19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari kata communication yang bearti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Dengan kata lain komunikasi akan terjadi secara efektif apabila setiap orang yang terlibat dalam komunikasi dapat menyerap makna yang sama dari suatu pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut. Jika hal ini tidak terjadi maka komunikasi gagal berlangsung dengan baik (Zuhdi 2011:16). Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi. Komunikasi membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan individu dan juga organisasi, merespon dan mengimplementasikan perubahan organisai, mengkoordinasikan aktivitas orgganisasi, dan ikut memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan. Menurut Roger dalam Suranto (2005:15) menyatakan bahwa komunikasi ialah proses yang didalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan merubah prilakunya 2.1.2 Elemen-Elemen Komunikasi Elemen-elemen yang ada dalam setiap tindakan komunikasi Devito (2011:24): Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Komunikasi 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38729/4/Chapter II.pdf · 2.1.1 Pengertian Komunikasi . Istilah komunikasi berasal

  • Upload
    donhu

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompetensi Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari kata communication yang bearti

pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Dengan kata lain komunikasi akan terjadi

secara efektif apabila setiap orang yang terlibat dalam komunikasi dapat

menyerap makna yang sama dari suatu pesan yang disampaikan dalam

komunikasi tersebut. Jika hal ini tidak terjadi maka komunikasi gagal berlangsung

dengan baik (Zuhdi 2011:16).

Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi.

Komunikasi membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan individu dan

juga organisasi, merespon dan mengimplementasikan perubahan organisai,

mengkoordinasikan aktivitas orgganisasi, dan ikut memainkan peran dalam

hampir semua tindakan organisasi yang relevan. Menurut Roger dalam Suranto

(2005:15) menyatakan bahwa komunikasi ialah proses yang didalamnya terdapat

suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan

merubah prilakunya

2.1.2 Elemen-Elemen Komunikasi

Elemen-elemen yang ada dalam setiap tindakan komunikasi Devito

(2011:24):

Universitas Sumatera Utara

1. Sumber – Penerima

Merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menegaskan bahwa

setiap orang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (pembicara)

sekaligus penerima (pendengar).

2. Enkoding – Dekoding

Enkoding merupakan tindakan menghasilkan pesan. Misalnya, berbicara

atau menulis, dengan menuangkan gagasan kedalam gelombang suara atau

ke atas selembar kertas maka seseorang telah melakukan enkoding.

Dekoding merupakan tindakan menerima pesan. Pembicara atau penulis

sebagai enkoder. Pendengar atau pembaca sebagai dekoder.

3. Pesan – Saluran

Pesan adalah apa yang ingin disampaiakan setiap individu kepada orang

lain baik dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis) maupun secara

nonverbal (tanpa kata). Saluran komunikasi adalah media yang dilalui

pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran

melainkan menggunakan dua, tiga atau empat saluran secara simultan.

4. Umpan Balik

Merupakan informasi yang dikirim kesumbernya. Umpan balik dapat

berasal dari anda sendiri atau dari orang lain.

5. Gangguan (Noise)

Merupakan gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan.

Gangguan menghalangi penerima dan menerima pesan dan sumber dalam

mengirim pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi

Universitas Sumatera Utara

bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang

diterima. Gangguan ini dapoat berupa gangguan fisik (ada orang lain yang

berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau

semantik (salah mengartikan makna).

2.1.3. Pengertian Kompetensi Komunikasi (Kemampuan Komunikasi)

Kompetensi komunikasi (Kemampuan Komunikasi) adalah tingkat

keterampilan penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

memberitahu dan mengubah sikap, pendapat atau prilaku secara keseluruhan baik

secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung (Purwanto, 2006:20).

Menurut Devito (2011:26) kemampuan komunikasi mengacu pada

kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. Kemampuan ini

mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungang (konteks) dalam

mempengaruhi hubungan (kontent) dan bentuk pesan komunikasi. Misalnya,

pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada

pendengar tertentu dilingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi

pendengar dilingkungan lain.

Menurut Wibowo (2007:86)”Kompetensi merupakan suatu kemampuan

untuk malaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi

atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut

oleh pekerjaan itu tersebut”.

Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan

mereka mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjaannya (Barcal 2001:85)

Universitas Sumatera Utara

Menurut Payne (2005:375), mendefinisikan kompetensi komunikasi yang

dirumuskan oleh Jablin dan Sias yaitu: The set of abilities henceforth,

termed,resources, which a communicator has availables for use in the

communication process. Kompetensi Komunikasi diartikan sebagai seperangkat

kemampuan seorang komunikator untuk menggunakan berbagai sumber daya

yang ada di dalam proses komunikasi. Dengan kata lain kompetensi komunikasi

adalah pengetahuan yang dimiliki pegawai untuk berkomunikasi dengan baik

dimana menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan efektif.

2.1.4 Dimensi-Dimensi Komunikasi

Menurut Mas’ud (2004:114) bahwa dimensi-dimensi yang digunakan

dalam mengukur tingkat kemampuan komunikasi dalam organisasi sebagai

berikut:

1. Bijaksana dan Kesopanan

Merupakan sikap seseorang dalam mengambil tindakan atau keputusan

yang objektif, dengan memperhatikan etika, sopan santun, dan tata

krama.

2. Penerimaan Umpan Balik

Merupakan kesiapan diri dalam menrima umpan balik dari bawahan,

atasan dan rekan kerja.

3. Berbagi Informasi

Kemauan seseorang memberi dan menerima informasi dari berbagai

pihak tentang bagian dimana ia bekerja

Universitas Sumatera Utara

4. Maskulinitas

Cara seeorang menunjukan prilaku sehari-hari sebagai pola prilaku

dalam kelompok bebagai hal, seperti: tentang kesuksesan yang dicapai

dari orang lain, keinginan bawahan, atasan dan rekan kerja.

2.1.5 Indikator-Indikator Pengukuran Tingkat Kompetensi Komunikasi

Menurut Payne (2005:115) dimensi-dimensi dari komunikasi adalah antara

lain sebagai berikut:

1. Motivasi Komunikasi

sering kali terkait dengan kesediaan seseorang untuk mendekati atau

menghindari interaksi dengan yang lain. Sekala motivasi dirancang

untuk mengukur kesediaan seseorang untuk memperluas empati,

mengatur interaksi, dan menyesuaikan komunikasi di dalam organisasi.

2. Pengetahuan Komunikasi

Untuk membuat rencana tindakan, sering kali desebut sebagai skenario.

Para komunikator yang kompeten memiliki pengetahuan prosedural

untuk menyusun dan menjalankan skenario ini didalam situasi sosial.

pengetahuan prosedural adalah “mengetahui bagaimana bukan isi dari

mengetahui bahwa atau mengetahuai apa”. Pengetahuan ini diraih

melalui pendidikan, pengalaman, dan dengan pengamatan apa dalam

disebut prototipe dari kompetensi interpersonal – sebuah role model.

Sekaligus mengetahui standar organisasi untuk komunikasi.

3. Keterampilan Komunikasi

Universitas Sumatera Utara

Mencakup kinerja aktual dari prilaku. Hal ini sering kali merupakan

bagian sulit bagi komunikator untuk mengubah motivasi rencana

menjadi tindakan. Individu sering kali termotivasi untuk

berkomunikasi dan memiliki pengetahuan, namun kurang memiliki

keterampilan dalam mengkomunikasikannya secara aktual.

Keterampilan yang dibutuhkan oleh organisasi termasuk pembinaan

hubungan, menyimak dan mengikuti instruksi, memberikan umpan

balik, bertukar informasi, mencari umpan balik, dan menyelesaikan

masalah.

2.2 Budaya Organisasi

2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2001:525), budaya organisasi merupakan sistem makna

bersama terhadap nilai-nilai primer yang dianut bersama dan dihargai organisasi,

yang berfungsi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan

organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para anggota organisasi,

mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap organisasi, meningkatkan

kemantapan sistem sosial, serta menciptakan mekanisme pembuat makna dan

kendali yang memandu membentuk sikap dan perilaku para anggota organisasi

2.2.2 Fungsi Budaya Perusahaan

Menurut Veithzal Rivai (2005:430), fungsi budaya perusahaan adalah

1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya

menciptakan perbedaan yang jels antara suatu organisasi dengan

organisasi yang lain.

Universitas Sumatera Utara

2. Budaya memberikan indentitas bagi anggota organisasi.

3. budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada

kepentingan individu.

4. Budaya itu mengingkatkan kemantapan sitem sosial.

5. Budaya sebagai mekanisme pmbuat makna dan kendali yang memandu

sera membentuk sikap dan perilaku karyawan.

2.2.3. Elemen-elemen Budaya Perusahaan

Terdapat beberapa elmen dasar budaya perusahaan, Eugene McKenna

dan Nic Beech (2000:15) mengelompokan elemen-elmen budaya perusahaan

sebagai berikut :

1. Artifacts

Merupakan hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, jika sesorang

berhubungan dengan sebuah kelompok baru dengan budaya yang tidak

dikenalnya. Artifacts termasuk struktur organisasi dan proses yang tampak, seperti

produk, jasa, dan tingkah laku anggota kelompok

2. Espoused Values

Yaitu alasan-alasan tentang mengapa orang berkorban demi apa yang dikerjakan.

Budaya sebagian besar organisasi dapat melacak nilai-nilai yang didukung

kembali kepenemu budaya. Meliputi strategi, sasaran, dan filosofi.

3. Basic Underlying Assumption

Yaitu keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi. Budaya

menetapkan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu di organisasi, seringkali

Universitas Sumatera Utara

melalui asumsi yang tidak diucapkan namun anggota organisasi meyakini

ketepatan tindakan tersebut.

2.2.4Karakteristik Budaya Perusahaan

Budaya perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks. Untuk

itu budaya perusahaan harus memiliki beberapa karakteristik sebagai wujud nyata

keberadaannya. Masing-masing karakteristik tersebut pada penerapannya akan

mendukung pencapaian sasaran perusahaan. Menurut Surya Dharma dan Haedar

Akib (2005:25) mengemukakan 10 (sepuluh) karakteristik budaya perusahaan

sebagai berikut :

1. Identitas Anggota ; derajat dimana pekerjaan lebih mengindentifikasi

organisasi secara menyeluruh daripada dengan tipe pekerjaan atau bidang

keahlian profesionalnya.

2. Penekanan kelompok; derajat dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk

seluruh kelompok dari pada individu.

3. Fokus orang; derajat dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak

luaran yang dihasilkan terhadap pekerjaan dalam organisasi.

4. Penyatuan unit; derajat dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar

berfungsi dengan cara yang terorganisasi atau bebas.

5. Pengendalian; derajat dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung

digunakan untuk mengawasi dan pengendalian perilaku pekerja.

6. Toleransi resiko; derajat dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif,

inovatif dan mau mengambil resiko.

Universitas Sumatera Utara

7. Kriteria ganjaran; derajat dimana ganjaran seperti peningkatan pembayaran

dan promosi lebih dialokasikan menurut kinerja pekerja daripada senioritas,

favoritisme atau faktor non pekerja lainnya.

8. Toleransi konflik; Derajat dimana pekerja didorong dan diarahkan untuk

menunjukkan konflik dan kritik secara terbuka.

9. Orientasi sarana-tujuan; derajat dimana manajemen lebih terfokus pada hasil

atau luaran dari teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran

tersebut.

10. Fokus pada sistem terbuka; derajat dimana organisasi memonitor dan

merespon perubahan dalam lingkungan eksternal.

Sedangkan menurut Robbins (2001: 16) menyatakan ada tujuh

karakteristik budaya organisasi atau budaya perusahaan sebagai berikut:

1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko (inovation and risk taking)

2. Perhatian terhadap detail (Attention to detail)

3. Berorientasi Kepada hasil (Outcome orientation)

4. Berorientasi kepada manusia (People orientation)

5. Berorientasi tim ( Team orientation)

6. Aggresif (Aggressiveness)

7. Stabil (Stability)

2.2.5 Faktor-faktor Pembentukan Budaya Perusahaan

Menurut Krisdarto (2001:53) faktor-faktor yang membentuk budaya

perusahaan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Observed behavioral regularities when people interact

Yaitu bahasa yang digunakan dalam organisasi, kebiasaan dan tradisi yang

ada, dan ritual para karyawan dalam menghadapi berbagai macam situasi.

2. Group Norms

Yaitu nilai dan standar baku dalam organisasi.

3. Exposed Values

Yaitu nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi yang ingin dicapai,

misalnya kualitas produk, dan sebagainya

4. Formal Philosophy

Yaitu kebijakan dan prinsip ideologis yang mengarahkan perilaku

organisasi terhadap karyawan, pelanggan, dan pemegang saham.

5. Rules of the Game

Yaitu aturan-aturan dalam perusahaan (the ropes), hal-hal apa saja yang

harus dipelajari oleh karyawan baru agar dapat diterima di organisasi

tersebut.

6. Climate

Yaitu Perasaan yang secara eksplisit dapat terasa dari keadaan fisik

organisasi dan interaksi antar karyawan, interaksi atasan dengan bawahan,

juga interaksi dengan pelanggan atau organisasi lain.

7. Embedded Skills

Yaitu kompetensi khusus dari anggota organisasi dalam menyelesaikan

tugasnya, dan kemampuan menyalurkan keahliannya dari satu generasi ke

generasi lainnya.

Universitas Sumatera Utara

8. Habits of thinking, mental models, and/or linguistec paradims

Yaitu adanya suatu kesamaan “frame” yang mengarahkan pada persepsi

(untuk dapat mengurangi adanya perbedaan persepsi), pikiran, dan bahasa

yang digunakan oleh para karyawan, dan diajarkan pada karyawan baru

pada awal proses sosialisasi.

9. Shared Meanings

Yaitu rasa saling pengertian yang diciptakan sendiri oleh karyawan dari

interaksi sehari-hari.

10. Root Metaphors or Integrating Symbols

Yaitu ide-ide, perasaan, dan citra organisasi yang dikembangkan sebagai

karakteristik organisasi yang secara sadar ataupun tidak sadar tercermin

dari bangunan, lay out ruang kerja, dan materi artifacts lainnya. Hal ini

merefleksikan respon emosional dan estetika anggota organisasi,

disamping kemampuan kognitif atau kemampuan evaluatif anggota

organisasi.

2.2.6 Unsur-unsur Pembentukan Budaya Perusahaan

Beberapa unsur pembentukan budaya perusahaan menurut Krisdarto

(2001:71), yaitu :

1. Lingkungan usaha; lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi akan

menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk

mencapai kebrhasilan.

2. Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu

organisasi.

Universitas Sumatera Utara

3. Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan

karyawan lainnya karena keberhasilannya.

4. Upacara-upacara (rites dan ritual); acara-acara ritual yang

diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan

penghargaan pada karyawannya.

5. Network jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat

menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan.

2.2.7 Proses Terbentuknya Budaya Perusahaan

Eugene McKenna dan Nic Beech (2000:60) membagi budaya organisasi

atau budaya perusahaan atas beberapa komponen pembentuk, yaitu :

1. Filosof, yang menjadi panduan penetapan kebijakan organisasi baik yang

berkenaan dengan karyawan ataupun klien.

2. Nilai-nilai dominan yang dipegang oleh organisasi.

3. Norma-norma yang diterapkan dalam bekerja.

4. Aturan main untuk berelasi dengan baik dalam organisasi yang harus

dipelajari oleh anggota baru agar dapat diterima oleh organisasi.

5. Tingkah laku khas tertentu dalam berinteraksi yang rutin

dilakukan.Perasaan atau suasana yang diciptakan dalam organisasi.

Dengan menggali komponen-komponen pembentuk ini, diharapkan akan

memperoleh gambaran global dari budaya organisasi tertentu. Gambaran ini

menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana masalah deselesaikan didalamnya,

dan cara para anggota diharapkan berperilaku.

Universitas Sumatera Utara

2.2.8 Indikator-Indikator Budaya Perusahaan

Menurut Fuad Mas’Ud(2004:39), indikator-indikator dalam penilaian budaya

perusahaan adalah sebagai berikut.

1. Profesionalisme

2. Arah Manajemen

3. Kepercayaan Pada Tim kerja

4. Keteraturan

5. Integritas

2.3 Kinerja Karyawan

2.3.1 Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui

perencanaan strategis suatu organisasi (Moeheriono, 2009: 60).

Menurut Mangkunegara (2005:9) menyatakan kinerjakaryawan sebagai

ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas yang sering dihubungkan

dengan produktivitas. Selanjutnya Mangkunegara (2005:9) menyatakan bahwa

kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepada karyawan tersebut. Kinerja individual merupakan

hubungan dari ketiga faktor antara lain kemampuan (ability), usaha (effort), dan

dukungan (support).

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Faktor yamg mempengaruhi pencapaian kinerja adalah kemampuan (ability)

dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Davis dalam

Mangkunegara (2008:67) yang merumuskan bahwa:

Human Performance = Ability X Motivation

Motivation = Attitude X Situation

Ability = Knowledge X Skill

Penjelasan:

a. Faktor Kemampuan (ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pimpinan

dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan

pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan

pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang

diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan

yang sesuai dengan keahliannya (The right man on the right place, the right

man the right job).

b. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi

situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri

karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

Menurut Mangkunegara (2005:67) faktor-faktor kinerja terdiri

darifaktor internal dan faktor eksternal.

Universitas Sumatera Utara

a. Faktor Internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat

seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik karena mempunyai

kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan

seseorang yang mempunyai kemempuan rendah dan orang tersebut tidak

memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

b. Faktor Eksternal yait faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang

berasal dari lingkungan. Seperti prilaku sikap, dan tindakan-tindakan

rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi

2.3.3 Tujuan Penilaian (Evaluasi Kinerja)

Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja

organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Secara lebih spesifik,

tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Mangkunegara (2005:10)

adalah:

1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja

2. Mencatat dan mengakui hasil kinerja seorang karyawan, sehingga mereka

termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya

berprestasi sama dengan prestasi terdahulu.

3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan

aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap

pekerjaan yang dikembangkan sejkarang

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali alasan masa depan, sehingga

karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya

Universitas Sumatera Utara

5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui

rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

2.4. Penelitian Terdahulu

Widya Indah Rizky, 2002 Penelitian yang berudul “Pengaruh Kompetensi

Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan

Keuangan Asset Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Berdasarkan uji F diperoleh nilai

sebesar 101.086 lebih besar dari F tabel yakni 2,78, artinya variabel bebas

(kompetensi komunikasi) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

variabel terikat (kinerja karyawan). Melalui pengujian koefisien korelasi (R)

diperoleh nilai sebesar 0,846, artinya koefisien bersifat positif dan ada keterkaitan

anatara kompetensi komunikasi dan kinerja karyawan.

Dalimunte, 2009 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Budaya

Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Informasi Komunikasi Dan

Pengolahan Data Elektronik Kota Medan”. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan dan dilanutkan dengan menganalisa data, maka terdapat hubungan yang

cukup kuat antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sebesar 0,578 hal ini

bearti koefisien bersifat positif, sehingga hipotesa yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai dapat diterima.

Nasution, Agus Rizaldi, 2011 melakukan penelitian yang berudul “Pengaruh

Kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya organisasi terhadap

kinera karyawan Pada Badan Kepegawaian Provinsi Sumatera Utara” berdasarkan

analisis dan evaluasi dapat diperoleh kesimpulan yaitu hasil analisis data menunjukan

bahwa kompetensi komunikasi (X1), kecerdasan emosional (X2), budaya organisasi

Universitas Sumatera Utara

(X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada Badan

Kepegawaian Provinsi Sumatera Utara. Variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan

sebesar 62,7% oleh kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya

organisasi sedfangkan sisanya 37,3% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang

tidak diteliti oleh penelitian ini.

2.5. Kerangka Konseptual

Secara umum kinerja didefinisikan sebagi tingkat keberhasilan seseorang

dalam melaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawai mempengaruhi seberapa

banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi, kontribusi itu dapat

diukur dari kualitas hasil kerja, ketepatan waktu, efektifitas kerja, kemandirian

dan komitmen kerja. Efektifitas kinerja yang dihasilkan dalam suatu tugas dalam

organisasi ditentukan oleh penciptaan efesiensi tugas dan relasi antar pribadi hal

inilah yang menadi dasar terbentuknya kompetensi dalam komunikasi.

Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang individu untuk

mendemonstrasikan pengetahuan dari prilaku berkomunikasi yang tepat dalam

situasi waktu Jubaedah (2009:375), secara kontekstual kompetensi komunikasi

penilaian atas komunikasi yang berhasil dimana tujuan dari mereka yang

berinteraksi dipenuhi dengan menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan

efektif didalam konteks organisasi tersebut.

Budaya organisasi dimaksudkan sebagai keterkaitan antara organisasi dan

lingkungan, teknologi, tugas serta strategi dengan menentukan desain struktur

organisasi termasuk koordinasi antara aktivitas dan motivasinya. Namun disisi

lain juga menentukan nilai budaya dan norma yang baik dalam membantu

pegawai organisasi dan pengelompokan prilaku pegawai. Penggabungan struktur

Universitas Sumatera Utara

dan nilai serta norma ini secara bersama-sama akan mempengaruhi tingklat kinera

dari organisasi dan kelompok serta individu yang ada dalam organisasi

(Tampubolon, 2008:226

Kompetensi Komunikasi Dan Kinerja Karyawan

Edwardin(2006:18) beralasan bahwa komitmen efektif terhadap orang lain

diperlukan untuk komunikasi yang positif, dengan demikian semakin kohesif

suatu tim kerja, semakin positif dan menguntungkan pula upaya-upaya

komunikasi tim. Lebih lanjut, Wong dan Law (2002:42) menemukan bahwa

komunikasi yang positif diperlukan untuk menunjang keberhasilan dalam

lingkungan kerja. Dengan kata lain, komunikasi yang efektif yaitu seseorang

yang memiliki kompetensi komunikasi berpengaruh untuk meningkatkan upaya-

upaya koordinasi, yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja tim.

Berdasarkan uraian diatas, kompetensi komunikasi memberikan

pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan.

Budaya Organisasi dan Kinerja Karyawan

Tampubolon (2008:226) menyatakan tentang konsep dari suatu budaya

organisasi adalah informalisasi dari satuan nilai dan norma, sebagai alat kontrol

bagi langkah-langkah pegawai di dalam organisasi untuk bertindak secara agresif,

cepat, dan mudah dengan yang lainnya serta dengan orang diluar organisasi.

Budaya organisasi dimaksudkan sebagai keterkaitan antara organisasi dan

lingkungannya, teknologi, tugas serta strategi dengan menentukan desain struktur

organisasi termasuk koordinasi antara aktivitas dan motivasinya. Namun disisi

lain juga menentukan nilai budaya dan norma yang baik dalam membantu

Universitas Sumatera Utara

pegawai dalam organisasi dan pengelompokan prilakui pegawai. Penggabungan

struktur dan nilai serta norma ini secara bersama-sama akan mempengaruhi

tingkat kinerja dari organisasi dan kelompok serta individu yang ada dalam

organisasi.

Berdasarkan uraian diatas, Budaya Organisasi memberikan

pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, maka model kerangka

konseptualdari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber: Robbins (2008:67),Goleman (2005:44)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.6. Hipotesis

Berdasarkan Perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis

dari penelitian ini adalah:

1. Kompetensi Komunikasi berpengaruh Positif danSignifikan terhadap

Kinerja karyawan

2. Budaya Organisasi berpengaruh Positif danSignifikanterhadap kinerja

karyawan.

Kompetensi Komunikasi (XI)

Budaya Organisasi (X2)

Kinerja (Y)

Universitas Sumatera Utara