03 Bagian Isi Skripsi25

Embed Size (px)

DESCRIPTION

isi skripsi

Citation preview

2

BAB IPENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker merupakan penyebab utama kedua kematian di Amerika Serikat. Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa sekitar 1,3 juta kasus kanker baru terjadi pada tahun 2002 dan 555.500 orang meninggal akibat kanker.Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Jumlah penderita baru penyakit kanker tahun 2020 diperkirakan meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan usaha yang memadai.1 Dan di Indonesia sendiri, Bedasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi kanker adalah 1,4 per 1000 penduduk dengan prevalensi tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4.1%), diikuti Jawa tengah (2,1%) dan prevalensi kanker kalimantan Tengah sendiri sebesar (0,7%). Dari seluruh penyebab kematian, kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia.2Pengobatan kanker secara medis yang selama ini dilakukan adalah melalui pembedahan (operasi), penyinaran (radiasi) dan terapi kimia (kemoterapi). Pengobatan dengan penyinaran hingga kini masih belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, demikian juga pengangkatan jaringan kanker juga masih sering tidak sempurna. Salah satu yang menjadi perhatian adalah kemoterapi, yaitu penggunaan bahan-bahan bioaktif dari hasil sintesis atau isolasi bahan alam. Penggunaan bahan bioaktif dari isolasi bahan alam terus dikembangkan sampai saat ini karena sifatnya yang renewable, mudah terdekomposisi dan dapat dikeluarkan dari dalam tubuh, sedangkan bahan sintetis dapat tertinggal atau menjadi residu yang berbahaya bagi tubuh.3,4 Hal ini menyebabkan pelacakan senyawa-senyawa antikanker dari bahan alam banyak dilakukan, untuk mendapatkan senyawa yang berpotensi sebagai antikanker yang awalnya banyak dilakukan sebagai pengobatan tradisional.5Sesuai dengan standar WHO, obat tradisional harus memenuhi beberapa persyaratan meliputi kualitas,keamanan dan efektifitas yang tinggi. Banyak negara yang menggunakan obat obat tradisional untuk berbagai macam pengobatan. Menurut WHO 2005, di Afrika disebutkan sebesar 80% populasi masyarakatnya menggunakan obat tradisional untuk membantu memenuhi kebutuhan pelayan kesehatan di negara tersebut. Di Cina, obat tradisional sudah digunakan sebesar 40% dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang ada di negara tersebut.6,7 Di Indonesia, penggunaan obat tradisional sampai sekarang terus berlanjut dan berkembang pesat karena sejak dahulu bangsa Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan tumbuhan yang berkhasiat obat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang pemanfaatan obat tersebut merupakan kepercayaan peduduk terhadap sejarah adat dan budaya yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya sehingga tercipta berbagai ramuan tumbuhan obat yang merupakan ciri khas pengobatan tradisional Indonesia.8,9Kalimantan Tengah memiliki kekayaan beragam jenis tumbuhan yang biasa digunakan oleh masyakat sebagai tradisional. Salah satu tumbuhan yang di gunakan sebagai obat tradisional adalah tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen). Berdasarkan kuisioner yang telah di sebar di kelurahan Tewah Kabupaten Gunung Mas, sebanyak 110 responden, didapatkan hasil 74% masyarakat mengetahui tanaman jinjit, dan 40 % pernah menggunakan sebagai obat. Penggunaan semua bagian (akar, batang, daun) sebesar 50% ,daun saja 19%, akar saja 19%, dan batang saja 12%. Tumbuhan ini sering digunakan masyarakat setempat sebagai tumbuhan obat. Masyarakat mempercayai tumbuhan jinjit ini mempunyai khasiat untuk mengobati apabila ada benjolan pada tubuh mereka. Berbagai penelitian dilakukan oleh peneliti lain, mengenai tumbuhan yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel kanker dengan metode Brimp Shrimp Lethality Test. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yazid Murtadlo dkk, dengan mengidentifikasi senyawa ekstrak daun tempuyung (Sonhus arvensis Linn) melakukan uji sitotoksik terhadap Artemia salina Leach dengan metode Brimp Shrimp Lethality Test yang merupakan indikator sel kanker didapatkan ekstrak daun tempuyung bersifat toksik menurut harga LC50 pada metode Brine Shrimp Lethality Test .10 Dan juga Penelitian uji sitotoksik ekstrak etanol kulit kayu tumbuhan cep-cepen (Castanopsis Costanta Bl) yang dilakukan oleh Tata Bintara.11 Hasil penelitian sebelumnya dengan metode DPPH tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) diketahui bahwa tumbuhan ini memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dan terdapat senyawa flavonoid yang terkandung didalamnya yang bersifat sebagai antikanker.12 Penelitian dengan menggunakan batang tumbuhan jinjit belum banyak dilaporkan. Akan tetapi, belum ada penelitian tentang potensi sitotoksik tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) asal Kalimantan Tengah. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan sitotoksiknya sebelum diuji coba pada sel kanker. Penelitian ini menggunakan metode Brine shrimp Lethality Test (BSLT). Uji ini dilakukan karena masih kurangnya informasi ilmiah mengenai potensi sitotoksik tumbuhan jinjit. Metode BSLT sering di gunakan untuk praskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tumbuhan karena sederhana , cepat, murah dan dapat dipercaya. Penelitian ini menentukan nilai LC50, apabila ekstrak tumbuhan yang diuji bersifat toksik menurut harga LC50, maka tumbuhan tersebut dapat dikembangkan pada penelitian yang lebih lanjut lagi sebagai obat antikanker.13 Penilitian ini diharapkan, khasiat batang tumbuhan jinjit bukan hanya berdasarkan dari kepercayaan dari masyarakat saja melainkan sudah diteliti ketoksikannya, dan hasil dari penelitian ini dimasa mendatang dapat dijadikan bahan informasi secara ilmiah mengenai kemampuan sitotoksik dan senyawa aktif dari ekstrak etanol batang dari tumbuhan jinjit itu sendiri. 1. 2.Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol batang tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) asal Kalimantan Tengah memiliki potensi sitotoksik terhadap larva Artemia salina Leach ?2. Berapa persentase kematian larva Artemia salina Leach setelah pemberian ekstrak etanol batang tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) asal Kalimantan Tengah?

3. Berapa nilai LC50 larva Artemia salina Leach setelah pemberian ekstrak etanol batang tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) asal Kalimantan Tengah ?1. 3.

Tujuan Penelitian

1. 3. 1.Tujuan umum Membuktikan adanya potensi sitotoksik pada ekstrak etanol batang tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) asal Kalimantan Tengah dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).1. 3. 2. Tujuan khusus 1. Mengukur persentase kematian larva Artemia salina Leach setelah pemberian ekstrak etanol batang tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) asal Kalimantan Tengah.2. Menentukan nilai LC50 larva Artemia salina Leach setelah pemberian ekstrak etanol batang tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) asal Kalimantan Tengah.1. 4.Manfaat PenelitianDari penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang batang tumbuhan jinjit dan mengetahui kemampuan sitotoksik dari ekstrak etanol batang tumbuhan jinjit Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen).BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Siklus SelSiklus sel adalah proses sel membelah diri secara periodik, meliputi dua tahap yaitu : Tahap Mitosis dan Interfase. Lama berlangsungnya siklus ini untuk setiap jenis sel kini sudah dapat di perhitungkan berdasarkan pengamatan. Siklus paling pendek lamanya 8 jam (pada sel epitel usus) sampai 100 hari atau lebih (pada sel hepar dewasa). Tahap interfase pada siklus sel merupakan tahap persiapan menuju pembelahan. Tahap ini dibagi atas tiga fase yaitu :

(1) Fase Gl / Gap 1, adalah fase persiapan sel untuk melakukan replikasi DNA, pada fase initerjadi pembentukan berbagai RNA dan protein yang berperan dan yang diperlukan dalam proses replikasi, durasi waktu fase ini bervariasi tergantung dari tipe sel. Fase G1 berlangsung sekitar 12 jam pada kebanyakan sel mamalia. Pada fase G1 ditemukan suatu faktor yang menginduksi fase G1 untuk masuk fase S yang disebut S phase Promoting Factor (SPF). Pada fase ini terjadikegiatan biosintesis yang sangat meningkat.

(2) Fase S/ Sintesa, merupakan fase sintesa DNA.Permulaan replikasi DNA terjadi saat peralihan fase akhir G1 dan awal fase S. Replikasi DNA terjadi selama fase S, jumlah DNA keseluruhan akan bertambah dari diploid (2n) hingga replikasi komplit menjadi tetraploid (4n). Fase ini berlangsung selama 10-20 jam. (3) Fase G2/ Gap 2, yaituwaktu antara akhir fase S sampai terjadinya mitosis atau pembelahan, sel mempersiapkan diri untuk membelah dan mempersiapkan 2 set kromosom. Akhir dari fase G2 dan awal dari fase M ditemukan suatu faktor yang menginduksi fase G2 untuk masuk ke fase M yang di sebut M phase promoting factor (MPF). Fase G2 berlangsung selama 1-12 jam. Phase terakhir dari proses proliferasi adalah fase M (mitosis) yang merupakan fase tersingkat karena hanya berlangsung selama 30-60 menit. Pada fase M terjadi pemecahan DNA yang telah berduplikasi secara komplit. Proses ini akan menghasilkan 2 sel anak kromosom diploid (2n). Sel akan mempunyai 2 pilihan pada akhir siklus sel yaitu melanjutkan siklus sel kedalam fase G1 bila sel masih aktif berproliferasi atau memasuki fase G0 bila sel tidak aktif. Fase G0 adalah fase dalam keadaan isirahat atau tidak aktif melakukan proses proliferasi.14Siklus sel dimulai pada fase Gl dimana terjadi penentuan apakah sel meneruskan proses atau keluar dari siklus ( GO/ istirahat atau terminal). Adanya stimuli dari platelet derived growth factors (PDGF), epidermal growth factor (EGF), atau insulin like growth factors (IGF 1 & IGF 2) menyebabkan aktifnya siklus sel di Gl. Apabila replikasi sel telah dimulai pada akhir Gl sel tidak dapat berespon terhadap stimuli faktor pertumbuhan, tetapi berespon terhadap penghambat faktor pertumbuhan, proses ini diatur oleh cyclin dependent kinase inhibitor (CDKi). Ada dua mekanisme yang mengontrol jalannya siklus sel yaitu: Cyclins dan Checkpoints.Cyclin mengatur proses tiap fase dari siklus sel seperti Cyclin B/CDKi berfungsi mengontrol transisi dari fase G2 ke fase M, sedangkan Checkpoints bertugas mengawasi ada tidaknya penyimpangan pada DNA. Apabila mekanisme ini terganggu atau terjadi penyimpangan maka dapat menyebabkan timbulnya kanker.142.2. KankerKanker atau neoplasma merupakan pertumbuhan sel sel baru yang secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal dan yang kemudian dapat menyerang bagian tubuh dan menyebar ke bagian lain. Kanker ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali akibat kerusakan DNA dimana terjadi mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisika yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan diperoleh ataupun diwariskan. Golongan Gen memainkan peranan penting dalam mengatur sinyal mekanisme faktor pertumbuhan dan siklus sel itu sendiri, termasuk protoonkogen yang mendorong pertumbuhan, gen penekan kanker (tumor supressor gene) yang menghambat pertumbuhan (antionkogen), gen yang mengatur kematian sel terencana (programmed cell death) atau apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA yang rusak. Gen penekan tumor TP53 (dulu P53) adalah gen yang paling sering mengalami mutasi pada kanker manusia. TP53 dapat menimbulkan anti proliferasi, dan gen ini juga mengendalikan apoptosis. TP53 berperan penting dalam mempertahankan integritas genom, apabila kehilangan TP53 secara homozigot kerusakan DNA tidak dapat diperbaiki dan mutasi akan terfiksasi di sel yang membelah sehingga akan masuk jalan satu arah menuju keganasan.15 Mekanisme pertumbuhan kanker disebut juga dengan Karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Sebagian besar karsinogen sebenarnya tidak reaktif (prokarsinogen atau karsinogen proximate), namun di dalam tubuh diubah menjadi karsinogen awal (primary) atau menjadi karsinogen akhir (ultimate). SitokromP450 merupakan suatu mono-oksidase dependen retikulum endoplasmik sering mengubah karsinogen proximate menjadi intermediate defisien elektron yang reaktif (electrophils). Intermediate (zat perantara) yang reaktif ini dapat berinteraksi dengan pusat-pusat di DNA yang kaya elektron (nucleophilic) untuk menimbulkan mutasi. Interaksi antara karsinogen akhir dengan DNA semacam ini dalam suatu sel diduga merupakan tahap awal terjadinya karsinogenesis kimiawi. DNA sel dapat pulih kembali bila mekanisme perbaikannya normal, namun bila tidak sel yang mengalami perubahan dapat tumbuh menjadi tumor yang akhirnya nampak secara klinis. Ko-karsinogen (promoter) sendiri bukan karsinogen. Promoter berperan mempermudah pertumbuhan dan perkembangan sel tumor dormant atau latent. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya tumor dari fase awal tergantung pada adanya promoter tersebut dan untuk kebanyakan tumor pada manusia periode laten berkisar dari 15 sampai 45 tahun.15,16Proses transformasi sel normal menjadi sel ganas melalui displasi terjadi melalui mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme karninogenesis ini terjadi melalui tiga tahap yaitu:1. Inisiasi (Initiation)

Tahap pertama ialah permulaan atau inisiasi, dimana sel normal berubah menjadi premaligna.Karsinogen harus merupakan mutagen yaitu zat yang dapat menimbulkan mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen bereaksi dengan DNA, menyebabkan amplifikasi gen dan produksi copy multipel gen.

2. Promosi (Promotion)

Promoter adalah zat non mutagen tetapi dapat meningkatkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen. Sifat-sifat promotor ialah: mengikuti kerja inisiator, perlu paparan berkali-kali, keadaan dapat reversible, dapat mengubah ekspresi gen seperti: hiperplasia, induksi enzim, induksi diferensiasi.

3. Progresi (Progression)

Pada progresi ini terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna.

Dalam karsinogenesis ada 3 mekanisme yang terlibat:17a) Onkogen yang dapat menginduksi timbulnya kanker.

b) Antionkogen atau gen suppressor yang dapat mencegah timbulnya kanker.

c) Gen modulator yang dapat mempengaruhi eksperimen karakteristik gen yang mempengaruhi penyebaran kanker. Bila ada kerusakan gen, tubuh berusaha mereparasi atau memperbaiki transkripsi gen yang rusak (DNA repair). Kerusakan transkripsi ini mungkin dapat dan mungkin pula tidak dapat diperbaiki lagi. Bila transkripsi gen itu dapat diperbaiki dengan sempurna, maka pada replikasi sel berikutnya terbentuklah sel baru yang normal. Tetapi bila tidak dapat diperbaiki dengan sempurna akan terbentuk sel baru yang defektif. Walaupun sel itu defektif masih tetap ada usaha mereparasi kerusakan transkripsi. Bila berhasil akan terbentuk sel yang normal dan bila gagal akan terbentuk sel yang abnormal, yaitu sel yang mengalami mutasi, atau transformasi, yang pada akhirnya dapat menjadi sel kanker.17Teori karsinogenesis untuk menerangkan bagaimana kanker itu terjadi didasarkan atas:161) Mutasi Somatik, yaitu perubahan urutan letak nukleotida dalam asam amino rantai DNA, yang menyebabkan perubahan kode genetik. Menghasilkan produksi protein yang abnormal, sehingga regulasi pertumbuhan dan diferensiasi sel terganggu, sel menjadi otonom dan lepas dari regulasi normal dan sel dapat tumbuh tanpa batas.

2) Penyimpangan Diferensiasi Sel (Teori Epigenetik), terjadinya gangguan sistem atau mekanisme regulasi gen seperti represif, depresi serta ekspresi regulasi, sehingga timbul gangguan pertumbuhan dan diferensiasi sel. Defek yang terjadi karena mekanisme regulasi gen yang mengatur pertumbuhan, dan bukan pada struktur gen itu sendiri, maka teori ini disebut teori epigenetik.

3) Aktivasi Virus. Virus masuk ke dalam inti sel dan berintegrasi dengan DNA penderita serta mengubah fenotype sel dengan menyisipkan (insersi) informasi baru atau mengubah transkripsi dan translasi gen. Virus DNA dapat secara langsung berintegrasi dengan DNA inang dan ditularkan secara vertikal kepada anak-anak sel inang, sedang virus RNA dengan bantuan enzim reverse transkriptase. Menurut teori ini kanker terjadi karena ada infeksi virus yang menyisipkan gennya ke dalam DNA inang yang dapat mengaktifkan protoonkogen menjadi onkogen.

4) Seleksi Sel. Pada sel tubuh manusia diperkirakan terdapat lebih dari 50.000 gen dan masing-masing gen mempunyai fungsi tersendiri. Di dalam tubuh setiap saat ada sel yang mati dan ada pula sel baru yang terbentuk melalui proses mitosis. Karena adanya mutasi maka timbul sel yang defektif dan akan mati atau tidak dapat mengadakan mitosis lebih lanjut. Hanya sel-sel yang baik dan memenuhi syarat tertentu yang akan dapat tetap bertahan hidup. Dalam menyeleksi sel mana yang boleh terus hidup dan berkembang, terjadi kekeliruan. Di sini ada sel yang mengalami mutasi atau transformasi yang lepas dari seleksi dan terus berkembang menjadi sel kanker. Keganasan pada sel eukariota terjadi akibat adanya perubahan perilaku sel yang abnormal, yaitu sel mempunyai kemampuan proliferasi dan diferensiasi yang sangat tinggi. Perubahan perilaku tersebut terjadi karena sel mengekspresikan berbagai protein yang abnormal. Berbagai protein abnormal muncul karena sel mengalami mutasi/kecacatan gen, khususnya gen yang mengkode protein, yang sangat berperan pada pengaturan siklus pembelahan sel. Contohnya adalah gen yang termasuk kelompok protooncogen atau kelompok tumor suppressor gene, serta gen yang mengatur dan menghambat pemendekan telomer pada ujung kromosom.18The six hallmark of cancer ( 6 karakter sel kanker ) adalah konteks enam perubahan mendasar dalam fisiologi sel yang secara bersama-sama menentukan fenotipe keganasan.1,2(1). Growth signal autonomy: Sel normal memerlukan sinyal eksternal untuk pertumbuhan dan pembelahannya, sedang sel kanker mampu memproduksi growth factors dan growth factor receptors sendiri. Dalam proliferasinya sel kanker tidak tergantung pada sinyal pertumbuhan normal. Mutasi yang dimilikinya memungkinkan sel kanker untuk memperpendek growth factor pathways.

(2). Evasion Growth inhibitory signal: Sel normal merespon sinyal penghambatan pertumbuhan untuk mencapai homeostasis. Jadi ada waktu tertentu bagi sel normal untuk proliferasi dan istirahat. Sel kanker tidak mengenal dan tidak merespon sinyal penghambatan pertumbuhan,keadaan ini banyak disebabkan adanya mutasi pada beberapa gen (protoonkogen) pada sel kanker.

(3). Evasion of Apoptosis Signal: Pada sel normal kerusakan DNA akan dikurangi jumlahnyadengan mekanisme apoptosis, bila ada kerusakan DNA yang tidak bisa lagi direparasi. Sel kanker tidak memiliki kepekaan terhadap sinyal apoptosis. Kegagalan sel kanker dalam merespon sinyal apoptosis lebih disebabkan karena mutasinya gen-gen regulator apoptosis dan gen-gen sinyal apoptosis.

(4). Unlimited replicative potential: Sel normal mengenal dan mampu menghentikan pembelahan selnya bila sudah mencapai jumlah tertentu dan mencapai pendewasaan. Penghitungan jumlah sel ini ditentukan oleh pemendekan telomere pada kromosom yang akan berlansung setiap ada replikasi DNA. Sel kanker memiliki mekanisme tertentu untuk tetap menjaga telomere yang panjang, hingga memungkinkan untuk tetap membelah diri. Kecacatan dalam regulasi pemendekan telomere inilah yang memungkinkan sel kanker memiliki unlimited replicative potential.

(5). Angiogenesis (formation of blood vessel): Sel normal memiliki ketergantungan terhadap pembuluh darah untuk mendapatkan suplay oksigen dan nutrient yang diperlukan untuk hidup. Namun bentuk dan karakter pembuluh darah sel normal lebih sederhana atau konstan sampai dengan sel dewasa. Sel kanker mampu menginduksi angigenesis, yaitu pertumbuhan pembuluh darah baru disekitar jaringan kanker. Pembentukan pembuluh darah itu baru diperlukan untuk survival sel kanker dan ekspansi kebagian lain dari tubuh (metastase). Kecacatan pada pengaturan keseimbangan induser angiogenik dan inhibitornya dapat mengaktifkan angiogenic switch.

(6). Invasion and metastasis: Sel normal memiliki kepatuhan untuk berpindah ke lokasi lain didalam tubuh. Perpindahan sel kanker dari lokasi primernya ke lokasi sekunder atau tertiernyamerupakan faktor utama adanya kematian yang disebabkan karena kanker. Mutasi memungkinkan peningkatan aktivitas enzim-enzim yang terlibat invasi sel kanker (MMPs). Mutasi juga memungkinkan berkurangnya atau hilangnya adhesi antar sel oleh molekul-molekul adhesi sel,meningkatnya attachment, degradasi membran basal, serta migrasi sel kanker.

Gambar 2.1 Enam tanda utama kanker1,2

Siklus pembelahan sel kanker berbeda dengan sel normal. Perkembangan sel kanker mempengaruhi ekspresi protein-protein pengatur siklus sel, keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan ekspresi cyclin dan kehilangan ekspresi CDK inhibitor sehingga mengakibatkan respon yang menyimpang terhadap adanya kerusakan seluler.19,20 Tidak semua gen menunjukkan ekspresi. Gen akan mengalami ekspresi jika menghasilkan protein. Dalam proses pertumbuhan dan diferensiasi sel ada sejumlah gen yang dihidupkan dan ada pula yang dimatikan.202.3. Tumbuhan Jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen)

Tumbuhan Jinjit atau yang disebut dengan (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di daerah tropis yang tersebar secara alami dari India hingga Indonesia, kepulauan Pasifik dan Australia.Tumbuhan ini mampu untuk bertahan pada musim kering jangka pendek tetapi tidak toleran pada penggenangan air dalam jangka panjang. Pada daerah tropis tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik diatas ketinggian 2500 m. Secara deskriptif, tumbuhan ini memiliki panjang batang antara 0.53.0 m, dan umumnya dengan batang yang bercabang pada pangkalnya. Daunnya memiliki beragam tekstur, bentuk dan ukuran, misalnya berbentuk bundar seperti telur dengan ujung yang berbentuk menjorong, ujung daun bertakik atau lebih atau sedikit meruncing.21,22

Gambar 2.2 (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen)212.3. 1.Klasifikasi Taksonomi dari tumbuhan (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) adalah sebagai berikut :

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida Famili:PapilionaceaeGenus :Desmodium

Spesies :Desmodium heterocarpon (L) DC. Subspesies : Desmodium heterocarpon (L) DC. var. strigosum van MeeuwenDesmodium adalah salah satu genus dari famili tumbuhan famili Papilionaceae dengan genus Desmodium dan spesies Desmodium heterocarpon (L) DC. Yang membedakan tanaman ini dengan tanaman lain adalah subspesiesnya yaitu Desmodium heterocarpon (L) DC. var. strigosum van Meeuwen. Nama Indonesia tumbuhan ini adalah Buntut meyong sisir, Kaci, Akar entimor, dan jinjit. Untuk daerah Malaysia tumbuhan ini memiliki nama Rumput kerbau derapah, kacang kayu betina. Selanjutnya di Filipina nama tumbuhan ini adalah mangkit-parang, mani-mani, huyo-huyop. Nama daerah dari Kamboja adalah baay dam nnaep dan dari Vietnam disebut trang qua di qua.22Di Indonesia, tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen)belum dibudidayakan secara umum sehingga masih merupakan tumbuhan liar. Tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) selain di Indonesia juga terdapat di kepulauan Pasifik dan Australia. Selain Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen, spesies Desmodium yang sudah diteliti khasiatnya adalah yaitu D. Triquetrum Linn. Spesies ini diketahui memiliki khasiat sebagai obat tradisional, diantaranya untuk mengatasi penyakit wasir, batu ginjal dan diuretik. Kegunaan lain dari tumbuhan ini adalah sebagai obat penyakit perut, batuk, demam.22Khusus untuk spesies Desmodium (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) sendiri, dari penelitian Tsai et al,6 diketahui bahwa tumbuhan ini memiliki aktivitas tumbuhan ini memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dan terdapat senyawa flavonoid yang terkandung didalamnya yang dapat bersifat sebagai antikanker.122.3.2.Kandungan kimia batang tumbuhan jinjit (Desmodium heterocarpon

[L.]DC. var. strigosum van Meeuwen)

Kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman jinjit adalah flavonoid.12,23,24 Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak terdapat pada tumbuhan hijau yang dapat ditemukan di berbagai bagian dari tumbuhan tersebut seperti daun, akar, kulit, kayu, tepung sari, nektor, bunga, buah, dan biji. Berdasarkan beberapa penelitian, pada (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) memiliki kandungan senyawa flavonoid yang sama dengan kandungan tumbuhan genus Desmodium lainnya.23,24 dan untuk spesies (Desmodium heterocarpon [L.] DC. var. strigosum van Meeuwen) sendiri, berdasarkan penelitian yang dilakukan Tsai et al, diketahui bahwa tumbuhan ini memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dan terdapat senyawa flavonoid yang terkandung didalamnya. Dengan beberapa jenis lain dari tumbuhan dengan genus Desmodium digunakan sebagai obat untuk demam tifoid, kanker, asma, bronchitis, disentri, diare, dan batuk.12 Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan (senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi), antimutagenetik (menghambat mutasi gen), dan antineoplastik (mencegah, membunuh, atau menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker). Senyawa kelompok flavonoid biasanya hanya terdapat pada tumbuhan.Pembentukan kelompok ini secara biogenesis merupakan perpaduan antara jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Hal ini didasarkan pada kerangka dasar dari flavonoid, yaitu dua cincin benzen (C6) yang terikat pada rantai propan (C3) dengan susunan C6-C3-C6.25 Menurut Lamson, et al. flavonoid termasuk senyawa yang banyak ditemukan di alam. Flavonoid memiliki aktifitas sebagai antioksidan yang mampu menetralisir radikal bebas ditubuh yang dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung dan penuaan dini.26 Ada beberapa teori yang menjelaskan flavonoid sebagai antikanker. Pertama, flavonoid sebagai oksidan yakni melalui mekanisme pengaktifan jalur apoptosis sel kanker. Mekanisme apoptosis sel pada teori ini merupakan akibat fragmentasi DNA. Fragmentasi ini diawali dengan dilepasnya rantai proksimal DNA oleh senyawa oksigen reaktif seperti radikal hidroksil. Senyawa ini terbentuk dari reaksi redoks Cu(II). Senyawa tembaga ini dimobilisasi oleh flavonoid baik dari ekstra sel maupun intra sel terutama dari kromatin. Kedua, flavonoid sebagai penghambat proliferasi tumor/kanker yang salah satunya dengan menginhibisi aktivitas protein kinase sehingga menghambat jalur tranduksi sinyal dari membran sel ke inti sel. Ketiga, dengan menghambat aktivitas reseptor tirosin kinase, karena aktivitas reseptor tirosin kinase yang meningkat berperan dalam pertumbuhan keganasan.27 Efek sitotoksik memicu apoptosis sel menghambat siklus sel dalam fase tertentu sehingga proliferasi sel terhambat.28Tabel berikut ini adalah tabel jenis flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas antikanker.29Tabel 2.1 Jenis flavonoid sebagai antikanker29KankerSelJenis Flavonoid

Kanker mulutHSC-2, HSG, SCC -25Flavanon, isoflavon, EGC, chalcones, EGCG, quercetin, cisplatin.

Kanker payudaraMCF-7Flavanon, daidzein, genistein, quercetin, luteolin.

Kanker tiroidARO, NPA, WROGenistein, apigenin, kaempfrol, chrysin, luteolin, biochanin A.

Kanker paru paruSK-LU1, SW900, H441, H661, haGo-K1, A549Flavon, quercetin.

Kanker prostatLNCaP, PC3, DU145Catechin, epichatechin, quercetin, kaempferol, luteolin, genistein, apigenin, myricetin, silymarin.

Kanker ususCaco-2, HT-29, IEC-9, HCT-15Flavon, quercetin, genistein, anthocyanin.

LeukimiaHL-60, K562, JurkatApigenin,quercetin, myricetin, chalcones.

Melanoma mencit B164A5Chalcones.

Masuknya zat toksik seperti flavonoid melalui saluran pencernaan larva Artemia salina Leach bersifat penyaring tidak selektif (nonselektif filter feeder) sehingga apa saja yang masuk mulut larva seakan akan menjadi makanannya. Senyawa yang masuk dapat berinteraksi dengan target (misalnya enzim, lemak, membran sel dan asam nukleat) mempengaruhi mekanisme tubuh yang akhirnya dapat menyebabkan kematian. Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada mulut larva, yang menyebabkan larva Artemia salina Leach gagal menstimulus rasadan tidak dapat mengenali makanannya yang mengakibatkan kematian dari larva Artemia salina Leach.30,312.4. Uji SitotoksikUji sitotoksik adalah suatu skrining awal untuk menguji aktivitas sitotoksisitas suatu agen kimia terhadap berbagai sel kanker. Uji ini lebih sensitive dibandingkan dengan uji secara in vivo karena uji secara in vivo membutuhkan konsentrasi agen yang lebih tinggi yang kadangkala tidak menimbulkan aktifitas apapun walaupun agen tersebut sudah menunjukkan aktivitas pada pengujian secara in vitro. Tumbuhan yang di jadikan sebagai anti tumor atau antikanker harus memiliki senyawa metabolit yang aktif dengan sifat yaitu : antitoksik, sitostatik dan antiangiogenesis. Sifat antitoksik adalah kemampuan untuk mengeliminasi keganasan racun yang dihasilkan oleh sel sel tumor, sedangkan sitostatik merupakan kemampuan dalam menghambat pertumbuhan sel tumor. Sifat antiangiogenesis ialah kemampuan untuk memutuskan pasokan makanan dan oksigen dengan menghentikan aliran darah.32Sitotoksik juga merupakan suatu efek sejauh agen dalam melakukan tindakan destruktif spesifik pada sel-sel tertentu. Sitotoksisitas dipakai untuk memahami proses biologis baik yang normal maupun abnormal baik dari segi pertumbuhan, pembelahan, dan kematian dari suatu sel. Uji sitotoksik merupakan metode yang dikembangkan untuk mengetahui keberadaan senyawa yang bersifat toksik. Uji sitotoksik menentukan parameter nilai LC50, nilai LC50 menunjukan konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel 50% dan menunjukan ketoksikan suatu senyawa. Semakin besar harga LC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik. Akhir uji sitotoksik adalah memberikan informasi langsung tentang perubahan yang terjadi pada sel secara spesifik. Salah satu senyawa sitotoksik yanga banyak terdapat pada tumbuhan dan diketahui mempunyai kemampuan sebagai antikanker adalah flavonoid. Uji sitotoksik dilakukan sebagai uji awal dan syarat mutlak untuk senyawa bioaktif produk farmasi yang akan digunakan sebagai antikanker.13Dalam pencarian bahan bioaktif yang mempunyai aktifitas anti kanker digunakan beberapa metode penapisan bioaktivitas diantaranya metode uji BSLT, uji hambatan tumor pada lempeng kentang, serta uji sitotoksik in vitro dan in vivo.32 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BSLT yang merupakan metode penapisan farmakologi awal yang relatif murah dan telah teruji hasilnya 95% dan memenuhi syarat untuk analisis statistika. Menurut penelitian Meyer et al, pada tahun 1982 dan Carballo et al pada tahun 2002 melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukan toksisitas jika ekstrak dapat menyebabkan 50% kematian pada hewan uji .13,34,352.5.Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode untuk menentukan ketoksikan suatu ekstrak ataupun senyawa. Metode ini menunjukkan aktifasi farmakologis yang luas, tidak spesifik dan dimanifestasikan sebagai toksisitas senyawa terhadap larva udang (Artemia Salina Leach). Kematian Artemia salina Leach digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan adanya kandungan zat aktif tumbuhan yang bersifat sitotoksik. Apabila harga LC50