25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional. Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta. Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita ganngguan jiwa, terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat. Dari sekian jumlah

Askep Jiwa Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep cemas

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKrisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional. Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kesehatan Jiwa Bangsa, pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita ganngguan jiwa, terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat. Dari sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan pengobatan yang memadai. Sedangkan selebihnya tidak tertangani.Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa.

B. Rumusan Masalah1. Apa definisi umum dari kecemasan ?2. Apa saja etiologi/penyebab kecemasan ?3. Bagaimana bentuk dari kecemasan ?4. Bagaimana psikodinamika dari kecemasan ?5. Apa saja tingkat dari kecemasan ?6. Apa saja teori dari kecemasan menurut ahli ?7. Bagaimana gambaran klinis kecemasan ?8. Apa saja manifestasi dari kecemasan9. Apa saja penatalaksanaan untuk kecemasan ?10. Apa saja mekanisme koping untuk kecemasan ?11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan jiwa untuk klien dengan gangguan kecemasan ?

C. Tujuan1. Untuk mengetahui apa itu kecemasan2. Untuk mengetahui etiologi/penyebab timbulnya kecemasan3. Untuk mengetahui bentuk kecemasan4. Untuk mengetahui psikodinamika kecemasan5. Untuk mengetahui berbagai tingkat kecemasan6. Untuk mengetahui berbagai teori kecemasan7. Untuk mengetahui gambaran klinis kecemasan8. Untuk mengetahui manifestasi kecemasan9. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk kecemasan10. Untuk mengetahui mekanisme koping untuk kecemasan11. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan jiwa untuk klien dengan gangguan kecemasan

BAB IIKONSEP DASAR KECEMASANA. Pengertian Kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam sehari hari. kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak data diobservasi secara langsung serta meruakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik . kecemasan tana individu data memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber enting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek/sumber yang spesifik dan dapat di identifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis ketika individu dapat mengidentifikasi dan menggambarkan. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadan individu. Kecemasan dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan seharihari, menghasilkan peringatan yang berharga dan penting untuk upaya memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri.Budaya mempengaruhi nilai yang dimiliki oleh individu dan karenanya latar belakang budaya juga berkaitan dengan sumber kecemasan dan respon individu terhadap kecemasan. May mengatakan stuard dan laraia (2001) bahwa aspek positif diri individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Pengalaman memicu terjadinya kecemasan dimulai sejak bayi dan berlangsung terus sepanjang kehidupan. Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang sepsifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran ada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama ada beberaa situasi dan hubungan interpersonal. Hal yang dapat menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari : a. Ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap kebutuhan dasar makan, minum kehangatan, seks.b. Ancaman terhadap keselamatan diri: Tidak menemukan integritas diri Tidak menemukan status dan prestise Tidak memperoleh pengakuan dari orang lain Ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata.

A. Etiologi1. Faktor PredisposisiKetegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut.a. Peristiwa traumatikb. Konflik emosionalc. Gangguan konsep dirid. Frustasie. Gangguan fisikf. Pola mekanisme koping keluargag. Riwayat gangguan kecemasanh. Medikasi2. Faktor Presipitasi a. Ancaman terhadap integritas fisik. Sumber internal Sumber eksternalb. Ancaman terhadap harga diri Sumber internal Sumber eksternal

B. Bentuk Kecemasan Gangguan PanikSerangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik, atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan. Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia atau karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan panik. Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga mengalami agorafobia. Ada dua kriteria Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panik.

C. Psikodinamika KecemasanMerasa tidak bisa mengendalikan semua. Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut. Serasa ingin mati. Dalam perspektif psikodinamika, memandang kecemasan sebagai suatu usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang mengancam kesadaran. Dan perasaan-perasaan kecemasan adalah tanda-tanda peringatan bahwa impuls-impuls yang mengancam mendekat ke kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk mengalihkan impuls-impuls tersebut yang kemudian mengarah menjadi gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun para teoritikus belajar menjelaskan gangguan-ganguan kecemasan melalui pembelajaran observasional dan conditioning. Model dua faktor dari Mowrer memasukkan clasical dan operant conditioning dalam penjelasan tentang fobia. Meskipun demikian, fobia tampaknya dipengaruhi juga oleh faktor kognitif, seperti harapan-harapan self-efficacy. Prinsip-prinsip penguatan mungkin dapat membantu menjelasakan pola-pola tingkah laku obsesif-kompulsif. Kemungkinan ada predisposisi genetis untuk fobia tertentu yamng mempunyai nilai-nilai untuk kelangsungan hidup (survival) bagi nenek moyang kita terdahulu. Ada beberapa faktor kognitif yang menyebabkan gangguan-gangguan kecemasan, seperti prediksi berlebih terhadap ketakutan, keyakinan yang self-defeating dan irasional, sensivitas berlebih mengenai sinyal-sinyal dan tanda-tanda ancaman, harapan-harapan self-efficacy yang terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh. Untuk meminimalisir terjadinya kecemasan pada diri seseorang terdapat beberapa terapi. Psikoanalisis radisional membantu orang untuk mengatasi konflik-konflik tak sadar yang diyakini mendasari gangguan-gangguan kecemasan. Pendekatan-pendekatan psiko- dinamika yang modern lebih berfokus pada gangguan relasi yang ada dalam kehidupan klien saat ini dan mendorong klien untuk mengembangkan pola tingkah laku yang lebih adaptif.

D. Tingkat Kecemasan Menurut peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1. Kecemasan ringanDihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari hari. Individu masih waspada serta lapang persepsi nya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Sesorang yang menghadapi ujian akhir Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan Individu yang akan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi Individu yang tibatiba dikejar anjing menggonggon

2. Kecemasan sedangIndividu berfokus hanya ada pikiran yang mejadi perhatiannya, terjadi penyemitan lapangan persesi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya: Pasangan suami istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko tinggiKeluarga yang menghadapi perpecahan (berantakan)Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan

3. Kecemasan beratLapangan persesi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.Contohnya: Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam Individu dalam penyanderaan

4. Panik Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Contohnya: individu dengan kepribadian pecah/depersonalisasi.

E. Teori kecemasan1. Teori PsikoanalitikMenurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu ID, EGO Dan SUPER EGO. Ego melambangkan dorongaqn insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang , sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.

2. Teori InterpersonalAnxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami anxietas yang berat.

3. Teori PerilakuAnxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan anxietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.

F. Gambaran KlinisSerangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan.

G. Manifestasi Kecemasan1. Aspek Fisika. Banyak berkeringatb. Meningkatkan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darahc. Tidak ada nafsu makan atau makan yang berlebihand. Sulit tidure. Dingin pada daerah ekstremitasf. Dilatasi pupil

2. Aspek Emotionala. Timbul rasa malub. Merasa tidak berguna, sedihc. Memendam rasa marah, benci3. Aspek Intelektuala. Kesulitan dalam berkonsentrasi dan belajarb. Mudah lupac. Ketidakmampuan menggunakan pikiran/akal sehat4. Aspek Sosiala. Ingin mendapat perhatian dari orang lainb. Lebih banyak menuntutc. Merasa takut sesuatu yang akan terjadi terhadap orang lain/dirinyad. Mengisolasi dan menarik diri5. Aspek Spirituala. Merasa masa depan menjadi suram dan tiada berartib. Takut matic. Merasa kehilangan kepercayaan/spirit yang telah dimilikinya

H. Penatalaksanaan KecemasanMenurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :1.Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:a.Makan makanan yang berigizi dan seimbangb.Tidur yang cukupc.Olahraga yang teraturd.Tidak merokok dan tidak minum minuman keras2.Terapi psikofarmakaTerapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.3.Terapi somatikGejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.4.PsikoterapiPsikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara laina.Psikoterapi suportifb.Psikoterapi re-edukatifc.Psikoterapi re-konstruktifd.Psikoterapi kognitife.Psikoterapi psikodinamikf.Psikoterapi keluarga5.Terapi psikoreligiusUntuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

I. Mekanisme KopingUntuk mekanisme koping terhadap kecemasan meliputi hal-hal sebagai berikut :1. Menyerang Pola konstruktif: berupa memecahkan masalah secara efektifPola destruktif: marah dan bermusuhan2. Menarik diriMenjauhi sumber stress3. KompromiMengubah cara bekerja atau cara penyelesaian, menyesuaikan tujuan atau mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KECEMASAN

1. PENGKAJIAN FOKUSPengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.a. Kaji faktor predisposisi1) peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.2) konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.3) konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.4) frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.5) gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.6) pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.7) riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.8) medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.b. Kaji stressor presipitasiStressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi: Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancanm harga diri.Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.c. Kaji perilakuSecara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan. Respon fisiologisMengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis) Respon psikologis.Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal. Respon kognitif.Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung. Respon afektif.Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.d. Kaji penilaian terhadap stressore. Kaji sumber dan mekanisme kopingf. Rentang perhatian menurung. Gelisah, iritabilitash. Kontrol impuls buruki. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdayaj. Deficit lapangan persepsik. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Kecemasan2. Koping individu tidak efektif3. Ketidakberdayaan4. Ketakutan

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATANa. KecemasanTujuan: Klien dapat mengontrol kecemasan.Kriteria hasil: Pasien mampu menyebutkan tanda dan gejala peningkatan ansietas Pasien mampu mendemonstraskan teknik-teknik memutuskan peningkatan ansietas sampai tingkat panik.Intervensi:1) Pertahankah cara yang tenang dan tidak mengancam selama bekerja bersama pasienRasional: pasien mengembangkan perasaan aman dengan kehadiran seorang perawat yang tenang.2) Tenangkan pasien tentang keselamatan dan keamanannyaRasional: pasien mungkin takut terhadap hidupnya. Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan pasien rasa aman dan jaminan keselamatan.3) Gunakan kata-kata yang sederhana, bicara tenang dan jelas.Rasional: dalam situasi ansietas yang sangat tinggi, pasien tidak mampu untuk memahami apapun kecuali komunikasi yang sangat bermakna.4) Ajarkan tanda dan gejala dari ansietas yang meningkat dan cara memutuskan progresinya (teknik relaksasi, distraksi, dan latihan fisik)Rasional: pasien dapat mengetahui cara mengatasi kecemasan5) Kolaborasi pemberian obat-obat penenang dan sesuai program pengobatan medisRasional: pengobatan yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhanb. Koping individu tidak efektifTujuan: koping klien menjadi efektifKriteria hasil: Pasien mampu mengatakan tanda dan gejala peningkatan ansietas dan mengintervensi untuk mempertahankan ansietas pada tingkat yang dapat dikontrol Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk memutus pikiran-pikiran kompulsif dan menahan diri dari perilaku ritualistic terhadap stressIntervensi: 1) Kaji tingkat ansietas pasienRasional: pengenalan factor pencetus adalah langkah pertama dalam mengajarkan pasien untuk memutus peningkatan ansietas2) Dorong kemandirian dan berikan penguatan positif untuk perilaku kemandirian yang ditampilkanRasional: penguatan positif dapat meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan3) Berikan jadwal kegiatan yang terstruktur kepada pasien, termasuk waktu yang cukup untuk menyelesaikan perilaku ritualRasionel: struktur memberikan suatu rasa aman untuk pasien-pasien ansietas

c. KetidakberdayaanTujuan: pasien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan perawatan dirinyaKriteria hasil: Pasien mampu pengambilan keputusan yang efektif Pasien mengatakan perasaannya secara jujurIntervensi: 1) Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan perawatan pasien yang ingin dicapaiRasional: pasien dapat berpartisipasi aktif dan kooperatif dalam perawatannya2) Bantu pasien untuk menata tujuan-tujuan yang realistisRasional: tujuan-tujuan yang tidak realistis menyebabkan pasien mengalami kegagalan dan menguatkan perasaan yang tidak berdaya3) Bantu mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrol oleh pasienRasional: kondisi emosional pasien mempengaruhi kemampuannya menyelesaikan masalah

d. Ketakutan Tujuan : pasien dapat mengontrol dan mengatasi ketakutannyaKriteria hasil: Pasien tidak mengalami ketakutan Pasien mengatakan cara yang mampu dilakukannya untuk menghindari objek atau situasi tertentu. Pasien mampu mendemonstrasikan teknik-teknik koping yang adaptif yang mungkin digunakan untuk mempertahankan ansietasnya pada tingkat yang dapat ditoleransi.Intervensi1) Tenangkan pasien akan keselamatan dan keamanannya. Rasional: Pada keadaan panic pasien mungkin saja merasa takut terhadap kehidupannya.2) Diskusikan situasi realistis dengan pasien agar mengenali aspek-aspek yang dapat dan yang tidak dapat berubah.Rasional: pasien harus menerima situasi realitas (aspek yang tidak dapat berubah) sebelum kerja penurunan ketakutan dapat dilakukan. 3) Jika pasien memilih untuk menghilangkan ketakutan, teknik-teknik desensitisasi dapat digunakan.Rasional: Ketakutan diturunkan sebagai sensasi-sensasi fisik dan psikologis berkurang dalam respon untuk secara berulang memajankan diri pada stimulus fobik di bawah kondisi yang tidak mengancam.

5