22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab satu, telah dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan dan tujuan dari penelitian ini. Oleh karena itu, pada bab dua akan diberikan penjelasan mengenai definisi dan tinjauan secara teori yang terkait dengan fenomena dalam latar belakang. Landasan teori tersebut digunakan peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini. Teori-teori tersebut mencakup: A. Pengertian skizofrenia, yang meliputi kriteria diagnostik untuk skizofrenia, sebab-sebab skizofrenia, dan gejala skizofrenia. B. Pengertian mengenai keluarga sebagai salah satu unit terkecil dalam masyarakat. C. Dukungan sosial keluarga, yang meliputi pengertian dukungan sosial, dukungan sosial keluarga, dukungan sosial keluarga untuk penderita skizofrenia, komponen dukungan sosial keluarga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga. A. Pengertian Skizofrenia Menurut Durand dan Barlow (2007), skizofrenia adalah gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Di samping itu, Nevid, Rathus dan Greene (2003) menjelaskan skizofrenia sebagai sindrom klinis yang membingungkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab satu, telah dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan dan tujuan dari penelitian ini. Oleh karena itu, pada bab dua

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab satu, telah dijelaskan mengenai latar belakang

    permasalahan dan tujuan dari penelitian ini. Oleh karena itu, pada

    bab dua akan diberikan penjelasan mengenai definisi dan tinjauan

    secara teori yang terkait dengan fenomena dalam latar belakang.

    Landasan teori tersebut digunakan peneliti sebagai acuan dalam

    melakukan penelitian ini. Teori-teori tersebut mencakup:

    A. Pengertian skizofrenia, yang meliputi kriteria diagnostik

    untuk skizofrenia, sebab-sebab skizofrenia, dan gejala

    skizofrenia.

    B. Pengertian mengenai keluarga sebagai salah satu unit

    terkecil dalam masyarakat.

    C. Dukungan sosial keluarga, yang meliputi pengertian

    dukungan sosial, dukungan sosial keluarga, dukungan

    sosial keluarga untuk penderita skizofrenia, komponen

    dukungan sosial keluarga, dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi dukungan sosial keluarga.

    A. Pengertian Skizofrenia

    Menurut Durand dan Barlow (2007), skizofrenia adalah

    gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan

    gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi

    (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Di samping

    itu, Nevid, Rathus dan Greene (2003) menjelaskan

    skizofrenia sebagai sindrom klinis yang membingungkan dan

  • melumpuhkan, serta merupakan gangguan psikologis yang

    paling berhubungan dengan pandangan populer tentang gila

    atau sakit mental. Sedangkan dilihat dari sudut pandang

    psikofarmakologi, skizofrenia merupakan penyakit otak yang

    timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah

    satu sel kimia dalam otak.

    Individu yang didiagnosa menderita skizofrenia, dapat

    dilihat melalui gejala-gejala perilaku yang dibagi menjadi

    gejala positif dan gejala negatif. Gejala-gejala positif

    ditunjukkan dengan pembicaraan yang kacau, delusi,

    halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi. Sedangkan gejala

    negatifnya antara lain seperti avolition (menurunnya minat

    dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan

    miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta

    terganggunya relasi personal. Tampak bahwa gejala-gejala

    skizofrenia menimbulkan kendala dalam kemampuan

    individu untuk berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan

    afek dan menggangu relasi personal. Keseluruhan gejala

    yang dialami mengakibatkan pasien skizofrenia mengalami

    penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani

    hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris

    terputus relasinya dengan orang lain (Gerald, Neale & Kring,

    2006).

    Dengan melihat pengertian dan gejala-gejala pada

    penderita skizofrenia, maka tampak bahwa dalam kemampuan

    berpikir, memecahkan masalah, kehidupan afek dan relasi

    sosialnya menjadi sangat terganggu. Di samping itu, prognosis

  • untuk pasien penderita skizofrenia sendiri pada umumnya kurang

    begitu menunjukkan hasil yang baik. Hanya sekitar 25% pasien

    dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada

    tingkat premorbid, dan sekitar 25% pasien tidak akan pernah

    pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk.

    Sedangkan 50% pasien lainnya mengalami kekambuhan periodik

    dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk

    waktu yang singkat (Harris, 1984 dalam Arif, 2006).

    1. Kriteria Diagnostik Untuk Skizofrenia

    Menurut DSM-IV TR (APA, 2000), paling tidak terdapat

    enam kriteria diagnostik skizofrenia, yaitu:

    a. Gejala khas

    Dua atau lebih dari yang berikut ini, masing-

    masing muncul cukup jelas selama jangka waktu satu

    bulan (atau kurang, bila ditangani dengan baik) :

    1. Delusi

    2. Halusinasi

    3. Pembicaraan kacau

    4. Tingkah laku kacau

    5. Gejala negatif

    b. Disfungsi sosial atau okupasional

    c. Durasi

    Gejala gangguan ini tetap ada untuk paling sedikit 6

    bulan. Periode 6 bulan ini mencakup paling tidak 1 bulan

    kemunculan gejala.

  • d. Tidak termasuk gangguan schizoaffective atau gangguan

    mood

    e. Tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi

    medis

    f. Hubungan dengan Pervasive Developmental Disorder.

    Bila ada riwayat autistic disorder atau gangguan PDD

    lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila

    ada halusinasi atau delusi yang menonjol, selama paling

    tidak 1 bulan (atau kurang, bila tertangani dengan baik).

    Untuk jenis skizofrenia sendiri, menurut Nevid, Rathus

    dan Greene (2003) dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :

    a. Skizofrenia tipe paranoid

    Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara

    mencolok tampak berbeda karena delusi dan

    halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek

    mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak

    mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek

    datar. Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih

    baik dibandingkan penderita skizofrenia tipe lainnya.

    Dalam DSM-IV-TR, untuk memasukkan seseorang ke

    dalam subtipe ini harus memiliki preokupasi dengan satu

    macam waham atau lebih, atau halusinasi pendengaran

    yang sering tetapi tanpa disertai adanya disorganisasi

    dalam pembicaraan, atau disorganisasi perilaku atau

    perilaku katatonik, atau afek datar yang mencolok.

  • b. Skizofrenia tipe tidak terorganisasi

    Skizofrenia tipe ini dihubungkan dengan ciri-ciri

    seperti perilaku yang kacau, pembicaraan yang tidak

    koheren, halusinasi yang jelas dan sering, afek yang datar

    atau tidak sesuai, dan waham yang tidak terorganisasi

    yang sering melibatkan tema-tema seksual atau religius.

    Hendaya sosial sering ditemui pada orang dengan

    skizofrenia tidak terorganisasi. Mereka juga menunjukkan

    kedunguan dan mood yang gamang, cekikikan dan

    berbicara yang tidak-tidak. Mereka sering mengabaikan

    penampilan dan kebersihan mereka dan kehilangan

    kontrol terhadap kandung kemih dan saluran pembuangan

    makanan.

    c. Skizofrenia tipe katatonik

    Skizofrenia tipe katatonik adalah salah satu jenis

    skizofrenia yang ditandai dengan hendaya yang jelas dalam

    perilaku motorik dan perlambatan aktivitas yang berkembang

    menjadi stupor namun mungkin berubah secara tiba-tiba

    menjadi fase agitasi. Orang-orang dengan skizofrenia

    katatonik mungkin dapat menunjukkan bentuk perangai atau

    seringai yang tidak biasa, atau mempertahankan postur yang

    aneh, tampak kuat selama berjam-jam meskipun tungkai

    mereka menjadi kaku atau membengkak. Ciri yang

    mengejutkan namun kurang umum adalah waxy flexibility,

    yang menampilkan posisi tubuh tetap, sebagaimana posisi

    yang dipaparkan oleh orang lain terhadap mereka. Mereka

    tidak akan merespons pertanyaan atau komentar selama masa

  • tersebut, yang dapat berlangsung selama berjam-jam.

    Bagaimanapun sesudahnya mereka mungkin mengatakan

    mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain selama masa

    itu.

    d. Skizofrenia tipe I dan Tipe II

    Skizofrenia tipe I ditandai dengan simtom yang lebih

    mencolok, disebut simtom positif, seperti halusinasi, waham,

    asosiasi yang longgar, serta kemunculan yang mendadak dan

    tiba-tiba, kemampuan intelektual yang tetap terpelihara, dan

    respons yang lebih baik terhadap pengobatan antipsikotik.

    Skizofrenia tipe II berhubungan dengan pola yang terdiri dari

    defisit yang lebih besar atau simtom negatif skizofrenia. Hal

    ini mencakup hilang atau berkurangnya fungsi-fungsi

    normal, sebagaimana ditunjukkan dengan ciri-ciri seperti

    hilangnya ekspresi emosi, rendahnya atau tidak adanya

    tingkat motivasi, hilangnya kesenangan dalam aktivitas,

    penarikan diri secara sosial, dan kemiskinan pembicaraan,

    kemunculan lebih bertahap, hendaya intelektual, dan respons

    yang lebih buruk terhadap obat-obatan antipsikotik.

    2. Sebab-sebab Skizofrenia

    Durand dan Barlow (2007) menjelaskan beberapa penyebab

    seseorang menderita skizofrenia antara lain disebabkan oleh

    pengaruh genetik, pengaruh neurobiologis, serta pengaruh

    psikologis dan sosial. Penyebab skizofrenia tersebut dijelaskan

    lebih detail sebagai berikut:

  • a. Pengaruh genetik

    Serangkaian penelitian yang mendukung pernyataan bahwa

    gen bertanggung jawab membuat sebagian individu rentan

    terhadap skizofrenia adalah penelitian mengenai keluarga,

    saudara kembar, anak adopsi, dan studi-studi tentang

    keterkaitan dan asosiasi. Persentase bagi penderita skizofrenia

    dilihat dari hasil penelitian tentang keluarga-keluarga

    penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu

    telur dapat dilihat dari grafik di bawah ini (Maramis, 1995):

    Posisi dalam Keluarga Persentase

    Penderita

    Skizofrenia

    Saudara tiri 0,9 % - 1,8

    %

    Saudara kandung 7 % - 15 %

    Salah satu orang tua menderita

    skizofrenia

    7 % - 16 %

    Kedua orang tua menderita skizofrenia 40 % - 68 %

    Kembar heterozigot 2 % - 15 %

    Kembar monozigot 61 % - 86 %

    Tabel 2.1

    Persentase etiologi penderita skizofrenia dilihat dari faktor

    keturunan

    Dari penelitian tersebut memberi pandangan dan hasil

    bahwa skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen. Hal ini

    sering disebut sebagai fenomena quantitative trait loci, dimana

    skizofrenia yang sering terjadi mungkin disebabkan oleh

    beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di

    seluruh kromosom. Hal ini juga mengklarifikasi mengapa ada

  • gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami

    gangguan ini dan mengapa resiko untuk mengalami penyakit

    ini semakin tinggi dengan semakin banyak anggota keluarga

    yang memiliki penyakit ini.

    b. Pengaruh neurobiologis

    Salah satu penyebab skizofrenia adalah adanya malfungsi

    otak. Dalam berbagai macam kasus, beberapa obat-obatan

    antipsikotik (neuroleptik) memberikan dampak yang positif

    dalam mengurangi gejala yang dialami oleh penderita

    skizofrenia. Selain itu struktur otak dari penderita skizofrenia

    terlihat berbeda dengan individu pada normalnya. Sebagai

    contoh, adanya pembesaran ventrikel yang terlihat pada semua

    orang yang mengalami skizofrenia. Ukuran ventrikel tersebut

    mungkin tidak menjadi masalah, tetapi dilasi ventrikel

    menunjukkan bahwa bagian-bagian otak yang berbatasan

    dengannya tidak berkembang penuh atau mengalami atrofi,

    sehingga memungkinkan ventrikel menjadi lebih besar. Bukti

    bahwa skizofrenia adalah penyakit biologis berbasis otak

    mempunyai perkembangan pesat selama dua dekade terakhir.

    Hal ini telah didukung dengan sistem pencitraan otak dinamis

    yang tepat menunjukkan gelombang pengalihan jaringan yang

    terjadi di otak orang yang menderita skizofrenia

    (http://www.schizophrenia.com/history.htm).

    Sementara itu, penelitian Computed Tomography (CT)

    otak dan penelitian post mortem mengungkapkan perbedaan-

    perbedaan otak penderita skizofrenia dari otak normal

    walaupun belum ditemukan pola yang konsisten. Penelitian

  • aliran darah, glukogen, dan Brain Electrical Activity Mapping

    (BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus frontal

    pada beberapa individu penderita skizofrenia. Fungsi lobus

    frontal tersebut adalah : mengontrol ekspresi bicara, menerima

    informasi dari seluruh otak dan menggabungkan informasi-

    informasi tersebut menjadi suatu pemikiran, perencanaan, dan

    perilaku, serta mengontrol perilaku individu, membuat

    keputusan, kepribadian, dan menahan diri.

    Status hiperdopaminergik yang khas untuk traktus

    mesolimbik (area tegmentalis ventralis di otak tengah ke

    berbagai struktur limbic) menjadi penjelasan patofisiologis

    yang paling luas diterima untuk skizofrenia. Beberapa bukti

    perbedaan struktur otak tersebut dapat dilihat pada gambar

    berikut:

    Gambar 2.1 Perbedaan struktur otak penderita skizofrenia dan yang

    bukan penderita skizofrenia

  • Pada gambar di atas terlihat jelas adanya perbedaan struktur

    otak penderita skizofrenia dan yang tidak menderita

    skizofrenia, khususnya pada bagian lobus frontal.

    c. Pengaruh psikologis dan sosial

    Pengaruh psikososial juga berperan penting dalam

    membuat seseorang menderita skizofrenia, sebagai

    contoh, beberapa penelitian yang telah dilaksanakan

    memberikan hasil bahwa stressor emosional atau pola

    interaksi baik keluarga maupun lingkungan yang lebih

    luas dapat memicu seseorang untuk mengidap

    skizofrenia.

    3. Gejala Skizofrenia

    Durand dan Barlow (2007) menjelaskan gejala skizofrenia

    yang terdiri dari gejala positf, gejala negatif, dan gejala

    disorganisasi. Secara lebih lengkap akan dijelaskan sebagai

    berikut :

    a. Gejala positif

    Yang termasuk dalam gejala positif ini adalah:

    1. Delusi

    Delusi adalah keyakinan yang oleh kebanyakan

    anggota masyarakat dianggap sebagai

    misinterpretasi terhadap realitas yang juga sering

    disebut dengan gangguan isi pikiran (disorder of

    thought content). Delusi yang sering dijumpai pada

    penderita skizofrenia adalah bahwa orang lain

    bermaksud buruk terhadapnya. Waham atau delusi

  • dapat memiliki bentuk yang berbeda. Beberapa di

    antaranya yang umum terjadi adalah waham

    persekusi, waham referensi, waham dikendalikan,

    dan waham kebesaran (Nevid, Rathus dan Greene,

    2003).

    2. Halusinasi

    Halusinasi adalah gejala psikotik dari gangguan

    perseptual di mana berbagai hal dapat dilihat, didengar

    atau diindera meskipun hal-hal itu tidak riil atau benar-

    benar ada. Halusinasi juga terdapat beberapa bentuk, di

    antaranya: halusinasi auditoris, halusinasi taktil,

    halusinasi somatis, halusinasi visual, halusinasi

    gustatoris dan halusinasi olfaktoris.

    b. Gejala negatif

    Yang termasuk dalam gejala negatif adalah:

    1. Avolisi

    Avolisi berarti ketidakmampuan untuk memulai atau

    mempertahankan berbagai macam kegiatan. Penderita

    gejala ini, menunjukkan minat yang rendah untuk

    melakukan sesuatu, bahkan fungsi-fungsi dasar sehari-

    hari termasuk kesehatan pribadi.

    2. Alogia

    Alogia mengacu pada relatif ketiadaan pembicaraan.

    Orang dengan alogia mungkin merespons pertanyaan

    dengan jawaban-jawaban pendek yang isinya terbatas

    dan mungkin tampak tidak tertarik untuk bercakap-

    cakap. Kadang-kadang alogia berbentuk komentar yang

  • terlambat atau respons yang lambat terhadap pertanyaan

    yang diajukan.

    3. Anhedonia

    Anhedonia adalah ketiadaan perasaan senang yang

    dialami oleh sebagian penderita skizofrenia. Seperti

    halnya beberapa macam gangguan suasana

    perasaan, anhedonia memberikan isyarat sikap tidak

    peduli terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya

    dianggap menyenangkan, termasuk makan, interaksi

    sosial dan hubungan sosial.

    4. Pendataran afek

    Pengekspresian afek atau ketiadaan ekspresi ini

    merupakan gejala yang penting bagi perkembangan

    skizofrenia. Gejala ini memperlihatkan penderita

    seperti orang yang mengenakan topeng karena tidak

    memperlihatkan emosi pada saat mereka mestinya

    memperlihatkannya.

    c. Gejala disorganisasi

    Gejala disorganisasi merupakan gejala skizofrenia yang

    paling sedikit diteliti dan oleh sebab itu paling sedikit

    diketahui. Gejala ini meliputi berbagai macam perilaku

    eratik yang mempengaruhi pembicaraan, perilaku

    motorik, dan reaksi emosional.

    4. Pengobatan Terhadap Penderita Skizofrenia

    Pengobatan terhadap penderita skizofrenia harus

    dilakukan secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang

  • lama menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa

    penderita menuju ke kemunduran mental (Maramis, 1995).

    Penderita skizofrenia memiliki prognosa kesembuhan yang

    sangat kecil. Namun demikian, dengan pengobatan dan

    bimbingan yang baik, penderita dapat ditolong untuk terus

    mengembangkan diri dengan cara melakukan pekerjaan yang

    sederhana sesuai dengan kemampuannya baik di rumah

    maupun di lingkungan sekitarnya. Maramis (1995)

    menyebutkan beberapa pengobatan yang dapat diusahakan

    yaitu:

    a. Farmakoterapi

    Pasien dengan skizofrenia menahun, diberikan neroleptika

    dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya

    dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan

    pasien. Hasilnya lebih baik bila neroleptika mulai diberi

    dalam dua tahun pertama dari penyakit. Tidak ada dosis

    standar untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara

    individual.

    b. Terapi elektro-konvulsi (TEK)

    TEK diduga dapat memperpendek serangan skizofrenia

    dan mempermudah kontak dengan penderita, tetapi tidak

    dapat mencegah serangan yang akan datang. Terapi ini

    baik diterapkan pada jenis katatonik terutama stupor.

    c. Terapi koma insulin

    Pengobatan melalui terapi koma insulin, bila diberikan

    pada permulaan penyakit, hasilnya berdampak positif.

    Persentasi kesembuhan lebih besar bila dimulai dalam

  • waktu 6 bulan sesudah penderita jatuh sakit. Pengobatan

    jenis ini memberi hasil yang baik pada penderita

    skizofrenia jenis katatonia dan paranoid.

    d. Psikoterapi dan rehabilitasi

    Psikoterapi suportif individual atau kelompok serta

    bimbingan yang praktis dengan maksud untuk

    mengembalikan penderita ke masyarakat menunjukkan

    hasil yang positif bagi penderita. Psikiater atau pihak

    medis di panti rehabilitasi diharapkan dapat mendorong

    penderita untuk kembali membangun relasi dengan orang

    lain. Bila dimungkinkan, penderita dapat disarankan untuk

    terlibat melakukan pekerjaan ringan atau diberi tanggung

    jawab selama di panti rehabilitasi sesuai dengan

    kemampuan yang dimilikinya. Hal ini juga dapat

    membantu mempersiapkan penderita ketika penderita

    akan kembali ke rumah.

    e. Lobotomi prefrontal

    Pengobatan jenis ini dapat dilakukan bila terapi lain secara

    intensif tidak berhasil dan bila penderita sudah sangat

    mengganggu lingkungan sekitar.

    B. KELUARGA

    Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

    terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

    berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap

    dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).

    Bentuk keluarga yang sering dijumpai adalah nuclear family

  • atau keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,

    dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh

    sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau

    keduanya dapat bekerja di luar rumah.

    Menurut Scharff & Scharf (1991), keluarga adalah

    suatu sistem yang berisi sejumlah relasi yang berfungsi secara

    unik. Definisi mengenai keluarga tersebut menegaskan bahwa

    hakikat keluarga adalah relasi yang terjalin antar-individu,

    yang merupakan komponen di dalamnya. Jadi, setiap anggota

    keluarga terhubungkan satu sama lain dalam suatu matriks

    relasi yang kompleks. Dalam matriks relasi ini, terdapat saling

    keterkaitan antara satu anggota dengan anggota yang lain.

    dengan demikian dapat dipahami, bahwa bila sesuatu menimpa

    atau dialami oleh salah satu anggota keluarga, dampaknya

    akan mengenai seluruh anggota keluarga yang lain.

    C. DUKUNGAN SOSIAL

    1. Pengertian Dukungan Sosial

    Pengertian dukungan sosial menurut Gottlieb (dalam

    Smet, 1994) adalah suatu dukungan yang terdiri atas informasi

    yang menuntun individu untuk menyadari dan mengerti bahwa

    ia diperhatikan dan disayangi. Informasi-informasi ini dapat

    berupa nasehat verbal atau non verbal, juga termasuk di

    dalamnya pemberian bantuan secara nyata, serta tindakan yang

    berupa keakraban sosial atau kehadiran individu yang

    bersangkutan yang bermanfaat dalam mempengaruhi perilaku

  • maupun emosi individu.

    Kemudian Sarafino (dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa

    dukungan sosial adalah suatu dorongan yang dirasakan oleh

    individu atau penghargaan akan kepedulian yang telah diberikan

    oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya sehingga

    dukungan itu dapat dirasakan sangat penting. Menurut Casel

    (dalam Sheridan & Radmacher,1992) dukungan sosial adalah

    kehadiran orang lain yang dapat membuat individu percaya

    bahwa dirinya dicintai, diperhatikan dan merupakan bagian dari

    kelompok sosial yaitu keluarga, rekan kerja dan teman dekat.

    Dukungan sosial juga dapat digambarkan sebagai

    hubungan interpersonal pada kelompok tertentu. Oleh karena

    itu, di dalam kelompok tersedia tempat untuk menyalurkan

    emosi pada waktu yang dibutuhkan. Kelompok ini biasanya

    memberikan dukungan berupa kesatuan dalam keluarga, teman-

    teman dan rekan kerja. Mereka dapat menyediakan dukungan

    emosi dan informasi antara satu anggota kepada anggota yang

    lain. Kelompok-kelompok pendukung ini menyediakan timbal

    balik dan hubungan yang dapat meningkatkan rasa

    kebersamaan. Hal tersebut diungkapkan oleh Kaplan, Sallis,

    Patterson (2006) dalam pernyataan berikut :

    Social Support has also been described as interpersonal

    ties to a specific group that povides emotional assistance

    in times of need. This group of support usually includes

    such entities as family, friends, and professionals. They

    can provide both emotional and informational support.

    These support groups readily provide feedback and

    encoragement therefore increasing the feelings of

    connectedness.

  • Pernyataan di atas menegaskan bahwa dukungan sosial

    melibatkan keluarga, teman atau tenaga profesional dalam

    memberikan dukungan sosial, baik dukungan emosional

    maupun dukungan instrumental yang dibutuhkan oleh

    seseorang.

    2. Dukungan Sosial Keluarga

    Keluarga merupakan suatu sistem terbuka yang terdiri dari

    semua unsur dalam sistem, mempunyai struktur, tujuan atau

    fungsi dan mempunyai organisasi internal, seperti sistem yang

    lain. bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan,

    hal ini akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain.

    Keluarga juga merupakan suatu matriks dari perasaan

    beridentitas dari anggota-anggotanya, merasa memiliki dan

    berbeda. Tugas utamanya adalah memelihara pertumbuhan

    psikososial anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya

    (Lefley,1989).

    Secara umum keluarga juga membentuk unit sosial yang

    paling kecil yang mentransmisikan tuntutan-tuntutan dan nilai-

    nilai dalam masyarakat, dan kemudian melestarikannya.

    Keluarga harus dapat beradaptasi dengan kebutuhan-

    kebutuhan masyarakat sementara keluarga juga membantu

    pertumbuhan dan perkembangan anggotanya dan kemudian

    menjaga kontinuitas secara cukup untuk memenuhi fungsinya

    sebagai kelompok referensi dari individu.

  • Konsep di atas memperjelas bahwa seluruh anggota

    keluarga saling bergantung dan selalu berinteraksi satu dengan

    yang lainnya. Seluruh anggota keluarga berusaha

    menghilangkan gangguan-gangguan baik yang bersifat fisik

    atau psikis yang ada pada anggota keluarga lain. Berdasarkan

    hal ini keluarga saling menjaga yang satu dengan yang lain

    tidak hanya dalam keadaan sehat, tetapi juga dalam

    menghadapi keadaan sakit.

    Di sisi lain, Hurlock (1996) merumuskan dukungan sosial

    keluarga sebagai suatu dukungan kesenangan, perhatian,

    penghargaan atau pertolongan yang berupa informasi atau

    nasehat verbal dan atau non verbal, bantuan nyata, atau

    tindakan yang diterima individu dari keluarga. Namun

    demikian dalam semua tahap kehidupan, semua dukungan

    sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan

    berbagai kepandaian dan akal, sebagai akibatnya hal ini

    meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dukungan

    keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

    kehidupan, yang sifat dan jenis dukungan sosial tersebut

    berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan.

    Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal,

    seperti dukungan orang tua terhadap anak, dan juga dukungan

    sosial eksternal. Dukungan sosial keluarga membuat keluarga

    mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.

    Sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan

    adaptasi keluarga.

  • 3. Dukungan Sosial Keluarga Untuk Penderita Skizofrenia

    Dalam penelitian Browne dan Courtney (2007),

    menegaskan bahwa akibat dari skizofrenia adalah penderita

    mengalami kesulitan untuk mempertahankan peran mereka

    dalam keluarga dan memiliki hubungan yang tidak stabil

    dengan orang lain, termasuk di dalamnya adalah orang-orang

    terdekatnya. Maka, keluarga berperan penting dalam

    menolong dan mendukung penderita untuk mencapai kembali

    kestabilan hubungan dengan lingkungan dan memahami peran

    mereka di lingkungan tempat tinggalnya.

    Dukungan sosial yang ditunjukkan oleh keluarga sebagai

    seorang caregiver bagi pasien penderita skizofrenia,

    merupakan salah satu intervensi pendukung proses medik yang

    disarankan oleh beberapa psikiater. Gracia, Chang, Young, &

    Jenkins (2006) mengadakan sebuah penelitian mengenai

    dukungan keluarga terhadap individu yang menderita

    skizofrenia. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa

    dukungan dari keluarga menjadi salah satu prediktor dalam

    keberhasilan merawat anggota skizofrenia. Hal ini ditunjukkan

    dengan pemberian dukungan instrumental oleh keluarga secara

    langsung meningkatkan penggunaan jasa medis yang baik

    untuk menunjang pengobatan pasien skizofrenia. Selain itu,

    hal yang berpengaruh dalam proses penyembuhan adalah

    dukungan keluarga secara emosional.

  • 4. Aspek Dukungan Sosial Keluarga

    House (Smet, 1994) juga membedakan aspek-aspek dalam

    dukungan sosial, yaitu :

    a. Dukungan emosional

    Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian,

    penegasan dan perhatian terhadap orang yang

    bersangkutan.

    b. Dukungan penghargaan

    Dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat

    (penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau

    persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan

    perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain,

    seperti orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk

    keadaannya (menambah penghargaan diri).

    c. Dukungan instrumental

    Mencakup bantuan langsung yang diwujudkan dalam

    bentuk uang, tenaga, waktu dan pemberian hadiah atau

    reward.

    d. Dukungan informatif

    Mencakup pemberian informasi, nasehat, petunjuk-

    petunjuk, saran-saran, dan umpan balik.

    Jenis dukungan yang diterima dan diperlukan oleh setiap

    orang berbeda-beda tergantung pada keadaannya masing-

    masing. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti

    menggunakan komponen-komponen dukungan sosial yang

    diadaptasi dari House bagi keluarga yang memberikan

    dukungan kepada anggota keluarga yang menderita

  • skizofrenia. Teori tersebut digunakan dalam penelitian ini

    karena peneliti melihat bahwa aspek-aspek tersebut mampu

    memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai

    bentuk-bentuk dukungan sosial yang keluarga berikan kepada

    anggota keluarga yang menderita skizofrenia pasca perawatan.

    5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

    Keluarga

    Cobb (dalam Smet, 1994) mempertimbangkan dukungan

    sosial sebagai petunjuk informasi bagi partisipan agar

    mempercayai bahwa ia diperhatikan dan dicintai, dihargai,

    menuju pada jaringan komunikasi, dan kewajiban bersama.

    Untuk itu terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

    efektivitas dukungan sosial, yaitu :

    a. Pemberian dukungan

    Berdasarkan jumlah pemberi dukungan, dalam hal ini

    dukungan sosial diartikan sebagai jumlah orang yang

    memberikan bantuan kepada seseorang yang

    membutuhkan. Semakin banyak yang memberikan

    dukungan maka akan berdampak semakin positif terhadap

    individu penerima dukungan tersebut.

    b. Jenis dukungan yang diberikan

    Salah satu faktor yang juga berpengaruh terhadap

    efektifitas dari sebuah dukungan antara lain adalah

    dukungan yang diterima sesuai dengan jenis dukungan

    yang sedang dibutuhkan.

  • c. Penerimaan dukungan

    Faktor berikut yang mempengaruhi efektivitas dari

    dukungan sosial berkaitan dengan kemampuan individu

    merasakan kualitas dari dukungan yang diterima akan

    memberikan keuntungan yang lebih besar daripada yang

    mengabaikan bantuan yang telah diterima.

    d. Faktor permasalahan yang dihadapi

    Individu yang yakin bahwa akan ada orang yang

    membantunya bila ia mengalami kesulitan cenderung

    lebih percaya diri daripada individu yang tidak merasa

    yakin bilamana ada orang yang bersedia membantunya.

    e. Faktor waktu pemberian dukungan

    Bilamana dukungan yang diberikan kepada orang lain

    tersebut tepat pada waktunya, pada saat seseorang itu

    sedang membutuhkannya.

    f. Faktor lama pemberian dukungan

    Dukungan yang diberikan kepada seseorang dalam bentuk

    apapun tetapi dukungan tersebut diberikan dalam jangka

    waktu yang lama akan membuat seseorang menjadi

    termotivasi.

    Beberapa faktor di atas adalah hal-hal yang berpengaruh

    terhadap berhasil atau tidaknya dukungan sosial yang diberikan

    terhadap tujuan yang ingin dicapai.