Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

Preview:

DESCRIPTION

Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Pada Anak

Citation preview

KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK

Kelompok 3:Sri Rahayu

Delta NopriadiDesi WulandariWan IsmalindaPebrita HerianiYuri OctafindoLeli MarlinaBayu Azhar

Khadijah BurhanFatmawati

Hadindra Syahputra

Proporsi Cairan Tubuh

• Pada bayi prematur sekitar 80% dari berat badannya adalah air. Sedangkan pada bayi yang lahir cukup sekitar 70% dari berat badannya merupakan air.

• Seiring dengan bertumbuhnya usia maka presentase air menurun. Pada orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari berat badannya adalah air. Sedangkan pada wanita dewasa sekitar 50% adalah air. Presentase air pada tubuh lansia kira-kira 45% sampai 55% dari berat badannya. (Horner & Swearingen, 2001).

 Komponen Cairan

• Cairan NutrienCairan nutrien terdiri atas :- Karbohidrat dan air, contoh : dextrose (glukosa), levulose (fruktosa).- Asam amino, contoh : amigen, amonosol, dan travamin - Lemak, contoh : lipomul dan liposyn

• Blood Volume ExpandersJenis blood volume expanders antara lain human serum albumin dan dextran.

• Cairan ElektrolitContoh cairan elektrolit adalah :- Cairan Ringer’s, terdiri atas : Na+, K+, Cl-, Ca2+

• - Cairan Ringer’s Laktat, terdidri atas : Na+, K+, Mg+, Cl-, Ca2+, HCO3-

• - Cairan Buffer’s, terdiri atas : Na+, K+, Mg2+, Cl-, HCO3-

Distribusi Cairan Tubuh

1. Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total

Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.

2. Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total

Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total.

3. Cairan Transelular (CTS)

Adalah cairan yang terkandung didalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung.

CES dibagi menjadi :• Cairan interstisial (CIT)

Kira-kira 8 L pada orang dewasa. Volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.

• Cairan intravaskular (CIV)Cairan yang terkandung didalam pembuluh darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah plasma. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit.

Cont….

Tabel 1.docx

Konsep Cairan dan Elektrolit

• Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.

• Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.

• Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh.

Cont…Sumber kehilangan cairan dapat berupa:

- kehilangan cairan yang tidak dapat diukur kurang lebih sebesar 30% yakni penguapan melalui kulit, dan saluran pernafasan

- kehilangan cairan yang dapat diukur meliputi kehilangan cairan melalui urin sebesar 60%, feses sebesar 10%, drainase orogastric atau nasogastric dan cairan serebrospinal (Ambalayan, 2008).

Rentang kebutuhan air harian tubuh.docx

Prinsip-prinsip terapi cairan dan elektrolit

Anak-anak memerlukan cairan dan elekrolit lebih banyak dari pada dewasa, karena itu mudah terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal ini karena:

• Metabolic rate yang tinggi.• Insensible Water Loss (IWL) yang tinggi (minute ventilation

tinggi, rasio surface area: volume tinggi, epidermis imatur pada bayi preterm.

• Kemampuan konsentrasi urin rendah.• Kebutuhan cairan perhari• Faktor-faktor yang bisa mengurangi kebutuhan cairan• Faktor-faktor yang bisa meningkatkan kebutuhan cairan• Kebutuhan elektrolit per hari• Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Usia Besar IWL (mg/kg BB/hari)

Bayi baru lahir 30

Bayi 50-60

Anak-anak 40

Remaja 30

Dewasa 20

Bila ingin mengetahui IWL, maka kita dapat menggunakan rumus penghitungan sebagai berikut (Tamsuri, 2008):•Dewasa : 15 cc/kg BB /hari•Anak-anak = (30- usia dalam tahun) cc/kg BB/ hari•Jika ada kenaikan suhu : IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36,8oC)

Cara Perpindahan Cairan

• Difusi Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas atau zat padat secara bebas atau acak.

• Osmosis Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui membran semipermeabel 

• Transpor aktif Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel.

Keseimbangan Asam Basa

Ada 4 sistem dapar pada cairan, antara lain:• Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di

cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat

• Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel

• Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat

• Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Ketidakseimbangan Asam-Basa

Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:• Asidosis respiratori.• Alkalosis metabolik.• Asidosis metabolik.• Alkalosis metabolik.

 Jenis Cairan Intravena pada Beberapa Penyakit Anak

1. Cairan Kristaloid• Cairan Hipotonik. Contohnya dextrosa 5%.• Cairan Isotonik terdiri dari cairan garam faal

(NaCl 0,9%), ringer laktat dan plasmalyte• Cairan Hipertonik. Contohnya NaCl 3%.

Beberapa contoh cairan kristaloid antara lain:

• Ringer Laktat (RL)Cairan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan cairan ekstra seluler yang akut. Cairan ini diberikan pada dehidrasi berat karena diare murni dan demam berdarah dengue. Pada keadaan syok, dehidrasi atau DSS pemberiannya bisa diguyur.

• Ringer AsetatCairan ini lebih cepat mengoreksi keadaan asidosis metabolik dibandingkan Ringer Laktat, karena asetat dimetabolisir di dalam otot, sedangkan laktat didalam hati. Cairan ini bisa mengganti pemakaian Ringer Laktat, Glukosa 5%, 10% dan 20%. Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter , 200 gr/liter. Glukosa 5% digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa 10% dan 20% digunakan pada keadaan hipoglikemi, gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria .

• NaCl 0,9%Cairan fisiologis ini digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai awal untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia, hipokloremia atau alkalosis metabolik. Cairan ini digunakan pada demam berdarah dengue dan renjatan kardiogenik juga pada sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium seperti asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal dan luka bakar. Pada anak dan bayi sakit penggunaan NaCl biasanya dikombinasikan dengan cairan lain, seperti NaCl 0,9% dengan Glukosa 5 %.

Cont…

2. Cairan Koloid Albumin

- Albumin endogen- Albumin eksogen

3. HES (Hidroxy Ethyl Starch)4. Dextran 5. Gelatin6. Cairan 2A7. Cairan DG

Jenis Gangguan Cairan dan Elektrolit pada Anak

Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tubuh adalah :

• Volume Ketidakseimbangan volume terutama

mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan

menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif

sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).

1. Kekurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)

• Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama.

• Hipovolume atau dehidrasi merupakan kekurangan cairan eksternal yang dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan.

• Jenis-jenis dehidrasi berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi 3, yaitu :- Dehidrasi ringan : bila penurunan berat badan kurang

dari 5%- Dehidrasi sedang : bila penurunan berat badan antara

5% - 10%- Dehidrasi berat : bila penurunan berat badan lebih

dari 10% (rata-rata 11%).

Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Dehidrasi hipotonik– Dehidrasi hipotonik terjadi bila kadar natrium

dalam plasma kurang dari 130 mEq/I atau keadaan kehilangan natrium lebih besar daripada kehilangan air. Dehidrasi hipotonik umumnya disebabkan oleh terapi IV yang tidak tepat, gastroenteritis, dan lain-lain.

– Gambaran utama dehidrasi hiponatremi/hipotonik :• Adanya kekurangan cairan dan natrium, tetapi

kekurangan natriumnnya secara relative lebih banyak

• Konsentrasi natrium serum rendah (< 130 mmol/L)

• Osmolaritas serum rendah (< 75 mOsmol/L)• Anak letargi, kadang-kadang kejang

2. Dehidrasi isotonic- Dehidrasi isotonik terjadi bila kadar natrium dalam plasma

130- 150 mEq/I. Hal ini terjadi bila kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama. Dehidrasi isotonic mengurangi volume plasma dan bisa menimbulkan syok hipovolemik.

- Gambaran dehidrasi isotonic adalah sangat cepat, ekstermitas dingin dan berkeringat, kesadaran menurun dan muncul gejala lain syok hipovolemik.

3. Dehidrasi hipertonik- Dehidrasi ini terjadi bila kadar natrium dalam plasma

lebih dari 150 mEq/I. Ini biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare (mempunyai kandungan natrium, gula atau bahan aktif osmotic lain yang tidak diabsorpsi secara efisien dan pemasukan air yang tidak cukup atau minum cairan yang hipotonik). Dehidrasi hipertonik bisa juga terjadi jika anak mengalami muntah hebat, diabetes insipidus.

Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pasien yang mengalami dehidrasi antara lain:• Lesu, lemah dan lelah• Anoreksia, haus, hipotensi• Mukosa mulut kering, lidah kering, turgor kulit menurun• Oliguria• Takikardia, pusing, sinkop• Kesadaran menurun

Penatalaksanaan dehidrasi– Ketentuan umum:• Berikan maintenance cairan dan ganti cairan yang hilang• Ganti kehilangan cairan yang masih berlangsung, volume per volume• Pemberian cairan dibagi rata dalam 24 jam, kecuali keadaan khusus– Kebutuhan volume 24 jam/m2

• Maintenance: 1500 ml/m2 BSA (Body Surface Area)• Kekurangan volume cairan sedang + maintenance (penurunan BB

mendadak < 5%) 2400 ml/m2 BSA • Kekurangan volume cairan yang berat + maintenance (penurunan BB

mendadak > 5%) 3000 ml/m2 BSA 

2. Kelebihan Volume ECF • Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air

kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstisial sehingga menyebabkan edema. Edema dapat terlokalisir atau generalisata. 

• Terdapat dua manifestasi hipervolume atau overhidrasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial), yaitu hiperkalemia dan hipokalsemia.

• Hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, hiperkalemia ditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas sistem pencernaan.

• Sedangkan hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung.

Gambaran klinis pasien dengan overload– Distensi vena jugularis– Peningkatan tekanan vena sentral (>11 cm H2O)

– Peningkatan tekanan darah– Denyut nadi penuh, kuat– Melambatnya waktu pengosongan vena tangan (> 3 – 5 detik)– Edema perifer– Asites, efusi pleura– Edema paru akut : dispnea, takipnea, ronki basah di seluruh

lapang paru• Hasil pemeriksaan laboratorium– Penurunan hematokrit– Protein serum rendah– Ion Na serum normal, Na urine rendah (< 10 mEq/24 jam)– Penambahan BB 2 % = kelebihan ringan• Penambahan BB 5 % = kelebihan sedang• Penambahan BB 8 % = kelebihan berat

Penatalaksanaan

• Penatalaksanaan gangguan ini tergantung penyebabnya, prinsip pembatasan asupan ion Na dan cairan edema paru perlu tindakan yang cepat untuk menghindari preload yang besar (beban yang masuk jantung) dengan cara pemberian posisi fowler, pemberian diuretik kuat, dan pemberian oksigen.

•Ketidakseimbangan Osmolalitas dan Perubahan Komposisional

Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia.

Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium didalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma.

Macam-macam gangguan osmolalitas cairan

• HiponatremiaDisebabkan oleh cairan yang berlebihan atau ion Na yang berkurang (Na+ serum < 135 mEq/L). Keadaan ini menyebabkan pembengkakan sel (karena perpindahan air dari ECF ke ICF). Jika edema terjadi di sel otak, dapat menyebabkan peningkatan TIK dan akan mengancam jiwa. Terapi dari hiponatremia adalah dengan membuang air yang berlebihan atau mengganti ion Na.

• HipernatremiaKeadaan ini disebabkan oleh kadar Na serum > 145 mEq/L yang dapat menyebabkan hiperosmolalitas (ECF) sehingga psien akan mengalami dehidrasi ICF dan pengerutan sel. Penyebab utama dari keadaan ini adalah kehilangan air yang mengandung Na dan penambahan ion Na dengan kekurangan air.Penatalaksanaan hipernatremia dapat dilakukan dengan menurunkan ion Na serum, sebelum mencapai kadar kritis (> 160 mEq/L). Pada hipernatremia dengan normovolemia dapat diberikan cairan D5 per oral atau IV. Pada hipernatremia dengan hipervolemik dapat diberikan cairan D5 dan diuretik. Sedangkan pada pasien diabetes insipidus dapat diberikan desmopresin.

• Hipokalemia Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum < 3,5 mEq/L (K ion utama ICF). Hipokalemia berkaitan dengan alkalosis (karena alkalosis menyebabkan ion K berpindah dari ECF ke ICF). Penyebab dari keadaan ini adalah penurunan asupan kalium, kehilangan ion K lewat saluran cerna, ginjal, dan akibat luka bakar.Penatalaksanaan hipokalemia dapat dilakukan dengan prinsip memulihkan ke normovolemia dengan peningkatan asupan ion K per oral atau IV (tidak boleh > 20 mEq/L). Pemberian bolus KCl tidak boleh dilakukan secara IV karena dapat menyebabkan henti jantung.

• Hiperkalemia Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum > 5,5 mEq/L. keadaan ini merupakan keadaan darurat medis yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari disritmia dan henti jantung (cardiac arrest).

Keadaan hiperkalemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain:– Pengambilan darah vena yang buruk sehingga menyebabkan

lisis sel darah dan ion K keluar dari sel.– Ekskresi yang tidak memadai pada keadaan GGA dan GGK,

insufisiensi adrenal, hipoaldosteronisme, penyakit addison, dan diuretik hemat kalium (sprironolakton).

– Berpindahnya ion K dari ICF ke ECF pada kondisi asidosis metabolik (pada gagal ginjal) dan kerusakan jaringan (luka bakar luas, cedera remuk berat, dan perdarahan internal).

– Asupan yang berlebihan pada pemberian cepat larutan infus IV yang mengandung ion K, pemberian cepat transfusi darah yang disimpan, dan makan pengganti garam pada pasien gagal ginjal.

• Manifestasi klinis dari hiperkalemia antara lain kelemahan otot (paralisis flasid pada tungkai bawah lalu ke badan dan lengan), parestesia wajah, lidah, kaki, dan tangan, adanya mual, diare, kolik usus, oliguria dan anuria.

• Penatalaksanaan hiperkalemia pada kondisi ion K sangat tinggi (7 – 8 mEq/L) atau keadaan yang menunjukkan perubahan EKG sangat mencolok dan menunjukkan adanya ancaman henti jantung, penurunan ion K harus dilakukan dalam waktu 5 menit dengan memberikan 10 ml kalsium glukonat 10% IV secara perlahan dengan pemantauan EKG atau dengan pemberian 500 ml glukosa 10% dengan insulin dalam waktu 30 menit.

Prinsip Pengkajian• Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

– Riwayat Keperawatan SekarangPada umumnya anak masuk rumah sakit dengan dehidrasi, muntah, tinja bercampur lendir dan atau darah, napsu makan menurun, penurunan BB, mata cekung, mukosa bibir dan mulut kering, kulit kering, suhu badan meningkat, perdarahan, luka bakar, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.

 – Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

 – Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.

Cont…

– Pengkajian FisikPengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria, mental status, membran mukosa, turgor kulit, warna kulit dan CRT.

•  

• Masalah keperawatan yang mungkin muncul» Gangguan keseimbangan volume cairan: kurang dari

kebutuhan tubuh» Gangguan keseimbangan volume cairan tubuh:

berlebihan» Kerusakan membran mukosa mulut» Gangguan integritas kulit» Gangguan perfusi jaringan» Pola nafas tidak efektif» Penurunan kardiak output

TERIMA KASIH