14
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peningkatan pertumbuhan jagung melalui pemberian pupuk merupakan usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah keseburan tanah. Pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan jagung dapat dilihat melalui indikator pertumbuhan antara lain; tinggi tanaman, panjang daun, diamter batang dan jumlah daun. Rata-rata pengaruh pupuk phonska pada pertumbuhan jagung hibrida dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Tinggi Tanaman Hasil penelitian dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida 14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska pada pertumbuhan jagung berpengaruh sangat nyata pada taraf α=5% (Lampiran 1). Berdasarkan hasil Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung hibrida bervariasi. Pertumbuhan tinggi tanaman jagung hibrida pada 28 HST sebesar 41,59 cm dan 45 HST sebesar 111,06 cm tertinggi pada perlakuan P 4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, sedangkan rata-rata pertumbuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P 0 atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tabel 3 dan pada Gambar 1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitianeprints.ung.ac.id/2169/11/2012-2-54211-613408072-bab4... · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... pemberian pemupukan majemuk susulan, ... tentang

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Peningkatan pertumbuhan jagung melalui pemberian pupuk merupakan

usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah

keseburan tanah. Pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan jagung dapat

dilihat melalui indikator pertumbuhan antara lain; tinggi tanaman, panjang

daun, diamter batang dan jumlah daun. Rata-rata pengaruh pupuk phonska

pada pertumbuhan jagung hibrida dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Tinggi Tanaman

Hasil penelitian dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan

pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska pada

pertumbuhan jagung berpengaruh sangat nyata pada taraf α=5% (Lampiran 1).

Berdasarkan hasil UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa rata-rata

pertumbuhan tinggi tanaman jagung hibrida bervariasi. Pertumbuhan tinggi

tanaman jagung hibrida pada 28 HST sebesar 41,59 cm dan 45 HST sebesar

111,06 cm tertinggi pada perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha,

sedangkan rata-rata pertumbuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P0

atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tabel 3 dan pada Gambar 1.

Tabel 3.Rata-rata pertumbuhan

Perlakuan phonska Kg/ha

Tanpa pupuk 21, 45 150 22,82 38,89 b 88,69 b

200 23,30 300 23,59 41,56 b 102,81 c 350 24,13 41,59

BNT 5% Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata p

terhadap tinggi tanaman jagung tn : tidak nyata

Gambar 1. Rata-rata pengamatan

(2) Panjang Daun

Hasil penelitian dan analisis sidik ragam

14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan

pada umur 28 dan 45 HST

pertumbuhan jagung berpengaruh nyata pada taraf α

Berdasarkan hasil Uji

pertumbuhan panjang daun jagung hibrida

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Tin

gg

i T

an

am

an

(cm

)

pertumbuhan tinggi tanaman jagung selama pengamatan Rataan Tinggi Tanaman Jagung Hibrida (Cm)Perlakuan phonska

14 HST 28 HST 45 HST Tanpa pupuk 21, 45 tn 30,69** a 74,44

150 22,82 38,89 b 88,69 b200 23,30 38,95 b 100,50 c300 23,59 41,56 b 102,81 c 350 24,13 41,59 b 111,06 d

5% - 2,95 9,57angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata p

terhadap tinggi tanaman jagung.

idak nyata

rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung hibrida (cm)pengamatan

Panjang Daun

Hasil penelitian dan analisis sidik ragam panjang daun

14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan

pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phon

pertumbuhan jagung berpengaruh nyata pada taraf α=5% (Lampiran 1

Berdasarkan hasil UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa rata

pertumbuhan panjang daun jagung hibrida bervariasi. Pertumbuhan

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

2

selama pengamatan Rataan Tinggi Tanaman Jagung Hibrida (Cm)

14 HST 28 HST 45 HST a 74,44**a

150 22,82 38,89 b 88,69 b 38,95 b 100,50 c

300 23,59 41,56 b 102,81 c b 111,06 d

2,95 9,57 angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

hibrida (cm) selama

panjang daun jagung hibrida

14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan

menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska pada

α=5% (Lampiran 1).

eda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa rata-rata

ariasi. Pertumbuhan panjang

14 HST

28 HST

45 HST

daun jagung hibrida pada 28 HST sebesar 31,72

cm tertinggi pada perlakuan P

sedangkan rata-rata pertumbuhan jagung te

atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tabel 4

Tabel 4.Rata-rata pertumbuhan panjang daun selama pengamatan

Perlakuan phonska Kg/ha

Tanpa pupuk 17,34

150 17,18 29,96 b 59,31 200 17,87 30,58 b 63,25 b 300 18,77 31,41 b 66,39 b 350 19,43

BNT 5% Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak

terhadap panjang daun tn : tidak nyata

Gambar 2. Rata-pengamatan

(3) Diameter Batang

Hasil penelitian dan analisis sidik ragam

hibrida 14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut

sedangkan pada umur

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

P0

Pa

nja

ng

Da

un

(cm

)

daun jagung hibrida pada 28 HST sebesar 31,72 cm dan 45 HST sebesar

cm tertinggi pada perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/

rata pertumbuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P

Hal ini dijelaskan pada Tabel 4 dan pada Gambar

rata pertumbuhan panjang daun selama pengamatan Rataan Panjang Daun Jagung Hibrida (cm)Perlakuan phonska

14 HST 28 HST 45 HST Tanpa pupuk 17,34 tn 23,91 * a 54,69

150 17,18 29,96 b 59,31200 17,87 30,58 b 63,25 b300 18,77 31,41 b 66,39 b 350 19,43 31,72 b 67 c

- 3,28 angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% panjang daun jagung.

idak nyata

-rata pertumbuhan panjang daun jagung hibrida (cm) selama pengamatan

Diameter Batang

Hasil penelitian dan analisis sidik ragam diemater batang jagung

hibrida 14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut

pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk

P1 P2 P3 P4

Perlakuan

3

cm dan 45 HST sebesar 67

dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha,

rendah terdapat pada perlakuan P0

2.

rata pertumbuhan panjang daun selama pengamatan an Panjang Daun Jagung Hibrida (cm)

14 HST 28 HST 45 HST a 54,69* a

150 17,18 29,96 b 59,31 a 200 17,87 30,58 b 63,25 b 300 18,77 31,41 b 66,39 b

31,72 b 67 c 7,27

berbeda nyata pada taraf uji 5%

rata pertumbuhan panjang daun jagung hibrida (cm) selama

diemater batang jagung

hibrida 14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut

menunjukkan bahwa perlakuan pupuk

14 HST

28 HST

45 HST

phonska pada pertumbuhan jagung berpengaruh

(Lampiran 1). Berdasarkan hasil Uji

rata-rata pertumbuhan

diameter batang jagung hibrida pada

sebesar 1,63 cm tertinggi pada perlakuan P

kg/ha, sedangkan r

perlakuan P0 atau kontrol.

Tabel 5.Rata-rata pertumbuhan diameter batang se Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST P0 0,43 P1 0,45 0,77 a 1,44 a

P2 0,46 0,79 b P3 0,49 0,82 c 1,51 bP4 0,51 0,83 c 1,63 c

BNT 5% - Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

terhadap diameter batang tn : tidak nyata

Gambar 3. Rata-rata pertumbuhan diameter batang jagung hibrida (cm) selama pengamatan

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

P0

Dia

me

ter

Ba

tan

g (

cm)

honska pada pertumbuhan jagung berpengaruh nyata pada taraf α

Berdasarkan hasil UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa

rata pertumbuhan diameter batang jagung hibrida bervariasi. Pertumbuhan

diameter batang jagung hibrida pada 28 HST sebesar 0,83 cm dan 45 HST

cm tertinggi pada perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350

kg/ha, sedangkan rata-rata pertumbuhan jagung terendah terdapat pada

atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tabel 5 dan Gambar 3.

rata pertumbuhan diameter batang selama pengamatan Rataan Diameter Batang Jagung Hibrida (Cm)

14 HST 28 HST 45 HST 0,43 tn 0,71* a 1,300,45 0,77 a 1,44 a0,46 0,79 b 0,49 0,82 c 1,51 b0,51 0,83 c 1,63 c

0,06 0,16angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% diameter batang jagung.

idak nyata

rata pertumbuhan diameter batang jagung hibrida (cm) selama pengamatan

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

4

yata pada taraf α=5%

(Beda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa

variasi. Pertumbuhan

cm dan 45 HST

dengan dosis pupuk phonska 350

endah terdapat pada

Hal ini dijelaskan pada Tabel 5 dan Gambar 3.

lama pengamatan Rataan Diameter Batang Jagung Hibrida (Cm)

14 HST 28 HST 45 HST a 1,30* a

0,45 0,77 a 1,44 a 1,49 b

0,49 0,82 c 1,51 b 0,51 0,83 c 1,63 c

0,06 0,16 angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

rata pertumbuhan diameter batang jagung hibrida (cm) selama

14 HST

28 HST

45 HST

5

(4) Jumlah Daun

Hasil penelitian dan analisis sidik ragam jumlah daun jagung hibrida 28

dan 14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut

sedangkan pada umur 45 HST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska

pada pertumbuhan jagung berpengaruh nyata pada taraf α=5% (Lampiran 1).

Berdasarkan hasil UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa rata-rata

pertumbuhan jumlah daun jagung hibrida bervariasi. Pertumbuhan jumlah daun

jagung hibrida pada 28 HST sebesar 7,75 cm dan 45 HST sebesar 10,19 cm

tertinggi pada perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, sedangkan

rata-rata pertumbuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P0 atau kontrol.

Hal ini dijelaskan pada Tabel 6 dan Gambar 4.

Tabel 6.Rata-rata pertumbuhan jumlah daun selama pengamatan Rataan Jumlah Daun Jagung Hibrida (helai) Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST P0 3,88tn 7,06* a 8,63* a

P1 3,81 7,25 a 8,69 a P2 3,94 7,63 b 9,06 b

P3 3,99 7,69 b 10,06 b P4 4,13 7,75 c 10,19 b

BNT 5% - 0,49 0,92 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

terhadap lingkar batang jagung.

tn : tidak nyata

Gambar 4. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun jagung hibrida (helai) selama pengamatan

B. Pembahasan penelitian

(1) Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman jagung merupakan salah satu tolak ukur untuk bisa

mengetahui pengaruh pupuk tersebut pada tanaman. Dari hasil

menunjukan bahwa perlakuan

berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung umur

28 dan 45 HST pada taraf α

28 dan 45 HST pada pertumbuhan t

tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska

menjelaskan bahwa perlakuan pupuk phonska pada umur 28 dan 45 HST

dengan dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman

sebesar 41,59 dan 111,06 cm (Lampiran 1).

Hasil penelitian

Zubachtirodin (2010) tentang

tanaman jagung menyimpulkan Laju tumbuh tersebut sangat penting untuk

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

P0

Jum

lah

Da

un

(He

lai)

rata pertumbuhan jumlah daun jagung hibrida (helai) selama pengamatan

Pembahasan penelitian

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman jagung merupakan salah satu tolak ukur untuk bisa

mengetahui pengaruh pupuk tersebut pada tanaman. Dari hasil

menunjukan bahwa perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha

berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung umur

28 dan 45 HST pada taraf α=5% (Lampiran 1). Pengaruh pupuk Phonska umur

dan 45 HST pada pertumbuhan tinggi tanaman jagung nampak pada setiap

perlakuan dosis pupuk phonska yang diberikan

menjelaskan bahwa perlakuan pupuk phonska pada umur 28 dan 45 HST

dengan dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman

sebesar 41,59 dan 111,06 cm (Lampiran 1).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syafruddin dan

(2010) tentang penggunaan pupuk npk majemuk 20:10:10 pada

menyimpulkan Laju tumbuh tersebut sangat penting untuk

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

6

rata pertumbuhan jumlah daun jagung hibrida (helai) selama

Tinggi tanaman jagung merupakan salah satu tolak ukur untuk bisa

mengetahui pengaruh pupuk tersebut pada tanaman. Dari hasil penelitian

dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha

berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung umur

Pengaruh pupuk Phonska umur

inggi tanaman jagung nampak pada setiap

yang diberikan. Hasil ini

menjelaskan bahwa perlakuan pupuk phonska pada umur 28 dan 45 HST

dengan dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman

Syafruddin dan

penggunaan pupuk npk majemuk 20:10:10 pada

menyimpulkan Laju tumbuh tersebut sangat penting untuk

14 HST

28 HST

45 HST

7

pemberian pemupukan majemuk susulan, jika pemupukan majemuk dilakukan

secara bertahap, maka pada umur 3-5 mst tanaman sudah harus dipupuk,

karena pada umur tersebut laju tumbuh tanaman sangat cepat sehingga

kebutuhan hara sangat tinggi, apabila kekurangan unsur hara pada fase tersebut

dapat menghabat pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Tuherkih dan Sipahutar (2010), tentang pengaruh pupuk NPK majemuk

(16:16:15) terhadap pertumbuhan dan hasil jagung (zea mays L) di tanah

Inceptisols di Cibungbulang Kabupaten Bogor, menyimpulkan bahwa rata-rata

tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi NPK, hal ini

menunjukan bahwa tanaman jagung sangat respon terhadap pemupukan

terutama hara N dan K, karena tanah yang digunakan dalam percobaan ini

miskin hara N dan K.

Hasil ini searah dengan penelitian Santoso at al.,(2012) tentang

pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk NPK majemuk terhadap pertumbuhan

produksi bunga, dan analisis usaha tani rosela merah di Kabupaten Kediri,

yang menyimpulkan pada pertumbuhan tanaman memberikan respon yang

hampir sama terhadap tinggi tanaman. Hal ini terjadi karena perbedaan ruang

belum menekan tinggi tanaman. Tetapi pupuk NPK majemuk sangat

berpengaruh terhadap tinggi tanaman, mulai terlihat pada dosis 45 kg NPK/ha

setara dengan 300 kg phonska/ha sampai dengan 60 kg NPK/ha setara dengan

400 kg phonska/ha. Hal ini dapat dimengerti karena kandungan N, P, dan K

tanah percobaan dikategorikan sangat rendah. Hasil penelitian Saribun (2008),

tentang pengaruh pupuk majemuk NPK pada berbagai dosis terhadap pH, p-

8

potensial dan p-tersedia serta hasil caysin (brassica juncea) pada fluventic

eutrudepts Jatinangor yang menyimpulkan Perbedaan pertumbuhan tinggi

tanaman baru nampak pada 4 MST. Pemberian pupuk NPK dengan berbagai

taraf dosis mempunyai tinggi (26,8- 31,3) cm, lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol yang hanya 22,7 cm. Perlakuan G (300 kg ha -1) mempunyai

tinggi 31,3 cm, sedangkan pada perlakuan B (50 kg ha -1) hanya 26,8 cm. Hal

ini karena unsur N yang berguna untuk pertumbuhan pucuk tanaman semakin

meningkat sesuai dengan pertambahan dosis pupuk sehingga tinggi tanaman

juga ikut meningkat.

Secara teoritis penelitian ini sejalan dengan pendapat Sutedjo (2010)

diperkirakan bahwa keadaan N, P dan K di dalam tanah adalah sangat sedikit

dan dalam keadaan demikian belum tentu semuanya tersedia untk diisap

tanaman, oleh karena itu maka diperlukan pemupukan. Sutedjo (Saribun, 2008)

menjelaskan pemberian pupuk NPK terhadap tanah dapat berpengaruh baik

pada kandungan hara tanah dan dapat berpengaruh baik bagi pertumbuhan

tanaman karena unsur hara makro yang terdapat dalam unsur N, P dan K

diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan diambil

oleh tanaman dalam bentuk anion dan kation. Pemupukan adalah memberikan

bahan kedalam tanah dengan maksud untuk menggantikan kehilangan unsur

hara di dalam tanah dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman

dalam kedaaan faktor keliling atau lingkungan yang baik. Pupuk phonska

adalah pupuk majemuk yang memiliki keunggulan dapat meningkatkan

efektifitas dan efisiensi pemupukan, mudah dalam aplikasi serta memiliki sifat-

9

sifat agrnomis yang menguntungkan, selain itu pupuk phonska dapat digunakan

untuk semua jenis tanaman serta pada kondisi lahan, iklim, dan lingkungan

PT. Petrokimia Gresik indonesia (Hamidah, 2009) .

(2) Panjang daun jagung

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan P4 dengan

dosis pupuk phonska 350 kg/ha berpengaruh sangat nyata terhadap

pertumbuhan panjang daun jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5%

(Lampiran 1). Pengaruh pupuk phonska umur 28 dan 45 HST pada

pertumbuhan panjang daun jagung nampak pada setiap tingakatan perlakuan

dosis pupuk phonska yang diberikan. Hasil ini menjelaskan bahwa perlakuan

pupuk phonska dengan umur 28 dan 45 HST dengan dosis 350 kg/ha dapat

menghasilkan pertumbuhan panjang daun sebesar 31,72 dan 67 cm

(Lampiran 1).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bahri

(2006), tentang pengaruh sumber pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman selada di Sumatra Barat, menyimpulkan bahwa sumber pupuk

berpengaruh terhadap tinggi tanaman, lebar daun, panjang daun, diameter daun

dan hasil tanaman selada. Hasil tertinggi didapat pada pemberian pupuk NPK

Mutiara (16-16- 16) + ZA dan hasil terendah pada perlakuan pemberian pupuk

NPK Mutiara (16-16-16) + ZA + EM-4.

Secara teoritis penelitian sependapat dengan Rosmarkam dan Yuwono

(Saribun, 2008) Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya

mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro)

10

terutama N, P, dan K. Leiwakabessy (Sihombing, 2003) Unsur-unsur nitrogen ,

fosfor dan kalium merupakan unsur-unsur hara yang esensial, dimana unsur-

unsur ini dibutuhkan dalam jumlah besar sebagai pupuk, karena itu disebut

unsur-unsur pupuk. Hal ini sejalan dengan Soepardi (Sihombing, 2003)

menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan terhambat apabila unsur

nitrogen, fosfor dan kalium dalam media tumbuhnya kurang, terlalu terhambat

tersedia atau tidak diimbangi oleh unsur-unsur lainya. Hardjowigeno (Saribun,

2008) kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat

mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila

dibandingkan dengan pupuk tunggal. Purnama (Permadi, 2007) tidak

terpenuhinya salah satu unsur hara utama akan mengakibatkan menurunya

kualitas dan kuantitas produk pertanian.

(3) Diameter Batang

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan P4 dengan

dosis pupuk phonska 350 kg/ha berpengaruh sangat nyata terhadap

pertumbuhan diameter batang tanaman jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf

α=5% (Lampiran 1). Pengaruh pupuk phonska umur 28 dan 45 HST pada

pertumbuhan diameter batang jagung hibrida nampak pada setiap tingakatan

perlakuan dosis pupuk phonska yang diberikan. Hasil ini menjelaskan bahwa

perlakuan pupuk phonska pada umur 28 dan 45 HST dengan dosis 350 kg/ha

dapat menghasilkan pertumbuhan diameter batang sebesar 0,83 dan 1,63 cm

(Lampiran 1).

11

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Anggrainy (2004), tentang pengaruh pemberian abu seresah daun dan

pemberian pupuk NPK (Phonska) terhadap pertumbuhan semai akasia pada

tanah Podlosonik merah kuning di daerah Bogor, menyimpulkan bahwa pupuk

phonska dengan dosis 300 ppm dapat menunjukan pertumbuhan diameter

semai akasia yang optimum. Hal ini menunjukan bahwa pada dosis tersebut

unsur hara dalam bentuk pupuk yang diberikan pada tanaman dimanfaatkan

secara baik dan bila tanaman mengalami penurunan pertumbuhan diduga

disebabkan oleh ketidak seimbangan unsur hara didalam tanah. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Mariano (Irawati, 2007) menyatakan bahwa

dengan pupuk phonska dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara

dibandingkan dengan kondisi awal sebelum penelitian dilakukan. Searah

dengan penelitian yang dilakuan oleh Onggo (2001), tentang pertumbuhan dan

hasil tanaman tomat pada aplikasi berbagai dan dosis pupuk majemuk lengkap

di Bandung, menyimpulkan bahwa Pada pengamatan diameter batang tanaman

tomat, data hasil analisis dari efek mandiri masing-masing perlakuan juga

menunjukkan bahwa baik perbedaan formula pupuk majemuk (P0 campuran

pupuk tunggal, P1 pupuk majemuk lengkap PML formula pril, P2 pupuk

majemuk lengkap tablet), maupun perbedaan dosis pupuk (d1 30 g/tan dan d2

40 g/tan) yang diberikan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada

diameter batang tomat.

Secara teoritis penelitan ini sejalan dengan pendapat Sitompul dan

Bambang (Anggrainy, 2004) yang menjelaskan bahwa pertambahan ukuran

12

tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil pertambahan ukuran

bagian-bagian tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan suatu tanaman adalah tanah, iklim dan faktor genetik dari

tanamn itu sendiri. Semua faktor itu saling berkaitan satu sama lain, untuk

meningkatkan kadar unsur hara dalam tanah dapat dilakukan penambahan

unsur hara dengan cara pemupukan. Menurut Sarief (Permadi, 2007) bagi

tanaman pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh dan berkembang sehingga

pemberian pupuk harus tepat karena fungsi pupuk saja tidak mengendalikan

tetapi juga mengimbangi, mendukung dan mengisi bersama unsur-unsur lain

dalam tanah. Pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk itu ketersediaan

pupuk yang seimbang dalam tanah sangatlah diperlukan, menurut Mamonto

(Nurdin at al, 2008) bahwa pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang

pembesaran diameter batang serta pembentukan akar yang akan menunjang

berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian

atau masa panen. Disamping itu, faktor cahaya matahari yang tidak merata

karena ternaungi menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman terhambat.

(4) Jumlah daun

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan P4 dengan dosis

pupuk phonska 350 kg/ha berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan

jumlah daun jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5% (Lampiran 1).

Pengaruh pupuk Phonska umur 28 dan 45 HST pada pertumbuhan jumlah daun

jagung nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska yang

diberikan. Hasil ini menjelaskan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan

13

umur 28 dan 45 HST dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumbuhan jumlah

daun sebesar 7,75 dan 10,19 cm (Lampiran 1).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Onggo (2001), tentang pertumbuhan dan hasil tanaman tomat

pada aplikasi berbagai formula dan dosis pupuk majemuk lengkap di

Kabupaten Bandung, menyimpulkan pengaruh perbedaan formula pupuk dan

dosis pupuk terhadap jumlah daun tomat menunjukkan tidak terjadi interaksi

antara perlakuan formula pupuk dan dosis pupuk yang dilakukan pada

percobaan ini. Data hasil analisi data menunjukan bahwa baik perlakuan

perlakuan formula maupun dosis pupuk pada percobaan ini tidak memberikan

perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun tomat sampai umur tanaman 8

minggu. Nampaknya pengaruh genetis tanaman masih mendominasi kondisi

kecepatan pembentukan daun tanaman tersebut.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Susetyo (2009), tentang respon pertumbuhan tanaman dan produksi jahe

(Zingiber officinal Rosc). Sistem keranjang teradap jumlah bibit dan pemberian

pupuk majemuk NPK di Sumatera Utara, menyimpulkan, bahwa perlakuan

jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 BSPT

(Bulan setelah pindah tanam) dan 2 BSPT. Perlakuan pupuk NPK tidak

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun sedangkan interaksi antar

jumlah bibit dan pupuk NPK tidk berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hal

ini diduga karena pemberian pupuk pada tanaman tidak dimanfaatkan oleh

tanaman secara optimal.

14

Secara teoritis pendapat Parnata (Hamidah, 2009) mengemukakan

bahwa untuk memenuhi kebutuhan tanaman, kita harus bisa menyediakan

unsur hara dalam jumlah yang diperkirakan cukup seimbang. Ditambahkan

oleh Petrokimia (Hamidah, 2009) agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan

menghasilkan hasil yang tinggi, diperlukan unsur hara yang cukup dan

seimbang.

Menurut Lingga (Hamidah, 2009) suatu tanaman akan tumbuh subur

bila elemen yang tersedia cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman,

penambahan unsur hara yang berlebihan tidak menghasilkan pertumbuhan

vegetatif maupun generatif yang sebanding dengan unsur hara yang diberikan.

Sutedjo dan Kartasapoetra (Susetyo, 2009) juga menambahkan bila salah satu

faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut

tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda

pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang

berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.