25
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam terbarui, akan tetapi ketersediaannya tidak selalu mencukupi kebutuhan. Peningkatan biaya pengelolaan air bersih ini telah menyebabkan tarif (harga) air menjadi tinggi. Selain itu, keinginan privatisasi pengelolaan air PDAM yang direncanakan untuk pengembangan pengelolaan perusahaan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat belum dapat terpenuhi secara maksimal. Tidak kurang pentingnya, pelayanan pun kurang memuaskan para pelanggan dan hingga saat ini masih banyak anggota masyarakat yang belum mendapat pelayanan sama sekali. Penyediaan air bersih dikelola oleh pemerintah daerah (PDAM), yang saat ini di Indonesia berjumlah sebanyak 306 PDAM. Sampai saat ini, Perum Jasa Tirta I (PJT I) sendiri melayani penyediaan air baku untuk Perusahaan Air Minum (PAM) sebanyak lebih dari 10 perusahaan di Malang, Jawa Timur. Air itu sendiri diambil dari kali Brantas dan Sungai Bengawan Solo yang di proses dengan Instalasi Pengelolaan Air (IPA). Hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih masyrakat di Malang sehingga tidak terjadi kekurangan/krisis air yang dapat berdampak buruk bagi masyarakat. Bendungan Sutami merupakan salah satu pemasokan terbesar kebutuhan air bersih untuk PDAM untuk daerah Malang, Blitar sampai Surabaya. Bendungan ini juga menjaga kestabilan air ketika terjadinya musim kemarau ketika kebutuhan air yang tinggi namun hujan atau air yang ada tidak mencukupi. Kebututuhan air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak mungkin bisa dihilangkan pada masyarakat. Pemakaian per kapita yang mnecapai 50-150 L per hari membuat sumber air yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Sehingga masih banyak masyarakat yang belum dijangkau pemenuhan air bersihnya. 1

Bagian Isi (Draft Laporan-DODI)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mnn

Citation preview

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAir merupakan sumberdaya alam terbarui, akan tetapi ketersediaannya tidak selalu mencukupi kebutuhan. Peningkatan biaya pengelolaan air bersih ini telah menyebabkan tarif (harga) air menjadi tinggi. Selain itu, keinginan privatisasi pengelolaan air PDAM yang direncanakan untuk pengembangan pengelolaan perusahaan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat belum dapat terpenuhi secara maksimal. Tidak kurang pentingnya, pelayanan pun kurang memuaskan para pelanggan dan hingga saat ini masih banyak anggota masyarakat yang belum mendapat pelayanan sama sekali.Penyediaan air bersih dikelola oleh pemerintah daerah (PDAM), yang saat ini di Indonesia berjumlah sebanyak 306 PDAM. Sampai saat ini, Perum Jasa Tirta I (PJT I) sendiri melayani penyediaan air baku untuk Perusahaan Air Minum (PAM) sebanyak lebih dari 10 perusahaan di Malang, Jawa Timur. Air itu sendiri diambil dari kali Brantas dan Sungai Bengawan Solo yang di proses dengan Instalasi Pengelolaan Air (IPA). Hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih masyrakat di Malang sehingga tidak terjadi kekurangan/krisis air yang dapat berdampak buruk bagi masyarakat. Bendungan Sutami merupakan salah satu pemasokan terbesar kebutuhan air bersih untuk PDAM untuk daerah Malang, Blitar sampai Surabaya. Bendungan ini juga menjaga kestabilan air ketika terjadinya musim kemarau ketika kebutuhan air yang tinggi namun hujan atau air yang ada tidak mencukupi. Kebututuhan air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak mungkin bisa dihilangkan pada masyarakat. Pemakaian per kapita yang mnecapai 50-150 L per hari membuat sumber air yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Sehingga masih banyak masyarakat yang belum dijangkau pemenuhan air bersihnya. Pada kenyataannya, kebutuhan air bersih semakin meningkat setiap tahunnya. Pembangunan yang semakin pesat membuat kebutuhan akan air bersih yang terus bertambah. Hal ini menimbulkan suatu polemik baru yang mengharuskan pengelolaan air bersih harus dipegang oleh suatu badan agar distribusi serta pemakaian bisa terus bertahan dan tercukupi. 1.2 TujuanTujuan Praktik Lapangan ini adalah :a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa melalui latihan kerja dan pengaplikasian ilmu yang diperoleh sesuai dengan bidang keahliannya, terutama dalam pengelolaan sumber air terpadu.b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan memecahkan permasalahan sesuai dengan keahliannya di lapangan secara sistematik dan interdisiplin.c. Memperkenalkan dan mendekatkan Institut Pertanian Bogor, khususnya Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian dengan masyarakat. Selain itu, diharapkan akan mendapatkan masukan bagi penyusunan kurikulum dan peningkatan kualitas pendidikan yang sesusai dengan kemajuan IPTEK dan kebutuhan masyarakat pengguna.d. Secara khusus tujuan praktik lapangan ini adalah mempeljari pengelolaan sumber daya air untuk PDAM pada Divisi Jasa Asa 1 (Bendungan Sutami), Perum Jasa Tirta 1 dan permasalahannya serta solusi atas permasalahan tersebut.

1.3 Waktu Praktik Lapangan Praktik Lapangan ini dilakukan selama 40 hari dari mulai tanggal 24 Juni - 2 Agustus 2013 di Divisi Jasa ASA 1 (Perum Jasa Tirta 1), Bendungan Sutami-Karangkates, Kabupaten Malang.

1.4 Metode Praktik LapanganMetode yang digunakan dalam praktik lapangan ini adalah sebagai berikut :a. Observasi/Pengamatan Lapangan Observasi dilakukan secara langsung dilapangan dengan membandingkan teori yang telah dipelajari serta aplikasi yang ada dilapangan dan ikut aktif dalam kegiatan yang berlangsung.

b. Konsultasi, Wawancara, dan Diskusi Konsultasi dilakukan dengan pembimbing lapangan terkait hal-hal yang kurang dimengerti atau ingin diselesaikan. Selain itu, pemecahan masalah terkait dengan solusi yang tepat dilakukan dengan diskusi pada pihak-pihak terkait dilapangan. Wawancara dilakukan untuk memperjelas data atau hal yang kurang dimengerti dilapangan sehingga dapat diselesaikan secepatnya.

c. Studi Literatur Studi literatur bertujuan untuk mencari teori atau orientasi tentang masalah yang berkaitan serta membandingkannya denga teori dan aplikasi dilapangan sehingga memperkuat analisis yang dibuat.

II. TINJAUAN UMUM

2.1 Profil Perum Jasa Tirta I Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I adalah BUMN berbentuk Perum, didirikan berdasarkan PP No.5/1990 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta dengan perubahan PP No.93/1999 kemudian diubah kembali dengan PP No. 46 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I. Perusahaan melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha di sungai Kali Brantas beserta 40 anak-anak sungainya, serta di wilayah sungai Bengawan Solo yang merupakan penambahan Wilayah Kerja sesuai dengan KEPPRES No. 129 tahun 2000 tanggal 14 September 2000 (PJT11 2013). Perum Jasa Tirta I dipimpin oleh beberapa jajaran direksi serta dibagi dalam berbagai biro dan lima divisi yang menaungi wilayah kerja masing-masing (Lampiran 1). Divisi jasa asa 1 dengan Sub Divisi Jasa Asa I/1 sebagai pengelola Waduk Sutami mempunyai beberapa fungsi untuk menjalankan pengelolaan waduk dengan jajaran yang menjalankan tugasnya masing-masing (lampiran 2). Sebagai tindak lanjut dari penerbitan PP nomor 5 tahun 1990 pada tanggal 1 November 1991, lahir Peraturan Menteri PU Nomor : 56/PRT/91 tentang Kebijaksanaan Umum Pengelolaan Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I. Pada pasal 6 dari peraturan tersebut, Perum Jasa Tirta diberi Tugas pokok yang meliputi : Operasi dan pemeliharaan prasarana pengairan. Pengusahaan air dan sumber-sumber air. Pengelolaan DAS, antara lain perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan air serta sumber-sumber air. Rehabilitasi prasarana pengairan.

untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, Perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha antara lain sebagai berikut: Penyediaan air baku untuk berbagai keperluan Kepariwisataan di wilayah kerjanya Jasa konsultansi, jasa konstruksi dan jasa lainnya dalam rangka memanfaatkan sumberdaya yang ada di Perusahaan

2.1 Visi dan Misi Perusahaan Visi Perusahaan adalah Menjadi salah satu BUMN di bidang Pengelolaan sumberdaya air berkelas dunia pada tahun 2025. Untuk terwujudnya visi tersebut maka ditetapkan misi perusahaan, yaitu :a. Menyelenggarakan kegiatan di bidang Pengelolaan sumber daya air sesuai penugasan, secara profesional dan inovatif guna memberikan pelayanan prima untuk seluruh pemangku kepentinganb. Menyelenggarakan pengusahaan dengan optimalisasi sumber daya perusahaan berdasarkan prinsip korporasi yang sehat dan akuntabel.

2.3 Bendungan Sutami Bendungan Sutami terletak di desa Karangkates, Sumberpucung, Kabupaten Malang. Lokasi Bendungan berada pada kali Brantas 14 km di hilir Bendungan Sengguruh dan 35 km dari kota Malang. Pembangunan Bendungan Sutami dilaksanakan dari tahun 1961 sampai tahun 1972.

Gambar 1. Bendungan Utama Waduk Sutami

Kapasitas efektif waduk Sutami saat pertama kali diresmikan adalah 253.000.000 m3 (1972) dan kini mengalami pendangkalan akibat sedimentasi sehingga hanya sebesar 141.160.000 m3 (2009). Daerah saliran sungai yang menuju waduk ini memiliki luas sebesar 2.50 km2 dengan daerah terendam sebesar 15 km2 dan debit masuk rata-rata sebesar 55,20 m3/detik. Bendungan ini dibuat sebagai pengendali banjir tahunan serta pemberian air irigasi dengan debit sebesar 24 m3/detik untuk luasan sawah sebesar 34.000 Ha. Fungsi utama dari bendungan ini sendiri adalah untuk pemberian air baku yang memasok air untuk beberapa PDAM seperti PDAM Malang dan PDAM Surabaya. Selain itu, fungsi lain dari bendungan ini adalah sebagai Pembangkit Listri Tenaga Air (PLTA) dengan energi listrik total sebesar 488 juta kWh per tahun yang menopang kebutuhan listrik bagi masyarakat Jawa Timur (PJT12 2013).

2.4 Lokasi, Letak Geografis dan Iklim

a. Lokasi dan letak geografis Perum Jasa Tirta 1 terletak di Malang, Jawa Timur. Divisi Jasa Asa 1 yang menaungi Sub Divisi Jasa Asa 1 sebagai pengelola Waduk Sutami-Lahor sendiri terletak di Karangkates, Kabupaten Malang. Secara geografis Bendungan Sutami terletak pada 110 3 s/d 112 55 BT dan 7 01 s/d 8 0 LS. Bendungan ini dikelilingi oleh 12 desa disekitar waduk yang menjadi perbatasan antara waduk dan desa (Lampiran 3), yaitu :

Sebelah Utara:Bendungan Lahor, Desa Karangkates, Desa Sumberpucung, Desa Jatiguwi, Desa Sambigede, Desa Senggreng, Desa Ternyang, dan Desa Jenggolo.

Sebelah Timur:Sungai Metro, Sungai Brantas, Desa Gampingan dan Desa Sengguruh.

Sebelah Barat:Desa Karangkates, Desa Sukowilangun dan Sungai Brantas.

Sebelah Selatan:Desa Sukowilangun, Desa Kalipare, Desa Sumberpetung, Desa Tlogorejo dan Desa Gampingan.

Wilayah ini mencakup beberapa kabupaten dan kota dimulai dari kab.Malang sampai Surabaya yang airnya bersumber dari gunung Arjuno dan gunung Anjasmoro.

b. Iklim Musim hujan terjadi pada bulan Desember-Mei dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni-Nopember yang bervariasi dari tahun ke tahun dengan jarak 1 2 bulan. Suhu rata-rata diwilayah Karangkates pada bulan mei 2013 adalah 25.9 C dengan suhu rata-rata tertinggi mencapai 27.2 C dan suhu rata-rata terendah 24.7 C. Penyinaran matahari rata-rata pada bulan mei adalah 58%. Sedangkan, kelembaban nisbi rata-rata berkisar pada angka 80%. Kecepatan angin diwilayah Karangkates ini mencapai 17.4 knots. Evaporasi yang tercatat di stasiun Geofisika Karangkates cukup bervariasi yaitu antar 4-5 mm/hari (BKMG Karangkates, 2013).

2.5 Wilayah Kerja Wilayah kerja perusahaan dalam rangka pengusahaan sumber daya air meliputi wilayah sungai kali Brantas dan Begawan Solo secara utuh dari hulu sampai hilir. Wilayah kerja perusahaan dalm melaksanakan sebagian tugas dan tanggung jawab dibidang pengelolaan sumber daya air meliputi 40 sungai pada wilayah Sungai Kali Brantas dan 25 sungai pada Wilayah sungai Bengawan Solo (PJT11 2013). Wilayah ini merupakan keseluruhan wilayah sungai dari mulai hulu sungai sampai hilir sungai yang akan mengalir ke laut. Keseluruhan wilayah kerja ini dibagi oleh PJT1 menjadi beberapa wilayah kerja dengan tipa divisi berbeda pada tiap daerah sehingga akan lebih mudah untuk dikoordinasikan mengingat tercatat ada puluhan perusahaan yang memanfaatkan jasa air dari PJT1.

2.6 Sarana dan Prasarana Dalam memenuhi kebutuhan air dan pengelolaan air yang berkelanjutan, Perum Jasa Tirta 1 membangun berbagai sarana dan prasarana yang ikut menunjang pemanfaatan air tersebut. Bangunan pengairan tersebut berada di wilayah Kali Brantas serta Sungai Bengawan Solo. Adapun Prasarana tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1. Bangunan Prasarana Pengairan di WS Kali Brantas Tabel 2. Bangunan Prasarana Pengairan di WS B. Solo

Catatan : *) = rehabilitasi

III. PEMANFAATAN DAN DISTRIBUSI AIR

3.1 Pola Operasi Waduk dan Alokasi Air (POWAA) Menurut Tim Koordinasi Sumber Daya Air Wilayah Brantas (2013) POWAA digunakan sebagai pedoman pengaturan air pada kondisi normal (bukan kondisi banjir) selama enam bulan. Untuk operasional di lapangan dibuat program yang lebih rinci dan disesuaikan terhadap perkembangan kondisi aktual (lampiran 4). POWAA dibuat dua kali dalam setahun yaitu POWAA untuk musim hujan, belaku mulai awal bulan Desember s/d akhir bulan mei dan POWAA untuk musim kemarau yang berlaku mulai awal Juni s/d akhir bulan November.

A. Pola Operasi Waduk Pola operasi waduk adalah suatu pola yang direncanakan serentak antara waduk yang saling berhubungan dengan mengasumsikan tahun basah, tahun normal, dan tahun kering. Pola ini disusun dengan menggunakan data iklim 10 tahunan. Pola operasi ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan air di hilir Waduk Sutami dengan prioritas sebagai berikut :1. Kebutuhan air irigasi (irrigation water supply)2. Kebutuhan pembangkitan tenaga listrik (power generating)3. Kebutuhan Industri (industrial water supply)4. Kebutuhan air minum dan rumah tangga (municipal water supply)

Pola operasi ini dibuat berdasarkan ketersediaan air di musim hujan maupun musim kemarau dengan berdasarkan analisa data debit pada tahun-tahun sebelumnya sehingga dapat diperkirakan besarnya debit pada tiap-tiap dekade dengan beberapa tingkat keandalan. Pola operasi waduk ini dibuat oleh Tim Koordinasi Sumber Daya Air (TKSDA) wilayah sungai Brantas. Penerapan pola operasi ini mengacu pada pertimbangan jumlah ketersediaan air (debit inflow dan remaining basin) sehingga keadaan dan aplikasinya dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Pola operasi ini akan bergantung pada pengoperasian waduk dan pintu air dengan mempertimbangkan batasan kondisi normal dan debit yang melalui spillway pada waduk. Dalam memenuhi kebutuhannya waduk Sutami juga dibantu oleh inflow dari Waduk Lahor yang didapatkan dari connection tunnel yang menghubungkan kedua bendungan ini. Adapun metode perhitungan debit atau inflow yang masuk pada waduk Sutami didapatkan berdasarkan perthitungan sebagai berikut :

Debit Inflow Waduk Sutami (dari Kali Metro dan Kali Brantas) :

.... (persamaan 1)

...... (persamaan 2)

...... (persamaan 3)

Keterangan := Debit inflow air yang masuk ke waduk (m3/det)= Debit kenaikan atau penurunan air pada waduk (m3/det) *Didapat berdasarkan kurva H-V (Lampiran 5)= Debit keluaran PLTA/Turbin (m3/det)= Total outflow dari Debit Turbin, HJV dan Spillway (m3/det)R= Rasio elevasi terhadap turbin (*lampiran 6)= Debit Keluran dari Spillway Gate dan Spillway Weir (m3/det)= Debit Keluaran dari Hollow Jet Valve (m3/det)

Debit Outflow Connection Tunnel (Inflow Waduk Sutami) :

...... (persamaan 4)

Keterangan := Debit outflow Connection tunnel.inflow Sutami (m3/det)= Remaining Water Level Bendungan Lahor (m)= Remaining Water Level Bendungan Sutami (m) Pola ini akan berkaitain erat dengan High Water Level (HWL) serta Low Water Level (LWL) pada waduk. Tinggi HWL waduk berada pada ketinggian 272.5 m dan LWL operasional waduk dimana waduk masih dapat berfungsi untuk PLTA berada pada elevasi 260.00 m. Adapun LWL kekeringan adalah sebesar 246.00 m dengan volume cadangan kekringan sebesar 46.90 juta m3. Sedangkan pada elevasi 272.50 - 275.00 m, waduk Sutami akan berfungsi sebagai pengendali banjir didaerah hilir. Pola operasi ini dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Pola Operasi Waduk Sutami-Lahor

B. Alokasi Air Alokasi air pada bendungan Sutami digunakan untuk berbagai kebutuhan vital masyrakat seperti kebutuhan air bersih, kebutuhan irigasi maupun kebutuhan listrik dengan PLTA sebagai pembangkitnya. Adapun untuk menghindari terjadinya konflik dalam pembagian/pemanfaatan sumber daya air tersebut maka dibuat aturan dan perjanjian yang mengatur pembagian alokasi air yang ditetapkan dengan POWAA sebagai acuannya. Alokasi air untuk keperluan irigasI (termasuk kebutuhan non-irigasi di jaringan yang bersangkutan) ditetapkan berdasarkan data kebutuhan air yang disampaikan oleh Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur dengan mempertimbangkan ketersediaan air sebagaimana tercantum dalam aturan dan kesepakatan atas beberapa usualan yang disampaikan pada sidang TKPSDA. Untuk keperluan non-irigasi di sepanjang Kali Brantas dialokasikan sesuai dengan data perijinan penggunaan air yang ada, yaitu sebesar 1,66 m3/det. Alokasi air yang ditetapkan ini akan disesuaikan dengan ketersediaan air dengan irigasi dan air minum yang menjadi prioritas utama. Adapun pembagian tersebut akan diberikan sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

3.2 Sumber Daya Aira. Debit dan Sumber Daya Air Debit merupakan jumlah aliran pada suatu luasan penampang per satuan waktu. Debit suatu aliran dapat dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :Q : Debit aliran (m3/detik)A : Luas panampang basah (m2)V : kecepatan aliran (m/detik)

Air yang dimanfaatkan untuk keperluan air baku sehari-hari diambil dari waduk Sutami sebagai pemasok utama daerah blitar sampai Surabaya. Air dari waduk Sutami sendiri berasal dari gunung Arjuno dan gunung Anjasmoro yang mengalir melalui sungai Brantas dan masuk ke Waduk Sengguruh, lalu akan mengalir ke Kali Metro sehingga sampai ke Waduk Sutami. Dalam memenuhi kebutuhannya Waduk Sutami juga dibantu oleh Waduk Lahor untuk menambah kapasitasnya pada saat musim kemarau sehingga tidak kekurangan air. Adapun debit masuk dari kedua sungai disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Data Debit Kali Metro dan Kali Biru (Januari-Juli 2013)

Debit dari Kali Biru yang menjadi inflow untuk Waduk Lahor memiliki debit sebesar 3.284 m3/detik. Sedangkan debit yang masuk ke Sutami dari Kali Metro diketahui sebesar 5.756 m3/detik (Lampiran 7).

Gambar 3. Sumber mata air brantas Selain itu, sumber air lainnya merupakan sumber berupa mata air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih sehari-hari, yaitu sumber air arboretum yang berada Kota Batu sebagai Raw Water Supply untuk air minum dan industri dan satu sumber lagi terletak di Sengguruh yang digunakan sebagai sumber air untuk produksi air minum kemasan PJT1 berupa air sehat alami (ASA). b. Volume Waduk Volume waduk merupakan kemampuan waduk untuk menampung air dalam jumlah tertentu. Volume waduk Bendungan Sutami dihitung secara berkala (dua tahun sekali) dengan metode Echo Sounding. Volume tampungan efektif waduk ini mencapai 141.160.000 m3 (2009). Echo Sounding dilakukan pada beberapa titik ikat diseluruh waduk menggunakan alat yang memantulkan gelombang ke dasar waduk sehingga dapat membaca kedalaman waduk (PJT13 2011). Perhitungan volume waduk tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

.... (persamaan 5)

Dimana:d= jarak antara cross section 1 cross section 2 (m)A1= luas pda cross section 1 pada eleveasi tertentu (m2)A2= luas pada cross section 2 pada elevasi yang sama dengan cross section 1 (m2)

Echo Sounding terakhir dilakukan pada tahun 2011 dengan hasil volume waduk pada berbagai elevasi yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini (Tabel Hubungan Elevasi dan Volume terlampir pada lampiran 8) :

Gambar 4. Grafik hubungan anatara volume dan elevasi waduk

3.3 Pemanfaatan Air untuk Kebutuhan Air Bersih PDAMa) Mekanisme Pengajuan Pengambilan Air Permukaan Pemanfaatan air permukaan yang tujuannya untuk digunakan sebagai keperluan air baku dan dikelola oleh PDAM harus melalui proses ijin pengambilan air dengan kontrak dan perjanjian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menurangi tindakan ekploitasi air secara berlebihan sehingga ketersediaan air bisa cukup untuk musim kemarau. Pihak pemanfaat (PDAM) harus memiliki Surat Ijin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan (SIPPAP) untuk melakukan pengambilan air dengan debit maksimum tertentu (Lampiran 9).

b) Kebutuhan Air untuk PDAM Pada dasarnya, kebutuhan air untuk PDAM dipasok disepanjang Kali Brantas dan Sungai Bengawan Solo. Aset ini dikelola oleh pihak PJT1 dengan pembagian divisi di tiap wilayahnya. Waduk Sutami yang dikelola oleh Divisi Jasa Asa 1 sendiri hanya berperan sebagai pemasok air pada PDAM yang mengambil air dari sungai Brantas dengan intake yang dikelola PDAM (PJT11 2013). Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang mengambil air baku dari kali Brantas dan anak sungainya meliputi :

11

37

PDAM Kota Surabaya PDAM Kab. PDAM Kab. Gresik PDAM Kab. Malang PDAM Kab.Tulungagung PDAM Kota Mojokerto PDAM Kab. Blitar (*berhenti sejak Februari 2013)

Divisi Jasa Asa 1 (DJA1) sebagai pengelola Waduk Sutami hanya mencakup dua PDAM yang mengambil air dari Kali Brantas yaitu PDAM Kab. Malang dan PDAM Kab. Blitar. PDAM Kab. Malang sendiri mengambil debit sebesar 50 liter/detik dari Kali Brantas yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan air di kabupaten Malang.Kebutuhan air untuk PDAM ini akan disesuaikan dengan kemampuan PDAM serta layanan yang dilakukan PDAM melalui perjanjian tertulis dalam SIPPAP dengan maksimum pengambilan debit dan volume yang telah ditentukan.

3.4 Bangunan Pendukung Distribusi Air untuk Kebutuhan Air Bersih Dalam mendistribusikan air yang cukup besar untuk digunakan masyarakat, diperlukan adanya bangunan pendukung yang bisa mengakomodasikan kebutuhan tersebut sehingga air yang berasal dari hulu dapat sampai ke hilir. Adapun bangunan pendukung itu diantaranya adalah :

a) Bendungan Bendungan merupakan pemasok utama kebutuhan air dihilir. Dalam memnuhi kebutuhan air, wilayah DJA1 mempunyai Bendungan Sengguruh dan Bendungan Sutami sebagai bangunan pendukung dalam memenuhi kualitas dan pasokan distribusi air dihilir. Bedungan Sengguruh merupakan bendungan harian yang berfungsi untuk menampung sedimen dan sampah yang akan mengalir ke arah Bendungan Sutami. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran yang terjadi pada Waduk Sutami sehingga kualitas air pada bendungan masih dapat terjaga untuk dimanfaatkan untuk keperluan air baku.

Gambar 5. Bendungan Utama Waduk Sengguruh Bendungan Sutami merupakan pemasok utama yang menampung air untuk kebutuhan di hilir. Bendungan ini akan memasok air pada saat musim kemarau sehingga tidak terjadi kekurangan air pada saat musim kemarau. Volume tampungan efektif waduk ini mencapai 141.160.000 m3 (2009). Selain sebagai pengendali banjir saat musim hujan bendungan ini sangat bermanfaat bagi berbagai industri maupun PDAM di hilir sehingga tidak akan kekurangan air pada saat musim kemarau.

b) Instalasi Pengolahan Air (IPA) IPA merupakan Instalasi Pengolahan Air yang berfungsi untuk menjernihkan atau membersihkan air yang kurang layak dikonsumsi dari sungai untuk didistribusikan kembali pada masyarakat. Pada dasarnya, IPA dikelola oleh PDAM dan pihak Jasa Tirta I hanya bertindak sebagai penyedia jasa air untuk PDAM yang diatur dalam ijin pemgambilan air dengan perjanjian air. Hal ini akan membuat air yang tercemar dari sungai menjadi lebih layak untuk dikonsumsi sehingga dapat didistribusikan secara penuh kepada masyarakat.

Gambar 6. IPA sekaran kapasitas 30 liter/detik

c) Bangunan Sadap (Intake) PDAM Bangunan sadap/intake merupakan bangunan yang berfungsi untuk mengambil air permukaan dari sungai untuk diolah lebih lanjut lagi dalam IPA. Bangunan ini biasanya terletak dipinggir sungai dan memiliki trash rack unutk menyaring sampah sungai yang ada sehingga tidak mengganggu saluran PDAM. Intake PDAM biasanya dibatasi pengambilannya sampai pada debit 50 Liter/detik dengan target volume tertentu setiap bulannya. Perawatan intake juga biasanya dilakukan dengan pembersihan sampah pada trash rack maupun pengerukkan jika sedimen pada intake telah mencapai kondisi menutupi intake.

d) Pompa Pompa berfungsi untuk menyalurkan air yang telah dijernihkan dalam proses IPA sehingga dapat didistribusikan kepada masyarakat luas untuk dipakai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemampuan pompa dalam distribusi air tergantung dari kapasitas dan daya pompa untuk menghisap air dan menyalurkannya lewat pipa. Hal ini akan berkaitan erat dengan debit yang dialirkan untuk memenuhi kebutuhan massyarakat. Pompa PDAM biasanya di pasang dengan daya hisap dan tekan yang besar sehingga mampu menyalurkan air bersih pada masyarakat dengan debit yang cukup. Modifikasi sistem pemyaluran air dengan gravitasi juga menjadi satu cara dalam menyalurkan air dengan kombinasi penempatan pompa pada tempat yang strategis.

Gambar 7. Pompa PDAM untuk mendistribusikan air bersih

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manajemen Distribusi Air Bersih untuk PDAMA. Kuantitas Air Dalam memenuhi kebutuhan air di hilir, Waduk Sutami sangat berperan dalam memasok air terutama saat terjadinya musim kemarau dimana kebutuhan air mulai meningkat sedangkan pasokan/hujan tidak ada setiap harinya. Kebutuhan tersebut akan disesuaikan dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun tersebut sehingga dapat menyesuaikan dengan outflow yang keluar dari waduk untuk kebutuhan hilir. Kebutuhan air perkotaan yang disalurkan melaui PDAM mulai Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar sampai dengan kota Surabaya akan tercukupi bila Waduk Sutami sebagi pemasok air utama dapat terus mengeluarkan outflow yang cukup dibantu dengan anak sungai yang mengalir pada daerah hilir. Hal tersebut tentu harus sesuai dengan RKAP yang dirancang oleh perusahaan dengan laporan rutin setiap bulannya (tabel 4 dan 5).

Tabel 4. Realisasai terhadap RKAP selama 6 bulan pada PDAM Malang

Tabel 5. Realisasi terhadap RKAP selama 6 bulan pada PDAM Blitar

*Pemakaian PDAM Blitar berhenti sejak bulan Maret 2013

Berdasarkan tabel diatas, maka diketahui bahwa realisasi pemanfaatan air pada PDAM Malang terhadap RKAP maupun RKOPS telah cukup baik memenuhi target tersebut. Hanya saja, pada bulan januari realisasi yang ada masih kurang memenuhi RKAP namun telah diperbaiki dibulan selanjutnya. Sedangkan pada PDAM Blitar dapat dilihat bahwa targetan yang direncanakan sangat sesuai dengan RKAP maupun RKOPS.

Berdasarkan data pada tabel diatas juga dapat diketahu bahwa produksi air baku secara kumulatif untuk PDAM adalah :

Tabel 6. Produksi Air Baku Kumulatif

Pada tabel produksi kumulatif PDAM juga dapat kita ketahui bahwa pada enam bulan produksi air baku realisasi tidak pernah mencapai target yang sesuai dengan RKAP maupun RKOP. Namun, peningkatan produksi air baku yang dilakukan oleh PDAM setiap bulannya (gambar 8) menunjukan hasil yang cukup baik walaupun target tidak tercapai secara penuh. Hal ini mengindikasikan bahwa perbaikan secara penuh kedepannya perlu ditingkatkan agar target yang ada dapat tercapai namun juga tidak terlalu berlebihan dalam pengambilan air sehingga kebutuhan air di hulu maupun dihilir dapat tercukupi sesuai dengan kebutuhannya tanpa ada air yang terbuang secara percuma.

Gambar 8. Grafik Produksi Air Baku Kumulatif untuk PDAM

Perlu diketahui bahwa pengambilan air secara berlebihan pada hulu dapat berakibat pada kurangnya air di hilir. Oleh karena itu, pengambilan secara berlebihan oleh PDAM perlu diawasi dengan peraturan yang ada sehingga air yang diambil tidak melebih batas ijin sesuai dengan SIPPAP maupun peraturan yang berlaku.

B. Kualitas Air Kualitas air di Waduk Sutami diukur berdasarkan hasil dari Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) serta kandungan Dissolved Oxygen (DO) dari tiga titik pengukuran di waduk. Dari hasil pengukuran yang dilakukan PJT1 diketahui bahwa untuk parameter DO 54,69% dari 192 kali pengambilan sampel air dibeberapa kedalaman telah memnuhi baku mutu kelas II. Sedangkan untuk BOD 13,02% dari 36 kali pengambilan sampel air dibeberapa kedalaman telah memenuhi baku mutu kelas II. Adapun hasil dari pengujian tersebut terlampir pada lampiran 10. Dari hasil pengukuran Waduk Sutami Hulu dapat diketahui bahwa terjadi pencemaran yang cukup serius di waduk terutama jika dilihat dari kadar nilai BOD yang melewati baku mutu sepanjang tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini (PJT14 2013) :

Gambar 9. Grafik Pemantauan Kualitas air pada Hulu Waduk Sutami

Pada gambar 10 dapat kita lihat bahwa tingkat pencemaran juga terjadi di tengah waduk dan BOD menjadi parameter utama dalam pencemaran ini, terutama pada bulan oktober dimana tingkat pencemran juga meningkat.

Gambar 10. Grafik Pemantauan Kualitas air pada Tengah Waduk Sutami

Hal yang sama juga terjadi pada hilir waduk dimana hanya air saja yang terlihat bersih dan bebas dari kotoran/sampah namun nilai BOD yang ada diwaduk melebihi batas baku mutu yang telah ditentukan dan mulai meningkat dengan pencemaran nilai DO pada bulan november dan desember (gambar 11).

Gambar 11. Grafik Pemantauan Kualitas air pada Hilir Waduk Sutami

Hal ini merupakan masalah yang cukup penting untuk ditanggulangi kedepannya. Karena jika dibiarkan terlalu lama maka pencemaran waduk akan terus terjadi dan mengakibatkan penumpukan samaph serta sedimen dan logam-logam berat lainnya dapat terakumulasi sehingga menyebabkan wabah penyakit bagi desa yang ada disekitar waduk. Hal ini juga tentunya akan membuat kualitas air yang diolah oleh PDAM menjadi semakin buruk karena dengan kualitas air yang sangat buruk akan memerlukan waktu penjernihan yang lebih lama dengan biaya IPA yang lebih besar. Kualitas air yang cukup buruk ini menunjukan bahwa terjadi suatu pencemaran yang cukup serius. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh adanya sedimentasi, tanaman liar di waduk, keramba jaring apung sekat maupun kiriman sampah dari kota Malang yang melalui Kali Metro. Sebagai contoh, pemeliharaan intake PDAM Delta Tirta dalam pengujian tahun 2012 (gambar 12), menunjukan tidak konsitennya pemeliharaan air sehingga kualitas air yang disekitar intake naik turun tiap bulannya dan tercatat bahwa pada beberapa bulan kualitas air menunjukkan nilai yang kurang memuaskan dalam parameter DO maupun BOD.

Gambar 12. Grafik hasil pengukuran pada intake PDAM Delta Tirta

Tercatat bahwa setiap tahunnya ada sekitar 4.000.000 m3 sedimen yang masuk namun pengerukkan maksimal hanya mampu mencapai 2.000.000 m3 sedangkan realisasinya hanya berkisar 1.200.000 m3. Pada tahun 2013, target pengerukkan sedimen adalah 410.000 m3. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah sedimen yang masuk akibat adanya sampah maupun run off sangat tidak sebanding dengan pengeluaran sedimen tersebut sehingga menyebabkan pendangkalan yang berujung pada pencemaran air waduk maupun sungai dihilirnya.

4.2 Upaya Penanggulangan Dalam mendistribusikan air bersih ke hilir, tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa pasti terdapat kendala dan permasalahan yang akan menjadi bahan evaluasi bersama untuk perbaikan selanjutnya. Kondisi waduk yang tidak berubah tiap tahunnya sedangkan kebutuhan air yang kian meningkat membuat keharusan untuk memperbaiki sistem tatanan yang ada, baik itu dalam pemeliharaan kondisi waduk maupun distribusi serta pemanfaatan yang menyeluruh bagi semua masyarakat hilir yang membutuhkan pasokan air bersih dari PDAM. Sebenarnya, masalah utama yang terkait dalam air bersih pada Waduk Sutami hanya terdapat pada kualitas air serta pemantauan air yang hanya memakai parameter BOD, COD dan DO. Dalam masalah kualitas air memang dapat dikatakan ketiga parameter tersebut telah lebih dari cukup untuk meratifikasi air dalam kondisi tercemar atau tidak. Namun, dalam masalah pemantauan kualitas air untuk air bersih yang akan didistribusikan ke masyrakat tentu perlu dianalisis lebih jauh kandungan logam yang terdapat pada air serta jumlahnya agar tidak mengancam kesehatan pengguna jasa air. Kandungan logam seperti sulfur, Besi sampai kepada Sianida tentu sangat perlu dianalisa agar kualitas air yang masuk ke PDAM maupun melalui PLTA Sutami dapt terjaga dan bebas dari bahan berbahaya sehingga tidak merugikan masyarakat luas. Hal ini juga dapat berdampak baik bagi ekosistem di waduk maupun DAS Brantas sehingga tiadk menyebabkan matinya ekosistem yang ada pada sungai maupun waduk. Penanganan masalah kualitas air tentu juga perlu ditindaklanjuti jika kondisi sungai tidak ingin seperti kondisi sungai di Jakarta karena Waduk Sutami sebagai pemasok kebutuhan air bersih daerah hilir harus terpelihara kelestarian maupun kondisinya. Buruknya kondisi sungai akan membuat kerja infiltrasi air di PDAM menjadi semakin berat sehingga akan berdampak pada tarif air yang juga akan meningkat dan merugikan masyarakat pengguna jasa air PDAM. Walaupun PJT1 tidak berperan penuh dalam menanggulangi masalah kualitas air waduk namun tentu saja masalah ini meruapakan masalah bersama yang tidak bisa ditinggal oleh semua pihak, baik itu masyarakat maupun pihak PJT1. Dengan tercemarnya air waduk dan Sungai Brantas telah mengindikasikan bahwa terjadi penyimpangan hidup yang tidak sehat oleh masyrakat Kota Malang maupun Kabupaten Malang. Selain itu, industri juga berperan sangat besar dalam pencemaran ini karena tercatat lebih dari 12 industri terdapat pada Sungai Brantas Divisi Jasa Asa 1 dan hal ini merupakan salah satu faktor penyumbang pencemaran sungai yang berujung pada waduk serta intake PDAM. Penanganan masalah limbah dan sampah dari masyarakat tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan dan bukan merupakan tanggung jawab penuh dari Perum Jasa Tirta 1 sehingga tentu diperlukan adanya koordinasi dari berbagai pihak yang menaungi masalah tersebut, mulai dari pemerintah kota, kabupaten, PJT1 sampai PDAM serta masyarakat setempat agar kualitas air dapat terjaga dan tidak bertambah buruk. Hal ini tentu juga dapat menambah kesadaran dari tiap pihak untuk berperan aktif dalam menjaga sungai maupun kelestarian waduk untuk menanggulangi krisis air bersih yang diprediksi akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penataan sistem pengakutan sampah serta pembuangan sampah yang terpadu dan tertata sehingga masyarakat tidak membuang sampah maupun limbah rumah tangga langsung ke badan sungai. Dalam hal tentu pemerintah setempat sangat berperan untuk mendukung masalah ini. Penyuluhan serta pembekalan bagi masyarakat tentu sangat penting dilakukan mengingat masih banyak masyarakat berpendidikan rendah. Saran dan prasarana seperti tempat samaph dan trash rack juga perlu ditambah agar sampah tidak mengalir langung ke hulu dan menyebabkan penyumbatan. Selain itu, pemantauan juga tentu menjadi hal yang tidak kalah penting untuk mengetahui kadar pencemaran yang terjadi di waduk maupun sungai. Namun, dalam hal ini pihak PJT1 beserta Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) perlu menambahkan pemantauan akan kadar logam yang berbahaya seperti sianida, sulfur maupun merkuri sehingga dapat diketahui kadarnya dan dicegah agar tidak bertambah buruk lagi. Penambahan parameter pemantauan ini dilakukan agar data yang ada memadai dan dapat dijadikan acuan kualitas air yang lengkap untuk disajikan pada masyarakat. Selain itu, dengan adanya hal tersebut dapat diketahui industri yang melakukan penyimpangan dengan tidak mengolah limbahnya terlebih dahulu dan tentu hal ini dapat ditelaah lebih jauh pada pintu pembuangan air limbah ditiap industri. Dengan tindakan-tindakan ini diharapkan kualitas air yang ada pada waduk dan mengalir ke hilir dapat terus terjaga kualitasnya sehingga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat serta ekosistem yang hidup dapat terus lestari.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulana. Mahasiswa dapat mengetahui dan menganalisis proses operasi dan manajemen sumber daya air di waduk Sutami maupun DAS Brantas sesuai dengan keahlian Teknik Sipil dan Lingkungan.b. Pemecahan masalah serta indentifikasinya dilakukan melalui observasi serta analisis mendalam sehingga diketahui permasalahan sebenarnya serta solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya.c. Pelaksanaan praktikum lapangan telah dapat memperkenalkan dan mendekatkan Institut Pertanian Bogor, khususnya Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian dengan masyarakat maupun perusahaan. Selain itu, aplikasi ilmu dan pembeljaran yang dilakukan juga telah sesuai yang diterima saat dibangku kuliah.d. Sistem pengelolaan sumber daya air untuk PDAM pada PJT1 didasarkan pada rencana dan target berdasarkan RKAP dan RKOP. Realisasi dari produk akan dipantau setiap bulannya dengan pemantauan kualitas air maupun pemeliharaan intake yang berkelanjutan.

5.2 Sarana. Penargetan RKAP dan RKOP perlu diterus dijaga agar kebutuhan air yang b. 25