View
78
Download
11
Category
Preview:
DESCRIPTION
Refarat anak penurunan kesadaran
Citation preview
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI PKMRS............................................................................................... 1
I. PENDAHULUAN................................................................................... 2
II. DEFINISI................................................................................................ 5
III. ETIOLOGI.............................................................................................. 5
IV. EPIDEMIOLOGI………………………………………………............
V. PATOFISIOLOGI .................................................................................. ` 11
VI. DIAGNOSIS .......................................................................................... 13
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................ 14
VIII. PENATALAKSANAAN.......................................................................... 15
1X. PROGNOSIS............................................................................................. 18
X. KESIMPULAN.......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 22
LAMPIRAN REFERENSI........................................................................................ 23
PENURUNAN KESADARAN
1.0 Pendahuluan
Gangguan kesadaran atau Altered Level Of Consciousness (ALOC) merupakan
gangguan pada kondisi bangun (awake) dan kewaspadaan (aware) sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Tingkat kesadaran adalah salah suatu fungsi otak yang tidak mudah terganggu, jadi
penurunan pada kesadaran mungkin menandakan adanya suatu kondisi yang mengancam jiwa.
Penurunan kesadaran bukanlah suatu penyakit, ia merupakan suatu gejala yang didasari suatu
penyakit.(1)
Perkabutan (cloudiness) adalah istilah yang digunakan mendeskripsikan penurunan
kesadaran yang minimal, yang mencakup hipereksitasi dan iritabilitas yang disertai dengan rasa
mengantuk. Harus dibedakan secara jelas pasien yang bingung (confused) (misalnya, tidak
merespons dengan tepat terhadap lingkungannya) yang disebabkan karena defisit fungsi kognitif
fokal atau mereka yang terganggu disebabkan gangguan fungsi otak yang menyeluruh. Pasien
dengan pikiran berkabut juga kadang-kadang turut mengalami disorientasi tempat dan waktu. (1)
Delirium, adalah suatu kondisi mental abnormal yang ditandai dengan gangguan persepsi
dari rangsangan sensorik dan disertai dengan halusinasi. Berdasarkan Diagnostik dan Statistik
Manual Gangguan Mental, edisi ke-4 (DSM-IV), delirium didefinisikan sebagai berikut:
A. Gangguan kesadaran (yaitu, mengurangi kejelasan kesadaran lingkungan) dengan
kemampuan berkurang untuk fokus, mempertahankan atau mengalihkan perhatian.
B. Perubahan pada fungsi kognitif (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan
bahasa)
C. C. Gangguan terbentuk dalam periode waktu yang singkat (biasanya jam hingga hari)
dan cenderung berfluktuasi selama beberapa hari'' (2)
Obtundation, secara harfiah berarti penumpulan kondisi mental. Secara klinis, pasien
obtunded memiliki penurunan kewaspadaan yang ringan sampai sedang, disertai dengan
penurunan minat terhadap kondisi di sekelilingnya. Mereka juga mempunyai respon psikologis
yang lambat terhadap rangsangan dan disertai dengan peningkatan jumlah jam tidur dan rasa
mengantuk yang hebat. (2)
Stupor, adalah kondisi tidur nyenyak atau perilaku yang unresponsiveness di mana subjek
dapat terangsang hanya dengan stimulasi yang kuat dan terus menerus. Bahkan jika dirangsang
secara maksimal, yang mungkin terganggu adalah tingkat dari fungsi kognitif. Pasien stupor
dapat dibedakan dari pasien dengan gangguan kejiwaan, seperti katatonia atau depresi berat,
karena mereka dapat dirangsang dengan mengenakan rangsang yang ringan. (1, 2)
Koma, dari bahasa Yunani “tidur nyenyak” adalah keadaan tidak berespon di mana
pasien terbaring dengan mata tertutup dan tidak dapat diangsang untuk berespon dengan tepat
terhadap rangsangan bahkan dengan stimulasi yang kuat. Pasien mungkin meringis terhadap
rangsangan yang menyakitkan dan anggota badan mungkin menunjukkan respon penarikan
stereotip, tetapi pasien tidak dapat membuat respons yang lokal atau gerakan defensif. (1, 2)
Locked-in syndrome menggambarkan keadaan di mana pasien mengalami de-efferensiasi,
sehingga mengakibatkan kelumpuhan keempat anggota badan. Meskipun masih sadar, locked-in
syndrome mengakibatkan pasien tidak dapat berespon terhadap kebanyakan rangsang yang
diberikan. Penyebab yang selalu mengakibatkan sindroma locked-in ini adalah lesi pada dasar
dari tegmentum dari midpons yang mengganggu fungsi kortikal motorik. Pasien biasanya dapat
mempertahankan fungsi vertikal gerakan mata dan membuka kelopak mata, yang dapat
digunakan untuk memverifikasi respon mereka. Pasien dengan neuropati motorik subakut,
seperti Sindrom Guillain-Barre', juga dapat mengalami de-efferensiasi. (1, 2)
Demensia didefinisikan sebagai penurunan fungsi kognitif yang biasanya disebabkan
karena proses organik. Umumnya, demensia merujuk pada penurunan fungsi kongnitif yang
menyeluruh dan luas. DSM-IV mendefinisikan demensia sebagai berikut:'' Penurunan beberapa
fungsi kognitif yang ditandai dengan:
i. Gangguan ingatan (kemampuan terganggu untuk belajar informasi baru atau
untuk mengingat informasi yang dipelajari sebelumnya)
ii. Satu (atau lebih) dari yang berikut Gangguan kognitif: afasia (gangguan bahasa),
apraxia (gangguan kemampuan untuk melakukan kegiatan motorik meskipun
fungsi motorik utuh), agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi
objek meskipun fungsi sensorik utuh), gangguan pada fungsi eksekutif (yaitu,
perencanaan, organisasi, sequencing, abstrak). (1, 2)
Hipersomnia adalah kondisi tidur yang berlebihan tetapi tampak seperti kondisi tidur
yang normal yang dapat dibangunkan apabila dirangsang. Kebanyakan pasien dengan gangguan
kesadaran yang akut maupun kronis biasanya tidur secara berlebihan. Namun, saat terbangun,
kesadaran masih jelas berkabut. Dalam pasien yang murni hipersomnia, tidur tampak normal dan
fungsi kognitif yang lain normal apabila pasien bangun. Hipersomnia biasanya disebabkan dari
disfungsi dari hipotalamus. (1, 2)
Abulia adalah kondisi apatis di mana pasien merespon perlahan-lahan terhadap
rangsangan verbal dan umumnya tidak memulai pembicaraan atau kegiatan. Namun apabila
dirangsang, fungsi kognitif tampak normal. Tidak seperti hipersomnia, pasien abulia biasanya
terjaga. Abulia adalah biasanya berhubungan dengan penyakit lobus frontal bilateral dan, dapat
berkembang menjadi akinetic mutism. (1, 2)
Akinetic mutism menggambarkan kondisi diam, dengan ciri tidak ada kemampuan untuk
waspada terhadap lingkungan sekitarnya, ini menggambarkan suatu kondisi perubahan kesadaran
yang subakut atau kronis di mana siklus bangun-tidur sudah kembali, tetapi gambaran luar
menunjukkan aktivitas mental tidak ada dan aktivitas motorik masih kurang Pasien dengan
akinetic mutism umumnya memiliki lesi pada hipotalamus dan basal dan otak depan. (1, 2)
Vegetative State (VS) menggambarkan pemulihan pasien yang hilang kesadaran yang
ditandai dengan “mata-terbuka’. Sangat sedikit pasien yang masih hidup dengan kerusakan otak
depan yang parah tetap koma dengan mata tertutup selama lebih dari 10 sampai 30 hari. Pada
kebanyakan pasien, kondisi vegetatif biasanya menggantikan koma pada saat itu. Pasien dalam
kondisi vegetatif, seperti pasien koma, menunjukkan kesadaran diri tidk ada terhadap diri dan
lingkungan. Tidak seperti mati otak, di mana kedua hemisfer otak dan batang otak mengalami
gangguan fungsional berat, pasien dengan kondisi vegetatif dapat mempertahankan regulasi
fungsi kardiopulmonel dan viseral otonom dari batang otak. Meskipun istilah kondisi vegetatif
persisten (PVS) tidak terkait dengan waktu tertentu, penggunaan PVS sekarang umumnya untuk
pasien yang tersisa dalam kondisi vegetatif setidaknya selama 30 hari. (1, 2)
Minimally Conscious State (MCS) adalah suatu kondisi kesadaran yang sangat terganggu
di mana cuma sedikit tetapi masih ada kesadaran seseorang terhadap lingkungan yang dapat
dilihat. Seperti keadaan vegetatif (vegetative state), MCS adalah suatu kondisi transisi yang
timbul selama pemulihan dari koma atau pada penyakit progresif neurologis lainnya. Pada
beberapa pasien, bagaimanapun, kondisi ini mungkin permanen. (1, 2)
2.0 Definisi
Menurut Buku Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Anak Indonesia Jilid Ke 2, Kesadaran adalah
keadaan tanggap jaga akan diri dan lingkungan secara spontan. Kesadaran mempunyai 2
aspek yaitu bangun (wakefulness) dan waspada (awareness). Aspek bangun diatur oleh fungsi
otonom vegetatif otak yang bekerja akibat adanya stimulus asenden dari tegmentum pontin,
hipotalamus posterior, dan talamus (ascending reticular activating system/ARAS). Sedangkan
aspek waspada diatur oleh neuron-neuron kortikal dan proyeksi timbal baliknya dengan inti-
inti subkortikal. Kewaspadaan membutuhkan bangun, tetapi bangun dapat terjadi tanpa
kewaspadaan. (1, 3, 4)
3.0 Etiologi
Antara kelainan dan penyakit yang dapat menurunkan kesadaran adalah seperti berikut. (1, 5, 6)
I. Kondisi akibat trauma kepala atau penyakit Sistem Saraf Pusat (SSP)
II. Kondisi Akibat Suatu Penyakit yang Mendasari Pada Otak
.1. Traumai. Intracranial hematoma (subdural,
epidural, intraparenchymalii. Kontusio Serebral
iii. Edema Serebraliv. Gegar Otakv. Kejang
vi. Status Epileptikus (Konvulsif, Non Konvulsif)
vii. Status Postiktal2. Infeksi
i. Meningitisii. Encephalitis
iii. Infeksi Fokal3. Neoplasmsa
i. Tumor 4. Penyakit Vaskular
1. Kelainan Tanda Vitali. Hypotension, hypertension
ii. Hypothermia, hyperthermia2. Hipoksia
i. Penyakit pulmonelii. Anemia berat
iii. Methemoglobinemiaiv. Karbon monoksidav. Ensefalopati pasca hipoksia jaringan
3. Intoksikasii. Obat-Obat sedatif: antihistamin,
barbiturates, benzodiazepines, ethanol, gamma-hidroksibutirat (GHB), narkotika, fenothiazines
ii. Tricyclic antidepressantsiii. Anticonvulsantsiv. Salicylates
4. Gangguan Metabolik
i. Infark Serebri (thrombotic, hemorrhagic, embolic)
ii. Centralvenous thrombosisiii. Perdarahan Subaraknoidiv. Malformasi Vaskuler
5. Hydrocephalusi. Obstruktif
ii. Kelainan Cerebrospinal Fluid Shunt
i. Hypoglikemi (sepsis, overdosis insulin, intoksikasi ethanol)
ii. Hyperglikemi (diabetic ketoacidosis, hyperglycemic hyperosmolar syndrome)
iii. Asidosis Metabolikiv. Alkalosis Metabolikv. Hyponatremia, hypernatremia
vi. Hypocalcemia, hypercalcemiavii. Hypomagnesemia, hypermagnesemia
viii. Hypophosphatemiaix. Uremia (gagal ginjal)x. Gagal Hati
xi. Reye's syndrome SLE,Behçet
4.0 Epidemiologi
Tingkat kesadaran yang berubah pada anak-anak memiliki banyak penyebab, yang dapat
dibedakan antara faktor struktural dan nonstruktural. Meskipun gangguan kesadaran dapat
terjadi pada semua usia, kondisi tertentu lebih banyak terjadi pada usia tertentu. Koma
nontraumatik memiliki distribusi bimodal, yang paling umum pada bayi dan balita dan
memiliki puncak lain yang lebih kecil di masa remaja. Infeksi salah satu bagian daripada
seperti (ensefalitis), meninges (meningitis), atau keduanya adalah kondisi yang paling umum
penyebab penurunan kesadaran, terhitung lebih dari se pertiga kasus nontraumatik. Malformasi
kongenital, terutamanya pada sistem saraf pusat (SSP), biasanya hadir dalam beberapa bulan
pertama setelah kelahiran, tetapi komplikasi dari operasi koreksi SSP (misalnya, obstruksi
ventriculoperitoneal shunt) dapat terjadi pada semua usia. Diabetik ketoasidosis, gangguan
metabolik yang paling umum mengakibatkan perubahan kesadaran, bisa terjadi pada semua
usia, tetapi lebih sering terjadi pada masa remaja. Penyakit metabolisme bawaan, termasuk
yang hadir dengan kelainan elektrolit dan glukosa, biasanya terjadi dalam masa pertumbuhan.
Kejang berkepanjangan, terapi antikonvulsif, dan status postiktal juga dapat mengubah tingkat
kesadaran. (6, 7)
Pada usia kecil dan remaja, pajanan terhadap racun atau terelan racun adalah situasi
yang paling sering berlaku. Anak balita sudah memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi
lingkungan tetapi belum memiliki kemampuan kognitif untuk mengetahui bahwa menelan pil
atau obat yang dijumpainya mungkin berbahaya. Banyak obat (terutama yang ditargetkan
untuk digunakan dalam pediatri) berwarna cerah dan mempumyai rasa seperti permen, ini
menciptakan stimulus yang mengundang untuk anak balita menelan secara tidak disengaja.
Meskipun insiden keseluruhan traumatik dan koma nontraumatik hampir mirip, tingkat
kecederaan traumatik cenderung meningkat sepanjang masa. Trauma, terutama trauma kepala,
dapat menyebabkan perdarahan intraserebral, epidural, atau subdural, menyebabkan disfungsi
serebral baik oleh kerusakan saraf primer atau efek serebral herniasi atau kompresi batang
otak. trauma yang disengaja (pelecehan anak) selalu harus dipertimbangkan dalam setiap bayi
yang datang dengan tingkat kesadaran yang berubah. (6, 7)
5.0 Patofisiologi
Kesadaran dikontrol oleh neuron dari sistem ascending reticular activating (ARAS) yang
terletak di batang otak dan pons. Jalur saraf dari lokasi tersebut menyebar hingga ke seluruh
korteks, yang bertanggung jawab untuk mengontrol kesadaran. Jika fungsi neuron ini terganggu
atau jika kedua hemisfere otak terganggu akibat penyakit, maka akan terjadi gangguan
kesadaran. (1, 3, 5)
Terdapat banyak faktor yang terlibat dalam memastikan fungsi ARAS berjalan baik,
antaranya termasuklah keberadaan substrat yang diperlukan untuk produksi energi, aliran darah
yang cukup untuk memberikan substrat, tidak adanya konsentrasi serum abnormal produk sisa
metabolisme atau racun asing, pemeliharaan suhu tubuh yang normal dalam berkisar, dan tidak
adanya eksitasi saraf abnormal atau iritasi dari aktivitas kejang atau sistem saraf pusat (SSP)
infeksi. (1, 3, 5, 8)
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) akibat peningkatan volume komponen
intraserebral seperti otak, darah, atau cairan serebrospinal (CSF) dapat mengakibatkan
penurunan kesadaran atau koma. Pada awalnya otak dapat menkompensasi peningkatan dari
tekanan intrakranial ini dengan meregulasi aliran darah dan penghasilan cairan serebrospinal.
Namun, apabila mekanisme ini tidak lagi mampu mengkompensasi, tekanan intrakranial akan
meningkat secara mendadak sehingga mengakibatkan penurunan tekanan perfusi serebral
sehingga terjadinya herniasi. Herniasi adalah pergeran atau pendesakan bagian dari otak
daripada posisi biasa ke lokasi intrakranial yang lain,. (1, 3, 5)
6.0 Diagnosis
6.1 Anamnesis
Setelah pasien stabil, anamnesis penting untuk menentukan etiologi yang
mengakibatkan penurunan kesadaran.Peristiwa dan keadaan sebelum awitan, riwayat penyakit,
dan pengobatan terdahulu mungkin bermanfaat untuk menentukan penyebab pasien mengalami
penurunan kesadaran atau tidak sadar. Riwayat penyakit yang penting antara lain : (7, 9)
- Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas tertabrak mobil, kemungkinan akibat trauma
kepala
- Pasien tiba-tiba mengalami sakit kepala hebat kemudian tidak sadar dapat disebabkan
arteri –
vena malformasi (AVM) yang tiba-tiba pecah
- Pasien mengalami panas tinggi, mengigau kemudian kejang dapat disebabkan
ensefalitis
- Pasien satu hari ini riba-tiba muntah-muntah kemudian mulai tidak sadar dapat
disebabkan Sindrom Reye
- Pasien malas makan kesadaran menurun perlahan mungkin disebabkan adanya
gangguan ensefalopati metabolik
6.2 Pemeriksaan Fisis
Tekanan darah :
Tekanan darah tinggi dapat disebabkan peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan di otak,
atau intoksikasi obat. Tekanan darah rendah dapat disebabkan syok spinal atau keracunan. (1, 7)
Respon Motorik
Fungsi motorik dapat memberikan informasi tentang lokalisasi lesi. Pola hemiparesis disertai
refleks otot abnormal, memperlihatkan lokalisasi lesi kontralateral dari jaras
kortikospinalis.Adapun respon motorik yang ada: (1, 7)
- Dekortikasi atau posisi fleksi (lengan fleksi dan tertarik ke atas dada) disebabkan
oleh kerusakan traktus spinalis atau di atas red nucleus
- Deserebrasi atau posisi ekstensi (lengan ekstensi dan rotasi interna) disebabkan
kerusakan dekat traktus vestibulospinalis, atau akibat keracunan
- Opistotonus adalah posisi kepala kebelakang disertai tulang belakang melengkung, dan
tangan disamping akibat kerusakan berat kedua korteks
Pola napas
Pola napas normal membutuhkan interaksi normal antara batang otak dan korteks. Batang
otak berperan dalam mengatur keinginan napas (drive), sedangkan kortek berperan dalam
mengatur pola napas. Kontrol metabolik, oksigenisasi, asam – basa dikendalikan dengan
menurunkan pusat batang otak antara medula dan midpons. (1, 7)
Skala Koma Glasgow
Ukuran Pupil
Gerak bola mata
(Doll’s eye movement) dan gerakan bola mata abnormal pada pasien dengan penurunan
kesadaran, disebabkan oleh gangguan anatomis yang lokasinya sama dengan bagian kaudal
ARAS.
7.0 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan penurunan kesadaran adalah untuk
mengidentifikasi kondisi yang mengakibatkan penurunan kesadaran (infeksi,kelainan metabolik,
kejang, intoksikasi/ overdosis, lesi bedah). Pemeriksaan yang selalu dilakukan pada pasien
dengan penurunan kesadaran termasuk tes laboratorium dan neuroimaging. Beberapa pasien
memerlukan pungsi lumbal dan electroencephalography (EEG). Pemeriksaan harus
diprioritaskan sesuai dengan presentasi klinis.
Pemeriksaan Laboratorium - Skrining tes laboratorium untuk pasien yang koma penyebab pasti
meliputi: (9)
i. Hitung darah lengkap
ii. Elektrolit serum, kalsium, magnesium, fosfat, glukosa, urea, kreatinin, dan tes fungsi hati
iii. Analisis gas darah
iv. Protrombin (PT) dan waktu tromboplastin parsial (PTT)
v. Skrining obat (biasanya dilakukan pada urin dan serum), termasuk etil alkohol,
acetaminophen, opiat, benzodiazepin, barbiturat, salisilat, kokain, amfetamin, etilena
glikol, dan metanol
Pada pasien tertentu, ketika kondisi lain yang diduga atau jika penyebab koma tetap tidak jelas,
tes laboratorium dilanjutkan dengan:(9)
i. Tes fungsi adrenal dan tiroid
ii. Kultur darah
iii. Apusan darah: skrining untuk thrombotic thrombocytopenic purpura (eritrosit
terfragmentasi, serum laktat dehidrogenase) atau disseminated intravascular coagulation
(DIC) (D-dimer dan fibrinogen); mempertimbangkan penentuan antifosfolipid jika
masalah koagulasi diduga
iv. Karboksihemoglobin jika keracunan karbon monoksida disarankan (pasien yang
ditemukan di gedung yang terbakar atau sebuah mobil stasioner)
v. Konsentrasi obat serum untuk obat tertentu
Neuroimaging - Computed tomography (CT), merupakan pemeriksaan pilihan untuk menilai
perubahan pada struktural intrakranial secara cepat,. Pemeriksaan CT dapat sangat sensitif untuk
menilai penyebab struktural dari penurunan kesadaran seperti, pendarahan subaraknoid,
perdarahan intrakranial lainnya, hidrosefalus akut, tumor,edema serebral, dan stroke iskemik
besar. CT angiography (jika tersedia) dapat membantu menilai sirkulasi arteri dan vena intra dan
ekstrakranial, terutama ketika stroke batang otak diduga. (4, 9)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah lebih baik jika dibandingkan dengan CT scan
karena ia dapat mendeteksi ensefalitis herpes simpleks, stroke iskemi fase awal, dan perdarahan
kecil multipel pada otak. Namun, MRI mengambil masa yang lebih lama untuk dilakukan
dibandingkan dengan CT, dan lebih sulit untuk digunakan pada pasien yang tidak stabil. Secara
umumnya, CT merupakan pilihan utama untuk evaluasi awal. Follow-up MRI pula
direkomendasikan bila CT dan hasil pemeriksaan lain tidak dapat menjelaskan dengan tepat
gambaran klinis atau inkonklusif. (4, 9)
Electroencephalography (EEG)- Pada pasien dengan penurunan kesadaran, EEG digunakan
untuk mendeteksi kejang. Jika pasien memiliki gambaran klinis yang menunjukkan kejang non
konvulsif, atau jika penyebab penurunan kesadaran tetap tidak jelas setelah pemeriksaan lainnya,
maka pemriksaan EEG diindikasikan. (9)
8.0 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk pasien dengan penurunan kesadaran adalah berbeda berdasarkan
etiologi masing-masing. Namun secara umumnya, penangana pasien dengan penurunan
kesadaran adalah untuk memastikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi masih intak. Untuk
penanganan awal penurunan kesadaran secara umumnya adalah seperti berikut. (1, 3, 10)
9.0 Prognosis
Koma memiliki prognosis yang jelek. Berdasarkan dua etiologi koma yang paling banyak
dipelajari, cedera batang otak dan cardiopulmonary arrest, kematian berkisar antara 40%
sampai 50% dan 54% hingga 88%, untuk kedua-duanya. Namun begitu statistik ini telah
bertambah baik dari tahun ke tahun karena, manajemen akut yang lebih baik baik di lapangan
dan di ruang perawatan intensif. Di luar statistik kematian, pasien koma dari trauma cedera otak
memiliki prognosis lebih baik secara signifikan dibandingkan pasien dengan cedera anoksia
jaringan. Sebagai contoh,1.000 pasien trauma koma untuk setidaknya 6 jam, 39% pulih
independen fungsional dalam 6 bulan, sedangkan hanya 16% dari 500 pasien yang menderita
koma nontraumatic dapat pulih serupa dalam 1 tahun. (5)
Penutup
Kesadaran adalah keadaan kewaspadaan akan diri dan lingkungan secara spontan. Kesadaran
mempunyai 2 aspek yaitu bangun (wakefulness) dan waspada (awareness). Aspek bangun
diatur oleh fungsi otonom vegetatif otak yang bekerja akibat adanya stimulus asenden dari
tegmentum pontin, hipotalamus posterior, dan talamus (ascending reticular activating
system/ARAS). Sedangkan kewaspadaan diatur oleh neuron-neuron kortikal dan proyeksi
timbal baliknya dengan inti-inti subkortikal. Kewapadaan membutuhkan bangun, tetapi bangun
dapat terjadi tanpa waspada. Terdapat pelbagai hal yang dapat mengganggu keutuhan dari fungi
ARAS seperti trauma kepala, kelainan metabolik, neoplasma dan lain-lain lagi, ini dapat
mengganggu fungsi fisiologis ARAS dalam menegakkan kesadaran dan terjadinya penurunan
kesadaran. Penurunan pada kesadaran dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Dari aspek
kualitatif penurunan kesadaran dapat dibagikan kepada delirium, stupor, somnolence dan koma.
Manakala dari aspek kuantitatif pula penurunan kesadaran dapat dinilai dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS) dengan nilai tertinggi 15 dan nilai terendah 3. Selain trauma kepala
penyebab terbanyak yang selalu mengakibatkan penurunan pada kesadaran pada anak adalah,
infeksi pada otak (ensefalitis) dan meninges (meningitis). Anamnesis dan pemeriksaan fisik
pada pasien adalah penting untuk membantu memastikan penyebab penurunan kesadaran yang
terjadi pada pasien. Pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium, pemeriksaan radiologi,
pungsi lumbal atau elektroensefalografi juga dapar dilakukan untuk menegakkan etiologi yang
menyebabkan penurunan dari kesadaran. Pemeriksaan yang dijalankan dapat dilakukan
berdasarkan prioritas dan maklumat yang diperoleh dari pemeriksaan dan anamnesis dari pasien
atau keluarganya. Dalam penganganan pasien dengan penurunan kesadaran yang paling utama
dilakukan adalah untuk memastikan Airway, Breathing dan Circulation pasien intak dan tidak
terganggu. Setelah diketahui penyebab pasti yang mengakibatkan penurunan dari kesadaran
dapat dilakukan penanganan sesuai etiologi.
Referensi
1. Posner PA. Diagnosis Of Stupor And Coma. 2007;Fourth Edition.
2. Association AP. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 2005;Fourth
Edition.
3. Indonesia IDA. Pedoman Pelayanan Medis. 2011;Jilid 2.
4. Carol Di Perri AT, Lizette Heine, Andrea Soddu, Athena Demertzi, Steven Laureys.
Measuring consciousness in coma and related states. World J Radiol 2014;2014 August.
5. Fleisher GRL, Stephen. Textbook Of Pediatric Emergency. 2010;6th Edition.
6. C P Wong RJF, T P Kelly, J A Eyre. Incidence, aetiology, and outcome of non-traumatic
coma: a population based study. Paediatric Neuroscience Group,. 2001.
7. Avner JR. Altered States Of Consciousness. Paediatrics In Review. 2006;Volume 27.
8. Avinash De Sousa MDPM, D.P.M., M.S. (Psychotherapy & Counselling), D. (Clint Psy)
(UK), M.B.A. (Human Resource Development). Towards An Integrative Theory Of
Consciousness. Mens Sana Monogr. 2013;2013 JanDec.
9. Young GB. Stupor and Coma In Adults. UpToDate. 2011.
10. Organisation WH. Pocket Book Of Hospital Care For Children. 2013;Second Edition.
Recommended