14
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar (Rusman, 2011). Dimana, perilaku mengajar dan belajar tersebut berhubungan dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, dan ketrampilan. Banyak kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pembelajaran adalah model pembelajaran. Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan dan prinsip yang berbeda-beda. Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu (Mills dalam Suprijono, 2011). Pemilihan model yang tepat perlu memperhatikan tujuan pengajaran. Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip yaitu (1) semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik. (2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik. (3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan. (4) Dapat dilakukan dengan baik oleh guru. (5) Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada (Hasan dalam Isjoni, 2011). Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2011). Fungsi model pembelajaran yaitu

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

  • Upload
    ngohanh

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan

siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar (Rusman,

2011). Dimana, perilaku mengajar dan belajar tersebut berhubungan dengan bahan

pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai

kesusilaan, dan ketrampilan. Banyak kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya

dengan bahan pembelajaran adalah model pembelajaran.

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan

pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Dalam

penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan

siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan dan prinsip

yang berbeda-beda.

Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang

memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan

model itu (Mills dalam Suprijono, 2011). Pemilihan model yang tepat perlu

memperhatikan tujuan pengajaran.

Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip

yaitu (1) semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas

belajar siswa, maka hal itu semakin baik. (2) Semakin sedikit waktu yang

diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik. (3) Sesuai

dengan cara belajar siswa yang dilakukan. (4) Dapat dilakukan dengan baik oleh

guru. (5) Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis

materi, dan proses belajar yang ada (Hasan dalam Isjoni, 2011).

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada

tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2011). Fungsi model pembelajaran yaitu

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

7

guru dapat membantu siswa mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir

dan mengekspresikan ide. Sehinga model pembelajaran dapat diartikan sebagai

suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mangatur materi pelajaran dan

memberi petunjuk kepada pengajar di kelas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada

hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi

secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu

dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan belajar

mengajar (KBM) secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal.

2.1.2Pembelajaran Kooperatif

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2002) cooperative learning disebut juga dengan pembelajaran

gotong royong yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Istilah cooperative learning dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama

pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni,

2011).Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama

dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab,

yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota

kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan

mereka dapat melakukannya seorang diri.

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

bersifat heterogen (Rusman, 2011). Pembelajaran kooperatif juga disebut dengan

pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerjasama dalam kelompok-

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

8

kelompok kecil yang mempunyai tanggung jawab bagi individu maupun

kelompok terhadap tugas-tugas. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa dapat

lebih menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi dan

bila dibandingkan dengan pembelajaran individual, pembelajaran kooperatif lebih

dapat mencapai kesuksesan akademik, tanggung jawab individu, kelompok, dan

sosial siswa.

Pengelompokan heterogenitas merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam

model pembelajaran kooperatif (Lie, 2002). Kelompok heterogenitas dapat

dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender dan kemampuan

akademis. Kelompok ini biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis

tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok

kemampuan akademis kurang.

Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan

positif dalam kelompok (Slavin dalam Rusman, 2011). Dalam pembelajaran

kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai

jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan

siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga

harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan

untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide

mereka sendiri. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi, untuk mengasah

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan dan menuntup kesenjangan dalam

pemahaman masing-masing.

Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa

berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman dan saling

memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa

dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu,

pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa

dapatbekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

9

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan salah satu pembelajaran dengan teman sebaya dengan cara

siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dimana para siswa diharapkan

dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk

mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, untuk mencapai satu

tujuan bersama dalam belajar.

2.1.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Jerolimek dan Parker dalam Isjoni (2007) berpendapat bahwa

pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan yaitu (1) saling

ketergantungan yang positif; (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan

individu; (3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas; (3)

suasana kelas rileks dan menyenangkan; (4) terjalinnya hubungan yang hangat

dan bersahabat antara siswa dengan guru; (5) memiliki banyak kesempatan untuk

mengekpresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Model pembelajaran kooperatif, tidak hanya unggul dalam membantu

siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran

sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi

yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif, tidak memungkin juga adanya

kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, misalnya kekhawatiran guru akan

terjadinya kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar di dalam kelompok jika

menetapkan model pembelajaran seperti ini. Menurut Isjoni (2007) kelemahan

pembelajaran kooperatif bersumber pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut

antara lain: (1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di

samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. (2) Agar

proses pembelajaran di kelas berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan

fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. (3) Selama kegiatan diskusi

kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

10

dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. (4) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini

mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Cara mengatasi kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebaiknya

sebelum pembelajaran berlangsung guru mempersiapkan pembelajaran secara

matang seperti alat peraga atau yang lainnya, agar pada saat proses belajar

mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran kooperatif

berlangsung guru sebaiknya membatasi masalah yang dibahas, agar waktu yang

telah ditentukan tidak melebihi batas. Selain itu guru harus berusaha menanamkan

dan membina sikap berdemokrasi diantara para siswa. Maksudnya suasana kelas

harus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepribadian

siswa yang demokratis dan diharapkan suasana yang terbuka dengan kebiasaan-

kebiasaan kerjasama, terutama dalam memecahkan kesulitan-kesulitan.

Seorang siswa haruslah dapat menerima pendapat siswa lainnya, seperti

siswa satu mengemukakan pendapatnya lalu siswa yang lainnya mendengarkan

dimana letak kesalahan, kekurangan atau kelebihan, kalau ada kekurangannya

maka perlu ditambah. Penambahan ini harus disetujui oleh semua anggota dan

harus saling menghormati pendapat orang lain.

Berdasarkan pendapat yang telah dijabarkan, maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan besar para siswa kearah

pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat

berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan

tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai karena tujuan utama pembelajaran

kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya.

Pengetahuan itu tidak lagi diperoleh dari gurunya. Seorang teman haruslah

memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan

pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi

kesalahan, dan saling membetulkan lainnya.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

11

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif (Rusman, 2011). Secara rinci keenam fase

pembelajaran kooperatif dirangkum dalam tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan Tujuan

dan Memotivasi Siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan

dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan

pentingnya topik yang akan dipelajari dan

memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyampaikan

Informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa

dengan demontrasi atau melalui bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasi Siswa

ke dalam Kelompok-

Kelompok Belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membimbing

setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efektif dan efisien.

Fase-4

Membimbing

Kelompok Bekerja dan

Belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada

saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Rusman, 2011

2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran Make A Match

Pengertian Make a Match adalah pembelajaran yang menggunakan media

kartu yang berpasangan dengan kartu jawaban. Pembelajaran ini dilaksanakan

dengan cara siswa menjodohkan kartu soal dengan kartu jawaban yang tepat

sebelum batas waktunya.

Pembelajaran mengunakan model Make a Match adalah pembelajaran

aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Setiap siswa

menerima satu kartu, kartu itu bisa berisi pertanyaan, bisa berisi jawaban.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

12

Selanjutnya mereka mencari pasangan yang cocok sesui dengan kartu yang

dipegang.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran mengunakan kartu

berpasangan ada 3 yaitu: (1) pendalaman materi, (2) menggali materi, dan (3)

untuk selingan. Pengembangan model kartu berpasangan pada mulanya untuk

pendalaman materi, siswa melatih penguasaan materi dengan cara memasangkan

antara pertanyaan dan jawaban. Tetapi sebelumnya guru terlebih dahulu

membekali siswa dengan materi yang akan dilatih.

2.1.3.1 Kelebihan dari model Make a Match yaitu:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

b. Karena ada unsur permainan, pembelajaran ini menyenangkan.

c. Miningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

d. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

e. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

f. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar

2.1.3.2 Langkah-langkah Model Make a Match menurut Loma Curran

(2010).

a. Guru menjelaskan materi yang ingin dicapai.

b. Guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi riview,

sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lain kartu jawaban.

c. Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.

d. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

e. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya (soal-jawaban).

f. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi

poin.

g. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

13

h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang

kartu yang cocok.

i. Bersama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

2.1.3.3 Kelemahan Model Make a Match

a. Diperlukan bimbingan, masukan dan arahan dari guru untuk melakukan

kegiatan.

b. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak

bermain-main dalam proses pembelajaran.

c. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai untuk proses pembelajaran.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah "scholastic achievement"

atau "academic achievement" adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai

melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka

atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Briggs dalam Sumarno, 2010).

Menurut Gagne dan Driscoll dalam Sumarno (2010) Hasil belajar yaitu

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan

dapat diamati melalui penampilan siswa (learner 's performance).

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011). Dalam hal ini, seorang guru

harus benar-benar memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat dan

mempunyai konsep yang jelas sehingga akan berpengaruh positif terhadap diri

siswa sebagai bekal dalam kehidupannya.

Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengukur tingkat

pencapaian kompetensi siswa dan keberhasilan siswa dalam belajar. Seseorang

yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam

belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu

hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh

berbagai faktor baik dalam maupun luar diri siswa. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Slameto (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar digolongkan menjadi dua sebagai berikut: (1) Faktor-faktor intern

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

14

adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga

faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. (2) Faktor-

faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi:

faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjukan untuk

mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses

pembelajaran yang telah dilakukan (Rusman, 2011). Pada tahap ini seorang guru

dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara

evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

Hasil belajar adalah hasil akhir atau tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan

seseorang yang dicapai setelah mengalami proses belajar yang dapat dibuktikan

melalui hasil tes. Dalam penelitian ini menggunakan Tes pilihan ganda

merupakan prosedur tes dengan soal yang harus dijawab oleh siswa dengan

memilih jawaban yang tersedia. Tes pilihan ganda digunakan saat uji validitas

intrumen tes dan posttest. Hasil dari uji validitas tes berupa nilai akhir

pembelajaran.

2.3 Pengertian Pembelajaran IPA

2.3.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik

dan membahas tentang fakta serta gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran

IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat

IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang

empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

15

melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara

produk ditemukan.

Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen.

Namun dalam hal-hal tertentu, konsep ipa adalah hasil tanggapan pikiran manusia

atas gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan

sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan,

tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi.

2.3.2 Tujuan IPA

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat kesimpulan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

2.3.3 Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian IPA untu SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

16

2.3.4 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga

pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan

guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk

meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap

ilmiah.

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) telah dilakukan oleh

peneliti lain. Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, kajian hasil penelitian yang relevan.

Pertama, Milya Angreranti. 2012. Metode Pembelajaran Kooperatif tipe

Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPA Berdasarkan Gender Siswa Kelas V

SDN 01 KabuPaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Peneliti ini

bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang studi IPA.

Peneliti kedua, Agus Sujianto. 2006. Metode Make A Match untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Matematika di SDN

Margomulyo 1 Ngawi. Semarang: Unes. Peneliti ini bertujuan untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi matematika.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

17

2.5 Kerangka Pikir

Secara garis besar, Make a Match merupakan model pembelajaran yang

menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar-mengajar. Diharapkan

dengan adanya model Make a Match hasil belajar siswa maksimal. Maka dari itu

perlu diadakan tes formatif untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Skor tes formatif ini akan menunjukkan peningkatan skor

yang signifikan. Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

18

Gambar kerangka pikir 2.1

Kelas Eksperimen Kelas Control

Guru menjelaskan materi

dengan ceramah

bervariasi

Guru menjelaskan materi

dengan model Make a Match

Siswa dibagi kelompok

Siswa dibagi kelompok

siswa diminta bekerja kelompok

untuk mengelompokkan bahan

makanan berdasarkan asalnya.

Siswa diminta bekerja

kelompok untuk menjodohkan

(mencari pasangan ) soal dan

jawaban

Sebagian siswa diberi kartu

soal dan sebagian siswa

diberi kartu jawaban

Kemudian siswa diminta

mecari pasangan dari kartu

yang didapatnya

Hasil belajar siswa meningkat

tinggi dan signifikan

Penilaian

Siswa diberi soal

evaluasi

Efektivits hasil belajar IPA

Hasil belajar siswa meningkat

tapi tidak signifikan

Guru bersama siswa

membuat kesimpulan

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16057/2/T1_292011084_BAB II.pdf · Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika

19

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan,

maka penulis merumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Ho : tidak ada pengaruh positif dan signifikan dalam penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap hasil belajar IPA bagi

siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kec. Sidorejo Salatiga semester II

tahun pelajaran 2014/2015.

Ha : ada pengaruh positif dan signifikan dalam penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match terhadap hasil belajar IPA bagi siswa kelas

IV SDN Sidorejo Lor 05 Kec. Sidorejo Salatiga semester II tahun pelajaran

2014/2015.