of 21 /21
1 Pengembangan Kajian Teori Komunikasi Berperspektif KeIndonesiaan Prahastiwi Utari Hamid Arifin Tanti Hermawati Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract This research addresses the problems faced by users of communication theory (lecturers, students and practitioners) in Indonesia. They theoretical thought of communication theories look 'uniform'. The sources of theories are mapped, produced and arranged by Western scientists. As a result there is no 'identity' that can be find as the existence of Indonesia Communications Theories. This research is aiming to explore and describe what and how the concepts of communication theory can be characterized and formed as the Indonesian communication theories. The data is collected by using Focus Group Discussions (FGDs) and in- depth interviews with sources that are considered having competency issues related to the study. The result shows (1) the experience of using western communication theory sometimes cannot explain or facilitate communication phenomenon in Indonesia and appearing conditions where existing of western theories are being 'forced' to match with the observed phenomena (2). There are limitations of users theory to search the alternative theories that originating from Indonesian phenomenon(3) The necessity to develop Indonesian communication theories are based on the conditions where western theories cannot be applied in Indonesian phenomena. (4)The concepts of Indonesian communication theory are formed by culture perspective and based on local cultures. They can be explored through the ideas and artifacts of local culture. Two kind challenges in the development of Indonesian communication theory: a) the quantity and quality of research should be examine many dimensions of phenomenon in Indonesia. The users should think to adopt, adapt and develop new theory in their main goal of the study. b) Research must be taken continuously to the scientific-society by dissemination into journals. Keywords: Indonesia communications theory, cultural approach, research and disemination of research result

Pengembangan Kajian Teori Komunikasi Berperspektif ... Jurnal Hibah... · Pengembangan Kajian Teori Komunikasi Berperspektif ... Teori-teori komunikasi ... kajian yang memayungi penelitian

  • Author
    ngothu

  • View
    237

  • Download
    1

Embed Size (px)

Text of Pengembangan Kajian Teori Komunikasi Berperspektif ... Jurnal Hibah... · Pengembangan Kajian Teori...

  • 1

    Pengembangan Kajian Teori Komunikasi Berperspektif KeIndonesiaan

    Prahastiwi Utari

    Hamid Arifin

    Tanti Hermawati

    Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Abstract This research addresses the problems faced by users of communication theory (lecturers, students and practitioners) in Indonesia. They theoretical thought of communication theories look 'uniform'. The sources of theories are mapped, produced and arranged by Western scientists. As a result there is no 'identity' that can be find as the existence of Indonesia Communications Theories. This research is aiming to explore and describe what and how the concepts of communication theory can be characterized and formed as the Indonesian communication theories.

    The data is collected by using Focus Group Discussions (FGDs) and in-depth interviews with sources that are considered having competency issues related to the study. The result shows (1) the experience of using western communication theory sometimes cannot explain or facilitate communication phenomenon in Indonesia and appearing conditions where existing of western theories are being 'forced' to match with the observed phenomena (2). There are limitations of users theory to search the alternative theories that originating from Indonesian phenomenon(3) The necessity to develop Indonesian communication theories are based on the conditions where western theories cannot be applied in Indonesian phenomena.

    (4)The concepts of Indonesian communication theory are formed by culture perspective and based on local cultures. They can be explored through the ideas and artifacts of local culture. Two kind challenges in the development of Indonesian communication theory: a) the quantity and quality of research should be examine many dimensions of phenomenon in Indonesia. The users should think to adopt, adapt and develop new theory in their main goal of the study. b) Research must be taken continuously to the scientific-society by dissemination into journals. Keywords: Indonesia communications theory, cultural approach, research and disemination of research result

  • 2

    Pendahuluan

    Muncul kegelisahan disebagian besar ilmuwan komunikasi di Indonesia

    saat ini terkait dengan perkembangan pemikiran teoritik Ilmu Komunikasi yang

    dipelajari oleh komunitas pendididikan tinggi komunikasi. Teori-teori komunikasi

    yang dipergunakan terlihat seragam. Sumber-sumber pemikiran teoritiknya

    merupakan produk yang yang disusun para ilmuwan barat. Turnomo Rahardjo

    (2008) sudah cukup lama menyuarakan bahwa teori teori komunikasi yang

    dipelajari di Indonesia merupakan produk dari sejarah intelektual Barat. Hal ini

    sejalan dengan Dissanayake (2003) yang melihat 71% of the material used in

    teaching courses in communication theory was of American Origin.

    Kesadaran ada yang salah dalam pemikiran teoritik ini muncul karena

    dirasa sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi.

    Keilmuan Komunikasi di Indonesia tidak terlihat memiliki ciri khas atau

    keunggulannya secara kompetitif maupun komparatif baik ditingkat lokal,

    nasional maupun internasional. Tidak ada identitas yang bisa dijadikan pengenal

    bagi keberadaan Indonesia diranah perkembangan keilmuan Komunikasi (Utari,

    2012).

    Keprihatinan tentang pemikiran teoritik komunikasi ini juga disuarakan

    oleh pakar komunikasi Alwi Dahlan dalam Konferensi Nasional Komunikasi di

    Jakarta bulan November 2011. Beliau mengatakan belum ada yang

    mengembangkan teori komunikasi khas Indonesia. Teori-teori dan riset yang

    dikembangkan di Indonesia saat ini masih mengacu kepada teori komunikasi

    model Barat yang belum tentu sesuai dengan kondisi Indonesia (Kompas, 9

    November 2011).

    Bahkan Turnomo Rahardjo (2012) kembali menegaskan dari sisi

    akademik, pemikiran-pemikiran teoritik yang menjadi materi pembelajaran

    komunitas pendidikan tinggi komunikasi masih sebatas pada upaya untuk

    melakukan verifikasi atau pengujian terhadap teori-teori komunikasi yang

    merupakan produk dari sejarah intelektual barat. Hingga saat ini belum cukup

    terlihat upaya akademisi dan peneliti komunikasi di Indonesia untuk menggali

  • 3

    kearifan lokal guna membangun gagasan-gagasan teoritik komunikasi yang

    relevan dengan lingkup persoalan yang terjadi di Indonesia.

    Penelitian tentang Pengembangan Kajian Teori Komunikasi

    Berperspektif KeIndonesiaan ini menjadi signifikan dilakukan dengan

    pertimbangan a) membangun kesadaran diantara komunitas pendidikan Tinggi

    Ilmu Komunikasi (Dosen, Mahasiswa dan Praktisi) untuk mencari konsep, model-

    model dan perspektif yang dapat menjadi identitas atau penciri dari teori teori

    komunikasi Indonesia, terutama jika dikaitkan dengan fenomena komunikasi

    yang memang khusus terjadi di Indonesia b) sesuai dengan Rencana Induk

    Penelitian (RIP) dan Roadmap Penelitian Universitas Sebelas Maret. Bidang

    kajian yang memayungi penelitian ini adalah bidang Integrasi Bangsa & Hukum

    & Demokratisasi, lebih khusus menekankan pada kajian mengembalikan dan

    mengembangkan budaya lokal.

    Secara umum teori menurut Littlejohn dan Foss (2008: 14) adalah

    serangkaian konsep-konsep, penjelasan-penjelasan serta prinsip-prinsip yang

    dapat menjelaskan aspek tertentu dari pengalaman seseorang. Dalam kajian Ilmu

    Komunikasi definisi tentang teori komunikasi adalah payung istilah untuk

    mendiskusikan dan menganalisis secara sitematik, hati-hati dan penuh kesadaran

    tentang fenomena komunikasi (Ernest Bormann). Atau juga dapat dipahami

    sebagai a set of propositions purposed to explain some aspect of human behavior,

    in this case our communication behavior (Godwin C.Chu).

    Pertumbuhan pemikiran teoritik tentang Ilmu Komunikasi tidak dapat

    disangkal berasal dari dunia barat terutama Amerika. Hal ini terjadi karena (1)

    sebagian besar ilmuwan komunikasi belajar dan dilatih di dunia Barat. Mereka

    menggunakan buku, jurnal ataupun mempublikasikan karya mereka karena

    kemudahan yang didapat dunia barat. (2) Tidak ada teori dan model komunikasi

    yang dapat diajarkan karena memang tidak adanya teori yang bersumber dari

    dunia timur (Dissanayake, 2003).

    Tetapi dalam perkembangannya, pemikiran teoritik komunikasi barat ini

    mulai dipertanyakan. Yoshitaka Miike (2002:1) melihat bahwa conventional

    academic views of communication have been skewed by Western frames of

  • 4

    reference. They have no represented a sample of all possible conceptual positions

    from which the knowledge of communication can be constructed. Dengan kata lain

    bahwa pemikiran teoritik Komunikasi Barat ini memiliki berbagai keterbatasan.

    Teori-teori ini kadang tidak dapat menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi

    fenomena-fenomena komunikasi disuatu wilayah karena perbedaaan-perbedaaan

    pola komunikasi yang terbentuk. Studi dari Gottberg (1985) memperlihatkan

    beberapa pola komunikasi masyarakat di Asia tidak dapat dijelaskan secara

    mudah dengan teori-teori komunikasi barat karena terdapat perbedaan latar

    belakang filosofis dan keagamaan. Lawrence Kincaid (Littlejohn, 1996: 5)

    memperlihatkan adanya perbedaan mendasar antara pemikiran teoritik tentang

    komunikasi dengan cara pandang dunia barat dan timur.

    Tabel 1 Teori Komunikasi Dalam Perspektif Barat dan Timur

    Perspektif Barat Perspektif Timur Memberi perhatian pada pengukuran Cenderung memberi per- secara bagian bukan merupakan hatian pada suatu yang menyeluruh suatu kesatuan dan merupakan suatu kesatuan Didominasi visi individualisme Komunikasi suatu luaran yang tidak Orang dianggap aktif dakam men- direncanakan, merupakan konsekuensi capai tujuan pribadinya. alami dari suatu peristiwa. Teori komunikasi didominasi oleh Simbol verbal dianggap kurang berarti bahasa. hanya dipandang skeptis. Relasi terbentuk diantara dua atau Relasi bersifat lebih kompleks, melibat lebih individu. kan posisi sosial, peran status dan kekuasaan.

    Sumber: Littlejohn, 1996: 5

    Sejalan dengan pemikiran Kincaid tentang perbedaan antara pemikiran

    teoritik komunikasi ala barat dengan timur, Johan Galtung (Littlejohn 2009: 48)

    juga menjelaskan perbedaan prinsip diantara kedua kubu teori berdasarkan invidu

    pelaku yang terlibat.

  • 5

    Tabel 2 Perbedaan Persepektif Antara Barat dan Timur

    Perspektif Barat Perspektif Timur Menekankan pada individualisme Menekankan adanya saling tanggung jawab antara individu dan masyarakat Adanya kontrol terhadap alam sekitar Terciptanya harmoni dengan alam sekitar Melihat dunia dalam posisi pusat, ping- Melihat dunia sebagai suatu kesatuan Giran dan diluar keduanya. yang utuh. Terikat dalam konsep ruang dan waktu Waktu dianggap sebagai sesuatu yang tidak terbatas Pengetahuan merupakan sesuatu yang Pengetahuan merupakan suatu sistim bersifat atomistis dan deduktif dimana ontologi, epistemplogi dan axiologi saling terkait satu sama lain

    Sumber: Littlejohn & Fos, 2009: 48 Sisi lain keterbatasan pemikiran teoritik barat juga dapat dilihat dari

    penelitian-penelitian pendukungnya. Godwin C Chu (1985: 3-4) menyatakan dari

    sisi riset pemikiran teoritik Barat lebih banyak menekankan pada metode

    kuantitatif, tidak fokus pada suatu masalah, sering melakukan pengulangan

    (repetitiveness), tidak melihat secara konstektual dan tidak memasukkan faktor

    budaya sebagai faktor penting dalam komunikasi .

    Melihat keterbatasan seperti di atas, kebutuhan pengembangan teori

    komunikasi yang bersifat kedaerahan yang merupakan cermin dari masing-

    masing lokasi negara yang bersangkutan menjadi keharusan. Wimal Dissayanake

    (2003: 18) menggarisbawahi dengan mengatakan there is a real need to expand

    the field by studying communication from various non western viewpoints.

    Munculnya perspektif indigenous akan memperluas bidang kajian komunikasi

    sekaligus menggali pandangan baru (new insight) dari berbagai budaya yang

    memungkinkan untuk dibandingkan sekaligus dicari konsep konsep baru darinya.

    Kincaid seperti yang dikutip Sathoshi Ishii (2009: 49) juga menyetujui bahwa a

    look at communication theory from different cultural perspective will contribute

    greatly to the future development of the field.

    Semangat untuk mengembangkan teori komunikasi yang memiliki

    karakteristik kedirian Indonesia yang relevan dengan lingkup persoalan yang

    terjadi di Indonesia tidaklah mudah untuk dilakukan dalam sesaat karena kita

    belum memiliki atau menyetujui apa itu teori komunikasi perspektif Indonesia.

  • 6

    Meminjam konsep yang sudah terbentuk tentang Asian Communication Theory ,

    dapat dikembangkan konsep turunannya menjadi teori komunikasi Indonesia.

    Yoshitaka Miike (2002: 2) melihat teori komunikasi Asia itu sebagai: a

    theoretical system or a school of though in communication where concepts,

    postulates and resources are rooted in, or derived from the cumulative wisdom of

    diverse Asian cultural traditions. Sedangkan Littlejohn (2009:47) melihatnya

    sebagai the body of literature covering concepts and theories derived from

    rereading of Asian classical treatises, non-Eurocentric comparisons, East-West

    theoretical syhthese, explorations into Asian Cultural concepts, and critical

    reflections on Western Theory. Terdapat penekanan yang saling mengisi antara

    dua definisi ini. Pertama, Miike menjelaskan untuk teori komunikasi dengan

    perspektif Asia harus berakar pada kearifan lokal budaya-budaya setempat dan

    Littlejohn secara berani mengatakan bahwa teori ini juga dapat merupakan kritik

    terhadap teori-teori yang dikembangkan di Barat.

    Dengan demikian Teori Komunikasi Indonesia (TKI) dapat didefinisikan

    sebagai sistem teori tentang komunikasi dimana konsep-konsep, postulat dan

    semua sumber-sumber yang terkait didalamnya berakar dan berasal dari kearifan-

    lokal budaya Indonesia dan sekaligus mengkritisi teori komunikasi barat.

    Dalam proses pengembangan Teori Komunikasi Indonesia kita dapat

    belajar dari negara-negara di Asia yang sudah cukup lama mengembangkan teori

    komunikasi dengan kedirian mereka. India, China dan Jepang adalah tiga negara

    utama yang telah mengembangkan ciri teori komunikasi mereka. Di India

    misalnya, studi Mani Adhikary (2009) tentang Sadharanikaran Model of

    Communication coba memperlihatkan praktek-praktek komunikasi dalam budaya

    India. Kata sadharanikaran berasal dari bahasa Sansekerta yang diterjemahkan

    sebagai presentasi secara umum, penyederhanaan atau juga universalisasi. Ketika

    seorang komunikator dan komunikan mencapai proses shadaranikaran, mereka

    memperoleh sahridayata (kesamaan orientasi) dan menjadi sahridayas (mencapai

    kesamaan). Dengan cara yang kurang lebih hampir sama, ilmuwan komunikasi di

    India dapat menghasilkan Hindu Communication Theory, Rasa Communication

    Theory dan lain-lain.

  • 7

    Sementara di China, misalnya, studi Guo Ming Chen (2001) tentang

    Chinese Harmony Theory memperlihatkan bahwa kemampuan seseorang untuk

    mencapai harmoni akan meningkatkan derajat kompetensi seseorang dalam

    berkomunikasi. Di Jepang Miike (2003) mengembangkan konsep Amae dalam

    budaya Jepang sebagai bagian penting dari human communication. Amae

    dimakna sebagai orientasi empati secara non verbal, ambiguitas ataupun keraguan

    seseorang untuk mengekspresikan dirinya. Amae ini akan menekan komunikasi

    secara verbal. Untuk itu perlu mengaktifkan apa yang disebut enryo dan sasshi.

    Dari ketiga negara yang telah mengembangkan konsep teori komunikasi

    masing-masing dengan ciri kedirian mereka, terdapat persamaan mendasar dalam

    pengembangannya yaitu penggunaan perspektif budaya sebagai bidang kajian

    utama. Budaya bagi masyarakat Asia menurut Kirpal (dalam Usha Vyasulu Reddi

    1985: 2) adalah the totality of the way of life; an overall pattern of existence,

    comprehending the living traditions of the past, the meaningfull life of present,

    and the cherished aspiration of the future. Budaya adalah sumber segalanya

    dalam memperlihatkan eksistensi suatu masyarakat. Pendekatan ini juga disebut

    pendekatan emic dimana teori disusun berdasarkan suatu budaya khusus, dimana

    penerapannya berlaku khusus pula bagi masyarakat yang terlibat.

    Leonard L Chu (1985: 3) memperlihatkan bahwa di Cina teori komunikasi

    interpersonal merupakan teori-teori yang paling banyak terikat dengan budaya.

    Kuatnya kajian berperspektif budaya, terutama terlihat dari budaya Khonghucu

    (Confucinanist culture). Dalam budaya Cina otoritas dan harmonisasi sangat

    dihargai dalam masyarakat, sehingga dalam praktek komunikasi sehari-hari setiap

    individu harus menjaga dan memperhitungkan apa yang diucapkan.

    Belajar dari keberhasilan India, Cina dan Jepang yang telah

    mengembangkan teori komunikasi bercirikan masing masing negara serta dengan

    pendekatan atau perspektif budaya, maka untuk Indonesiapun pendekatan budaya

    dapat dijadikan ciri utama pula. Kita sudah memiliki konsep budaya Indonesia.

    Pasal 32 UUD 1945 mengatakan kebudayaan bangsa Indonesia adalah puncak-

    puncak kebudayaan yang ada di daerah-daerah. Artinya melalui pengembangan

    budaya lokal yang ada didaerah masing masing kita dapat membentuk budaya

  • 8

    Indonesia. Kita memiliki kekayaan budaya dari Sabang sampai Merauke yang dari

    aspek praktek komunikasinya akan menghasilkan ciri khas mencerminkan

    Indonesia.

    Bidang kajian fenomena komunikasi yang dapat digali dari setiap budaya

    beragam bentuk dan sumbernya. Wimal Dissayake (2003: 19-20) memperlihatkan

    antara lain (1) teks teks klasik yang berisi konsep-konsep komunikasi yang sangat

    bersifat adiluhung/berharga (2) Konsep-konsep menarik dan khusus yang

    tersimpan dalam tradisi-tradisi klasik/kuno ataupun yang modern. (3) keseluruhan

    ritual-ritual budaya, performance seperti cerita rakyat, lagu-lagu daerah, upacara

    adat dll. (4) komunikasi sehari hari dalam masyarakat yang mencerminkan

    keaneragaman budaya pembentuknya. Sementara itu Miike Y.(2003: 46) dari

    Jepang memberikan pengertian dimensi isi budaya bidang kajian teori

    komunikasi adalah (1) concepts in Japanese everyday language (2) principles

    from jJpanese religious-philosofical traditions, and (3) struggles in Japanese

    historical Experience.

    Untuk Indonesia bidang-bidang kajian budaya yang dapat memunculkan

    teori komunikasi yang memiliki ciri khas ke Indonesiaannya menurut Engkus

    Kuswarno (2011) dapat dilakukan dengan cara-cara: (1) menelaah filsafat,

    linguistik, puisi dan sebagainya untuk dapat melihat prinsip-prinsip yang dapat

    dijadikan postulat dalam komunikasi (2) menelaah berbagai ritual, drama

    tradisional dan sebagainya yang diwariskan turun temurun dan berkaitan dengan

    simbol-simbol komunikasi budaya spesifik yang unik, dan (3) menggali

    karakteristik perilaku komunikatif dalam perbedaan masyarakat melalui sudut

    pandang antar budaya dengan tujuan untuk menemukan seperangkat prinsip atau

    aksioma tentang perilaku komunikasi.

    Permasalahan lain yang juga perlu diperhatikan dalam pengembangan

    Teori Komunikasi Indonesia ini adalah aspek teoritis dan metodologisnya.

    Pertanyaan mendasar yang harus dipecahkan adalah terkait masalah generalisasi

    teori. West dan Turner (2007: 49) membagi generalisasi teori dalam 3 kelompok

    besar; grand theories, mid-range theories dan narrow (or very specific) theories.

    Grand theories dalam kajian komunikasi memperlihatkan perilaku individu dalam

  • 9

    komunikasi adalah bersifat kebenaran mutlak. Teori-teori komunikasi yang

    bersifat grand memiliki kemampuan untuk menyatukan seluruh pengetahuan

    tentang komunikasi kedalam suatu kerangka teoritik yang integrated. Craig (1999)

    terkait dengan teori komunikasi berani mengatakan there is no grand theories of

    communication exist. Hal ini dijelaskan oleh West dan Turner (ibid) karena too

    many intances where communication differs from group to group or when

    communication behavior is modified by changes in context or time to create a

    grand theory. Jadi dapat dikatakan bahwa teory komunikasi itu bukanlah teori

    yang bersifat grand theory karena perilaku komunikasi itu sangat bersifat

    kontekstual tergantung pada ruang dan waktu sulit untuk dilihat universalitasnya.

    Yang paling memungkin untuk dikembangkan dalam teori komunikasi

    Indonesia adalah Mid-range theories, teori yang coba menjelaskan tingkah laku

    (behavior) dari kelompok tertentu dibandingkan dengan melihatnya pada

    perseorangan. Kelompok teori ini coba menjelaskan perilaku individu-individu

    dalam suatu rentang waktu atau kontekstual. Sebagian besar teori teori

    komunikasi yang sudah dikembangkan adalah merupakan bentuk mid-range

    theories ini. Setiap teori biasanya memiliki aspek tertentu yang fokus pada

    perilaku komunikasi. Selain itu teori komunikasi juga mencerminkan apa yang

    disebut sebagai a narrow theory, teori-teori yang hanya menaruh perhatian pada

    sekelompok orang dalam situasi tertentu.

    Bagian akhir dari pengembangan teori komunikasi Indonesia ini adalah

    melihat tantangan kedepan dalam prosesnya. Sulitnya keluar dari pemikiran

    teoritik barat dalam membangun dan mengembangkan teori berperspektif

    keIndonesia dapat dilakukan dengan tiga tahapan (Prahastiwi Utari, 2012), yaitu

    (1) mengadaptasi parameter-parameter teori komunikasi barat pada berbagai

    kondisi dan situasi lokal di Indonesia. (2) memodifikasi bagian bagian yang ada

    dalam teori barat dengan melihat pada kondisi kekhususan di Indonesia, merubah

    teori jika dirasakan tidak pas dengan kondisi/situasi yang ada di Indonesia, serta

    (3) Memunculkan dengan menggali teori teori baru komunikasi yang benar-benar

    menjadi ciri khas Indonesia.

  • 10

    Secara operasional dalam tahap awal pengembangan teori komunikasi

    Indonesia dapat dilakukan antara lain seperti yang diungkap Sasa Djuarsa Senjaya

    (Kompas, 9 November 2011) yaitu melakukan sintesa terhadap hasil skripsi,

    thesis ataupun disertasi kajian Ilmu Komunikasi yang ada di Indonesia untuk

    dapat melakukan identifikasi dan menghasilkan konsep, model tentang teori dari

    persepktif kedaerahan yang ada di Indonesia. Sementara Mario Antonius Birowo

    (2011) optimis pengembangan teori komunikasi Indonesia dapat dilakukan

    melalui cara-cara: (1) mengaktifkan penelitian-penelitian yang berbasis pada

    masyarakat Indonesia, dengan memasukan dan menggali konsep-konsep kekayaan

    budaya Indonesia(2) memperbanyak publikasi dari hasil penelitian ataupun tulisan

    tulisan tentang fenomena komunikasi di Indonesia (3) menggiatkan upaya untuk

    tampil atau mempresentasikan pemikiran tentang teori Komunikasi Indonesia

    dalam forum akademis ditingkat nasional maupun internasional (4) mendorong

    penterjemahan artikel-artikel yang berkualitas dari para ilmuwan komunikasi

    Indonesia dalam bahas Inggris atau bahasa internasional lainnya (5)

    mempermudah akses masyarakat Internasional untuk mengakses hasil-hasil

    penelitian Ilmuwan Komunikasi Indonesia.

    Dari berbagai theoretical framework di atas permasalahan penelitian

    dalam riset ini adalah (1) Bagaimana konsep-konsep teori komunikasi dengan ciri

    khas ke Indonesiaan terbentuk? (2) Perspektif budaya apa saja yang dapat

    mendeskripsikan konsep-konsepl teori komunikasi berperspektif keIndonesiaan?

    (3) Bagaimana peluang dan tantangan pengembangan teori komunikasi Indonesia

    ini?

    Metode Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian

    yang dilihat Bungin (2007) sebagai cara untuk mendiskripsikan kondisi, proses,

    hubungan mengenai hal-hal pokok yang dicari atau ditemukan dalam subyek

    penelitian, dan selanjutnya berupaya menariknya sebagai suatu ciri, karakteristik,

    sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi atau fenomena tertentu.

    Pemilihan desain penelitian secara diskriptif kualitatif dianggap memiliki

  • 11

    ketepatan strategi karena hasil yang diinginkan adalah suatu penelitian dasar

    (basic research) yang bertujuan memahami suatu fenomena teori komunikasi

    berperspektif Indonesia yang mengarah lebih pada manfaat teoritiknya dibanding

    manfaat praktis. Adapun tehnik pengumpulan data dilakukan melalui dua cara,

    yaitu melaui Focus Group Discussion atau FGD dan Wawancara mendalam (In-

    depth Interview).

    FGD dalam penelitian ini dilakukan terhadap 2 kelompok, kelompok

    pertama dosen Ilmu Komunikasi Fisip UNS dan kelompok kedua para dosen yang

    tergabung dalam keanggotaan ASPIKOM yang ada di kota Solo. Untuk

    memperkuat data dilakukan juga wawancara narasumber yang dianggap memiliki

    kompetensi terkait masalah penelitian.

    Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Penyajian hasil penelitian ini dimulai dengan pengalaman para narasumber

    dalam menggunakan teori komunikasi, kemudian kebutuhan akan pengembangan

    konsep-konsep teori komunikasi Indonesia, dilanjutkan penentuan pembentukan

    konsep-konsep teori, perspektif budaya dalam pengembangnya dan diakhiri

    dengan tantangan dalam proses pengembangannya.

    Pengalaman menggunakan teori komunikasi memiliki beragam pernyataan

    yang mencerminkan permasalahan yang dihadapi terkait penggunaan teori-teori

    komunikasi yang digunakan. Pengalaman sebagian besar dosen yang

    menggunakan teori komunikasi dalam kepentingan pribadi maupun ketika dalam

    pembimbingan skripsi mahasiswa menyatakan mereka tidak menemui kesulitan

    apapun dalam menggunakan teori komunikasi. Apapun fenomena komunikasi

    menurut para nasumber dapat menggunakan teori komunikasi yang telah ada.

    Tidak adanya kesulitan dalam menggunakan teori komunikasi menurut

    narasumber karena sifat teori yang berlaku universal, didukung dengan kenyataan

    bahwa teori yang mereka pelajari sudah diyakini (taken for granted) memang

    dapat digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena komunikasi, selain juga

    untuk meramalkan fenomena yang mungkin dapat terjadi.

  • 12

    Tetapi di sisi lain pengalaman menggunakan teori komunikasi model barat

    juga memperlihatkan kadang teori yang ada tidak dapat menjelaskan fenomena

    komunikasi yang diamati. Menurut para narasumber ada perbedaan besar dalam

    pemahaman budaya. Teori komunikasi yang dipelajari dibuat dengan setting

    pemikiran barat yang memang mereka pahami berbeda dengan budaya Indonesia.

    Di samping itu kontekstualitas teori dalam ruang dan waktu kadang

    menyebabkan suatu fenomena komunikasi itu tidak dapat dipahami dengan

    menggunakan teori komunikasi yang sudah ada

    Contoh suatu teori komunikasi tidak dapat diterapkan untuk beberapa

    fenomena komunikasi di Indonesia misalnya: menurut Teori komunikasi Barat

    pendekatan dalam memahami komunikasi bersifat fungsional dan memiliki tujuan

    tertentu yang ingin dicapai. Di Indonesia komunikasi kadang tidak punya tujuan,

    bahkan konflik yang tidak terselesaikan pun dianggap sebagai telah

    berkomunikasi. Pada orang Jawa, misalnya, seorang komunikator memproduksi

    pesan yang ingin disampaikan dengan konsep sing penting aku wis omong ,

    tidak memperdulikan apakah komunikan paham atau tidak akan pesan yang

    disampaikan, apakah merubah sikap atau tidak, yang terpenting dia sudah bicara.

    Di dalam pengalaman mengajar ataupun membimbing mahasiswa ditemui

    juga kenyataan kadang seorang dosen atau pembimbing terlalu memaksakan

    sesuah teori untuk dapat digunakan. Atau sebaliknya seorang mahasiswa akan

    dengan mudahnya menggunakan sebuah teori yang kadang sesungguhnya tidak

    tepat dalam melihat suatu fenomena komunikasi. Alih-alih keterbatasan teori

    sesungguhnya hanya untuk keinginan memaksakan sebuah teori itu dapat

    digunakan untuk sebuah fenomena komunikasi. Keterbatasan dalam

    menggunakan sebuah teori sehingga muncul kesan memaksakan, sedikit banyak

    sesungguhnya adalah keterbatasan dari para pengguna sendiri dalam menggali

    sumber-sumber yang ada. Belum banyak muncul keberanian dari para pengguna

    ini ketika merasa suatu teori itu tidak dapat digunakan untuk suatu fenomena

    untuk mencari sumber-sumber lain sebagai sebuah alternatif penggalian teori.

    Dalam pengalaman mengajar, melakukan penelitian ataupun membimbing

    skripsi mahasiswa, sebagian terbesar dari user teori komunikasi masih berada

  • 13

    dalam kesadaran menggunakan teori komunikasi sebatas pada tingkatan menguji

    keberadaan teori komunikasi yang sudah ada saja. Menguji apakah suatu teori ini

    dapat digunakan dalam arti cocok dengan fenomena yang diamati atau sebaliknya

    teori yang ada tidak cocok dengan kondisi yang diamati. Masih terbatas hasil hasil

    kajian yang menggali atau menunjukkan bahwa teori-teori yang sudah ada

    tersebut tidak dapat atau tidak cocok untuk mengamati suatu fenomena. Kata

    kunci terpenting dalam konteks menggali ini adalah berani mencari yang lain

    dari yang sudah ada.

    Bagian utama dari penelitian ini adalah mendiskripsikan apakah teori

    Komunikasi berperspektif Indonesia tersebut sesungguhnya dibutuhkan? Dalam

    konstelasi bagaimana jika memang TKI ini merupakan suatu kebutuhan. Hasil

    FGD yang dilakukan memberikan catatan diskusi intens terjadi dengan masing-

    masing peserta memiliki argumentasi yang tajam untuk memperlihatkan

    dibutuhkan atau tidak suatu teori komunikasi berperspektif ke Indonesiaan itu.

    Secara keseluruhan narasumber menyadari kebutuhan untuk

    mengembangkan pemikiran teoritik Komunikasi dengan kedirian Indonesia. Dasar

    utama yang perlu diperhatikan adalah apa yang akan dikembangkan ini bukan

    merupakan sesuatu yang asal melihat perkembangan trend yang ada saja, melihat

    ditempat lain dikembangkan kemudian kitapun ingin ikut-ikutan

    mengembangkan. Kebutuhan untuk itu harus benar benar berangkat dari berbagai

    kondisi yang memang mengarahkan untuk mengembangkan pemikiran itu.

    Poin lain yang juga dijadikan dasar berpikir untuk pengembangan Teori

    Komunikasi ke Indonesiaan ini adalah keberlangsungan proses terjadi secara

    alami sesuai dengan perkembangan peningkatan jumlah Ilwuwan Komunikasi dan

    ketertarikan mereka untuk mendalami fenomena komunikasi yang khas terjadi di

    Indonesia. Pengembangan teori ini sangat dimungkinkan melalui pengembangan

    penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan komunikasi sendiri.

    Pemilihan topik topik yang diarahkan dengan permasalahan yang khas Indonesia

    dan dengan cara pembahasan yang disesuaikan pula dengan lokal wisdom yang

    ada di Indonesia akan mempercepat pertumbuhan teori komunikasi yang

    dimaksud.

  • 14

    Di sisi lain dasar pengembangan teori komunikasi Indonesia diharapkan

    dapat memberi domino effect bagi pengembangan kajian bidang bidang lain

    yang terkait dengan Ilmu Komunikasi seperti bidang Public Relations, Advertising

    maupun kajian Broadcast, artinya teori yang muncul tidak hanya melulu bersifat

    umum komunikasi tapi dapat memunculkan yang lebih spesifik pada bidang

    bidang tertetu yang terkait komunikasi.

    Poin lain yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah perdebatan yang

    cukup intens untuk meletakkan apakah suatu teori komunikasi yang bicara tentang

    kedirian Indonesia itu merupakan suatu grand theory ataukah hanya spesifik

    theory. Sebagian narasumber meyakini bahwa teori komunikasi telah berada

    dalam tataran grand theory, teori komunikasi Barat sudah diterima sebagian besar

    dari ilmuwan komunikasi di dunia sebagai sesuatu yang taken for granted

    sehingga menjadi sulit untuk merubahnya menjadi teori yang dapat dikatakan

    baru. Tetapi ada juga keyakinan diantara para user teori komunikasi ini

    kemungkinan untuk mengembangkan Teori komunikasi yang memiliki ciri

    kedirian Indonesia, hanya saja menjadi permasalahan kemudian manakala apakah

    memungkinkan untuk mencari bentuk universalnya dari teori-teori yang akan

    dikembangkan tersebut.

    Perdebatan tentang apakah Teori Komunikasi Indonesia ini merupakan

    suatu grand theory ataukah bukan, bagi peneliti haruslah diperjelas. Sesuai

    dengan alur pemikiran yang diungkap oleh Craig (1999) bahwa there is no grand

    theories of commuication exist. Hal ini terbentuk karena fenomena komunikasi itu

    akan berbeda dari satu kelompok ke kelompok lainnya, perilaku komunikasi dapat

    berubah sesuai dengan konteks dan waktu. West and Turner (2007) juga

    mengakui bahwa teori komunikasi itu bukanlah teori yang bersifat grand theory

    karena perilaku komunikasi itu sangat bersifat konstekstual tergantung pada ruang

    dan waktu.

    Mendalami pemahaman ini peneliti memberikan penekanan bahwa teori

    komunikasi Indonesia yang dikembangkan adalah teori yang lebih banyak

    bermain pada level mid-range theory maupun narrow theory . Mid range theory

    dalam pengertian bahwa teori yang ada coba menjelaskan perilaku individu dalam

  • 15

    dalam suatu rentang waktu tertentu atau bersifat konstekstual. Sisi lain bahkan

    teori komunikasi itu bersifat narrow theory dimana teori hanya menaruh perhatian

    pada sekelompok perilaku komunikasi tertentu pada sekelompok orang dalam

    situasi tertentu.

    Ketika peneliti menjelaskan konsep yang ingin digali melalui penelitian ini

    adalah pengembangan suatu teori komunikasi dalam tataran mid-range atau

    bahkan narrow theori dengan penekanan yang lebih spesifik pada fenomena

    komunikasi yang memiliki lokal wisdom yang ada di Indonesia, beberapa dari

    narasumber kemudian menjadi bergeser pendapatnya menjadi sesuatu yang

    menurut peneliti memiliki nilai nilai positif dalam arti mendukung pemikiran

    tentang pengembangan teori komunikasi Indonesia ini.

    Pemikiran tentang pengembangan teori komunikasi Indonesia menjadi

    semakin positif diantara user teori komunikasi terutama berdasarkan pada

    pengalaman mereka sehari hari dalam penggunaan teori. Kadang memang ada

    teori yang notabene pemikiran dan diproduksi di Barat itu sulit untuk diterapkan

    dalam fenomena-fenomena komunikasi yang bercirikan khusus Indonesia.

    Disamping mendukung terhadap pengembangan Teori Komunikasi

    Indonesia, beberapa narasumber memberikan penekanan bahwa pengembangan

    tidak hanya mencakup teoritik yang memiliki kekhususan Indonesia atau berasal

    dari fenomena komunikasi di Indonesia saja, tetapi juga diharapkan dapat

    menjelaskan aspek aspek komunikasi yang masih jarang dibicarakan oleh

    ilmuwan komunikasi di Indonesia. Hal ini dianggap menjadi pencirian lain yang

    dapat dijelaskan lewat Teori Komunikasi Indonesia.

    Studi literatur yang memperlihatkan pertumbuhan teori komunikasi di

    negara-negara Asia yang menyatu dalam benang merah Teori Komunikasi Asia

    bagi beberapa narasumber menimbulkan keyakinan bahwa sesungguhnya

    ilmuwan komunikasi di Indonesia juga sudah memiliki apa yang ada dan

    dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan lain seperti di India, Jepang ataupun Cina.

    Hanya saja dengan istilah yang berbeda atau belum tumbuhnya kesadaran kearah

    itu.

  • 16

    Narasumber lain meyakini bahwa konsep teori komunikasi Indonesia itu

    dapat dikembangkan. Cara yang ditawarkan adalah dengan menggunakan logika

    berpikir induktif yaitu berangkat dari fenomena khusus yang ada dimasing-masing

    daerah di Indonesia kemudian dapat dijadikan sebagai sesuatu yang menjadi

    keumuman untuk digunakan di Indonesia.

    Di sisi lain para pengguna teori komunikasi ini juga mengkritisi tentang

    pengembangan konsep teori komunikasi Indonesia. Menunjuk suatu konsep bagi

    sebagian narasumber juga dapat menimbulkan konsekuensi sendiri. Jika sudah

    mendefinisikan teori komunikasi penciri khususnya ada, maka menentukan

    penciri itu sudah merupakan permasalahan tersendiri. Belum lagi jika akan

    membandingkan dengan teori di luar Indonesia, akan semakin memperumit dalam

    merumuskannya. Jadi kemajemukan dalam menginterpretasi Indonesia

    merupakan salah satu hal yang dianggap oleh para user teori komunikasi sebagai

    masalah dalam mendefinisikan konsep tentang Teori Komunikasi Indonesia.

    Belajar dari negara-negara yang telah mengembangkan teori komunikasi

    dengan konsep kedirian mereka sendiri-sendiri seperti India, China dan Jepang

    dapat dilihat bahwa akar dari perspektif teori yang dikembangkan di sana adalah

    melalui perpespektif budaya. Untuk Indonesia, narasumber juga setuju

    menyatakan bahwa pendekatan budaya menjadi jalan utama dalam membentuk

    teori komunikasi yang memiliki ciri kedirian Indonesia. Tetapi ada juga

    narasumber yang menggarisbawahi bahwa untuk kajian-kajian komunikasi yang

    masih termasuk baru seperti marketing communication, strategic communication

    dan lain lain akan sulit menngembangkan yang khas Indonesia. Hal ini mengingat

    perkembangan yang cepat dalam teori itu sendiri untuk beberapa hal yang

    dianggap sebagai fenomena baru dan masih sedikit untuk dapat digali dari

    khasanah budaya Indonesia maka mau tidak mau masih akan tergantung pada

    teori dari barat.

    Wacana teori komunikasi Indonesia dapat dimunculkan melalui

    pendekatan budaya, memunculkan antitesa yang mempertanyakan ketika bicara

    soal budaya, budaya apa yang dimaksud dengan budaya Indonesia itu. Secara

    normatif gambaran budaya Indonesia itu memang sudah dimasukkan dalam

  • 17

    Undang Undang Dasar 1945 pasal 32 yang mengatakan bahwa kebudayaan

    bangsa Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah. Sangat sulit

    menentukan mana yang dikatakan budaya nasional Indonesia. Konflik antar

    budaya mengemuka sebagai salah satu hambatan yang mungkin akan ada

    didalam pengembangan teori komunikasi. Setiap budaya memiliki norma-norma,

    tatanan nilai bahkan aturan-aturan tertentu dalam masing-masing budaya yang

    akan mengikat dan membedakan satu dengan yang lain dalam berkomunikasi.

    Hal-hal semacam ini kadang tidak terwadahi dalam proses komunikasi.

    Jika keinginan untuk mengembangkan konsep teori komunikasi Indonesia

    terkendala dengan permasalahan konsep tentang budaya Indonesia itu sendiri

    maka hasil dari penelitian ini memperlihatkan ada keinginan dari para user untuk

    menggunakan pendekatan budaya lokal masing-masing dalam pengembangannya.

    Dari budaya lokal ini barulah pada saatnya nanti akan dapat ditemukan

    karakteristik yang dinamakan sebagai budaya Indonesia. Pengembangan secara

    teritorial dianggap dapat merangsang menumbuhkan konsep dalam skala yang

    lebih besar yaitu Indonesia.

    Pengembangan budaya lokal terlebih dahulu diyakini akan memberikan

    domino effect bagi budaya lain untuk melakukan hal yang sama sehingga pada

    suatu saat akan muncul titik-titik persamaan dari masing-masing budaya ini yang

    dapat dikatakan sebagai budaya Indonesia.

    Setelah menemukan bahwa pendekatan budaya merupakan jalan yang

    paling memungkinkan untuk dapat menjelaskan konsep teori Komunikasi

    Indonesia, permasalahan yang muncul berikutnya sebagai suatu bentuk

    konsekuensi adalah apa yang akan digali dari budaya tersebut untuk dapat

    diangkat konsep-konsep ataupun model-modelnya. Muncul kesamaan yang dapat

    digali melalui kajian budaya untuk beberapa narasumber yang ada dalam

    penelitian antara lain mitologi Jawa dalam film, sementara yang lain ingin

    membahas Serat Centini sebagai teks kuno yang penuh dengan nilai-nilai budaya

    Jawa, atau juga bagaimana kompetensi seorang dalang sebagai komunikator

    dalam dalam memainkan wayang. Semua menjadi sangat menarik karena akan

  • 18

    menghasilkan konsep-konsep komunikasi yang bercirikan khas Indonesia

    walaupun dimulai dalam budaya Jawa.

    Bagian akhir dari pembahasan hasil penelitian ini memperlihatkan perlu

    diperhatikan hal-hal yang menyangkut kesinambungan kegiatan. Kemauan dari

    semua pihak yang terkait dengan pengembangan keilmuan Komunikasi sendiri.

    Sebagaimana diawal kajian yang sudah menggarisbawahi bahwa keinginan untuk

    menggali local indigineous theory ini bukan berangkat dari tren, rasa latah, ikut-

    ikutan karena tempat lain mengembangkan, tetapi benar-benar berangkat dari

    kebutuhan. Kebutuhan yang disadari karena memang muncul konsep-konsep yang

    ada dalam fenomena komunikasi di Indonesia yang tidak terwadahi dalam teori-

    teori komunikasi yang diproduksi ilmuwan barat. Juga dibutuhkan legitimasi atau

    pengesahan bahwa teori komunikasi Indonesia ini ada dan dapat dikembangkan.

    Wahana untuk membangun itu diperlukan bentukan yang sistimatis, mendasar dan

    berdaya guna untuk mendapat hasil yang optimal. Dan ini bearti membangun

    sistim dari bawah.

    Thesa dan antithesa yang dicermati oleh user teori tentang konsep teori

    komunikasi Indonesia ini melahirkan suatu sintesa untuk melakukan apa yang

    disebut mereka sebagai pengembangan konsep methateori. Dapat dilakukan secara

    umum dengan mengadaptasi teori yang sudah ada dalam fenomena Indonesia

    kemudian menyesuaikannya dengan fenomena yang ada. Dan pada akhirnya

    mngembangkannya secara utuh. Poin penting lain yang juga dapat dideskripsikan

    dalam pengembangan teori ini adalah konsep metha theori, dalam pengertian

    memunculkan teori-teori yang baru ini berdasarkan konsep-konsep yang sudah

    ada.

    Kunci pengembangan teori komunikasi Indonesia menurut narasumber

    terletak dalam dua hal besar yang harus dilakukan dan diperhatikan. Pertama,

    penelitian yang dikembangkan harus menangkap fenomena spesifik komunikasi di

    Indonesia dengan pendekatan local wisdom di masing-masing daerah dan

    mengetengahkan penelitiannya dalam konsep budaya lokal ditiap daerah.Pada

    tataran operasionalnya menurut narasumber banyak penelitian yang bercirikan

    khas Indonesia yang menarik dan tersosialisasikan dengan luas, hanya saja kajian

  • 19

    yang dilakukan oleh banyak peneliti ini bukan atau belum kajian yang spesifik

    pada kajian komunikasi sehingga yang terlihat seolah belum ada kajian yang

    menarik tentang Indonesia.

    Permasalahan lain yang juga mengemuka adalah banyak dari peneliti yang

    dalam kegiatannya terbatas hanya melakukan kegiatan penelitian. Belum banyak

    muncul kegiatan penunjang lainnya seperti penulisan dalam bentuk karya ilmiah,

    membicarakan dalam seminar ataupun menuliskannya dalam buku dan lain-lain.

    Yang paling sering muncul adalah penelitian itu menjadi hanya bersifat personal

    cukup disimpan dalam lemari dan akhirnya menjadi barang rongsokan.

    Kata kunci lain yang perlu diperhatikan adalah poin kedua dalam arti

    terkait diseminasi hasil penelitian. Keterbatasan dalam kemampuan untuk

    mendeminasikan hasil penelitian merupakan suatu kondisi yang tidak akan

    menguntungkan untuk pengembangan teori komunikasi Indonesia. Terkait dengan

    diseminasi, perlu diperhatikan kondisi di Indonesia yang selalu mengukur

    keberhasilan diseminasi berdasarkan konsep yang dapat dikuantifikasikan, terukur

    dengan ukuran yang kaku. Keberhasilan seseorang didalam menulis suatu hal di

    jurnal ilmiah tidak diukur dari materi yang ditulis tetapi lebih bergengsi melihat

    dimana jurnal itu diterbitkan, berapa banyak dicitasi. Menurut beberapa

    narasumber hal ini dapat dikatakan sebagai hegemoni pengetahuan.

    Kesimpulan

    Secara keselurah penelitian ini dapat mendeskripsikan apa dan bagaimana

    pengembangan teori komunikasi Indonesia dapat dikembangkan. Poin-poin

    kesimpulan yang didapat antara lain:

    Pengalaman penggunaan teori komunikasi di kalangan user

    memperlihatkan permasalahan yang memungkinkan pengembangan teori

    komunikasi berperspektif Indonesia. Ada teori-teori komunikasi yang tidak dapat

    menjelaskan atau mewadahi fenomena komunikasi di Indonesia. User teori juga

    sering memaksakan menggunakan teori komunikasi dalam melihat fenomena

    yang ada. Belum ada keberanian untuk menggali teori-teori alternatif yang ada di

    Indonesia.

  • 20

    Kebutuhan pengembangan teori dilakukan bukan karena latah dan ikut-

    ikutan, tetapi yang utama adalah karena memang ada teori-teori komunikasi yang

    tidak dapat menjelaskan atau mewadahi fernomena komunikasi di Indonesia.

    Pengembangan teori komunikasi Indonesia ini dapat dilakukan dengan

    pembentukan spesific dan narrow theory, tidak dalam pembentukan grand theory.

    Perspektif budaya merupakan jalan utama yang paling memungkinkan

    untuk pengembangan teori komunikasi Indonesia. Penentuan konsep budaya

    Indonesia yang memiliki sifat kemajemukan akan menjadi permasalahan

    tersendiri dalam persepektif budaya. Untuk itu dalam operasionalnya

    pengembangan teori komunikasi Indonesia ini dilakukan melalui pengembangan

    budaya lokal di masing-masing wilayah. Pada saatnya pertemuan puncak-puncak

    budaya lokal inilah yang nantinya dapat diikat sebagai budaya Indonesia. Semua

    hasil cipta dan karsa manusia dalam budaya dapat dijadikan bidang kajian teori

    komunikasi perspektif Indonesia.

    Peluang pengembangan Teori komunikasi Indonesia dapat menjadi penciri

    dalam ranah keIlmuan komunikasi. Peluang ini dapat dikembangkan melalui

    penelitian-penelitian dengan fenomena khas Inodesia tertutama fenomena budaya

    lokal. Diseminasi hasil penelitian dalam bentuk karya ilmiah yang dimuat di

    jurnal-jurnal nasional dan internasional serta mempresentasi dalam seminar,

    merupakan cara-cara yang dapat mempercepat perkembangannya.

    Daftar Pustaka Chang, H-C. (2001). Harmony as performance: The Turbulence under Chinese

    Interpersonal Communication. Chen, G.M. (2001). Toward transcultural understanding: a harmony theory of

    Chinese Communication, in V.H. Milhaouse, M.K. Asante, & R.Ma (ed), Transcultural realities: Interdisciplinary persepctive on cross cultural relations, Thousand Oak, California.

    Chu, GodwinC. (1985). In Search of Asian Perspective of Communication Theory, in AMIC Thammasat University Symposium on Mass Communication Theory: the Asian Perspective, Bangkok.

    Chu, Leonard L. (1985). Mass Communication Theory : the Chinese Perspective, in AMICThammasat University Symposium on Mass Communication Theory: the Asian Perspective, Bangkok.

    Craig, Robert T & Muller, Heidi L. (2007). Theorizing Communication Readings Across Traditions, Sage Publications, Los Angeles.

  • 21

    Dissanayake, Wimal. (2003). Asian Approach to Human Communication : Retrospect and Prospect, Intercultural Communication Studies, XII-4.

    Ishii, Sathosi. (2009). Conceptualising Asian Communication Ethics: a Buddist Perspective, Journal of Multicultural Discourses, Vol 4 No.1 March 2009.

    Kuswanto, Engkus. (2010). Menguak Tabir Ilmu Komunikasi dari Perspektif Timur, dalam Seminar Nasional Membedah Ilmu Komunikasi dari Persepktif Ke- Timur-an, Bengkulu, Aspikom.

    Littlejohn, Stephen W. (1996). Theories of Human Communication, Thomson- Wadsworth, Belmont, USA.

    Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen. (2008). Theories of Human Communication, Thomson-Wadsworth, Belmont, USA.

    Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen. (2009). Encyclopedia of Communication Theory, Sage Publication, Thousand Oak, California.

    Mani Adhikary, Nirmala. (2009). An Introduction to Sadharanikaran Model of Communication, Bodhi, 3 (1).

    Miike, Yoshitaka (2002), Theorizing Culture and Communication in The Asian Context: An Assumptive Foundation, Intercultures Communication Studies XI-1.

    Miike, Yoshitaka. (2003). Japanese Enryo-Sasshi Communication and the Psychology of Amae: Reconsideration and Reconceptulization, Keio Communication Review, 25.

    Miike, Yoshitaka. (2003). Toward an Alternative Metatheory of Human Communication: An Asiscentric Vision, Intercultural Communication Studies, XII-4. Rahardjo, Turnomo. (2009). Cetak Biru Teori Komunikasi dan Studi Komunikasi

    di Indonesia, makalah dalam Simposium Nasional: Arah Depan Pengembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia, Jakarta. ________________ (2012). Genealogi dan Taksonomi Ilmu Komunikasi, paper di presentasikan dalam Lokakarya Nasional Perumusan Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi Komunikasi, Kerjasama Prodi Ilmu Komunikasi UNS - ASPIKOM, Solo.

    Reddi, Usha Vyasulu. (1985). Communication Theory: Indian Perspective, in AMIC Thammasat University Symposium on Mass Communication Theory: the Asian Perspective, Bangkok.

    Utari, Prahastiwi. (2012). Make A Dream Comes True: Membumikan Teori Komunikasi Indonesia, paper di presentasikan dalam Konferensi Nasional Komunikasi Indonesia Meningkatkan Daya Saing Penelitian Komunikasi Indonesia di Kancah Global, Universitas Pelita Harapan, Jakarta

    Wang, Georgette & Kuo, Eddie C.Y, (2010). The Asian Communication Debate: Culture Spesific Cultural Generality and Beyond, Asian Journal of Communication Vol 20, no:2, June 2010.

    West, Richard & Turner, Lynn H. (2007). Introducing Communication Theory Analysis and Application, Mc Graw Hill, New York.