24
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA MATA KULIAH : KEPERAWATAN IMUN DAN HEMATOLOGI DOSEN PENGAJAR : ENDAH SULISTIYANI M.Kep DISUSUN OLEH : NURUL JANNAH NI KETUT SASTRIAWATI MUHAMMAD SUKRON YASIN RAHMAT FAUZI

Askep Leukimia Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

imun dan hematologi

Citation preview

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA

MATA KULIAH :KEPERAWATAN IMUN DAN HEMATOLOGI

DOSEN PENGAJAR:ENDAH SULISTIYANI M.Kep

DISUSUN OLEH :

NURUL JANNAH

NI KETUT SASTRIAWATI

MUHAMMAD SUKRON YASIN

RAHMAT FAUZI

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN EKSTENSI B

T.A 2014/2015KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga tugas mata kuliah Keperawatan Imun dan Hematologi dengan judul makalah Asuhan keperawatan leukimia dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat teratasi. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Imun dan HematologiDalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembuat makalah maupun pembaca.

BAB IPENDAHULUANA.AnatomiSel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu:

1. Basofil.

2. Eosinofil.

3. Neutrofil dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:

Limfosit MonositB.Fisiologi

Fisiologi sel darah manusia

1. LeukositLeukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003)

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).

Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003). Fungsi sel Darah putih

Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.

Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

BAB II

KONSEP TEORI

A. PengertianLeukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan haima (darah). Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya. etapi terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih secara abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain. Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk sistem hematopoietik yang mengakibatkan ploriferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang (Gale, 2000). Sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik dan mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal lainnya (Bakta, 2007). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sumtulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).

B. Etiologi Genetik

Adanya Penyimpangan Kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconis Anemia, Sindroma Wiskott-Aldrich, Sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy Sindrome, Sindroma von Reckinghausen, dan Neurofibromatosis.

Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misalnya pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy . Saudara kandung

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi. Virus.

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk. Bahan Kimia dan Obat-obatan

Paparan kronis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misalnya pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik.

Sedangkan dari obat-obatan, obat anti neoplastik ( misalnya : alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML. Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain : seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom.

Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi, misalnya: pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .

Leukemia Sekunder

Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA

C. Patofisiologi Leukemia

Manifestasi klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian sel pada sumsum tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi sel darah merah. Depresi produksi platelet yang menyebabkan purpura dan kecenderungan terjadinya perdarahan .

Kegagalan mekanisme pertahanan selular karena penggantian sel darah putih oleh sel leukemik, yang menyebabkan tingginya kemungkinan untuk infeksi . Infiltrasi sel-sel leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-sel leukemik yang dapat menyebabkan pembesaran dari organ-organ tersebut. Sedangkan pada penderita Leukemia itu sendiri disebabkan oleh :

Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.

Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian.PATHWAY

D.Manifestasi klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :

Pilek tidak sembuh-sembuh & sakit kepala Pucat, lesu, mudah terstimulasi, merasa lemah atau letih Demam, keringat malam dan anorexia Berat badan menurun\

Ptechiae, memar tanpa sebab, mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit) Nyeri pada tulang dan persendian Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).E.Evaluasi Diagnostik

1.Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik

2.Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml

3.Retikulosit : jumlah biasanya rendah

4.Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

5.SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature

6.PTT : memanjang

7.LDH : mungkin meningkat

8.Asam urat serum : mungkin meningkatF.Terapi

Pengobatan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit penyerta, antara lain : Radioterapi dan Kemoterapi, dilakukan ketika sel leukemia sudah terjadi metastasis. Kemoterapi juga dilakukan pada fase induksi remisi yang bertujuan mempertahankan remisi selama mungkin. Terapi modalitas, untuk mencegah komplikasi, karena adanya pansitopenia, anemia, perdarahan, dan infeksi. Pemberian antibiotik dan transfusi darah dapat diberikan. Pencegahan terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi. Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan limphoma, dan anemia aplastik.G.Komplikasi1. Nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)2. Pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.3. Anemia4. Infeksi bakteri berulang5. Gagal ginjalBAB IIIKONSEP ASUAHA KEPERAWATAN LEUKIMIA

A.Pengkajian

Indentitas pasien

Di kaji tentang nama,umur,jenis kelamin,alamat,agama,suku dan bangsa

Keluhan Utama

Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) juga disertai dengan sakit kepala.

Riwayat Penyakit Sekarang

Kaji keluhan yang dirasakan pasien serta alsan masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Dahulu

Kaji Apakah pernah mengalami hal sperti ini sebelumnya Riwayat kehamilan dan persalinan

Kaji mengenai prenatal,natal dan posnatal

Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah ada anggota keluaraga yang menderita penyakit seperti pasien, kaji apakah pasien memiliki saudara kembar, dan penyakit menular Riwayat Imunisasi

Kaji apakah pasien mendapatkan imunisasi dasar Data biopsikososial dan spiritual

Pengkajian yang meliputi biopsikososial

Pemeriksaan fisik1. Kepala dan Leherdistensi vena jugularis, kaji kebersihan kepala,kaji adanya nyeri kepala apa tidak2. Rongga mulut :

Apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri). Penyebab yang paling sering adalah stafilokokus,streptokokus, dan bakteri gram negatif usus serta berbagai spesies jamur, Pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap, ada atau tidaknya karies gigi.

3. MataKonjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP,Sclera: kemerahan, ikterik, perdarahan pada retina

4. Telinga

Ketulian inspeksi telinga luar terhadap warna, ukuran, bentuk higine adanya lesi atau kesimetrisan dan lakukan palpasi dengan jari telunjuk dan ibu jari

5. Pemeriksaan Dada dan Thorax

Inspeksi : bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan otot bantu pernapasan

Palpasi : denyut apex (Ictus Cordis)

Perkusi : untuk menentukan batas jantung dan batas paru.

Auskultasi : suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada

6. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal, Auskultasi : peristaltik usus, Palpasi: nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa

Perkusi : adanya asites atau tidak.

7. Pemeriksaan Genetalia

Pembesaran pada testis : hematuria

8. Pemeriksaan integument

Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie, ekimosis, ruam), Nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah, diaforesis (gejala hipermetabolisme), peningkatan suhu tubuhk,uku : rapuh, bentuk sendok/kuku tabuh, sianosis perifer.

9. Pemeriksaan Ekstremitas

Adakah sianosis, kekuatan otot, nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia.

B.Diagnosa Keperawatan1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan menurun2. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel darah merah.3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, penurunan sumber tenaga.

C.Intervensi Keperawatan1.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan menurun

Tujuan

Gangguan perfusi jaringan dapat teratasi

Kriteria Hasil:

Hb meningkat normal 12-16 gr%

Konjungtiva merah muda.

Akral hangat.

Mukosa bibir lembab.

Wajah tidak pucat

Warna kuku dan ujung jari seperti warna kulit tubuh.

Intervensi

1. Bina Hubungan Saling Percaya.Rasional: Dengan BHSP dapat memungkinkan terbina rasa saling percayasatu sama lain sehingga data yang diperlukan dapat diperoleh melalui wawancara atau tanya jawab.2. Observasi Warna,suhu tubuh dan membran mukosa.

Rasional: Perubahan warna kulit atau pucat, mukosa bibir kering, akral dingin merupakan tanda-tanda ketidak mampuan jantung untuk memompa keluar darah kejaringan perifer sehingga mengakibatkan variabel tersebut.3. jelaskan pada pasien tentang pentingnya makanan yang bergizi.

Rasional: Dengan adanya penyuluhan/edukasi dari perawat pasien dan keluarganya dapat lebih memahami akan pentingnya makanan bergizi untuk proses penyembuhannya.4. Anjurkan Pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Rasional: Makanan yang bergizi seimbang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan dan dapat mencegah terjadinya defisiensi vitamin dan zat besidi dalam tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya anemia.

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.Rasional: Untuk mendapatkan terapi yang tepat sesuai indikasi2. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan

Agar tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Kriteria hasil

Suhu normal (36,5-37,50C)

Intervensi :

1.Pantau suhu dengan teliti

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

2.Tempatkan pasien dalam ruangan khusus

Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber infeksi.

3.Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif.

4.Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasiveRasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi

5.Evaluasi munculnya tanda-tanda infeksi.

Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi

6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik

Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme.

7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler.

8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh.

9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan otot, penurunan sumber tenaga.Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Kirteria Hasil

Klien mampu memenuhi kebutuhan ADL dgn mandiri.Intervensi :

1.Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

2.Ciptakan lingkungan yg senang dan istirahat yg tidak terganggu

Rasional :Mengumpulkan energi utk beraktivitas dan regenerasi sel

3.Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan.

Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan

4.Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.

Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.

5.Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasiRasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.

D.Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat. Implementasi lebih prioritas ke dalam tahap pengembangan karena anak sudah lama dirawat di ruangan, sehingga keluarga pun suah paham akan yang dilakukan sesuai rencana asuhan keperawatan.Tindakan keperawatan dilakasanakan sesuai dengan intervensi yang telah di bauta akan tetapi intervensi yang telah dibuat tidak semua di implementasikan karena akan disesuaikan dengan masalah dan keluhan yang di alami oleh pasien.E.Evaluasi Keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya dan untuk mengukur tercapainya asuhan keperawatan yang telah diberikan..