17
1 MODUL RAPAT KERJA TEKNIS PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, dan DPRD A. POKOK BAHASAN Tata Cara Penanganan Pelanggaran Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD B. DESKRIPSI SINGKAT Pokok bahasan ini disampaikan dengan maksud untuk memberikan kemampuan peserta di bidang penanganan pelanggaran Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. C. METODE 1.Presentasi 2.Simulasi kelompok D. BAHAN RUJUKAN 1.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu; 2.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD; 3.Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengawasan Pemilihan Umum; 4.Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum; 5.Peraturan Bawaslu Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 14 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum. E. PROSES PEMBELAJARAN 1. Narasumber memberikan Paparan tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran dalam Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD (waktu: 45 menit); 2. Peserta dibagi dalam 3 (Tiga) kelompok untuk melakukan simulasi kasus, dengan ketentuan masing-masing kelompok: a. Menentukan Ketua (sebagai moderator Diskusi dan Penyaji Diskusi) dan Sekretaris Kelompok (sebagai notulen Diskusi); ||Rakernis Penanganan Pelanggaran Pemilu Regional I, Batam 14-18 Februari 2014)

1. MODUL RAKORNAS PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU Final.doc

  • Upload
    drian

  • View
    144

  • Download
    24

Embed Size (px)

Citation preview

MODUL RAPAT KERJA TEKNIS

PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, dan DPRDA. POKOK BAHASAN Tata Cara Penanganan Pelanggaran Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRDB. DESKRIPSI SINGKAT Pokok bahasan ini disampaikan dengan maksud untuk memberikan kemampuan peserta di bidang penanganan pelanggaran Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD.C. METODE 1. Presentasi

2. Simulasi kelompokD. BAHAN RUJUKAN 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu;2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD;3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengawasan Pemilihan Umum;4. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum;5. Peraturan Bawaslu Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 14 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum.E. PROSES PEMBELAJARAN

1. Narasumber memberikan Paparan tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran dalam Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD (waktu: 45 menit);2. Peserta dibagi dalam 3 (Tiga) kelompok untuk melakukan simulasi kasus, dengan ketentuan masing-masing kelompok:a. Menentukan Ketua (sebagai moderator Diskusi dan Penyaji Diskusi) dan Sekretaris Kelompok (sebagai notulen Diskusi);b. Ketua melakukan pembagian tugas dan dikusi kepada masing-masing anggota Kelompok;c. Hasil Diskusi dituangkan dan Formulir yang disediakan oleh Fasilitator.3. Panitia membagikan Lembar Kerja Simulasi Kasus; 4. Fasilitator memandu simulasi kasus dan melakukan bimbingan kepada masing-masing Kelompok sesuai kebutuhan.5. Fasilitator mempersilahkan masing-masing Kelompok mempresentasikan hasil kerja Kelompoknya selama 10 menit.NASKAH PEGANGANTATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU

I. DASAR HUKUM

Dalam menangani dugaan pelanggaran Pemilu, berikut disampaikan beberapa dasar hukum yang menjadi pedoman Pengawas Pemilu dalam melakukan penanganan pelanggaran Pemilu, yakni sebagai berikut:a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246);

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316);c. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengawasan Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1080);d. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1081);

e. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;f. Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum, Dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012, Nomor 11 Tahun 2012, Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum;

g. Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Beracara Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum;

h. Nota Kesepakatan Bersama Badan Pengawas Pemilihan Umum, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 01/NKB/BAWASLU/1/2013, Nomor B/02/1/2013, Nomor KEP-005/A/JA/01/2013 tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu;

i. Standar Operasional Prosedur Tentang Pola Penanganan Tindak Pidana Pemilu Pada Sentra Penegakkan Hukum Terpadu.II. PENGERTIAN-PENGERTIAN

Dalam penanganan pelannggaran Pemilu, dikenal beberapa istilah, yakni sebagai berikut:

a. Penanganan pelanggaran Pemilu adalah serangkaian proses yang meliputi penerusan temuan hasil pengawasan kepada bidang penanganan pelanggaran atau penerimaan laporan pelanggaran, pengumpulan bukti, klarifikasi, pengkajian, dan penerusan hasil kajian atas temuan/laporan kepada instansi yang berwenang untuk ditindaklanjuti.b. Temuan adalah hasil pengawasan Pengawas Pemilu yang didapat secara langsung maupun tidak langsung berupa data atau informasi tentang dugaan terjadinya pelanggaran Pemilu (Pasal 1 angka 25 Peraturan Bawaslu Nomor 13 Tahun 2012).c. Laporan Dugaan Pelanggaran adalah laporan yang disampaikan secara resmi baik lisan dan/atau tulisan oleh peserta pemilu, pemantau Pemilu, maupun masyarakat kepada Pengawas Pemilu tentang dugaan terjadinya pelanggaran Pemilu (Pasal 1 angka 17 Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2012).d. Pelanggaran Pemilu adalah tindakan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait Pemilu (Pasal 1 angka 22 Perbawaslu Nomor 14 Tahun 2012);e. Kode Etik Penyelenggara Pemilu, selanjutya disebut Kode Etik, adalah satu kesatuan landasan norma moral, eti dan filosofis yangmenjadi pedoman bagi perilaku penyelenggara pemilihan umumyang diwajibkan, dilarang,patut atau tidak patut dilakukan dalam semua tindakan dan ucapan (Pasal 1 angka 6 Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP);f. Pelanggaran Administrasi Pemilu adalah pelanggaran yang meliputi tata

cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggara Pemilu di luar tindak pidana Pemilu dan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu (Pasal 1 angka 24 Perbawaslu Nomor 14 Tahun 2012);

g. Tindak Pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.III. PENANGANAN PELANGGARAN PEMILUA. PENERIMAAN PENERUSAN TEMUAN DUGAAN PELANGGARAN ATAU LAPORAN DUGAAN PELANGGARANDugaan Pelanggaran Pemilu dalam Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD dapat berasal dari Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu maupun Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu.1. PENERIMAAN TEMUAN DUGAAN PELANGGARAN

Temuan Dugaan Pelanggaran dapat berasal dari:

a. Hasil pengawasan Pengawas Pemilu;b. Laporan masyarakat yang disampaikan secara tidak langsung;c. Laporan masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan formal;Huruf b dan Huruf c dijadikan Informasi Awal oleh Divisi Pengawasan untuk dilakukan penelusuran. Terhadap hasil penelusuran tersebut, oleh Pengawas Pemilu dituangkan dalam Lampiran Formulir Model A-1 Perbawaslu Nomor 13 Tahun 2012.Temuan dugaan pelanggaran yang berasal dari hasil pengawasan disertai bukti awal dugaan pelanggaran yang dapat berupa antara lain:

1) Surat atau dokumen;2) Foto;3) Kaset rekaman;4) Dokumen elektronik;5) Alat peraga kampanye; dan/atau6) Keterangan saksi.a. TEMUAN DUGAAN PELANGGARAN1) Hasil pengawasan dan/atau Informasi awal yang berupa Temuan dugaan pelanggaran dituangkan oleh Pengawas Pemilu ke dalam Formulir Model A-1 (Lampiran Perbawaslu Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata cara Pengawasan Pemilu).2) Pengawas Pemilu (yang ditunjuk sebagai Penemu) meneruskan hasil pengawasan dan/atau Informasi Awal yang mengandung unsur Temuan dugaan pelanggaran kepada bidang penanganan pelanggaran untuk ditindaklanjuti dengan menggunakan formulir model A-2 dan menerbitkan Formulir A-3 (Lampiran Perbawaslu Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pengawasan Pemilu) dan dilengkapi dengan bukti awal dugaan pelanggaran beupa :

a) Keterangan saksi;b) Surat atau dokumen;c) Foto dan/atau video;d) Dokumen elektronik; dan/ataue) alat peraga kampanye.3) Pengawas Pemilu wajib mengisi dan menandatangani Formulir Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu, yaitu Formulir B.2-DD (Perbawaslu Nomor 14 Tahun 2012 Tata Cara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD), yang memuat:a) Data Pengawasb) Waktu dan tempat peristiwac) Nama dan alamat pelaku;d) Nama dan alamat saksi-saksi;e) Bukti-bukti; danf) Uraian kejadian.4) Pengawas Pemilu (yang ditunjuk sebagai Penemu) meneruskan Temuan dugan pelanggaran Pemilu kepada Bidang Penindakan Pelanggaran paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukan; b. PENERIMAAN PENERUSAN TEMUAN DUGAAN PELANGGARANPetugas Penerima Penerusan Temuan Dugaan Pelanggaran dalam menerima penerusan Temuan Dugaan Pelanggaran melakukan hal-hal sebagai berikut:1) memeriksa kelengkapan persyaratan formil dan persyaratan materiil Temuan Dugaan Pelanggaran (Formulir Model B.2-DD);2) membuat Tanda Bukti Penerimaan Penerusan Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu (Formulir Model B.4-DD) dalam hal Temuan Dugaan Pelanggaran memenuhi kelengkapan persyaratan formil dan materiil;

3) memberikan Formulir Model B.4-DD kepada Pengawas Pemilu dan/atau Petugas yang meneruskan Temuan, serta 1 (satu) rangkap untuk yang menerima penerusan Temuan;4) Melakukan pencatatan dan rekapitulasi atas penerimaan penerusan Temuan dalam Buku Register Penerimaan Laporan5) penomoran Formulir Model B.2-DD menggunakan penomoran yang sama dengbn nomor Formulir Model B.4-DD.

2. PENERIMAAN LAPORAN DUGAAN PELANGGARAN

a. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan dan Pengawas Pemilu Luar Negeri menerima laporan pelanggaran Pemilu pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu (Pasal 249 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 2012.b. Laporan dugaan pelanggaran yang disampaikan oleh Pelapor (masyarakat/pemantau/peserta pemilu) dengan dituangkan dalam formulir laporan (Formulir Model B.1-DD);c. Laporan Dugaan Pelanggaran disampaikan kepada Pengawas Pemilu dalam jangka waktu paling lama7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran (Pasal 7 Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2013);

d. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Penelitian Kelengkapan Persyaratan Formil dan Materiil Formulir Model B.1-DD, sebagai berikut:1) identitas (nama dan alamat) Pelapor;2) uraian dugaan pelanggaran/peristiwa yang dilaporkan;3) waktu kejadian (hari, tanggal, dan jam);4) tempat kejadian (diuraikan secara jelas);5) pelaku/pihak yang dilaporkan ;6) pihak yang menyaksikan/mengetahui kejadian/ peristiwa yang dilaporkan;7) bukti yang mungkin diperoleh atau diketahui;8) Cara mendapatkan bukti yang diserahkan.

e. Petugas Penerima Laporan Dugaan Pelanggaran dalam menerima Laporan Dugaan Pelanggaran melakukan hal-hal sebagai berikut:1) memeriksa kelengkapan persyaratan formil dan persyaratan materiil Laporan Dugaan Pelanggaran (Formulir Model B.3-DD);2) membuat Tanda Bukti Penerimaan Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu (Formulir Model B.3-DD) dalam hal Laporan Dugaan Pelanggaran memenuhi kelengkapan persyaratan formil dan materiil;

3) memberikan Formulir Model B.4-DD kepada Pengawas Pemilu dan/atau Petugas yang meneruskan Temuan, serta 1 (satu) rangkap untuk yang menerima penerusan Temuan;

4) Melakukan pencatatan dan rekapitulasi atas penerimaan penerusan Temuan dalam Buku Register Penerimaan Laporan5) penomoran Formulir model B.1-DD menggunakan penomoran yang sama dengbn nomor formulir model B.3-DD.

f. Petugas Penerima Laporan meneliti kelengkapan Pemenuhan Syarat Formal dan Syarat Materiil sebagai berikut:

Dalam hal Laporan/Temuan memenuhi syarat Formal dan Materiil, maka Laporan/Temuan diberikan penomoran untuk dilakukan Pengkajian; Dalam hal Laporan/Temuan dinyatakan belum lengkap, maka Petugas Penerima Laporan/Temuan mengarahkan untuk melengkapi dengan memperhatikan batas waktu pelaporan; Dalam hal Laporan/Temuan dinyatakan Tidak memenuhi syarat Formal, maka Laporan/Temuan tersebut dijadikan menjadi Informasi Awal oleh Pengawas Pemilu.Alur Penerimaan Laporan/Temuan dan Penomoran

Penentuan Batas Waktu Pelaporan/Penerusan Temuan

B. PENANGANAN LAPORAN DAN TEMUAN

1. Pangawas Pemilu mengkaji setiap Temuan/Laporan yang diterima dan memutuskan untuk menindaklanjuti atau tidak menindaklanjuti paling lama 3 (tiga) hari setelah laporan diterima. Dalam hal diperlukan, kajian dugaan pelanggaran dapat diperpanjang paling lama 5 (lima) hari setelah Temuan atau Laporan diterima.2. Pengawas Pemilu mengkaji pelanggaran Pemilu menggunakan acuan Formulir Model B.9-DD (Lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2012).

3. Dalam proses pengkajian Temuan/Laporan dugaan pelanggaran, Pengawas Pemilu dapat meminta kehadiran pelapor, terlapor, saksi dan/atau ahli untuk didengar keterangan dan/atau klarifikasinya di bawah sumpah.

4. Pengawas Pemilu perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut dalam melakukan klarifikasi:a. Menyiapkan Surat Undangan Klarifikasi dan menyampaikannya kepada pihak-pihak yang akan dimintakan keterangan dalam waktu yang layak;b. Undangan klarifikasi merujuk pada Formulir Model B.5-DD (lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2012);c. Menyiapkan Berita Acara Klarifikasi dan Berita Acara di bawah sumpah (Formulir Model B.6-DD dan/atau Formulir Model B.7-DD Lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2012);d. Penandatanganan Berita Acara di Bawah Sumpah harus dibacakan dan tidak perlu dilakukan oleh Pemuka Agama. Pihak yang diklarifikasi cukup menandatangani Formulir Model B.6-DD atau Formulir Model B.7-DD.

C. Hasil Kajian Pengawas Pemilu

Kajian Pengawas Pemilu dalam proses penanganan pelanggaran yang dituangkan dalam Formulir Model B.9-DD dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Pelanggaran Pemilu

2) Bukan Pelanggaran Pemilu; atau

3) Sengketa Pemilu.

Dugaan Pelanggaran Pemilu yang merupakan Pelanggaran Pemilu dapat dikategorikan berupa:

1) Pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu;

2) Pelanggaran administrasi Pemilu; dan/atau

3) Tindak Pidana Pemilu.

D. TINDAK LANJUT PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN

1) Pelanggaran Kode Etik

Pengawas Pemilu meneruskan rekomendasi dugaan pelanggaran kode etik kepada DKPP, dengan melampirkan berkas dugaan pelanggaran dan hasil kajian dugaan Pelanggaran.Mengacu pada Pasal 8 dan Pasal 9 Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2012, mengatur sebagai berikut: Jika Teradu dan/atau Terlapor adalah Penyelenggara Pemilu yang menjabat sebagai Anggota KPU/Bawaslu/KPU Provinsi/KIP Aceh/ Bawaslu Provinsi/PPLN/Pengawas Pemilu Luar Negeri, maka pengaduan dan/atau Laporan diajukan langsung ke DKPP.

Jika Teradu dan/atau Terlapor adalah Penyelenggara Pemilu yang menjabat sebagai anggoat KPU Kabupaten/Kota/KIP Kabupaten/Kota/Panwaslu Kabupaten/Kota/PPK/Panwaslu Kecamatan/PPS/PPL/KPPS, maka pengaduan dan/atau Laporan diajukan kepada DKPP melalui Bawaslu Provinsi.

2) Pelanggaran Administrasi

Terhadap Temuan/Laporan dugaan pelanggaran yang merupakan pelanggaran administrasi, maka rekomendasi dan berkas kajian dugaan pelanggaran administrasi Pemilu disampaikan kepada KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK atau PPD sesuai tingkatannya, dengan disertai berkas pelanggaran dan hasil kajian Pengawas Pemilu. Dalam hal rekomendasi Pengawas Pemilu tidak ditindaklanjuti oleh KPU/jajaran, maka Pengawas Pemilu memberikan sanksi peringatan lisan atau peringatan tertulis.3) Tindak Pidana PemiluLaporan dugaan Tindak Pidana Pemilu diteruskan oleh Pengawas Pemilu kepada Penyidik Kepolisian Negara RepublikIndoesia sesuai tingkatannya dalam jangkawaktu paling lambat 1 x 24 (dua puluh empat) jam sejak diputuskan oleh Pengawas Pemilu dengan tidak melebihi ketentuan 5 (lima) hari waktu penanganan pelanggaran Pemilu. Penerusan rekomendasi tersebut disertai dokumen berkas pelanggaran dan hasil kajian.4) Bukan Pelanggaran PemiluTerhadap hasil kajian yang dikategorikan bukan dugaan pelanggaran Pemilu dan bukan dugaan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan lain, maka proses penanganan pelanggaran dihentikan berdasarkan pleno Pegawas Pemilu.Terhadap hasil kajian yang merupakan bukan pelanggaran Pemilu namun termasuk dugaan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan lain, maka oleh Pengawas Pemilu diterukan kepada instansi yang berwenang.

5) Sengketa Pemilu

Hasil kajian Pengawas Pemilu yang dikategorikan sebagai sengketa Pemilu diteruskan kepada Bidang Penyelesaian Sengketa Pemilu untuk ditindaklanjuti sebagai sengketa Pemilu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

E. PENGUMUMAN STATUS PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN DAN PENGAWASAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI1) Terhadap hasil kajian dan rekomendasi Pengawas Pemilu,maka status penanganan dugaan pelanggaran Pemilu dimaksud diumumkan di Sekretariat Pengawas Pemilu dengan menggunakan Formulir Model B.13-DD, yang dapat disampaikan kepada Pelapor melalui surat.

2) Terhadap rekomendasi Pengawas Pemilu yang telah diteruskan kepada instansi terkait, Pengawas Pemilu mempunyai tugas sebagai berikut:a) Bawaslu dan Bawaslu Provinsi mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi penanganan pelanggaran oleh instansi yang berwenang.b) Bawaslu Provinsi mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU Provinsi, Sekretaris dan Pegawai Sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung. c) Bawaslu dan Bawaslu Provinsi mengawasi atas pelaksanaan putusan pengadilan dan putusan DKPP.

F. JENIS FORMULIR LAPORAN, TEMUAN, DAN PENANGANAN PELANGGARANJenis Formulir Laporan dan penanganan Pelanggaran Pemilu terdiri atas:

Jenis FormulirKeterangan

Model B.1-DDPenerimaan Laporan

Model B.2-DDFormulir Temuan

Model B.3-DDTanda Bukti Penerimaan Laporan

Model B.4-DDTanda Bukti Penerimaan Penerusan Temuan

Model B.5-DDUndangan Klarifikasi

Model B.6-DDKeterangan/Klarifikasi Di Bawash Sumpah/Janji

Model B.7-DDKeterangan Ahli Di Bawah Sumpah/Janji

Model B.8-DDBerita Acara Klarifikasi

Model B.9-DDKajian Laporan

Model B.10-DDPenerusan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu

Model B.11-DDPenerusan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu oleh Pengawas Pemilu

Model B.12-DDPenerusan Pelanggaran Administrasi Pemilu

Model B.13-DDPenerusan Tindak Pidana Pemilu

Model B.14-DDPemberitahuan Tentang Status Laporan/Temuan

Model A-1Laporan hasil Pengawasan Pemilu

Model A-2Uraian Singkat Temuan Dugaan Pelanggaran

LEMBAR KERJAJadwal Tahapan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014, Tahapan Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014 akan dimulai dari tanggal 11 Januari 2013 hingga 5 April 2014. Sedangkan pelaksanaan Kampanye Pemilu dalam bentuk Iklan media massa cetak dan media massa elektronik serta Rapat Umum dilaksanakan dalam waktu 21 hari, dimulai tanggal 16 Maret sampai dengan tanggal 05 April 2014.Pada tanggal 15 Maret 2014, Pukul 15.00 WIT, Sdr. Drs. Frans Eduay, Calon Anggota DPR RI dari Partai Bintang Langit Dapil I Papua Tenggara, dengan Nomor Urut 1, mengadakan pertemuan yang dilakukan di Stadion Manggala Bagus milik Pemerintah Daerah Provinsi Papua Tenggara, yang dihadiri oleh sekitar 500 orang yang terdiri dari masa pendukungnya maupun warga masyarakat. Dan kegiatan tersebut berakhir pada pukul 17.40 WIT. Pada tanggal 22 Maret 2014, Pukul 12.00 WIT, Sdr. Petrick Hokokai (Ketua Tim Kampanye Calon Anggota DPR RI dari Partai Kendo, Dapil I Provinsi Papua Tenggara Nomor Urut 1) mendatangi Kantor Bawaslu Provinsi Papua Tenggara untuk melaporkan dugaan pelanggaraan yang dilakukan oleh Sdr. Drs. Frans Eduay. Laporan tersebut disertai dengan rekaman video pelaksanaan Pertemuan yang isinya memuat gambar Drs Frans Eduay sedang berorasi dengan didampingi dua orang yang diduga sebagai PNS dan Kepala Desa, serta menyerahkan nama-nama saksi yang hadir dalam pertemuan tersebut yaitu Thomas warga masyarakat.Oleh Bawaslu Provinsi Papua Tenggara, kemudian laporan Sdr.Petrick Hokokai dituangkan ke dalam Formulir Model B.1-DD dengan Nomor Registrasi 10/LP/PILEG/III/2014 dan diberikan tanda terima kepada Pelapor sebagaimana tertuang dalam Formulir Model B.3-DD dengan Nomor 10/LP/PILEG/III/2014.Dalam Uraian Singkat Kejadian yang dituangkan dalam Formulir Model B.1-DD dengan Nomor Registrasi 10/LP/PILEG/III/2014 tersebut, Pelapor menerangkan bahwa pada saat kegiatan pertemuan yang dilakukan oleh Sdr. Drs. Frans Eduay di Stadion Manggala Bagus pada tanggal 15 Maret 2014, juga terlihat Kepala Desa Bangunrata atas nama Junaidi Takhir yang bertindak sebagai Juru kampanye.

Instruksi Diskusi Kelompok1. 1 (Satu) Kelompok terdiri dari 20-25 Peserta;2. Anggota Kelompok menunjuk Ketua dan Sekretaris Kelompok;

3. Ketua Kelompok bertugas memimpin proses diskusi Kelompok;4. Sekretaris Kelompok bertugas mencatat Hasil Diskusi Kelompok;5. Kelompok melakukan diskusi/ pembahasan terhadap Kasus;6. Kelompok menentukan Peran dan menyiapkan dokumen sebagai berikut: a. Petugas Penerima Laporan untuk menyiapkan:1) Berkas Penerimaan Laporan (Form Model B.1-DD dan Model B.3-DD);2) Berkas SG1, SG2 dan SG3 Sentra Gakkumdu; 3) Daftar Hadir Klarifikasi;b. menyiapkan Berita Acara Klarifikasi dan Berita Acara Sumpah (Saksi), terhadap;1) Petrick Hokokai (Pelapor)2) Drs. Frans Eduay(Terlapor)3) Junaidi Takhir (Kepala Desa Bangunrata)4) Thomas (saksi)c. menyiapkan Kajian Hukum terhadap Laporan dugaan pelanggaran.

Diberikan Penomoran

lengkap

Laporan/

Temuan

Pengawas Pemilu

Pemeriksaan Kelengkapan

7 hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya

Dilengkapi

Belum

lengkap

Tanggal Diketahui/Ditemukan Tanggal Terakhir Melaporan ke PP

14

12.00

7

12.00

9

12

13

10

11

8

Apa saja konsekuensi Jika Diberikan Penomoran T/L dalam Kondisi Belum Lengkap?

Harus dilakukan penanganan pelanggaran, pengkajian hukum dan rekomendasi dalam koridor 3+2 hari penanganan

Waktu Penanganan Pelanggaran langsung berjalan sejak diterima oleh Pengawas Pemilu

Terkait Dugaan Tindak Pidana Pemilu, maka dalam waktu 1 x 24 jam sejak diterima Temuan/Laporan harus diadakan Rapat Pembahasan Sentra Gakkumdu

KENDALA DAN SOLUSI DALAM PELAKSANAAN KLARIFIKASI

Diberikan penjelasan kepada Terlapor bahwa Klarifikasi tersebut merupakan Hak/kesempatan bagi Terlapor untuk memberikan penjelasan. Undangan diberikan sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut dengan memperhatikan batas waktu penaganan pelanggaran.

Tempat dan Waktu Klarifikasi diusahakan diadakan di Kantor Pengawas Pemilu. Dalam hal tidak memungkinkan, maka dapat dikomunikasikan kepada Para Pihak sepanjang dapat menjaga integritas dan dan netralitas Pengawas Pemilu dalam melakukan Klarifkasi. Diusahakan sedapat mungkin didapatkan keterangan yang bersangkutan.

Pengawas Pemilu dapat mengupayakan dengan mencari kepada pihak-pihak yang dimungkinkan mengetahui. Contoh: KPU/Peserta Pemilu/Pelapor/pihak lainnya)

Terlebih dahulu diberikan penjelasan, dan apabila tetap tidak berkenan maka dapat diberikan keterangan di dalam BA Klarifikasi bahwa ybs tidak berkenan menandatangani BA Sumpah

KENDALA

Terlapor Tidak Berkenan Hadir dalam Undangan Klarifikasi;

Terlapor/Saksi/Ahli tidak dapat menghadiri Undangan Klarifikasi sesuai dengan Tempat dan Waktu undangan Pengawas Pemilu;

Pengawas Pemilu kesulitan memperoleh Nomor Kontak Pihak yang akan dimintakan Klarifikasi

Pihak yang diklarifikasi tidak mau menandatangani BA pengambilan Sumpah

SOLUSI

||Rakernis Penanganan Pelanggaran Pemilu Regional I, Batam 14-18 Februari 2014)