30
3 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Korupsi merupakan perbuatan tercela dan bentuk dari penyakit sosial masyarakat, sehingga korupsi dikategorikan sebagai suatu tindak pidana (Straafbaarfeit). Perkara tindak pidana korupsi merupakan perkara yang dapat digolongkan ke dalam suatu kejahatan yang disebut dengan “white collar crime” yaitu kejahatan yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat dan dilakukan sehubungan dengan tugas atau pekerjaannya. 5 Korupsi sangat membahayakan pembangunan dan keberlangsungan kehidupan bangsa terutama terhadap usaha-usaha mewujudkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan keadilan sosial. Sebagaimana yang dicita-citakan oleh Pancasila sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” dan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional” maka korupsi harus ditindak secara tegas, menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya visi dan misi bangsa tersebut dapat terpenuhi. 5 Darwan Prinst, 2002, “Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 2.

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

  • Upload
    ngonhu

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

3

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Korupsi merupakan perbuatan tercela dan bentuk dari penyakit sosial

masyarakat, sehingga korupsi dikategorikan sebagai suatu tindak pidana

(Straafbaarfeit). Perkara tindak pidana korupsi merupakan perkara yang dapat

digolongkan ke dalam suatu kejahatan yang disebut dengan “white collar crime”

yaitu kejahatan yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang

tinggi dalam masyarakat dan dilakukan sehubungan dengan tugas atau

pekerjaannya.5

Korupsi sangat membahayakan pembangunan dan keberlangsungan

kehidupan bangsa terutama terhadap usaha-usaha mewujudkan pertumbuhan

ekonomi, kesejahteraan dan keadilan sosial. Sebagaimana yang dicita-citakan oleh

Pancasila sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” dan UUD 1945

pasal 33 ayat 3 “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan ekonomi nasional” maka korupsi harus ditindak secara tegas,

menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya visi dan

misi bangsa tersebut dapat terpenuhi.

5 Darwan Prinst, 2002, “Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 2.

Page 2: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

4

Korupsi dapat menyebabkan turunnya tingkat kesejahteraan rakyat,

kemakmuran rakyat, kerusakan lingkungan dan sumber daya alam, mahalnya biaya

pendidikan dan kesehatan, hilangnya sumber daya manusia yang handal, sampai

dengan rusaknya moral masyarakat yang apabila dibiarkan secara terus menerus akan

menyebabkan keterbelakangan bangsa Indonesia dari berbagai aspek penting.

Daya saing investasi Indonesia di tingkat Asia Tenggara (ASEAN) memang

menduduki peringkat teratas. Investor masih melirik Indonesia sebagai negara tujuan

investasi di kawasan ASEAN. Namun terdapat beberapa faktor yang menghambat

daya saing investasi Indonesia di kancah Asia Tenggara, salah satunya adalah korupsi

disamping faktor lain seperti in-efisiensi birokrasi pemerintahan, stabilitas keamanan

dan tidak tersedianya infrastruktur yang memadai. Menurut data yang dirilis

Transparency International (TI) situasi korupsi di 177 negara untuk tahun 2013. Dari

jumlah itu, Indonesia menduduki peringkat 64 dalam urutan negara paling korup di

dunia. Peringkat itu menunjukkan Indonesia masih berhadapan dengan banyak kasus

korupsi. Namun peringkat itu lebih baik ketimbang 2012 saat Indonesia menduduki

peringkat 60 besar negara paling korup.6

Tidak jarang korupsi terjadi juga di beberapa sektor penting contohnya

terhadap investasi di sektor pertambangan, minyak dan gas bumi di Indonesia.

Berdasarkan temuan Komisi Pemberantasan Korupsi, praktik korupsi terbesar selama

ini terjadi di sektor minyak dan gas bumi. Tindak pidana korupsi tersebut

menyebabkan negara mengalami kerugian hingga triliunan rupiah per tahun. Menurut

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad, salah satu praktik

6 Widibyo, “Korupsi Sebagai Penghambat Pertumbuhan Investasi”, Bisnis Indonesia, 21 Maret 2002.

Page 3: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

5

korupsi yang marak terjadi di sektor migas adalah praktik suap yang dilakukan para

pengusaha pertambangan untuk memperoleh izin menambang di suatu daerah. Dana

suap ini mengalir mulai dari tingkat bupati, gubernur, hingga jajaran anggota Dewan

tingkat kabupaten dan provinsi. ”Dari pengakuan sejumlah pengusaha pertambangan,

biaya untuk suap ini bahkan lebih besar daripada besaran royalti yang semestinya

mereka bayarkan kepada negara,” ujar Abraham Samad, dalam seminar nasional

bertema “Masa Depan Pemberantasan Korupsi di Indonesia Perspektif Hukum dan

Politik” di Universitas Muhammadiyah Magelang, Jawa Tengah. Dalam satu tahun,

total pendapatan dari sektor pertambangan migas mencapai sekitar Rp 15 triliun.

Sekitar 50 persen dari dana tersebut semestinya dibayarkan sebagai royalti untuk

negara, tetapi pada akhirnya justru lebih banyak masuk ke kantong-kantong pribadi

pejabat daerah.7

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, diamanatkan bahwa salah

satu tujuan dari didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk

mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran kehidupan rakyat.. Salah satu upaya

untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat khususnya di bidang

perekonomian adalah kegiatan penanaman modal.

Penanaman modal memegang peranan yang sangat besar dan negara juga

telah mengakomodasi dan mengatur kegiatan ini di dalam Undang-Undang Nomor 25

tahun 2007 tentang penanaman modal. Di dalam Undang-Undang tersebut

didefinisikan bahwa Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman

7 http://nasional.kompas.com/read/2014/04/07/0730424/Korupsi.Terbesar.di.Sektor.Migas

Page 4: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

6

modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.

Peran yang dimainkan oleh modal asing dan bantuan luar negri sangat

menentukan dalam laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan banyaknya industri-

industri yang terbangun oleh penanaman modal khususnya penanaman modal asing,

perbaikan sarana dan prasarana dengan menggunakan bantuan luar negri suatu

keterkaitan yang tidak terbantahkan bahwa antara peran yang dimainkan oleh modal

asing dan bantuan luar negri dengan tingkat laju pertumbuhan ekonomi nasional yang

mengakibatkan terciptanya sarana dan prasarana yang menunjang bagi kehidupan

masyarakat menjadi sangat menentukan. Di samping itu pula, dengan adanya

kebijaksanaan pemerintah dalam pengelolaan perekonomian nasional Indonesia turut

juga mempercepat laju perekonomian nasional, hingga tahap sekarang ini boleh

dikatakan Indonesia telah menuju kepada negara yang maju perekonomiannya. Hal

ini terbukti dengan masuknya Indonesia ke dalam jajaran negara-negara industri baru

dengan tingkat pendapatan nasional menjadi sekitar US$ 600 miliar per tahun

sebelum terjadi krisis 1998.8

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal sebagaimana yang tercantum di

dalam Pasal 3 ayat 2 undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal

adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan

kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan

kemampuan daya saing dunia usaha nasional, meningkatkan kapasitas dan

8 Aminuddin Ilmar, 2006, “Hukum Penanaman Modal di Indonesia”, Penerbit Prenada Media Group, Jakarta, halaman 257.

Page 5: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

7

kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan,

mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan

dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

Pasal 1 ayat 3 dan 6 undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman

modal menjelaskan definisi penanaman modal asing dan penanam modal asing.

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di

wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik

yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan

penanam modal dalam negeri. Penanam modal asing adalah perseorangan warga

Negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan

penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.

Penanam modal asing, terutama di dalam tesis ini akan dibahas secara khusus

penanam modal asing yang berasal dari Negara Amerika Serikat (AS), dimana telah

diketahui secara luas bahwa penanam modal asing AS ini membidik Indonesia

sebagai negara yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang

menjanjikan sebagai peluang untuk memperoleh keuntungan dan kesejahteraan yang

sebesar-besarnya.

Peranan penanaman modal dari AS ini sangat besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal

menunjukan bahwa di tengah terpaan krisis yang dialami AS, ternyata penanaman

modal asal AS ke Indonesia justru melonjak. Investasi AS pada 2011 mencapai US$

1,5 miliar dengan porsi 7,6% dari total investasi dan meningkat dibanding tahun

Page 6: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

8

sebelumnya yang mencapai US$ 1 miliar.9 Hal ini disebabkan investasi yang

dilakukan bukan merupakan investasi jangka pendek, investasi yang dilakukan

penyikapannya bisa mencapai lebih dari 10 tahun.

Investasi jangka panjang ini salah satunya adalah investasi di dalam sektor

industri pertambangan, minyak dan gas bumi (migas). Di Asia bagian tenggara,

Indonesia dikaruniai sumber daya alam migas melimpah yang diperkirakan mencapai

87,22 milliar barel untuk minyak bumi dan 594,43 TSCF untuk gas bumi tersebar di

Indonesia.10

Hal ini menjadikan Indonesia sebagai tujuan Investasi yang menarik

pada sektor migas. Peluang investasi pengembangan industri migas di Indonesia, baik

di bidang hulu maupun hilir di masa mendatang masih sangat menjanjikan dan

menguntungkan.

Secara geologi, Indonesia masih mempunyai potensi ketersediaan hidrokarbon

yang cukup besar. Rencana pemerintah dalam mempertahankan produksi minyak

bumi pada tingkat 1 juta barel per hari, tentu akan memberikan dampak peluang

investasi yang besar di sektor hulu migas.11

Potensi sumber daya migas nasional saat ini masih cukup besar, terakumulasi

dalam 60 cekungan sedimen (basin) yang tersebar di hampir seluruh wilayah

Indonesia. Dari 60 cekungan tersebut, 38 cekungan sudah dilakukan kegiatan

eksplorasi dan sisanya sama sekali belum dilakukan eksplorasi. Dari cekungan yang

telah dieksplorasi, 16 cekungan sudah memproduksi hidrokarbon, 9 cekungan belum

diproduksi walaupun telah diketemukan kandungan hidrokarbon, sedangkan 15

9 http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/displayberita.php?in=250&ia=0

10 http://www.lemigas.esdm.go.id/id/berita-111-peluang-investasi-migas-di-indonesia.html

11 ibid

Page 7: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

9

cekungan sisanya belum diketemukan kandungan hidrokarbon. Kondisi di atas

menunjukkan bahwa peluang kegiatan eksplorasi pertambangan dan minyak dan gas

bumi (migas) di Indonesia masih terbuka lebar, terutama dari 22 cekungan yang

belum pernah dilakukan kegiatan eksplorasi dan sebagian besar berlokasi di laut

dalam terutama di Indonesia bagian Timur.12

Muhammad Sadli13

salah seorang penasehat ekonomi pemerintah Orde Baru

1960-an menegaskan, bahwa keberadaan perusahaan asing yang menanamkan

modalnya di Indonesia akan mempunyai efek katalisator atas pertumbuhan

selanjutnya dari perekonomian nasional. Adanya tuduhan yang sering kali terdengar

dalam perekonomian bekas colonial bahwa perusahaan penanaman modal asing dapat

menghambat pertumbuhan perusahaan pribumi akan dapat dihindarkan. Lebih lanjut,

beliau mengemukakan bahwa proses pembangunan ekonomi pada akhirnya akan

menuju kepada industrialisasi, dimana industrialisasi merupakan hasil pembangunan,

dan bukan malah sebaliknya.

1.1.1 Peranan Investor Amerika Serikat terhadap Pembangunan Perekonomian di

Indonesia

Dengan kondisi-kondisi yang telah dijelaskan diatas, Indonesia bisa dibilang

sebagai wilayah yang sangat menjanjikan bagi investasi pertambangan dan migas dan

hal tersebut tentu saja tidak luput dari perhatian para investor AS. Salah satu

contohnya, Hess Corporation, perusahaan minyak dan gas bumi asal Amerika Serikat,

12 ibid

13 Muhammad Sadli, Indonesia Economic Development, Conference Board Record, Volume 6, Nopember 1969, halaman 40.

Page 8: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

10

yang akan menambah investasi di Indonesia hingga US$2 miliar atau sekitar Rp18,86

triliun selama 6-10 tahun mendatang. Hess Corporation saat ini memiliki dua blok

minyak dan gas di Indonesia, satu telah beroperasi sedangkan satu lagi masih dalam

tahap eksplorasi. Hess Corporation menilai perkembangan perekonomian di

Indonesia sangat bagus dan akan menambah investasi dengan nilai US$ 200 juta per

tahun.14

Contoh investor AS lainnya di dalam sektor minyak dan gas bumi adalah PT.

Chevron Pacific Indonesia. PT Chevron Pacific Indonesia merupakan produsen

minyak terbesar di Indonesia, mengalokasikan dana maksimum US$ 7 miliar untuk

menerapkan teknologi injeksi surfaktan pada lapangan Minas di Riau. Teknologi

tersebut diproyeksikan dapat meningkatkan produksi minyak di blok Minas dari saat

ini 70 ribu barel per hari menjadi 140 ribu barel per hari pada enam tahun kedepan.

Berdasarkan data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak

dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi minyak harian Chevron hingga semester I

2011 tercatat sebesar 356.005 barel per hari. Hingga pertengahan tahun 2011,

Chevron memproduksi dan menjual (lifting) minyak sebesar 64,437 jutabarel.15

Dua kontraktor migas besar asal AS lainnya yang akan menambah investasi di

Indonesia adalah Conoco Philips dan Exxon Mobil. Penambahan investasi yang

dimaksud tersebut adalah untuk blok minyak dan gas baru yang masih dalam tahap

kegiatan eksplorasi. Conoco Philips misalnya, tertarik untuk menggarap blok migas di

14 http://duniaindustri.com/hess-corp-tanam-investasi-us-2-miliar-di-indonesia/

15https://www.ipotnews.com/m/article.php?jdl=Chevron_Proyeksikan_Investasi_US$_7_Miliar_di_Minas&level2=&level3=&level4=

manufacturing&news_id=319705&group_news=CLIPPING&taging_subtype=BANKING&popular=&search=y&q=

Page 9: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

11

kawasan timur Indonesia. Contoh, di blok Amborip IV, Conoco Philips memiliki 51%

saham bersama dengan Total E&P (24,5%) dan OPIC (24,5%)16

.

Exxon Mobil pada tahun 2011 telah menandatangani kontrak EPC

(Engineering, Procurement and Construction) untuk blok Cepu. Selain terus

melakukan pengembangan gas di wilayah Cepu, di Kalimantan ExxonMobil juga

mengembangkan eksplorasi gas metana batubara atau yang dikenal sebagai Coal Bed

Metane (CBM). Tidak hanya itu, ExxonMobil juga mengelola eksplorasi Blok

Cendrawasih di perairan dalam Papua17

.

Merujuk data SKK Migas tahun 2010 sebagaimana yang disajikan di tabel di

bawah ini, realisasi investasi hulu migas mencapai US$ 11,03 miliar. Jumlah itu naik

23% menjadi US$ 13,59 miliar dari tahun sebelumnya. Kemudian, ditargetkan akan

naik menjadi US$15 miliar.18

16 http://industri.kontan.co.id/news/tiga-kontraktor-asing-siap-tambah-investasi

17 http://wapresri.go.id/index/preview/kegiatan/1864

18 Opcit

Page 10: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

12

Tabel 1. Realisasi Investasi Hulu Migas

Adapun pengaruh investasi ini terhadap pertumbuhan perekonomian di

Indonesia secara tidak langsung kontribusinya dapat kita cermati dari tabel statistik

penerimaan negara dari sektor hulu migas dibawah ini.

Page 11: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

13

Tabel 2. Penerimaan Negara dari Sektor Hulu Migas

Investor AS sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas dan banyak diketahui

oleh berbagai kalangan, telah banyak melakukan kegiatan penanaman modal dengan

cara mendirikan perusahaan, anak perusahaan, cabang, maupun afiliasi lainnya di

Indonesia. Investor AS tersebut di dalam melakukan penanaman modal di Indonesia,

selain tunduk kepada peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia, kepada-nya juga

melekat dan tunduk kepada ketentuan dari negara tempatnya berasal, salah satunya

adalah mengenai undang-undang praktik korupsi asing atau foreign corrupt practice

act (FCPA).

Page 12: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

14

Keberadaan penanaman modal, khususnya modal asing di Indonesia tidak lain

dimaksudkan, untuk membantu atau sebagai pelengkap dalam perekonomian nasional

yang mengalami kemerosotan dan boleh dikatakan hampir ambruk pada dasawarsa

1960-an.19

Dikemukakan oleh Sumantoro,20

bahwa kebijaksanaan pemerintah untuk

menerbitkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing disertai pertimbangan agar

dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi sedapat mungkin disertakan sumber-

sumber dari luar negeri, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menutup kekurangan

modal dalam negeri tanpa menimbulkan ketergantungan kepada luar negeri. Hadirnya

modal, teknologi dan keahlian manajemen luar negeri tersebut diharapkan dapat

membantu mempercepat pembangunan nasional dalam bentuk pemberian lapangan

kerja, pengalihan teknologi serta peningkatan produksi pada umumnya.

Dibutuhkan wawasan pengembangan penanaman modal khususnya

penanaman modal asing guna mendorong dan memacu perkembangan aplikasi

penanaman modal di Indonesia. Kebijakan yang dibuat dan diperuntukan untuk

mengatur dan mengendalikan penanaman modal bukanlah dimaksudkan untuk

mempersempit ruang jangkauan penanaman modal dalam melakukan usahanya, akan

tetapi justru memberikan perlindungan hukum yang lebih memadai dan menciptakan

sinergitas hubungan dengan negara penerima modal (host country) agar lebih serasi

dan berimbang, baik dalam peruntukan maupun dalam perolehan hasil.21

Dinamika Industri Minyak dan Gas Bumi yang sudah berlangsung sejak lama,

menjadikan Indonesia lebih matang dalam mengembangkan kontrak dan kebijakan

19 Aminuddin Ilmar, “Hukum Penanaman Modal di Indonesia”, Prenada Media Group, Jakarta, 2006, Halaman 43. 20 Sumantoro, “Hukum Ekonomi”, UI-Press, Jakarta, 1986, halaman 104. 21 Ibid, halaman 271

Page 13: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

15

yang ada untuk mendukung investasi. Dukungan peraturan, insentif dan

penghormatan terhadap kontrak yang ada adalah usaha pemerintah Indonesia untuk

menjamin keberlangsungan investasi di Indonesia22

, termasuk di dalamnya adalah

dukungan peraturan dan penghormatan terhadap FCPA, hal ini didukung oleh Pasal

14 huruf (a) Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007 dimana

disebutkan bahwa setiap penanam modal berhak mendapat kepastian hak, hukum dan

perlindungan.

1.1.2 Undang-Undang Praktik Korupsi Asing (Foreign Corrupt Practice Act

[FCPA])

Sebagai hasil penyelidikan dari pihak Securities and Exchange Commission

(SEC) AS pada pertengahan tahun 1970, lebih dari 400 (empat ratus) perusahaan AS

mengakui adanya pembayaran illegal dengan jumlah lebih dari US$ 300.000.000,00

(tiga ratus juta dolar amerika) kepada institusi-institusi pemerintahan, politikus dan

partai-partai politik asing. Melihat kepada fakta tersebut, Kongres AS pada akhirnya

memutuskan untuk memberlakukan FCPA yaitu dalam rangka menghentikan

penyuapan kepada pihak resmi asing serta mengembalikan kepercayaan semua pihak

terhadap integritas sistem bisnis Amerika. 23

FCPA diundangkan di AS pada tahun 1977 dan diamandemen pada tahun

1988 oleh kongres AS. Di dalam undang-undang ini pada dasarnya dinyatakan bahwa

dianggap sebagai suatu tindak pidana bagi warga AS dan juga perusahaan yang

22 http://www.lemigas.esdm.go.id/id/berita-111-peluang-investasi-migas-di-indonesia.html

23 http://www.justice.gov/criminal/fraud/fcpa

Page 14: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

16

didirikan dengan hukum AS, termasuk anak perusahaan, cabang dan afiliasi-nya

untuk secara nyata diketahui menawarkan pembayaran atau janji mengenai

pembayaran sejumlah uang maupun hal berharga lainnya kepada pihak asing resmi

dengan tujuan dan maksud yang berkaitan dengan kepentingan bisnis.

Sehubungan dengan larangan tersebut, berdasarkan yang termaktub di dalam

FCPA, terdapat 5 (lima) elemen yang menjadi indikator pelanggaran FCPA. Kelima

elemen tersebut antara lain :

1) Who/Siapa

FCPA berlaku untuk setiap individu, perusahaan, pejabat, direktur,

karyawan, atau agen dari perusahaan dan setiap pemegang saham yang

bertindak atas nama perusahaan. Individu dan perusahaan juga dapat

dikenakan sanksi jika mereka memerintahkan, memberikan wewenang atau

membantu orang lain untuk melanggar ketentuan FCPA atau jika diantara

mereka bersekongkol untuk melanggar ketentuan-ketentuan anti suap.

2) Corrupt Intent/Niat Korup

Orang yang membuat atau mengotorisasi pembayaran memiliki niat

korup, dan pembayaran yang dilakukan ditujukan untuk mendorong penerima

agar menyalahgunakan posisi resminya terhadap kegiatan bisnis pihak yang

melakukan pembayaran. Tawaran maupun janji atas suatu pembayaran juga

merupakan pelanggaran atas FCPA. FCPA melarang pembayaran yang

ditujukan untuk mempengaruhi tindakan atau keputusan pihak resmi asing

dalam kapasitas resminya, untuk mendorong pihak tersebut untuk melakukan

Page 15: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

17

tindakan yang melanggar kewajiban hukumnya dalam rangka mendapatkan

keuntungan yang tidak layak, atau untuk mendorong pihak resmi asing untuk

menggunakan pengaruhnya atas sebuah tindakan dan keputusan.

3) Payment/Pembayaran

FCPA melarang pembayaran, penawaran, janji untuk membayar atau

memberikan wewenang untuk membayar atau menawarkan sejumlah uang

maupun sesuatu yang berharga.

4) Recipient/Penerima

Larangan hanya berlaku untuk pembayaran yang bertujuan korup kepada

pihak resmi asing, partai politik asing atau pejabat partai, maupun kandidat

untuk jabatan politik asing. Pihak resmi asing adalah setiap pejabat atau

pegawai pemerintahan asing, organisasi internasional publik, atau setiap

departemen atau lembaga atau orang yang bertindak dalam kapasitas resmi.

FCPA berlaku untuk pembayaran kepada pejabat publik, terlepas dari

pangkat atau posisi pejabat publik tersebut. FCPA berfokus pada tujuan

pembayaran bukan berfokus pada tugas tertentu pihak resmi asing yang

menerima pembayaran, penawaran atau janji pembayaran resmi dari penerima

pembayaran.

Page 16: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

18

5) Business Purpose Test/Menguji Tujuan Bisnis

FCPA melarang pembayaran yang dilakukan untuk membantu perusahaan

dalam memperoleh atau mempertahankan suatu kegiatan bisnis.

FCPA telah memiliki dampak yang besar terhadap cara perusahaan Amerika

melakukan bisnis di luar negeri. Beberapa perusahaan yang membayar suap untuk

pihak resmi asing menjadi subyek dari tindakan penegakan hukum pidana dan

perdata, adapula diberlakukan kepada perusahaan tersebut denda dengan jumlah yang

besar, bahkan diberikan penangguhan serta dijadikan daftar hitam dalam daftar

kontrakor pengadaan federal di Amerika Serikat. Beberapa karyawan dan petugas-

petugas yang melakukan penyuapan juga dihukum penjara.24

1.1.3 Kasus FCPA di Sektor Pertambangan, Minyak dan Gas di Indonesia

Terdapat beberapa kasus menyangkut FCPA di sektor pertambangan dan

migas di Indonesia, Selain menyangkut perusahaan pertambangan dan migas, banyak

juga diantaranya dilakukan oleh perusahaan jasa penunjang migas. Perusahaan jasa

penunjang migas adalah perusahaan yang melakukan usaha sebagai kontraktor dari

KKKS untuk melakukan pekerjaan dimana perusahaan penunjang migas tersebut

memiliki keahlian dan sumber daya khusus di dalamnya dan yang mana KKKS tidak

memiliki keahlian dan sumber daya khusus tersebut. Perusahaan jasa penunjang

migas tidak hanya bergerak di bidang hulu migas, namun juga bergerak di bidang

24 ibid

Page 17: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

19

hilir migas. Pada dasarnya Usaha penunjang Migas diatur di dalam Permen ESDM

No. 27 tahun 2008 tentang Kegiatan Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi

(Permen 27/2008).

Salah satu kasus menarik berkaitan dengan sebuah perusahaan jasa penunjang

migas yaitu Baker Hughes yang beroperasi di Indonesia. Perkara SEC v. KPMG

Siddharta & Harsono menguraikan bagaimana Security Exchange Commission

(SEC)/Badan Pengawas Pasar Modal Amerika bersamaan dengan Department of

Justice (DOJ)/Departemen Kehakiman Amerika pada tahun 2001 secara bersama-

sama menuntut Kantor Akuntan Indonesia dengan tuduhan melakukan suap berkaitan

dengan pembayaran pajak dari anak perusahaan Baker Hughes yaitu PT Eastman

Christiensen. Perkara ini menunjukkan bagaimana FCPA berlaku extraterritorial (di

luar wilayah Amerika). Perkara ini juga menunjukkan bagaimana seorang penasehat

hukum mencegah penyuapan yang termasuk tindakan korupsi25

.

Kasus FCPA lain yang menarik di sektor migas Indonesia adalah menyangkut

anak perusahaan Amerika di Indonesia, yaitu PT. Triton Indonesia yang juga

mencoba menyuap pejabat Indonesia untuk menurunkan tagihan pajak kepada

perusahaan tersebut. PT. Triton Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang

pengoperasian proyek pemulihan migas yang sepenuhnya dimiliki oleh Triton Energy

Corp, perusahaan yang berasal dari AS dan didirikan di Delaware. Dalam perkara

SEC v. Triton Energy Corp. SEC dalam hal ini telah menuntut induk perusahaan

25 Daniel Patrick Ashe, “The Lengthening Anti-Bribery Lasso Of The United States: The Recent Extraterritorial Application Of The U.S.

Foreign Corrupt Practice Act”,Fordham Law Review, May, 2005, hlm. 2921-2931.

Page 18: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

20

tersebut Triton Energy Corporation turut bertanggung jawab bagi dua pejabat anak

perusahaannya di Indonesia yang menyuap pejabat pajak26

.

Kasus FCPA di Indonesia yang sedang berkembang saat ini adalah dugaan

suap yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia, anak perusahaan dari perusahaan

AS Freeport McMorran Copper and Gold. Di Amerika Serikat, Freeport McMoran

Copper & Gold diadukan ke departemen kehakiman AS atas dugaan pelanggaran

FCPA. Tanggal 1 November tahun 2011, Persatuan Pekerja Baja (United

Steelworkers) yang berkedudukan di Pittsburg, Philadephia, Amerika Serikat,

mengajukan surat kepada Departemen Kehakiman AS atas pernyataan Kapolri

Jenderal Timur Pradopo bahwa ada dana yang diberikan oleh PT Freeport Indonesia

kepada aparat kepolisian. Dalam surat itu juga dikutip laporan Kontras yang

menyebutkan dana Rp. 1.250.000 per bulan diberikan oleh Freeport Indonesia kepada

635 personel kepolisian dan militer.27

Kasus lainnya yang melibatkan perusahaan migas nasional Indonesia adalah

kasus United States v. Innospec, Inc. Innospec merupakan perusahaan manufaktur

dan penjual zat tambahan bahan bakar dan bahan kimia lainnya yang berasal dari

Delaware, AS dan berbasis di Inggris. Meskipun kasus FCPA terhadap innospec

sudah diselesaikan pada tanggal 18 Maret 2010 ketika Innospec mengaku bersalah

telah membayar suap kepada pejabat pemerintah Indonesia dan Irak untuk pembelian

zat tambahan bahan bakar, namun pada tanggal 30 November 2011, Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumumkan bahwa KPK telah menuntut mantan

26 Alexandros Zervos, “Amending The Foreign Corrupt Practices Act : Repealing The Exemption For “Routine Government” Payment”,

Penn State International Law Review, Summer, 2006, hlm. 261-261. 27

http://nasional.kompas.com/read/2011/11/05/14472574/Di.Amerika.Saja.Diadukan.Masa.di.Indonesia.Freeport.Dilind ungi

Page 19: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

21

direktur PT. Pertamina karena terbukti telah menerima suap dari Innospec. Kasus ini

juga dituntut di Inggris dan masih dalam tahap pending/penundaan terhadap beberapa

karyawan Innospec dalam menghadapi tuduhan korupsi. Innospec telah membayar

denda sebesar US$ 40.200.000 kepada DOJ, SEC dan U.K. Serious Fraud Office.28

Berdasarkan fakta-fakta yang disajikan diatas, maka penindakan kasus suap

korporasi terhadap pihak resmi asing di banyak negara maju memasuki tahapan baru.

Pemidanaan tidak hanya dijatuhkan terhadap eksekutif korporasi yang terlibat. Akan

tetapi juga terhadap korporasinya, dalam bentuk pembayaran denda dan pengambilan

keuntungan korporasi dari bisnis yang didapat dari suap tersebut. Hukuman ini

dikenal sebagai: disgorgement of profits, yang awalnya diperkenalkan AS melalui

FCPA.

Kumulasi hukuman model FCPA itu kini telah pula diterapkan melalui

legislasi negara-negara anggota Organisation for Economic Co-operation and

Development (OECD), dengan mengacu pada the 1997 OECD Anti-Bribery

Convention. Pasal 3 (3):

Each Party shall take such measures as may be necessary to provide that

the bribe and the proceeds of the bribery of a foreign public official, or

property the value of which corresponds to that of such proceeds, are subject

to seizure and confiscation or that monetary sanctions of comparable effect

are applicable.

Pasal ini meletakkan dasar bagi penerapan denda dan disgorgement of profits sebagai

hukuman terhadap korporasi yang terbukti menyuap pejabat publik.

28 http://www.corporatecomplianceinsights.com/the-asia-pacific-top-10-fcpa-cases-of-2011/

Page 20: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

22

Landasan serupa juga diletakkan dalam Pasal 31 (6) the 2003 United Nations

Convention Against Corruption (UNCAC), yang telah diratifikasi oleh Indonesia

melalui UU No 7 Tahun 2006.29

Income or other benefits derived from such proceeds of crime, from property

into which such proceeds of crime have been transformed or converted or

from property with which such proceeds of crime have been intermingled

shall also be liable to the measures referred to in this article, in the same

manner and to the same extent as proceeds of crime.

Dari data Control Risks (UK), selama semester pertama 2009 ini lebih dari

120 kasus penyuapan pejabat publik disidik di AS dan negara-negara OECD. Banyak

korporasi besar yang disidik terancam hukuman denda dan disgorgement of profits.

Pada Februari 2009, perusahaan minyak raksasa AS, Halliburton, dan afiliasinya,

KBR Inc. harus membayar sejumlah US$579 juta (+ Rp5,6 triliun) kepada negaranya,

terdiri dari denda US$402 juta dan US$177 juta sebagai disgorgement of profits.

Selain hukuman ini, top eksekutifnya yang mengaku bersalah (plea guilty) dihukum

tujuh tahun penjara. Kedua perusahaan ini mengakui menyuap para pejabat publik di

Nigeria untuk mendapatkan kontrak pembangunan fasilitas gas alam di Pulau Bonny,

Nigeria.30

Di Indonesia, hukuman terhadap tindak pidana penyuapan khususnya diatur di

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 209, 210, 418 dan 419 jo Pasal 5,

6, 11 dan 12 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun

2001 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

29 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4af7905853711/disgorgement-of-profits, Arsul Sani, SH, M.Si, MCIArb

30 Alexandros Zervos, “Amending The Foreign Corrupt Practices Act : Repealing The Exemption For “Routine Government” Payment”,

Penn State International Law Review, Summer, 2006, hlm. 261-261.

Page 21: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

23

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sendiri memang tidak

menggunakan istilah penyuapan. Namun dari beberapa pasalnya, kita bisa

menafsirkan bahwa KUHP membedakan dua jenis penyuapan, yaitu penyuapan aktif

dan penyuapan pasif. Penyuapan aktif diatur dalam pasal 209 dan 210 KUHP,

sedangkan penyuapan pasif diatur dalam pasal 418, 419 dan 420 KUHP.

Pasal 209

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau

pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:

1. barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang

pejabat dengan maksud menggerakkannya untuk berbuat atau tidak

berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan

kewajibannya;

2. barang siapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat karena atau

berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban,

dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya. Pencabutan hak

tersebut dalam pasal 35 No. 1- 4 dapat dijatuhkan.

Pasal 210

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

1. barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang

hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan tentang

perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;

2. barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang

yang menurut ketentuan undang-undang ditentukan menjadi

penasihat atau adviseur untuk menghadiri sidang atau pengadilan,

dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang

akan diherikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada

pengadilan untuk diadili.

(2) Jika pemberian atau janji dilakukan dengan maksud supaya dalam perkara

pidana dijatuhkan pemidanaan, maka yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama sembilan tahun.

Penyuap atau yang memberi suap diancam dengan pidana oleh pasal 209, 210,

tetapi yang menerima suap itu diancam di pasal lain, yaitu pasal 418, 419, dan 420.

Page 22: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

24

Pasal 418 Seorang pejabat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau

sepatutnya harus diduganya., hahwa hadiah atau janji itu diberikan karena

kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang

menurut pikiran orang yang memberi hadiah atau janji itu ada hubungan

dengan jabatannya diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun

atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 419 Diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun seorang pejabat:

1. yang menerima hadiah atau janji padahal diketahuinya bahwa hadiah

atau janji itu diberikan untuk menggerakkannya supaya melakukan

atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan

dengan kewajibannya;

2. yang menerinia hadiah mengetahui bahwa hadiah itu diberikan sebagai

akibat. atau oleh karena si penerima telah melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan

kewajibannya.

Pasal 420

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun:

1. seorang hakim yang menerima hadiah atau janji. padahal diketahui bahwa

hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang

menjadi tugasnya;

2. barang siapa menurut ket.entuan undang-undang ditunjuk menjadi

penasihat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau

janji, padahal diketahui bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk

mempengaruhi nasihat tentang perkara yang harus diputus oleh pengadilan

itu.

(2) Jika hadiah atau janji itu diterima dengan sadar bahwa hadiah atau janji itu

diberikan supaya dipidana dalam suatu perkara pidana, maka yang bersalah

diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Sedangkan Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20

Tahun 2001 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menguraikan :

Pasal 5

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 209 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau

denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) dan paling

banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Page 23: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

25

Pasal 6

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 210 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun

dan denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)

dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 11

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 418 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda

paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak

250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 12

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-

undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan

paling banyak 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Denda ancaman tertinggi jika ditelaah dari bunyi pasal-pasal tersebut paling tertinggi

adalah sebesar Rp1.000.000.000,- (1 miliar rupiah). Dalam banyak vonis kasus

korupsi di Indonesia, hakim menjatuhkan pula pidana tambahan, berupa perintah

membayar uang pengganti kepada negara; untuk kasus dimana terdapat kerugian

keuangan negara. Jika pembayaran ini tidak dilaksanakan, maka diganti dengan

pemenjaraan tambahan.

Proses peradilan dan vonis dalam kasus korupsi di Indonesia sejauh ini hanya

dijalani oleh individu, walaupun suap yang diadili berkaitan dengan kepentingan

bisnis perusahaan. Hal ini berpotensi membuat kerugian negara sulit dipulihkan,

karena harta benda terpidana individu yang menjadi pelaku korupsi pada umumnya

lebih kecil dibandingkan dengan harta benda korporasi.

Page 24: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

26

Pidana Korporasi di Indonesia dikenal juga di dalam Undang Undang

Lingkungan Hidup (UULH) No.32 Tahun 2009 yang disahkan 7 September 2009

yaitu di dalam Pasal 116, 117, 118, 119:

Pasal 116 :

(1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas

nama badan usaha, tuntutan, pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada :

a. Badan usaha; dan/atau

b. Orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut

atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak

pidana tersebut.

(2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau

berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan

usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin

dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut

dilakukan secara sendiri atau bersama-sama.

Pasal 117 :

Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf b, ancaman

pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat dengan

sepertiga.

Pasal 118 :

Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf

a, sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus

yang berwenang mewakili oleh pengurus yang berwenang mewakili di dalam

dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selaku

pelaku fungsional.

Pasal 119 :

Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, terhadap

badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa

:

a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;

b. Penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan;

c. Perbaikan akibat tindak pidana;

d. Pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau

e. Penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga)

tahun.

Page 25: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

27

Meskipun pidana korporasi telah dikenal di dalam UULH ini, namun hal

tersebut khusus mengatur kepada tindak pidana lingkungan dan bukan kepada lingkup

tindak pidana korupsi. Suatu kemajuan dari UUPTK tahun 1999 dibandingkan

dengan UUPTK tahun 1971 ialah, bahwa subjek tindak pidana tidak hanya “orang

perseorangan” tetapi juga “korporasi”31

. Yang dimaksud dengan “korporasi” adalah

kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum

maupun bukan badan hukum (Pasal 1 ke-1 UUPTK tahun 1999).

Dengan dijadikannya korporasi (berbadan hukum atau bukan) sebagai subjek

tindak pidana korupsi, maka sistem pidana dan pemidanaannya juga seharusnya

berorientasi pada korporasi. Ini berarti, harus ada ketentuan khusus mengenai: (a)

kapan dikatakan korporasi melakukan tindak pidana; (b) siapa yang dapat

dipertanggungjawabkan; (c) dalam hal bagaimana korporasi dapat

dipertanggungjawabkan; dan (d) jenis-jenis sanksi apa yang dapat dijatuhkan untuk

korporasi. Mengenai sub (a), UUPTK tahun 1999 telah mengaturnya di dalam Pasal

20 (2), yaitu “apabila tindak pidana dilakukan oleh orang-orang, baik berdasarkan

hubungan kerja maupun hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi

tersebut baik sendiri maupun bersama-sama”. Mengenai sub (b), diatur dalam Pasal

20 (1) yang menyatakan, bahwa “tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan

terhadap korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama”. Mengenai sub (c),

UUPTK tidak membuat ketentuan khusus yang rinci, tetapi diintegrasikan/terkandung

dalam Pasal 20 (1) dan (2) diatas. Akhirnya mengenai sub (d), UUPTK menyatakan,

31 Barda Nawawi, “Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan”, Prenada Media

Group, Jakarta, Halaman 154.

Page 26: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

28

bahwa pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada korporasi hanya pidana denda,

yang maksimumnya ditambah/diperberat 1/3 (Pasal 20 ayat 7). Di samping pidana

denda, beberapa jenis pidana tambahan dalam Pasal 18 (1) dapat juga dijadikan

pidana pokok untuk korporasi atau setidak-tidaknya sebagai pidana tambahan yang

dapat dijatuhkan secara mandiri. Kalau pidana penjara (perampasan kemerdekaan)

merupakan pidana pokok untuk “orang”, maka pidana pokok untuk korporasi yang

dapat diidentikkan dengan pidana perampasan kemerdekaan adalah sanksi berupa

“penutupan perusahaan/korporasi untuk waktu tertentu” atau “pencabutan hak/izin

usaha”.32

Lebih lanjut, ketentuan yang dapat menjadi awal bagi penerapan

disgorgement of profits terhadap korporasi yang melakukan tindak pidana korupsi

belum diatur secara detail di dalam perundang-undangan di Indonesia; meskipun di

dalam Pasal 18 ayat 1 huruf (b) Undang-Undang No. 31 tahun 1999 mengenai Tindak

Pidana Korupsi diatur mengenai uang pengganti : “Selain pidana tambahan

sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagai pidana

tambahan adalah : (b) pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-

banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.”

Di dalam pasal ini disebutkan bahwa uang pengganti adalah jumlah yang

sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana

korupsi, namun tidak diatur apakah keuntungan korporasi yang diperoleh, termasuk

bunga yang wajar dapat dimintakan ganti rugi.

32 Ibid, halaman 157-158

Page 27: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

29

Berkaitan dengan cita-cita bangsa yang tercantum di dalam Undang-Undang

Dasar 1945 pada umumnya, dan khususnya terhadap komitmen negara kita untuk

menetapkan tekad terhadap pemberantasan korupsi terutama di industri sektor

pertambangan, minyak dan gas bumi yang memiliki nilai yang fantastis, sebaiknya

Indonesia perlu menyempurnakan undang-undang anti korupsi yang dimiliki dengan

mengatur perihal penerapan disgorgement of profits dengan lebih mendetail.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan praktik korupsi

asing seperti FCPA?

2. Apakah pengaturan serupa disgorgement of profits terhadap korporasi perlu

diatur secara detail di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa apakah Indonesia memiliki peraturan

perundang-undangan praktik korupsi asing seperti dengan FCPA.

2. Untuk menganalisa dan mengusulkan apakah diperlukan suatu pengaturan

baru yang lebih detail mengenai disgorgement of profits terhadap korporasi di

sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Page 28: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

30

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini

adalah:

1. Teoritis

Bagi penulis untuk pengembangan ilmu hukum;

a. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis serta

memberi manfaat bagi pembaca, khususnya dalam masalah hukum

investasi dan tindak pidana korupsi di sektor pertambangan,

minyak dan gas di Indonesia.

b. Memberikan sumbangan dan kontribusi pemikiran untuk

perkembangan ilmu hukum terutama kontribusi penelitian

akademis dibidang hukum investasi dan tindak pidana korupsi di

sektor pertambangan, minyak dan gas di Indonesia.

2. Praktis

a. Hasil penelitian ini kiranya bermanfaat sebagai sumber

kepustakaan berupa sumbangan pemikiran dalam pengembangan

ilmu hukum, khususnya bagi yang berminat untuk meneliti lebih

lanjut tentang hukum investasi dan tindak pidana korupsi di sektor

pertambangan, minyak dan gas di Indonesia.

b. Hasil penelitian ini mampu memberikan masukan dan umpan

balik bagi para pihak yang berkompeten dalam pengembangan

Page 29: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

31

hukum investasi dan tindak pidana korupsi di sektor

pertambangan, minyak dan gas di Indonesia.

c. Dapat memberikan masukan kepada para pihak yang

berkepentingan dengan pelaksanaan investasi dan penyempurnaan

peraturan perundang-undangan tindak pidana korupsi.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang berjudul “Foreign Corrupt Practice Act (FCPA),

Disgorgement of Profits dan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001 dalam

Investasi di Sektor Industri Pertambangan, Minyak dan Gas di Indonesia.”

merupakan penelitian yang berdasarkan pada tindak pidana korupsi, FCPA &

disgorgement of profits berkaitan dengan investasi khususnya di sektor

pertambangan, minyak dan gas di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian yang

membahas tentang peraturan perundang-undangan di Indonesia dalam

perbandingannya dengan US FCPA dan disgorgment of profits di sektor investasi

industri pertambangan, minyak dan gas.

Peneliti mengambil tema ini dikarenakan sejauh pengamatan yang dilakukan,

FCPA dan disgorgment of profits merupakan peraturan perundang-undangan milik

AS yang dapat diadopsi oleh peraturan perundang-undangan di Indonesia yang bila

dapat diterapkan dengan baik akan dapat membawa peranan yang besar terhadap

perkembangan investasi di Indonesia karena kaitannya dengan pencegahan tindak

pidana korupsi khususnya penyuapan dalam sektor industri pertambangan, minyak

Page 30: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78212/potongan/S2-2014... · menyeluruh dan diberikan upaya penegakan hukum secara langsung supaya

32

dan gas bumi. Mengingat dengan tidak adanya hambatan dari peraturan perundang-

undangan di Indonesia terhadap penegakan peraturan FCPA&Disgorgement of Profits

untuk investor AS, dimana investor AS merupakan salah satu investor terbesar di

Indonesia, maka secara tidak langsung tindak pidana suap yang berkaitan dengan

transaksi bisnis di Indonesia dapat diminimalisasi, khususnya tindak pidana suap

yang dilakukan oleh Investor AS terhadap pejabat resmi Indonesia yang dapat

berakibat kepada kerugian keuangan negara. Peneliti ingin meneliti apakah Indonesia

memiliki peraturan-peraturan tentang praktik korupsi asing seperti FCPA dan apakah

peraturan serupa Disgorgement of Profits perlu diadaptasi ke dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia terutama di dalam ketentuan-ketentuan yang ada di

Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.