30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Stomatognasi Komponen sistem stomatognasi meliputi gigi-geligi beserta jaringan pendukungnya, otot, persyarafan maupun persendian antara maksila dan mandibula. Stomatognasi dalam praktek kedokteran gigi merupakan ilmu yang mempertimbangkan hubungan antara gigi geligi, rahang, persendian temporomandibula, kraniofasial dan oklusi gigi (Andriyani, 2001). Termasuk dalam fungsi stomatognasi adalah pengunyahan makanan, penelanan, pernafasan, dan berbicara. Masing-masing fungsi ini erat hubungannya dan kadang-kadang dua atau lebih fungsi ini dapat dilakukan secara bersama-sama. Fungsi stomatognasi yang akan dibahas di sini adalah pengunyahan dan penelanan makanan Selama proses pengunyahan, komponen-komponen yang terlibat adalah tulang, otot-otot, ligament dan gigi (Andriyani, 2001). 4

BAB II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blok VIII

Citation preview

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Stomatognasi

Komponen sistem stomatognasi meliputi gigi-geligi beserta jaringan

pendukungnya, otot, persyarafan maupun persendian antara maksila dan

mandibula. Stomatognasi dalam praktek kedokteran gigi merupakan ilmu yang

mempertimbangkan hubungan antara gigi geligi, rahang, persendian

temporomandibula, kraniofasial dan oklusi gigi (Andriyani, 2001).

Termasuk dalam fungsi stomatognasi adalah pengunyahan makanan,

penelanan, pernafasan, dan berbicara. Masing-masing fungsi ini erat hubungannya

dan kadang-kadang dua atau lebih fungsi ini dapat dilakukan secara bersama-

sama. Fungsi stomatognasi yang akan dibahas di sini adalah pengunyahan dan

penelanan makanan Selama proses pengunyahan, komponen-komponen yang

terlibat adalah tulang, otot-otot, ligament dan gigi (Andriyani, 2001).

Pada sistem stomatognasi, proses pengunyahan dan penelanan merupakan

suatu proses yang kompleks, melibatkan otot-otot, persendian temporomandibula,

gigi dan persyarafan. Koordinasi pergerakan mandibula dan gigi yang berfungsi

optimal, akan menghasilkan makanan yang berubah menjadi konsistensi relatif

halus yang disebut dengan bolus (Andriyani, 2001).

Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap bukal, tahap

faringeal dan tahap esophageal. Aktivitas otot penelanan dimulai dengan kerja

secara volunter dan akan berubah menjadi refleks involunter. Refleks lain yang

dapat terjadi pada aktivitas penelanan adalah batuk, muntah dan menghisap,

diakibatkan rangsangan-rangsangan sensorik (Andriyani, 2001).

4

Page 2: BAB II

2.2 Anatomi dan Fisiologi Pengunyahan

Pengunyahan adalah proses menghancurkan partikel makanan di dalam

mulut dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga

merubah ukuran dan konsistensi makanan yang akhirnya membentuk bolus yang

mudah untuk ditelan. Penghancuran makanan dilakukan oleh gigi geligi dangan

bantuan otot-otot pengunyahan dan pergerakan kondilus mandibula melalui

artikulasi temporo mandibula. Gerakan artikulasi temporomandibula adalah

gerakan kapitulum mandibula yang terjadi pada waktu mengunyah seperti gerakan

memajukan mandibula, gerakan memundurkan mandibula dan gerakan mandibula

kesamping kiri dan kanan (Andriyani, 2001).

Mengunyah terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap membuka mandibula,

tahap menutup mandibula dan tahap berkontaknya gigi antagonis satu sama lain

atau kontak gigi dengan bolus makanan, dimana setiap tahap mengunyah berakhir

0,5 sampai 1,2 detik (Andriyani, 2001).

2.2.1 Aktivitas Otot Pengunyahan

Otot-otot yang terutama bertanggung jawab untuk menggerakkan mandibula

selama proses pengunyahan adalah m.masseter, m.temporalis, m.pterygoideus

lateralis, m.pterygoideus medialis. Otot pengunyahan tambahan seperti muskulus

mylohyoideus, m.geniohyoideus, m.stylohyoideus, m.infrahyodeus, m.buccinator

dan labium oris (Evelyn, 1992).

Selama proses pengunyahan, otot yang aktif pada saat gerakan membuka

mandibula adalah muskulus pterygoideus lateralis. Pada saat bersamaan

m.temporalis, m.masseter dan m.pterygoideus medialis, sedangkan

5

Page 3: BAB II

m.pterygoideus lateralis dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup

perlahan, m.temporalis dan m.masseter juga berkontraksi membantu gigi geligi

saling berkontak pada oklusi normal. Sedangkan oleh penelitian elektromiografi

oleh Perry (1957) dan Harrizz (1957) melaporkan bahwa selama proses

pengunyahan m.temporalis mendahului m.masseter. Pada fenomena yang sama

dijumpai saat m.digastrikus menunjukkan aksi potensial ketika mandibula

bergerak dari posisi istirahat ke posisi oklusi, walaupun m.digastrikus tidak ikut

serta dalam mengangkat mandibula tetapi akan mempertahankan kontak gigi

geligi (Evelyn, 1992).

Lidah berperan penting selama proses pengunyahan, karena lidah berfungsi

membawa dan mempertahankan makanan diantara permukaan. Oklusi gigi-geligi,

membuang objek seperti biji, benda asing, fragmen tulang dan substansi yang

tidak enak rasanya, serta berfungsi untuk membawa massa makanan yang sudah

dikunyah kepalatum sebelum akhirnya ditelan. Lidah juga berperan penting dalam

mempertahankan kebersihan mulut, yaitu untuk menghilangkan debris makanan

pada gigiva, vestibulum dan dasar mulut (Andriyani, 2001).

2.2.2 Persendian Temporomandibula

Tulang adalah merupakan bagian tubuh yang sangat penting dan terdiri dari

bahan yang keras didalam tubuh. Walaupun demikian tulang adalah bersifat

plastis dan dapat bereaksi terhadap tekanan-tekanan yang diakibatkan oleh

beberapa fungsi, sehingga dapat dikatakan bahwa pada tulang terdapat hubungan

antara bentuk dan fungsi. Didalam tubuh manusia ada dua jenis tulang yaitu

tulang yang saling berhubungan erat satu dengan yang lainnya ada pula yang

6

Page 4: BAB II

tidak. Hubungan antara tulang ini diperlukan untuk melakukan berbagai gerakan

yang disebut sendi. Salah satu diantaranya adalah sendi temporomandibula yang

menghubungkan kapitulum mandibula dengan fossa artikulasi (Suryonegoro,

2010).

Selama gerakan mandibula, kondilus mandibula melakukan gerakan

memutar dan meluncur, hal ini mengakibatkan mandibula membuka dan menutup.

Perpindahan kondilus terjadi pada saat kondilus bergerak kebawah dan keatas

sepanjang eminensia artikularis dari tulang temporal (Suryonegoro, 2010).

Kondilus dan tulang temporal dipisahkan oleh rongga persendian dan

meniskus, dimana meniskus terdiri atas rongga bagian atas dan bawah

(Suryonegoro, 2010).

Kepala kondilus sewaktu terjadinya proses pengunyahan melakukan

gerakan ke arah lateral atau ke arah sisi kerja, gerakan ini disebut gerakan Bennet.

Pada saat mandibula bergerak, secara garis besar sendi temporo mandibula dibagi

menjadi dua kompartmen. Kompartmen bagian atas terletak diantara meniskus

dengan fossa mandibula, sedangkan kompartmen bawah berada diantara meniskus

dengan kondilus mandibula yang sumbu geraknya berjalan transversal melalui

kapitulum mandibula (Suryonegoro, 2010).

Pergerakan dari pembukaan mandibula diikuti oleh peluncuran dari

proccessus condilus dan meniscus ke depan dan kebelakang sepanjang tuberkulum

artikularis. Pergerakan dari penutupan mandibula diikuti tertariknya processus

kondilus dan meniscus ke atas dan kebawah sepanjang tuberkulum artikularis di

dalam fossa mandibula bersama dengan pergerakan serat. Pergerakan dari

memajukan mandibula terjadi karena tertariknya kondillus dan meniscus ke depan

7

Page 5: BAB II

sepanjang tuberkulum artikularis. Pergerakan dari memundurkan mandibula oleh

serat-serat posterior dari muskulus temporalis yang menarik kondilus dan

meniscus ke belakang dan ke atas sepanjang tuberkulum artikularis, muskulus

massetter mempertahankan kontak gigi geligi. Pergerakan mandibula ke samping

oleh aktivitas muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus

lateralis pada satu sisi, dimana prosessus kondilaris dan discus articularis akan

terdorong ke depan dank e eminensia artikularis (Suryonegoro, 2010).

2.2.3 Kontak Gigi Geligi

Oklusi adalah kontak gigi geligi yang diakibatkan oleh control

neuromuskuler terhadap sistem mastikasi (otot-otot, sendi temporomandibula dan

periodonsium). Dari sudut pandang fungsional, normal dan abnormalnya suatu

oklusi seseorang di tentukan dari caranya berfungsi dan dari efeknya terhadap

periodonsium, otot-otot dan sendi temporomandibula. Oklusi tidak ditentukan dari

susunan gigi geligi dalam rahang atau hubungan antara rahang atas dengan rahang

bawah (Andriyani, 2001).

Susunan gigi geligi yang lengkap pada oklusi sangat penting, karena

menghasilkan proses pencernaan makanan yang baik, dimana dengan

penghancuran makanan oleh gigi geligi sebelum penelanan akan membbantu

pemeliharaan kesehatan gigi yang baik. Oklusi yang baik dan penggantian gigi

yang hiilang dengan gigi tiruan, akan menjaga estetis dan kesehatan rongga mulut.

Larsen (1957) juga mengemukakan bahwa dengan mengunyah dan memberikan

latihan untuk otot-otot dalam mempertahankan fungsi dan kesehatan jaringan

periodontal (Andriyani, 2001).

8

Page 6: BAB II

Tonjol gigi pada arkus dentalis superior dan inferior terletak pada posisi

oklusi yang normal, dimana hal ini akan menghasilkan kontak yang maksimal

antara tonjol dan fossa serta interkuspidasi maksimal. Oklusi umumnya bervariasi

dari satu individu dengan individu lainnya, sehingga ada beberapa individu yang

benar-benar memiliki oklusi ideal. Oklusi ideal merupakan oklusi dimana terdapat

hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagital.

Selama proses pengunyahan gigi geligi cenderung kembali ke posisi istiraha,

dimana pada posisi ini semua otot yang mengontrol posisi mandibula berada

dalam keadaan istirahat, dan adanya celah antara gigi geligi atas dan bawah,

disebut free way space dan dalam upaya mencapai keadaan tersebut, gigi geligi

akan memberikan efek mekanis yang maksimal terhadap bahan makanan

(Andriyani, 2001).

Jankelson, Hoffman dan Hendron (1957) mengadakan penelitian mengenai

kontak gigi geligi selama pemotongan, proses pengunyahan dan pencernaan

makanan. Pada saat makanan yang berkonsentrasi keras dipotong, gigi insicivus

menutup dalam hubungna edge to edge tetapi tidak pada posisi kontak yang

sebenarnya. Mandibula bergerak ke depan sampai makanan berkontak dengan

gigi, sebagai tanda dimulainya proses pemotongan makanan, setelah itu

mandibula retrusi. Retrusi mandibula berhenti ketika resistensi terhadap

pemotongan makanan dijumpai. Pada saat gigi rahang bawah menekan makanan,

tegangan otot akan meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam bentuk

gerakan beraturan yang terus-menerus. Makanan yang telah dipotong oleh gigi

anterior kemudian dihancurkan atau digiling dengan gigi posterior. Dengan

9

Page 7: BAB II

demikian gigi incisivus berada dalam hubungan edge to edge selama pemotongan

makanan (Andriyani, 2001).

2.3 Proses Penelanan

Proses penelanan adalah aktivitas terkoordinasi yang melibatkan beberapa

macam otot-otot dalam mulut, otot palatum lunak, otot faring dan otot laring.

Aktivitas otot penelanan dimulai sebagai kerja volunter dan kemudian berubah

menjadi refleks involunter (Andriyani, 2001).

Hollinshead, Longmore (1985) menyatakan bahwa peristiwa menelan

adalah peristiwa yang terjadi setelah proses pengunyahan selesai didalam mulut,

kemudian mulut tertutup, lidah bagian ventral bergerak ke palatum sehingga

mendorong bolus ke arah isthmus faucium menuju faring untuk selanjutnya di

teruskan ke esophagus (Andriyani, 2001).

2.3.1 Aktivitas Otot Penelanan

Berkovitz (1995) dan William (1995) menyatakan bahwa otot-otot yang

berperan dalam proses penelanan adalah otot-otot didalam kavum oris proprium

yang bekerja secara volunteer, otot-otot faring dan laring bekerja secara

involunter. Kavum oris terbagi menjadi dua bagian yaitu vestibulum oris dan

kavum oris proprium. Vestibulum oris adalah ruang antara gigi-geligi dan batas

mukosa bagian dalam dari pipi dan labium oris. Sedangkan kavum oris proprium

merupakan ruang antara arkus dentalis superior dan inferior. Batas anterior dan

lateral kavum oris proprium adalah permukaan lingual gigi geligi dan prosesus

alveolaris (Andriyani, 2001).

10

Page 8: BAB II

1. Otot di dalam kavum oris proprium

Otot yang termasuk didalam kelompok ini adalah otot – otot lidah dan otot –

otot palatum lunak. Otot- otot lidah terdiri dari otot- otot instrinsik dan ekstrinsik.

Otot- otot intrinsic lidah merupakan otot yang membentuk lidah itu sendiri yaitu

muskulus longitudinalis lingua superfisialis, muskulus longitudinalis lingua

provunda, muskulus transfersus lingua dan muskulus vertikalis lingua. Otot

ekstrinsik lidah merupakan otot yang berada di bawah lidah yaitu muskulus

genioglossus untuk mengerakan bagian tengah lidah ke belakang dan muskulus

styloglossus yang menarik lidah keatas dan kebawah. Sedangan otot- otot palatum

lunak yaitu muskulus tensor dan muskulus levator veli palatini untuk mengangkat

faring dan muskulus palatoglossus yang menyebabkan terangkatnya uvula

(Evelyn, 1992).

2. Otot – otot faring

Terbagi menjadi 2 golongan yaitu otot- otot yang jalannya melingkar dan

otot- otot yang menbujur faring. Otot- otot melingkar terdiri atas muskulus

konstriktor faringis superior, muskulus konstriktror faringis media dan muskulus

konstriktor faringis inferior (Evelyn, 1992). Sedangkan otot- otot membujur faring

yaitu muskulus stilofaringeus. Faring tertarik kearah medial untuk saling

mendekat. Setelah itu lipatan- lipatan faring membentuk celah sagital yang akan

di lewati makanan menuju kedalam faring posterior celah ini melakukan kerja

selektif sehingga makanan yang telah di kunyah dapat lewat dengan mudah

(Evelyn, 1992).

3. Otot laring

11

Page 9: BAB II

Terbagi dua yaitu otot laring instrinsik dan otot laring ekstrinsik. Otot laring

ekstrinsik yaitu muskulus krikotiroideus, sedangan otot- otot laring intrinsic yaitu

muskulus tireoepiglottikus dan muskulus aritenoideus pada laring terdapat dua

sfingter yaitu aditus laringis dan rima glottidis. Aditus laringis berfungsi hanya

pada saat menelan. Ketika bolus makanan di pindahkan kebelakang diantara lidah

dan palatum lunak laring tertarik keatas. Aditus laringis di persempit oleh kerja

muskulus arytinoideus obliqus dan muskulus oroepiglottikus. Bolus makanan atau

cairan, kini masuk ke esophagus dengan mengelincir di atas epiglottis atau turun

lewat alur pada sisi aditus laringis rima glottidis berfungsi sebagai sfingter pada

saat batuk atau bersin tetapi yang terpenting adalah epiglottis membantu

mencegah makanan agar sejauh mungkin dari pita suara, dimana akan

mempengaruhi tegangan pita suara pada waktu bicara (Evelyn, 1992).

4. Otot Mastikasi

Otot – otot Membuka dan Menutup mulut (Joenarto, 2007):

1. Muskulus Maseter

Lapisan Superficial [lebih besar]

Origo : Processus zygomaticus ossis maxillae,2/3 ventral dari tepi caudal

arcus zygomaticus

Insersio : Tuberositas maseterica

Lapisan Profundus

Origo : 1/3 dorsal dari tepi caudal arcus zygomaticus,permukaan dalam

arcus zygomaticus

Insersio :1/2 cranial ramus mandibula dan processus muskularis

2. M. Pterigoideus lateralis

12

Page 10: BAB II

Caput Superior

Origo : Facies infratemporalis dan Crista infratemporalis ala magna ossis

sphenoidalis

Caput Inferior

Origo : Facies lateral lamina lateralis proc pterigoideus

Insersio : Sebagian capsula dan discus articularis proc articularis mandibula,

dan sebagian fovea pterygoideus dari colum mandibula

3. M. Pterigoideus medialis

Caput Superficial

Origo : Lamina lateralis proc pterigoideus facies medialis dan proc

pyramidalis ossis palatine

Caput Profundus [lebih besar]

Origo : Proc pyramidalis ossis palatini dan tuber maxilla

Insersio : Tuberositas pterygoidea pada bagian dalam angulus mandibula

4. M. Temporalis

Origo : Fossa temporalis, caudal dari linea temporalis inferior dan fascia

temporalis lapisan yang profundus

Insersio : Processus coronoideus dan tepi ventral ramus mandibula

5. M. Buccinator

Origo : proc alveolaris maxillaris et mandibularis dan raphe pterigoideus

Insersio : M. Orbicularis oris

6. M. Suprahyoid

- Geniohyoid

Origo : Spina mentalis mandibularis

13

Page 11: BAB II

Insersio : Corpus os hyoid

- Mylohyoid

Origo : Linea mylohyoidea

Insersio : Raphe mediana dan os hyoid

- Stylohyoid

Origo : Proc styloideus

Insersio : Os hyoid antara corpus dan cornu majus

- Digastricus

Venter posterior : dari fossa digastrica ke os hyoid

Venter anterior : dari os hyoid ke incisura mastoidea

Intermediate tendon : terikat pada cornu majus os hyoid oleh jaringan

apeneurotica

Otot-otot bibir dan pipi yang berperan dalam proses penelanan (Joenarto, 2007) :

1. Otot spincter bibir

Otot spincter bibir adalah orbicularis oris yang membentuk sebagian

jaringan pada bibir. Memiliki koneksi yang luas terhadap muskulus-

muskulus yang terdapat dalam rongga mulut.

Origo dan insersio

Serat-serat berjalan melingkari orificium oris di dalam substansi bibir.

Beberapa serat berawal di tengah garis maxilla dan berjalan serong ke

membran mukosa permukaan dalam bibir. Umumnya serat-serat ini

berasal dari muskulus buccinator.

Fungsi : Merapatkan bibir

2. Otot dilator bibir

14

Page 12: BAB II

a. M.levator labii superior

b. M.zygomaticus mayor dan minor

c. M.levator anguli oris

d. M.risorius

e. M.depressor anguli oris

f. M.depressor labii inferior

g. M.mentalis

3. Otot pipi

2.3.2. Mekanisme Penelanan

Penelanan makanan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap volunter atau

tahap oral / tahap bukal, tahap faringeal atau involunter, dan tahap esofageal.

Setiap tahap ini umumnya melakukan gerak yang berkesinambungan dan

berlangsung dengan cepat (Andriyani, 2001).

1. Stadium volunter

Dipengaruhi oleh kemauan. Pada stadium ini, makanan halus didorong

oleh

2. Stadium Involunter

Tidak dipengaruhi oleh kemauan. Stadium ini terbagi 2 :

a. Stadium pharyngeal

b. Stadium oesophageal

3. Stadium Pharyngeal

Di mulut pharyng, bolus merangsang reseptor. Terjadi peristiwa:

a. Gerakan palatum molle menutup nasophatyang

15

Page 13: BAB II

b. Penutup epiglottis ke arah laring

c. Sphincter pharingoesophageal relaksasi

d. Terjadi gelombang peristaltik di pharyng

e. Pernapasan berhenti sejenak

Proses berlangsung selama 1-2 detik

4. Stadium Oesophageal

Makanan digerakkan oleh adanya

a. Gelombang peristaltik primer (merupakan lanjutan gel pharyng)

b. Gelombang peristaltik sekunder (terjadi bila gelombang peristaltik

primer tidak sampai lambung

c. Regangan dinding melalui refleks vagus menimbulkan gelombang

peristaltik sekunder

Proses berlangsung 5-10 detik dipengaruhi gaya gravitasi (Pratiwi,2010).

Oesophagus

Berfungsi sebagai saluran lewat makanan dari mulut ke lambung. Makanan

becampur dengan saliva disebut bolus

Pada oesophagus tidak terjadi proses pencernaan, tidak ada proses obsorbsi

Sekresi oesophagus

Proses penelanan

Lidah menekan bolus ke arah soft palate, kembali ke arah mulut, merangsang

refleks salivasi (Pratiwi,2010).

2.3.3 Reflek

Kesatuan anatomik susunan syaraf adalah neuron, sedangkan lengkungan

fungsionalnya adalah lengkungan reflek. Lengkungan reflek adalah dasar

16

Page 14: BAB II

anatomik untuk kegiatan-kegiatan reflek di luar pengendalian kemauan kita, ini

berarti reaksi-reaksi yang bersifat otomatik, dikeluarkan dari kavum oris. Proses

ini terbentuk secara refleks ataupun secara sadar (Andriyani, 2001).

2.3.4 Persyarafan Menelan

Pada tahap menelan, daerah posterior mulut dan faring merupakan daerah

taktil yang paling sensitif. Pada faring terdapat suatu cincin yang mengelilingi

pembukaan faring dan mempunyai sensitivitas terbesar pada tiang – tiang tonsil.

Impuls dijalarkan dari daerah ini melalui bagian sensoris syaraf trigeminal dan

syaraf glossofaringeal ke daerah medulla oblongata yang berhubungan erat

dengan traktus solitaries yang terutama menerima semua impuls sensoris dadri

mulut (Andriyani, 2001).

Secara otomatis proses menelan diatur oleh daerah – daerah neuron di

batang otak yang didistribusikan ke seluruh substansia retikularis medula dan

bagian bawah pons. Daerah medulla dan ponsbagian bawah mengatur penelanan

secara keseluruhan disebut pusat menelan atau deglutisi (Andriyani, 2001).

Impuls motorik dari pusat menelan ke faring dan esophagus bagian atas

menyebabkan menelan dijalarkan oleh syaraf cranial, yaitu syaraf trigeminal,

syaraf glossofaringeal, syaraf vagus dan syaraf hypoglossal (Andriyani, 2001).

2.4 Gangguan Pada Sistem Stomatognathi

2.4.1 Penelanan Abnormal

Penelanan abnormal atau yang sering disebut dengan disfagia yaitu keadaan

dimana pasien mengalami kesulitan dalam menelan makanan. Kesulitan menelan

ada dua tahap pertama yaitu melewatkan bolus ke bagian belakang tenggorokan

17

Page 15: BAB II

dan tahap mengawali refleks menelan makanan . disfagia yang terjadi setelah

tahap mengawali refleks menelan biasanya disebabkan oleh kelainan

neuromuskular dan jarang terjadi, hal ini adanya lesi didalam laringofari dan

esophagus (Andriyani, 2001).

Bebrapa penyebab lain terjadinya disfagia antara lain pernha dilaporkan

oleh gankroger (1993), yaitu disfagia karena trauma akut benda asing yang masuk

kedalam faring dan menyebabkan spasma dan abses pada otot-otot faring dan

laring, disertai rasa sakit yang hebat sehingga penderita mengalami kesulitan

menelan makanan. Schlie-phake dan kawan-kawan (1998) juga melaporkan

bahwa pasien yang mmengalami operasi pengambilan karsinoma sel skuamosa

didasar mulut, akan mengalami kesulitan dalam menggerakan lidah karena

perubahan bentuk otot-otot lidah, selain itu juga akan mengalami perubahan

kualitas suara yaitu suara akan terdengar lebih besar dan lebih berat (Andriyani,

2001).

2.4.2 Bruksim

Bruksim adalah kebiasaan seseorang mengkerot-kerotkan atau

mengertakkan gigi geligi serta menekan kuat gigi geligi tanpa fungsi. Keadaan ini

sering terjadi dalam keadaan tidak sadar dan terutama pada malam hari disaat

sedang tidur. Keadaan ini menyebabkan bunyi gemerutuk gigi, rasa capek pada

otot saat bangun pagi, rahang terasa terkunci sehingga akan merasakan rasa sakit

pada daerah sendi rahang dan kecenderungan untuk menggigit pipi, lidah atau

bibir.selain itu gigi akan cepat aus sehingga akan berpengaruh pada pengunyahan

dan penelanan makanan (Andriyani, 2001).

18

Page 16: BAB II

Bruksim bisa juga disebabkan oleh karena emosi atau stres dan kontak gigi

geligi yang prematur atau bad bite. Pada pasien dengan keadaan seperti ini, otot-

otot pengunyahan akan bersifat protektif menjauhi kontak prematur selama proses

menelan. Hal ini akan menyebabkan oto tegang dan akhirnya menjadi sakit.

Perwatan bruksim dilakukan dengan berbagai cara seperti mengasah permukaan

okklusal gigi geligi dan perwatan dengan memakai alat splint. Dianjurkan untuk

mengasah permukaan gigi karena tonus otot yang tinggi waktu mengkerot-

kerotkan gigi akan mempersukar penemuan oklusi yang benar (Andriyani, 2001).

2.4.3 Tersedak

Tersedak menyebabkan tersumbatnya saluran pernafasan disekitar

tenggorokan (laring) / saluran pernafasan (trakea). Aliran udara menuju paru-paru

pun terhambat sehingga aliran darah yang menuju ke otak dan organ tubuh lain

terputus (Carpenita, 2009).

Tersedak adalah masuknya benda asing ke arah paru-paru , tersumbatnya

trakea seseorang oleh benda asing dan masuknya benda lain ke dalam

kerongkongan (Carpenita, 2009).

Tersedak adalah tersumbatnya trakea seseorang oleh benda asing, muntah,

darah atau cairan lain. Tersedak bisa terjadi jika sumber udara tersumbat.

Tersedak juga bisa terjadi jika adaya benda asing disaluran nafas yang

menghalangi udara masuk keparu-paru. Tersedak mungkin disebabkan oleh

kelainan otot-otot volunter dalam proses menelan khususnya pada klien dengan

penyakit-penyakit (otot rangka) atau persarafan yaitu penderita adermatomiiositis,

miastenia grafis, distrofi otot, polio, kelumpuhan pseudobular dan kelainan otak

19

Page 17: BAB II

dan sum-sum tulang belakang seperti penyakit Parkinson dan sklerosis lateral

amiotropik. Tersedak merupakan salah satu gejala klini dari dispagia dan terjadi

bila ada problem dari bagian proses menelan, misalnya kelemahan otot pipi atau

lidah yang menyebabkan kesukaran untuk memindahkan makanan ke sekeliling

mulut untuk dikunyah. Makan yang ukurannya sangat besar utuk ditelan akan

masuk ke tenggorokkan dan menutup jalan nafas. Kedua, karena ketidak

mampuan untuk memulai reflek menelan yang merupakan suatu rangsangan

sehingga menyebabkan makanan dan cairan dapat melewati faring dengan aman,

seperti adanya gangguan stroke, atau gangguan syaraf lain sehingga terjadi

ketidakmampuan utnuk memulai gerakan otot yang dapat memindahkan

makanan-makan dari mulut ke lambung. Ketiga, kelemahan otot-otot faring

sehingga terjadi ketidak mampuan memindahkan keseluruhan makan ke lambung

akibatnya sebagian makanan akan jatuh atau tertarik kedalam saluran nafas

(trakea) yang menyebabkan infeksi pada paru-paru (Arsyad, 2008).

Tersedak biasanya terjadi karena makanan yang kurang dikunyah dengan

baik “memasuki saluran yang salah”. Bila keadaan ini tidak segera diatasi, bisa

berakibat fatal (Arsyad, 2008).

Tersedak menyebabkan tersumbatnya saluran pernapasan di sekitar

tenggorokan (laring) atau saluran pernapasan (trakea). Aliran udara menuju paru-

paru pun terhambat sehingga aliran darah yang menuju otak dan organ tubuh lain

terputus. Karena itu perlu dilakukan tindakan pertama yang efektif untuk

menyelamatkan nyawa dengan tindakan Heimlich (Arsyad, 2008).

1. Klasifikasi Tersedak

20

Page 18: BAB II

a. Obstruksi total

Pembuntuan saluran pernafasan secara total sehingga klien tidak dapat

bernafas sama sekali dan harus segera di tolong karena dalam beberapa

menit pasien bisa mengalami kematian (Carpenita, 2009).

b. Fenomena check valve/ Parsial

Pembuntuan saluran nafas secara parsial / tidak total, sehingga klien masih

dapat bernafas tetapi kurang adekurat dan benda asing harus segera di

keluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2 jaringan (Carpenita,

2009).

2. Gejala

Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah batuk, hal ini

normal karena batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan

benda asing dari kerongkongan (Carpenita, 2009).

2.5 Kelenjar Ludah/ Saliva

Sejak erupsi.elemen gigi-geligi langsung berhubungan dengan ludah. Pada

gigi yang telah dibersihkan dalam beberapa menit akan melekat protein ludah

pada email gigi, yang disebut “acquired pellicle” atau secara singkat pelikel.

Setelah beberapa jam bakteri-bakteri pertama berkolonisasi pada elemen gigi-

geligi dengan mengikatkan diri pada protein pelikel. Dengan demikian akan

terjadi pembentukan plak. Kepentingan ludah bagi kesehatan mulut terutama bila

terjadi gangguan sekresi (pengeluaran ludah). Sekresi ludah yang menurun akan

menyebabkan kesukaran berbicara ,mengunyah dan menelan. Ternyata ludah

21

Page 19: BAB II

adalah faktor penting dalam pencegahan karies,kelaian periodontal dan

gambaran penyakit mulut lainnya (Amerongen, 1991).

Ludah dapat melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan berbagai

cara, yaitu dengan (Amerongen, 1991):

- Pembersihan mekanis,yang dapat menghasilkan pengurangan akumulasi

plak.

- Pelumuran elemen gigi-geligi,yang akan mengurangi keausan oklusi yang

disebabkan oleh daya pengunyahan.

- Pengaruh buffer,sehingga naik turunnya derajat asam (pH) dapat ditekan dan

dekalsifikasi elemen gigi-geligi dapat dihambat.

- Agregasi bakteri yang dapat merintangi kolonisasi mikroorganisme.

- Aktivitas anti bakteri sehingga menghalang-halangi pertumbuhan bakteri

2.5.1 Fungsi Saliva

Berikut adalah beberapa fungsi dari saliva (Sloane, 2003):

a. Saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa.

b. Saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat di telan.

c. Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltosa.

d. Zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat lain seperti obat,

virus dan logam, diekresi ke dalam saliva.

e. Zat anti bakteri dan antibodi dalam saliva berfungsi untuk membersihkan

rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah

kerusakan gigi.

22