Upload
nobumblebee
View
138
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
:)
Citation preview
CASE REPORT SESSION (CRS)Kista Ovarium
Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF Ilmu Kedokteran Obstetri-Ginekologi
Disusun oleh:Octiara Gisca Amilia
1102008186
Preseptor:Dr.H.Rizki Safaat Nurrahim,spOG. M.kes.
SMF ILMU KEDOKTERAN OBSTETRI-GINEKOLOGIPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA
RSUD DR.SLAMET GARUT2012
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Ny. E
Umur : 24 tahun
Alamat : Cisompet-Garut
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status : Menikah
Nama suami : Tn. O
Umur suami : 23 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan suami : Buruh
Tanggal Masuk : 29 Oktober 2012
KELUHAN UTAMA
Teraba benjolan di perut
ANAMNESIS
Pasien P1A1 merasa teraba benjolan di bagian perut dan terasa semakin membesar sejak
±3 tahun sebelum masuk rumah sakit. Nyeri tekan tidak dirasakan. Os mengaku mengalami nyeri
haid sejak ± 2 tahun sebelum masuk rumah sakit.
RIWAYAT OBSTETRI
Kehamilan
ke
Tempat Penolong Cara
kehamilan
Cara
persalinan
BB
lahir
Jenis
kelamin
Usia Keadaan
I RSU Dokter 9 bulan Spontan 2700gr P 2 th H
KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah pertama kali :
Istri, usia: 20 thn, pendidikan terakhir: SD, pekerjaan: IRT
Suami, usia: 19 thn, pendidikan terakhir: SMP, pekerjaan: buruh
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : teratur
Lama haid : 5 hari
Jumlah darah : Biasa
Nyeri haid : Nyeri
Kontrasepsi : Tidak pernah
PEMERIKSAAN FISIK STATUS PRAESENS
Keadaan umum : composmentis
Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,5oC
Kepala
Konjungtiva : anemis (-)(-)
Sklera : ikterik (-)(-)
Leher
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
Thorak
Paru-paru : sonor, VBS kiri=kanan, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : BJ 1 dan BJ 2 murni reguler, murmur (-)
Abdomen : cembung, lunak DM (-), NT(-), PS/PP -/-
Liver : tidak ada kelainan
Lien : tidak ada kelainan
Ekstrimitas
Edema : (-)(-)
Varises : (-)(-)
STATUS GINEKOLOGIK
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : perut membesar
Palpasi :fundus uteri tidak teraba
o Massa tumor : teraba
o Mobilitas : immobile
o Posisi : sentral
o Konsistensi : kistik
Pemeriksaan Dalam
Vulvovagina : tidak ada kelainan
Portio : tebal, lunak
Ostium uteri eksternum: tertutup
DIAGNOSIS SEMENTARA
Suspek kista ovarium
RENCANA PENGELOLAAN/ TINDAKAN (PLANNING)
Cek lab Hb, Hct, Leukosit, Trombosit, Eritrosit
USG
Cross match
R/ operasi
Informed consent
HASIL PEMERIKSAAN
Tanggal 31/10/2012
Darah rutin:
- Hb : 11.1 gr/dL (N=12-16)
- Leukosit : 16.300 sel/mm3 (N=3.800-10.600)
- Eritrosit : 4,20 juta sel/mm3 (N=3,6-5,8)
- Hematokrit : 33% (N=35-47)
- Trombosit : 191.000 sel/mm3 (N=150.000-440.000)
USG : kista ovarium
DIAGNOSIS KERJA
Kista ovarium
LAPORAN OPERASI
Operator : dr. Agusto
Ass. I : Neneng
Perawat instrument : Suci
Ahli Anestesi : dr. Haryati., SpAn
Jenis Anestesi : NU
D/ Pre Op : Kista ovarium
Jenis operasi : salpingo-ovarektomi dextra
D/ Post Op : Kista ovarium
Desinfeksi kulit : betadine 10%
Mulai Operasi : 12.00 WIB 31 Oktober 2012
Jalannya Operasi:
1. Dilakukan tindakan a dan antiseptic pada bagian abdomen dan sekitarnya
2. Dilakukan insisi mediana superior sepanjang 15cm
3. Setelah peritoneum dibuka tampak massa tumor berukuran 30 x 25 x 20 cm, warna putih
kemerahan, permukaan rata.
4. Pada eksplorasi selanjutnya ternyata tumor berada pada ovarium kanan.
5. Kesan kista ovarium kanan
6. Diputuskan melakukan SOD
7. Ligamentum infendibulum kanan diklem, dipotong, dan diikat secara ligasi pada pangkal
tuba kanan, ligamentum ovary proproium diklem, dipotong, diikat sehingga seluruh
massa tumor dapat diangkat.
8. Perdarahan dirawat
9. Setelah yakin tidak ada perdarahan dilakukan reperitonelaisasi .
10. SBR dijahit lapis demi lapis, lapisan petama dijahit secara jelujur interlocking.
11. Lapisan kedua dijahit secara overhecting matras,
12. Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah
13. Fascia dijahit dengan safil no. 1,
14. Luka oprasi dijahit lapis demi lapis, kulit dijahit secara subkutikular
15. Peradarahan selama oprasi ± 300cc
16. Dieresis selama oprasi ± 200cc
Instruksi Post Operasi
1. Puasa s/d bising usus (+)
2. Awasi tanda vital
3. Antibiotic : cefotaxim, metronidazole, kaltropen sup
FOLLOW UP
01/11/2012
KU: CM
TD: 90/50 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : 37,80C
POD I
Mata : konjungtiva anemis (-/-),
sclera icteric: (-/-)
Abd: datar, lembut, NT: (+), BU: (-),
DM: (-), PP/PS: (-/-).
BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)
LO: tertutup
Infus RL 20gtt/menit
Cefotaxim 2x1 IV
Metronidazol 3x500 IV
Kaltropen supp 2x1 IV
Test feeding
Observasi KU dan TTV
02/11/2012
KU: CM
TD: 90/60 mmHg
N : 86x/menit
R : 20x/menit
S : 36,20C
POD II
Mata : konjungtiva anemis (-/-),
sclera icteric: (-/-)
Abd: datar, lembut, NT: (+), BU:
(+), DM: (-), PP/PS: (-/-).
BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)
LO: tertutup verband
Cefadroxil 2x1
As. Mefenamat 3x1
Mobilisasi
Observasi Ku, TTV
03/11/2012
KU: CM
TD: 110/90 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : AF 0C
POD III
Mata : konjungtiva anemis (-/-),
sclera icteric: (-/-)
Abd: datar, lembut, NT: (+), BU:
(+), DM: (-), PP/PS: (-/-).
BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)
LO: kering
Cefotaxim 2x1 IV
Metronidazol 3x500 IV
Transfusi bila Hb <8 gr/dl
Observasi Ku, TTV
05/11/2012
KU: CM
TD: 100/60 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : 36,20C
POD IV
Mata : konjungtiva anemis (-/-),
sclera icteric: (-/-)
Abd: datar, lembut, NT: (-), BU: (+),
DM: (-), PP/PS: (-/-).
BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)
LO: kering
Perdarahan pervaginam : (-)
As.mefenamat 3 x 1
Ekstra GV
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazole 3 x 500
Observasi Ku, TTV
05/11/2012
KU: CM
TD: 100/60 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : 36,20C
POD V
Mata : konjungtiva anemis (-/-),
sclera icteric: (-/-)
Abd: datar, lembut, NT: (-), BU: (+),
BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)
LO: basah
Perdarahan pervaginam : (-)
As.mefenamat 3 x 1
Ekstra GV
Cefotaxime 2 x 1
Metronidazole 3 x 500
Observasi Ku, TTV
06/11/2012
KU: CM
TD: 100/60 mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : 36,20C
POD VI
Mata : konjungtiva anemis (-/-),
sclera icteric: (-/-)
Abd: datar, lembut, NT: (-), BU: (+),
BAK : (+) , BAB : (-), Flatus : (+)
LO: kering
Perdarahan pervaginam : (-)
Cefadroxil x 1
As. Mefenamat 3 x 1
Mobilisasi
BLPL
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosa kista ovarium pada pasien ini sudah benar?
2. Bagaimanakah pengelolaan yang seharusnya dilakukan pada pasien ini?
3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?
PEMBAHASAN
1. Dalam pengertian luas tumor ovarium mencakup pembengkakan ovarium, yang biasanya
dipikirkan suatu neoplasma. Tetapi tumor ovarium dapat pula berupa kista fungsional (non
neoplastik). Dari sudut diagnosis, semuanya merupakan massa adneksa yang terkadang sulit
untuk dapat memastikan bahwa tumor berasal dari ovarium.
Pada anamnesa harus dibedakan apakah timbul benjolan di perut dalam waktu lama atau
cepat, disertai gangguan haid/tidak, gangguan BAB BAK/tidak dan nyeri perut, riwayat
menarche, usia saat menikah, mempunyai berapa anak sehingga dapat mengarah kearah
keganasan atau jinak.
Pada pemeriksaan fisik harus ditentukan sifat massa tersebut secara cermat. Dengan
pemeriksaan luar dan dalam, ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas tumor dapat ditentukan.
Komplikasi dari tumor jinak ovarium adalah rupture, torsi, suppurasi dan perubahan
kearah keganasan.
Pada kasus ini didiagnosa kista ovarium, karena dari anamnesa dan pemeriksan fisik
kami didapatkan:
1. Usia penderita 24 tahun. Pada masa usia reproduktif massa ovarium yang paling sering
adalah massa ovarium yang jinak. 80-85% tumor ovarium adalah jinak, 2/3nya terdapat
pada wanita usia 20-44 tahun. Kemungkinan tumor ovarium primer menjadi ganas pada
wanita kurang dari 45 tahun adalah 1 : 15. Massa neoplasma lebih dari 80% adalah kista
teratoma (kista dermaid) yang terjadi pada usia reproduksi dengan usia median 30 tahun.
Peningkatan resiko tumor epitel seiring dengan peningkatan usia. Studi terbaru
menyimpulkan bahwa kista teratoma jinak adalah yang paling sering, 66% dari tumor
jinak pada wanita <50thn. Tumor serosa hanya 20%, umumnya jinak, tetapi 5-10%
berpotensi kearah keganasan borderline dan 20-25% menjadi ganas. Sedangkan untuk
tumor musinosum hanya 5-10% yang menjadi ganas. Tumor borderline seringnya
ditemukan pada wanita premenopause yaitu diantara umur 30-50 tahun.
2. Massa yang ada sejak 3 tahun yang lalu tidak disertai rasa nyeri, ini menunjukkan bahwa
belum terjadi komplikasi dari massa tersebut. Yang seringnya terjadi adalah torsio,
ruptur, perdarahan ke dalam kista dan supurasi.
3. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan abdomen datar dan lembut, PS/PP -/-, massa kistik
sebesar kepalan tangan dewasa, mobile, nyeri tekan (-). Massa yang unilateral, kistik,
mobile dan rata lebih cenderung ke arah jinak, dan massa yang bilateral, solid, terfixir,
permukaan irregular, terdapatnya asites, dan progresifitas yang cepat lebih cenderung
menjadi ganas.
4. Dari hasil USG didapatkan kista ovarium.
Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini diagnosis kista
ovarium sudah tepat.
2. Bagaimanakah pengelolaan yang seharusnya dilakukan pada pasien ini?
Pengelolaan pada kista ovarium adalah tergantung dari masih ada tidaknya jaringan
ovarium yang normal. Pengelolaan kista ovarium, antara lain :
- Pembedahan : kistektomi, bila masih ada jaringan ovarium yang sehat.
- Ovarektomi atau salfingovorektomi unilateral, bila sudah tidak ada jaringan ovarium
yang sehat.
- Histerektomi totalis dan salfingovorektomi bilateral bila ditemukan tumor pada usia
≥50 tahun atau sudah menopause. Pada usia muda uterus dapat ditinggalkan dengan
rencana substitusi hormon.
- Pada ovarium tersangka ganas, dalam informed consent harus dijelaskan
kemungkinan perlu dilakukan histerektomi pada pasien yang muda.
3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?
Prognosis dari tumor ovarium dibagi berdasarkan faktor patologi anatomi, biologi dan
klinis. Berdasarkan patologi anatomi ditentukan oleh pola diferensiasi sel-sel tumornya, dan
sejauh mana terjadi anaplasia selular dan proporsi sel-sel yang tidak terdeferensiasi merupakan
faktor yang menentukan prognosis yang signifikan. Pada pasien ini belum dapat ditentukan
prognosa berdasarkan patologi anatominya karena belum dilakukan pemeriksaan secara patologi
anatomi. Berdasarkan faktor biologis ditemukan bahwa beberapa faktor biologis mempengaruhi
prognosis, seperti dilakukan penelitian dengan flow sitometri bahwa tumor ovarium pada
umumnya aneuploid. Berdasarkan faktor klinis sehubungan dengan staging, sejauh mana sisa
penyakit setelah operasi primer, jumlah asites, usia pasien, dan keadaan umum semuanya
mempengaruhi prognosis. Pada pasien ini belum dilakukan staging, belum pernah dioperasi
cairan, tidak ditemukan asites, usia pasien dalam masa usia reproduktif. Berdasarkan faktor-
faktor tersebut, maka prognosis pada pasien ini belum dapat ditentukan secara pasti.
Definisi
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada ovarium. Cairan
yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar
ovarium.
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dari kista ovarium adalah :
riwayat kista ovarium sebelumnya
siklus menstruasi yang tidak teratur
peningkatan distribusi lemak tubuh bagian atas
menarche awal (≤11 thn)
infertilitas
hipotiroid dan ketidakseimbangan hormon
terapi tamoxiphen untuk kanker payudara
Tipe kista ovarium
1. Kista fungsionalKista yang terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi normal haid. Kista normal ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya dalam kurun 2-3 siklus haid. Terdapat 2 macam kista fungsional: kista folikular dan kista korpus luteum.
o Kista folikularFolikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone). Pengeluaran hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar, sel telur akan dilepaskan dan mulai perjalannya ke saluran telur (tuba falloppi) untuk dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur, dan bahkan folikel tumbuh terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus haid.
o Kista korpus luteum Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi, kadangkala setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.
2. Kista dermoid Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit, gigi dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masih kecil, bahkan mungkin sudah dibawa dalam kandungan ibunya. Kista ini biasanya kering dan tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat menjadi besar dan menimbulkan nyeri.
3. Kista endometriosis Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri sanggama.
4. Kistadenoma Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium, biasanya bersifat jinak. Kistasenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu organ perut lainnya dan menimbulkan nyeri.
5. Polikistik ovarium Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel yang menyebabkan ovarium menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom polikistik ovarium yang disebabkan oleh gangguan hormonal, terutama hormon androgen yang berlebihan. Kista ini membuat ovarium membesar dan menciptakan lapisan luar tebal yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi, sehingga sering menimbulkan masalah infertilitas.
Tanda dan gejala
nyeri pelvis dan abdomen bawah
siklus haid yang tidak teratur
tekanan atau perasaan penuh pada pelvis atau abdomen bawah
nyeri pelvis jangka panjang selama periode menstrual
nyeri pelvis setelah olahraga atau hubungan seksual
nyeri atau tekanan saat urinasi atau pergerakan usus
mual,muntah
nyeri vaginal atau spotting
infertilitas
Patogenesis dan Patofisiologi
Kista ovarium yang terjadi pada proses normal ovulasi disebut kista fungsional dan selalu
bersifat jinak, dapat berbentuk folikuler dan luteal, kadang disebut kista theca lutein. Kista ini
distimulasi oleh gonadotropin, termasuk follicle-stimulating hormone (FSH) and human
chorionic gonadotropin (hCG).
Kista fungsional multiple dapat terjadi sebagai akibat stimulasi atau sensitivitas berlebih
dari gonadotropin. Pada neoplasia trofoblastik gestasional (mola hydatidiform dan
koriokarsinoma) dan jarang pada kehamilan kembar dan diabetes, hCG menimbulkan keadaan
yang disebut hiperreaktif luteinalis. Pada pasien dengan perawatan infertilitas, ovulasi
diinduksi oleh gonadotropin (FSH dan LH) dan jarang dengan clomiphen citrate, akan
memicu sindrom hiperstimulasi ovarium., terutama jika diiringi dengan pemberian hCG
Kista neoplastik terjadi dengan pertumbuhan berlebihan dari sel yang tidak sesuai di
dalam ovarium dan dapat bersifat ganas maupun jinak. Neoplasma ganas dapat terjadi pada
semua tipe sel dan jaringan ovarium. Namun, kejadian paling sering adalah peningkatan
epithelium permukaan (mesothelium), dan sebagian besar merupakan lesi kistik. Bagian dari
kanker ini adalah cysadenoma serosa dan mukosa. Tumor ganas ovarium lain dapat meliputi
area kistik, termasuk diantaranya tumor sel granulose dari sel stroma sex cord dan tumor sel
germinal dari sel germinal primordial. Teratoma adalah bentuk dari tumor sel germinal yang
mengandung semua elemen dari 3 lapisan germinal embrionik, yaitu, ektoderm, endoderm,
mesoderm.
Endometrioma adalah kista yang berisi darah yang berasal dari endometrium ektopik.
Pada sindrom polikistik ovarium, kadangkala ovarium mengandung kista folikuler multiple
berdiameter 2-5 mm dengan sonogram.
Diagnosis
Biasanya kista ovarium tidak menimbulkan gejala dan ditemukan saat pemeriksaan rutin atau
melalui USG secara kebetulan. Gejala yang mungkin muncul pada kista adalah :
nyeri pelvis dan abdomen bawah
siklus haid yang tidak teratur
tekanan atau perasaan penuh pada pelvis atau abdomen bawah
nyeri pelvis jangka panjang selama periode menstrual
nyeri pelvis setelah olahraga atau hubungan seksual
nyeri atau tekanan saat urinasi atau pergerakan usus
mual,muntah
nyeri vaginal atau spotting
infertilitas
Dapat dilakukan berbagai pemeriksaan diantaranya :
endovaginal ultrasound, merupakan tes terbaik dalam mendiagnosis kista ovarium
pemeriksaan serum Ca 125
pemeriksaan kadar hormon
kuldosentesis
laparoskopi
Anamnesis
timbul benjolan di perut dalam waktu yang relatif lama
kadang-kadang disertai gangguan haid, gangguan buang air kecil/buang air besar
nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, atau pecah
Pemeriksaan
Pemeriksaan luar
Ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah, di samping uterus dengan
ukuran < 8 cm
Pemeriksaaan dalam
Pada pemeriksaan dalam letak tumor di sebelah kanan/kiri uterus atau
mengisi kavum Douglas
Konsistensi : kistik, mobile, permukaan umumnya rata
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab : tumor marker (CA 125), Hb, Ht, leukosit, laju endap darah
Tumor marker (CA 125)
CA 125 dihasilkan oleh banyak sel, terutama oleh sel-sel kanker ovarium.
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita penderita kanker ovarium, terdapat
peningkatan CA 125. Pada wanita penderita kanker ovarium yang dikemoterapi,
penurunan CA125 setelah pengobatan mengindikasikan kanker tersebut respon
terhadap pengobatan. Sebaliknya, adanya peningkatan CA 125 setelah pengobatan
mengindikasikan kanker tersebut tidak respon terhadap pengobatan atau sel-sel
kanker masih tetap ada di dalam tubuh. Dokter dapat menggunakan level CA 125
untuk memonitor rekurensi dari kanker ovarium.
Tidak semua wanita dengan peningkatan level CA 125 menderita kanker
ovarium. CA 125 juga dapat meningkat pada kanker uterus, serviks, hati, kolon,
payudara, paru-paru, dan saluran pencernaan. Pada penyakit non-kanker, level CA
125 juga dapt meningkat seperti pada endometriosis, PID, peritonitis, pancreatitis,
penyakit liver, dan inflamasi pleura. CA 125 dapat meningkat pada menstruasi
dan kehamilan. Nilai normal CA 125 adalah < 35 U/ml.
Tes kehamilan
USG
Laparoskopi
Perbedaan antara massa jinak dan ganas
Karakteristik Jinak Ganas
Ukuran < 8 cm > 8 cm
Jumlah dan
konsistensi
Unilocular simple cyst Multilocular complex cyst
dengan adanya komponen
padat
Batas Batas jelas dan regular Batas tidak jelas, adanya
nodular dan projeksi papila
Lateral Unilateral Bilateral
Mobilitas Mobile Immobile atau melekat
pada struktur lain
Pertumbuhan Lambat Cepat
Diagnosis banding
Abses abdomen
Kehamilan ektopik
Kanker ovarium
Diverticular disease
Hydronephrosis
Hydrosalpinx
Paraovarian cyst
Pedunculated leiomyoma
Pelvic kidney
Pelvic lymphocele
Peritoneal cyst
Tubo-ovarian abscess
Penatalaksanaan
Medikasi
Analgetik, meliputi acetaminophen (Tylenol), nonsteroidal anti-inflammatory drugs
seperti (Motrin, Advil), atau obat jenis narkotik (dengan resep) dapat menmbantu
mengurangi nyeri pelvis. NSAIDs biasanya bekerja dengan baik saat nyeri pertama.
Mandi air hangat atau bantal pemanas atau botol berisi air panas yang diletakkan pada
abdomen bawah berdekatan dengan ovarium dapat merelaksaikan otot yang tegang dan
mengurangi kram, tidak nyaman, memicu sirkulasi dan penyembuhan ovarium. Kantung
berisis es yang ditutupi handuk dapat digunakan bergantian sebagai terapi dingin untuk
meningkatkan sirkulasi local.
Urinasi segera setelah keinginan timbul dengan sendirinya.
Menghindari konstipasi, yang tidak disebabkan oleh kista ovarium, namun akan
menambah rasa tidak nyaman pada pelvis.
Mengurangi asupan kafein dan alcohol, gula, meningkatkan makanan kaya vitamin A dan
karoten (wortel, tomat, dan sayuran hijau) dan vitamin B (gandum utuh).
Metode kombinasi dari kontrasepsi hormonal seperti pil kontrasepsi oral kombinasi,
hormone dalam pil akan mengatur siklus menstruasi, mencegah pembentukan folikel
yang dapat berubah menjadi kista dan mungkin mengecilkan kista yang sudah ada.
Membatasi aktifitas fisik berlebihan dapat mengurangi resiko rupture atau torsio kista.
Terapi operatif :
Kista ovarium fungsional yang lebih besar dari 5-10 cm dan kista ovarium kompleks
sebaiknya dikeluarkan dengan operasi.
Laparoskopi untuk pasien yang telah menjalani pemeriksaan dan tidak memiliki penyakit
keganasan. Contohnya pada pasien penderita dermoid atau endometrioma,pasien dengan
kista fungsional yang menimbulkan gejala dan tidak membaik dengan manejemen
konservatif, dan pasien dengan gejala akut. Pada kasus di atas, salah satu harus bisa
dipisahkan dari penempelan kista.
Laparotomi harus dilakukan pada pasien yang dianggap memiliki risiko keganasan dan
pasien dengan kista tampak jinak yang tidak bisa dipisahkan secara laparoskopi.
Laparoskopi atau laparotomi, dilakukan dengan tujuan :
Konfirmasi diagnosis kista ovarium
Penatalaksanaan apabila kista ternyata ganas
Pengambilan cairan dari pencucian peritoneum untuk penatalaksanaan
sitologi
Mengambil seluruh kista secara utuh untuk pemeriksaan patologik,
termasuk frozen section, yang mungkin berarti mengeluarkan seluruh
ovarium
Memeriksa ovarium sebelahnya dan organ abdominal lainnya.
Eksisi kista, dengan mempertahankan ovarium, dapat dilakukan pada pasien yang masih
ingin mempertahankan ovariumnya untuk fertilitas atau alasan lainnya. Seperti
endometrioma, dermoid, dan kista fungsional..
Apabila kista ovarium jinak, pengambilan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan
pada wanita postmenopause, perimenopause, dan premenopause yang umurnya lebih dari
35 tahun dan memiliki keturunan dan kemungkinan memiliki risiko tinggi menjadi
kanker ovarium. Hal ini perlu didiskusikan dengan pasien sebelum operasi.
Spesialis gineko-onkologi harus bersedia membantu pasien yang menjalani operasi pada
kista ovarium yang berpotensi ganas. Hal ini memungkinkan untuk dilakukannya operasi
yang tepat pada pasien yang ternyata memiliki kanker. Jika memungkinkan, pasien
sebaiknya sudah berkonsultasi dengan spesialis gineko-onkologi sebelum operasi untuk
menanggulangi semua masalah yang diperkirakan akan muncul.
Komplikasi
Torsion
Ruptur
Perdarahan
Keganasan
Prognosis
Prognosis pada pasien kista jinak sangat baik. Semua kista dapat kembali muncul pada
sisa jaringan ovarium atau ovarium sebelahnya.
Tingkat mortalitas pada kasus kanker ganas ovarium berkaitan dengan stadium ketika
diagnosis ditegakkan, dan biasanya pasien datang pada stadium yang sudah lanjut. Secara
keseluruhan, rasio bertahan hidup setelah 5 tahun adalah sekitar 41,6%, bervariasi antara
86,9% untuk stadium Ia FIGO dan 11,1% untukstadium IV.
Sel tumor granulose menunjukkan rasio bertahan hidup sebesar 82%, sedangkan sel
kanker skuamos yang berkembang dari kista dermoid memiliki prognosis yang buruk.
Kebanyakan sel tumor germinal biasanya didiagnosa pada stadium awal dan memiliki
prognosis yang baik. Stadium lanjut dari dysgerminoma memiliki prognosis yang lebih
baik dibandingkan sel tumor germinal nondysgerminoma.
Sekelompok tumor yang kurang agresif dan memiliki potensi keganasan yang rendah
berkembang secara jinak namun masih berhubungan dengan mortalitas. Rasio bertahan hidup
setelah 5 tahun adalah 86,2%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Howard Wj.Ovarian Cyst and Tumors & Epithelial Ovarian Cancer.Novaks’s Textbook of
Gynecology.12th ed. Williams &wilkins Baltimore.1988:1155-1171
2. Berek JS. Epithelial Ovarian Cancer. Practical Gynecology Oncology, 2nd ed. Baltimore :
Williams & Wilkins, 1994:327-366
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS Bagian II Ginekologi, Tahun
2005.
4. Helm, C.William.www.e-medicine.com/Ovarian cyst (akses : November 2008)
5. J. Bader, Thomas. Ob/Gyn Secrets 3rd edition. Pennsylvania, USA. 2005
6. http://www.globaladvancedmedia.com. Tumor Markers. (akses : 6 Desember 2008)