54
Lokakarya BEDAH KONSEP DAN KEBIJAKAN SJSN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN PERSEORANGAN DI TINGKAT PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER Wakil Menteri Kesehatan RI Manhattan Hotel, 11 Februari 2013

Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Lokakarya

BEDAH KONSEP DAN KEBIJAKAN SJSN DALAM

PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN

PERSEORANGAN DI TINGKAT PRIMER,

SEKUNDER DAN TERSIER

Wakil Menteri Kesehatan RI

Manhattan Hotel, 11 Februari 2013

Page 2: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Agenda Pembahasan

• Selayang Pandang SJSN

• Fakta Terkait

• Faskes Primer

• Faskes Rujukan• Faskes Rujukan

• Manfaat Jaminan Kesehatan

Page 3: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

SELAYANG PANDANG SJSN

Page 4: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Jaminan Sosial Nasional

Regulator

BPJS Kesehatan

Regulasi Sistem Pelayanan

Kesehatan (rujukan, dll)

Regulasi (standarisasi) Kualitas

Yankes, Nakes, Obat, Alkes

Ken

dali

Bia

ya &

kua

litas

Yan

kes

Pemerintah

Desain Penyelenggaraan SJSN

Regulator

Peserta

Jaminan Kes

Fasilitas

KesehatanMencari Pelayanan

Memberi Pelayanan

Regulasi Tarif Pelayanan

Kesehatan,

Ken

dali

Bia

ya &

kua

litas

Yan

kes

Sistem Rujukan

Single payer, regulated, equity

Page 5: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Regulasi Jaminan Kesehatan Nasional (I)

Regulasi yang sudah disusun:

a. UU Kesehatan: 4 PP, 1 Perpres dan 14 Peraturan/Keputusan

Menteri.

b. UU RS :11 Peraturan/Keputusan Menteri.

c. UU Praktek Kedokteran: 6 Peraturan/Keputusan Menteri.

d. UU Narkotika: 2 PP, 1 Perpres dan 1 Peraturan/Keputusan d. UU Narkotika: 2 PP, 1 Perpres dan 1 Peraturan/Keputusan

Menteri

e. UU SJSN dan UU BPJS: 1 PP dan 1 Perpres

f. PP No 101/2012 tentang Penerima Bantuan Iuran

g. Perpres No 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan

Page 6: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Regulasi Jaminan Kesehatan Nasional (II)

Dalam Proses Penyusunan:

1. Perpres Iuran Jaminan Kesehatan

2. PP Pengelolaan Aset dan Liabilities BPJS Kesehatan

3. Perpres Kesehatan untuk Anggota TNI/Polri

4. Perpres Tata Cara Pemilihan Direksi dan Dewas BPJS

5. PP Pelaksanaan BPJS5. PP Pelaksanaan BPJS

6. Permenkes turunan Perpres Jaminan Kesehatan

7. Peraturan BPJS Kesehatan turunan Perpres Jaminan

Kesehatan

Peraturan Kesehatan lain yang perlu disusun:

25 pasal mengamanatkan PP, 2 pasal mengamanatkan Perpres

dan 18 pasal mengamanatkan Peraturan/Keputusan Menteri.

Page 7: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

FAKTA TERKAIT

Page 8: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Puskesmas di Indonesia

NO KETERANGANJUMLAH

PUSKESMAS% Keterangan

1Puskesmas

Perawatan3.028 33.46% 35.926 TT

2Puskesmas Non

6.293 66.50%2Puskesmas Non

Perawatan6.293 66.50%

TOTAL 9.321 100%

Puskesmas Pembantu

(Pustu)23.225

Periode April 2012

Page 9: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

KONDISI FISIK PUSKESMAS(SUMBER: RISFASKES 2011)

KONDISI BANGUNAN

UTAMA

PUSKESMAS

RUMAH DINAS

DOKTER

RUMAH DINAS

PERAWAT

BAIK 5.715 5.180 6.244

RUSAK RINGAN 2.182 2.635 3.726

RUSAK SEDANG 886 1.432 2.057RUSAK SEDANG 886 1.432 2.057

RUSAK BERAT 163 *) 899 1.608

TIDAK ADA DATA 239 47 KAB/KOTA 47 KAB/KOTA

JUMLAH 9.185 10.146 13.635

*) Telah dilakukan konfirmasi � ada 56 puskesmas rusak berat yang telah direnovasi (53

menjadi baik, 3 menjadi rusak ringan)

Page 10: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Posyandu:

268.439 Unit

Upaya Kesehatan

Berbasis Masyarakat

PosyanduPosyandu

Pokesdes:

41.369 Unit

Poskestren:

1.040 Unit

10PoskestrenPoskestren

Page 11: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Kendaraan

Motor: 4179

Perahu: 1081

Ambulans: 3325

Kendaraan

Motor: 4179

Perahu: 1081

Ambulans: 3325

Sarana Pelayanan DasarSarana Pelayanan DasarSumber : Pusdatin Kemkes, Desember 2010 11

Ambulans: 3325Ambulans: 3325

Page 12: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Perkembangan Rumah Sakit di Indonesia

Tahun 2007 - 2011

NO PENGELOLA

Thn 2007

(31 Des 2007)

Thn 2008

(31 Des 2008)

Thn 2009

(31 Des 2009)

Thn 2010

(31Des 2010)

Thn 2011

(31 Des 2011)

RS/ TT/ RS/ TT/ RS/ TT/ RS/ TT/ RS/ TT/

1 KEMKES 31 13.409 31 13.783 31 13.922 31 13.612 32 13.678

2 PEMPROV 81 18.312 82 18.745 84 19.415 85 19.183 85 19.183

3 PEMKOT 52 7.466 54 7.975 59 9.228 63 8.085 86 16.1913 PEMKOT 52 7.466 54 7.975 59 9.228 63 8.085 86 16.191

4 PEMKAB 313 32.687 341 35.758 378 41.333 403 37.754 411 38.368

5 TNI / POLRI 112 10.871 112 10.942 125 11.856 131 11.806 134 12.307

6 KEM. LAIN / BUMN 78 6.851 78 6.643 78 6.758 79 6.925 80 8.549

7 SWASTA 652 53.111 673 55.562 768 61.168 840 61.779 893 62.380

T O T A L 1.319 142.707 1.371 149.408 1.523 163.680 1.632 159.144 1.721 170.656

Koreksi data dengan sistem IT

Page 13: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Jumlah RS teregistrasi di IndonesiaRS Online 11 September 2012

Page 14: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

FASKES PRIMER

Page 15: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Pengertian dan Kriteria

• pelayanan kesehatan tingkat pertama (yg dijamin), yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik yang diberikanmencakup:

– administrasi pelayanan;

– pelayanan promotif dan preventif;

– pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;– pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

– tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

– pemberian obat, alat kesehatan, dan transfusi darah sesuaidengan kebutuhan medis;

– pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkatpratama; dan

– rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

(Pasal 25 Raperpres Jamkes)

• PERLU DISEPAKATI oleh POKJA?

Page 16: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Gatekeeper/penapis:

• Dokter, Drg dan Bidan (khusus persalinan)

Lokasi faskes tingkat pertama :

Pengertian dan Kriteria

Lokasi faskes tingkat pertama :

• Tempat praktik perorangan

• Klinik Pratama

• Klinik Umum di balai/ lembaga pelayanankesehatan

• Poliklinik Rumah sakit Kelas D/ Pratama

16

Page 17: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

RUMAH SAKIT (Poliklinik Kelas D) LABORATORIUM KESEHATAN

Rumah Sakit Umum Laboratorium Klinik

Rumah Sakit Khusus Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Rumah Sakit Bergerak Laboratorium Biomedik (EIJKMAN)

Rumah Sakit lapangan PRAKTIK PERSEORANGAN NAKES

KLINIK Pratama dan Utama Praktik dr/drg/Spesialis/Gigi Spesialis

Klinik Spesialis Praktik Keperawatan

Klinik Paliatif Praktik Kebidanan

Klinik CTKI Praktik Fisioterapis

Klinik 24 Jam PANTI REHABILITASI KESEHATAN

BALAI KESEHATAN NAPZA

BPFK Psikososial

Pengertian dan Kriteria:

identifikasi tempat faskes primer

BPFK Psikososial

BKPM Psikogeriatri (panti werdha)

BKMM FASYANKES PENUNJANG :

Balai Kes.Olah Raga Masyarakat Apotik

BTKL Bank Jaringan

BLK Ambulans

Balai Litbangkes UTD

Balai Tradkom KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

Balai Kesehatan Ibu Anak SENTRA PENGEMBANGAN PENELITIAN

DAN PENGOBATAN TRADISIONAL

Balai Kesehatan Jiwa

PUSKESMAS LABORATORIUM TEKNISI GIGI

Non Perawatan (Pustu, Polindes)

Perawatan HOME CARE

Page 18: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Perbaikan Puskesmas1. TAHUN 2012

Sebanyak 47 Kab/Kota yang telah mendapat dana APBNP tahun 2012 � diasumsikan bahwa dana tersebut telah termasuk biaya perbaikan seluruh bangunan utama puskesmas, rumah dinas dokter dan rumah dinas paramedis yang rusak.

2. TAHUN 20132. TAHUN 2013

Sebanyak 450 Kab/Kota yang belum mendapat dana APBNP tahun 2012 � diusulkan untuk mendapat dana perbaikan untuk bangunan utama puskesmas yang rudak sedang dan berat serta rumah dinas dokter yang rusak berat.

3. TAHUN 2014

Usulan perbaikan bangunan utama puskesmas yang rusak ringan, rumah dinas dokter yang rusak sedang dan ringan serta rumah dinas paramedis yang rusak ringan, sedang dan berat

Page 19: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

FASKES RUJUKAN

Page 20: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Pengertian dan Kriteria

• fasilitas kesehatan rujukan tingkat kedua adalahpelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukanoleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialisyang menggunakan pengetahuan dan teknologikesehatan spesialistik. kesehatan spesialistik.

• Fasilitas kesehatan rujukan tingkat ketiga adalahpelayanan kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau doktergigi sub spesialis yang menggunakanpengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.

Page 21: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Perkembangan Rumah Sakit di Indonesia

Tahun 2007 - 2011

NO PENGELOLA

Thn 2007

(31 Des 2007)

Thn 2008

(31 Des 2008)

Thn 2009

(31 Des 2009)

Thn 2010

(31Des 2010)

Thn 2011

(31 Des 2011)

RS/ TT/ RS/ TT/ RS/ TT/ RS/ TT/ RS/ TT/

1 KEMKES 31 13.409 31 13.783 31 13.922 31 13.612 32 13.678

2 PEMPROV 81 18.312 82 18.745 84 19.415 85 19.183 85 19.183

3 PEMKOT 52 7.466 54 7.975 59 9.228 63 8.085 86 16.1913 PEMKOT 52 7.466 54 7.975 59 9.228 63 8.085 86 16.191

4 PEMKAB 313 32.687 341 35.758 378 41.333 403 37.754 411 38.368

5 TNI / POLRI 112 10.871 112 10.942 125 11.856 131 11.806 134 12.307

6 KEM. LAIN / BUMN 78 6.851 78 6.643 78 6.758 79 6.925 80 8.549

7 SWASTA 652 53.111 673 55.562 768 61.168 840 61.779 893 62.380

T O T A L 1.319 142.707 1.371 149.408 1.523 163.680 1.632 159.144 1.721 170.656

Koreksi data dengan sistem IT

Page 22: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Kondisi Tempat Tidur di RS dan PuskesmasRS Online 2 Oktober 2012

Sumber Data: RS Online

Page 23: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Lanjutan…

Sumber Data: RS Online

Page 24: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Jumlah RS teregistrasi di IndonesiaRS Online 2 Oktober 2012

Sumber Data: RS Online

Page 25: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Rekapan Kekurangan Faskes

Rekapan Kekurangan Berdasarkan kelas Rumah Sakit dan

Puskesmas

KELAS D 12

KELAS C 4

KELAS B 4KELAS B 4

KELAS A 9

RS PRATAMA 187

Page 26: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

APBNAPBD

Masyarakat

Porsi Ideal

dalam

Penyediaan

Fasyankes

Rujukan

kedepanINITIAL

FUNDING

CSR/

PKBL BUMN

BUSINESS

INVESTMENT

Page 27: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Bahan Diskusi Pembahasan

Faskes Rujukansebagai bahan masukan

• Sejauh mana pelibatan peran swasta dan

masyarakat dalam penyediaan fasyankes

Rujukan? telah dilakukan pembahasan dengan

Kadin � bagaimana strategi/mekanisme yang Kadin � bagaimana strategi/mekanisme yang

tepat agar dukungan swasta dapat menopang?

• Sejauh mana kerangka kebijakan telah disiapkan

oleh pelaksana tupoksi terkait?

• Regulasi apa saja yang sudah ada dan belum ada

terkait fasyankes rujukan?

Page 28: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

SISTEM RUJUKAN, GATE KEEPER,

REGIONALISASI

Page 29: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

KONDISI SAAT INI

(HASIL PERTEMUAN REGIONAL)

Page 30: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Kondisi Saat Ini: Sisi Kebijakan

beberapa daerah yang sudah memiliki regulasi

sistem rujukan dan regionalisasi.

Tidak berjalannya kebijakan sistem rujukan

Kementerian Kesehatan yang sudah ada

sistem rujukan dan regionalisasi.

Lemahnya sinergi dan koordinasi antar daerah

yang terjadi dalam pelaksanaan sistem rujukan

Lemahnya sistem pendataan dan tidak efektifnya

sistem pelaporan (terlalu banyak)

Page 31: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Kondisi Saat Ini: Sisi Faskes

Beban RS Rujukan Provinsi terlalu tinggi akibat

jamkesda tidak dibarengi sistem rujukan

Rendahnya pemahaman/kapasitas SDM Faskes

Primer dan rujukan

jamkesda tidak dibarengi sistem rujukan

Keterbatasan akses, SDM (nakes) dan fasilitas di

PKM dan RS Rujukan Sekunder

Rujukan dekat secara jarak namun sulit dicapai

krn waktu dan sarana transportasi yang tersedia

Page 32: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Gatekeeper• Fokus pelayanan kesehatan diarahkan

penanganannya di tingkat primer (gatekeeper)

• Fasilitas pelayanan kesehatan primer yang berfungsi sebagai gatekeeper adalah:– pelayanan kesehatan dalam rangka UKP yang

dilaksanakan oleh dokter/drg, dan dilaksanakan oleh dokter/drg, dan

– khusus untuk pelayanan maternal, oleh bidan

• Paket pelayanan oleh fasilitas pelayanan kesehatan primer juga termasuk:– promotif,

– preventif,

– kuratif, dan

– rehabilitatif perorangan

Page 33: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

1. PEMETAAN SARANA KESEHATAN

(PUSKEMAS, RS) PER PROVINSI

2. PEMETAAN TENAGA KESEHATAN

DI SARANA KESEHATAN

3. MENETAPKAN DAERAH / WILAYAH

Penetapan Regional:

1. Tidak terbatas padastruktur organisasi danadministrasi

RegionalisasiBeberapa Daerah telah memilki

Perda Regionalisasi: SUMBAR,

SULSEL, JABAR, dll

3. MENETAPKAN DAERAH / WILAYAH

BINAAN SEBAGAI PUSAT RUJUKAN

REGIONAL

4. MENETAPKAN RS KAB/KOTA

SEBAGAI PUSAT RUJUKAN

REGIONAL DARI BEBERAPA

SARANA KESEHATAN

DISEKITARNYA

administrasi

2. Mempertimbangkanfungsi dan geografis

3. Perlu disepakati denganlintas kementerian terkait peraturan lain

MenjaminMenjamin SistemSistem RujukanRujukan yang yang EfektifEfektif dandan EfisienEfisien

Page 34: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Pelayanan Kesehatan

Primer

Rumah Sakit

Proses Rujukan (?)

mengurangi

Peran Sistem Rujukan: Regionalisasi dan Gatekeeper

Primermengurangi

Angka Kematian di RS

Mengurangi Overcapacity seluruh

Rumah Sakit

Gatekeeper Regionalisasi

Page 35: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Pengembangan Sistem Informasi pada

Sistem Rujukan (Terintegrasi dengan E-

Health) dengan Sinkronisasi Data

PT Askes

Membangun Transactional System untuk

mendukung UC, melalui :

1. Data Dictionary

2. Pengembangan Model Rujukan keterkaitan

Person, Provider dan Buyer

3. Master Patient Index

4. Regional Data Warehouse

Page 36: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Manfaat Jaminan

KesehatanKesehatan

Page 37: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Manfaat Jaminan Kesehatan

• Setiap peserta berhak memperoleh manfaatjaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.

• Manfaat jaminan kesehatan terdiri atas:• Manfaat jaminan kesehatan terdiri atas:– manfaat medis (tidak terikat dengan besaran iuran

yang dibayarkan)

– Manfaat non medis (manfaat akomodasi, danambulans)

Page 38: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Manfaat Promotif dan Preventif

• Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputipemberian pelayanan:– penyuluhan kesehatan perorangan; meliputi paling sedikit

penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit danperilaku hidup bersih dan sehat

– imunisasi dasar; meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), DifteriPertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak(vaksin disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah(vaksin disediakan oleh Pemerintah dan/atau PemerintahDaerah)

– keluarga berencana; meliputi konseling, pemasangan alatkontrasepsi dalam rahim, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. (alat kontrasepsi disediakan oleh Pemerintah dan/atauPemerintah Daerah) dan

– skrining kesehatan (diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu)

Page 39: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Manfaat MedisManfaat Medis

Page 40: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Pelayanan kesehatan yang dijamin: Tingkat Pertama

pelayanan kesehatan non spesialistik yang diberikan oleh dokter atau dokter gigi mencakup:

• administrasi pelayanan;

• pelayanan promotif dan preventif;

• pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

• tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; operatif;

• pemberian obat, alat kesehatan, dan transfusi darah sesuaidengan kebutuhan medis;

• pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkatpratama; dan

• rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

Page 41: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Pelayanan kesehatan yang dijamin: Tingkat Kedua dan Ketiga

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter spesialis/sub spesialis atau dokter gigi spesialis/sub spesialis mencakup:

• Rawat jalan yang meliputi:– administrasi pelayanan;

– pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokterspesialis dan subspesialis;

– tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;

– pemberian obat sesuai dengan kebutuhan medis; – pemberian obat sesuai dengan kebutuhan medis;

– pelayanan alat kesehatan implant;

– pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasimedis, yaitu pemeriksaan :laboratorium, radiologi; patologi anatomi, mikrobiologi; dan elektromedik;

– rehabilitasi medis; dan

– pelayanan darah.

• Rawat inap yang meliputi: Perawatan inap non intensif; danPerawatan inap di ruang intensif (ICU, ICCU, PICU dan NICU).

Page 42: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Pelayanan kesehatan yang dijamin:

Pelayanan berbiaya mahal

• pelayanan terapi kanker;

• tindakan medik dan operasi

jantung;

• pelayanan hemodialisa;

• pelayanan tranplantasi organ;

• pelayanan thalassaemia;

• peserta juga berhak

mendapatkan pelayanan berupa

alat bantu kesehatan dengan

plafon harga yang ditetapkan

oleh BPJS Kesehatan.

• Alat bantu kesehatan

sebagaimana dimaksud pada• pelayanan thalassaemia;

• pelayanan HIV/AIDS;

• pelayanan kesehatan jiwa, kusta,

paru, dan pelayanan kesehatan

yang memerlukan perawatan

dalam jangka waktu lama; dan

• pelayanan lain yang ditetapkan

oleh Menteri.

sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) meliputi kacamata, alat

bantu dengar, alat bantu gerak,

dan prothese dan alat bantu

kesehatan lain yang ditetapkan

oleh Menteri.

Page 43: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Manfaat Non medis

Page 44: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

MANFAAT AKOMODASI (I)

• peserta PBI Jaminan Kesehatan dan anggota keluarganya di ruang perawatan Kelas III;

• pegawai negeri dan penerima pensiun pegawai negeriGolongan I dan Golongan II beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas II;

• pegawai negeri dan penerima pensiun pegawai negeriGolongan III dan Golongan IV beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas I;keluarganya di ruang perawatan kelas I;

• pegawai pemerintah non pegawai negeri sipil di ruang perawatan kelas I atau kelas II sesuai dengankesetaraan Pegawai Negeri Sipil;

• veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas I;

Page 45: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

• pejabat negara atau pejabat daerah beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas I;

• peserta pekerja penerima upah bulanan sampai dengan Rp3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah) di ruang perawatan kelas II;

• peserta pekerja penerima upah bulanan sampai denganRp5.000.000,- (lima juta rupiah) di ruang perawatan kelas I;

• peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan

MANFAAT AKOMODASI (II)

• peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja yang mampu membayar iuran sebesar Rp40.000,-(empat puluh ribu rupiah) per orang per bulan dirawat di ruang perawatan kelas II; dan

• peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah) per orang per bulan dirawat di ruang perawatan kelas I.

Page 46: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Manfaat yang tidak dijamin

Page 47: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin (I)

• pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar profesi;

• pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedursebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;

• pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasusgawat darurat;

• pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan • pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaankerja atau hubungan kerja;

• pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

• pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik;

• sirkumsisi tanpa indikasi medis;

• pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

Page 48: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

• pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

• gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau

alkohol;

• gangguan kesehatan/penyakit akibat usaha bunuh diri, dengan

sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang

membahayakan diri sendiri;

• pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk

Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin (II)

• pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk

akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif

berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology

assessment/HTA);

• pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai

percobaan (eksperimen);

• kondom, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

Page 49: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

• perbekalan kesehatan rumah tangga;

• biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan langsung dengan

manfaat jaminan kesehatan yang diberikan, yaitu biaya:

• perjalanan/transportasi

• pengurusan jenazah; dan

• pembuatan visum et repertum;

Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin (III)

• pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan

lalu lintas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

• pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah;

• psikotherapi rawat jalan dan konseling untuk kelainan mental;

• pelayanan general check-up; dan

• perawatan di rumah (home care).

Page 50: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Urun Biaya

• Urun biaya dikenakan pada pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan moral hazard dengan tujuan untukpengendalian biaya yang meliputi:

– pemakaian suplemen kesehatan; atau

– pemeriksaan diagnostik dan tindakan medis yang tidak efektif dan efisien.dan efisien.

• Besaran urun biaya pelayanan kesehatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) paling besar 90% (sembilan puluhper seratus) dari biaya yang harus dibayar untukpelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

• Peserta PBI Jaminan Kesehatan tidak dikenakan urunbiaya.

Page 51: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Prosedur dan Mekanisme Pembiayaan Prosedur dan Mekanisme Pembiayaan

JKN

Page 52: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Prosedur JKN

Untuk pertama kali setiap Peserta

didaftarkan oleh BPJS Kesehatan pada

satu Fasilitas Kesehatan tingkat pertama

yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan

Dalam hal Peserta memerlukan

pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,

Fasilitas Kesehatan tingkat pertama

harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan

rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai

dengan sistem rujukan

Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan

tingkat lanjutan, Fasilitas Kesehatan tingkat pertama

harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan

tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem

rujukan

Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat

dapat langsung memperoleh pelayanan di setiap

Fasilitas Kesehatan.

Dalam hal daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan

yang memenuhi syarat medis, BPJS Kesehatan wajibdengan sistem rujukan

Peserta yang memerlukan pelayanan

gawat darurat dapat langsung

memperoleh pelayanan di setiap Fasilitas

Kesehatan.

Untuk pertama kali setiap Peserta

didaftarkan oleh BPJS Kesehatan pada

satu Fasilitas Kesehatan tingkat pertama

yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

yang memenuhi syarat medis, BPJS Kesehatan wajib

memberikan kompensasi. Kompensasi sebagaimana

dimaksud dapat berupa :

•penggantian uang tunai;

•pengiriman tenaga kesehatan; atau

•penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.

•Penggantian uang tunai sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a digunakan untuk biaya

pelayanan kesehatan dan transportasi.

•Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian

kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Page 53: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

Mekanisme Pembiayaan

•BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada FasilitasKesehatan tingkat pertama secara praupaya berdasarkankapitasi atas jumlah Peserta yang terdaftar di FasilitasKesehatan tingkat pertama.•Dalam hal Fasilitas Kesehatan tingkat pertama di suatu daerahtidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasisebagaimana dimaksud pada ayat, BPJS Kesehatan diberikankewenangan untuk melakukan pembayaran dengan mekanismelain yang lebih berhasil guna.lain yang lebih berhasil guna.•BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada FasilitasKesehatan rujukan tingkat lanjutan berdasarkan caraIndonesian Case Based Groups (INA-CBG’s).•Besaran kapitasi dan Indonesian Case Based Groups (INA-CBG’s) ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekalioleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.

Page 54: Bedah konsep dan kebijakan sjsn dalam pelaksanaan ukp di tingkat primer, sekunder dan tersier wamenkes

TERIMA KASIH