29
ASKEP Obstruksi Ileus Co/ Juliardinsyah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.

ASKEP Obstruksi Ileus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP Obstruksi Ileus

ASKEP Obstruksi IleusCo/ Juliardinsyah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.      Latar belakang

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering

dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis

akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng, sedangkan

diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering

dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan

abdominalis.

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan

penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).

Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di

Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel,

2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif  tanpa hernia yang

dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen

Kesehatan Indonesia.

Ada 3 hal yang tetap menarik untuk diketahui/diselidiki tentang obstruksi ileus, ialah :

1.    Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.

2.    Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universil; tetapi untuk mengetahui

proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga abdomen tetap merupakan hal yang sulit.

3.    Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran klinik khas yang dapat

mendukungnya.

Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi ileus dengan cara yang

sebaik - baiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang bekerja dalam satu tim dengan

tujuan untuk mencapai 4 keuntungan :

1.    Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan umum penderita

optimal.

2.    Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.

3.    Mencegah laparotomi negatif.

4.    Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab obstruksinya.

Page 2: ASKEP Obstruksi Ileus

Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis

serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif.  Operasi dilakukan secepat yang

layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien (Sabiston, 1995).

Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang devinisi obstruksi ileus, etiologi,

patofisioligi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis serta asuhan

keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan intestinal pada ileus, sehingga dapat

memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar sehingga dapat meningkatkan derajat

kesembuhan pasien.

1.3  Tujuan penulisan

1.3.1        Untuk mengetahui anatomi fisiologi ileus

1.3.2        Untuk mengetahui definisi ileus

1.3.3        Untuk mengetahui etiologi ileus

1.3.4        Untuk mengetahui patofisiologi ileus

1.3.5        Untuk mengetahui manifestasi klinis ileus

1.3.6        Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada ileus

1.3.7        Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada ileus

1.3.8        Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari ileus

BAB II

PEMBAHASAN

Page 3: ASKEP Obstruksi Ileus

2.1 Anatomi Fisiologi Ileus

Anatomi fisiologi tentang sistem pencernaan yang meliputi:     

1.      Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:

a.       Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan pipi.

b.      Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,

palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung dengan faring.

2.    Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan,

merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut

dan didepan ruas tulang belakang.

3.    Esofagus (kerongkongan)

Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.

Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui thorak

menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.

4.   Gaster (lambung)

Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling banyak terutama

didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara lain:

a.   Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri osteum kardium

biasanya berisi gas.

b.   Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah notura minor.

c.    Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter pilorus.

d.   Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi samapi pilorus.

e.    Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum kardium

melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior.

5.  Usus halus

Usus halus atau usus keciladalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara

lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat

yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi

usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding

usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ),

lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )

Page 4: ASKEP Obstruksi Ileus

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus

kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

a.    Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenumadalah bagian dari usus halus yang terletak setelah

lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari

merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di

ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh

selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada

usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

Nama duodenum berasal dari bahasa Latinduodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan

bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus

dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan

sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

b.   Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus

halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia

dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.

Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang

memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas

jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan

usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk

membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern.

Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong".

Mukosa usus halus

Permukaan epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan makro villi memudahkan

penernaan dan absorpasi

c.       Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan

manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum,

Page 5: ASKEP Obstruksi Ileus

dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)

dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

6.  Usus besar/interdinum mayor

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi

utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan

dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan, tempat tinggal

bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 7 bagian:

a.       Sekum.

b.      Kolon asenden.

Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum sampai ke hati, panjangnya

± 13 cm

c.       Appendiks (usus buntu)

Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.

d.      Kolon transversum.

Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ± 28 cm.

e.       Kolon desenden.

Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya

± 25 cm.

f.       Kolon sigmoid.

Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung bawah

berhubungan dengan rektum.

g.     Rektum.

Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.

7.    Anus.

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar.

(Drs. Syaifuddin, hal 87-92).

2.2 Definisi

Page 6: ASKEP Obstruksi Ileus

Obstruksi ileus adalah Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus merupakan

penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus.

(medicastore.com).

Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh

sumbatan mekanik. (medlinux.com).

Obstruksi ileus adalah kerusakan komplet atau parsial aliran ke depan dari usus.

Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di ileum, segmen paling sempit.

(wordpress.com).

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran

normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau

total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan

perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus

halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini

dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.

Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para ahli, yaitu:

1)      Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal melalui

saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2001).

2)      Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran usus (Patofisiologi vol 4, hal

403).

3)      Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal

(Nettina, 2001).

4)      Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke

depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).

5)      Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus

dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).

6)      Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan

penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau

parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus

disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus

yang disebabkan oleh sumbatan mekanik

2.3 Etiologi

Page 7: ASKEP Obstruksi Ileus

Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi

usus, yaitu:

1. Mekanis: Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh

peristaltic. misalnya: intussusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan,

hernia dan abses.

2. Fungsional/non-mekanis: Terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan

peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.

Misalnya: amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau

gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.

Atau Ileus obstruktif yaitu terganggunya intestinal secara fisik dikarenakan keadaan-keadaan seperti :          Perlengketan         Hernia          Neoplasma         Penyakit peradangan usus         Benda asing dan batu empedu         Fecal impaction         Stricture : congenital dan radiasi         Intusepsi (biasa pada bayi dan balita)         Volvulus ( biasa pada manula )( Hotma Romahorbo )

2.4 Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa

memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau

fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari

permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian

intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan

dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi

mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka

tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri

sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium

akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat

menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan

terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi

stranggulasi akan menyebabkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404)

Page 8: ASKEP Obstruksi Ileus

2.4.1 Pathway

Obstruksi Ileus

Faktor fungsional

      Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi

      distensi

      Tekanan intralumen

      Tekanan vena, kapiler&arteri ¯

      Refluk usus

      Mual, Muntah

      Kehilangan H2O cairan dan elektrolit

      Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit

Faktor Mekanis      Nutrisi Kurang dari Kebutuhan      Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi

sistemik

      Peritonitis septikemia

      Resiko infeksi

      Iskemia dinding usus

      Kehilangan cairan menuju ruang peritonium

      Nyeri kolik

      Ganggua rasa nyaman(nyeri)

      komplikasi 

Page 9: ASKEP Obstruksi Ileus

2.4.2 Komplikasi

Page 10: ASKEP Obstruksi Ileus

1.      Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau

infeksi yang hebat pada intra abdomen.

2.      Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.

3.       Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.

4.      Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122)

2.5  Manifestasi Klinis

1.      Nyeri tekan pada abdomen

2.      Muntah

3.      Konstipasi (sulit BAB).

4.      Distensi abdomen.

5.      BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita Selekta, 2000, hal 318).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:

1.      Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen

2.      Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)

3.      Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.

4.      Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan

menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.

5.      Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus.

(Doenges, Marilyn E, 2000)

2.7 Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki

peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki

kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

1.      Perawatan :koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan

muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta

menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

2.      Farmakologi :Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati atau mencegah

infeksi dalam perut, obat analgesic untuk mengurangi rasa nyeri.

Page 11: ASKEP Obstruksi Ileus

3.      Paracentesis :Prosedur ini juga disebut tekan perut atau peritoneum atau dimasukkan obat

khusus di dalam perut. Menghapus cairan tambahan dapat membantu bernafas lebih mudah

dan merasa lebih nyaman. Cairan dapat dikirim ke laboratorium dan diperiksa untuk tanda-

tanda infeksi atau masalah lainnya

4.      Tindakan Bedah :

Dengan laparoskopi, sayatan kecil (pemotongan) akan dilakukan pada perut.

a. Kolostomi: kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan) antara

usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum memiliki operasi untuk

menghapus usus yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan

udara atau cairan dari usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi

perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar dari stoma ke dalam

kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung pada bagian mana dari usus besar

digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma mungkin ditutup beberapa hari setelah

operasi usus setelah sembuh.

b. Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi.

Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan

pembedahannya adalah herniotomi.

c. Stent: stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus yang

tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam usus menggunakan ruang lingkup

(tabung, panjang ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus untuk membiarkan udara

dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi gejala

sebelum operasi.

2.8. Asuhan Keperawatan Pada obstruksi Ileus

2.8.1        Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk

pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan

evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).

a.         Identitas :Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan (Umumnya terjadi

pada semua umur, terutama dewasa laki – laki maupun perempuan)

Page 12: ASKEP Obstruksi Ileus

b.      Keluhan Utama : nyeri pada perutc.       Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri pada perut, muntah, konstipasi (tidak

dapat BAB dan flatus dalam beberapa hari)

d.      Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya klien sebelumnya menderita penyakit

hernia, divertikulum.

e.       Riwayat Penyakit Keluarga : Ada keluarga dengan riwayat atresia illeum dan

yeyenum.

f.       Activity Daily Life

Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah.

Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus karena peristaltik usus menurun/ berhenti.

Istirahat :Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan muntah.

Aktivitas :Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan

aktivitas.

Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.

g.   Pemeriksaan

a)      Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu meningkat(39o

C), pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi meningkat(110x/mnt) tekanan darah(130/90

mmHg)

b)      Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System)

1.      Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada oedema, tekanan darah

130/90 mmHg, BJ I dan BJ II terdengar normal

2.      Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada normal, dada simetris, sonor

(kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi

3.      Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.

4.      Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc

5.      Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri

6.      Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak ada sianosis, pucat

7.      Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba keras, adanya nyeri tekan,

hipertimpani, bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen.

2.8.2        Analisa Data

No. Data penunjang Etiologi Problem

1 DS: Klien mengatakan

sakit pada abdomen

Tekanan intralumen

meningkat

Gangguan rasa nyaman

(nyeri)

Page 13: ASKEP Obstruksi Ileus

DO:

1.      Wajah nampak meringis

2.      Bising usus >12x/mnt

3.      TTV meningkat: (TD

>120/80 mmHg,

N:>100x/mnt, S: >38oC,

RR:>20x/mnt)

4.      P: nyeri karena tekanan

intralumen

5.      Q: nyeri seperti tertusuk

6.      R: nyeri di bagian kuadran

kanan bawah

7.      S: skala nyeri 7

8.      T: nyeri kolik (hilang

timbul)

2 DS: pasien mengatakan

sering haus

DO:

1.     TTV tidak stabil (TD

>120/80 mmHg,

N:>100x/mnt, S: >38oC,

RR:>20x/mnt)

2.     Mata cowong

3.     Turgor kulit turun

4.     Membran mukosa bibir

kering

Kehilangan cairan berlebih Gangguan

keseimbangan cairan

dan elektrolit

3 DS: klien mengatakan tidak

nafsu untuk makan

DO:1.      BB klien turun2.      A: BB<45 kg, TB 165 cm

3.      B: Hb<124.      C: konjungtiva anemis

5.      D: Diet tinggi serat

Mual, muntah nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

4 DS: -- Komplikasi peritonitis Resiko Infeksi

Page 14: ASKEP Obstruksi Ileus

DO:

1.      Suhu tubuh >38oC

2.      Leukosit >11.000 µml

septikemia

2.8.3 Diagnosa keperawatan :

1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan tekanan intralumen

2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan berlebih

3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah

4.      Resiko infeksi b/d komplikasi peritonitis septikemia

2.8.4 Perencanaan

Diagnosa 1

Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan gangguan rasa nyaman

(nyeri) dapat teratasi.

KH:

1.      Tidak ada tanda-tanda nyeri

2.      Skala nyeri (0-3).

3.      Ekspresi wajah rileks.

4.      TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 16-20x/mnt, S:

36,5-37,5 oC)

5.      Bising Usus normal (5-12x/menit)

No.Dx INTERVENSI RASIONAL

1 1.      Observasi tingkat nyeri

2.      Pantau status abdomen tiap 4 jam

3.      Dorong ambulasi dini dan hindari duduk

yang lama

4.      Pertahankan klien pada posisi semi fowler

1.      Memudahkan perawat dalam

menentukan tingkat nyeri

2.      Diduga inflamasi peritoneal,

memerlukan intervensi medis yang

cepat.

3.      Menurunkan kekakuan otot dan sendi

ambulasi atau perubahan posisi sering

menurunkan tekanan perianal

4.      Menurunkan tekanan diafragma yang

terdorong oleh organ visceral

5.      Memungkinkan makanan peroral

Page 15: ASKEP Obstruksi Ileus

5.      Pertahankan puasa sampai bising usus

kembali, distensi abdomen berkurang dan

flatus keluar

6.      Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi

7.      Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai

indikasi dan evaluasi keefektifannya

dengan tidak ada bising usus akan

meningkatkan distensi dan

ketidaknyamanan

6.      Mengurangi nyeri dengan

mengalihkan perhatian klien ke hal

yang lain

7.      Menurunkan ambang nyeri dan

meningkatkan kenyamanan

Diagnosa 2

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan dan

elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal

KH:

1.      TTV dalam batas normal.

-          TD: 110/70-120/80 mmHg

-          N: 80-100x/mnt

-          RR: 16-20x /mnt

-          S: 36,5-37,5oC

2.      Turgor kulit normal (<2 detik)

3.      Membran mukosa bibir basah

4.      Mata tidak cowong

No. Dx INTERVENSI RASIONAL

2 1.      Observasi TTV

2.      kaji turgor kulit,kelembaban membran

mukosa (bibir, lidah)

3.      Observasi intake dan output

1.      Peningkatan suhu/memanjangnya

demam meningkatkan laju metabolik,

TD ortostatik berubah dan peningkatan

takikardia menunjukkan kekurangan

cairan sistemik

2.      Indikator langsung keadekuatan

volume cairan

3.      Indikator keseimbangan cairan

terutama kehilangan cairan

4.      Mengurangi sekresi lambung dan

Page 16: ASKEP Obstruksi Ileus

4.      Berikan cairan tambahan intravena

sesuai indikasi

5.      Kolaborasi: pemberian cairan parenteral,

transfusi sesuai indikasi

mencuci elektrolit

5.      Pemenuhan kebutuhan dasar cairan,

menurunkan risiko dehidrasi

Diagnosa 3

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi optimal

KH :         

1.      BB meningkat atau normal sesuai umur

2.      Nafsu makan meningkat

3.      Px tidak mengalami mual, muntah

No. Dx INTERVENSI RASIONAL

3 1.      Anjurkan pembatasan aktivitas selama

fase akut

2.      Anjurkan istirahat sebelum makan

3.      Tingkatkan diet oral baik cairan maupun

makanan rendah residu

4.      Konsultasi dengan ahli gizi

Kolaborasi:

5.      Berikan obat sesuai indikasi: Antimetik,

mis: proklorperazin (Compazine).

1.      Menurunkan kebutuhan metabolik

untuk mencegah penurunan kalori dan

simpanan energi

2.      Menurunkan kebutuhan metabolik

untuk mencegah penurunan kalori dan

simpanan energi

3.      Diet rendah residu dapat dipertahankan

6 – 8 minggu untuk memberikan waktu

yang adekuat untuk penyembuhan usus

4.      Mengkaji kebutuhan nutrisi dalam

perubahan pencernaan dan fungsi usus

5.      Untuk mencegah mual dan muntah

Page 17: ASKEP Obstruksi Ileus

Diagnosa 4

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam klien tidak menunjukkkan tanda dan gejala

infeksi.

KH:

1.      Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)

2.      Leukosit normal 4.000-11000 µml

No. Dx INTERVENSI RASIONAL

4 1.      Pantau kualitas&intensitas nyeri,

observasi TTV, distensi abdomen

2.      Beri tahu segera bila nyeri abdomen,

suhu, lingkaran abdomen terus

meningkat.

3.      Siapkan pasien untuk pembedahan bila

direncanakan

4.      Ikuti kewaspadan umum (Cuci tangan

sebelum dan sesudah perawatan

5.      Kolaborasi : Berikan obat antibiotik

sesuai indikasi

1.      deteksi dini terhadap potensial masalah

2.      peningkatan suhu indikasi

perkembangan infeksi, peningkatan

lingkar abdomen memungkinan

penyakit bertambah parah menjadi

peritonitis sehingga dapat

memperlambat pemulihan.

3.      Obstruksi vaskuler atau mekanis

umumnya memerlukan intervensi

bedah

4.      Menghindari dan melindungi klien

dari infeksi nosokomial.

5.      Untuk membantu mengobati atau

mencegah infeksi dalam perut

Page 18: ASKEP Obstruksi Ileus

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh

sumbatan mekanik.

Etiologi Ileus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu: Mekanis dan

fungsional/ non-mekanis.

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus itu sama, tanpa memandang

apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau funsional.

Manifestasi klinis pada ileus Nyeri tekan pada abdomen, Muntah, Konstipasi (sulit

BAB), Distensi abdomen, BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus.

Page 19: ASKEP Obstruksi Ileus

Pemeriksaan diagnostik meliputi: rontgen thorax, Rontgen Abdomen, Pemeriksaan sinar

x, Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap),

Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus.

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki

peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki

kelangsungan dan fungsi usus kembali normal serta dilakukan tindakan kolostomi dan stent.

Asuhan keperawatan: Pengkajian, diagnosa dan perencanaan

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Penerbit Buku Kedokteran, EGC:

Jakarta

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam, edisi XIII, EGC: Jakarta.

Zwani. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Obstruksi Usus

(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-usus.html. Diakses tanggal 18

Nopember 2011).

Page 20: ASKEP Obstruksi Ileus

Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi . (http://barryvanilow.blogspot.com/.

Diakses tanggal 18 Nopember 2011)