38
9 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Persuasif 2.1.1 Pengertian Komunikasi Persuasif Menurut Carl I Hovland (Dalam Sunarjo dan Djoenaesih, 1983:30) menyatakan komunikasi merupakan efek umum yang terletak melalui dorongan individu agar berpikir dalam dua segi mengenai pendapatnya sendiri dan mendapatkan pendapat baru yang telah diajukin kepada pihak lain. Ronald dan Karl mendefinisikan komunikasi persuasif merupakan suatu proses komunikasi yang padat, dimana individu atau kelompok menunjukan pesan, sengaja atau tidak sengaja dengan cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh suatu respons yang khusus dari individu maupun group (Littlejohn dan Foss, 2009:12). Kemudian dalam bukunya Devito menjelaskan komunikasi persuasif adalah suatu teknik yang dapat mempengaruhi pikiran manusia dengan cara memanfaatkan data dan fakta psikologis atau sosiologis pada komunikan yang ingin dipengaruhi (Devito, 2010:387). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan persuasif merupakan suatu proses dengan tujuan untuk mengubah opini, perilaku, dan sikap. Dikarenakan persuasif sebuah proses maka akan berhasil dipengaruhi melalui beberapa faktor yang berkaitan pada komponen-komponen komunikasi mulai dari,

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Persuasif 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/46235/3/BAB II.pdf · Dalam melakukan komunikasi tidak sebebas seperti melakukan proses komunikasi biasa,

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 9

    BAB II

    KERANGKA TEORI

    2.1 Komunikasi Persuasif

    2.1.1 Pengertian Komunikasi Persuasif

    Menurut Carl I Hovland (Dalam Sunarjo dan Djoenaesih, 1983:30)

    menyatakan komunikasi merupakan efek umum yang terletak melalui dorongan

    individu agar berpikir dalam dua segi mengenai pendapatnya sendiri dan

    mendapatkan pendapat baru yang telah diajukin kepada pihak lain. Ronald dan

    Karl mendefinisikan komunikasi persuasif merupakan suatu proses komunikasi

    yang padat, dimana individu atau kelompok menunjukan pesan, sengaja atau

    tidak sengaja dengan cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh suatu

    respons yang khusus dari individu maupun group (Littlejohn dan Foss,

    2009:12). Kemudian dalam bukunya Devito menjelaskan komunikasi persuasif

    adalah suatu teknik yang dapat mempengaruhi pikiran manusia dengan cara

    memanfaatkan data dan fakta psikologis atau sosiologis pada komunikan yang

    ingin dipengaruhi (Devito, 2010:387).

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan persuasif merupakan suatu

    proses dengan tujuan untuk mengubah opini, perilaku, dan sikap. Dikarenakan

    persuasif sebuah proses maka akan berhasil dipengaruhi melalui beberapa

    faktor yang berkaitan pada komponen-komponen komunikasi mulai dari,

  • 10

    komunikator, saluran, hingga komunikan. Keseluruhan saling terkait dan tidak

    dapat dihilangkan salah satunya.

    2.1.2 Faktor Komunikasi Persuasif

    Dimana Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap atau

    menguatkan dan perilaku. Sehingga dari pendapat, fakta dan himbauan motivasi

    harus membentuk sifat dalam memperkuat tujuan dari persuasif. Dalam

    bukunya (Cangara, 2010:217) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

    dari keefektivan komunikasi persuasif, diantaranya:

    a) Kejelasan tujuan

    Tujuan dari komunikasi persuasif adalah mengubah pendapat, sikap,

    atau perilaku kepada sasaran persuasif atau komunikan. Tujuan tersebut

    bertujuan mengubah persuader atau komunikan, maka proses dari pada

    persuasif harus melalui kaitan dengan aspek afektif.

    Pembicara komunikasi persuasif harus mengetengahkan sifat seperti

    memberikan ilustrasi, memperkuat, dan menyodorkan informasi kepada

    komunikan. Tetapi fokus tujuan pokoknya adalah mengubah sikap atau

    menguatkan perilaku, sehingga penggunaan pendapat, fakta dan himbauan

    yang memotivasi harus bersifat memperkuat dari tujuan persuasifnya.

    b) Memilih strategi komunikasi yang tepat

    Strategi komunikasi persuasif adalah campuran antara merencanakan

    komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi. Perlu dicermati untuk

    menentukan strategi seperti apa sasaran dari persuasif, waktu dan tempat

  • 11

    pelaksanaan komunikasi persuasif, apa yang disampaikan, dan mengapa

    pesan tersebut harus disampaikan.

    c) Memikirkan secara cermat orang yang dihadapi

    Dalam berbagai keberagaman yang cukup kompleks persuasif harus

    memiliki sasaran yang sesuai. Keragaman tersebut dilihat pada jenis

    kelamin, karakteristik demografis, level pekerjaan, gaya hidup hingga suku

    bangsa. Sehingga untuk melakukan komunikasi persuasif adanya

    pembelajaran mengenai komunikan setelah itu menelusuri aspek dari

    keragaman terlebih dahulu. Agar mudah mengatasi penyampaian pesan

    persuasif kepada komunikan.

    2.1.3 Prinsip Komunikasi Persuasif

    Dalam melakukan komunikasi tidak sebebas seperti melakukan proses

    komunikasi biasa, tentu harus memahami proses komunikasinya dengan

    menerapkan asas sesuai landasan. Komunikasi persuasif memiliki tujuan

    tersendiri dilihat dari pembicaran persuasif itu sendiri. Ada empat prinsip yang

    dapat dimanfaatkan. Pada prinsip tersebut memiliki keberhasilan mengubah

    sikap, mengajak sasaran persuasi, kepercayaan dalam membuat sesuatu sesuai

    kehendak persuader. Menurut Little John dan Jabusch (Devito, 2010:447)

    bahwa prinsip dari persuasif terdiri dari:

    a) Prinsip Pemaparan Selektif

    Pada prinsip pemaparan selektif menyatakan bahwa pendengar

    (khalayak) Mengikuti hukum pemaparan selektif, memiliki dua bagian yang

  • 12

    pertama pendengar secara aktif mencari-cari informasi dengan dukungan

    opini, nilai, kepercayaan, perilaku dan keputusan mereka. Kedua pendengar

    secara aktif menghindari perbedaan informasi, dengan sikap, opini,

    kepercayaan, nilai dan perilaku mereka sekarang.

    b) Prinsip Partisipasi Khalayak

    Maksud dari khalayak adalah sasaran persuasif atau komunikan.

    Komunikasi Persuasif bisa efektif apabila khalayak ikut andil pada proses

    komunikasi. Saling terlibat antara pembicara yang bersifat transaksional.

    Dapat dikatakan berhasil komunikasi persuasifnya bila pesan yang

    disampaikan kepada persuader memiliki respon positif sesuai dengan sasaran

    persuasif, lalu persuader melayani respon yang dibuat sehingga khalayak akan

    aktif melalu interaksi tersebut.

    c) Prinsip Besaran Perubahan

    Prinsip tersebut menyatakan bahwa semakin penting dan semakin

    besar perubahan yang diinginkan persuader, maka tantangan yang dihapi oleh

    persuader semakin besar untuk mencapai tujuanya, yaitu perilaku sasaran,

    opini dan mengubah sikap persuasif.

    d) Prinsip Inokulasi

    Prinsip tersebut membicarakan mengenai sasaran persuasif yang telah

    mengetahui persuader dan telah menyiapkan argumen untuk menentang

    persuader. Sasaran persuasif banyak berbagai macam karakter yang berbeda-

    beda. Dengan begitu, persuader memiliki tantangan yang besar perlu

    menyiapkan argumen yang matang. Sehingga dapat membalas dan menjawab

  • 13

    argumen dari sasaran persuasif yang sifatnya menentang pada proses

    komunikasi persuasif yang akan dilakukan.

    2.1.4 Teknik Komunikasi Persuasif

    Dimana seorang komunikator, dalam membentuk suatu pesan yang

    akan dikomunikasikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan apa yang

    akan dikatakan, tapi perlu dijadikanya pemikiran adalah suatu pengelolahan

    pesan (message management). Pesan harus ditata pada pada khalayak

    (komunikan) yang akan dijadikan sasaran. Terdapat tiga buku yang

    menjelaskan serupa mengenai teknik komunikasi persuasif yang pertama dalam

    bukunya (Effendy, 21-24:2015). Kemudian dalam bukunya komunikasi

    persuasi dan retorika (Djoenaesih dan Sunarjo, 1986:35-39) dan dalam bukunya

    komunikasi dakwah (Ilaihi, 126-127:2010), meliputi:

    a) Cognitive Dissonance

    Teknik ini mengambil teori yang dikemukakan oleh Leon Festinger di mana

    digunakan gejala-gejala dalam suatu kehidupan dari manusia. Orang atau

    komunikan yang biasanya akan lebih cepat menerima komunikasi (persuasi)

    yang seolah-olah membenarkan perilakunya meskipun hati nuraninya sendiri

    tetap tidak dapat membenarkanya.

    b) Teknik Asosiasi

    Teknik Asosiasi merupakan penyajian sebuah pesan dari komunikasi

    dengan cara menumpangkanya pada suatu peristiwa atau objek yang sedang

  • 14

    menarik perhatian khalayak. Teknik sering dilakukan pada kalangan

    pembisnis taupun para kalangan politik.

    c) Teknik Integrasi/Empathy

    Teknik Integrasi/Emphaty merupakan kemampuan dari komunikator

    dalam menyatukan diri dengan kounikatif kepada komunikan. Menyatakan

    bahwa, melalui pembicaraan verbal atau nonverbal, komunikator

    menggambarkan bahwa ia senasib dan karena itu bisa menjadi satu dengan

    komunikan".

    d) Teknik Payoff Idea

    Teknik payoff Idea merupakan kegiatan untuk mempengaruhi

    komunikan dengan cara mengiming-imingi hal yang diuntungkan,

    mengembirakan, menyenangkan perasaanya atau menjanjikan suatu harapan.

    e) Teknik Fear Arrousing

    Teknik Fear arrousing merupakan "pembangkit rasa takut", yakni

    suatu cara yang mana bersifat menakut-nakuti atau adanya gambaran

    konsekuensi yang buruk.

    f) Teknik Tataan/Icing

    Teknik Tataan/Icing merupakan suatu upaya dalam menyusun pesan-

    pesan komunikasi dengan sedemikian rupa, supaya enak didengar atau

    dibaca serta adanya motivasi kepada komunikan untuk melakukan

    sebagaimana yang disarankan oleh pesan tersebut.

  • 15

    g) Teknik Red-Hearing

    Teknik Red-Hearing merupakan seni bagi seorang komunikator dalam

    meraih kemenangan melalui perdebatan dengan cara mengelakan

    argumentasi untuk melemahkan lawan bicara dan mengalihkanya sedikit

    demi sedikit melalui aspek yang telah dikuasainya setelah itu menjadikan

    senjata dalam menyerang lawan. Jadi teknik ini dilakukan pada saat

    komunikator dalam posisi terdesak.

    2.2 Komunikasi Massa

    2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

    Pada hakikatnya komunikasi massa adalah suatu komunikasi yang

    dilakukan melalui media massa, baik dari media cetak seperti (majalah, surat

    kabar) ataupun media elektronik seperti (televisi, radio dan film) kemudian hal

    itu dikelola dengan cara melembagakan orang. Dimana media bisa dikatakan

    sebagai massa/khalayak yang memperjelas pesan-pesan tersebut pada media

    massa yang serupa. Pesan komunikasi sifatnya umum, disampaikan dengan cara

    serentak, cepat, selintas, khusunya media elektronik itu sendiri (Mulyana,

    2013:83). Dalam membedakan arti massa yang artinya "umum" dengan massa

    pada komunikasi massa, supaya tidak terjadi kesalah pahaman mengenai

    perbedaan massa itu sendiri. Massa yang berarti "umum" mendekati arti

    sosiologis adalah suatu kumpulan individu maupun kelompok pada suatu lokasi

    tertentu. Tetapi massa memiliki arti komunikasi massa berarti sebagai suatu

    individu terkait dengan peran media massa, yang mana orang tersebut menjadi

  • 16

    penerima pesan. Karenanya massa berarti komunikasi yang merujuk pada

    khalayak, penonton, audien, pemirsa atau pembaca (Nurudin, 2007:4).

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa

    yang berarti suatu media massa dapat mengkomunikasikan suatu pesan kepada

    khalayak sehingga menghasilkan suatu daya tarik tersendiri baik dalam media

    cetak maupun elektronik.

    2.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa

    Komunikasi massa memiliki suatu tujuan memberi sarana kepada

    khalayak/komunikan, komunikator dalam media massa harus berusaha

    sedemikian rupa memiliki komunikasi yang tertuju dengan baik. Oleh karena

    itu komunikasi massa memiliki beberapa ciri diantaranya (Effedy, 2015:51-54):

    a) Sifat Komunikasi

    Komunikasi massa tertuju kepada khalayak memiliki jumlah yang

    relatif besar, heterogen, dan anonim. Komunikasi relatif besar yang berarti

    tidak sama selalu berganti-ganti setiap periode, singkat tergantung selera

    masing-masing. Kedua heterogen bukan hanya terpencar-pencar letaknya

    tetapi sangat berbeda satu sama lain dalam hal umur, pekerjaan, pendidikan,

    agama, suku bangsa, dan sebagainya. Ketiga anonim, menyatakan

    komunikator tidak mengenal mereka. Meskipun tidak tahu namanya satu

    demi satu akan tetapi mengetahui kelompok apa yang dihadapinya.

  • 17

    b) Sifat Media Massa

    Sifat dari pada media massa pada umumnya cepat dan serempak.

    Maksud serempak yaitu kontak antara komunikator dengan komunikan

    mendapatkan jumlah yang cukup besar. Pada saat yang sama media massa

    tentu membuat khalayak banyak menaruh perhatian kepada pesan yang

    disampaikan oleh seorang komunikator.

    c) Sifat Pesan

    Sifat dari pada media massa yaitu umum (public) merupakan sarana

    untuk menyampaikan kepada khalayak bukan kepada kelompok tertentu.

    Komunikasi melalui media massa sifatnya sangat umum, oleh karena itu

    lingkungan harus bersifat universal, mengenai segala hal-hal yang berkaitan

    seperti ekonomi, politik, militer, kebudayaan, kemasyarakatan dan

    sebagainya.

    d) Sifat Komunikator

    Media massa merupakan suatu lembaga atau organisasi, oleh karena

    itu komunikasi massa seperti sutradara, wartawan, penyiar radio, penyiar

    televisi maupun wartawan adalah komunikator yang terlembagakan. Media

    massa pada dasarnya suatu organisasi yang rumit. Pesan yang tersampaikan

    kepada khalayak hasil dari pada kerja kolektif.

    e) Sifat Efek

    Efek dari komunikasi massa hanya bergantung dengan tujuan melalui

    komunikasi yang dilakukan kepada komunikator. Tujuanya membuat

  • 18

    komunikan untuk tahu atau merubah sikapnya dan pandanganya agar

    komunikan berubah.

    2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

    Fungsi adalah suatu pesan yang diperankan kepada pihak lain.

    Menyatakan bahwa fungsi dapat dirasakan baik terhadap diri seseorang secara

    individual, kelompok anggota masyarakat, maupun terhadap masyarakat secara

    keseluruhan. Menurut harold D Laswell (dalam Winarni, 2003:44-45)

    mengemukakan suatu fungsi dalam komunikasi massa antara lain, memberi

    informasi (to inform), mendidik (to educate), dan menghibur (to entertain). Ada

    beberapa pandang yang berbeda mengenai fungsi suatu komunikasi massa.

    Secara umum, fungsi komunikasi ada beberapa bagian (Nurudin, 2007: 66-91)

    diantaranya :

    a) Fungsi Informasi

    Penyampaian pada informasi yang berlangsung cepat melalui khalayak

    massa yaitu, suatu fungsi pokok dari komunikasi massa. Dari media massa

    yang digunakan, informasi yang dikumpulkan dan dikemas secara merata

    dan disebarluaskan menuju khalayak luas.

    b) Fungsi Hiburan

    Hiburan adalah suatu fungsi dari komunikasi massa melalui media

    massa. Dapat diperhatikan bahwa unsur hiburan menjadi paling nyata juga

    menonjol di dalam media massa. Terdapat media televisi jika dibanding

  • 19

    dengan media massa lainya. Berbeda untuk televisi swasta, proporsi

    tanyangan bernuansa hiburan sangat menonjol. Namun, ada rangkaian

    dengan fungsi yang lain seperti penyampaian informasi.

    c) Fungsi Persuasif

    Persuasif melalui media komunikasi memiliki suatu fungsi yakni

    kemampuan yang dapat memengaruhi khalayak supaya berbuat sesuatu

    lewat apa yang ditawarkan pada media massa yang bersangkutan. Persuasif

    bisa didatangkan pada berbagai bentuk:

    Memberi kepercayaan, memperkuat sikap, atau nilai seseorang

    Merubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang

    Menggerakan sikap seseorang untuk melakukan sesuatu

    Menawarkan nilai tertentu atau memperkenalkan etika

    d) Fungsi Transmisi budaya

    Adanya perubahan atau pergeseran dalam budaya maupun nilai

    budaya pada suatu masyarakat, tidak lepas dari keberhasilan media massa.

    Selalu memperkenalkan budaya global kepada audien massa. Hakikatnya

    informasi dan komunikasi bisa merambah ke kehidupan masyarakat,

    termasuk kepada budaya.

    e) Fungsi Massa untuk Mendorong Kohesi Manusia

    Kohesi manusia yaitu penyatuan. Kohesi menjadi salah satu dari

    fungsi komunikasi massa, masuknya media massa ikut mendorong

    masyarakat untuk bersatu. Seperti ketika media menceritakan mengenai

  • 20

    kerukunan umat agama, secara tidak langsung media ikut andil memuat

    fungsi untuk mewujudkan adanya kesatuan sosial bagi masyarakat.

    f) Fungsi Pengawasan

    Fungsi pengawasan yaitu melakukan kontrol aktivitas masyarakat

    secara menyeluruh. Pengawasan dapat dilakukan pada media massa melalui

    bentuk kontrol sosial, persuasif maupun peringatan.

    g) Fungsi Korelasi

    Korelasi yaitu, menghubungkan suatu fungsi media massa ke berbagai

    elemen masyarakat. Seperti peran media massa sebagai penyangga hubungan

    masyarakat dengan pemerintah terkait kebijakan tidak dipihak, dan

    merugikan masyarakat.

    h) Fungsi Pewarisan Sosial

    Konteks pada fungsi pewarisan sosial, media massa bisa diibaratkan

    seperti seorang "pendidik" melalui usaha untuk menurunkan nilai-nilai, ilmu

    pengetahuan, dogma, norma, bahka bentuk etika kepada khalayak.

    i) Fungsi Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif

    Media massa dapat menjadi alat dalam merebut dan mempertahankan

    suatu kekuasaan. Komunikasi memberikan peran informasi, akan tetapi

    informasi tersebut bisa mempunyai motif tertentu melawan kemapanan.

    Dapat diakui bahwa komunikasi massa bisa juga berperan dalam

    memperkuat kekuasaanya.

  • 21

    j) Fungsi Menguat Hubungan Trikotomi

    Hubungan trikotomi merupakan hubungan yang bertolak belakang

    kepada tiga pihak. pada kajian komunikasi hubungan pada trikotomi dapat

    melibatkan pemerintah, pers, dan masyarakat. Hunbungan trikotomi tidak

    begitu demokratis. Maka komunikasi massa melalui media massa, yang

    membuat hubungan pada trikotomi tidak adil tersebut. Media massa seperti,

    berita yang berbobot, mengungkapkan peristiwa bertendensi tinggi politik,

    akan tetapi mampu mengungkapkan kritikan korup pemerintah dan tidak adil

    dalam manifestasi dari fungsinya.

    2.3 Persuasif dalam Media Komunikasi Massa

    Dalam peranannya, media sangat mempengaruhi efektifitas maupun

    keberhasilan suatu komunikasi. Media merupakan suatu sarana untuk menyampaikan

    pesan dari komunikator kepada komunikan yang merupakan khalayak. Berhasil atau

    tidaknya media massa tetap dapat menimbulkan pengaruh besar kepada masyarakat.

    Harapan dari komunikan tidak lepas dari persuasif komunikator sebagai pembawa

    pesan. Komunikator dalam membawa pesan akan memilih media massa baik secara

    cetak maupun teknologi yang berupa audio visual kemudian pesan akan di desain

    sesuai dengan elemen komunikan sehingga dijangkau dengan baik (Nida, 2014:89).

    2.3.1 Efek Komunikasi Massa

    Pada hakikatnya media massa memiliki pengaruh pada khalayak,

    sebagaimana antara pesan media dan efek media. Hubungan antara khalayak

    nyatanya akan menjadi kompleks bila hal itu terjadi secara berangsur-angsur

  • 22

    (Biagi, 2010:362). Menurut Steven Chaffe (dalam Winarni, 2003:122)

    menyebutkan efek dalam media massa dapat terjadi melalui tiga pendekatan:

    a) Pesan pada suatu media berkaitan erat dengan efek dari media massa.

    b) Menimbukan adanya perubahan melalui diri khalayak dalam komunikasi

    massa, jenis dari pada perubahan tersebut diantarnya kognitif, afektif, dan

    behavioral.

    c) Satuan dari observasi akan dikenai suatu efek komunikasi massa meliputi

    kelompok, individu, masyarakat, organisasi, atau bangsa.

    Dalam bukunya (Winarni 2003:122) menjelaskan bahwa ada beberapa

    pendekatan terhadap efek komunikasi massa yang berperan untuk mempersuasi

    komunikan, sebagai berikut:

    a) Efek kehadiran media fisik

    Menurut S. Chafee kehadiran media massa secara fisik, sebagai berikut :

    Efek ekonomis, yaitu menghadirkan media massa akan menumbuhkan

    suatu perubahan dalam usaha lapangan kerja.

    Efek sosial, yaitu perubahan interaksi sosial kepada masayarakat yang

    menggunakan media.

    Efek Penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari, dapat mempengaruhi

    kegiatan dalam sehari-hari layaknya konsumen pada media.

    Efek pada penyaluran/Penghilang perasaan tertentu, yaitu dapat

    memanfaatkan untuk perasaan kecewa, sedih, marah, kesepin dan lain-

    lain.

  • 23

    Efek perasaan orang tua terhadap media, yaitu media massa dapat

    menumbuhkan suatu perasaan kepada khalayak. Timbulnya perasaan

    pada khalayak, seperti menghindari ataupun tidak percaya kepada

    media lain.

    b) Efek Kehadiran Pesan Media

    Dari segi pesan apa yang disampaikan kepada media massa maka dapat

    menimbulkan efek sebagai berikut:

    Efek Kognitif, yaitu mengakibatkan timbulnya persuasif pada diri

    seseorang melalui media yang bersifat informatif. Kognitif mencakup

    pemahaman pengertian komunikan dan pengetahuan. Kehadiran dari

    pesan media memberi akan pengetahuan yakni dari yang tidak tahu

    menjadi tahu jelas dan paham.

    Efek Afektif, memiliki suatu kadar yang lebih tinggi melebihi efek

    kognitif. Efek yang akan ditimbulkan bukan hanya sekedar

    pengetahuan tetapi khalayak turut ikut merasakanya.

    Efek Behavioral, mengacu pada perilaku, tindakan maupun kegiatan

    khalayak dalam mengkonsumsi media. Pada dasarnya, efek ini terjadi

    meliputi perilaku proposial dan antisosial. Efek ini, menjadikan

    perilaku anti sosial meliputi sisi negatif. Dari segi positif akan

    menimbulkan sisi baik pengaruh dari isi media.

  • 24

    2.4 Televisi dalam Komunikasi Massa

    Media massa televisi merupakan media jaringan komunikasi dengan ciri-ciri

    yang berbentuk sesuai dengan komunikasi massa yang mana berlangsung komunikasi

    berupa satu arah, komunikator terlembaga, pesanya bersifat umum, sasaranya

    menimbulkan keserempakan dan komunikasi bersifat heterogen (Effendy, 1993:21).

    Televisi dalam media massa memiliki suatu karakteristik dengan beroperasi

    secara linier atau satu arah (linear communication). Isi dari pada televisi bermuatan,

    informasi, hiburan, berita, dan pendidikan yang senantiasa singkat, padat, jelas, dan

    santun karena audio visual hanya disampaikan pada satu arah. Artinya umpan balik

    (feedback) tidak diperbolehkan secara tiba-tiba. Kendati sekarang ini berkat adanya

    kemajuan teknologi program interaksi yang dilakukan oleh pemirsa bisa dilakukan

    melalu telepon, namun hal tersebut tidak semuanya dapat dilakukan program tertentu

    saja yang bisa melakukan hal tersebut (Oramahi, 2015:7).

    Sebagai media elektronik televisi, merupakan sebuah informasi yang

    disampaikan kepada audiens kemudian tidak dapat didengar kembali karena proses

    penyampaian yang begitu cepat. Sehingga audiens harus betul-betul fokus mendengar

    pesan yang tersampaikan oleh televisi. Melihat televisi seperti itu, maka penyampaian

    isi pesan haruslah singkat, jelas dan padat penyampain kata-kata harus sesuai dengan

    intonasi yang tepat (Kuswandi, 1996: 18).

  • 25

    2.4.1 Format Acara Televisi

    Dalamnya bukunya (Djamal dan Andi, 2011:168) dalam sebuah

    program memiliki kunci kesuksesan ketika menentukan format tersebut. Format

    acara memiliki pengertian yaitu, sebuah rancangan yang didasari mengenai

    suatu konsep pada acara televisi yang menjadi landasan mengenai kreatifitas

    produksi terbagi atas beberapa kriteria diantaranya:

    a) Drama (fiksi) bersifat timeless dan imajinatif: aksi, tragedi, cinta/

    romantisme, legenda, komedi, horor.

    b) Nondrama (non fiksi), bersifat timeless dan faktual:kuis, talkshow, program

    religi, magazine show, recpaking, gameshow, competion show, talent show.

    c) Berita (news), bersifat aktual dan faktual: Sport, features, magazine news,

    current affairs.

    2.4.2 Segmentasi Audiensi

    Sampai sekarang jumlah stasiun televisi semakin lama banyak

    bermunculan, pada suatu program acara tidak semuanya bisa menjangkau ke

    seluruh kalangan. Stasiun televisi harus bisa memilih segmentasi audien, apa

    yang khalayak inginkan. Maka stasiun bisa menentukan bagaimana cara

    menjangkau dan memenuhi program acara yang akan dibutuhkan. Dalam

    bukunya (Morissan, 2009: 170-181) menjelaskan pembagian segmentasi

    audiens sebagai berikut:

  • 26

    a) Segmentasi Demografis

    Segmentasi tersebut berdasarkan dari karakteristik demografis seperti

    jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, pendidikan, pendapatan, agama, suku

    kebangsaan. Hal tersebut biasanya terdapat data kependudukan yang

    dibutuhkan bagi pemasang iklan, supaya mengetahui baik dalam tayangan

    iklan dan menentukan siapa pemeran iklannya. Semua stasiun televisi harus

    menyesuasikan pesan yang ingin disampaikan agar komunikan bisa

    menangkapnya.

    b) Segmentasi Geografis

    Segmentasi tersebut membagi audien berdasarkan pada wilayah

    segmentasi. Dikarenakan audiens memiliki suatu kebiasaan berbeda-beda

    berdasarkan tempat tinggal mereka. Mencakup pulau, provinsi, kota,

    ataupun desa. Setiap wilayah akan mempengaruhi karakter audiens dalam

    satu wilayah tertentu.

    c) Segmentasi Geodemografis

    Geodemografis adalah gabungan dari bentuk segmentasi demografis

    dan tempat tinggal. Audiens yang tinggal di wilayah geografis tertentu bisa

    dipercaya memiliki karakter demografis yang merata. Akan tetapi, wilayah

    geografis harus diperkecil kembali, seperti kawasan perkampungan atau

    perumahan elit.

    d) Segmentasi Psikografis

    Segmentasi tersebut berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia.

    Perilaku dapat dipengaruhi dari gaya hidup maupun selektif dalam memilih

  • 27

    sesuatu. Adanya gaya hidup membuat putusan dalam pemilihan program

    disesuaikan oleh kebutuhan mereka.

    2.5 Komunikasi Dakwah

    2.5.1 Pengertian komunikasi Dakwah

    Dalam bukunya Moh Ali Azis menurut Syekh ali makhfudh dalam

    kitabnya Hidayatul Mursyidin, mengatakan dakwah merupakan suatu dorongan

    dalam berbuat kebaikan dan mengikuti arahan (agama), dan menyerukan

    kepada hal positif dengan cara mencegah dari perbuatan munkar agar

    memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat. Kemudian HSM Nasarudin

    Latif menyatakan dakwah adalah usaha dalam melakukan aktifitas sesuai

    dengan tulisan yang bersifat menyeru, memanggil, mengajak manusia lainya

    untuk membentuk keimanan dan menaati sesuai dengan ajaran agama Islam.

    Dengan dari garis syariat, akidah, dan akhlak Islami. Selanjutnya Masdar

    Helmy menyatakan bahwa dakwah suatu ajakan dan mengajak manusia supaya

    menaati ajaran Allah (Islam) kepada amr ma'ruf nahi munkar dan memperoleh

    kebahagiaan baik dunia maupun akhirat (Aziz, 2004:4-5).

    Dalam ketiga kesimpulan diatas menyatakan bahwa dakwah

    mengandung suatu ajakan baik dalam bentuk tulisan lisan, dan tingkah laku

    yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha dapat memengaruhi

    orang lain baik secara individual maupun kelompok supaya timbul sikap akan

    pesan yang sesuai dengan topik pembicaraan.

  • 28

    2.5.2 Fungsi Komunikasi Dakwah

    Pada dasarnya dakwah memiliki fungsi untuk mengatur keseluruhan

    ajaran agama Islam, dakwah bertujuan untuk mengamalkan suatu agama (Aziz,

    2004:59) adanya fungsi komunikasi dakwah sebagai berikut:

    a) Dakwah dapat berfungsi sebagai penyebaran agama Islam dari individu, dan

    masyarakat sehingga dapat turut serta merasakan mengenai Islam ramatan lil

    alamin sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.

    b) Dakwah dapat berfungsi dalam melestarikan nilai ajaran Islam dari generasi

    kepada kaum muslim sehingga dari generasi ke generasi pemeluknya tidak

    akan terputus.

    c) Dakwah sangat berfungsi sebagai korektik yang berarti meluruskan akhlak

    mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari hal-hal yang

    bersifat negatif.

    2.5.3 Tujuan Komunikasi Dakwah

    Dakwah merupakan, suatu tujuan dalam menciptakan sebuah

    kehidupan individu dan masyarakat yang damai, aman dan sejahtera yang

    dinaungi akan kebahagiaan, baik rohani maupun jasmani. Aktivitas sebuah

    dakwah senantiasa dilakukan dengan mengharap akan ridho Allah SWT.

    Melalui pemikiran yang luas, dengan senantiasa menegakan ajaran islam,

    sehingga ajaran-ajaran ini mendorong akan perbuatan sesuai dengan ajaranya.

    (Aziz, 2004:61), dimana tujuan dakwah antara lain:

  • 29

    a. Sesuai (Suitable), tujuan dari dakwah harus sesuai dengan visi & misi atas

    apa yang akan diberikan kepada komunikan.

    b. Berdimensi waktu (Measurable time), dalam menentukan sebuah dakwah

    haruslah konkret dan bisa menyeseuaikan kapan hal itu terjadi.

    c. Layak (Feasible), debuah dakwah hendaknya menjadi suatu tekad dalam

    mewujudkan (realistis) keadaan.

    d. Luwes (Fleksible), pada dasarnya dakwah harus senantiasi selalu

    menyesuaikan atau peka (sensitif) dalam berbagai keadaan dan mengetahui

    kondisi umat.

    e. Bisa dipahami (Understandable), dakwah harus bisa dicerna dan mudah

    dipahi oleh komunikan.

    2.5.4 Unsur -unsur Komunikasi dakwah

    Pada hakikatnya dakwah memiliki unsur-unsur untuk bisa memastikan

    setiap komponen dalam komunikasinya tetap berlangsung lancar dan di setiap

    kegiatan dakwah. Dalam bukunya (Aziz, 2004:75-138), antara lain sebagai

    berikut:

    a. Da'i (Pelaku dakwah), maksud dari Da'i merupakan orang yang bisa

    melaksakan dengan cara tersusun, baik lisan maupun tulisan atau perbuatan

    baik secara komunikatif melalui individu, kelompok ataupun berbentuk

    lembaga atau organisasi.

    b. Mad'u (Mitra Dakwah atau Penerima Dakwah), unsur-unsur dakwah Mad'u,

    yaitu menuju sasaran melalui manusia sebagai penerima dakwah, baik dari

  • 30

    individu yang berkelompok, atau manusia muslim maupun non muslim,

    dengan kata lain manusia secara menyeluruh.

    c. Maddah (Materi Dakwah), Maddah dakwah merupakan suatu masalah dari

    isi yang berbentuk pesan atau materi yang ingin disampaikan kepada Mad'u

    (penerima dakwah), sebagaimana dari pernyataanya bahwa yang menjadi

    maddah dakwah adalah suatu ajaran islam ini sendiri. Oleh karenanya,

    dalam membahas maddah dakwah yaitu membahas mengenai Islam itu

    sendiri, dikarenakan ajaran islam sangat luas untuk dijadikan maddah

    dakwah Islam.

    d. Wasilah (Media Dakwah), Wasialah dakwah merupakan sebuah alat yang

    akan digunakan dalam menyampaikan sebuah materi, ajaran Islam kepada

    Mad'u. Maka dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat harus

    menggunakan berbagai wasilah. Wasilah dakwah dapat digunakan berbagai

    macam hal yang dapat merangsa pada bagian indera manusia serta bisa

    menimbulkan perhatian dalam penerimaan dakwah. Semakin efektif wasilah

    semakin tepat pula pemahaman mengenai ajaran Islam kepada masyarakat

    yang menjadi tujuan dakwah.

    e. Thariqah (Metode Dakwah), komunikasi dalam metode dakwah lebih

    dikenal melalui istilah approach, yaitu suatu cara yang dilakukan oleh

    komunikator untuk mencapai tujuan tertentu dengan dasar hikmah dan kasih

    sayang.

    f. Atsr (Efek Dakwah), Atsr artinya bekasan, tanda, atau sisa. Istilah ini

    digunakan dalam menunjukan suatu ucapan melalui perbuatan yang berasal

  • 31

    dari tabi'in atau sahabat. Pada perkembangan selanjutnya dianggap sebuah

    hadist, karena memiliki ciri-ciri makna hadist.

    2.6 Pesan Dakwah dalam Televisi

    Pada dasarnya suatu dakwah dapat digunakan melalui media (terutama media

    massa) bisa meningkatkan intensitas, jangkauan, dan kecepatan komunikasi adanya

    media seperti, radio, televisi, internet dan sebagainya (Aziz, 2004:150).

    Perkembangan dalam suatu media televisi, baik pada program acaranya

    maupun suatu peningkatan daya kreativitas yang ditawarkan bagi publik dan

    pemanfaatan sarana televisi akan sangat mungkin terus terjadi. Apabila konsumsi

    informasi terus menerus berakibat pada gaya hidup penonton (Muhtadi, 2012: 88).

    Arti penting dalam sebuah pesan media (wasilah) tidak dipungkiri menjadi

    permasalahan yang terletak pada kemauan dan kejelian para da'i dalam menelaah

    media mana yang paling benar-benar tepat dipakai berdasarkan pada kemauan da'i.

    Oleh karenanya sudah sangat pantas para da'i bisa memanfaatkan hal tersebut melalui

    penyebaran salah satunya melalui media televisi. Sebagaimana media televisi

    merupakan media yang sifatnya audio visual, artinya selain bisa didengar juga bisa

    dilihat. Karena sebagian besar masayarakat indonesia menjadikan televisi sebagai

    sarana hiburan juga sumber utama sampai dengan sekarang.

    2.6.1 Format Dakwah Media Televisi

    Keberhasilan media dakwah melalui televisi akan berpengaruh pada

    sumber daya suatu manusia yang akan menggunakanya. Seorang da'i harus

    memahami dan mengerti, tujuan dari pada media televisi agar dapat

  • 32

    memanfaatkanya dengan benar, termasuk menemukan urutan format yang tepat

    dalam media dakwahnya. Dalam jurnal (Alfandi, 2005:43-46), format dakwah

    dalam media televisi dapat diketahui sebagai berikut:

    a) Format Ceramah

    Format melalui ceramah sudah lama dipakai dalam dakwah Islam,

    secara teknis perkembanganya ceramah dapat dilakukan melalui media

    televisi sebagai berikut:

    Format wawancara merupakan suatu metode dakwah yang melibatkan

    pemirsa baik melalui interaksi telepon maupun secara langsung. Sebagai

    dukungan format wawancara menyisipkan kuis untuk pemirsa dengan

    materinya. Mengenai pengetahuan agama Islam juga hadiah dari para

    pemasang sponsor. Selingan kuis menjadi daya tarik dalam program

    dakwah televisi.

    Format dengan wawancara yaitu melibatkan adanya pemirsa baik secara

    langsung dalam program acara baik interaksi telepon atau secara tidak

    langsung.

    Format berdiskusi yaitu sebuah pertukaran pikiran (ide, gagasan,

    pendapat dan sebagainya) dengan sejumlah orang yang ditengahi oleh

    moderator dalam menyampaikan materi diskusi melalui tayangan

    televisi.

    Format suara masyarakat merupakan program dakwah yang dapat

    mengartikan suatu pendapat masyarakat mengenai suatu permasalahan,

  • 33

    tujuan supaya pemirsa dapat mengetahui berbagai macam orang maupun

    kelompok sehingga dapat diefesienkan terhadap pendapatnya sendiri.

    b) Format Berita

    Format berita adalah suatu sajian laporan yang berbentuk fakta dan

    kejadian yang menghubungkan dunia keislaman juga mempunyai nilai

    unisual, esensial, factual disiarkan melalu media televisi secara berkala,

    secara garis besar terdapat dua bagian teknis dalam pembuatnya berbeda-

    beda:

    Format berita harian adalah berita yang harus disampaikan kepada

    masyarakat, dengan waktu sesingkat mungkin. Dalam hal ini berupa

    sport news, news break, atau the hot news.

    Format berita secara berkala yaitu, berita islam yang disiarkan secara

    berkala lalu tidak terikat waktu mempunyai kemungkinan pada

    penyajianya lebih lengkap dan mendalam. Merupakan produk jurnalistik

    yang artistik, mengunakan teknik dokumenter, fitur dan majalah.

    c) Format Berita

    Format Infiltrasi, adalah format program dakwah yang paling

    berfariatif. Karenanya stasiun dituntut harus terus-menerus kreatif supaya

    dapat menghasilkan program-program unggulan yang berkualitas. Namun

    format ini untuk programnya dibuat lebih banyak hiburan bagi pemirsanya

    juga mempertimbangkan faktor komersil.

  • 34

    2.6.2 Keunggulan Televisi sebagai Media Dakwah

    Televisi sangat penting dari suatu media dakwah, umumnya lembaga

    penyiaran yang ada di televisi Indonesia selalu menyediakan waktu untuk

    memuat kegiatan dakwah. Seperti adzan Maghrib. Acara yang hadir dalam

    program islami dari beberapa stasiun, sehingga banyak warna islami di dalam

    pertelevisian indonesia. Dalam jurnal (Zaini, 2015:10-12) adapun keunggulan-

    keunggulan dari media dakwah televisi sebagai berikut :

    a) Pertama, keunggulan dari pada khas yang dimiliki televisi adalah

    kedekatanya pada kehidupan sehari-hari. Televisi adalah sebuah produk

    kultural yang unik. Bentuk dari pada perbincangan, pemberitaan, visualisasi

    dan dramatisasi dikembangakan melalui kultur publik. Sehingga televisi

    mampu menawarkan kerangka ekspresi dari kekuatan politik, sosial, dan

    ekonomi yang luas.

    b) Kedua, media audio visual menjadi keunggulan televisi letaknya pada daya

    persuasifnya yang sangat tinggi, dikarenakan khalayak sebagai penonton

    dapat melihat langsung suara maupun gambar. Bahkan hal tersebut dapat

    terasa seperti layaknya khutbah yang sedang terjadi, melalui program

    acaranya.

    c) Ketiga, televisi menjadi daya jangkau yang cukup luas dalam menyebarkan

    sebuah pesan secara cepat dan dampaknya kepada kehidupan individu juga

    masyarakat. Karena perlu diperhatikan bahwa media massa disamping

    membawa suatu kebaikan, juga membawa sisi kelabu di dalam sebuah

  • 35

    berita. Komunikator perlu adanya penilaian secara objektif mengenai

    peranan konstrutif dari media massa.

    2.7 Pesan Dakwah Persuasif

    Efektivitas pada komunikasi dakwah persuasif mengarah melalui sebuah

    pertanyaan, sampai sejauh mana suatu pesan dan aktivitas dakwah dapat

    mempengaruhi khalayak (mad'u). Kekuatan komunikasi persuasif sendiri berkaitan

    antara komponen dalam komunikasi dakwah. Dakwah dapat memberi bukti apa yang

    telah diserukan oleh komunikator dakwah (da'i) suatu dasar komunikasi dakwah

    memiliki daya panggil secara berbeda pada komunikan yang dituju. Adanya daya

    panggil besar, namun ada pula daya panggil kecil. Sekecil apapun komunikasi

    dakwah, tetap dapat mempersuasif dari pada kegiatan yang dibawakanya (Ma’arif,

    2012: 64). Dakwah persuasif membutuhkan skill dalam penyampaian ajaran-ajaran

    terkait dengan islam. Komunikator pada tujuan harus bisa menyampaikan pesan-

    pesan tersebut kepada komunikan, yang harus dilihat keefektifan dalam kegiatan

    dakwahnya (Sakdiah, 205:9).

    Dalam bukunya (Ma'arif, 2012:65) menjelaskan mengenai komunikasi

    dakwah islam yang dapat dipelajari melalui berbagai macam ilmu misalnya

    antropologi, sosiologi, dan berbagai macam disiplin ilmu lainya. Melalui pendekatan

    tasawuf dan syariah, namun jarang mendekati psikologi komunikasi. Dari sudut

    pandang komunikasi, dapat dilihat bahwa suatu komunikasi dakwah dapat dilakukan

    secara baik. Islam dalam menyebar luaskan tidak dengan cara mamaksa akan tetapi

  • 36

    sebaliknya. Islam menyebarluaskan dengan cara budaya dan menumbuhkan akan

    daya sadar seseorang dalam suatu kelompok.

    2.7.1 Efek Pesan Dakwah

    Setiap dakwah selalu menimbulkan reaksi. Dengan demikian jika

    suatu dakwah telah dilakukan seorang da'i sesuai dengan materi dakwah,

    wasilah, thariqah maka hal tersebut akan menimbulkan suatu respon dan atsar

    (efek) pada mad'u (penerima pesan). Atsar sendiri berasal dari bahasa aran

    artinya sisa, tanda atau bekasan. Atsar (efek) dapat disebut dengan feedback

    (umpan balik) kepada komunikan yang seri terlupakan dan tidak menjadi

    perhatian da'i. Mereka akan menganggap setelah dakwah disampaikan maka

    selesailah dakwah. Jika diperhatikan, atsar mendapat pengaruh yang sangat

    besar dalam menentukan langkah dakwah berikutnya (Aziz, 2004:138), dapat

    diketahui bahwa efek pesan dakwah memiliki tiga aspek diantaranya :

    a) Efek kognitif, menyatakan bahwa penerima pesan dakwah adalah mitra

    dakwah yang akan menyerap isi pesan dakwah melalui proses berfikir,

    melalui aspek kognitif. Hal tersebut bisa terjadi apabila diketahui

    perubahannya, dipahami, dan dimengerti oleh komunikan mengenai pesan

    yang ditermanya. Penerima pesan melalui kegiatan dakwah, diharapkan

    dapat mengubah efek kognitif, setelah komunikan menerima pesan dakwah,

    mitra dakwah bisa menyerap isi dakwah dengan berfikir secara berproses

    dan aspek kognitif bisa dikatan terjadi apabila perubahan diketahui,

  • 37

    dimengerti, dan dipahami oleh komunikan, pengenai pesan yang

    diterimanya.

    b) Efek afektif, adalah pengaruh yang berupa suatu perubahan dari pada sikap

    komunikan (mitra dakwah) setelah penerimaan pesan. Sikap tersebut

    ditinjau dengan tiga variabel sebagai penunjang, yaitu pengertian,

    perhatian, dan penerimaan.

    c) Efek bihavioral, adalah suatu bentuk dakwah yang berkenaan pada pola

    tingkah laku selaku mitra dakwah dalam merealisasikan melalui materi

    dakwah yang sudah diterima setiap hari. Efek tersebut muncul melalui

    proses kognitif dan afektif. Terhadap perilaku yang diharapkan akan sesuai

    dengan pesan dakwah, sesuai dengan ajaran Islam baik individu maupun

    masyarakat.

    2.7.2 Bentuk Etika Komunikasi Dakwah

    Dalam berkomunikasi Al-Qur'an telah mengajarkan bagaimana suatu

    pesan perlu dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat menyentuh

    pendengarnya. Kata-kata yang dipilih lewat Al-Qur'an dapat memengaruhi

    pandangan efektif dengan cara mengubah tingkah laku manusia baik da'i

    maupun mad'u. Al-Qur'an dapat menjelaskan betapa pentingnya suatu

    penyampaian komunikator dakwah. Dalam jurnal (Atabik, 2014:130-135)

    terdapat etika komunikasi persuasif dikategorikan melalui kaidah, prinsip, atau

    etika komunikasi islam berdasarkan pada Al-Qur'an sebagai berikut :

  • 38

    a) Qaulan Balighan, adalah sebuah perkataan yang dapat membekas kedalam

    jiwa, kata-katanya tidak berbelit-belit. Komunikator mampu menyampaikan

    kata-kata dengan baik dinamakan baligh. Demikian juga mubaligh yaitu

    seseorang dapat menyampaikan berita yang cukup untuk orang lain dengan

    baik. Ungkapan mengenai qaulan baligha mudah dipahami sebagai suatu

    perkataan maupun pesan komunikator untuk menyesuaikan pembicaraanya

    yang bersifat khalayak.

    b) Qaulan Layyinan, yaitu perkatan lemah lembut. Memiliki arti kata-kata

    lemah lembut, suara enak didengar, bertingkah laku yang dapat

    menyenangkan dalam menyerukan agama dan sikap bersahabat. Komunikasi

    dimaksud mengajak orang untuk tersentuh hatinya, tentram dan tergerak

    jiwanya sehingga komunikan akan tertarik dan mengikuti komunikator

    dakwahnya.

    c) Qaulan Sadidan, yaitu perkataanya benar, jujur, tepat dan tidak bohong.

    Dalam konteks dakwahnya mengajarkan agar setiap masyarakat dapat

    memperbaiki sesuai perkataanya, berupaya menuturkan kata baik setiap kali

    mengucap. Bahasa selalu dituturkan dengan baik, pesan yang keluar dari

    mulut adalah benar sesuai fakta dan realitas. Kata-katanya bukan hanya

    omong kosong tetapi berlandaskan ilmu.

    d) Qaulan Maisuran artina perkataan yang mudah dipahami dan dimengerti

    oleh komunikan. menurut Bennet dalam Mulyana salah satu prinsip

    komunikasi Islam adalah seluruh komunikasi harus bertujuan mendekati

  • 39

    manusia kepada tuhanya melalui hamba yang lain. Komunikator mampu

    menampilkan dirinya sehingga disukai dan disegani oleh orang lain.

    e) Qulan Ma'rufan yaitu santun, baik, dan tidak kasar memberi suatu gambaran

    bagaimana komunikasi bisa dengan baik dari komunikator kepada

    komunikan. Pertama, orang yang kuat memiliki power kepada yang lemah

    seperti orang miskin, yatim dan sebagainya. Kedua, yang masih belum

    belum sempurna dalam menggunakan akalnya seperti anak-anak. Ketiga,

    kepada para perempuan, ditunjukan untuk menghindari juga mencegah

    perkataan yang lemah lembut supaya tidak menimbulkan fitnah.

    f) Qaulan Kariman, yaitu mulia. Perkataan yang diucapkan oleh komunikator

    dengan cara memberikan penghargaan dan penghormatan kepada

    komunikanya. Maka pendekatan yang dilakukan oleh komunikator harus

    berdasarkan kesantunan, sopan santu, dan kelembutan

    2.8 Teori Logika Model Desain pesan

    Teori yang berasal dari Barbara O'keefe yaitu Logika Model Desain Pesan.

    Menjelaskan manusia pada umumnya akan berpikir secara berbeda mengenai

    komunikasi dalam membuat pesan, dan setiap manusia selalu berbeda dalam

    mengatur pembicaran lewat logikanya apa yang harus dikomunikasikan kepada orang

    lain mengenai situasi-situasi tertentu (Littlejohn dan Foss, 2099: 188-189). Teori ini

    menggunakan istilah model desain pesan bagaimana cara proses berpikir terjadi

    sampai membentuk adanya suatu pesan. Model desain pesan ini memiliki tiga logika

  • 40

    yang mungkin akan mencakup mulai dari orang yang kurang memusatkan pikiranya

    sampai orang yang bisa memusatkan pikiranya, diantaranya:

    a) Logika ekspresif (Expressive logic), adalah logika yang memandang komunikasi

    sebagaimana tujuan mengepreksikan sebuah diri dalam menyatakan pikiran dan

    perasaan. Logika pesan ini bersifat luwes dan reaktif, hanya dengan memberi suatu

    perhatian akan kebutuhan yang orang lain inginkan.

    b) Logika Konvensional (Conventional logic), merupakan logika yang melihat

    komunikasi sebagai suatu permainan dalam aturan yang ada. Pada dasarnya logika

    ini bertujuan, untuk penyusunan pesan yang sopan, pantas, dan didasari pada

    aturan yang diketahui orang.

    c) Logika Retorika (Rhetorical logic), adalah suatu pandangan dari bentuk

    komunikasi dalam mengubah aturan-aturan melalui negosiasi. Logika pesan

    cenderung fleksibel dan terancang, paham terhadap lawan bicara, juga terpusat.

    2.9 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

    2.9.1 Definisi Konsep

    Definisi konsep adalah penarikan batasan yang berfungsi untuk

    menjelaskan terkait variabel yang digunakan secara singkat, jelas dan tegas.

    Dalam penelitian ini, definisi konsep yang digunakan peneliti, yaitu:

    a. Komunikasi Persuasif

    Menurut Ronald dan Karl mendefinisikan, komunikasi persuasif

    merupakan suatu proses komunikasi yang padat, dimana individu atau

    kelompok menunjukan pesan, sengaja atau tidak sengaja dengan cara verbal

  • 41

    dan nonverbal untuk memperoleh suatu respons yang khusus dari individu

    maupun group (Littlejohn dan Foss, 2009:12). Kemudian dalam bukunya

    Devito menjelaskan komunikasi persuasif adalah suatu teknik yang dapat

    mempengaruhi pikiran manusia dengan cara memanfaatkan data dan fakta

    psikologis atau sosiologis pada komunikan yang ingin dipengaruhi (Devito,

    2010:387).

    b. Dakwah

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dakwah merupakan

    penyiaran agama dengan cara mengembangkanya di kalangan masyarakat,

    seruan untuk memeluk, mengamalkan ajaran agama, dan mempelajarinya

    (kbbi.web.id). Sedangkan menurut Syekh Ali Maksfudh, dakwah merupakan

    suatu dorongan dalam berbuat kebaikan dan mengikuti arahan (agama), dan

    menyerukan kepada hal positif dengan cara mencegah dari perbuatan

    munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat. (Azis, 2004:4)

    c. Pesan

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pesan merupakan

    suatu nasihat, amanat, permintaan. perintah, dengan cara menyampaikanya

    kepada orang lain (kbbi.web.id). Kemudian menurut Deddy Mulyana pesan

    merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili

    perasaan, nilai, gagasan atau tujuan komunikator (Mulyana, 2013:70). Pesan

    dalam komunikasi sebagai bentuk penyampaian pesan dengan harapan

    mendapatkan hasil yang diinginkan kepada pemberi pesan. Menurut

    (Siahaan, 1991:62) pesan dapat dipaparkan melalui tiga unsur yakni :

  • 42

    Kode pesan, sederetan simbol yang tersusun sedemikian rupa sehingga

    bermakna bagi orang lain. Mencakup unsur bunyi, suara dan kata yang

    disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti.

    Isi pesan, sekumpulan bahan atau materi yang dirangkai oleh pemberi

    pesan kepada komunikan untuk menjelaskan atau menyampaikan

    tujuanya.

    Wujud pesan, merupakan bagaimana pesan itu dibungkus oleh

    komunikator agar komunikan tertarik akan isi pesan yang telah

    disampaikan.

    Dalam setiap melakukan proses komunikasi tentu unsur yang paling penting

    adalah pesan, apakah pesan disampaikan melalui media yang tepat, kalimat atau

    bahasa yang mudah dimengerti dan sesuai dengan maksud tujuan, dari segi bentuknya

    pesan dapat dibagi menjadi tiga yakni informatif, persuasif, dan koersif. Sedangkan

    dalam melakukan teknik persuasif terbagi menjadi tujuh yakni Fear-arrousing,

    Integrasi/Empathy, Cognitive Dissonance, Payoff Idea, Asosiasi, Red-Hearing,

    Tataan/Packing

    2.9.2 Definisi Operasional

    Definisi operasional merupakan penarikan batasan yang lebih

    menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih subtantive dari suatu konsep. Tujuan

    dari definisi operasional dalam penelitian ini digunakan untuk memahami lebih

    mendalam mengenai teknik komunikasi persuasif "Ustadzah Dedeh Rosidah

  • 43

    Syarifudin dalam program acara "Mamah dan Aa Beraksi di Indosiar". Dimana

    untuk menghindari kesalahpahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan

    dengan istilah judul skripsi. Sehingga hal tersebut dapat diukur melalui variabel

    secara keseluruhan, dalam penentuan kategori serta indikator yang digunakan

    dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam tabel berikut:

    Tabel 2.1. Definisi Operasional Berdasarkan Kategori Teknik Komunikasi Persuasif

    Kategori Definisi Indikator Definisi

    Teknik

    Fear-Arrousing

    Penyajian pesan

    komunikasi, dengan cara

    menggambarkan hal-hal

    yang menakutkan atau

    menyajikan konsekuensi

    yang buruk dan tidak

    menyenangkan

    Peringatan akan

    perbuatan dosa

    Proses peyampaian pesan

    yang mana terdapat Wa

    Tarhib (berita buruk)

    berkaitan dengan

    keadaan dan dampaknya

    Teknik

    Integrasi/Empathy

    Penyajian pesan

    komunikasi dengan cara

    menyatukan diri kepada

    komunikan dalam arti

    menyatukan diri secara

    komunikatif. Sehingga

    tampak menjadi satu, atau

    mengandung arti

    kebersamaan dan senasib

    serta sepenanggungan

    dengan komunikan

    Menggunakan kata

    Ketulusan dan

    perasaan di dalam

    penceramah

    Proses penyampaian

    pesan dengan cara

    menjalin relasi diantara

    penceramah dan

    pendengar atau jamaah

    menggunakan kata anda

    atau saya

    Meyakini

    komunikan melalui

    pengalaman pribadi

    Proses penyampaian

    pesan dengan cara

    memberikan pemahaman

    berdasarkan apa yang

    pernah dilakukan

    penceramah

  • 44

    Teknik

    Cognitive

    Dissonance

    Penyajian pesan

    komunikasi, melalui

    gejala-gejala hidup

    manusia yang tidak ada

    penyesuaian antara

    pendapat serta sikap

    dengan perilakunya.

    Seolah-olah membenarkan

    perilakunya meskipun hati

    nuraninya sendiri tetap

    tidak membenarkan

    Pertentangan kata-

    kata dengan

    sikap/tingkah laku

    komunikator

    Proses penyampaian

    pesan yang tidak sesuai

    dengan pengucapanya

    kepada penerima pesan

    hal tersebut sangat

    berbeda dari kehidupan

    komunikator sehari-hari

    Teknik

    Payoff Idea

    Kegiatan mempengaruhi

    orang lain dengan cara

    menyajikan pesan yang

    mengandung sugesti yang

    jika diataati, hasilnya akan

    memuaskan

    Menceritakan suatu

    harapan baik

    Proses penyampaian

    pesan melalui pernyataan

    Ayat dan Hadist akan

    Targhib (berita gembira)

    di jelaskan secara

    Implisit

    Menceritakan

    kejadian

    berdasarkan jaman

    Rasulullah SAW

    Penyampaian pesan

    dengan menjelaskan

    Asbabun Nuzul

    (membahas mengenai

    latar belakang/sebab-

    sebab/ beberapa ayat Al-

    Qur'an diturunkan) atau

    Asbabul Wurud

    (penyebab/segala

    peristiwa yang

    melatarbelakangi

    diungkapnya Hadist) dari

  • 45

    tema tausiyah

    Teknik

    Asosiasi

    Penyajian pesan

    komunikasi jalan

    menumpangkanya pada

    suatu peristiwa yang

    aktual, atau sedang

    menarik perhatian minat

    massa

    Menghubungkan

    tausyiah dengan

    keadaan/lingkungan

    Proses penyampaian

    pesan dengan membahas

    kejadian yang terjadi saat

    ini, sehingga menarik

    perhatian jamaah

    Teknik

    Red-Hearing

    Penyajian pesan

    komunikasi, dengan cara

    menggelakan argumentasi

    kepada bagian-bagian

    yang lemah kemudian

    diahlikan sedikit demi

    sedikit kepada bagian-

    bagaian yang dikuasai

    komunikator

    Menjatuhkan

    komunikan melalui

    perdebatan

    Proses penyampaian

    pesan dengan cara

    menyangkal sanggahan

    dan mempertahankan

    argumentasinya terhadap

    penerima pesan

    Mengalihkan kata-

    kata

    Proses penyampaian

    pesan dengan cara

    mengelakan topik

    pembicaraan, terhadap

    komunikan yang lemah

    kemudian

    mengalihkanya sedikit

    demi sedikit

    Teknik

    Tataan/Packing

    Menyajikan suatu pesan

    sehingga menarik siapa

    yang menerimanya,

    memanis-maniskan atau

    mengulang kegiatan

    Mempermainkan

    ekspresi bahasa

    dengan

    menggunakan kata-

    kata unik

    Proses penyampaian

    pesan dengan cara

    mempengaruhi dan

    menyakinkan komunikan

    apa yang disampaikan

  • 46

    persuasif dengan jalan

    menata rupa sehingga

    komunikasi menjadi lebih

    menarik

    tersebut berdasarkan

    fakta melalui humor

    Penceramah

    mengulang intisari

    dari tema ceramah

    yang sudah dibahas

    sebelumnya

    Menjelaskan suatu pesan

    dengan Dalil yang

    bentuknya Targhib Wa

    Tarhib sebagaimana cara

    untuk memotivasi para

    jamaah