35
Kasus Fraktur Femur Tn. M, usia 40 tahun dengan fraktur femur kanan 1/3 distal comunited. Saat ini pasien masih menggunakan Back slab sambil menunggu jadwal operasi untuk tandur (cangkok) tulang dan pemasangan eksterna traksi. Dari balutan yang ada pada Back slab merembes darah cukup banyak, pasien mengeluh nyeri berat. Pasien semenjak kecelakaan 24 jam yang lalu tidak bisa tidur karena menahan nyeri. Ibu jari dan jari-jari kaki kanan terasa baal. Macam-Macam Fraktur Femur Dan Manajemennya 1. Fraktur leher femur Fraktur leher femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal, dan basal, yang kesemuanya terletak di dalam simpai sendi panggul atau interkapsuler, fraktur intertrokanter dan subtrokanter terletak ekstrakapsuler. Fraktur intrakapsuler umumnya sulit untuk mengalami pertautan dan cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur. Pendarahan kolum

Kasus Fraktur Femur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

.,.,m

Citation preview

Page 1: Kasus Fraktur Femur

Kasus Fraktur Femur

Tn. M, usia 40 tahun dengan fraktur femur kanan 1/3 distal comunited.

Saat ini pasien masih menggunakan Back slab sambil menunggu jadwal

operasi untuk tandur (cangkok) tulang dan pemasangan eksterna traksi.

Dari balutan yang ada pada Back slab merembes darah cukup banyak,

pasien mengeluh nyeri berat. Pasien semenjak kecelakaan 24 jam yang

lalu tidak bisa tidur karena menahan nyeri. Ibu jari dan jari-jari kaki kanan

terasa baal.

Macam-Macam Fraktur Femur Dan Manajemennya

1. Fraktur leher femur

Fraktur leher femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun

dan lebih sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang

akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca

menopause. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal, dan

basal, yang kesemuanya terletak di dalam simpai sendi panggul atau

interkapsuler, fraktur intertrokanter dan subtrokanter terletak

ekstrakapsuler. Fraktur intrakapsuler umumnya sulit untuk mengalami

pertautan dan cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur.

Pendarahan kolum yang terletak intraartikular dan pendarahan kaput

femur berasal dari proksimal a. sirkumfleksa femoris lateralis melalui

simpai sendi. Sumber perdarahan ini putus pada fraktur intraartikular.

Pendarahan oleh arteri di dalam ligamentum teres sangat terbatas

dan sering tidak berarti. Pada luksasi arteri ini robek. Epifisis dan

daerah trokanter cukup kaya vaskularisasinya, karena mendapat

darah dari simpai sendi, periosteum, dan a. nutrisia diafisis femur.

Fraktur kolum femur yang terletak intraartikular sangat sukar

sembuh karena bagian proksimal perdarahannya sangat terbatas

sehingga memerlukan fiksasi kokoh untuk waktu yang cukup lama.

Page 2: Kasus Fraktur Femur

Semua fraktur di daerah ini umumnya tidak stabil sehingga

tidak ada cara reposisi tertutup terhadap fraktur ini kecuali jenis fraktur

yang impaksi, baik yang subservikal maupun yang basal.

Sering dapat dilihat pemendekan bila dibandingkan tungkai kiri

dengan kanan. Jarak antara trokanter mayor dan spina iliaka anterior

superior lebih pendek karena trokanter terletak lebih tinggi akibat

pergeseran tungkai ke kranial. Penderita umumnya datang dengan

keluhan tidak bisa jalan setelah jatuh dan terasa nyeri. Umumnya

penderita tidur dengan tungkai bawah dalam keadaan sedikit fleksi

dan eksorotasi serta memendek. Gambaran radiologis menunjukkan

fraktur leher femur dengan dislokasi pergeseran ke kranial atau

impaksi ke dalam kaput.

Kegalian fraktur ini disebabkan kontraksi dan tonus otot besar

dan kuat antara tungkai dan tubuh yang menjembatani fraktur, yaitu

m. iliopsoas, kelompok otot gluteus, quadriceps femur, flexor femur,

dan adductor femur. Inilah yang menggangu keseimbangan pada

garis fraktur. Adanya osteoporosis tulang mengakibatkan tidak

tercapainya fiksasi kokoh oleh pin pada fiksasi interna. Ditambah lagi,

periosteum fragmen intrakapsuler leher femur tipis sehingga

kemampuannya terbatas dalam penyembuhan tulang. Oleh karena itu,

pertautan fragmen fraktur hanya bergantung pada pembentukan kalus

endosteal. Yang penting sekali ialah aliran darah ke kolum dan kaput

femur yang robek pada saat terjadinya fraktur.

Penanganan fraktur leher femur yang bergeser dan tidak stabil

adalah reposisi tertutup dan fiksasi interna secepatnya dengan pin

yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur. Bila tak dapat

dilakukan operasi ini, cara konservatif terbaik adalah langsung

mobilisasi dengan pemberian anestesi dalam sendi dan bantuan

tongkat. Mobilisasi dilakukan agar terbentuk pseudoartrosis yang tidak

nyeri sehingga penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa

sakit yang dapat ditahan, serta sedikit pemendekan.

Page 3: Kasus Fraktur Femur

Terapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian

kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur dengan

prosthesis atau eksisi kaput femur diikuti dengan mobilisasi dini pasca

bedah.

a. Terapi Konservatif

Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut :

Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal

Kesulitan mengamati fragmen proksimal

Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya

cairan synovial.

Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan skin traction,

dengan buck extension.

b. Terapi Operatif

Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi,

fraktur yang bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi internal,

dan bagaimanapun juga manula harus bangun dan aktif tanpa

ditunda lagi kalau ingin mencegah komplikasi paru dan ulkus

dekubitus. Fraktur terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi

selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada fraktur-fraktur itu,

sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman. Dua

prinsip yang harus diikuti dalam melakukan terapi operasi reduksi

anatomi yang sempurna dan fiksasi internal yang kaku.

Merode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi

internal dengan Smith Petersen Tripin Nail. Fraktur dimanipulasi

dengan meja khusus orthopedi. Kemudian fraktur difiksasi internal

dengan S.P. Nail dibawah pengawasan Radiologi. Metode terbaru

fiksasi internal adalah dengan menggunakan multiple compression

screws.

Pada penderita dengan usia lanjut (60 tahun ke atas) fraktur

ditangani dengan acara memindahkan caput femur dan

Page 4: Kasus Fraktur Femur

menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti prosthesis

Austin Moore.

Penderita segera di bawa ke rumah sakit. Tungkai yang

sakit dilakukan pemasangan skin traction dengan buck extension.

Dalam waktu 24-48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang di

lanjutkan dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara

menurut Leadbetter.

Penderita terlentang di atas meja operasi dalam pengaruh

anastesi, asisten memfiksir pelvis, lutut dan coxae dibuat fleksi

90° untuk mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul.

Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian pelan-

pelan dilakukan gerakan endorotasi panggul 45°, kemudian sisi

panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan gerakan

abduksi dan extensi. Setelah itu di lakukan test.

Palm Halm Test : tumit kaki yang cedera diletakkan di atas

telapak tangan. Bila posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi

dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah reposisi

berhasil baik, dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi

dengan teknik multi pin percutaneus. Kalau reposisi pertama gagal

dapat diulang 3 kali. Kemudian dilakukan open reduksi, dilakukan

reposisi terbuka, setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi alat

internal fiksasi knowless pin, cancellous screw, atau plate

Pengawasan dengan sinar X (sebaiknya digunakan

penguat) digunakan untuk memastikan reduksi pada foto

anteroposterior dan lateral.

Diperlukan reduksi yang tepat pada fraktur stadium III dan

IV, fiksasi pada fraktur yang tak tereduksi hanya mengundang

kegagalan kalau fraktur stdium III dan IV tidak dapat direduksi

secara tertutup dan pasien berumur dibawah 70 tahun, dianjurkan

melakukan reduksi terbuka melalui pendekatan anterolateral.

Page 5: Kasus Fraktur Femur

Tetapi pada pasien tua (60 tahun keatas) cara ini jarang

diperbolehkan, kalau dua usaha yang dilakukan untuk melakukan

reduksi tertutup gagal, lebih baik dilakukan penggantian prostetik.

Sekali direduksi, fraktur dipertahankan dengan pen atau

kadang dengan sekrup kompresi geser yang ditempel pada

batang femur. Insisi lateral digunakan untuk membuka femur pada

bagian atas kawat pemandu, yang disisipkan dibawah pengendali

fluroskopik, digunakan untuk memastikan bahwa penempatan alat

pengikat adalah tepat. Dua sekrup berkanula sudah mencukupi,

keduanya harus terletak memanjang dan sampai plate tulang

subkondral, pada foto lateral keduanya berada ditengah-tengah

pada kaput dan leher, tetapi pada foto anteropsterior, sekrup distal

terletak pada korteks inferior leher femur.

Sejak hari pertama pasien harus duduk ditempat tidur atau

kursi. Dia dilatih melakukan pernafasan, dianjurkan berusaha

sendiri dan mulai berjalan (dengan penopang atau alat berjalan)

secepat mungkin.

Beberapa ahli mengusulkan bahwa prognosis untuk fraktur

stadium III dan IV tidak dapat diramalkan, sehingga penggantian

prostetik selalu lebih baik. Pandangan ini meremehkan morbiditas

yang menyertai penggantian. Karena itu kebijaksanaan kita adalah

mencoba reduksi dan fiksasi pada semua pasien yang berumur

dibawah 60 tahun dan mempersiapkan penggantian untuk

penderita yang :

Penderita yang sangat tua dan lemah

Penderita yang gagal mengalami reduksi tertutup

Penggantian yang paling sedikit traumanya adalah prostesis

femur atau prostesis bipolar tanpa semen yang dimasukan

dengan pendekatan posterior.

Penggantian pinggul total mungkin lebih baik :

Page 6: Kasus Fraktur Femur

Kalau terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan

dicurigai ada kerusakan acetebulum.

Pada pasien dengan penyakit paget atau penyakit

metastatik.

Penanganan nekrosis avaskuler kaput femur dengan atau

tanpa gagal-pertautan juga dengan eksisi kaput dan leher femur

dan kemudian diganti dengan prosthesis metal.

Pada fraktur leher femur impaksi biasanya penderita dapat

berjalan selama beberapa hari setelah jatuh sebelum timbul

keluhan. Umumnya gejala yang timbul minimal dan panggul yang

terkena dapat secara pasif digerakkan tanpa nyeri. Fraktur ini

biasanya sembuh dalam waktu 3 bulan tanpa tindakan operasi,

tetapi apabila tidak sembuh atau terjadi disimpaksi yang tidak

stabil atau nekrosis avaskuler, penanganannya sama dengan

yang di atas.

2. Fraktur trokanter femur

Fraktur ini terjadi antara trokanter mayor dan minor. Sering

terjadi pada orang tua dan umumnya dapat bertaut dengan terapi

konservatif maupun operatif karena perdarahan di daerah ini sangat

baik. Terapi operatif memperpendek masa imobilisasi di tempat tidur.

Penderita biasanya datang dengan keluhan tidak dapat

berjalan setelah jatuh disertai nyeri yang hebat. Penderita terlentang

di tempat tidur dengan tungkai bawah eksorotasi dan terdapat

pemendekan sampai 3 cm disertai nyeri pada setiap pergerakan.

Pada bagian luar pangkal paha terlihat kebiruan akibat hematom

subkutan. Pada foto Rontgen terlihat fraktur daerah trokanter dengan

leher femur dalam posisi varus yang bisa mencapai 90O.

Fraktur ini ditangani secara konservatif dengan traksi tulang,

dengan paha dalam posisi fleksi dan abduksi, selama 6-8 minggu.

Terapi operatif dapat dilakukan dengan pemasangan pelat trokanter

yang kokoh, kemudian mobilisasi segera pascabedah.

Page 7: Kasus Fraktur Femur

3. Fraktur batang femur

Pada fraktur diafisis femur biasanya perdarahan dalam cukup

luas dan besar sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis

penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri, tetapi juga

karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah

terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian

proksimal sebagai akibat perdarahan ke dalam jaringan lunak.

Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan secara tertutup,

dan normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.

Fraktur yang dapat diatasi dengan traksi adalah fraktur

intertrokanter dan subtrokanter, fraktur diafisis oblik, segmental, dan

kominutif, serta fraktur suprakondiler tanpa dislokasi berat, dan fraktur

kondilus femur. Yang tidak dapat ditangani dengan traksi adalah

dislokasi tertentu berat.

Pada orang dewasa, fraktur ditangani secara konservatif

dengan traksi skelet, baik pada tuberositas tibia maupun

suprakondiler. Cara ini biasanya berhasil mempertautkan fraktur

femur. Yang penting ialah latihan otot dan gerakan sendi, terutama m.

quadriceps otot tungkai bawah, lutut, dan pergelangan kaki. Akan

tetapi, cara traksi skelet memerlukan waktu istirahat di tempat tidur

yang lama sehingga untuk mempercepat mobilisasi dan

memperpendek masa istirahat di tempat tidur, dapat dianjurkan untuk

melakukan reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna yang

kokoh. Fiksasi interna biasanya berupa pin Kuntscher intramedular.

Untuk fraktur yang tidak stabil, misalnya fraktur batang femur yang

kominutif atau fraktur batang femur bagian distal, pin intramedular ini

dapat dikombinasi dengan pelat untuk neutralisasi rotasi.

Pada fraktur femur tertutup, dilakukan traksi kulit dengan

metode ekstensi buck, tujuan traksi kulit untuk mengurangi rasa sakit

dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut di sekitar daerah

yang patah.

Page 8: Kasus Fraktur Femur

Fraktur batang femur pada anak-anak umumnya dengan terapi

non operatif, karena akan menyambung dengan baik, pemendekan

kurang dari 2 cm masih dapat diterima karena di kemudian hari akan

sama panjangnya dengan tungkai normal. Hal ini kemungkinan karena

daya proses remodeling pada anak-anak.

Pengobatan non-operatif dapat dilakukan dengan metode

Perkin, metode balance skeletal traction, traksi kulit Bryant, dan traksi

Russel. Sedangkan indikasi operatif karena penanggulangan non-

operatif gagal, fraktur multipel, robeknya arteri femoralis, fraktur

patologik dan fraktur pada orang-orang tua.

4. Fraktur femur suprakondiler

Fraktur ini relatif lebih jarang dibandingkan fraktur batang

femur. Seperti halnya fraktur batang femur, fraktur suprakondiler dapat

dikelola secara konservatif dengan traksi skeletal dengan lutut dalam

posisi fleksi 90O. Traksi ini juga memerlukan waktu istirahat di tempat

tidur yang lama sehingga lebih disukai reposisi terbuka dan

pemasangan fiksasi interna dengan pelat suprakondiler yang kokoh,

yang memungkinkan mobilisasi segera dan menggerakkan sendi lutut.

Hal yang terakhir ini penting karena gerakan sendi lutut yang segera

dapat mencegah sendi kejur akibat perlekatan otot dan atau

perlekatan jaringan lunak di sekitar sendi lutut.

5. Fraktur femur interkondiler

Fraktur ini juga relatif jarang dan biasanya terjadi sebagai

akibat jatuh dengan lutut dalam keadaaan fleksi dari ketinggian.

Permukaan belakang patella yang berbentuk baji , melesak ke dalam

sendi lutut dan mengganjal di antara kedua kondilus dan salah satu

atau keduanya retak. Pada bagian proksimal kemungkinan terdapat

komponen melintang sehingga didapati fraktur dengan garis fraktur

berbentuk seperti huruf T atau Y.

Page 9: Kasus Fraktur Femur

Secara klinis, sendi lutut bengkak akibat hemartrosis dan

biasanya disertai goresan atau memar pada bagian depan lutut yang

menunjukkan adanya trauma. Di sini patella juga dapat mengalami

fraktur.

Untuk fraktur kondilus tunggal lateral atau medial, paling baik

dilakukan reposisi terbuka dengan fiksasi interna dengan sekrup

tulang spongiosa.

Pada patah tulang kondilus ganda, yaitu fraktur kondilus T atau

Y juga dilakukan reposisi terbuka dengan fiksasi interna yang kokoh

pada kedua kondilus dan pada komponen melintang bila sarananya

tersedia.

Pada fraktur kominutif berat di interkondiler, tindakan terbaik

adalah traksi skelet kontinu yang memungkinkan gerakan sendi lutut

begitu nyeri akut menghilang. Gerakan ini kadang dapat menjadi

patokan untuk menilai apakah fragmen sendi sudah pada posisi yang

diinginkan dan mengurangi resiko kekakuan sendi. Pada orang tua,

fraktur femur interkondiler femur umumnya lebih baik ditangani secara

konservatif dengan traksi skelet.

Page 10: Kasus Fraktur Femur

PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan

a. Riwayat Perjalanan penyakit

- Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan

- Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma

- Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll

- Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan

- Kehilangan fungsi

- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis

b. Riwayat pengobatan sebelumnya

- Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis

kortikosteroid dalam jangka waktu lama

- Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal,

terutama pada wanita

- Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut

- Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir

c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan

- Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan

gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum

dipindahkan

- Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema

2. Pemeriksaan fisik

a. Mengidentifikasi tipe fraktur

b. Inspeksi daerah mana yang terkena

- Deformitas yang nampak jelas

- Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera

- Laserasi

- Perubahan warna kulit

- Kehilangan fungsi daerah yang cidera

c. Palpasi

Page 11: Kasus Fraktur Femur

- Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran

- Krepitasi

- Nadi, dingin

- Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

  Persiapan alat

Basic set Jmlh Alat tambahan Jmlh

o   Gunting kassa

o   Gunting jaringan

o   Klem

o   Pinset anatomis

(besar/kecil)o   Pinset cirugis

(besar/kecil)o   Kocher

o   Dukklem

o   Nail fuder

o   Scuple (no 4)

o   Kom

o   Bengkok

1

1

10

2

2

4

5

2

2

2

2

o   Jas operasi

o   Handscoon

o   Duk besar

o   Duk sedang/sarung kaki

o   Canul suction

o   Selang suction

o   Kassa

o   Pisturi no. 22

o   Cutter

o   Benang: crumic 2/0, side 2/0, plain

2/0o   Jarum: taper no: 24, cutting no 30

o   Set ORIF:

Bone klem

Reduction

Raspatorium

Kuret

Mata bor

Screw driver 3,5

Plate 1/3 tubuler 6 whole

4

4

3

1

1

1

5

1

1

1

1

2

2

1

1

1

1

1 set

Penatalakasanaan/instrumen

No Tindakan Peralatan

1 Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klempanjang,

kassa

2 Drapping Duk besar, duk lubang, duk klem

3 Menandai daerah sayatan Pisau, klem, kassa

4 Melakukan sayatan pada kulit Pisau, kassa, klem arteri,

Page 12: Kasus Fraktur Femur

sampai otot Pinset cirugis, gunting

5 Mempertahankan hemostatis Kassa klem cutter, suction

6 Membersihkan area fraktur Kuret

7 Reposisi fraktur menahan area

fraktur

Raspatorium

8 Fiksasi fraktur Bone klem, Raspatorium

9 Bor 6 whole area fraktur Bor, mata bor

10 Memasang plate Plate, screw driver

11 Mencuci daerah operasi NaCL

12 Hecting otot Plain 2/0, taper no 30

13 Hecting sub cutis Chromic 2/0, taper no 24

14 Hecting kulit Side 2/0, cuting no 30

15 Desinfeksi  Kassa betadin

16 Balut luka Kassa steril, kassa betadin dan

hipafix

Page 13: Kasus Fraktur Femur

DEFINISI

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan

oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti

degenerasi tulang / osteoporosis.

FISIOLOGI / ANATOMI

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan

acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian

terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur

berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum.

Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai

darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip.

Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya

arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur

meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher

femur.

KLASIFIKASI

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi,

panggul dan kapsula.

Melalui kepala femur (capital fraktur)

Hanya di bawah kepala femur

Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih

besar/yang lebih kecil/pada daerah intertrokhanter.

Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2

inci di bawah trokhanter kecil.

PATOFISIOLOGI

REZa, 05/26/12,
REZa, 05/26/12,
REZa, 05/26/12,
Page 14: Kasus Fraktur Femur

Penyebab fraktur adalah trauma

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau

tanpa trauma yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu :

Osteoporosis Imperfekta

Osteoporosis

Penyakit metabolic

Page 15: Kasus Fraktur Femur

Pukulan langsungGaya meremukGerakan puntir mendadakKonstraksi otot eksterna

Fraktur tertutup

Gerakan fragmen tulangNyeri

Fraktur terbuka

Robeknya jaringan kulit sekitar

Inflamasi oleh lingkungan luar

Luka pada kulit hingga kepatahan tulang

Resiko tinggi terhadap infeksi

Pergeseran fragmen tulang

Perdarahan

Kerusakan jaringan lunak

Fraktur

Terputusnya kontinuitas tulang

Deformitas

Gangguan mobilitas fisik

Menekan saraf

Nyeri Sindroma kompartemen

Aliran darah terganggu

O2 dalam darah menurun

Hipoksia

Gangguan perfusi jaringan

Output berlebih

Gangguan keseimbangan

cairan & elektrolit

Pembedahan

Cemas

Port de entry

Resti Infeksi

Luka post operasi

Pathway

Page 16: Kasus Fraktur Femur

TRAUMA

Dibagi menjadi dua, yaitu :

Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita

terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor

langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak

langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya

jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

TANDA DAN GEJALA

Nyeri hebat di tempat fraktur

Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

Rotasi luar dari kaki lebih pendek

Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,

bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

PENATALAKSANAAN MEDIK

X.Ray

Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

CCT kalau banyak kerusakan otot.

TRAKSI

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang

patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin

Metode Pemasangan traksi:

Traksi Manual

Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan

Emergency.

Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu :

Page 17: Kasus Fraktur Femur

Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain,

misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.

Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai

sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan

balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi

dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul,

kegunaannya :

Mengurangi nyeri akibat spasme otot

Memperbaiki dan mencegah deformitas

Immobilisasi

Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).

Mengencangkan pada perlekatannya.

MACAM - MACAM TRAKSI

Traksi Panggul

Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas

untuk mengikat puncak iliaka.

Traksi Ekstension (Buck’s Extention)

Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke

dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu

yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.

Traksi Cervikal

Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan

spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.

Traksi Russell’s

Page 18: Kasus Fraktur Femur

Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga

digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit

untuk skeletal yang biasa digunakan.

Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki

dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia

atau fibula.

Traksi khusus untuk anak-anak

Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor

dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha

ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau

Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau

lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu

otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

Page 19: Kasus Fraktur Femur

RENCANA KEPERAWATAN

Prioritas Masalah

Mengatasi perdarahan

Mengatasi nyeri

Mencegah komplikasi

Memberi informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

INTERVENSI RASIONALISASI

1. Potensial

terjadinya syok

s/d perdarahan

yg banyak

INDENPENDEN:

a) Observasi

tanda-tanda vital.

b) Mengkaji

sumber, lokasi, dan

banyak- nya per

darahan

c) Memberikan

posisi supinasi

d) Memberikan

banyak cairan

(minum)

KOLABORASI:

e) Pemberian

cairan per infus

f) Pemberian

a) Untuk mengetahui

tanda-tanda syok se-

dini mungkin

b) Untuk menentukan

tindak an

c) Untuk mengurangi

per darahan dan men-

cegah kekurangan

darah ke otak.

d) Untuk mencegah

ke- kurangan cairan

(mengganti cairan yang

hilang)

e) Pemberian cairan

per-infus.

f) Membantu proses

pem-bekuan darah dan

Page 20: Kasus Fraktur Femur

obat koa-gulan sia

(vit.K, Adona) dan

peng- hentian

perdarahan dgn

fiksasi.

g) Pemeriksaan

laboratorium (Hb,Ht)

untuk menghentikan

perda-rahan.

g) Untuk mengetahui

ka-dar Hb, Ht apakah

perlu transfusi atau

tidak.

Page 21: Kasus Fraktur Femur

2. Gangguan rasa

nyaman:

Nyeri s/d

perubahan

fragmen tulang,

luka pada

jaringan lunak,

pemasangan

back slab,

stress, dan

cemas

INDEPENDEN:

a) Mengkaji

karakteristik

nyeri : lokasi,

durasi, intensitas

nyeri dengan

meng- gunakan

skala nyeri (0-10)

b) Mempertahankan

immobilisasi (back

slab)

c) Berikan sokongan

(support) pada

ektremitas yang

luka.

d) Menjelaskan

seluruh prosedur

di atas

KOLABORASI:

e) Pemberian obat-

obatan analgesik

a) Untuk mengetahui

tingkat rasa nyeri

sehingga dapat me-

nentukan jenis tindak

annya.

b) Mencegah pergeser-

an tulang dan pe-

nekanan pada jaring-

an yang luka.

c) Peningkatan vena

return, menurunkan

edem, dan me-

ngurangi nyeri.

d) Untuk mempersiap-

kan mental serta agar

pasien berpartisipasi

pada setiap tindakan

yang akan dilakukan.

e) Mengurangi rasa nyeri

3. Potensial infeksi

se- hubungan

dengan luka

terbuka.

INDEPENDEN:

a) Kaji keadaan

luka (kontinuitas dari

kulit) terhadap ada-

nya: edema, rubor,

kalor, dolor, fungsi

laesa.

b) Anjurkan

a) Untuk mengetahui

tanda-tanda infeksi.

b) Meminimalkan

Page 22: Kasus Fraktur Femur

pasien untuk tidak

memegang bagian

yang luka.

c) Merawat luka

dengan meng-

gunakan tehnik

aseptik

d) Mewaspadai

adanya keluhan

nyeri men- dadak,

keterbatasan gerak,

edema lokal,

eritema pada

daerah luka.

KOLABORASI:

e) Pemeriksaan

darah : leokosit

f)Pemberian obat-

obatan: antibiotika

dan TT (Toksoid

Tetanus)

g) Persiapan

untuk operasi

sesuai indikasi

terjadinya

kontaminasi.

c) Mencegah kontami-

nasi dan kemungkin-

an infeksi silang.

d) Merupakan indikasi

adanya osteomilitis.

e) Lekosit yang me-

ningkat artinya sudah

terjadi proses infeksi

f) Untuk mencegah ke-

lanjutan terjadinya

infeksi. dan pencegah

an tetanus.

g) Mempercepat proses

penyembuhan luka

dan dan penyegahan

peningkatan infeksi.

4. Gangguan

aktivitas

sehubungan

dengan

kerusakan

neuromuskuler

skeletal, nyeri,

INDEPENDEN:

a) Kaji tingkat im-

mobilisasi yang

disebabkan oleh

edema dan

persepsi pasien

tentang

a) Pasien akan mem-

batasi gerak karena

salah persepsi

(persepsi tidak pro-

posional)

Page 23: Kasus Fraktur Femur

immobilisasi. immobilisasi ter-

sebut.

b) Mendorong parti-

sipasi dalam

aktivitas rekreasi

(menonton TV,

membaca kora,

dll).

c) Menganjurkan

pasien untuk

melakukan latihan

pasif dan aktif

pada yang cedera

maupun yang

tidak.

d) Membantu pasien

dalam perawatan

diri

e) Auskultasi bising

usus, monitor

b) Memberikan ke-

sempatan untuk me-

ngeluarkan energi,

memusatkan per-

hatian, meningkatkan

perasaan mengontrol

diri pasien dan

membantu dalam

mengurangi isolasi

sosial.

c) Meningkatkan aliran

darah ke otot dan

tulang untuk me-

ningkatkan tonus otot,

mempertahankan

mobilitas sendi, men-

cegah kontraktur /

atropi dan reapsorbsi

Ca yang tidak

digunakan.

d) Meningkatkan ke-

kuatan dan sirkulasi

otot, meningkatkan

pasien dalam me-

ngontrol situasi, me-

ningkatkan kemauan

pasien untuk sembuh.

e) Bedrest, penggunaan

Page 24: Kasus Fraktur Femur

kebiasa an

eliminasi dan

menganjurkan

agar b.a.b. teratur.

f) Memberikan diit

tinggi protein ,

vitamin , dan mi-

neral.

KOLABORASI :

g) Konsul dengan

bagian fisioterapi

analgetika dan pe-

rubahan diit dapat

menyebabkan

penurunan peristaltik

usus dan konstipasi.

f) Mempercepat proses

penyembuhan,

mencegah penurunan

BB, karena pada

immobilisasi biasanya

terjadi penurunan BB

(20 - 30 lb).

Catatan : Untuk sudah

dilakukan traksi.

g) Untuk menentukan

program latihan.

5. Kurangnya

pengetahuan

tentang kondisi,

prognosa, dan

pengo- batan

sehubungan

dengan

kesalahan

dalam pe-

nafsiran, tidak

familier dengan

sumber in-

formasi.

INDEPENDEN:

a) Menjelaskan

tentang kelainan

yang muncul

prognosa, dan

harap- an yang

akan datang.

b) Memberikan

dukung an cara-

cara mobili- sasi

dan ambulasi

sebagaimana

yang dianjurkan

oleh bagi- an

a) Pasien mengetahui

kondisi saat ini dan

hari depan sehingga

pasien dapat menentu

kan pilihan.

b) Sebagian besar

fraktur memerlukan

penopang dan fiksasi

selama proses pe-

nyembuhan sehingga

keterlambatan pe-

nyembuhan disebab-

kan oleh penggunaan

alat bantu yang

Page 25: Kasus Fraktur Femur

fisioterapi.

c) Memilah-milah

aktif- itas yang

bisa mandiri dan

yang harus

dibantu.

d) Mengidentifikasi

pelayanan umum

yang tersedia

seperti team

rehabilitasi,

perawat keluarga

(home care)

e) Mendiskusikan

tentang

perawatan

lanjutan.

kurang tepat.

c) Mengorganisasikan

kegiatan yang diperlu

kan dan siapa yang

perlu menolongnya.

(apakah fisioterapi,

perawat atau ke-

luarga).

d) Membantu meng-

fasilitaskan perawa-

tan mandiri memberi

support untuk man-

diri.

e) Penyembuhan fraktur

tulang kemungkinan

lama (kurang lebih 1

tahun) sehingga perlu

disiapkan untuk

perencanaan

perawatan lanjutan

dan pasien koopratif.