29
CASE REPORT SESSION (CRS) Kista Ovarium Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF Ilmu Kedokteran Obstetri-Ginekologi Disusun oleh: Octiara Gisca Amilia 1102008186 Preseptor: Dr.H.Rizki Safaat Nurrahim,spOG. M.kes.

Case Kista Ovari

Embed Size (px)

DESCRIPTION

:)

Citation preview

Page 1: Case Kista Ovari

CASE REPORT SESSION (CRS)Kista Ovarium

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF Ilmu Kedokteran Obstetri-Ginekologi

Disusun oleh:Octiara Gisca Amilia

1102008186

Preseptor:Dr.H.Rizki Safaat Nurrahim,spOG. M.kes.

SMF ILMU KEDOKTERAN OBSTETRI-GINEKOLOGIPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA

RSUD DR.SLAMET GARUT2012

Page 2: Case Kista Ovari

STATUS PASIEN

IDENTITAS

Nama : Ny. E

Umur : 24 tahun

Alamat : Cisompet-Garut

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Status : Menikah

Nama suami : Tn. O

Umur suami : 23 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan suami : Buruh

Tanggal Masuk : 29 Oktober 2012

KELUHAN UTAMA

Teraba benjolan di perut

ANAMNESIS

Pasien P1A1 merasa teraba benjolan di bagian perut dan terasa semakin membesar sejak

±3 tahun sebelum masuk rumah sakit. Nyeri tekan tidak dirasakan. Os mengaku mengalami nyeri

haid sejak ± 2 tahun sebelum masuk rumah sakit.

Page 3: Case Kista Ovari

RIWAYAT OBSTETRI

Kehamilan

ke

Tempat Penolong Cara

kehamilan

Cara

persalinan

BB

lahir

Jenis

kelamin

Usia Keadaan

I RSU Dokter 9 bulan Spontan 2700gr P 2 th H

KETERANGAN TAMBAHAN

Menikah pertama kali :

Istri, usia: 20 thn, pendidikan terakhir: SD, pekerjaan: IRT

Suami, usia: 19 thn, pendidikan terakhir: SMP, pekerjaan: buruh

Menarche : 14 tahun

Siklus haid : teratur

Lama haid : 5 hari

Jumlah darah : Biasa

Nyeri haid : Nyeri

Kontrasepsi : Tidak pernah

PEMERIKSAAN FISIK STATUS PRAESENS

Keadaan umum : composmentis

Tanda vital

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/ menit

Suhu : 36,5oC

Kepala

Konjungtiva : anemis (-)(-)

Sklera : ikterik (-)(-)

Page 4: Case Kista Ovari

Leher

KGB : tidak ada pembesaran

Tiroid : tidak ada pembesaran

Thorak

Paru-paru : sonor, VBS kiri=kanan, ronki (-), wheezing (-)

Jantung : BJ 1 dan BJ 2 murni reguler, murmur (-)

Abdomen : cembung, lunak DM (-), NT(-), PS/PP -/-

Liver : tidak ada kelainan

Lien : tidak ada kelainan

Ekstrimitas

Edema : (-)(-)

Varises : (-)(-)

STATUS GINEKOLOGIK

Pemeriksaan Luar

Inspeksi : perut membesar

Palpasi :fundus uteri tidak teraba

o Massa tumor : teraba

o Mobilitas : immobile

o Posisi : sentral

o Konsistensi : kistik

Page 5: Case Kista Ovari

Pemeriksaan Dalam

Vulvovagina : tidak ada kelainan

Portio : tebal, lunak

Ostium uteri eksternum: tertutup

DIAGNOSIS SEMENTARA

Suspek kista ovarium

RENCANA PENGELOLAAN/ TINDAKAN (PLANNING)

Cek lab Hb, Hct, Leukosit, Trombosit, Eritrosit

USG

Cross match

R/ operasi

Informed consent

HASIL PEMERIKSAAN

Tanggal 31/10/2012

Darah rutin:

- Hb : 11.1 gr/dL (N=12-16)

- Leukosit : 16.300 sel/mm3 (N=3.800-10.600)

- Eritrosit : 4,20 juta sel/mm3 (N=3,6-5,8)

- Hematokrit : 33% (N=35-47)

- Trombosit : 191.000 sel/mm3 (N=150.000-440.000)

Page 6: Case Kista Ovari

USG : kista ovarium

DIAGNOSIS KERJA

Kista ovarium

LAPORAN OPERASI

Operator : dr. Agusto

Ass. I       : Neneng

Perawat instrument : Suci

Ahli Anestesi : dr. Haryati., SpAn

Jenis Anestesi : NU

D/ Pre Op   : Kista ovarium

Jenis operasi : salpingo-ovarektomi dextra

D/ Post Op : Kista ovarium

Desinfeksi kulit : betadine 10%

Mulai Operasi : 12.00 WIB 31 Oktober 2012

Jalannya Operasi:

1. Dilakukan tindakan a dan antiseptic pada bagian abdomen dan sekitarnya

2. Dilakukan insisi mediana superior sepanjang 15cm

3. Setelah peritoneum dibuka tampak massa tumor berukuran 30 x 25 x 20 cm, warna putih

kemerahan, permukaan rata.

4. Pada eksplorasi selanjutnya ternyata tumor berada pada ovarium kanan.

5. Kesan kista ovarium kanan

Page 7: Case Kista Ovari

6. Diputuskan melakukan SOD

7. Ligamentum infendibulum kanan diklem, dipotong, dan diikat secara ligasi pada pangkal

tuba kanan, ligamentum ovary proproium diklem, dipotong, diikat sehingga seluruh

massa tumor dapat diangkat.

8. Perdarahan dirawat

9. Setelah yakin tidak ada perdarahan dilakukan reperitonelaisasi .

10. SBR dijahit lapis demi lapis, lapisan petama dijahit secara jelujur interlocking.

11. Lapisan kedua dijahit secara overhecting matras,

12. Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah

13. Fascia dijahit dengan safil no. 1,

14. Luka oprasi dijahit lapis demi lapis, kulit dijahit secara subkutikular

15. Peradarahan selama oprasi ± 300cc

16. Dieresis selama oprasi ± 200cc

Instruksi Post Operasi

1. Puasa s/d bising usus (+)

2. Awasi tanda vital

3. Antibiotic : cefotaxim, metronidazole, kaltropen sup

FOLLOW UP

01/11/2012

KU: CM

TD: 90/50 mmHg

N : 80x/menit

R : 20x/menit

S : 37,80C 

POD I

Mata : konjungtiva anemis (-/-),

sclera icteric: (-/-)

Abd: datar, lembut, NT: (+), BU: (-),

DM: (-), PP/PS: (-/-).

BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)

LO: tertutup

Infus RL 20gtt/menit

Cefotaxim 2x1 IV

Metronidazol 3x500 IV

Kaltropen supp 2x1 IV

Test feeding

Observasi KU dan TTV

Page 8: Case Kista Ovari

02/11/2012

KU: CM

TD: 90/60 mmHg

N : 86x/menit

R : 20x/menit

S : 36,20C

POD II

Mata : konjungtiva anemis (-/-),

sclera icteric: (-/-)

Abd: datar, lembut, NT: (+), BU:

(+), DM: (-), PP/PS: (-/-).

BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)

LO: tertutup verband

Cefadroxil 2x1

As. Mefenamat 3x1

Mobilisasi

Observasi Ku, TTV

03/11/2012

KU: CM

TD: 110/90 mmHg

N : 80x/menit

R : 20x/menit

S : AF 0C

POD III

Mata : konjungtiva anemis (-/-),

sclera icteric: (-/-)

Abd: datar, lembut, NT: (+), BU:

(+), DM: (-), PP/PS: (-/-).

BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)

LO: kering

Cefotaxim 2x1 IV

Metronidazol 3x500 IV

Transfusi bila Hb <8 gr/dl

Observasi Ku, TTV

05/11/2012

KU: CM

TD: 100/60 mmHg

N : 80x/menit

R : 20x/menit

S : 36,20C

POD IV

Mata : konjungtiva anemis (-/-),

sclera icteric: (-/-)

Abd: datar, lembut, NT: (-), BU: (+),

DM: (-), PP/PS: (-/-).

BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)

LO: kering

Perdarahan pervaginam : (-)

As.mefenamat 3 x 1

Ekstra GV

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazole 3 x 500

Observasi Ku, TTV

05/11/2012

KU: CM

TD: 100/60 mmHg

N : 80x/menit

R : 20x/menit

S : 36,20C

POD V

Mata : konjungtiva anemis (-/-),

sclera icteric: (-/-)

Abd: datar, lembut, NT: (-), BU: (+),

BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)

LO: basah

Perdarahan pervaginam : (-)

As.mefenamat 3 x 1

Ekstra GV

Cefotaxime 2 x 1

Metronidazole 3 x 500

Observasi Ku, TTV

Page 9: Case Kista Ovari

06/11/2012

KU: CM

TD: 100/60 mmHg

N : 80x/menit

R : 20x/menit

S : 36,20C

POD VI

Mata : konjungtiva anemis (-/-),

sclera icteric: (-/-)

Abd: datar, lembut, NT: (-), BU: (+),

BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)

LO: kering

Perdarahan pervaginam : (-)

Cefadroxil x 1

As. Mefenamat 3 x 1

Mobilisasi

BLPL

PERMASALAHAN

1. Apakah diagnosa kista ovarium pada pasien ini sudah benar?

2. Bagaimanakah pengelolaan yang seharusnya dilakukan pada pasien ini?

3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

PEMBAHASAN

1. Dalam pengertian luas tumor ovarium mencakup pembengkakan ovarium, yang biasanya

dipikirkan suatu neoplasma. Tetapi tumor ovarium dapat pula berupa kista fungsional (non

neoplastik). Dari sudut diagnosis, semuanya merupakan massa adneksa yang terkadang sulit

untuk dapat memastikan bahwa tumor berasal dari ovarium.

Pada anamnesa harus dibedakan apakah timbul benjolan di perut dalam waktu lama atau

cepat, disertai gangguan haid/tidak, gangguan BAB BAK/tidak dan nyeri perut, riwayat

menarche, usia saat menikah, mempunyai berapa anak sehingga dapat mengarah kearah

keganasan atau jinak.

Pada pemeriksaan fisik harus ditentukan sifat massa tersebut secara cermat. Dengan

pemeriksaan luar dan dalam, ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas tumor dapat ditentukan.

Page 10: Case Kista Ovari

Komplikasi dari tumor jinak ovarium adalah rupture, torsi, suppurasi dan perubahan

kearah keganasan.

Pada kasus ini didiagnosa kista ovarium, karena dari anamnesa dan pemeriksan fisik

kami didapatkan:

1. Usia penderita 24 tahun. Pada masa usia reproduktif massa ovarium yang paling sering

adalah massa ovarium yang jinak. 80-85% tumor ovarium adalah jinak, 2/3nya terdapat

pada wanita usia 20-44 tahun. Kemungkinan tumor ovarium primer menjadi ganas pada

wanita kurang dari 45 tahun adalah 1 : 15. Massa neoplasma lebih dari 80% adalah kista

teratoma (kista dermaid) yang terjadi pada usia reproduksi dengan usia median 30 tahun.

Peningkatan resiko tumor epitel seiring dengan peningkatan usia. Studi terbaru

menyimpulkan bahwa kista teratoma jinak adalah yang paling sering, 66% dari tumor

jinak pada wanita <50thn. Tumor serosa hanya 20%, umumnya jinak, tetapi 5-10%

berpotensi kearah keganasan borderline dan 20-25% menjadi ganas. Sedangkan untuk

tumor musinosum hanya 5-10% yang menjadi ganas. Tumor borderline seringnya

ditemukan pada wanita premenopause yaitu diantara umur 30-50 tahun.

2. Massa yang ada sejak 3 tahun yang lalu tidak disertai rasa nyeri, ini menunjukkan bahwa

belum terjadi komplikasi dari massa tersebut. Yang seringnya terjadi adalah torsio,

ruptur, perdarahan ke dalam kista dan supurasi.

3. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan abdomen datar dan lembut, PS/PP -/-, massa kistik

sebesar kepalan tangan dewasa, mobile, nyeri tekan (-). Massa yang unilateral, kistik,

mobile dan rata lebih cenderung ke arah jinak, dan massa yang bilateral, solid, terfixir,

permukaan irregular, terdapatnya asites, dan progresifitas yang cepat lebih cenderung

menjadi ganas.

4. Dari hasil USG didapatkan kista ovarium.

Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini diagnosis kista

ovarium sudah tepat.

Page 11: Case Kista Ovari

2. Bagaimanakah pengelolaan yang seharusnya dilakukan pada pasien ini?

Pengelolaan pada kista ovarium adalah tergantung dari masih ada tidaknya jaringan

ovarium yang normal. Pengelolaan kista ovarium, antara lain :

- Pembedahan : kistektomi, bila masih ada jaringan ovarium yang sehat.

- Ovarektomi atau salfingovorektomi unilateral, bila sudah tidak ada jaringan ovarium

yang sehat.

- Histerektomi totalis dan salfingovorektomi bilateral bila ditemukan tumor pada usia

≥50 tahun atau sudah menopause. Pada usia muda uterus dapat ditinggalkan dengan

rencana substitusi hormon.

- Pada ovarium tersangka ganas, dalam informed consent harus dijelaskan

kemungkinan perlu dilakukan histerektomi pada pasien yang muda.

3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

Prognosis dari tumor ovarium dibagi berdasarkan faktor patologi anatomi, biologi dan

klinis. Berdasarkan patologi anatomi ditentukan oleh pola diferensiasi sel-sel tumornya, dan

sejauh mana terjadi anaplasia selular dan proporsi sel-sel yang tidak terdeferensiasi merupakan

faktor yang menentukan prognosis yang signifikan. Pada pasien ini belum dapat ditentukan

prognosa berdasarkan patologi anatominya karena belum dilakukan pemeriksaan secara patologi

anatomi. Berdasarkan faktor biologis ditemukan bahwa beberapa faktor biologis mempengaruhi

prognosis, seperti dilakukan penelitian dengan flow sitometri bahwa tumor ovarium pada

umumnya aneuploid. Berdasarkan faktor klinis sehubungan dengan staging, sejauh mana sisa

penyakit setelah operasi primer, jumlah asites, usia pasien, dan keadaan umum semuanya

mempengaruhi prognosis. Pada pasien ini belum dilakukan staging, belum pernah dioperasi

cairan, tidak ditemukan asites, usia pasien dalam masa usia reproduktif. Berdasarkan faktor-

faktor tersebut, maka prognosis pada pasien ini belum dapat ditentukan secara pasti.

Page 12: Case Kista Ovari

Definisi

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada ovarium. Cairan

yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar

ovarium.

Faktor predisposisi

Faktor predisposisi dari kista ovarium adalah :

riwayat kista ovarium sebelumnya

siklus menstruasi yang tidak teratur

peningkatan distribusi lemak tubuh bagian atas

menarche awal (≤11 thn)

infertilitas

hipotiroid dan ketidakseimbangan hormon

terapi tamoxiphen untuk kanker payudara

Tipe kista ovarium

1. Kista fungsionalKista yang terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi normal haid. Kista normal ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya dalam kurun 2-3 siklus haid. Terdapat 2 macam kista fungsional: kista folikular dan kista korpus luteum.

o Kista folikularFolikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone). Pengeluaran hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar, sel telur akan dilepaskan dan mulai perjalannya ke saluran telur (tuba falloppi) untuk dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur, dan bahkan folikel tumbuh terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus haid.

Page 13: Case Kista Ovari

o Kista korpus luteum Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi, kadangkala setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.

2. Kista dermoid Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit, gigi dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masih kecil, bahkan mungkin sudah dibawa dalam kandungan ibunya. Kista ini biasanya kering dan tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat menjadi besar dan menimbulkan nyeri.

3. Kista endometriosis Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri sanggama.

4. Kistadenoma Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium, biasanya bersifat jinak. Kistasenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu organ perut lainnya dan menimbulkan nyeri.

5. Polikistik ovarium Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel yang menyebabkan ovarium menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom polikistik ovarium yang disebabkan oleh gangguan hormonal, terutama hormon androgen yang berlebihan. Kista ini membuat ovarium membesar dan menciptakan lapisan luar tebal yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi, sehingga sering menimbulkan masalah infertilitas.

Tanda dan gejala

nyeri pelvis dan abdomen bawah

siklus haid yang tidak teratur

Page 14: Case Kista Ovari

tekanan atau perasaan penuh pada pelvis atau abdomen bawah

nyeri pelvis jangka panjang selama periode menstrual

nyeri pelvis setelah olahraga atau hubungan seksual

nyeri atau tekanan saat urinasi atau pergerakan usus

mual,muntah

nyeri vaginal atau spotting

infertilitas

Patogenesis dan Patofisiologi

Kista ovarium yang terjadi pada proses normal ovulasi disebut kista fungsional dan selalu

bersifat jinak, dapat berbentuk folikuler dan luteal, kadang disebut kista theca lutein. Kista ini

distimulasi oleh gonadotropin, termasuk follicle-stimulating hormone (FSH) and human

chorionic gonadotropin (hCG).

Kista fungsional multiple dapat terjadi sebagai akibat stimulasi atau sensitivitas berlebih

dari gonadotropin. Pada neoplasia trofoblastik gestasional (mola hydatidiform dan

koriokarsinoma) dan jarang pada kehamilan kembar dan diabetes, hCG menimbulkan keadaan

yang disebut hiperreaktif luteinalis. Pada pasien dengan perawatan infertilitas, ovulasi

diinduksi oleh gonadotropin (FSH dan LH) dan jarang dengan clomiphen citrate, akan

memicu sindrom hiperstimulasi ovarium., terutama jika diiringi dengan pemberian hCG

Kista neoplastik terjadi dengan pertumbuhan berlebihan dari sel yang tidak sesuai di

dalam ovarium dan dapat bersifat ganas maupun jinak. Neoplasma ganas dapat terjadi pada

semua tipe sel dan jaringan ovarium. Namun, kejadian paling sering adalah peningkatan

epithelium permukaan (mesothelium), dan sebagian besar merupakan lesi kistik. Bagian dari

kanker ini adalah cysadenoma serosa dan mukosa. Tumor ganas ovarium lain dapat meliputi

area kistik, termasuk diantaranya tumor sel granulose dari sel stroma sex cord dan tumor sel

germinal dari sel germinal primordial. Teratoma adalah bentuk dari tumor sel germinal yang

mengandung semua elemen dari 3 lapisan germinal embrionik, yaitu, ektoderm, endoderm,

mesoderm.

Page 15: Case Kista Ovari

Endometrioma adalah kista yang berisi darah yang berasal dari endometrium ektopik.

Pada sindrom polikistik ovarium, kadangkala ovarium mengandung kista folikuler multiple

berdiameter 2-5 mm dengan sonogram.

Diagnosis

Biasanya kista ovarium tidak menimbulkan gejala dan ditemukan saat pemeriksaan rutin atau

melalui USG secara kebetulan. Gejala yang mungkin muncul pada kista adalah :

nyeri pelvis dan abdomen bawah

siklus haid yang tidak teratur

tekanan atau perasaan penuh pada pelvis atau abdomen bawah

nyeri pelvis jangka panjang selama periode menstrual

nyeri pelvis setelah olahraga atau hubungan seksual

nyeri atau tekanan saat urinasi atau pergerakan usus

mual,muntah

nyeri vaginal atau spotting

infertilitas

Dapat dilakukan berbagai pemeriksaan diantaranya :

endovaginal ultrasound, merupakan tes terbaik dalam mendiagnosis kista ovarium

pemeriksaan serum Ca 125

pemeriksaan kadar hormon

kuldosentesis

laparoskopi

Anamnesis

timbul benjolan di perut dalam waktu yang relatif lama

kadang-kadang disertai gangguan haid, gangguan buang air kecil/buang air besar

nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, atau pecah

Pemeriksaan

Page 16: Case Kista Ovari

Pemeriksaan luar

Ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah, di samping uterus dengan

ukuran < 8 cm

Pemeriksaaan dalam

Pada pemeriksaan dalam letak tumor di sebelah kanan/kiri uterus atau

mengisi kavum Douglas

Konsistensi : kistik, mobile, permukaan umumnya rata

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan lab : tumor marker (CA 125), Hb, Ht, leukosit, laju endap darah

Tumor marker (CA 125)

CA 125 dihasilkan oleh banyak sel, terutama oleh sel-sel kanker ovarium.

Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita penderita kanker ovarium, terdapat

peningkatan CA 125. Pada wanita penderita kanker ovarium yang dikemoterapi,

penurunan CA125 setelah pengobatan mengindikasikan kanker tersebut respon

terhadap pengobatan. Sebaliknya, adanya peningkatan CA 125 setelah pengobatan

mengindikasikan kanker tersebut tidak respon terhadap pengobatan atau sel-sel

kanker masih tetap ada di dalam tubuh. Dokter dapat menggunakan level CA 125

untuk memonitor rekurensi dari kanker ovarium.

Tidak semua wanita dengan peningkatan level CA 125 menderita kanker

ovarium. CA 125 juga dapat meningkat pada kanker uterus, serviks, hati, kolon,

payudara, paru-paru, dan saluran pencernaan. Pada penyakit non-kanker, level CA

125 juga dapt meningkat seperti pada endometriosis, PID, peritonitis, pancreatitis,

penyakit liver, dan inflamasi pleura. CA 125 dapat meningkat pada menstruasi

dan kehamilan. Nilai normal CA 125 adalah < 35 U/ml.

Tes kehamilan

USG

Laparoskopi

Page 17: Case Kista Ovari

Perbedaan antara massa jinak dan ganas

Karakteristik Jinak Ganas

Ukuran < 8 cm > 8 cm

Jumlah dan

konsistensi

Unilocular simple cyst Multilocular complex cyst

dengan adanya komponen

padat

Batas Batas jelas dan regular Batas tidak jelas, adanya

nodular dan projeksi papila

Lateral Unilateral Bilateral

Mobilitas Mobile Immobile atau melekat

pada struktur lain

Pertumbuhan Lambat Cepat

Diagnosis banding

Abses abdomen

Kehamilan ektopik

Kanker ovarium

Diverticular disease

Hydronephrosis

Hydrosalpinx

Paraovarian cyst

Pedunculated leiomyoma

Pelvic kidney

Page 18: Case Kista Ovari

Pelvic lymphocele

Peritoneal cyst

Tubo-ovarian abscess

Penatalaksanaan

Medikasi

Analgetik, meliputi acetaminophen (Tylenol), nonsteroidal anti-inflammatory drugs

seperti (Motrin, Advil), atau obat jenis narkotik (dengan resep) dapat menmbantu

mengurangi nyeri pelvis. NSAIDs biasanya bekerja dengan baik saat nyeri pertama.

Mandi air hangat atau bantal pemanas atau botol berisi air panas yang diletakkan pada

abdomen bawah berdekatan dengan ovarium dapat merelaksaikan otot yang tegang dan

mengurangi kram, tidak nyaman, memicu sirkulasi dan penyembuhan ovarium. Kantung

berisis es yang ditutupi handuk dapat digunakan bergantian sebagai terapi dingin untuk

meningkatkan sirkulasi local.

Urinasi segera setelah keinginan timbul dengan sendirinya.

Menghindari konstipasi, yang tidak disebabkan oleh kista ovarium, namun akan

menambah rasa tidak nyaman pada pelvis.

Mengurangi asupan kafein dan alcohol, gula, meningkatkan makanan kaya vitamin A dan

karoten (wortel, tomat, dan sayuran hijau) dan vitamin B (gandum utuh).

Metode kombinasi dari kontrasepsi hormonal seperti pil kontrasepsi oral kombinasi,

hormone dalam pil akan mengatur siklus menstruasi, mencegah pembentukan folikel

yang dapat berubah menjadi kista dan mungkin mengecilkan kista yang sudah ada.

Membatasi aktifitas fisik berlebihan dapat mengurangi resiko rupture atau torsio kista.

Terapi operatif :

Page 19: Case Kista Ovari

Kista ovarium fungsional yang lebih besar dari 5-10 cm dan kista ovarium kompleks

sebaiknya dikeluarkan dengan operasi.

Laparoskopi untuk pasien yang telah menjalani pemeriksaan dan tidak memiliki penyakit

keganasan. Contohnya pada pasien penderita dermoid atau endometrioma,pasien dengan

kista fungsional yang menimbulkan gejala dan tidak membaik dengan manejemen

konservatif, dan pasien dengan gejala akut. Pada kasus di atas, salah satu harus bisa

dipisahkan dari penempelan kista.

Laparotomi harus dilakukan pada pasien yang dianggap memiliki risiko keganasan dan

pasien dengan kista tampak jinak yang tidak bisa dipisahkan secara laparoskopi.

Laparoskopi atau laparotomi, dilakukan dengan tujuan :

Konfirmasi diagnosis kista ovarium

Penatalaksanaan apabila kista ternyata ganas

Pengambilan cairan dari pencucian peritoneum untuk penatalaksanaan

sitologi

Mengambil seluruh kista secara utuh untuk pemeriksaan patologik,

termasuk frozen section, yang mungkin berarti mengeluarkan seluruh

ovarium

Memeriksa ovarium sebelahnya dan organ abdominal lainnya.

Eksisi kista, dengan mempertahankan ovarium, dapat dilakukan pada pasien yang masih

ingin mempertahankan ovariumnya untuk fertilitas atau alasan lainnya. Seperti

endometrioma, dermoid, dan kista fungsional..

Apabila kista ovarium jinak, pengambilan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan

pada wanita postmenopause, perimenopause, dan premenopause yang umurnya lebih dari

35 tahun dan memiliki keturunan dan kemungkinan memiliki risiko tinggi menjadi

kanker ovarium. Hal ini perlu didiskusikan dengan pasien sebelum operasi.

Page 20: Case Kista Ovari

Spesialis gineko-onkologi harus bersedia membantu pasien yang menjalani operasi pada

kista ovarium yang berpotensi ganas. Hal ini memungkinkan untuk dilakukannya operasi

yang tepat pada pasien yang ternyata memiliki kanker. Jika memungkinkan, pasien

sebaiknya sudah berkonsultasi dengan spesialis gineko-onkologi sebelum operasi untuk

menanggulangi semua masalah yang diperkirakan akan muncul.

Komplikasi

Torsion

Ruptur

Perdarahan

Keganasan

Prognosis

Prognosis pada pasien kista jinak sangat baik. Semua kista dapat kembali muncul pada

sisa jaringan ovarium atau ovarium sebelahnya.

Tingkat mortalitas pada kasus kanker ganas ovarium berkaitan dengan stadium ketika

diagnosis ditegakkan, dan biasanya pasien datang pada stadium yang sudah lanjut. Secara

keseluruhan, rasio bertahan hidup setelah 5 tahun adalah sekitar 41,6%, bervariasi antara

86,9% untuk stadium Ia FIGO dan 11,1% untukstadium IV.

Sel tumor granulose menunjukkan rasio bertahan hidup sebesar 82%, sedangkan sel

kanker skuamos yang berkembang dari kista dermoid memiliki prognosis yang buruk.

Kebanyakan sel tumor germinal biasanya didiagnosa pada stadium awal dan memiliki

prognosis yang baik. Stadium lanjut dari dysgerminoma memiliki prognosis yang lebih

baik dibandingkan sel tumor germinal nondysgerminoma.

Sekelompok tumor yang kurang agresif dan memiliki potensi keganasan yang rendah

berkembang secara jinak namun masih berhubungan dengan mortalitas. Rasio bertahan hidup

setelah 5 tahun adalah 86,2%.

Page 21: Case Kista Ovari

DAFTAR PUSTAKA

1. Howard Wj.Ovarian Cyst and Tumors & Epithelial Ovarian Cancer.Novaks’s Textbook of

Gynecology.12th ed. Williams &wilkins Baltimore.1988:1155-1171

2. Berek JS. Epithelial Ovarian Cancer. Practical Gynecology Oncology, 2nd ed. Baltimore :

Williams & Wilkins, 1994:327-366

3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS Bagian II Ginekologi, Tahun

2005.

4. Helm, C.William.www.e-medicine.com/Ovarian cyst (akses : November 2008)

5. J. Bader, Thomas. Ob/Gyn Secrets 3rd edition. Pennsylvania, USA. 2005

6. http://www.globaladvancedmedia.com. Tumor Markers. (akses : 6 Desember 2008)