pertama) bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam.Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).b.Menjadi Sahabat dan Mendidik dengan KeteladananSetiap anak akan belajar dari lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Para orangtua sebaiknya memberikan contoh yang baik sesuai dengan nasihat dan ucapannya kepada para anaknya.c.Mendidik dengan KebiasaanSuatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.d.Menumbuhkan Rasa Percaya Diri AnakSebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah Saw. menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Al-Quran dan As-Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.e.Memotivasinya Anak Berbuat BaikSeorang anak, meski kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Karenanya, hendaknya orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Ketimbang mengancam, lebih baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya.f.Sediakan Waktu untuk Makan Bersama AnakRasulullah Saw. senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan mempererat keterikatan batin antara orangtua dan anaknya. Dengan begitu kita dapat meluruskan kembali berbagai kekeliruan yang mereka lakukan melalui dialog terbuka dan diskusi. Hal ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat tentang perilaku, keimanan, atau pendidikan.g.Mendidik dengan Reward/HadiaMemberi hadiah adalah salah satu penghargaan yang dapat melunakkan hati anak sehingga mereka akan bersimpati kepada kita dan akhirnya mau melaksanakan nasihat yang kita berikan. Namun perlu diingat, tidak semua perbuatan baik anak harus dihargai dengan materi. Lakukan reward yang bervariasi, bisa dengan pujian, ciuman, belaian, uang, dan lain-lain.h.Memilih Sekolah yang IslamiSaat anak menginjak usia sekolah, orangtua berperan dalam memilihkan sekolah, mengajarkan Al-Quran, mengembangkan pola pikir anak, memberikan data dan ilmu semaksimal mungkin. Meski anak sudah mulai sekolah (mendapatkan ilmu di sekolah), orangtua hendaklah selalu belajar tentang pendidikan anak karena semakin bertambah usia anak, maka akan semakin kompleks pula problem (pendidikan anak) yang harus kita hadapi.i.Mendidik dengan HukumanCara ini boleh dilakukan jika cara-cara di atas tidak berhasil. Memang di dalam Islam, menghukum diperbolehkan selama tidak berlebihan seperti sampai menyebabkan luka. Hukuman tersebut usahakan menimbulkan efek jera kepada anak agar ia tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi harus diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai berlebihan yang akhirnya akan membuat anak menjadi dendam.j.Memahami Keadaan Anak Secara Baik dan Menggunakan Metode yang TepatSetiap anak memiliki karakter dan pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Cari metode yang tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah.

CARA GAMPANG MELATIH DISIPLIN ANAKMelatih disiplin pada anak tidak harus seperti melatih tentara. Gunakan tabel bonus dan hukuman agar menyenangkan dan tidak menjadi beban.

Alangkah repotnya bila setiap pulang kantor Anda masih punya pekerjaan ekstra untuk mengingatkan anak, dari membereskan mainannya sampai menggosok gigi sebelum tidur. Padahal sebenarnya kebiasaan itu bisa dilatih lewat penanaman disiplin. "Konsep tentang disiplin ini pada dasarnya bisa diajarkan sedini mungkin," kataJacinta F. Rini, Psidari Harmawan Consulting.KONSEP DISIPLIN PADA ANAKPerkembangan moral seseorang dimulai dari tahapan takut akan hukuman, kemudian malu dengan lingkungan sekitar, barulah tumbuh sebuah kesadaran. Pada orang dewasa, kesadaran itu telah tumbuh, sehingga saat dia melakukan sesuatu, dia menyadari bahwa manfaat kedisiplinan itu akan kembali ke dirinya lagi.Nah, pada anak prasekolah, perkembangan moralnya belum sampai di tahapan itu. Orang tua masih perlu menetapkan batasan nilai karena, "Pada anak usia tersebut batasan perilaku yang dimilikinya adalah kelakuan baik, kelakuan buruk,rewardatau penghargaan danpunishmentatau hukuman. Jadi belum atas dasar kesadaran," rinci Rini.LANGKAH-LANGKAH PENGAJARANKedisiplinan pada anak tidak secara otomatis tumbuh, tapi awalnya adalah rutinitas yang dilakukan secara konsisten setiap hari. Melatih kedisiplinan bisa dimulai dengan hal-hal kecil sebagai berikut:* Bangun pagi, merapikan tempat tidur, mandi, sarapan.Sejak awal orang tua harus melakukan pola yang sama, dan urutan aktivitas ini dilakukan rutin dan konsisten. Jadi seisi rumah setiap hari harus bangun, lalu merapikan tempat tidur, mandi kemudian sarapan. Dengan begitu ia akan memahami pola yang berulang tersebut, dan tidak ada kejadian hari ini setelah bangun tidur, lalu sarapan dulu, baru mandi dan sebagainya. Beri batasan waktu yang jelas, dan segala konsekuensinya bila hal tersebut dilanggar.* Membereskan mainan, mengembalikan buku atau barang lain ke tempat semula.Ajarkan pada anak untuk selalu mengembalikan buku yang telah selesai "dibacanya" ataupun mainan yang telah selesai digunakannya. Kalau misalnya anak masih juga melanggar, beri hukuman yang sesuai dengan kesepakatan bersama anak. Misalnya mengurangi waktu bermainnya, dan sebagainya.* Makan di meja makanJadikan makan di meja makan sebagai kebiasaan bersama seluruh keluarga. Jangan sampai orang tua "memaksa" anak untuk makan dengan duduk manis di kursi makan, sementara dia sendiri makan sambil menonton TV di ruang keluarga. Ciptakan suasana yang menyenangkan tiap kali acara makan ini berlangsung, sehingga anak ingin selalu mengulanginya, misalnya dengan membiarkan anak makan makanannya sendiri, walaupun bisa jadi makanannya berantakan, tapi biarkan ia mengulanginya.* Membatasi waktu bermain (nonton TV, main video games, main sepeda)Beri batasan waktu yang jelas dari jam berapa sampai jam berapa dia boleh bermain setiap harinya, dan buat juga sebuah kesepakatan bagaimana seandainya hal tersebut dilanggar.TABEL BONUS DAN TABEL HUKUMANKedua orang tua harus konsisten dan sepaham saat menjalankan kesepakatan tersebut. Bisa jadi, sekali dua kali anak akan merengek meminta "diskon". Hadapi mereka dengan sikap yang tegas, karena sekali orang tua luluh menghadapi rengekan anak, bisa jadi besok ia akan mengulang hal sama demi memenuhi keinginannya.Melatih disiplin pada anak bisa dibuat menyenangkan dengan membuat tabel bonus dan hukuman. Dengan menggunakan tabel ini anak dapat melihat dengan lebih konkret konsekuensi pelanggaran yang dia lakukan. Jika kita sekadar marah-marah, anak lebih sering bingung karena kemarahan orang tua adalah sesuatu yang lebih abstrak daripada konsekuensi langsung yang harus diterimanya.Jelaskan pada anak tentang tabel bonus (lihat tabel) ini dan aturan mainnya:* "Ini adalah tabel bonus, dan aturan mainnya."* "Kita akan tempelkan tabel ini di pintu kulkas."* "Tiap kali kamu melakukan aktivitas yang tertulis dalam daftar dengan tepat, maka kamu boleh menggambar satu gambar bintang di tabel ini."* "Daftar bintang itu kemudian kita jumlahkan tiap minggu, supaya tahu berapa bintang yang telah kamu kumpulkan."* "Kita buat kesepakatan bersama pembagian bonusnya untuk masing-masing kegiatan. Misalnya, dalam satu minggu kamu mengumpulkan;H 1-2 bintang = Tidak ada bonusH 3-4 bintang = Boleh nonton VCD kartun 2 kali di hari Sabtu.H 5-7 bintang = Makan pizza di hari Minggu."* "Tiap hari Minggu kita akan membuat daftar bonus yang baru, tapi tentu saja disesuaikan dengan kondisi yang ada." (Dengan begitu anak akan "berjuang" mendapatkan bonus yang diinginkannya dengan cara mendisiplinkan diri).Sebaliknya, jika ia melanggar aturan yang disekapati ia harus diberi hukuman harian dengan mengurangi kesenangannya. Jika daftar penghargaan (bonus) bisa diberikan tiap minggu, maka daftar hukuman sebaiknya diberikan harian.Uraikan peraturan-peraturan yang harus dilakukan anak tiap harinya. Lalu, jelaskan tabel hukuman (lihat tabel) ini pada anak, dengan mengatakan :* "Tabel hukuman ini akan Mama tempel di samping tabel bonus di pintu kulkas"* "Kalau kamu melanggar peraturan, Mama akan memberikan tanda X pada kotak A."* "Kalau kamu masih melakukannya lagi, maka Mama akan memberikan tanda X pada kotak B."* "Kotak A, B, C, itu sebagai dispensasi kalau 3 kali kamu melanggar peraturan, belum ada hukuman yang harus kamu terima."small;">* "Tapi kalau kamu sudah melanggar lebih dari tiga kali, maka kamu akan kehilangan kesenanganmu sepanjang sisa hari itu, misalnya kamu tidak boleh main sepeda, pergi bermain ke taman, dan setelah 8 kali, kamu tidak boleh tidur sama Mama malamnya."* "Tujuan peraturan itu dibuat untuk mengingatkan kamu, kalau kamu tidak mau menerima hukuman, maka sebaiknya mulai mematuhi peraturan yang telah kita buat sama-sama."Lakukan permainan ini serelaks mungkin dengan melibatkan seluruh keluarga. Menurut Rini, "Anak yang dilatih berdisiplin dalam suasana menyenangkan akan berbeda hasilnya dari anak yang dilatih dalam suasana tegang, di mana orang tuanya menunjukkan sikap otoriter dan penuh emosi."Anak yang mengikuti latihan disiplin dalam suasana relaks dan merasa senang, akan tumbuh menjadi pribadi yangwell organized, menganggap bahwa kedisiplinan adalah sebuah kebutuhan dan hidupnya akan nyaman karena segala sesuatunya berjalan dengan teratur.Sedangkan anak yang ditekan oleh orang tua otoriter untuk selalu berdisiplin akan menjalaninya dengan rasa takut. Nantinya ia akan tumbuh menjadi pribadi "asal tidak dimarahi orang tua". Dia tidak mempunyai rambu-rambu internal dari dalam dirinya, harus ada figur yang "menakutkan" buat dia, baru kemudian dia mau menjalani peraturan yang ada. Dengan kata lain, semua harus ada hukumannya dulu baru dia mau menjalankan, karena pada dasarnya ia tidak memiliki tanggung jawab dari dalam diri.

TABEL BONUS

KegiatanSeninSelasaRabuKamisJumatSabtuMingguJumlah

Bangun Pagi

Merapikan tempat tidur

Mandi

Sarapan

Tidur siang

Membereskan mainan

Mandi sore

NontonTV

Cuci tangan, cuci kaki, gosok gigi, tidur

TABEL HUKUMAN

ABCDEFGH

BersepedaPergi bermain ke tamanNonton TVMakanan ringanTidur sama Mama