Upload
ayue-mizzu
View
247
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
data
Citation preview
BAB 3TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang
dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik.2,4,14
Osteomielitis = ( osteo + mielitis ) adalah radang tulang yang disebabkan oleh
organisme piogenik, walaupun berbagai organ infeksi lain juga dapat
menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang,
melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum.2,4
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
14
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.15 Bakteri atau jamur menjadi penyebab
paling banyak terjadinya osteomielitis. Staphylococcus merupakan agen infeksi
yang paling umum ditemukan pada osteomielitis pada saat ini dan bahkan
sebelum berkembangnya antibiotik.3,6
Infeksi bisa mencapai tulang dan sendi melalui aliran darah atau invasi
langsung melalui tusukan jarum, operasi atau patah tulang terbuka, tergantung
dari organisme penyebab, lokasi infeksi dan reaksi host, hingga dapat berupa
pyogenic osteomyelitis atau arthritis, reaksi granulomatosa kronik ( klasik pada
TBC ) atau respon indolen terhadap jamur.16
3.2 Epidemiologi
Secara umum prevalensi osteomielitis lebih tinggi pada negara
berkembang. Di Amerika Serikat insidensi osteomielitis adalah 1 dari tiap 5000
orang, dan 1 dari tiap 1000 usia bayi. Insidensi pertahun pada pasien sickle cell
berkisar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah adanya trauma pada kaki bisa
meningkat yaitu 16% terdapat dalam 30-40% pasien diabetes, dan jika
dibandingkan antara laki-laki dan perempuan kira-kira 2:1. Angka kematian
akibat osteomielitis rendah, biasanya disebabkan sepsis atau kondisi medis serius
yang menyertai.4,7
Di Indonesia osteomielitis masih merupakan masalah karena tingkat
higienis yang masih rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum
baik, diagnosis yang terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis
kronis, angka kejadian tuberkulosis masih tinggi, pengobatan osteomielitis
15
memerlukan waktu lama dan biaya tinggi, serta banyak pasien dengan fraktur
terbuka yang datang terlambat dan sudah terjadi osteomielitis.6
Insidensi osteomielitis setelah fraktur terbuka dilaporkan sekitar 2%
sampai 16%, tergantung pada derajat trauma dan terapi yang didapat. Pengobatan
yang cepat dan tepat dapat mengurangi resiko infeksi, menurunkan kemungkinan
berkembangnya osteomielitis, terutama pada pasien-pasien dengan faktor resiko
seperti diabetes, gangguan imunitas dan yang baru mengalami trauma.4
3.3 Etiologi
Bakteri penyebab osteomielitis secara umum adalah :8
1. Staphylococcus aureus 70% – 80 %
2 Proteus
3 Pseudomonas
4 E. coli
Bakteri penyebab dari osteomielitis akut dan langsung antara lain
meliputi:3
1. Osteomielitis akut hematogen :
Bayi (kurang dari 4 bulan) : S aureus, Enterobacter species, dan group A
and B Streptococcus species
Anak-anak (4 bulan-4 tahun) : S aureus, group A Streptococcus species,
Haemophilus influenzae, dan Enterobacter species
Anak-anak, Remaja (4 tahun-dewasa) : S aureus (80%), group A
Streptococcus species, H influenzae dan Enterobacter species
16
Pathogen lain yang dilaporkan dalam inflamasi tulang dan sendi meliputi
communityassociated methicillin-resistant Staphylococcus aureus
(MRSA), dan Kingella kingae
2. Direct osteomyelitis:
a. Generally : S aureus, Enterobacter species, and Pseudomonas species
b. Melalui luka : S aureus and Pseudomonas species
Faktor predisposisi osteomielitis akut adalah :
- Umur, terutama mengenai bayi dan anak – anak
- Jenis kelamin, lebih sering pada laki – laki daripada wanita dengan
perbandingan 4:1
- Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut
- Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis
karena daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan
tulang
- Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi
sebelumnya ( seperti bisul, tonsilitis ) merupakan faktor predisposisi
osteomielitis hematogen akut
3.4 Patofisiologi
Infeksi dalam sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui beberapa
cara. Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung,
melalui penyebaran hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur
17
lain yang jauh, atau selama pembedahan dimana jaringan tubuh terpapar dengan
lingkungan sekitarnya. Osteomielitis hematogen adalah penyakit masa kanak-
kanak yang biasanya timbul antara usia 5 dan 15 tahun.Ujung metafisis tulang
panjang merupakan tempat predileksi untuk osteomielitis hematogen.
Diperkirakan bahwa end-artery dari pembuluh darah yang menutrisinya bermuara
pada vena-vena sinusoidal yang berukuran jauh lebih besar, sehingga
menyebabkan terjadinya aliran darah yang lambat dan berturbulensi pada tempat
ini. Kondisi ini mempredisposisikan bakteri untuk bermigrasi melalu celah pada
endotel dan melekat pada matriks tulang. Selain itu, rendahnya tekanan oksigen
pada daerah ini juga akan menurunkan aktivitas fagositik dari sel darah putih.
Dengan maturasi, ada osifikasi total lempeng fiseal dan ciri aliran darah yang
lamban tidak ada lagi. Sehingga osteomielitis hematogen pada orang dewasa
merupakan suatu kejadian yang jarang terjadi. 16,17
Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya trombosis pembuluh
darah lokal yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular yang
kemudian berkembang menjadi abses. Akumulasi pus dan peningkatan tekanan
lokal akan menyebarkan pus hingga ke korteks melalui sistem Havers dan kanal
Volkmann hingga terkumpul dibawah periosteum menimbulkan rasa nyeri
lokalisata di atas daerah infeksi. Abses subperiosteal kemudian akan menstimulasi
pembentukan involukrum periosteal (fase kronis). Apabila pus keluar dari korteks,
pus tersebut akan dapat menembus soft tissues disekitarnya hingga ke permukaan
kulit, membentuk suatu sinus drainase.
18
Faktor-faktor sistemik yang dapat mempengaruhi perjalanan klinis
osteomielitis termasuk diabetes mellitus, immunosupresan, penyakit
imundefisiensi, malnutrisi, gangguan fungsi hati dan ginjal, hipoksia kronik, dan
usia tua. Sedangkan faktor-faktor lokal adalah penyakit vaskular perifer, penyakit
stasis vena, limfedema kronik, arteritis, neuropati, dan penggunaan rokok.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang
lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada
rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah
mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh,
seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru
(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis
tipe kronik.8
19
3.5 Klasifikasi
Pembagian osteomielitis yang sering digunakan adalah sebagai berikut:7
1. Osteomielitis primer (hematogenik) yang disebabkan oleh penyebaran secara
hematogen dari fokus lain. Osteomielitis hematogen merupakan osteomielitis
primer pada anak-anak dan dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
20
a. Osteomielitis hematogen akut merupakan suatu infeksi pada tulang yang sedang
tumbuh. Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang seperti femur,tibia,
humerus, radius, ulna dan fibula. Bagian tulang yang diserang adalah bagian
metafisis.6
b. Osteomielitis Subakut
Infeksi subakut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik. Infeksi ini
biasanya disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah dan tidak memiliki
gejala. Osteomielitis subakut memiliki gambaran radiologis yang merupakan
kombinasi dari gambaran akut dan kronis. Seperti osteomielitis akut, maka
ditemukan adanya osteolisis dan elevasi periosteal. Seperti osteomielitis kronik,
maka ditemukan adanya zona sirkumferensial tulang yang sklerotik. Apabila
osteomielitis subakut mengenai diafisis tulang panjang, maka akan sulit
membedakannya dengan Histiositosis Langerhans’ atau Ewing’s Sarcoma.18
c. Osteomielitis hematogen kronik merupakan lanjutan dari osteomielitis
hematogen akut. Dapat terjadi oleh karena terapi yang tidak adekuat, adanya strain
kuman yang resisten, menggunakan obat-obat imunosupresif serta kurang baiknya
status gizi.9
2. Osteomielitis sekunder (Perkontinuitatum) yang disebabkan oleh penyebaran
kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka.
a. Osteomielitis akibat fraktur terbuka, merupakan osteomielitis tersering pada
orang dewasa. Pada fraktur ditemukan kerusakan jaringan, kerusakan pembuluh
darah dan edema, hematoma dan hubungan antara fraktur dengan dunia luar
sehingga pada umumnya penyebabnya adalah infeksi.9
21
b. Osteomielitis akibat Paska Operasi, Osteomielitis ini terjadi setelah suatu
operasi tulang yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada pembedahan.9
3.6 Diagnosis
Pasien selalu mengeluhkan demam, malaise, udem, hangat dan nyeri yang
hebat pada tulang yang terkena. Pada kasus terlantar, toksemia bisa ditemukan.
pada anak-anak akan sukar menggunakan tungkainya atau menolak untuk
disentuh tungkainya dan anak akan kesulitan tegak secara normal. Ada riwayat
infeksi yang baru terjadi, misalnya infeksi jempol, sakit tenggorokan atau
keluarnya sekret dari telinga.1 Pada osteomielitis kronik, ditemukan fistel kronik
pada ekstremitas yang mengeluarkan nanah dan kadang sekuester kecil.9
Pada awal penyakit gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis belum
tampak. Pada masa ini dapat salah diagnosis sebagai demam tifoid. Nyeri spontan
lokal yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta
kesukaran gerak dari ekstremitas yang terkena, merupakan gejala osteomielitis
hematogen akut. Pada saat ini diagnosis harus ditentukan berdasarkan gejala
klinis, untuk memberikan pengobatan yang adekuat. Pada kasus yang berat,
semua bagian tungkai menjadi bengkak, merah dan hangat. Diagnosis menjadi
lebih jelas jika didapatkan selulitis subkutis. Limfadenopati umum ditemukan
tetapi tidak khas. Penting untuk diingat, semua gejala klinis ini dapat melemah
jika diberikan antibiotik.9,10,12
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada osteomielitis untuk
membantu menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut:4,7
22
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hitung leukosit dapat meningkat
b. Shift to the left dari hitung jenis meningkatnya jumlah PMN
c. C- reactive protein (CRP) meningkat
d. Peningkatan LED, terjadi pada 90 % kasus, namun tidak spesifik
e. Kultur, dapat menegakkan diagnosis dan menentukan jenis bakteri
penyebab dan akhirnya menentukan jenis pengobatan. Termasuk kultur
darah dan tulang. Kultur darah akan sangat bermakna pada osteomielitis
hematogen. Kultur tulang dapat menegakkan diagnosis lebih baik daripada
kultur darah
2. Pemeriksaan pencitraan11
a. Foto rontgen
Hasil rontgen pada osteomielitis akut dilakukan jika ditemukannya udem
jaringan lunak dalam 3-5 setelah infeksi. Akan terlihat jelas pada 14-21
hari karena menunjukkan destruksi tulang dan reaksi periosteal
pembentukan tulang baru, dengan melihat lusen korteks dan medulla.
Pada osteomielitis kronik, didapatkan gambaran sekuester dan
pembentukan tulang baru.
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemerikSosaan
radiograf. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang
mengawali destruksi cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi, reaksi
periosteal akan tampak, dan area destruksi pada korteks tulang tampak lebih jelas.
Osteomielitis kronik diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang yang masif dan
23
adanya involukrum, yang membungkus fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik
yaitu sequestrum. Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada
radiograf kecuali apabila terdapat oedem. Pengecualian lainnya adalah apabila
terdapat infeksi yang menghasilkan udara yang menyebabkan terjadinya ‘gas
gangrene’. Udara pada jaringan lumak ini dapat dilihat sebagai area radiolusen,
analog dengan udara usus pada foto abdomen.
24
b. MRI
MRI akan menghasilkan hasil yang terbaik. Dapat sebagai pendeteksian
dini dan menentukan lokasi osteomielitis. Karena dapat memperlihatkan
edem dan destruksi medula, disamping reaksi periosteal, destruksi
kortikal, kerusakan sendi, dan jaringan lunak yang terlibat, bahkan ketika
radiografi konvensional belum menunjukkan adanya kelainan
c. Scan tulang radionuklir
Scan tulang radionuklir ini dilakukan bila pasien tidak dapat dilakukan
MRI. Skan ini lebih sensitive dan spesifik daripada pemeriksaan rontgen. Bahan
yang digunakan biasanya gallium 67 dan/atau indium 111.
Gambar 2.5 peningkatan akumulasi gallium 67 pada phalanx proksimal kaki kiri
setelah 4 jam suntikan
25
Radionuklir jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut.
Pencitraan ini sangat sensitive namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi
tulang. Umumnya, infeksi tidak bisa dibedakan dari neoplasma, infark, trauma,
gout, stress fracture, infeksi jaringan lunak, dan artritis. Namun, radionuklir dapat
membantu untuk mendeteksi adanya proses infeksi sebelum dilakukan prosedur
invasif dilakukan.18
d. CT scan
Pemeriksaan dapat ini menentukan kalsifikasi abnormal, osifikasi dan
gangguan pada intra kortikal. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan, namun dapat
dilakukan bila pemeriksaan MRI tidak ada.
CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk
menidentifikasi sequestra pada osteomielitis kronik. Sequestra akan tampak lebih
radiodense dibanding involukrum disekelilingnya.
e. Ultrasonografi
Pemeriksaan yang sederhana dan murah ini memperlihatkan hasil yang
baik pada osteomielitis akut anak. Dapat dilakukan segera, 1-2 hari setelah timbul
gejala. Gambaran yang didapatkan abses jaringan lunak atau penumpukan cairan
dan penonjolan periosteum.
3.7 Penatalaksanaan
Jika osteomielitis dicurigai pada pemeriksaan klinis, contoh darah dan
cairan harus diambil dan pengobatan dimulai segera tanpa menunggu konfirmasi
akhir diagnosis. Ada 4 aspek penting dalam manajemen pasien: (1)pengobatan
26
suportif untuk nyeri dan dehidrasi, (2)pembebatan area yang terkena (3) terapi
antibiotik dan (4) drainase pembedahan.1,13
Pengobatan dini dengan antibiotik, sebelum terjadi destruksi tulang yang
luas atau nekrosis, menghasilkan hasil yang terbaik dan harus diberikan secara
parenteral minimal 4 minggu dan biasanya 6 minggu untuk mencapai pengobatan
optimal. Kombinasi penggunaan antimikroba dengan pembedahan harus selalu
dipertimbangkan. Pada kondisi tertentu misalnya osteomielitis hematogen akut
biasanya tidak memerlukan pembedahan, pada kondisi lain misalnya fraktur yang
terinfeksi (consolidated infected fracture), pembedahan juga diperlukan untuk
membersihkan benda asing.7,12
Jika antibiotik diberikan sedini mungkin, biasanya drainase tidak
diperlukan. Akan tetapi, jika dalam 36 jam sejak mulai pengobatan tidak
ditemukan perbaikan gejala, atau bahkan sebelum itu ditemukan tanda pus yang
dalam (bengkak, edem, fluktuasi), dan sangat pastinya jika didapatkan pus pada
aspirasi, abses harus didrainase dengan operasi terbuka menggunakan anastesi
umum.8,12
Sekali tanda infeksi ditemukan, pergerakan dibatasi dan anak dibolehkan
berjalan dengan menggunakan kruk. Pembebanan penuh biasanya dimungkinkan
setelah 3-4 minggu.7
Pada osteomielitis hematogen subakut, penatalaksanaan secara konservatif
jika diagnosis tidak diragukan, immobilisasi dan antibiotik selama 6 minggu
memberikan perbaikan. Kadang pengobatan bisa memerlukan waktu 6-12 bulan.
Jika diagnosis diragukan, biopsi dengan operasi terbuka dibutuhkan dan lesi
27
dikuret. Kuretase juga diindikasikan jika x-ray tidak menunjukkan perbaikan
setelah pengobatan konservatif.2,8
Osteomielitis kronik pada dewasa lebih sukar untuk diterapi dan umumnya
diobati dengan pemberian antibiotik dan tindakan bedah. Terapi antibiotik empiris
biasanya tidak direkomendasikan. Tergantung pada tipe osteomielitis kronik,
pasien diobati dengan antibiotik parenteral selama 2 sampai 6 minggu. Tindakan
bedah bervariasi dari mulai drainase terbuka abses atau sekuestrektomi sampai
amputasi. Akan sangat efektif jika dilakukan debridement ekstensif semua
jaringan nekrotik dan granulasi bersamaan dengan rekonstruksi tulang dan defek
jaringan lunak serta pemberian antibiotik.4,9
3.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
1. Abses tulang
2. Abses paravertebral/epidural
3. Bakteremia
4. Fraktur
5. Selulitis jaringan lunak
6. Sinus jaringan lunak
3.9 Prognosis
Ketika pengobatan didapatkan, hasil akhir dari osteomielitis biasanya
bagus. Prognosis menjadi lebih buruk pada osteomielitis kronik, bahkan jika
dilakukan pembedahan, abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau
28
tahun setelahnya. Amputasi biasanya dibutuhkan, terutama pada pasien dengan
diabetes atau diabetes atau kurangnya sirkuasi darah.11
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Solomon L, 2005, Infection, Apley’s System of Orthopaedics and Fracture, 8th
edition, Oxford University Press, New York.
2. Ladd A, Jones HH, Otanez O, 2013, Osteomyelitis. Stanford university Medical
Media.
3. Luca Lazzarini, Jon Mader, dan Jason Calhoun. 2004. Journal Osteomyelitis in
Long Bones. http://www.ejbjs.org/cgi/reprint/86/10/2305.pdf [diakses 24
Oktober 2010]
4. King RW, Jonshon D. Osteomyelitis, 2009. Available at
http://www.emedicine.com. [diakses 24 Oktober 2010]
5. Brunicardi FC, 2007, Orthopaedic. In: Schwartz’s Pronciple of Surgery, 8th
edition. McGraw-Hill Companies.
6. Rasjad C, 2010, Pengantar Ilmu Ortopedi. Makasar: Bintang
lamumpatue;7,9,11,132-153.
7. Carek PJ, Dickerson LM, Sack JL, 2005, Diagnosis and Management of
Osteomyelitis. American Family Physician, Vol 63(12):1-8.
8. Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. The New England Journal of
Medicine, 1997; 336(14):999-1007.
9. William NS, Bulstrode CJ, O;Connel PR, 2008, Disease of Bone and Joints:
infection. In: Bailey & love Short Practice of Surgery. 25th edition. London.
10. Rasjad C. Sistem Muskuloskletal. In: Sjamsuhidayat R, De Jong W(editors),
2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC. 903-7.
30
11. Chew FS, Schulze ES, Mattia AR. Osteomyelitis. Radiologic-phatologic
conferences of Massachusetts General Hospital. AJR 1994;162:942
12. Dugdale DC. Osteomyelitis. Available at http://www.medlineplus.com.
[diakses 24 Oktober 2010]
13. Stead AG, Sread SM, Kaufman MS, Kent TS, 2003. First Aid for the Surgery
Clerkship. Boston: McGraw-Hill, 473-5.
14. Yuliani, P 2010, Osteomielitis, Refrat, FakultasKedokteran Universitas
Trisakti, Jakarta.
15. Pitaloka, D 2012, Osteomyelitis Kronis Genu Sinistra, RSUD Arjawinangan.
16. Apley, A. Graham, 2014, Apley’s system of Ortopaedics and Fractures.
__7Rev.ed. Butterworth-Heinemann International Edition.
17. King, RW. Osteomyelitis. Updated: Jul 15, 2010 (diakses 02 Agustus , 2010).
Available at http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview.
18. Siregar 2008s, Paruhum UT. Kumpulan Kuliah Bedah. Jakarta : Bagian Bedah
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta.
31