Upload
rudysyahputradaulay
View
218
Download
20
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perikondritis
Citation preview
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..
BAB II PERIKONDRITIS…………………………………………………………..
Anatomi………………………………………………………………………
Fisiologi……………………………………………………………………….
Definisi Perikondritis…………………………………………………………
Etiologi dan Faktor Predisposisi……………………………………………..
Epidemiologi………………………………………………………………..
Patomekanisme…………………………………………………………….
Penegakkan Diagnosis………………………………………………………
Penatalaksanaan…………………………………………………………..
BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu
trauma atau radang menyebabkan efusi atau serum atau pus diantara lapisan perikondrium dan
kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak
disengajakan pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar
tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini
diikuti oleh pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus
terkumpul diantara perikondrium dengan tulang rawan dibawahnya.1
Bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi perikondritis adalah Pseudomonas
aeruginosa yang dapat ditemukan ditanah, air, dan paling banyak di lingkungan buatan manusia
di seluruh dunia. Bentuk paling umum dari perikondritis adalah perikondritis aurikuler yang
melibatkan infeksi pada cuping telinga akibat infeksi luka traumatic atau luka pembedahan atau
proses peradangan yang menyebar. Bentuk yang jarang adalah perikondritis laryngeal. Hal ini
terjadi tiba-tiba akibat suatu cedera, organisme virulen, atau gangguan system kekebalan tubuh
manusia.2
Bila pengobatan dengan antibiotika gagal dapat timbul komplikasi berupa mengkerutnya
daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga (cauliflower)3.
Pada kasus-kasus yang sudah terjadi kerusakan berat, bagian dari telinga dapat mati dan
memerlukan pembedahan.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Telinga dibagi atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
2
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang-tulang. Panjangnya sekitar 2 ½ - 3 cm. Pada sepertiga
bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga
bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen3.
Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari membrane timpani dan tulang-tulang pendengaran (maleus,
inkus, stapes)4. Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua
3
yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi
ditengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang
berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Di membrane timpani terdapat 2 macam serabut yaitu sirkuler dan radier yang
menyebabkan munculnya reflex cahaya yang berupa kerucut. Secara klinis, reflex ini
dinilai bila letak reflex cahaya mendatar berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.
Selain itu pada membrane timpani dibagi 4 kuadran yaitu kuadran anterior-superior,
kuadran anterior-inferior, kuadran posterior-superior, kuadran posterior-inferior. Ke
empat kuadran ini dapat membantu dalam menyatakan letak perforasi membrane timpani.
Adapun fungsi daripada membran timpani dalam proses pendengaran ialah mengubah
bunyi menjadi getaran.
Selain membrane timpani, tulang-tulang pendengaran juga termasuk dalam bagian telinga
tengah. Tulang-tulang tersebut saling berhubungan yaitu maleus melekat pada membrane
timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes3. Rangkaian ketiga
tulang ini menghantarkan getaran ke telinga dalam4.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa 2 ½ lingkaran dan vestibuler
yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis3. Pada koklea atau rumah siput berisi
cairan endolimpa dan perilimpa serta sel “rambut” yang sangat peka terhadap
rangsangan. Struktur yang berupa rambut halus ini bergetar ketika dirangsang oleh
getaran bunyi. Sedangkan pada sistem vestibular berisi sel yang mengendalikan
keseimbangan. Selain itu pada telinga dalam juga terdapat saraf auditori yang
menghubungkan koklea atau rumah siput ke system saraf pusat (otak)4.
4
Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran.
Energy getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimfa bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane meissner
yang akan mendorong endolimfa. Proses ini menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi proses depolarisasi sel rambut sehingga
neurotransmitter terlepas ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius lalu dilanjutkan ke korteks pendengaran di lobus temporalis3.
Definisi Perikondritis
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan dan telinga yang terjadi apabila suatu
trauma atau radang menyebabkan efusi atau pus diantara lapisan perikondrium dan kartilago
telinga luar5. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma.
5
Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan
yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul diantara
perikondrium dengan tulang rawan dibawahnya1.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Perikondritis dapat disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme penyebab
tersering adalah Pseudomonas aeruginosa. Faktor predisposisi nya ialah sebagai berikut :
1) Inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis eksterna akut.
2) Accidental atau surgical (sesudah aspirasi atau insisi hematomadaun telinga).
3) Infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma.
4) Infeksi superfisialis meatus akustikus.
5) Luka abakar atau frostbite.
6) Penusukan anting-anting pada tulang rawan, dapat terjadi septicemia Streptococcus
beta hemoliticus1
Patofisiologi
Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebarlebih kedalam ke
perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini, daun telinga (pinna) merah dan nyeri
kemudian mulai terbentuk abses subperikondrial. Hal ini menyebabkan tulang rawan kekurangan
blood supply, sehingga terjadi nekrosis tulang rawan sehingga dapat terjadi deformitas pada daun
telinga yang disebut dengan cauliflower1.
Gambaran Klinis
Penderita dengan perikondritis pada umumnya dating ke dokter dengan keluhan daun
telinga terasa sakit, berwarna merah, dan tegang1,3,6.
Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
6
Pada keadaan perikondritis dapat ditemukan pinna merah dan tender, kemudian bengkak,
serta terdapat abses pada daun telinga1,3,6
Tampak daun telinga membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan nyeri tekan.
Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian belakang daun telinga sehingga sangat menonjol.
Terdapat demam, pembesaran kelenjar limfe regional, dan leukositosis. Serum yang terkumpul di
lapisan subperikondrial menjadi purulen, sehingga terdapat fluktuasi difus atau terlokalisasi1,3,6.
Pada pemeriksaan laboratorium, dapat diambil sampel dari abses daun telinga untuk
dikultur, mengetahui jenis bakteri penyebab sehingga dapat diberikan terapi yang adekuat6.
Diagnosis Banding
Othematoma
Suatu hematom daun telinga akibat rudapaksa yang menyebabkan timbulnya darah dalam
ruangan antara perikondrium dan kartilago. Mekanisme biasanya melibatkan gangguan
traumatis pembuluh darah perikondrial. Akumulasi darah dalam hasil ruang subperikondrial
dalam pemisahan perikondrium dari tulang rawan. Penanganan dengan cara aspirasi dan
dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai fiksasi 3.
Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan kekuningan
diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga. Biasanya pasien dating ke dokter
karena ada benjolan di daun telinga yang tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya3.
Polikondritis Berulang
Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan secara generalisata, terutama
telinga, hidung, dan laringotracheobrachial. Tampak deformitas aurikula menyerupai
perikondritis akut. Biasanya terdapat serangan tunggal atau berulang. Untuk pengobatan
diberikan pada fase akut dengan salisilat dan steroid3.
7
Penatalaksanaan
Pengobatan dengan antibiotic sering gagal karena bakteri Pseudomonas aeruginosa sering
resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Untuk pengobatan dapat diberikan antipseudomonas
yaitu golongan aminoglikosida (gentamicin), fluorkinolon (kuinolon) seperti siprofloksasin1,6.
Sebaiknya dilakukan kultur dan tes sensitivitas sebelumnya. Pada daun telinga diberikan
kompres panas. Bila terdapat fluktuasi, dilakukan insisi secara steril dan diberi perban tekan
selama 48 jam6.
BAB III
KESIMPULAN
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu
trauma atau radang menyebabkan efusi atau serum atau pus diantara lapisan perikondrium dan
8
kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak
disengajakan pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar
tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini
diikuti oleh pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus
terkumpul diantara perikondrium dengan tulang rawan dibawahnya
Bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi perikondritis adalah Pseudomonas
aeruginosa yang dapat ditemukan ditanah, air, dan paling banyak di lingkungan buatan manusia
di seluruh dunia. Bentuk paling umum dari perikondritis adalah perikondritis aurikuler yang
melibatkan infeksi pada cuping telinga akibat infeksi luka traumatic atau luka pembedahan atau
proses peradangan yang menyebar. Bentuk yang jarang adalah perikondritis laryngeal.
Tampak daun telinga membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan nyeri tekan.
Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian belakang daun telinga sehingga sangat menonjol.
Terdapat demam, pembesaran kelenjar limfe regional, dan leukositosis.
Untuk pengobatan dapat diberikan antipseudomonas yaitu golongan aminoglikosida
(gentamicin), fluorkinolon (kuinolon) seperti siprofloksasin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams L Goerge, Boeis L, dkk. Boeis Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta 1997
2. Available at www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/perokondritis
9
3. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher. Edisi 6. 2007. FK UI
4. Available at www.medel.com/id/anatomy-of-the-ear/
5. Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
2004.
6. Available at http://www.artikelkedokteran1.blogspot.com/2010/06/perikondritis.
Diunduh tanggal 30 April 2013
10