28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. (Corwin, 2001). Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal/ mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya. (Padmosantjojo, 2000). Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu: 1. Kompos mentis. 2. Somnelen/ drowsiness/ clouding of consciousness. 3. Stupor/ Sopor. 4. Soporokoma/ Semikoma. 5. Koma. Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik (Harsono, 1996). Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk membahas lebih dalam tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan penurunan kesadaran, sebagai bekal ilmu untuk kita 1

Isi Penurunan Kesadaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi Penurunan Kesadaran

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu.

(Corwin, 2001).

Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar

dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak

mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran

secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang

mengenal/ mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.

(Padmosantjojo, 2000).

Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu:

1. Kompos mentis.

2. Somnelen/ drowsiness/ clouding of consciousness.

3. Stupor/ Sopor.

4. Soporokoma/ Semikoma.

5. Koma.

Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam

hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik (Harsono, 1996). Oleh

karena itu, makalah ini dibuat untuk membahas lebih dalam tentang

konsep dasar dan asuhan keperawatan penurunan kesadaran, sebagai bekal

ilmu untuk kita semua agar dapat mengurangi tingginya angka kesakitan

baik secara global maupun di dalam Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi

fokus pembahasan dalam makalah ini yaitu :

1. Bagaimana konsep dasar dari penurunan kesadaran ?

2. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada penderita

penurunan kesadaran ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

1

Page 2: Isi Penurunan Kesadaran

Agar para pembaca dan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui

tentang konsep dasar dari penurunan kesadaran dan asuhan keperawatan

pada penderita penurunan kesadaran.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa dan para pembaca dapat lebih memahami dan

mendalami tentang.

1. Konsep dasar dari penurunan kesadaran.

2. Asuhan keperawatan yang dapat diberikan bagi klien dengan penurunan

kesadaran.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini yaitu bagi para pembaca selain dapat

memberikan tambahan pengetahuan juga agar pembaca dapat lebih

memahami tentang konsep dari penurunan kesadaran. Selain itu, bagi

mahasiswa kesehatan khususnya dapat dijadikan sebagai dasar atau

pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai sehingga

hasil yang diharapkan dapat tercapai.

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini yaitu menggunakan Studi

Kepustakaan, dari referensi-referensi yang terpercaya dan literatur

penunjang lainnya.

2

Page 3: Isi Penurunan Kesadaran

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Definisi

Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu.

(Corwin, 2001).

Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar

dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak

mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran

secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang

mengenal/ mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.

(Padmosantjojo, 2000).

Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu:

1. Kompos mentis

Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari

panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik

dari luar maupun dalam.

2. Somnelen/ drowsiness/ clouding of consciousness

Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan

perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung,

tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.

3. Stupor/ Sopor

Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata

atau bersuara satu dua kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak

terhadap rangsang nyeri.

4. Soporokoma/ Semikoma

3

Page 4: Isi Penurunan Kesadaran

Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat

mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.

5. Koma

Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal

membuka mata, bicara maupun reaksi motorik (Harsono, 1996).

2.1.2 Etiologi

Intra cranial:

1. Neoplasma

Tumor otak baik primer maupun metastasis.

2. Epilepsi

Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat

menyebabkan penurunan kesadaran.

3. Perdarahan epidural, perdarahan subdural ( Harsono , 1996 ).

Ekstra cranial:

1. Infark miokard akut

2. Ruptur katup mitral atau katup aorta

3. Defek akut septum ventrikel

4. Bedah kardiovaskuler

5. Gagal jantung kongestif

6. Metabolik

Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum

7. Elektrolit

Misalnya diare dan muntah yang berlebihan

8. Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat

menyebabkan penurunan kesadaran ( Harsono, 1996 ).

Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan

kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah “ SEMENITE

“ yaitu :

9. Sirkulasi

Meliputi stroke dan penyakit jantung

10. Ensefalitis

4

Page 5: Isi Penurunan Kesadaran

Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang

mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.

11. Trauma

Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural,

perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :

1. Penurunan kesadaran secara kwalitatif

2. GCS kurang dari 13

3. Sakit kepala hebat

4. Muntah proyektil

5. Papil edema

6. Asimetris pupil

7. Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif

8. Demam

9. Gelisah

10. Kejang

11. Retensi lendir / sputum di tenggorokan

12. Retensi atau inkontinensia urin

13. Hipertensi atau hipotensi

14. Takikardi atau bradikardi

15. Takipnu atau dispnea

16. Edema lokal atau anasarka

17. Sianosis, pucat dan sebagainya

2.1.4 Patofisiologi

Penurunan kesadaran pada pasien stroke apabila yang diserang

batang otak. Dia akan mengalami gangguan pada fungsi kesadaran,

pernafasan dan aliran darah ke otak menurun.

Apabila yang mengalami gangguan pada fungsi kesadarannya

maka akan terjadi penurunan tingkat kesadaran, hal tersebut dapat

mengakibatkan apatis sampai dengan koma.

5

Page 6: Isi Penurunan Kesadaran

Apabila yang mengalami gangguan pad fungsi pernafasan salah

satu akibatnya dapat menyebabkan penurunan kecepatan bernafas dan pola

bernafas menjadi irregular.

Apabila yang mengalami aliran darah maka aliran darah yang

menuju ke otak menurun, suplai darah menjadi menurun, sehingga

menyebabkan anemia dan Hb menjadi menurun, sehingga suplai O2 juga

menurun dan terjadi hipoksia.

Selain itu, gangguan yang terjadi pada batang otak juga akan

mengalami kompensasi intracranial yang gagal sehingga terjadi

peningkatan TIK. Dengan gejala sakit kepala hebat, mual dan papil edema.

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi yang muncul dapat meliputi:

1. Edema otak

Dapat mengakibatkan peningkatan TIK sehingga dapat menyebabkan

kematian.

2. Gagal ginjal

Akibat penurunan perfusi ke korteks ginjal.

3. Kelainan asam basa

Hampir selalu terjadi alkaliosis respiratorik hiperventilasi, sedangkan

alkaliosis metabolic terjadi akibat hipokalemi. Asidosis metabolic dapat

terjadi karena penumpukan asam laktat atau asam organic lainnya akibat

gagal ginjal.

4. Hipoksia

Sering terjadi karena edema paru atau radang paru akibat peningkatan

permeabilitas pemmbuluh darah kapiler di jaringan intersisial atau alveoli.

5. Gangguan faal hemoestasis dan perdarahan

6. Gangguan metabolisme atau hipoglikemia dan gangguan keseimbangan

elektrolit atau hipokalsemia.

7. Kerentanan terhadap infeksi

Sering terjadi sepsis terutama karena bakteri gram negative, peritonitis,

infeksi jalan nafas atau paru.

8. Gangguan sirkulasi

6

Page 7: Isi Penurunan Kesadaran

Pada tahap akhir dapat terjadi hipotensi, bradikardi maupun henti jantung.

(I Made Bakta, 1999)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab

penurunan kesadaran yaitu :

1. Laboratorium darah

Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea darah

( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan keton serum,

alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah ( BGA ).

2. CT Scan

Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak

3. PET ( Positron Emission Tomography )

Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan tumor

otak

4. SPECT ( Single Photon Emission Computed Tomography )

Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke.

5. MRI

Untuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak.

6. Angiografi serebral

Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan malformasi

arteriovena.

7. Ekoensefalography

Untuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral yang

disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark serebral

yang luas dan neoplasma.

8. EEG ( elektroensefalography )

Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses,

jaringan parut otak, infeksi otak

9. EMG ( Elektromiography )

Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat penyakit

lain.

7

Page 8: Isi Penurunan Kesadaran

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Primer

3.1.1 Airway

a. Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebas

b. Terjadi penurunan kesadaran

c. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll

d. Penggunaan otot-otot bantu pernafasan

e. Gelisah

f. Sianosis

g. Kejang

h. Retensi lendir / sputum di tenggorokan

i. Suara serak

j. Batuk

3.1.2 Breathing

a. Adakah suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll

b. Sianosis

c. Takipnu

d. Dispnea

e. Hipoksia

f. Panjang pendeknya inspirasi ekspirasi

3.1.3 Circulation

a. Hipotensi / hipertensi

b. Takipnu

c. Hipotermi

d. Pucat

e. Ekstremitas dingin

f. Penurunan capillary refill

g. Produksi urin menurun

h. Nyeri

8

Page 9: Isi Penurunan Kesadaran

i. Pembesaran kelenjar getah bening

3.2 Pengkajian Sekunder

3.2.1 Riwayat penyakit sebelumnya

Apakah klien pernah menderita :

a. Penyakit stroke

b. Infeksi otak

c. DM

d. Diare dan muntah yang berlebihan

e. Tumor otak

f. Intoksiaksi insektisida

g. Trauma kepala

h. Epilepsi dll.

3.2.2 Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif:

- kesulitan dalam beraktivitas

- kelemahan

- kehilangan sensasi atau paralysis

- mudah lelah

- kesulitan istirahat

- nyeri atau kejang otot

Data obyektif:

- Perubahan tingkat kesadaran

- Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,

kelemahan umum.

- gangguan penglihatan

b. Sirkulasi

Data Subyektif:

- Riwayat penyakit stroke

9

Page 10: Isi Penurunan Kesadaran

- Riwayat penyakit jantung

- Penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung,endokarditis bacterial.

- Polisitemia.

Data obyektif:

- Hipertensi arterial

- Disritmia

- Perubahan EKG

- Pulsasi : kemungkinan bervariasi

- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

c. Eliminasi

Data Subyektif:

- Inkontinensia urin / alvi

- Anuria

Data obyektif

- Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh )

- Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )

d. Makan/ minum

Data Subyektif:

- Nafsu makan hilang

- Nausea

- Vomitus menandakan adanya PTIK

- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan

- Disfagia

- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah

Data obyektif:

- Obesitas ( faktor resiko )

e. Sensori neural

Data Subyektif:

- Syncope

10

Page 11: Isi Penurunan Kesadaran

- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub

arachnoid.

- Kelemahan

- Kesemutan/kebas

- Penglihatan berkurang

- Sentuhan : kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada muka

- Gangguan rasa pengecapan

- Gangguan penciuman

Data obyektif:

- Status mental

- Penurunan kesadaran

- Gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)

- Gangguan fungsi kognitif

- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis genggaman tangan tidak imbang,

berkurangnya reflek tendon dalam

- Wajah: paralisis / parese

- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan

ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata

komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. )

- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, stimuli taktil

- Kehilangan kemampuan mendengar

- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik

- Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil terhadap cahaya positif / negatif,

ukuran pupil isokor / anisokor, diameter pupil.

f. Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif:

- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

Data obyektif:

- Tingkah laku yang tidak stabil

- Gelisah

- Ketegangan otot

11

Page 12: Isi Penurunan Kesadaran

g. Respirasi

Data Subyektif : perokok ( faktor resiko )

h. Keamanan

Data obyektif:

- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

- Perubahan persepsi terhadap tubuh

- Kesulitan untuk melihat objek

- Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah

dikenali

- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu

tubuh

- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan

- Berkurang kesadaran diri.

i. Interaksi sosial

Data obyektif:

- Problem berbicara

- Ketidakmampuan berkomunikasi.

3.2.3 Menilai GCS

Ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif kesadaran yang

menggunakan Skala Coma Glasgow :

1. Respon motorik

2. Respon bicara

3. Pembukaan mata

Ketiga hal di atas masing-masing diberi angka dan dijumlahkan.

Penilaian pada Glasgow Coma Scale :

a. Respon motorik

12

Page 13: Isi Penurunan Kesadaran

Nilai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana seperti : mengangkat tangan,

menunjukkan jumlah jari-jari dari angka-angka yang disebutkan oleh

pemeriksa, melepaskan gangguan.

Nilai 5 : Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan

seperti tekanan pada sternum, cubitan pada M. Trapezius

Nilai 4 : Fleksi menghindar dari rangsang nyeri yang diberikan , tapi tidak

mampu menunjuk lokasi atau tempat rangsang dengan tangannya.

Nilai 3 : fleksi abnormal .

Bahu aduksi fleksi dan pronasi lengan bawah , fleksi pergelangan tangan dan

tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decorticate rigidity )

Nilai 2 : ekstensi abnormal.

Bahu aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah, fleksi pergelangan

tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decerebrate rigidity )

Nilai 1 : Sama sekali tidak ada respon

Catatan :

- Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat

- Tidak ada trauma spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu negatif

b. Respon verbal atau bicara

Respon verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun). Pemeriksaan ini

tidak berlaku bila pasien :

- Dispasia atau apasia

- Mengalami trauma mulut

- Dipasang intubasi trakhea (ETT)

Nilai 5 : pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara.orientasi

waktu, tempat , orang, siapa dirinya , berada dimana, tanggal hari.

Nilai 4 : pasien “confuse” atau tidak orientasi penuh

Nilai 3 : bisa bicara , kata-kata yang diucapkan jelas dan baik tapi tidak

menyambung dengan apa yang sedang dibicarakan

Nilai 2 : bisa berbicara tapi tidak dapat ditangkap jelas apa artinya

(“ngrenyem”), suara-suara tidak dapat dikenali makna katanya

Nilai 1 : tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri

c. Respon membukanya mata :

13

Page 14: Isi Penurunan Kesadaran

Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua

matanya

Catatan:

Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema kelopak mata.

Nilai 4 : Mata membuka spontan misalnya sesudah disentuh

Nilai 3 : Mata baru membuka bila diajak bicara atau dipanggil nama atau

diperintahkan membuka mata

Nilai 2 : Mata membuka bila dirangsang kuat atau nyeri

Nilai 1 : Tidak membuka mata walaupaun dirangsang nyeri

3.2.4 Menilai reflek-reflek patologis

a. Reflek Babinsky

Apabila kita menggores bagian lateral telapak kaki dengan suatu benda yang

runcing maka timbullah pergerakan reflektoris yang terdiri atas fleksi kaki

dan jari-jarinya ke daerah plantar

b. Reflek Kremaster :

Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda halus pada bagian

dalam (medial) paha. Reaksi positif normal adalah terjadinya kontrkasi

M.kremaster homolateral yang berakibat tertariknya atau mengerutnya testis.

Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti adanya ganguan

traktus corticulspinal

3.2.5 Uji syaraf kranial

NI.N. Olfaktorius – penghiduan diperiksa dengan bau bauhan seperti

tembakau, wangi-wangian, yang diminta agar pasien menyebutkannya

dengan mata tertutup

N.II. N.Opticus

Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata . digunakan optotipe

snalen yang dipasang pada jarak 6 meter dari pasien . fisus ditentukan dengan

kemampuan membaca jelas deretan huruf-huruf yang ada

14

Page 15: Isi Penurunan Kesadaran

N.III/ Okulomotoris. N.IV/TROKLERIS , N.VI/ABDUSEN

Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata

kesegala arah , diameter pupil , reflek cahaya dan reflek akomodasi

N.V.Trigeminus berfungsi sensorik dan motorik,

Sensorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi , pipi, dan rahang

bawah serta goresan kapas dan mata tertutup

Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua tonus

muskulusmasketer saat diperintahkan untuk gerak menggigit

N.VII/ Fasialis fungsi motorik N.VII diperiksa kemampuan mengangkat alis,

mengerutkan dahi, mencucurkan bibir , tersentum , meringis (memperlihatkan

gigi depan )bersiul , menggembungkan pipi.fungsi sensorik diperiksa rasa

pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula , garam , asam)

N.VIII/ Vestibulo - acusticus

Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne , Weber , Schwabach dengan

garpu tala.

N.IX/ Glosofaringeus, N.X/vagus : diperiksa letak ovula di tengah atau

deviasi dan kemampuan menelan pasien

N.XI / Assesorius diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan

kanan ( kontraksi M.trapezius) dan gerakan kepala

N.XII/ Hipoglosus diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada

posisi lurus , gerakan lidah mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam.

3.3 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

3.3.1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan,

ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan

otak, depresi SSP dan oedema.

15

Page 16: Isi Penurunan Kesadaran

Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 1 jam.

Kriteria hasil :

- Tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK

- Tanda – tanda vital dalam batas normal

- Tidak adanya penurunan kesadaran

Intervensi :

Mandiri :

- Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat

menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK

- Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart

- Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana

- Pantau tekanan darah

Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan

penglihatan kabur

- Pantau suhu lingkungan

- Pantau intake, output, turgor

- Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah

- Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai

- Tinggikan kepala 15-45 derajat

Kolaborasi :

- Berikan oksigen sesuai indikasi

- Berikan obat sesuai indikasi

3.3.2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas oleh

sekret.

Tujuan : bersihan jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1 jam.

Kriteria hasil:

- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas

- Ekspansi dada simetris

- Bunyi napas bersih saat auskultasi

16

Page 17: Isi Penurunan Kesadaran

- Tidak terdapat tanda distress pernapasan

- GDA dan tanda vital dalam batas normal

Intervensi:

Mandiri :

- Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi

- Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan

memberikan pengeluaran sekresi yang optimal

- Penghisapan sekresi

- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam

Kolaborasi :

- Berikan oksigenasi sesuai advis

- Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi

3.3.3 Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat

pernapasan.

Tujuan :

Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam

Kriteria hasil:

- RR 16-24 x permenit

- Ekspansi dada normal

- Sesak nafas hilang / berkurang

- Tidak suara nafas abnormal

Intervensi :

Mandiri :

- Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.

- Auskultasi bunyi nafas.

- Pantau penurunan bunyi nafas.

- Berikan posisi yang nyaman : semi fowler

- Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam

Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan

Kolaborasi :

- Berikan oksigenasi sesuai advis

17

Page 18: Isi Penurunan Kesadaran

- Berikan obat sesuai indikasi

3.3.4 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-

perfusi sekunder terhadap hipoventilasi.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selaama 1 jam, pasien dapat

mempertahankan pertukaran gas yang adekuat

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan :

- Bunyi paru bersih

- Warna kulit normal

- Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan

Intervensi :

Mandiri :

- Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia

- Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan

perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.

- Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan

kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2

- Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya

CPAP atau PEEP.

- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam

- Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan

atau penyimpangan

- Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.

- Pantau irama jantung

Kolaboraasi :

- Berikan cairan parenteral sesuai pesanan

- Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.

18

Page 19: Isi Penurunan Kesadaran

BAB 4PENUTUP

4.1 Simpulan

Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu.

(Corwin, 2001).

Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar

dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak

mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran

secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang

mengenal/ mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.

(Padmosantjojo, 2000).

Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu:

1. Kompos mentis

Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari

panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik

dari luar maupun dalam.

2. Somnelen/ drowsiness/ clouding of consciousness

Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan

perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung,

tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.

3. Stupor/ Sopor

Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata

atau bersuara satu dua kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak

terhadap rangsang nyeri.

4. Soporokoma/ Semikoma

Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat

mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.

5. Koma

Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal

membuka mata, bicara maupun reaksi motorik (Harsono, 1996).

19

Page 20: Isi Penurunan Kesadaran

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat tim penyusun sampaikan untuk

mahasiswa prodi S1 keperawatan agar dapat memahami asuhan keperawatan

pada klien penurunan kesadaran, agar dapat memberikan asuhan keperawatan

yang baik dalam memberikan tindakan keperawatan pada pasien penurunan

kesadaran.

20