Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi Massa merupakan salah satu studi dalam ilmu
komunikasi yang berkaitan dengan khalayak, dimana studi tersebut
mencakup pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan
coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka (khalayak) (Nurudin, 2013:6).
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan melalui media massa
baik cetak, elektronik, maupun cyber (online). Singkatnya, secara umum
Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media massa.
Sehubungan dengan definisi komunikasi massa diatas, banyak dari
beberapa ahli komunikasi yang mempunyai pendapat atau definisi berbeda,
yang meskipun definisi komunikasi massa tersebut pada intinya memiliki
arti yang sama.
Berikut adalah definisi komunikasi massa menurut beberapa ahli :
1. Bittner, dalam (Winarni, 2003:5) menyatakan bahwa Komunikasi
massa adalah pesan yang sampaikan melalui media massa pada
khalayak dalam jumlah yang sangat banyak. Dari definisi tersebut bisa
kita ketahui bahwa komunikasi massa proses penyampaian pesannya
harus menggunakan media massa.
2. Gerbner. Komunikasi massa adalah sebuah produksi dan distribusi yang
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang sifatnya
11
terus-menerus serta paling luas yang dimiliki seseorang dalam
masyarakat individu (Winarni, 2003:5).
3. Rakhmat, dalam (Winarni, 2003:6) mendefinisikan bahwa komunikasi
massa adalah jenis komunikasi yang dijukuan kepada sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim. Proses penyampaian
pesannya melalui media elekronik ataupun media cetak sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
4. Werner I. Severin dan James W. Tankard, Jr. dalam bukunya,
Communication Theories, Origins, Methods, Uses, mengungkaokan
sebagai berikut : (Effendy, 2013:21)
“Mass communication is part skill, part art, and part science. It is a
skill in the sense that it involves certain fundamental learable
techniques such a focusing a television camera, operating a tape
recorder or taking notes during an interview. It is art in the sense that it
involves creative challenges such as writing a script for a television
program, developing an aesthetic layout for magazine and or coming
up with a catchy lead for a new story. It is an science in the sense that
there are certain principles involved in how communication works that
can be verivied and used to make things work better.”
Yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia sebagai berikut :
Komunikasi massa adalah bagian keterampilan, bagian seni, dan bagian
ilmu pengetahuan. Komunikasi massa bagian dari keterampilan, dalam
arti komunikasi massa melibatkan teknik-teknik dasar yang dapat
dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape
12
recorder atau membuat catatan selama wawancara. Komunikasi massa
bagian dari seni, dalam arti bahwa komunikasi massa melibatkan
tantangan kreatif seperti menulis naskah untuk program televisi,
mengembangkan tata letak estetika untuk majalah dan atau
menghasilkan petunjuk yang menarik untuk sebuah cerita baru.
Komunikasi massa bagian dari ilmu, dalam arti bahwa ada prinsip-
prinsip tertentu yang terlibat dalam cara kerja komunikasi yang dapat
diverifikasi dan digunakan untuk membuat hal-hal bekerja lebih baik.
5. Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction to
the Study of Communication, menjelaskan defini komunikasi massa
dengan lebih tegas kedalam dua bagian, yakni: (Effendy, 2013:21)
“First, mass communication is communication addressed to the masses,
to an extremely large audience. This does not mean that the audience
includes all people or everyone who reads or everyone who watches
television: rather it means an audience that is large and generally
rather poorly defined.
Second, mass communication is communication mediated by audio
and/or visual trasnmitters. Mass communication is perhaps most easily
and most logically defined by its forms: television, radio, newspepers,
magazines, films, books, and tapes.”
Yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia sebagai berikut :
Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada
massa (khalayak), kepada khalayak dengan jumlah yang sangat besar.
Pernyataan ini tidak berarti bahwa khalayak mencakup semua orang
13
atau semua orang yang membaca atau setiap orang yang menonton
televisi, tetapi peryataan tersebut berarti bahwa khalayak itu berjumlah
besar dan umumnya kurang bisa didefinisikan dengan baik.
Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang dimediasi oleh
trasnmitter audio dan/atau visual. Komunikasi massa mungkin paling
mudah dan paling logis jika didefinisikan berdasarkan bentuknya:
televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan kaset.
2.1.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Berdasarkan definisi-definisi diatar yang telah peneliti paparkan,
maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebebkan oleh
sifat-sifat komponennya. Ciri-ciri komunikasi massa tersebut dibagi menjadi
5, yakni : (Effendy, 2013:22-26)
1. Komunikasi Massa berlangsung satu arah
Artinya bahwa dalam komunikasi massa tidak terdapat arus
balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan kata lain,
komunikator suatu media massa tidak mengetahui tanggapan
para audiensnya (khalayak) terhadap pesan yang disampaikan
oleh si komunikator tersebut. Misalnya, wartawan sebagai
komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya
terhadap pesan atau berita yang disiarkannya. Begitupun dengan
penyiar radio, penyiar televisi, atau sutradara film tidak
mengetahui tanggapan khalayak sasarannya. Komunikator
mungkin mengetahui tanggapannya tetapi tidak secara langsung
ketika proses komunikasi sedang berlangsung, bisa saya
14
komunikan mengirim tanggapan melalui email, telephone, atau
bahkan melalui surat pembaca atau surat pendengar yang
biasanya terdapat pada rubrik surat kabar, majalah, dan radio.
Arus balik seperti inilah yang disebut dengan arus balik tertunda
(delay feedback).
2. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga
Dikatakan melembaga karena komunikasi massa sendiri
merupakan sebuah lembaga, yakni suatu institusi atau
organisasi. Komunikator dalam komunikasi massa ketika
menyebarluaskan pesan komunikasinya, ia bertidak atas nama
lembaga, sejalan dengan kebijaksanaan lembaga yang
diwakilinya. Ia tidak mempunyai kebebasan individual.
Komunikator dalam komunikasi massa dinamakan juga
komunikator kolektif, karena pesan yang disebarkan dalam
komunikasi massa merupakan hasil kerjasama sejumlah kerabat
kerja, dan itu mutlak harus memiliki keterampilah yang tinggi
dalam bidangnya masing-masing.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan komunikasi massa ditujukan kepada umum dan mengenai
kepentingan umum. Tidak ditujukan kepada peseorangan atau
kepada sekelompok orang tertentu. Itulah kenapa komunikasi
massa memiliki ciri yaitu pesannya yang bersifat umum.
15
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Artinya khalayak dimanapun ia berada, entah itu berbeda
daerah, propinsi, berbeda waktu pun, ia akan menerima pesan
yang sama secara serentak.
5. Komunikan Komunikasi Massa bersifat heterogen
Khalayak sasaran komunikator dalam komunikasi massa bersifat
heterogen, artinya mereka keberadaaanya dalam kadaaan
terpencar, dimana satu sama lain tidak saling mengenal dan
tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam
berbagai hal yakni : jenis kelamin, usia, agama, ras, suku,
pendidikan, pengalaman, kebudayaan, dan sebagainya.
2.1.3. Efek Komuikasi massa
Efek komunikasi massa merupakan dampak dari penyampaian suatu
pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media massa. Efek yang
diterima setiap individu itu sendiri tidak sama. Menurut Onong Uchyana
Effendy (2003) dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, ada 3
efek komunikasi massa yaitu Efek Kognitif (Cognitive effect), Efek Afektif
(Affective effect), serta Efek Konatif yang sering juga disebut Efek
Behavioral (Behavioral effect).
1. Efek Kognitif
Efek ini kerkaitan dengan pengetahuan atau bersifat informatif,
artinya pesan yang disampaikan media massa tersebut memberikan
informasi baru. Misalnya berupa suatu data atau gambaran suatu
benda, seseorang, organisasi/perusahaan, media ataupun suatu
16
tempat yang belum pernah dikunjungi oleh si penerima pesan
(komunikan).
Melalui pesan yang terkandung didalamnya, masyarakat akan
mendapatkan manfaat dari komunikasi massa yaitu berupa
pengetahuan baru dan juga membuat masyarakat mempelajari hal
baru yang belum pernah di ketahui sebelumnya. Misalnya pada suatu
program acara televisi menayangkan sebuah perjalanan liburan ke
Disney Land, setelah melihat tayangan tersebut, masyarakat menjadi
tahu tentang Disney Land meskipun tidak secara langsung.
2. Efek Afektif
Efek ini berkaitan dengan perasaan dan emosi. Komunikasi
massa akan menimbulkan efek afektif, ketika pesan yang
disampaikan bisa menimbulkan perasaan tertentu atau bahkan
merubah perasaan komunikannya. Misalnya publik akan merasa iba
dan tergerak untuk memberikan pertolongan, ketika melihat liputan
mengenai korban perang antara palestina dan israel. Contoh lain,
seorang remaja terinspirasi setelah mendengarkan cerita pengalaman
pengusaha muda dalam suatu program acara televisi.
Faktor-faktor yang menyababkan terjadinya efek kognitif,
diantaranya :
a. Suasana emosional, faktor ini berkaitan dengan emosional
komunikan (penerima pesan). Misalnya ketika melihat
tingkah komedian yang lucu, seseorang yang sedang merasa
bahagia akan tertawa terbahak-bahak, begitupun sebaliknya
17
seseorang yang sedang sedih mungkin tidak akn tertawa
terbahak-bahak atau dia hanya tertawa tipis saja.
b. Skema kognitif, yaitu faktor yang berkaitan dengan alur
cerita atau peristiwa yang telah tersimpan dalam memori
otak kita. Misalnya ketika kita sedang menonton film
superhero, dalam pikiran tertanam bahwa orang yang benar
akan menang. Sehingga ketika pahlawan sedang terpojokan
sekalipun penonton akan tetap yakin dia akan menang,
bahkan penonton akan merasa kalau situasi akan terbalik,
karena pada dasarnya yang namanya pahlawan pasti akan
menang.
c. Suasana Terpaan, berkaitan dengan kondisi sekitar
komunikan. Misalnya kita akan sangat ketakutan menonton
film horor, jika kita menontonnya sendirian di rumah tua,
ketika hujan lebat, dengan tiang-tiang rumah berderik, atau
kondisi lainnya yang situasi dan kondisinya sama persis
seperti apa yang sedang kita tonton.
d. Predisposisi Individual, faktor ini menunjukkan sejauh
mana seseorang merasa terlibat tokoh atau karakter yang
ditampilkan dalam film misalnya. Seseorang yang sedang
menonton tayangan film, ia akan menempatkan dirinya
dalam posisi tokoh tersebut, seolah-olah dialah yang berada
dalam situasi yang ada pada film tersebut. Karena hal
18
seperti itu, ketika tokoh tersebut kalah, ia juga kecewa dan
ketika tokoh tersebut berhasil, ia akan gembira.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri
seseorang dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan
kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi
bringas. Program acara televisi yang menyuguhkan tentang
kreativitas atau inovasi-inovasi akan menyebabkan para pamuda
memiliki keterampilan baru. Pernyataan tersebut berusaha untuk
mengungkapkan efek komunikasi masaa pada prilaku, tindakan dan
gerakan khlayak yang tampak dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang cenderung meniru
prilaku yang diamatinya.
2.2 Media Massa
2.2.1 Pengertian Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan oleh komunikator kepada khalayak sebagai komunikan. Media
massa dibagi menjadi dua, yaitu media Cetak dan Elektronik. Media cetak
terdiri dari surat kabar, majalah, tabloit, buku, dan film. Sedangkan media
elektronik terdiri dari televisi dan radio. Komunikasi massa sudah
berkembang sangat pesat, dalam perkembangannya ditemukan media baru
yaitu internet. Ditinjau dari ciri, fungsi, dan elemennya, internet jelas masuk
dalam bentuk komunikasi massa (Nurudin. 2013:5).
19
2.2.2 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Media komunikasi terpopuler dan digemari umat manusia saat ini
adalah televisi. benda berbentuk kotak dengan kemampuan audiovisual ini
sejak tahun 1980 telah menggeser popularitas radio karena radio hanya
memiliki kemampuan audio (Bungin, 2008:52)
Penemuan teknologi televisi telah mengubah medium interaksi
manusia dengan benda di sekitarnya. Mitos benda mati yang dikenal sebagai
medium pasif, telah digugurkan oleh teknologi televisi. Karena televisi
adalah benda mati yang mampu berinteraksi dengan manusia, tidak sekedar
melalui kognisi manusia, namun secara fisik (melalui penggabungan
teknologi televisi dan telepon ataupun dengan internet) manusia saling
berinteraksi dalam program yang dirancang secara interaktif tanpa batas
waktu dan tempat (Bungin, 2008:52)
Televisi adalah alat komunikasi yang menggunakan perpaduan
antara audio dan visual, yang mana mempunyai fungsi sebagai edukasi,
informasi, dan hiburan. Istilah televisi terdiri dari dua kata Tele dan Vision,
Tele berarti jauh, dan vision berarti penglihatan. Segi “jauh” dihasilkan oleh
radio dan segi “penglihatan” dihasilkan oleh gambar (Effendy, 2013:174).
Televisi mempunyai daya tarik yang sangat kuat di bandingkan
media massa lainnya. Jika radio memiliki daya tarik yang kuat karena
unsur-unsur audio (suara) dan efek-efeknya, berbeda dengan televisi yang
memiliki unsur audio (suara) dan visual berupa gambar-gambar gerak, yang
mana akan sangat menarik perhatian bagi para pemirsa yang menonton.
Selain itu daya tarik televisi juga melebihi bioskop, jika televisi bisa
20
dinikmati di rumah dengan santai dan aman. Berbeda dengan bioskop yang
mengharuskan kita keluar rumah untuk menonton film kesayangan kita,
selain itu juga harga tikat yang tergolong mahal membuat bioskop tidak di
minati oleh masyarakat dengan perekonomian rendah. “Televisi merupakan
media yang paling disukai oleh para pemasang iklan. Keistimewaan televisi
yang mempunyai unsur audio dan visual, membuat para pengiklan percaya
dengan kemampuan televisi yang bisa menambah daya tarik iklan
dibandingkan media lain. Televisi juga dinilai sangat berpotensi dalam
mengingatkan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan (khalayak/massa). Hal seperti inilah yang menyebabkan nilai
belanja iklan televisi semakin lama semakin meningkat (Kasali, 2007:172)”.
Hingga kini kehidupan manusia masih tidak bisa terpisahkan oleh
televisi. tidak sedikit orang yang menghabiskan waktunya di depan televisi
dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman
dikala tidak ada kesibukan atau kegiatan lain, televisi menjadi cermin
perilaku masyarakat dan bahkan televisi bisa menjadi candu bagi manusia
(Morrisan, 2010:1).
Dampak televisi sangat kuat bagi pemirsanya, hal ini dikarenakan
adanya tekanan pada kedua indera sekaligus yakni indera penglihatan dan
indera pendengaran. Untuk kepentingan komersial, televisi dinilai menjadi
media yang paling efektif dalam menyelesaikan misinya yaitu
menyampaikan pesan, karena televisi mampu menjangkau khalayak dalam
jumlah yang sangat banyak dan luas. Kebanyakan orang menonton televisi
21
hampir setiap hari di waktu senggangnya, bahkan tidak sedikit orang
mengisi waktu liburannya di depan televisi. Televisi mampu menjangkau
khalayak yang tidak dapat di jangkau oleh media massa lain seperti media
cetak dan film. Selain itu televisi juga mempunyai kemampuan yang kuat
untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasarannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa
televisi merupakan salah satu media elektronik yang digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada khalayak yang sangat luas, sebab televisi juga
mempunyai daya tarik serta dampak yang kuat dalam mempengaruhi
khalayak.
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Televisi sebagai Media Massa
Kelebihannya menurut (Morissan, 2010:240):
a. Memiliki Daya jangkau yang luas. Hingga saat ini pesawat
televisi sudah menjangkau hampir di seluruh wilayah di
indonesia. Harga televisi yang semakin murah dan jangkauan
frekuensi siarannya yang semakin luas menyebabkan semua
orang bisa menikmati televisi. daya jangkau yang luas tersebut
memungkinkan para pembuat iklan untuk memperkenalkan dan
mempromosikan produknya secara serentak hingga ke seluruh
wilayah suatu negara.
b. Selektivitas dan fleksibilitas. Media televisi seringkali dinilai
tidak selektif dalam menjangkau segmentasi audiens dengan
spesifik khusus atau tertentu, sehingga sering dianggap sebagai
media yang lebih cocok untuk prosuk konsumsi masal
22
c. Memiliki Fokus perhatian. Tayangan iklan televisi seringkali
menjadi pusat perhatian bagi audiennya. Jika audiensnya tidak
menekan remote control-nya untuk berganti ke channel lain,
maka ia hanya menyaksikan tayangan iklan satu persatu hingga
program acara kembali di tayangkan.
d. Kreativitas dan efek. Televisi merupakan media iklan yang
paling efektif karena menunjukkan cara berkerja saat digunakan.
e. Prestise (kedudukan atau nama). Artinya perusahaan yang
mengiklankan produknya di televisi akan lebih sering dikenal
masyarakat. Baik itu nama perusahaan maupun barang atau
jasanya, ia akan menerima status khusus dari masyarakat, dan
kebanyakan masyarakat akan mengingat satu perusahaan atau
produk yang sering di iklankan. Contohnya “odol” hingga saat
ini orang menyebut pasta gigi dengan sebutan “odol” padahal
kita tahu bahwa “odo” itu adalah nama merek sebuah pasta gigi.
f. Waktu tertentu. Artinya Suatu produk tersebut di iklankan atau
di tayangkan dalam waktu tertentu, demi untuk menjangkau
segmentasi calon pembelinya.
Kelemahan Menurut (Morissan, 2010:244):
a. Biaya yang mahal. Televisi memang dirasa paling efisien dalam
menjangkau audiensnya tetapi dalam hal biaya, televisi adalah
media yang paling mahal untuk keperluan komersial.
b. Informasi yang terbatas. Durasi rata-rata penayangan sebuah
iklan televisi maksimal cuma 30 detik per-iklan dalam sekali
23
tayang, maka para pembuat atau pemasang iklan tidak
mempunyai waktu yang banyak untuk menyajikan informasi
lengkapnya dalam iklan, dibandingkan dengan media online
seperti youtube.
c. Tingkat Selektifitas yang terbatas. Televisi memang
menyediakan selektivitas audiens pada setiap program-program
acara yang di tayangkan. Tetapi iklan televisi tidak menjadi
pilihan yang paling tepat jika para pemilik iklan ingin membidik
target audiens yang sangat khusus atau bahkan spesifik dalam
jumlah yang sangat sedikit.
d. Penghindaran. Kelemahan ini adalah hal yang paling sering
dilakukan audiennya di kala jeda iklan di mulai. Audeins
cenderung menghindari iklan dan berganti ke channel lain,
bahkan dilakukan berkali-kali hingga menemukan program
acara lain yang menarik untuk di tonton.
e. Tempat terbatas. Tidak seperti media cetak, dalam media praktik
media televisi, para pembuat iklan atau pemasang iklan tidak
bisa seenaknya memperpanjang waktu siaran.
2.3 Terpaan
Terpaan merupakan suatu keadaan dimana khalayak menerima dan terkena
pesan-pesan yang disebarkan oleh suatu media. “Menurut barelson dan steiner
(2005:84) terpaan diartikan sebagai perilaku penerimaan pesan dengan cara
membaca, mempelajari, mendengar, dan menonton”. Begitupun dengan Ardianto
dan Erdinaya (2005:2) yang mengartikan bahwa “terpaan sebagai kegiatan
24
mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media, atau bahkan mempunyai
pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada
individu ataupun kelompok”. Penggunaan jenis media antara lain meliputi media
audio, audiovisual, cetak, dan online. Terpaan media berusaha mencari data
khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan
maupun durasi penggunaan.
Pendapat berbeda diutarakan oleh Shore dalam Kriyantono (2006:204), ia
berpendapat bahwa “terpaan itu lebih dari sekedar mengakses media. Terpaan
tidak hanya menyangkut apakah seseorang itu secara fisik cukup dekat dengan
kehadiran media massa, akan tetapi apakah seseorang itu benar-benar terbuka
terhadap pesan media massa tersebut”.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa terpaan iklan
dapat dikatakan sebagai perilaku pengkonsumsian iklan yang ditayangkan di
televisi meliputi intensitas pengkonsumsian iklan dan pengkonsumsian isi pesan.
Dalam hal ini terpaan iklan 8.8 Men Sale Shopee di televisi akan memberikan
dampak dan pengaruh bagi remaja yang melihatnya.
Terpaan dalam ilmu komunikasi merupakan perilaku penggunaan media
yang menurut Alo Liliweri penggunaan media meliputi tiga hal yaitu isi pesan,
daya tarik iklan dan intensitas penayangan (Liliweri,1992:73-76). Pada penelitian
ini, terpaan media diukur melalui 3 dimensi, yang menurut Rosnegren dalam
Rakhmat (2009) sebagai berikut :
1. Frekuensi Menonton
Frekuensi yaitu berapa kali seseorang menggunakan dan mengkonsumsi
isi pesan suatu media.
25
2. Durasi Menonton
Durasi yaitu seberapa lama seseorang menggunakan dan mengkonsumsi
isi pesan suatu media.
3. Atensi Menonton
Atensi yaitu tingkat perhatian seseorang dalam menggunakan media
dan mengkonsumsi isi pesan suatu media.
2.4 Iklan
Iklan merupakan suatu komponen marketing yang umum dilakukan oleh
sebuah perusahaan. Demi kesuksesan penjualan produk atau jasa, iklan dianggap
sebagai kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan. Tak heran jika setiap
tahun, bahkan tiap launching produk baru, perusahaan menghabiskan ratusan juta
bahkan miliaran rupiah untuk pengeluaran biaya iklan. Selain itu kondisi
persaingan yang semakin ketat pun membuat biaya iklan bertambah tiap
tahunnya. Sementara disisi lain perusahaan berlomba-lomba membuat iklan untuk
membangun posisi yang menguntungkan dipasar.
Iklan merupakan bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi
seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjualan suatu produk atau
jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik
untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan pemasang iklan.
Iklan atau advertising didefinisikan sebagai “any paid form of nonpersonal
communication about an organization, product, service, or idea by an identified
sponsor” yang jika diartikan kedalam bahasa indonesia iklan didefinisikan
sebagai setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk,
servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui. Pada definisi diatas
26
“dibayar” dimaksudkan bahwa tempat atau waktu bagi iklan pada umumnya harus
dibeli. Sedangkan “nonpersonal” disini diartikan bahwa suatu iklan tersebut
melibatkan media massa yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah
khalayak besar. Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti tidak
tersedianya umpan balik secara langsung atau segera dari penerima pesan
(komunikan). Pernyataan tersebut menyimpulkan bahwa setiap iklan yang hendak
dikirimkan atau di tayangkan, pemasang iklan harus betul-betul
mempertimbangkan bagaimana audiens nantiya akan memberikan respon terhadap
pesan iklan yang dimaksud. (Morissan,2010:17-18). Karena jangkauannya yang
luas, iklan menjadi salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan dibahas
orang. Iklan juga menjadi sebuah media promosi yang sangat penting, khususnya
bagi perusahaan yang menjual produk atau jasa yang akan ditujukan kepada
masyarakat luas.
Menurut Lee (2004), iklan adalah sebuah komunikasi komersil dan
nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang
ditransmisikan ke khalayak ramai dengan target melalui media yang bersifat
massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau
kendaraan umum. Hampir semua definisi diatas memiliki arti yang sama, bahwa
iklan secara sederhana adalah sebuah pesan yang menawarkan suatu produk yang
ditujukan kepada masyarakat melalui media (Kasali, 1992).
Secara garis besar iklan adalah sebuah berita atau pesan yang mana
memiliki tujuan mendorong, mengajak, membujuk khalayak ramai agar tertarik
(membeli, menggunakan) pada suatu barang atau jasa yang ditawarkan oleh suatu
perusahaan melalui media massa seperti televisi, radio, surat kabar, atau majalah.
27
2.4.1 Jenis-Jenis Iklan
Manurut Morrisan dalam bukunya “Periklanan :Komunikasi
Pemasaran Terpadu” terdapat 6 jenis iklan, diantaranya: (Morrisan,
2010:20-21)
1. Iklan Nasional
Pemasang iklan adalah perusahaan besar dengan produk yang
tersebar luas secara nasional atau di sebagian besar wilayah suatu negara.
Sebagian besar iklan nasional tayang pada waktu utama (prime time) di
televisi yang memiliki jaringan siaran secara nasional serta pada media-
media besar nasional lainnya.
2. Iklan Lokal
Kebalikan dari iklan nasional, yang mana oemasang iklan ini adalah
perusahaan pengecer atau perusahaan dagang tingkat lokal. Iklan lokal
bertujuan mendorong seseorang untuk berbelanja pada toko-toko tertentu
dan cenderung menekankan pada intensitas tertentu. Misalnya, harga
yang lebih murah, waktu operasi yang lebih lama, pelayanan khusus,
suasana berbeda, gengsi, atau aneka jenis barang yang ditawarkan.
3. Iklan Prime dan Selektif
Iklan prime atau disebut juga dengan demand advertising dirancang
untuk mendorong permintaan suatu jenis produk tertentu atau
keseluruhan produksi. Pemasang iklan akan fokus menggunakan iklan
primer apabila merek produk jasa yang dihasilkan telah mendominasi
pasar dan akan mendapatkan keuntungan palinh besar jika permintaan
terhadap jenis produk bersangkutan secara umum meningkat. Asosiasi
28
perusahaan dibidang industri dan perdagangan sering melakukan
kampanye melalui iklan primer untuk mendorong peningkatan penjualan
produk yang dihasilkan anggota asosiasi, misalnya produsen susu
berkampanye melalui iklan primer untuk meningkatkan minat
masyarakat untuk minum susu.perusahaan pemegang merek tertentu
terkadang menggunakan iklan primer sebagai bagian dari strategi
promosi untuk membantu suatu produk, khususnya jika produk itu masih
baru dan manfaatnya masih belum banyak diketahui masyarakat. Dengan
demikian, iklan semacam ini bertujuan untuk menjelaskan konsep dan
manfaat suatu prosuk secara umum namun sekaligus mempromosikan
mereek peroduk bersangkutan.
Iklan selektif atau slective demand advertising memusatkan
perhatian untuk menciptakan permintaan terhadap suatu merek
tertentukebanyakan iklan berbagai barang dan jasa yang muncul di media
adalah bertujuan mendorong permintaan secara selektif terhadap suatu
merek barang atau jasa tertentu. Iklan selektif lebih menekankan pada
alasan untuk membeli suatu merek produk tertentu.
4. Iklan antar-bisnis
Iklan antar bisnis atau business-to-business advertising adalah iklan
dengan target kepada satu atau beberapa individu yang berperan
mempengaruhi pembelian barang atau jasa industri untuk kepentingan
perusahaan dimana individu itu bekerja. Barang-barang industri (industri
goods) adalah produk yang akan menjadi bagian dari produk lain
(misalnya, barang mentah atau komponen), atau produk yang digunakan
29
untuk membantu suatu perusahaan melakukan kegiatan bisnisnya
(peralatan kantor, komputer, dan lain-lain). Jasa pelayanan bisnis, seperti
asuransi, jasa biro perjalanan, dan pelayanan kesehatan.
5. Iklan Profesional
Iklan profesional atau professional advertising adalah iklan dengan
target kepada pra pekerja profesional seperti dokter, pengacara, ahli
teknik dan sebagainya dengan tujuan untuk mendorong mereka
menggunakan produk perusahaan dalam bidang pekerjaan mereka. Iklan
semacam ini juga digunakan untuk mendorong para profesional untuk
merekomendasikan penggunaan perek produk tertentu kepada para
konsumen.
6. Iklan Perdagangan
Iklan dengan target pada anggota yang mengelola saluran pemasaran
(marketing channel), seperti pedagang besar, distributor serta pengecer.
Tujuan iklan semacam ini adalah untuk mendorong para anggota saluran
untuk memiliki, mempromosikan, serta menjual kembali merek prosuk
tertentu kepada para pelanggannya.
2.5 Minat Beli
2.5.1 Pengertian Minat Beli
Minat beli merupakan suatu kondisi, sikap atau perilaku yang
muncul dari dalam diri calon konsumen terhadap ketertarikan suatu produk
yang telah dilihatnya dari sebuah iklan. Minat beli akan timbul setelah
seseorang terkena pengaruh dari sebuah produk yang di promosikan,
misalnya seseorang akan terpengaruh karena mutu dan kualitas yang di
30
tawarkan, harga yang lebih terjangkau dari merek lain, ataupun keunggulan-
keunggulan yang tidak terdapat pada merek lain. Kemudian seseorang
tersebut mendapatkan rangsangan yang ia terima sehingga menimbulkan
dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan pembelian suatu produk
yang terdapat dalam iklan tersebut.
Minat Beli adalah suatu kondisi psikologis dalam diri seseorang
sebagai calon konsumen yang memotivasi dan mengarahkan perilaku calon
konsumen tersebut untuk membeli suatu produk (Sudibyo, 2018:7). Lebih
jelasnya menurut Rossiter dan Percy (1985), bahwa “minat beli adalah
instruksi dari calon konsumen kepada dirinya sendiri untuk membeli suatu
produk, atau untuk mengambil tindakan terkait pembelian disaat calon
konsumen tersebut merasa bahwa hal itu diperlukan”.
Simamora (2011:106) mengatakan bahwa “minat beli (niat beli)
terhadap suatu produk timbul karena adanya dasar kepercayaan terhadap
produk yang diiringi dengan kemampuan membeli. Selain itu, niat beli
terhadap suatu produk juga dapat terjadi dengan adanya pengaruh dari orang
lain yang dipercaya oleh calon konsumen. Niat beli juga dapat timbul
apabila seorang konsumen merasa sangat terpengaruh terhadap berbagai
informasi seputar produk yang diperoleh melalui iklan, pengalaman orang
lain yang menggunakannya, dan kebutuhan mendesak terhadap produk”.
Menurut Ferdinand (2002:129), minat beli dapat diidentifikasi
melalui indikator-indikator sebagai berikut :
31
1. Minat transaksional
Yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. Artinya
calon konsumen telah memiliki minat untuk melakukan pembelian
suatu produk tertentu yang mereka inginkan.
2. Minat referensial
Yaitu kecenderungan seseorang untuk merekomendasikan
produk kepada orang lain. Artinya seorang calon konsumen yang
telah memiliki minat untuk membeli akan menyarankan orang
terdekatnya untuk melakukan pembelian produk yang sama.
3. Minat preferensial
Minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki
preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat
diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
4. Minat eksploratif
Minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
2.6 Teori AIDDA
Teori AIDDA atau juga sering disebut A-A Procedure (from attention to
action procedure), merupakan teori yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm.
Menurut Effendy (2003:306), AIDDA adalah akronim dari kata-kata Attention
(perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), Action
(tindakan/kegiatan). Adapun keterangan dari elemen-elemen tersebut adalah :
32
1. Attention (perhatian), yaitu perhatian yang diberikan oleh khalayak
terhadap pesan pada pada saat pertama kali pesan tersebut diterima.
Pada proses komunikasi tahap pertama ini, komunikasi hendaknya
dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini
seorang komunikator harus mempunyai daya tarik tersendiri, dengan
proses komunikasi yang seperti ini lah yang menjadikan awal
keberhasilan dari proses komunikasi. Attention yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perhatian dari para calon konsumen atau pengguna
shopee untuk mengakses aplikasi atau situs shopee.
2. Interest (minat), yaitu perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang
sesuatu hal yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen. Interest ini
merupakan tahap selanjutnya setelah attention yang mana jika perhatian
komunikasi telah terbangkitkan, maka akan disusul dengan upaya
menumbuhkan minat (interest). Pada tahap ini khalayak mulai menaruh
minat pada pesan yang ditampilkan. Artinya akan tumbuh minat pada
diri pengguna dan calon kondumen shopee untuk mengetahui lebih
dalam lagi tentang shopee yang mereka lihat pada tayangan iklan 8.8
Men Sale Shopee.
3. Desire (hasrat), yaitu keinginan khalayak untuk melakukan sesuatu
setelah memperoleh informasi melalui pesan yang disajikan (pesan
yang ada dalam iklan 8.8 Men Sale Shopee). Kelanjutan dari proses
interest adalah desire dimana pada tahap ini komunikan diharapkan
untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh komunikator.
Hasrat untuk mengetahui leih jauh tentang shopee misalnya, hal itu
33
terjadi apabila komunikan menaruh perhatian yang lebih terhadap iklan
8.8 Men Sale Shopee.
4. Decision (keputusan), mengacu pada keputusan yang diambil oleh
khalayak setelah memperoleh informasi melalui pesan yang disajikan..
Jika hanya hasrat saja yang ada pada diri komunikan, bagi komunikator
itu masih belum berarti apa-apa jika belum adanya keputusan
(decision), maka harus dilanjutkan pada tahap decision ini. Keinginan
ini membuat khalayak mempertimbangkan keputusan apakah khalayak
akan membeli produk atau layanan yang ditwarkan atau tidak.
Khalayak dalam penelitian ini adalah responden yang telah menonton
tayangan iklan 8.8 Men Sale Shopee di televisi.
5. Action (tindakan), yaitu suatu kegiatan untuk mewujudkan atau
merealisasikan keyakinan dan ketertarikan terhadap sesuatu yang di
lakukan oleh komunikan. Kegiatan yang dimaksud yaitu keputusan
untuk melakukan suatu hal yang diharapkan komunikator. Kegiatan
yang dimasud dalam penelitian ini yaitu kegiatan yang timbul dari diri
komunikan yang telah menonton iklan 8.8 Men Sale Shopee.
Konsep AlIDDA ini adalah proses psikologis dari diri khalayak.
Berdasarkan konsep AIDDA agar khalayak melakukan action, maka pertama-
tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya (attention) sebagai awal suksesnya
komunikasi. Apabila perhatian komunikasi telah terbangkitkan, hendaknya
disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat
yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang
merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu
34
kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri
komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan
dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan
tindakan (action) sebagaimana diharapkan komunikator.
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah tersebut dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan masih
berdasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2014:64)
Hipotesis statistik memiliki dua bentuk yaitu Hipotesis Nol dan Hipotesis
Alternatif. Jika pada landasan toritiknya tidak terdapat perbedaan atau tidak ada
hubungan, makan hipotesis tersebut merupakan hipotesis Nol. Sebaliknya, jika
terdapat hubungan atau perbedaan terhadap landasan teoritiknya, maka hipotesis
tersebut merupakan hipotesis Alternatif. Hipotesis Nol ditandai dengan (Ho),
sedangkan Hipotesis Alternatif ditandai dengan (Ha). (Sugiyono, 2014:160)
Berdasarkan peryataan diatan yang telah peneliti uraikan, berikut adalah
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini:
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara terpaan iklan 8.8 Men Sale
Shopee terhadap minat beli Siswa SMA.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara terpaan iklan 8.8 Men Sale
Shopee terhadap minat beli Siswa SMA.
35
2.8 Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah batasan konseptual dari masing-masing variabel
di dalam penelitian. Definisi konseptual diperlukan untuk menyederhanakan teori-
teori yang berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan. Dengan adanya
batasan konseptual ini, peneliti akan lebih mudah untuk memahami konsep dari
masing-masing variabel yang diteliti.
2.8.1 Variabel Independen (X) : Terpaan Iklan
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Terpaan Iklan.
“Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau
pendahulu dari variabel lain (Kriyantono, 2006:20)”.
Definisi Terpaan Menurut “Barelson dan Steiner (2005:84) terpaan
diartikan sebagai perilaku penerimaan pesan dengan cara membaca,
mempelajari, mendengar, dan menonton”. Begitupun dengan “Ardianto dan
Erdinaya (2005:2) yang mengartikan terpaan sebagai kegiatan mendengar,
melihat, dan membaca pesan-pesan media, atau bahkan mempunyai
pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada
individu ataupun kelompok”. Penggunaan jenis media antara lain meliputi
media audio, audiovisual, cetak, dan online. Terpaan media berusaha
mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media,
frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan. Berikut adalah 3 faktor
terpaan pesan komunikasi yang mampu mengubah sikap dan pemikiran
seseorang : 1. Frekuensi 2. Durasi 3. Atensi
36
2.8.2 Variabel Dependen (Y) : Minat Beli
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Minat Beli. “Variabel
terikat merupakan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel yang mendahului (Kriyantono, 2006:21)”.
Minat Beli adalah suatu kondisi psikologis dalam diri seseorang
sebagai calon konsumen yang memotivasi dan mengarahkan perilaku calon
konsumen tersebut untuk membeli suatu produk (Sudibyo, 2018:7). Lebih
jelasnya menurut Rossiter dan Percy (1985), bahwa minat beli adalah
instruksi dari calon konsumen kepada dirinya sendiri untuk membeli suatu
produk, atau untuk mengambil tindakan terkait pembelian disaat calon
konsumen tersebut merasa bahwa hal itu diperlukan.
2.9 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan operasional dari masing-masing variabel
di dalam penelitian ini. Definisi operasional diperlukan untuk menyederhanakan
konsep-konsep yang berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan. Dengan
adanya batasan operasional ini, peneliti akan lebih mudah untuk melakukan
pengukuran terhadap masing-masing variabel yang diteliti, di mana pengukuran
variabel akan merujuk pada indikator-indikator yang disusun di sini.
2.9.1 Variabel Independen (Bebas)
Terpaan Iklan. Dalam penelitian ini, terpaan iklan merupakan
variabel (X). Variabel (X) yang di ukur adalah seberapa sering responden
melihat tayangan iklan 8.8 MEN SALE Shopee di televisi. penelitian ini
berusaha mencari data khalayak yang pernah melihat atau mengetahui iklan
8.8 MEN SALE Shopee di Televisi, dan juga berusaha mencari data terkait
37
seberapa sering khalayak melihat tayangan iklan tersebut di televisi. lebih
jelasnya pengukuran data tersebut dibagi menjadi 3 indikator yaitu :
Frekuensi, Durasi, Atensi. Kemudian ketiga indakator tersebut
pengukurannya menggunakan skala Likert.
1. Frekuensi
Berapa kali siswa SMA Negeri 1 Singosari menonton atau
melihat tayangan iklan 8.8 Men Sale Shopee di televisi.
2. Durasi
Berapa lama siswa SMA Negeri 1 Singosari menonton atau
melihat tayangan iklan 8.8 Men Sale Shopee di televisi.
3. Atensi
Tingkat perhatian siswa SMA Negeri 1 Singosari atas pesan-
pesan yang disampaikan oleh komunikator yang terdapat pada
tayangan iklan 8.8 Men Sale Shopee di televisi.
2.9.2 Variabel Dependen (Terikat)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel (Y) adalah Minat Beli
siswa SMA Negeri 1 Singosari. Minat beli dalam hal ini adalah segala
bentuk sikap, perilaku atau dorongan yang berupa keinginan untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai produk-produk yang ada dan dijual pada
aplikasi shopee, yang timbul pada diri khalayak setelah melihat iklan shopee
yang sedang tayang di televisi.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka akan terjadi suatu reaksi
dalam diri audiens, reaksi tersebut sebagai suatu respon, yang mana respon
38
tersebut didasarkan pada persepsi penonton terhadap stimulus-stimulus
pesan yang diterima.
Dalam penelitian ini, ada beberapa indikator yang bisa dijadikan
tolak ukur untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap minat beli suatu
produk yang terdapat pada aplikasi shopee. Indikator minat beli tersebut
terdiri dari dimensi-simensi berikut.
1. Minat Transaksional
Pada dimensi pertama ini, peneliti mengukur persepsi khalayak
setelah melihat iklan 8.8 MEN SALE Shopee di televisi. Apakah
setelah melihat iklan tersebut, khalayak berkeinginan untuk
melakukan pembelian suatu produk shopee.
2. Minat Referensial
Pada dimensi kedua, peneliti mengukur persepsi khalayak
setelah melihat iklan 8.8 MEN SALE Shopee di televisi. Apakah
setelah melihat Iklan 8.8 MEN SALE Sopee, khalayak
berkeinginan untuk merekomendasikan atau memberitahukan
produk-produk shopee kepada teman, keluarga atau tetangga
terdekatnya. Misalnya memberitahukan kualitas produk yang
ada di shopee, dsb.
3. Minat Preferensial
Pada dimensi ketiga, peneliti mengukur persepsi khalayak
setelah melihat iklan 8.8 MEN SALE Shopee di televisi. Apakah
setelah melihat tayangan iklan 8.8 MEN SALE Shopee,
39
khalayak berkeinginan untuk menjadikan shopee sebagai pilihan
utama dalam berbelanja.
4. Minat Eksploratif
Pada dimensi keempat, peneliti mengukur persepsi khalayak
setelah melihat iklan 8.8 MEN SALE Shopee di televisi. Apakah
setelah melihat tayangan iklan 8.8 MEN SALE Shopee,
khalayak berusaha mencari informasi lebih detail lagi tentang
produk-produk yang di tawarkan oleh shopee.