Upload
nhovi-kristina
View
341
Download
46
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu.
(Corwin, 2001).
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar
dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak
mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran
secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang
mengenal/ mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
(Padmosantjojo, 2000).
Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu:
1. Kompos mentis.
2. Somnelen/ drowsiness/ clouding of consciousness.
3. Stupor/ Sopor.
4. Soporokoma/ Semikoma.
5. Koma.
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam
hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik (Harsono, 1996). Oleh
karena itu, makalah ini dibuat untuk membahas lebih dalam tentang
konsep dasar dan asuhan keperawatan penurunan kesadaran, sebagai bekal
ilmu untuk kita semua agar dapat mengurangi tingginya angka kesakitan
baik secara global maupun di dalam Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi
fokus pembahasan dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep dasar dari penurunan kesadaran ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada penderita
penurunan kesadaran ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1
Agar para pembaca dan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui
tentang konsep dasar dari penurunan kesadaran dan asuhan keperawatan
pada penderita penurunan kesadaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dan para pembaca dapat lebih memahami dan
mendalami tentang.
1. Konsep dasar dari penurunan kesadaran.
2. Asuhan keperawatan yang dapat diberikan bagi klien dengan penurunan
kesadaran.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini yaitu bagi para pembaca selain dapat
memberikan tambahan pengetahuan juga agar pembaca dapat lebih
memahami tentang konsep dari penurunan kesadaran. Selain itu, bagi
mahasiswa kesehatan khususnya dapat dijadikan sebagai dasar atau
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai sehingga
hasil yang diharapkan dapat tercapai.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini yaitu menggunakan Studi
Kepustakaan, dari referensi-referensi yang terpercaya dan literatur
penunjang lainnya.
2
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi
Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu.
(Corwin, 2001).
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar
dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak
mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran
secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang
mengenal/ mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
(Padmosantjojo, 2000).
Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu:
1. Kompos mentis
Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari
panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik
dari luar maupun dalam.
2. Somnelen/ drowsiness/ clouding of consciousness
Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan
perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung,
tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.
3. Stupor/ Sopor
Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata
atau bersuara satu dua kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak
terhadap rangsang nyeri.
4. Soporokoma/ Semikoma
3
Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat
mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.
5. Koma
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal
membuka mata, bicara maupun reaksi motorik (Harsono, 1996).
2.1.2 Etiologi
Intra cranial:
1. Neoplasma
Tumor otak baik primer maupun metastasis.
2. Epilepsi
Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat
menyebabkan penurunan kesadaran.
3. Perdarahan epidural, perdarahan subdural ( Harsono , 1996 ).
Ekstra cranial:
1. Infark miokard akut
2. Ruptur katup mitral atau katup aorta
3. Defek akut septum ventrikel
4. Bedah kardiovaskuler
5. Gagal jantung kongestif
6. Metabolik
Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum
7. Elektrolit
Misalnya diare dan muntah yang berlebihan
8. Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat
menyebabkan penurunan kesadaran ( Harsono, 1996 ).
Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan
kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah “ SEMENITE
“ yaitu :
9. Sirkulasi
Meliputi stroke dan penyakit jantung
10. Ensefalitis
4
Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang
mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.
11. Trauma
Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural,
perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :
1. Penurunan kesadaran secara kwalitatif
2. GCS kurang dari 13
3. Sakit kepala hebat
4. Muntah proyektil
5. Papil edema
6. Asimetris pupil
7. Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif
8. Demam
9. Gelisah
10. Kejang
11. Retensi lendir / sputum di tenggorokan
12. Retensi atau inkontinensia urin
13. Hipertensi atau hipotensi
14. Takikardi atau bradikardi
15. Takipnu atau dispnea
16. Edema lokal atau anasarka
17. Sianosis, pucat dan sebagainya
2.1.4 Patofisiologi
Penurunan kesadaran pada pasien stroke apabila yang diserang
batang otak. Dia akan mengalami gangguan pada fungsi kesadaran,
pernafasan dan aliran darah ke otak menurun.
Apabila yang mengalami gangguan pada fungsi kesadarannya
maka akan terjadi penurunan tingkat kesadaran, hal tersebut dapat
mengakibatkan apatis sampai dengan koma.
5
Apabila yang mengalami gangguan pad fungsi pernafasan salah
satu akibatnya dapat menyebabkan penurunan kecepatan bernafas dan pola
bernafas menjadi irregular.
Apabila yang mengalami aliran darah maka aliran darah yang
menuju ke otak menurun, suplai darah menjadi menurun, sehingga
menyebabkan anemia dan Hb menjadi menurun, sehingga suplai O2 juga
menurun dan terjadi hipoksia.
Selain itu, gangguan yang terjadi pada batang otak juga akan
mengalami kompensasi intracranial yang gagal sehingga terjadi
peningkatan TIK. Dengan gejala sakit kepala hebat, mual dan papil edema.
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang muncul dapat meliputi:
1. Edema otak
Dapat mengakibatkan peningkatan TIK sehingga dapat menyebabkan
kematian.
2. Gagal ginjal
Akibat penurunan perfusi ke korteks ginjal.
3. Kelainan asam basa
Hampir selalu terjadi alkaliosis respiratorik hiperventilasi, sedangkan
alkaliosis metabolic terjadi akibat hipokalemi. Asidosis metabolic dapat
terjadi karena penumpukan asam laktat atau asam organic lainnya akibat
gagal ginjal.
4. Hipoksia
Sering terjadi karena edema paru atau radang paru akibat peningkatan
permeabilitas pemmbuluh darah kapiler di jaringan intersisial atau alveoli.
5. Gangguan faal hemoestasis dan perdarahan
6. Gangguan metabolisme atau hipoglikemia dan gangguan keseimbangan
elektrolit atau hipokalsemia.
7. Kerentanan terhadap infeksi
Sering terjadi sepsis terutama karena bakteri gram negative, peritonitis,
infeksi jalan nafas atau paru.
8. Gangguan sirkulasi
6
Pada tahap akhir dapat terjadi hipotensi, bradikardi maupun henti jantung.
(I Made Bakta, 1999)
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab
penurunan kesadaran yaitu :
1. Laboratorium darah
Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea darah
( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan keton serum,
alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah ( BGA ).
2. CT Scan
Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak
3. PET ( Positron Emission Tomography )
Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan tumor
otak
4. SPECT ( Single Photon Emission Computed Tomography )
Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke.
5. MRI
Untuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak.
6. Angiografi serebral
Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan malformasi
arteriovena.
7. Ekoensefalography
Untuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral yang
disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark serebral
yang luas dan neoplasma.
8. EEG ( elektroensefalography )
Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses,
jaringan parut otak, infeksi otak
9. EMG ( Elektromiography )
Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat penyakit
lain.
7
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Primer
3.1.1 Airway
a. Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebas
b. Terjadi penurunan kesadaran
c. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll
d. Penggunaan otot-otot bantu pernafasan
e. Gelisah
f. Sianosis
g. Kejang
h. Retensi lendir / sputum di tenggorokan
i. Suara serak
j. Batuk
3.1.2 Breathing
a. Adakah suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll
b. Sianosis
c. Takipnu
d. Dispnea
e. Hipoksia
f. Panjang pendeknya inspirasi ekspirasi
3.1.3 Circulation
a. Hipotensi / hipertensi
b. Takipnu
c. Hipotermi
d. Pucat
e. Ekstremitas dingin
f. Penurunan capillary refill
g. Produksi urin menurun
h. Nyeri
8
i. Pembesaran kelenjar getah bening
3.2 Pengkajian Sekunder
3.2.1 Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah klien pernah menderita :
a. Penyakit stroke
b. Infeksi otak
c. DM
d. Diare dan muntah yang berlebihan
e. Tumor otak
f. Intoksiaksi insektisida
g. Trauma kepala
h. Epilepsi dll.
3.2.2 Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas
- kelemahan
- kehilangan sensasi atau paralysis
- mudah lelah
- kesulitan istirahat
- nyeri atau kejang otot
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,
kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit stroke
9
- Riwayat penyakit jantung
- Penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung,endokarditis bacterial.
- Polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia
- Perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia urin / alvi
- Anuria
Data obyektif
- Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh )
- Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
d. Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea
- Vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan
- Disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Obesitas ( faktor resiko )
e. Sensori neural
Data Subyektif:
- Syncope
10
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan
- Kesemutan/kebas
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada muka
- Gangguan rasa pengecapan
- Gangguan penciuman
Data obyektif:
- Status mental
- Penurunan kesadaran
- Gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)
- Gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis genggaman tangan tidak imbang,
berkurangnya reflek tendon dalam
- Wajah: paralisis / parese
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. )
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, stimuli taktil
- Kehilangan kemampuan mendengar
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil terhadap cahaya positif / negatif,
ukuran pupil isokor / anisokor, diameter pupil.
f. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil
- Gelisah
- Ketegangan otot
11
g. Respirasi
Data Subyektif : perokok ( faktor resiko )
h. Keamanan
Data obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh
- Kesulitan untuk melihat objek
- Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan
- Berkurang kesadaran diri.
i. Interaksi sosial
Data obyektif:
- Problem berbicara
- Ketidakmampuan berkomunikasi.
3.2.3 Menilai GCS
Ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif kesadaran yang
menggunakan Skala Coma Glasgow :
1. Respon motorik
2. Respon bicara
3. Pembukaan mata
Ketiga hal di atas masing-masing diberi angka dan dijumlahkan.
Penilaian pada Glasgow Coma Scale :
a. Respon motorik
12
Nilai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana seperti : mengangkat tangan,
menunjukkan jumlah jari-jari dari angka-angka yang disebutkan oleh
pemeriksa, melepaskan gangguan.
Nilai 5 : Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan
seperti tekanan pada sternum, cubitan pada M. Trapezius
Nilai 4 : Fleksi menghindar dari rangsang nyeri yang diberikan , tapi tidak
mampu menunjuk lokasi atau tempat rangsang dengan tangannya.
Nilai 3 : fleksi abnormal .
Bahu aduksi fleksi dan pronasi lengan bawah , fleksi pergelangan tangan dan
tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decorticate rigidity )
Nilai 2 : ekstensi abnormal.
Bahu aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah, fleksi pergelangan
tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decerebrate rigidity )
Nilai 1 : Sama sekali tidak ada respon
Catatan :
- Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat
- Tidak ada trauma spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu negatif
b. Respon verbal atau bicara
Respon verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun). Pemeriksaan ini
tidak berlaku bila pasien :
- Dispasia atau apasia
- Mengalami trauma mulut
- Dipasang intubasi trakhea (ETT)
Nilai 5 : pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara.orientasi
waktu, tempat , orang, siapa dirinya , berada dimana, tanggal hari.
Nilai 4 : pasien “confuse” atau tidak orientasi penuh
Nilai 3 : bisa bicara , kata-kata yang diucapkan jelas dan baik tapi tidak
menyambung dengan apa yang sedang dibicarakan
Nilai 2 : bisa berbicara tapi tidak dapat ditangkap jelas apa artinya
(“ngrenyem”), suara-suara tidak dapat dikenali makna katanya
Nilai 1 : tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri
c. Respon membukanya mata :
13
Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua
matanya
Catatan:
Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema kelopak mata.
Nilai 4 : Mata membuka spontan misalnya sesudah disentuh
Nilai 3 : Mata baru membuka bila diajak bicara atau dipanggil nama atau
diperintahkan membuka mata
Nilai 2 : Mata membuka bila dirangsang kuat atau nyeri
Nilai 1 : Tidak membuka mata walaupaun dirangsang nyeri
3.2.4 Menilai reflek-reflek patologis
a. Reflek Babinsky
Apabila kita menggores bagian lateral telapak kaki dengan suatu benda yang
runcing maka timbullah pergerakan reflektoris yang terdiri atas fleksi kaki
dan jari-jarinya ke daerah plantar
b. Reflek Kremaster :
Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda halus pada bagian
dalam (medial) paha. Reaksi positif normal adalah terjadinya kontrkasi
M.kremaster homolateral yang berakibat tertariknya atau mengerutnya testis.
Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti adanya ganguan
traktus corticulspinal
3.2.5 Uji syaraf kranial
NI.N. Olfaktorius – penghiduan diperiksa dengan bau bauhan seperti
tembakau, wangi-wangian, yang diminta agar pasien menyebutkannya
dengan mata tertutup
N.II. N.Opticus
Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata . digunakan optotipe
snalen yang dipasang pada jarak 6 meter dari pasien . fisus ditentukan dengan
kemampuan membaca jelas deretan huruf-huruf yang ada
14
N.III/ Okulomotoris. N.IV/TROKLERIS , N.VI/ABDUSEN
Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata
kesegala arah , diameter pupil , reflek cahaya dan reflek akomodasi
N.V.Trigeminus berfungsi sensorik dan motorik,
Sensorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi , pipi, dan rahang
bawah serta goresan kapas dan mata tertutup
Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua tonus
muskulusmasketer saat diperintahkan untuk gerak menggigit
N.VII/ Fasialis fungsi motorik N.VII diperiksa kemampuan mengangkat alis,
mengerutkan dahi, mencucurkan bibir , tersentum , meringis (memperlihatkan
gigi depan )bersiul , menggembungkan pipi.fungsi sensorik diperiksa rasa
pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula , garam , asam)
N.VIII/ Vestibulo - acusticus
Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne , Weber , Schwabach dengan
garpu tala.
N.IX/ Glosofaringeus, N.X/vagus : diperiksa letak ovula di tengah atau
deviasi dan kemampuan menelan pasien
N.XI / Assesorius diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan
kanan ( kontraksi M.trapezius) dan gerakan kepala
N.XII/ Hipoglosus diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada
posisi lurus , gerakan lidah mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam.
3.3 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
3.3.1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan,
ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan
otak, depresi SSP dan oedema.
15
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 jam.
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK
- Tanda – tanda vital dalam batas normal
- Tidak adanya penurunan kesadaran
Intervensi :
Mandiri :
- Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat
menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
- Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart
- Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
- Pantau tekanan darah
Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan
penglihatan kabur
- Pantau suhu lingkungan
- Pantau intake, output, turgor
- Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah
- Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
- Tinggikan kepala 15-45 derajat
Kolaborasi :
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Berikan obat sesuai indikasi
3.3.2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas oleh
sekret.
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 jam.
Kriteria hasil:
- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
- Ekspansi dada simetris
- Bunyi napas bersih saat auskultasi
16
- Tidak terdapat tanda distress pernapasan
- GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
Mandiri :
- Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
- Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan
memberikan pengeluaran sekresi yang optimal
- Penghisapan sekresi
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
Kolaborasi :
- Berikan oksigenasi sesuai advis
- Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi
3.3.3 Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat
pernapasan.
Tujuan :
Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam
Kriteria hasil:
- RR 16-24 x permenit
- Ekspansi dada normal
- Sesak nafas hilang / berkurang
- Tidak suara nafas abnormal
Intervensi :
Mandiri :
- Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
- Auskultasi bunyi nafas.
- Pantau penurunan bunyi nafas.
- Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
- Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam
Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan
Kolaborasi :
- Berikan oksigenasi sesuai advis
17
- Berikan obat sesuai indikasi
3.3.4 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-
perfusi sekunder terhadap hipoventilasi.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selaama 1 jam, pasien dapat
mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
- Bunyi paru bersih
- Warna kulit normal
- Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
Mandiri :
- Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
- Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan
perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
- Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan
kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
- Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya
CPAP atau PEEP.
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
- Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan
atau penyimpangan
- Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.
- Pantau irama jantung
Kolaboraasi :
- Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
- Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.
18
BAB 4PENUTUP
4.1 Simpulan
Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu.
(Corwin, 2001).
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar
dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak
mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran
secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang
mengenal/ mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
(Padmosantjojo, 2000).
Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu:
1. Kompos mentis
Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari
panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik
dari luar maupun dalam.
2. Somnelen/ drowsiness/ clouding of consciousness
Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan
perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung,
tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.
3. Stupor/ Sopor
Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata
atau bersuara satu dua kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak
terhadap rangsang nyeri.
4. Soporokoma/ Semikoma
Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat
mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.
5. Koma
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal
membuka mata, bicara maupun reaksi motorik (Harsono, 1996).
19
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat tim penyusun sampaikan untuk
mahasiswa prodi S1 keperawatan agar dapat memahami asuhan keperawatan
pada klien penurunan kesadaran, agar dapat memberikan asuhan keperawatan
yang baik dalam memberikan tindakan keperawatan pada pasien penurunan
kesadaran.
20