24
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURAT AN PADA TN. H DENGAN FRAKTUR PELVIS DI RUANG IGD BEDAH MINOR RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Dewasa IV Pembimbing Akademik  Ns. RENI SULUNG U., S.Kep., M.Sc Disusun oleh: Puwani Okyantari (G2B009052) Liftia Salmasuci W. (G2B009047) Prasetyawan Bayu A.B. (G2B009006) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

192236301 Fraktur Pelvis Kasus Kelompok

Embed Size (px)

Citation preview

  • ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

    PADA TN. H DENGAN FRAKTUR PELVIS

    DI RUANG IGD BEDAH MINOR

    RSUD Dr. MOEWARDI

    SURAKARTA

    Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Dewasa IV

    Pembimbing Akademik

    Ns. RENI SULUNG U., S.Kep., M.Sc

    Disusun oleh:

    Puwani Okyantari (G2B009052)

    Liftia Salmasuci W. (G2B009047)

    Prasetyawan Bayu A.B. (G2B009006)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2012

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H

    DENGAN FRAKTUR PELVIS

    I. PENGKAJIAN

    Tanggal masuk : 9 Oktober 2012 jam??

    Tanggal pengkajian : 9 Oktober 2012 jam??

    A. Identitas Pasien

    1. Nama : Tn.H

    2. Usia : 27 Tahun

    3. No. Register : 01154605

    4. Jenis Kelamin : Laki-laki

    5. Suku Bangsa : Jawa

    6. Pekerjaan : Swasta

    7. Agama : Islam

    8. Status Perkawinan : Belum menikah

    9. Alamat : -

    10. Diagnosa Medis : Fraktur Pelvis

    B. Pengkajian Primer1

    1. Airway

    Mulut bersih, tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas.

    2. Breathing

    RR: 26x/menit, nafas cepat dan dangkal, tidak terdapat nafas cuping

    hidung, dipasang nasal kanul dengan O2 sebanyak 3 liter per menit,

    3. Circulation

    TD tidak dapat dikaji, Nadi: tidak teraba, capilarry refill > 2detik, akral

    dingin, turgor kulit elastis, wajah pucat, konjungtiva anemis.

    4. Disability

    Tingkat kesadaran composmentis, dengan nilai GCS 15 (E4M6V5).

    5. Exposure

    Terdapat luka gores lebar dengan diameter 8cm pada lutut, dan luka

    gores pada ankle

  • C. Pengkajian Sekunder

    1. Keluhan Utama

    Pasien datang ke IGD RS.Dr.Moewardi dengan mengeluh nyeri pada

    bagian panggul.

    P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan panggul

    Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

    R : Panggul dan perut

    S : 6

    T : Nyeri berkelanjutan

    Pasien terlihat cemas, nilai skala kecemasan HARS: 27 (kecemasan

    berat)

    2. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien post kecelakaan lalu lintas ditabrak truk, jatuh dengan posisi

    duduk, seketika pasien merasa kesakitan dan tidak mampu saat akan

    berdiri

    3. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, ginjal

    dan belum pernah dibawa ke IGD rumah sakit.

    4. Riwayat Penyakit Keluarga

    Keluarga pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang

    mempunyai riwayat penyakit jantung, DM, maupun asma atau penyakit

    bawaan yang lain.

    5. Pemeriksaan Fisik

    Bagian Keterangan

    KepalaBentuk mesochepal, rambut hitam, penyebaran

    rata, tidak terdapat luka.

    MataKonjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak terdapat

    perdarahan pada mata, ukuran pupil tidak simetris

    ka/ki, 5mm/3mmTelinga Telinga bersih, tidak terdapat sekret yang keluar,

    telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada luka dan

    bengkak pada telinga.Mulut & Gigi Bibir kering pucat, tidak pecah-pecah, tidak

  • terdapat sariawan, mulut bersih, tidak ada

    perdarahan pada gusi.Leher Tidak ada luka, tidak terdapat pembesaran

    kelenjar tiroid.Jantung I :Ictus cordis tidak nampak

    Pa: ictus cordis teraba di SIC V

    Pe : Bunyi pekak

    A : Tidak terdapat suara jantung tambahan

    Paru

    I : Pengembangan paru simetris antara kanan dan

    kiri, tidak terdapat retraksi dinding dada,

    menggunakan otot bantu pernafasan.

    Pa: taktil fremitus tidak dikaji.

    Pe : terdengar bunyi sonor di seluruh lapang paru

    A : ????????//

    AbdomenI :datar, tidak ada lesi pada abdomen

    A : BU (+) 6x/menit.

    Pa: terdapat nyeri tekan pada abdomen region

    kanan bawah, tidak terdapat massa

    Pe : Bunyi tympaniEkstremitas

    atas

    Terdapat luka gores pada siku tangan kanan dan

    kiri, kekuatan otot tidak dikaji.Ekstremitas

    bawah

    Terdapat luka gores lebar pada lutut dan ankle

    kaki kanan dan kiri, kekuatan otot tidak dikajiGenetalia Tidak dikaji

    6. Cairan

    Tgl. INPUT OUTPUT9/10

    /12

    Belum ada 1. Urin : 300 cc

    2. IWL (15 x 75x 12Jam)

  • 24

    = 13500

    24

    = 562,5 CC

    Tot :862,5 cc

    BC :

    In-Out-Iwl: 0-8562,5-562,5

    --300cc

    (Defisit volume cairan)

    7. Eliminasi

    Terpasang kateter urin, dengan volume urin bag sebanyak 300 cc,

    warna urin kuning, terdapat bercak darah pada urin.

    D. Pemeriksaan Penunjang

    1. Laboratorium (proses)

    2. Rontgen

    Terdapat close fraktur; cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah,

    curiga perdarahan di dalam.

  • E. TERAPI MEDIS7

    NAMA

    OBATDOSIS

    CARA

    PEMBERIANINDIKASI

    KONTRA

    INDIKASIEFEK SAMPING

    Tranexamed Oral : 3x25

    mg/kgbb/hari

    IV : 3x10

    mg/kgbb/hari

    Oral dan IV Hematuria yang berasal dari

    kandung kemih,uretra,

    prostat; hematuria pasca

    bedah, perdarahan seusai

    ekstrasi gigi ataupun karena

    trauma pada penderita

    hemofilia.

    Gangguan

    penglihatan,

    perdarahan

    subaraknoid

    Mual

    muntah,hipotensi,

    gangguan penglihatan

    Ranitidin Dosis standar : 2 x

    sehari 150 mg atau

    300 mg pada

    malam hari

    sebalum tidur.

    Intravena Menghilangkan gejala-

    gejala ketidakmampuan

    mencerna asam dan dan rasa

    panas pda ulu hati, ulkus

    lambung jinak dan ulkus

    duodenum, refluks

    esofagitis, sindroma

    zollinger-ellison, dispepsia

    yang menahun (kronis),

    mencegah perdarahan

    Tidak dianjurkan

    untuk anak berusia

    kurang dari 16

    tahun

    Adakalanya

    terjadihepatitis yang

    bersifat reversibel

    Jarang: agranulosis,

    hipersensitifitas, ruma

    kulit, leukopenia &

    trombositopenia yang

    bersifat reversibel,

    sakit kepala, pusing.

  • karena ulserasi akibat sters

    atau ulserasi peptikum,

    sindroma mendelson, ulkus

    peptikum. Ketorolac Dewasa < 65 tahun,

    30 mg sebagai

    dosis tunggal atau

    30 mg tiap 6 jam

    sampai maksimal

    120 mg sehari.

    Dewasa > 65 tahun

    dengan kerusakan

    ginjal dan atau

    berat bdan

  • Anak

    12 tahun dan anak

    BB >50 kg : 1-2

    hram satu kali

    sehari. pada infeksi

    berat yang

    disebabkan

    organisme moderat

    sensitif, dosis dapat

    Intravena Infeksi-infeksi yang

    disebabkan oleh patogen

    yang sensitif terhadap

    ceftriaxone, seperti infeksi

    saluran nafas, infeksi THT,

    infeksi saluran kemih,

    sepsis, meningitis, infeksi

    tulang, sendi dan jaringan

    lunak, infeksi intra

    Hipersensitif terhadap

    cephalosporin dan

    penicilin (sebagai

    reaksi alergi silang)

    Kombinasi dengan

    aminoglikosid dapat

    menghasilkan efek

    aditif atau sinergis,

    khususnya pada

    infeksi berat yang

    disebabkan oleh

    P.aeruginosa

    streptococcus faecalis.

  • dinaikkan dsampai

    4 gram satu kali

    sehari.

    Bayi 14 hari : 20-

    50 mg/ kg BB idak

    boleh lebih dari 50

    mg/kg BB, satu

    kali sehari

    Bayi 15 hari- 12

    tahun : 20-80

    mg/kg BB satu kali

    sehari. Dosis

    intravena > 50

    mg /kg BB harus

    diberikan melalui

    infus paling sedikit

    30 menit

    abdominal, infeksi genital

    (termasuk gonore),

    profilaksis perioperatif, dan

    infeksi pada pasien dengan

    gangguan pertahanan tubuh.

  • II. ANALISA DATA

    NO. DATA MASALAH ETIOLOGI

    1. DS:

    Pasien mengatakan lemas

    Pasien mengatakan kesemutan pada kaki

    Pasien mengatakan tenggorokannya terasa kering

    DO:

    Wajah dan seluruh tubuh terlihat pucat

    Turgor kulit kurang baik.

    Suhu 36o C

    Nadi tidak teraba

    TD tidak terdeteksi

    Volume urin di dalam urin bag 300 cc

    Capillary refil >2detik

    Akral???, ada sianosis tdk??

    Ketidakefektifan perfusi jaringan Hipovolemi

    2. DS:

    Pasien mengatakan perut dan panggulnya terasa sakit

    Skala Nyeri :

    P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan panggul

    Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

    Nyeri Deformitas tulang

  • R : Panggul dan perut

    S : 6

    T : berkelanjutan

    DO:

    Nadi tidak teraba

    Wajah klien terlihat sedang menahan sakit, RR??3. DS:

    Pasien mengatakan lemas

    DO:

    Pasien pucat

    Konjungtiva anemis

    Pernafasan chyne stoke

    RR:26x/menit

    Tingkat kesadaran composmentis, GCS E4M6V5

    Ketidakefektifan pola nafas Ansietas

    III. DIAGNOSA KEPERAWATAN 2

    1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d hipovolemi

    2. Nyeri b.d deformitas tulang

    3. Ketidakefektifan pola nafas b.d ansietas

  • IV. PERENCANAAN / INTERVENSI 3,4

    TANGGALNO.

    DXTUJUAN RENCANA TINDAKAN TTD

    9/10/12 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

    1x24 jam tidak ada gangguan perfusi jaringan

    perifer pasien dengan kriteria hasil :

    1. Tekanan darah dalam batas normal 110/70

    mmHg - 120/80 mmHg

    2. Nadi dalam batas normal 60 100 kali per

    menit

    3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi,

    Elastisitas turgor kulit baik, membran

    mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang

    berlebihan.

    4. Intake oral dan intravena adekuat

    5. Pengisian kapiler < 2 detik

    6. Warna kulit tidak pucat

    7. Suhu kulit hangat

    8. Tidak ada nyeri ekstremitas

    1. Pertahankan catatan intake dan output yang

    akurat

    2. Monitor status hidrasi ( kelembaban

    membran mukosa, nadi adekuat)

    3. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer

    (nadi perifer, edema, kapilary refill, warna

    dan temperatue ekstremitas)

    4. Evaluasi nadi perifer dan edema

    5. Inspeksi kulit adanya luka

    6. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi

    cairan (BUN , Ht , osmolalitas urin,

    albumin, total protein )

    7. Monitor vital sign setiap 15 menit 1 jam

    8. Kolaborasi pemberian cairan IV

    9. Monitor status nutrisi

    10. Berikan cairan oral

    11. Atur kemungkinan tranfusi apa??

    12. Persiapan untuk tranfusi

  • 13. Pasang kateter jika perlu

    14. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam9/10/12 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

    1x24 jam, nyeri pasien dapat berkurang dengan

    kriteria hasil :

    1. Wajah tampak rileks

    2. TTV normal

    3. Kebutuhan tidur pasien tercukupi (7-8

    jam/hari)

    4. Pasien tidak terbangun di malam hari

    Pasien melaporkan nyeri berkurang

    1. Pengkajian nyeri PQRST

    2. Observasi TTV dan skala nyeri secara

    teratur

    3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

    4. Jelaskan kepada keluarga peran yang dapat

    dilakukan jika pasien merasakan nyeri

    5. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien

    serta keluarganya

    Kolaborasi dengan dokter : pemberian

    analgetik9/10/12 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

    1x30 menit kebutuhan oksigen pasien dapat

    terpenuhi dengan kriteria hasil :

    1. Pasien tidak lagi sesak nafas

    2. Pasien tidak lagi menggunakan otot bantu

    pernafasan untuk bernafas.

    3. Tidak lagi terdapat retraksi dada.

    1. Pantau irama, kedalaman dan pola nafas

    2. Catat pergerakan dada, kaji

    kesimetrisannya, penggunaan otot bantu

    pernafasan, dan retraksi otot dada

    3. Pantau suara nafas tambahan

    4. Pantau pola nafas

    5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

    6. Catat posisi trakea

    7. Auskultasi suara nafas

  • 8. Berikan terapi oksigen sesuai dengan

    kondisi pasien

    9. Bagaimana dg penatalaksanaan

    etiologinya?? Apabila disebabkan oleh

    ansietasbagaimana cara penanganan

    ansietasnya tersebut.

  • V. IMPLEMENTASI dan EVALUASI

    TANGGAL NO.

    DX

    WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

    9/10/12 1&2

    1

    1

    1

    1

    21.00 wib

    21.05 wib

    21.10 wib

    21.10 wib

    21.15 wib

    1. Memantau TTV 15 menit-1

    jam

    2. Memantau status hidrasi

    ( kelembaban membran

    mukosa, nadi adekuat)

    3. Mengkaji secara komprehensif

    sirkulasi perifer (nadi perifer,

    edema, kapilary refill, warna

    dan temperatue ekstremitas)

    4. Menginspeksi adanya luka

    pada kulit

    5. Monitor hasil lab yang sesuai

    dengan retensi cairan (BUN ,

    S: -

    O:

    TD: tidak terdeteksi, N: tidak teraba, RR: ,

    Suhu : 36,4O C

    S: -

    O: membran mukosa lembab & nadi tidak

    teraba

    S: -

    O: kapilary refill >2, warna kulit pucat,

    ektremitas dingin, terdapat edema pada

    area panggul

    S: -

    O: Terdapat luka gores lebar dengan

    diameter 8 cm pada lutut, dan luka gores

    pada ankle

    S: -

    O: sample darah sudah diambil dan dikirim

  • 11

    1

    1

    1

    22.00 wib

    22.30 wib

    21.00 wib

    21.15 wib

    21.30 wib

    Ht , osmolalitas urin, albumin,

    total protein )

    6. Kolaborasi pemberian cairan

    IV apa?? Kecepatannya

    berapa??

    7. Atur kemungkinan transfusi

    8. Mempersiapkan untuk tranfusi

    9. Memasang kateter jika perlu

    10. Monitor intake dan urin output

    setiap 8 jam

    ke lab,sedang menunggu hasil

    S: -

    O: memberikan cairan infus 2 line kanan :

    RL, kiri: Nacl.

    S: pasien meraasa lemas

    O: Hb 9 g/dl, diprogram untuk transfusi

    darah PRC

    S: -Pasien meraasa lemas

    O: -Diprogram untuk transfusi darah PRC

    S: -

    O: Pasien terpasang kateter, berapa urin

    yang keluar?? Warnanya bagaimana???

    S: Pasien meraasa lemas

    O: pasien mendapat intake cairan dari infus

    2 line dan tranfusi darah 250 ml p9/10/12 2 19.00 wib 1. Pengkajian nyeri PQRST S:

    Pasien terlihat menahan rasa sakit

    P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan

    panggul

    Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

  • 19.10 wib

    19.15 wib

    19.25 wib

    19.35 wib

    19.00 wib

    2. Observasi TTV dan skala nyeri

    secara teratur

    3. Ajarkan teknik relaksasi dan

    distraksi

    4. Jelaskan kepada keluarga

    peran yang dapat dilakukan

    jika pasien merasakan nyeri

    5. Jelaskan sebab dan akibat

    nyeri pada klien serta

    keluarganya

    6. Kolaborasi dengan dokter :

    pemberian analgetik

    R : Panggul dan perut

    S : 6

    T : Nyeri berkelanjutan

    O: Nadi tidak teraba

    S: -

    O: TD: tidak terdeteksi, N: tidak teraba,

    RR: , Suhu : 36,4O C

    S: pasien marah-marah

    O: teknik tarik nafas dalam sudah

    dilakukan,pasien kurang kooperatif.

    S: pasien mengatakan akan melakukan

    anjuran dari perawat

    O: -

    S:

    O: keluarga memahami penjelasan dari

    pearwat

    S: -

    O: Memberikan injeksi ketorolac melalui

    IV dsn drip di infus RL

    9/10/12 3 18.00 wib 1. Memantau pernafasan, irama, S: -

  • 18.05 wib

    18.10 wib

    18.10 wib

    18.15 wib

    19.00 wib

    19.30 wib

    kedalaman dan pola nafas

    2. Mencatat pergerakan dada,

    kaji kesimetrisannya,

    penggunaan otot bantu

    pernafasan, dan retraksi otot

    dada

    3. Memantau suara nafas

    tambahan

    4. Memantau pola nafas

    5. Palpasi kesimetrisan ekspansi

    paru

    6. Mencatat posisi trakea

    7. Auskultasi suara nafas

    O: RR: 26x/menit, nafas cepat dan

    dangkal.

    S: -

    O: Pergerakan dada simetris, tidak terdapat

    retraksi dada, fase inspirasi lebih panjang

    dari pada fase ekspirasi

    S: -

    O: Tidak terdapat suara nafas tambahan

    S: -

    O: terdengar bunyi sonor di seluruh lapang

    paru

    S: -

    O: Pergerakan dada simetris

    S: -

    O: posisi trakea berada di tengah, tidak

    terjadi pergeseran.

    S: -

    O: Suara nafas normal, tidak ada bunyi

  • 18.30 wib 8. Memberikan terapi oksigen 3

    liter per menit sesuai dengan

    kondisi pasien

    Setelah anda memberikan

    terapi oksigenmonitor

    pola nafas klien,

    frekuensinya,

    kedalamannya dsb

    tambahan

    S: -

    O: dipasang nasal kanul dengan O2

    sebanyak 3 liter per menit,

  • VI. EVALUASI AKHIR/HASIL

    TANGGAL/JAM NO. DX EVALUASI TTD9 Oktober 2012 1 S:

    Pasien masih merasa lemas

    O:

    Pasien masih tampak pucat

    Konjunctiva anemis

    Ekstremitas bawah dingin

    Kaki pasien masih kesemutan

    A:

    Masalah teratasi sebagian

    P:

    Pantau tanda-tanda vital

    Pantau terapi cairan yang sedang diberikan,

    pantau transfusi darah yag sedang di berikan9 Oktober 2012 2 S:

  • Pasien sedikit lebih tenang

    O:

    Pasien masih merasa nyeri

    Injeksi ketorolac sudah di berikan

    A:

    Masalah teratasi sebagian

    P:

    Pantau terapi oksigen yang sedang diberikan9 Oktober 2012 3 S: -

    O:

    Pasien sudah tidak sesak nafas, berapa RRnya??

    Tidak terpantau retraksi dada

    A:

    Masalah teratasi sebagian

    P:

    Pantau terapi oksigen yang sedang diberikan

  • PEMBAHASAN

    Tn. H datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi pada pukul 17.50 WIB rujukan

    dari RS PKU Karanganyar dengan keluhan nyeri akibat kecelakaan lalu lintas.

    Perawat melakukan pengkajian dan ditemukan adanya tanda-tanda fraktur yaitu pain

    (nyeri), pallor (pucat), pulse (nadi) tidak teraba, parestesia (terasa panas) dan

    paralisis. Setelah ditemukannya tanda-tanda tersebut, dilakukan pemeriksaan rontgen

    untuk memastikan kecurigaan adanya fraktur. Hasil pemeriksaan rontgen

    menunjukkan adanya close fraktur : cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah

    curiga perdarahan di dalam. Berdasarkan evidence based practice/referensi, Apa

    aspek kegawatan pada klien dengan fraktur pelvis kemudian hal tersebut terjadi pada

    pasien ini??

    Hasil pemeriksaan rontgen pada Tn. H menyebutkan adanya curiga

    perdarahan di dalam. Fraktur pelvis (panggul) seringkali disertai perdarahan yang

    berat, oleh karena adanya gaya yang membuka rongga pelvis menyebabkan

    kerusakan kompleks ligament dan merobek fleksus vena di pelvis dan kadang

    merobek arteri iliaka interna. Bila perdarahan pelvis banyak maka akan terjadi cepat

    penurunan tekanan darah ditandai dengan lemas, kehilangan kesadaran secara

    perlahan, kadang gelisah. Tn. H terlihat lemas, pucat, nadi tidak teraba, tekanan

    darah menurun, konjungtiva anemis dan hasil pemeriksaan laboratorium

    menunjukkan Hb 9 g/dl. Maka dari itu dilakukan pemberian transfuse darah PRC 2

    kantong. Transfusi darah PRC diberikan pada pasien yang salah satunya mengalami

    perdaraha kronis yang ada tanda oksigen need (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi,

    pusing dan gelisah). PRC diberikan sampai tanda oksigen need hilang. PRC

    diberikan biasanya pada Hb 8-10 gr/dl. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl

    diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %.6

    Selain itu, diberikan terapi infuse Ringer Laktat dengan diguyur untuk memenuhi

    kebutuhan cairan intravaskuler, mengatasi jika terjadi asidosis, mencegah kolaps

    vena.

    Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

    ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Pada fraktur dapat mengakibatkan

    terputusnya kontinuitas jaringan sendi, tulang bahakan kulit pada fraktur terbuka

  • sehingga merangsang nociseptor sekitar untuk mengeluarkan histamin, bradikinin

    dan prostatglandin yang akan merangsang serabut A-delta untuk menghantarkan

    rangsangan nyeri ke sum-sum tulang belakang, kemudian dihantarkan oleh serabut-

    serabut saraf aferen yang masuk ke spinal melalu dorsal root dan sinaps pada

    dorsal horn. Impuls-impuls nyeri menyeberangi sum-sum belakang pada

    interneuron-interneuron dan bersambung dengan jalur spinal asendens, yaitu

    spinothalamic tract (STT) dan spinoreticuler tract (SRT). STT merupakan sistem

    yang diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus

    kepada thalamus kemudian ke korteks untuk diinterpretasikan sebagai nyeri.5 Nyeri

    terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi. Tn. H

    diajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan diberikan obat analgesic untuk

    mengurangi nyeri. Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan membuat

    perasaan lebih nyaman. Obat analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga

    pasien menjadi lebih nyaman.

    Tn. H terlihat cemas berat, skor 27 dengan skala Hars. Adanya kecemasan

    berat yang dialami Tn. H menyebabkan ketidakefektifan pola nafas. Frekuensi nafas

    Tn. H yaitu 26 kali/per menit, fase inspirasi lebih panjang daripada fase ekspirasi.

    Oleh karena itu diberikan tindakan keperawatan pemberian terapi oksigen 3

    liter/menit dengan menggunakan nasal kanul. Tujuan dari pemberian terapi oksigen

    ini yaitu memberikan aliran gas oksigen lebih dari 20 % pada tekanan satu atmosfir

    sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah.

    Intervensi yang telah diberikan belum dapat mencapai kriteria hasil yang

    sesuai dikarenakan intervensi tersebut harus dilakukan dengan estimasi waktu yang

    lebih lama sehingga intervensi yang telah dilakukan perawat harus di laporkan

    kepada perawat jaga selanjutnya untuk ditindaklanjuti. Sehingga tindakan

    keperawatan yang telah dilakukan dengan waktu implementasi 12 jam belum dapat

    mengatasi masalah keperawatan pada Tn. H secara tuntas.

    JANGAN LUPA MENCANTUMKAN REFERENSI DI SETIAP BELAKANG KALIMAT ATAU PERNYATAAN YANG KALIAN CITASI. PLEASE AVOID PLAGIARISM!!!

  • KEPUSTAKAAN

    1. Jackson, marilynn, lee. (2011).Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.

    Jakarta: Erlangga

    2. Herdman, Heather.Ed.2010. Nanda International: Diagnosis keperawatan

    Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta: EGC

    3. Johnson,marion,dll Ed.2000.Nursing outcomes classification (NOC) Second

    Edition.USA : Moby Inc

    4. Mccloskey, joanne C&Gloria M. Bulechek.2000. Nursing Interventions

    classification (NIC). Third edition.USA : Moby Inc

    5. Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal

    BedahEdisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

    6. Anonim. 2008. Packed Red Cell. http://www.jevuska.com. Diakses tanggal 14

    Oktober 2012.

    7. Theodorus,dr.Penuntun praktis peresepan obat.jakarta: EGC