30
9 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 2.1.1 Pengertian PPOK Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik karena adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel yaitu sesak napas yang semakin berat yang tidak bisa kembali normal atau membaik atau reversibel parsial yaitu membaik sebagian, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Global Obstructive Lung Disease, 2009). Membedakan antara PPOK dengan asma sangat penting. Karena seringkali, orang mendefinisikan bahwa PPOK dan asma adalah penyakit yang sama. Asma ditandai oleh adanya sumbatan saluran napas yang bersifat intermitten, artinya hambatan pada saluran napas bekerja secara tidak terus menerus. Asma merupakan proses reversibel artinya suatu proses yang berlangsung dan dapat kembali seperti keadaan awal tanpa merubah keadaan di sekelilingnya. Sedangkan PPOK merupakan penyakit kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

2.1.1 Pengertian PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah

penyakit paru kronik karena adanya hambatan aliran udara

di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel yaitu

sesak napas yang semakin berat yang tidak bisa kembali

normal atau membaik atau reversibel parsial yaitu membaik

sebagian, serta adanya respons inflamasi paru terhadap

partikel atau gas yang berbahaya (Global Obstructive Lung

Disease, 2009).

Membedakan antara PPOK dengan asma sangat

penting. Karena seringkali, orang mendefinisikan bahwa

PPOK dan asma adalah penyakit yang sama. Asma ditandai

oleh adanya sumbatan saluran napas yang bersifat

intermitten, artinya hambatan pada saluran napas bekerja

secara tidak terus menerus. Asma merupakan proses

reversibel artinya suatu proses yang berlangsung dan dapat

kembali seperti keadaan awal tanpa merubah keadaan di

sekelilingnya. Sedangkan PPOK merupakan penyakit kronik

yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

10

yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial

(Global Obstructive Lung Disease, 2010).

Jika asma dan bronkiitis terjadi bersamaan,

obstruksi yang diakibatkan menjadi gabungan sehingga

disebut bronkitis asmatik kronik. Asma dimanifestasikan

dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan

dispnea (sesak napas), batuk, dan mengi (bunyi napas

ketika udara menglir melalui saluran napas yang menyempit

(Smeltzer & Bare, 2001).

PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau

gabungan keduanya. Bronkitis kronik adalah penyakit

kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik

berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-

kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan

penyakit lainnya. Emfisema merupakan suatu kelainan

anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara

distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli

(PDPI, 2003).

2.1.2 Faktor Resiko

Faktor risiko PPOK adalah hal-hal yang

berhubungan dan menyebabkan terjadinya PPOK pada

individu atau kelompok tertentu. Faktor risiko tersebut

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

11

meliputi faktor pejamu, faktor perilaku merokok, dan faktor

lingkungan.

2.1.2.1 Faktor Penjamu (Host)

Faktor pejamu meliputi genetik, hiperesponsif jalan

napas dan pertumbuhan paru. Faktor genetik yang utama

adalah kurangnya alfa 1 antitripsin, yaitu suatu serine

protease inhibitor. Hiperesponsif jalan napas juga dapat

terjadi akibat pajanan asap rokok atau polusi. Pertumbuhan

paru dikaitan dengan masa kehamilan, berat lahir dan

pajanan semasa anak-anak. Penurunan fungsi paru akibat

gangguan pertumbuhan paru diduga berkaitan dengan risiko

mendapatkan PPOK (Helmersen, 2002).

2.1.2.2 Perilaku Merokok

Merokok merupakan faktor risiko terpenting

terjadinya PPOK. Prevalensi tertinggi terjadinya gangguan

respirasi dan penurunan faal paru adalah pada perokok.

Usia mulai merokok, jumlah bungkus per tahun dan perokok

aktif berhubungan dengan angka kematian. Perokok pasif

dan merokok selama hamil juga merupakan faktor risiko

PPOK. Pada perokok pasif didapati penurunan VEP1

(Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) tahunan pada

orang muda yang bukan perokok (Helmersen, 2002).

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

12

2.1.2.3 Faktor Lingkungan (polusi udara)

Polusi udara terdiri dari polusi di dalam ruangan

(indoor) seperti asap rokok, asap kompor, asap kayu bakar,

dan lain-lain sedangkan polusi di luar ruangan (outdoor)

seperti gas buang industri, gas buang kendaraan bermotor,

debu jalanan, dan lain-lain, serta polusi di tempat kerja,

seperti bahan kimia, debu/zat iritasi dan gas beracun.

Pajanan yang terus menerus oleh polusi udara merupakan

faktor risiko lain PPOK. Peran polusi luar ruangan (outdoor

polution) masih belum jelas tapi lebih kecil dibandingkan

asap rokok. Polusi dalam ruangan (indoor polution) yang

disebabkan oleh bahan bakar biomassa yang digunakan

untuk keperluan rumah tangga merupakan faktor risiko

lainnya. (Helmersen, 2002).

2.1.3 Klasifikasi PPOK

Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan

spirometri dapat ditentukan klasifikasi (derajat) PPOK,

sebagai berikut :

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

13

Tabel 2.1 Klasifikasi PPOK

Klasifikasi / Derajat

Penyakit

Gejala Klinis Spirometri

Derajat I PPOK Ringan

Dengan atau tanpa batuk

Dengan atau tanpa produksi sputum

Sesak napas derajat sesak 1 sampai derajat sesak 2

VEP1 ≥ 80% prediksi (nilai normal spirometri)

VEP1/KVP < 70%

Derajat II PPOK Sedang

Dengan atau tanpa batuk

Dengan atau tanpa produksi sputum

Sesak napas derajat 3

VEP1/KVP < 70%

50% ≤ VEP1 < 80% prediksi

Derajat III PPOK Berat

Sesak napas derajat sesak 4 dan 5

Eksaserbasi lebih sering terjadi

VEP1/KVP < 70%

30% ≤ VEP1 < 50% prediksi

Derajat IV PPOK Sangat Berat

Sesak napas derajat sesak 4 dan 5 dengan gagal napas kronik

Eksaserbasi lebih sering terjadi

Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan

VEP1/KVP <70%

VEP1 < 30% prediksi, atau

VEP1 < 50% dengan gagal napas kronik

Sumber : Global Obstructive Lung Disease (GOLD), 2009

2.1.4 Patofisiologi

Patofisiologi PPOK sangatlah kompleks dan

komprehensif sehingga mempengaruhi semua sistem tubuh.

Artinya, dapat mempengaruhi gaya hidup manusia dalam

prosesnya. Penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan pada

alveolar sehingga bisa mengubah fisiologi pernapasan,

kemudian mempengaruhi oksigenasi tubuh secara

keseluruhan.

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

14

Faktor-faktor risiko baik penjamu, perilaku merokok

dan lingkungan akan menimbulkan proses inflamasi bronkus

dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus

terminalis. Akibatnya terjadi obstruksi bronkus kecil

(bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau

obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke

alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak

terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara

(air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan

sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi

pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi

dan pemanjangan fase ekspirasi (Brannon, et al, 1993).

Abnormalitas pertukaran udara pada paru-paru

terutama berhubungan dengan tiga mekanisme berikut ini:

1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Hal ini menjadi

penyebab utama hipoksemia atau menurunnya

oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal antara

ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo

menjadi terganggu. Hubungan ventilasi dengan perfusi

didefinisikan dalam rasio ventilasi perfusi (V/Q).

Peningkatan rasio V/Q terjadi ketika penyakit yang

semakin berat sehingga menyebabkan kerusakan pada

alveoli dan kehilangan bed kapiler. Dalam kondisi seperti

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

15

ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap sama. Rasio

(V/Q) yang menurun pada pasien PPOK, karena saluran

pernapasannya terhalang oleh mukus kental atau terjadi

bronchospasme yaitu penyempitan saluran pernapasan

pada bronkhus. Disini penurunan ventilasi akan terjadi,

tetapi perfusi akan tetap sama, namun berkurang sedikit.

2. Mengalirnya darah kapiler pulmo. Darah yang tak

mengandung oksigen dipompa dari ventrikel kanan ke

paru-paru, beberapa di antaranya melewati bed kapiler

pulmo tanpa mengambil oksigen. Hal ini juga

disebabkan oleh meningkatnya sekret pulmo yang

menghambat alveoli.

3. Difusi gas yang terhalang. Pertukaran gas yang

terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari satu atau

dua sebab berikut ini yaitu berkurangnya permukaan

alveoli bagi pertukaaran udara sebagai akibat dari

penyakit empisema atau meningkatnya sekresi,

sehingga menyebabkan difusi menjadi semakin sulit.

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen

seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah

dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen

sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.

Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

16

berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi

paru.

2.1.5 Patogenesis

Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses

respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan

metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air

sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap,

yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses

masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah

peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh

darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang

sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari

gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru

serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara

di saluran napas. (Sherwood, 2001).

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok.

Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan

pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang

melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional

serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel

penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator

mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

17

dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.

Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian

mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat

purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema

jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat.

Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang

dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya

peradangan (Global Obstructive Lung Disease, 2009).

Komponen-komponen asap rokok juga merangsang

terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator

peradangan secara progresif merusak struktur-struktur

penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran

udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang.

Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena

ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru

secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila

tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di

dalam paru dan saluran udara kolaps (Global Obstructive

Lung Disease, 2009).

Asap rokok menginduksi makrofag untuk

melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase,

yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi

kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

18

akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya

ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi

berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema,

bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus. Kelainan perfusi

berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol

(Chojnowski, 2003).

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis PPOK dimulai dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto toraks

dapat menentukan PPOK Klinis. Apabila dilanjutkan dengan

pemeriksaan spirometri akan dapat menentukan diagnosis

PPOK sesuai derajat penyakit.

1. Anamnesis

a. Ada faktor risiko

Faktor risiko yang penting adalah usia, angka

kesakitan penderita PPOK laki-laki dan wanita usia di

atas 45 tahun (Suradi, 2007) dan adanya riwayat

pajanan, baik berupa asap rokok, polusi udara,

maupun polusi tempat kerja. Kebiasaan merokok

merupakan satu-satunya penyebab kausal yang

terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

19

lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu

diperhatikan apakah pasien merupakan seorang

perokok aktif, perokok pasif, atau bekas perokok.

Penentuan derajat berat merokok dengan Indeks

Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata

batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok

dalam tahun. Interpretasi hasilnya adalah derajat

ringan (0-200), sedang (200-600) dan berat ( >600)

(PDPI, 2003).

b. Gejala klinis

Gejala PPOK terutama berkaitan dengan

respirasi. Keluhan respirasi ini harus diperiksa

dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai

gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan.

Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3

bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang

diberikan. Kadang-kadang pasien menyatakan hanya

berdahak terus menerus tanpa disertai batuk. Selain

itu, Sesak napas merupakan gejala yang sering

dikeluhkan pasien terutama pada saat melakukan

aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami

adaptasi dengan sesak napas yang bersifat

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

20

progressif lambat sehingga sesak ini tidak

dikeluhkan. Untuk menilai kuantitas sesak napas

terhadap kualitas hidup digunakan ukuran sesak

napas sesuai skala sesak menurut British Medical

Research Council (MRC) (Global Obstructive Lung

Disease, 2009).

Tabel 2.2

Skala Sesak menurut British Medical Research

Council (MRC)

No Keluhan Sesak Berkaitan dengan Aktivitas

1 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat

2 Sesak mulai timbul jika berjalan cepat atau naik

tangga 1 tingkat

3 Berjalan lebih lambat karena merasa sesak

4 Sesak timbul jika berjalan 100 meter atau setelah

beberapa menit

5 Sesak bila mandi atau berpakaian

Sumber : Global Obstructive Lung Disease, 2009

2. Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisik mulai dari inspeksi

dapat berupa bentuk dada seperti tong (barrel chest),

terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti

orang meniup), terlihat penggunaan dan hipertrofi otot-

otot bantu napas, pelebaran sela iga, dan bila telah

terjadi gagal jantung kanan terlihat distensi vena

jugularis dan edema tungkai. Pada perkusi biasanya

ditemukan adanya hipersonor. Pemeriksaan auskultasi

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

21

dapat ditemukan fremitus melemah, suara napas

vesikuler melemah atau normal, ekspirasi memanjang,

ronki, dan mengi (PDPI, 2003).

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)

Spirometri merupakan salah satu metode

sederhana yang dapat digunakan untuk mempelajari

ventilasi paru, yaitu dengan mencatat volume udara

yang masuk dan keluar paru. Spirometri adalah

suatu alat sederhana yang digunakan untuk

mengukur volume udara dalam paru. Alat ini juga

dapat digunakan untuk mengukur volume statik dan

volume dinamik paru.

Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi

(%) dan atau VEP1/KVP (%). VEP1 merupakan

parameter yang paling umum dipakai untuk menilai

beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.

Apabila terjadi sumbatan dan spirometri tidak

tersedia maka dilakukan arus puncak ekspirasi (APE)

meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai

alternatif dengan memantau variabilitas harian pagi

dan sore, tidak lebih dari 20%. Parameter yang

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

22

sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi

adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk

gangguan obstruksi digunakan parameter volume

ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio

volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap

kapasitas vital paksa (VEP1/KVP)

Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) :

Gangguan restriksi

Gangguan restriksi paru adalah gangguan

pernafasan akibat dari menurunnya kapasitas vital

paru seseorang. Dengan nilai prediksi :

Vital Capacity (KV) < 80% nilai prediksi; KVP <

80% nilai prediksi.

Gangguan obstruksi

Gangguan obstruksi adalah gangguan saluran

napas baik stuktural (anatomis) maupun

fungsional yang menyebabkan perlambatan aliran

udara respirasi.

Dengan nilai prediksi :

VEP1 < 80% nilai prediksi; VEP1/KVP < 75% nilai

prediksi.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

23

Gangguan restriksi dan obstruksi, merupakan

gabungan dari gangguan restriksi dan ganggugan

obstruksi. Degan nilai prediksi :

FVC < 80% nilai prediksi; VEP1/KVP < 75% nilai

prediksi.

(PDPI, 2003).

b. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :

Eksaserbasi akut merupakan penyakit yang

timbulnya cepat dan berlangsung dalam jangka

waktu pendek atau tidak lama dalam kurun waktu

jam hingga minggu.

Sehingga dilakukan terapi eksaserbasi akut yaitu :

i. Antibiotik

Antibiotik merupakan obat yang ditujukan

untuk membunuh kuman penyebab infeksi atau

membunuh jamur.

Eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi.

Infeksi ini umumnya disebabkan oleh

Haemophilus Influenza dan Streptococcus

Pneumonia, maka digunakan ampisilin atau

eritromisin. Augmentin (amoksilin dan asam

klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

24

infeksinya adalah Haemophilus Influenza.

Pemberian antibiotik seperti cotrimoxasol,

amoksisilin atau doksisiklin pada pasien yang

mengalami eksaserbasi akut terbukti

mempercepat penyembuhan. Bila terdapat infeksi

sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka

dianjurkan antibiotik yang kuat.

ii. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan

pernapasan karena hiperkapnea dan

berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.

iii. Fisioterapi dada membantu pasien untuk

mengelurakan sputum dengan baik.

c. Radiologi (foto toraks)

Radiologi merupakan cabang atau

spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan

studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan

untuk mendiagnosis penyakit. Radiologi digunakan

untuk mempelajari penegakan diagnosis penyakit

dengan menggunakan sinar-X dan teknik pencitraan

lainnya yang berkaitan.

Hasil pemeriksaan radiologi dapat ditemukan

kelainan paru berupa hiperinflasi, diafragma

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

25

mendatar, corakan bronkovaskuler meningkat,

jantung pendulum, dan ruang retrosternal melebar.

Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan

radiologis masih normal pada PPOK ringan tetapi

pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk

menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau

menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan

pasien (Global Obstructive Lung Disease, 2009).

d. Bronkodilator

Bronkodilator merupakan obat yang dapat

melebarkan saluran napas dengan jalan

melemaskan otot-otot saluran napas yang sedang

mengkerut.

Untuk mengatasi obstruksi jalan napas,

termasuk di dalamnya golongan adrenergik b dan

anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan

salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250

mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau

aminofilin (PDPI, 2003).

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

26

2.2 Konsep Peran Perawat

2.2.1 Pengertian Perawat

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui

pendidikan keperawatan (Undang-Undang Kesehatan

No.23,1992).

2.2.2 Peran Perawat

Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen

peran perawat professional meliputi :

a. Care giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan

“Care Giver” merupakan peran perawat dalam

memberikan asuhan keparawatan secara langsung atau

tidak langsung kepada pasien, keluarga dan masyarakat

dengan metoda pendekatan pemecahan masalah yang

disebut proses keperawatan. Proses keperawatan

meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi

keprawatan.

b. Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi

pasien.

Sebagai advokat pasien, perawat berfungsi sebagai

penghubung antar pasien dengan tim kesehatan lain

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

27

dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasien, membela

kepentingan pasien dan membantu pasien memahami

semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan.

c. Counseller, sebagai pemberi bimbingan/konseling pasien

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi

perubahan pola interaksi pasien terhadap keadaan sehat

sakitnya. Memberikan konseling/bimbingan kepada

pasien, keluarga dan masyarakat tentang masalah

kesehatan sesuai prioritas.

d. Educator, sebagai pendidik pasien

Sebagai pendidik pasien, perawat membantu pasien

meningkatkan kesehatannya malalui pemberian

pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan

tindakan medis yang diterima.

e. Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang

dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga

kesehatan lain.

Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain

dan keluarga dalam menentukan rencana maupun

pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi

kebutuhan kesehatan pasien.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

28

f. Coordinator,

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan

potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan

pasien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi

yang terlewatkan maupun tumpang tindih.

g. Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut

untuk mengadakan perubahan-perubahan.

Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi

dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku, dan

meningkatkan keterampilan pasien/keluarga agar menjadi

sehat.

h. Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat

membantu memecahkan masalah pasien.

Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan

permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan

keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat

dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berka

itan dengan kondisi spesifik lain.

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

29

2.2.3 Peran Perawat sebagai Care Giver/Pemberi Asuhan

Keperawatan

Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan,

perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara

langsung dan tidak langsung kepada pasien dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

meliputi : pengkajian dalam upaya mengumpulkan data,

menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil

analisis data, merencanakan intervensi keperawatan

sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan

membuat langkah atau cara pemecahan masalah,

melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan

respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukannya.

Kiat keperawatan (nursing arts) memfokuskan peran

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif sebagai upaya memberikan kenyamanan dan

kepuasan pada pasien, meliputi :

1. Caring, merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat,

menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan

mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan

bagaimana seseorang berpikir dan bertindak.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

30

2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi

pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan

pasiennya.

3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi

seorang perawat untuk meningkatkan rasa nyaman

pasien.

4. Crying artinya perawat dapat menerima respon

emosional baik dari pasien maupun perawat lain

sebagai suatu hal yang biasa disaat senang ataupun

duka.

5. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun

psikologis merupakan komunikasi simpatis yang

memiliki makna (Barbara, 1994)

6. Helping artinya perawat siap membantu dengan

asuhan keperawatannya

7. Believing in others, artinya perawat meyakini bahwa

orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk

selalu meningkatkan derajat kesehatannya.

8. Learning artinya perawat selalu belajar dan

mengembangkan diri dan keterampilannya.

9. Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan

penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

31

kerahasiaan pasien kepada yang tidak berhak

mengetahuinya.

10. Listening artinya mau mendengar keluhan pasiennya.

11. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan,

dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan

rasa puas pasien.

(Gaffar, 1999)

2.3 Asuhan Keperawatan Pada PPOK

Diperlukan sebuah metode untuk menyelesaikan

masalah keperawatan yang dilakukan secara sitematis yaitu

dengan pendekatan proses keperawatan yang diawali dari

pengkajian data, penetapan diagnosa, perencanaan,

Implementasi dan evaluasi. Berikut ini akan diuraikan

mengenai proses keperawatan pada PPOK :

a. Pengkajian

Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat

kesehatan pasien, melakukan pengkajian fisik meliputi :

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, dan

pemeriksaan diagnostik.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

32

i. Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik bagi perawat yaitu untuk

menentukan respon pasien terhadap penyakit dan

berfokus pada respon yang ditimbulkan pasien

akibat masalah kesehatan yang sudah di diagnosa

oleh dokter (Robert Priraharjo, 1996).

Inspeksi

Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali

bertemu pasien. Inspeksi adalah pemeriksaan

dengan menggunakan indera penglihatan,

pendengaran dan penciuman. Pemeriksaan

kemudian maju ke suatu inspeksi local yang

berfokus pada suatu system tunggal atau bagian

dan biasanya menggunakan alat khusus seperti

optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain.

(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)

Pada saat inspeksi, terlihat pasien

mempunyai bentuk dada barrel chest akibat

udara yang terperangkap, penipisan massa otot,

bernafas dengan bibir yang dirapatkan, dan

pernapasan abnormal yang tidak efektif.

Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

33

meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,

kesimetrisan, lesi, dan

penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi,

perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal

bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma

di leher, kulit kebiruan (sianosis)

Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan dengan

menggunakan indera peraba yaitu tangan dan

jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan

atau organ seperti: temperatur, keelastisan,

bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan

(Dewi Sartika,2010).

Pada palpasi, dapat diketahui ekspansi

meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.

Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan

mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu

untuk membandingkan dengan bagian tubuh

lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara,

yang bertujuan untuk mengidentifikasi

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

34

batas/lokasi dan konsistensi jaringan (Dewi

Sartika, 2010).

Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi

adalah :

- Sonor : suara perkusi jaringan yang

normal.

- Redup : suara perkusi jaringan yang

lebih padat, misalnya di daerah paru-

paru pada pneumonia.

- Pekak : suara perkusi jaringan yang

padat seperti pada perkusi daerah

jantung, perkusi daerah hepar.

- Hipersonor/timpani : suara perkusi pada

daerah yang lebih berongga kosong,

misalnya daerah caverna paru, pada

pasien asthma kronik.

Pada perkusi, didapatkan suara normal

sampai hipersonor sedangkan diafragma

mendatar atau menurun.

Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang

dilakukan dengan cara mendengarkan suara

yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

35

menggunakan alat yang disebut dengan

stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah :

bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus

(Dewi Sartika, 2010).

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada

nafas adalah :

- Rales : suara yang dihasilkan dari

eksudat lengket saat saluran-saluran

halus pernafasan mengembang pada

inspirasi (rales halus, sedang, kasar).

Misalnya pada pasien pneumonia, TBC.

- Ronchi : nada rendah dan sangat kasar

terdengar baik saat inspirasi maupun

saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah

akan hilang bila pasien batuk. Misalnya

pada edema paru.

- Wheezing : bunyi yang terdengar

“ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase

inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya

pada bronchitis akut, asma.

- Pleura Friction Rub ; bunyi yang

terdengar “kering” seperti suara

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

36

gosokan amplas pada kayu. Misalnya

pada pasien dengan peradangan

pleura. Sering didapatkan adanya bunyi

napas ronkhi dan wheezing sesuai

tingkat keparahan obstruktif pada

bronkhiolus.

b. Diagnosa Keperawatan

Langkah-langkahnya, sebagai berikut :

i. Mengidentifikasikan masalah keperawatan pasien.

ii. Mengidentifikasikan batasan karakteristik masalah

keperawatan.

iii. Mengidentifikasikan etiologi masalah keperawatan.

iv. Merumuskan diagnosa keperawatan secara ringkas

dan jelas.

c. Perencanaan

Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan

dan kriteria hasil dari masing-masing masalah yang

ditemukan.

Pada tahap implementasi mencakup :

i. Merumuskan prioritas diagnosa keperawatan

ii. Menentukan tujuan.

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

37

iii. Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang sesuai

untuk pencapaian tujuan.

iv. Merumuskan hasil akhir yang diharapkan .

Tujuan penatalaksanaan rencana tindakan pada pasien

PPOK :

i. Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

ii. Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu

singkat dan panjang.

iii. Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.

iv. Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

d. Implementasi

Pada tahap implementasi yang dilakukan meliputi :

i. Melaksanakan rencana keperawatan

ii. Mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas pasien.

iii. Mencatat respon pasien terhadap tindakan

keperawatan

e. Evaluasi

Evaluasi mencakup hasil yang diharapkan :

Evaluasi merupakan tahapan akhir dari proses

keperawatan dan diarahkan untuk menentukan respon

pasien terhadap intervensi keperawatan dan sebatas

mana tujuan-tujuan sudah tercapai.

Hasil akhir yang diharapkan dari pasien PPOK ialah :

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian PPOK

38

Mencapai bersihan jalan napas/keefektifan jalan

napas dengan melakukan drainase postural dengan

benar, berhenti merokok.

Menunjukkan perbaikan pertukaran gas dengan

menggunakan bronkodilator dan terapi oksigen

sesuai yang diresepkan.

Menunjukkan perbaikan dan peningkatan nutrisi.

Mencegah terjadinya infeksi dengan

mempertahankan kekebalan tubuh agar tidak

menurun.

Pasien dapat megetahui penyakitnya melalui

informasi atau penyuluhan yang diberikan oleh

perawat.

2.4 Kerangka Teori

Peran perawat meliputi :

- pengkajian - penetapan diagnose - perencanaan - implementasi

- evaluasi

Perawatan Pasien PPOK meliputi :

- Faktor resiko - Manifestasi - Diagnosis

- Patofisiologi - Pemeriksaan

penunjang