Upload
lauki
View
1.413
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Peranan Guru Bimbingan Konseling
Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau
memegang pimpinan yang terutama. Peranan menurut Levinson sebagaimana
dikutip oleh Soekamto (1999:97), sebagai berikut Peranan adalah suatu konsep
prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
Biddle dan Thomas dalam Soekamto (1999:97) menyatakan, peranan
adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang
diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga,
perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi
penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.
Peranan menurut Getzels dalam Soekamto (1999:98), “That roles are
defined in terms of role expectations-the normative rights and duties that define
within limits what a person should or should not do under various circumtances
while he is the incumbent a particular role within an intitution .” Dari pendapat
Getzels tersebut, maka peranan dapat didefinisikan dalam terminologi harapan-
11
harapan peranan yang bersifat kebenaran normatif dan menetapkan batasan-
batasan kewajiban-kewajiban apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan seseorang secara khusus di dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu,
setiap kita berbicara tentang peranan seseorang di dalam suatu organisasi
termasuk juga organisasi sekolah/madrasah tentunya, selalu berupa peranan-
peranan yang normatif atau yang ideal-ideal saja.
Peranan adalah aspek dinamis yang melekat pada posisi atau status
seseorang di dalam suatu organisasi seperti yang dinyatakan oleh Lipham & Hoeh
(Soekamto:1999:97), “We indicate that a role is a dynamis aspect of a position,
office, or status in institution.”.Karena peranan bersifat dinamis, maka ia
berkembang terus sesuai dengan tuntutan kebutuhan organisasi.
Soekanto (1999:99) menyatakan bahwa peranan (role) merupakan aspek
dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu
peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
kesempatankesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya”
(Soekanto, 2004:243).
Berdasarkan pendapat Soejono Soekanto peranan dapat mencakup 3 (tiga)
hal, yaitu :
1. peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian-
12
rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan
2. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi
3. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2004:244).
Berdasarkan pendapat tersebut, peranan mencakup tiga aspek. Pertama,
peranan merupakan penilaian dari perilaku seseorang yang berada di masyarakat.
Perilaku seseorang yang berkaitan dengan posisi dan kedudukannya di
masyarakat. Perilaku tersebut diatur dengan peraturan yang berlaku untuk
membimbing seseorang di masyarakat. Kedua, peranan merupakan konsep-
konsep yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat sesuai dengan
kedudukannya. Ketiga, peranan merupakan perilaku seseorang yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Konsep tentang peranan (role) menurut Komarudin dalam Soekamto
(1999:101)adalah sebagai berikut:
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.
2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada
padanya.
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat. (Komarudin, 1994:768)
13
Berdasarkan pendapat- pendapat di atas peranan diatur oleh norma-norma
yang berlaku. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat
merupakan unsur statis yang menentukan perilaku seseorang. Pola perilaku yang
dilakukan dalam kelompok merupakan karakteristik dari individu. Perilaku dari
setiap individu merupakan hubungan sebab akibat dalam pranata sosial.
Peranan menurut pendapat Soerjono Soekanto tersebut mencakup tiga hal,
yaitu tentang hak dan kewajiban, perilaku, serta tanggapan. Ketiga hal tersebut
sangat menentukan bagaimana seseorang menjalankan peranannya. Hak dan
kewajiban merupakan acuan seseorang dalam menjalankan peranan. Perilaku
merupakan tindakan-tindakan seseorang berdasarkan norma dan etika dalam
menjalankan peranan. Tanggapan merupakan penilaian dari pihak lain terhadap
orang yang telah melaksanakan peranan.
Peranan guru bimbingan konseling pada dasarnya adalah membantu siswa
agar dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya melalui hubungan
interpersonal yang akrab dan saling percaya. Wina Senjaya (2006 dalam
http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/1) menyebutkan salah satu peran yang
dijalankan oleh guru bimbingan konseling yaitu sebagai pembimbing dan untuk
menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang
sedang dibimbingnya.
Guru bimbingan konseling berusaha membimbing siswa agar dapat
menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat
14
mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan
ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri
dan produktif. Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak ada dua individu
yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan
tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat,
kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk
yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga.
Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.
Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan
tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah
dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia
memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah.
Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna,
tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabimbingan konseling an
tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara
menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama.
Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak dapat memaksa agar
siswanya jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi
seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah
menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang
sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya.
15
Lebih jauh, Abin Syamsuddin (dalam
http://ypk.or.id/in/berita-a-artikel/artikel) menyebutkan bahwa guru bimbingan
konseling dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami
kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam
batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).
Menurut Bimo Walgito dalam Soetjipto (1999: 62), peranan guru
bimbingan konseling di sekolah meliputi;
1. Mengatasi kesulitan dalam belajar siswa, sehingga memperoleh prestasi yang
tinggi.
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan
saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan study.
5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah-masalah
sosial-emosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang
bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga,
dan lingkungan yang lebih luas.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam
kegiatan bimbingan konseling , yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik
maupun umum.
16
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi
dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
B. Tugas Guru Bimbingan Konseling
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab,
wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan
17
pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Menurut PP no. 74 tahun 2008, Guru bimbingan dan konseling/konselor
memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait
dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Tugas guru bimbingan dan
konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial
dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing
anak-anak dan siswa guru harus memperhatikan segala aspek
psikologi ,perkembangan ,ingatan, memori dan pola berpikir anak .Hal ini penting
untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada pada
siswa atau anak agar anak dan siswa mampu tumbuh dan perkembang sesuai
18
dengan harapan orang tua,guru dan masyarakat Permasalahan yang ada pada anak
hendaknya penyelesaiannya melibatkan komponen orang tua, guru , masyarakat
dan konsuler.
Bimbingan dan konseling membantu kepala sekolah dalam kegiatan -
kegiatan sebagai berikut :
1. Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.
3. Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi
dalam kegiatan belajar
4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh
gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.
5. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.
6. Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling
7. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.
8. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling.
9. Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Orang tua, guru dan masyarakat harusnya memahami bahwa tugas sebagai
guru hanya kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang
tinggi tetapi juga mampu mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan
kecerdasan emosian yang terkadang kecerdasan emosian dan spiritual yang
mampu membawa kesuksesan terhadap anak dalam kehidupan di masyarakat.
19
Dalam belajar haruslah diperhatikan faktor yang memperbaruhi sisiwa
dalam memperoleh dan mengingat pengetahuan . Oleh sebab itu guru haruslah
memperhatikan hal tersebut dalam memlakukan pembelajaran dikelas dengan
memperhatikan hal tersebut pengetahuan yang diberikan oleh guru akan menjadi
ingatan yang setia dalam memori siswa.
Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing
anak-anak dan siswa guru harus memperhatikan segala aspek
psikologi ,perkembangan ,ingatan, memori dan pola berpikir anak. Hal ini penting
untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada pada
siswa atau anak agar anak dan siswa mampu tumbuh dan perkembang sesuai
dengan harapan orang tua,guru dan masyarakat Permasalahan yang ada pada anak
hendaknya penyelesaiannya melibatkan komponen orang tua, guru , masyarakat
dan konsuler.
Orang tua, guru dan masyarakat harusnya memahami bahwa tugas sebagai
guru hanya kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang
tinggi tetapi juga mampu mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan
kecerdasan emosian yang terkadang kecerdasan emosian dan spiritual yang
mampu membawa kesuksesan terhadap anak dalam kehidupan di masyarakat.
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang
melatarbelangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural
dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan
berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu:
20
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada
dalam pendidikan, salah satunya komponen_bimbingan.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatarbelakangi perlunya
proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin
diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju
lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang
melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
1. Masalah perkembangan individu
2. Masalah perbedaan individual
3. Masalah kebutuhan individu
4. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
5. Masalah belajar
C. Fungsi Guru Bimbingan Konseling
Dalam melaksanakan bimbingan di sekolah, di samping guru – guru telah
diadakan penugasan khusus, yaitu orang – orang yang memilki keahlian tertentu
dalam bidang yang diperlukan dalam melaksanakan bimbingan tersebut.
21
Hal yang demikian memang lebih baik dan efisien karena untuk
melaksanakan bimbingan diperlukan pengetahuan dan kecakapan kecakapan
tertentu seperti kecakapan dalam menyusun test-test kepada anak-anak yang
bersangkutan dan mengolah hasil test tersebut. Dengan adanya guru bimbingan
yang membina kerjasama dengan para guru bidang studi serta pegawai lainnya
maka program bimbingan akan lebih berhasil dengan baik karena guru – guru
lebih dekat dan lebih dapat mengetahui keadaan pribadi siswanya.
Adapun fungsi bimbingan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Memperhatikan individu anak
Bimbingan itu menyangkut semua usaha pendidikan, dengan kata lain
bimbingan meliputi semua usaha, juga dari uraian terdahulu telah kita ketahui
bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam
usaha memecahkan kesulitan yang dialaminya. Ini berarti bahwa fungsipokok
dari bimbingan adalah menolong siswa yang butuh bantuan. Macam bantuan
yang dibutuhkan oleh tiap siswa berbeda – beda meskipun ada kemungkinan
bahwa masalah atau kesulitan yang dihadapinya sama. Oleh karena itu, untuk
melaksanakan bimbingan, sebaiknya diperlukan adanya pengetahuan yang
lengkap tentang individu yang bersangkutan, misalnya mengenai bakat, minat,
latar belakang keluarga dan sebagainya yang ada hubungannya dengan
bantuan yang akan diberikan.
22
Dengan demikian, dengan adanya bimbingan di sebuah sekolah berarti
membantu sekolah dalam usahanya memperhatikan dan memenuhi kebutuhan
anak – anak sebagai individu.
b. Mendekatkan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Maksud adanya bimbingan di sekolah ialah meliputi menyediakan pelayanan
yang akan memenuhi kebutuhan tertentu dari siswa di dalam pertumbuhan
dan pengembangannya. Adapun pelayanan tersebut meliputi:
Penyesuaian dan perkembangan pribadi
Penyesuaian dalam kemajuan pendidikan
Penyesuaian dan pengembangan pekerjaan
Follow-up setelah selesai dari sekolah
Melihat adanya pelayanan-pelayanan di atas, ternyata betapa banyak
kebutuhan (masalah) yang mungkin dihadapi siswa dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, apalagi sering kita dengar keluhan-keluhan yang
mengatakan bahwa lulusan sekolah saat ini cukup banyak yang tidak dapat
bekerja (tentu terlepas dari lapangan kerja yang tersedia), jumlah
pengangguran makin bertambah, penyimpangan moral pelajar, dan
sebagainya.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan bimbingan diperlukan adanya
hubungan saling pengertian dan keterbukaan antara sekolah dengan orang tua
23
murid, lembaga – lembaga sosial dan keagamaan serta pihak-pihak lain yang
khususnya memperhatikan masalah pendidikan.
c. Membimbing Siswa Ke Arah Jabatan atau Pekerjaan Yang Sesuai
Pekerjaan, Profesi yang dijalani karena desakan orang tua, tradisi ataupun
pandangan – pandangan tertentu, yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat,
bakat, kemampuan dan pembawaannya yang berdampak secara psikologis
bagi anak saat ini maapun di kemudian hari kelak. Dengan adanya bimbingan
diharapkan siswa dapat diarahkan sekaligus mampu mengarahkan dirinya
sendiri dalam memilih profesinya kelak yang sesuai dengan bakat, minat,
serta kemampuannya masing-masing sehingga pekerjaan yang kemudian hari
mereka geluti dapat memberikan hasil maksimal baik kepada dirinya sendiri
maupun kepada masyarakat.
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan
konseling, yaitu:
a. Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu
menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang
ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan
ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri
kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk
24
memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan
anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa
untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik
bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga
membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf
sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan
ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing
menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta
kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk
merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa
memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita,
kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)
D. Kreativitas Belajar
Kreativitas pada dasarnya merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa atau sesuatu yang kurang lazim,
mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru yang menunjukkan
kelancaran dalam berfikir rasional. Jadi kreativitas merupakan suatu daya kreasi
25
seseorang yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mampu menelorkan
sesuatu yang berharga. Kreativitas adalah merupakan kemampuan yang
berhubungan dengan daya pikir untuk mencari, menemukan sesuatu yang baru
atau melakukan inisiatif kebijakan terhadap pekerjaan di sekolah yang diemban
oleh guru-guru maupun kepala sekolah. Masalah kreativitas merupakan suatu
bagian yang sangat penting sekali di dalam diri manusia, lebih-lebih dalam rangka
melakukan tugas dan kegiatan serta segala bentuk aktivitas dalam upaya kegiatan
melangsungkan kehidupan di dunia ini. Tanpa adanya kreativitas, maka sulit
sekali bagi seseorang untuk dapat berkembangan, apalagi keinginan-keinginan
untuk dapat mencapai tingkat produksi kerja yang maksimal. Dengan kata lain
bahwa produksi kerja seseorang dapat menjadi maksimal, apabila adanya
kreativitas yang tinggi untuk menunjang loyalitas kerja seseorang. Maka oleh
karena itulah setiap manusia harus memiliki kreativitas dalam melakukan tugas
dan pekerjaan. Kreativitas tersebut merupakan faktor kejiwaan yang dibawa dari
sejak lahir, dan juga timbul akibat motivasi ingin maju dan ingin berkembang ke
arah yang positif dan baik.
Adapun definisi dari kreativitas adalah sebagai mana yang diungkapkan
dalam kutipan ini bahwa :
“Kreativitas ialah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungaqn dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru, yang menunjukkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berfikir”.(Utami Munandar,1999 : 168).
26
Dalam bagian pengertian dari kreativitas tersebut adalah sebagai mana
yang tertera di dalam Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa :
“kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta, daya cipta”.(Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2005 : 599).
Berdasarkan analisis faktor menurut Guilford, bahwa ada lima sifat yang
menjadi ciri kemampuan dalam berfikir kreatif, yakni
“kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition)”. (Dedi Supriadi : 1994 : 7).
Kelancaran adalah suatu kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan. Keluwesan adalah suatu kemampuan untuk mengemukakan bermacam-
macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Orisinalitas adalah suatu
kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise.
Elaborasi adalah suatu kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci.
Redefinisi adalah suatu kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan
perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang. Jadi
kreativitas disini merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dan indikator kreativitas itu antara lain
meliputi : kelancaran, keluwesan, orisinalitas, elaborasi, dan redefinisi. Gowan
(1972) mengelompokkan teori-teori kreativitas tersebut kedalam tiga kategori,
yaitu :
27
”(1). Kognitif, rasional, dan semantik, (2). Faktor-faktor keperibadian dan lingkungan, (3). Kesehatan mental dan penyesuaian diri, (4). Psikoanalitik dan neo psikoanalitik, (5). Psikodelik yang menekankan aspek eksistensia dan non rasional manusia”.(Dedi Supriadi, 1994 : 8). Berdasarkan teori psikoanalitik menganggap bahwa proses ketidak
sadaran itu melandasi kreativitas. Kreativitas merupakan manifestasi dari
psikopathologi. Sedangkan teori asosiasi memandang bahwa kreativitas itu adalah
sebagai hasil dari proses asosiasi dan kombinasi antara elemen-elemen yang telah
ada, sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru. Dan menurut teori Gestal
memandang bahwa kreativitas adalah sebagai manifestasi dari proses tilikan
individu terhadap lingkungannya secara holistik. Dan menurut teori eksistensial
mengemukakan bahwa kreativitas itu merupakan proses untuk melahirkan sesuatu
yang baru melalui perjumpaan antara manusia dengan manusia dan manusia
dengan alam. Dan teori interpersonal menafsirkan tentang kreativitas dalam
kontek lingkungan sosial, dimana posisi kreator sebagai inovator dan orang yang
di sekeliling sebagai pihak yang mengakui hasil kreativitasnya, dan teori ini
menekankan kepada betapa pentingnya nilai dan makna dari suatu karya yang
kreatif. Sedang teori sifat atau ciri memberikan tempat khusus kepada usaha
untuk mengidentifikasi ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik utama kreativitas
tersebut. Menurut Amabile (1983) bahwa suatu produk atau respon seseorang
dikatakan kreatif apabila menurut penilaian orang yang akhli atau pengamat yang
mempunyai kewenangan dalam bidang itu bahwa itu kreatif. Jadi kreativitas
28
adalah merupakan kualitas suatu produk atau respon yang dinilai kreatif oleh
pengamat yang ahli.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003).
Teori belajar sangat beraneka ragam. Setiap teori mempunyai landasan
sebagai dasar perumusan. Bila ditinjau dari landasan itu, teori belajar dapat
dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu teori asosiasi dan gestlat. Kedua
macam teori inilah yang banyak berkembang melalui berbagai penelitian maupun
eksperimen para ahli, sehingga muncul berbagai macam teori yang beraneka
ragam (Ali, 2004:39).
Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada
prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta
prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi
subjek didik. Teori semacam ini boleh diterima dengan suatu alasan bahwa dari
struktur kognitif itu dapat mempengaruhi perkembangan afeksi ataupun
penampilan seseorang (Sardiman dalam Ali, 2004:40).
Dalam praktek pengajaran, penggunaan suatu dasar teori untuk segala
situasi merupakan tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar pun
yang cocok untuk segala situasi. Karena masing-masing mempunyai landasan
yang berbeda dan cocok untuk situasi tertentu. Robert M Gagne yang dikutip ke
29
dalam buku Ali mencoba melihat berbagai macam teori belajar dalam satu
kebulatan yang saling melengkapi dan tidak bertentangan. Menurut Gagne belajar
mempunyai delapan tipe. Ke delapan tipe itu bertingkat-ada hiararchi dalam
masing-masing. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di
atasnya. Adapun tipe yang dimaksud, yaitu belajar isyarat, belajar stimulus,
belajar rangkaian, Asosiasi verbal, belajar diskriminasi, belajar konsep, belajar
aturan dan belajar pemecahan masalah.
Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu yang di dalamnya ia tak
dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan untuk
menghadapi tantangan-tantangan, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-
rintangan dalam aktivitasnya (Sahabuddin dalam Munandar:1992,108).
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subjek
belajar. Ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak
faktor yang berpengaruh itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi
faktor intern diri si subjek belajar dan faktor ekstern si subjek belajar.
Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang terjadi pada
diri seseorang yang melakukannya. Dimana interaksi individu dalam lingkungan
yang membawa perubahan sifat, tindakan, perbuatan, dan tingkah laku.
Belajar pada dasarnya proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman dan sebagai hasil dari interaksi dalam lingkungannya. Unsur
lingkungan yang disebutkan pada hakikatnya berfungsi sebagai lingkungan
30
belajar seseorang, yakni lingkungan tempat ia tinggal dan berinteraksi sehingga
menumbuhkan kegiatan belajar pada dirinya.
Suryabrata (dalam Slameto 2003:40) menegaskan bahwa perubahan
tingkah laku pada individu akibat belajar terjadi dengan disadari atau disengaja.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, Syaiful Bachrie dalam bukunya " Prestasi
belajar dan Kompetensi Guru" (1998 : 21) menyatakan bahwa " Belajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan
dari bahan yang telah dipelajari ". Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan
dalam diri individu. Dengan demikian, belajar dikatakan berhasil bila telah tedadi
perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan dalam diri
individu,, maka belajar dikatakan tidak berhasil. Belajar adalah suatu aktivitas
yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya perubahan dalam
diri individu, dalam arti menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya.
Kreativitas belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar,dalam
pengertian kreativitas beberapa ahli berpendapat denganberdasarkan latar
belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda,diantaranya sebagai berikut :James
R. Evans mendefinisikan kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan
pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru danmembentuk kombinasi-
kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yangtelah tercetak dalam pikiran.
Kreativitas di sini memerlukan adanya modal yaitu konsep dalam pikiran
untuk dilahirkan kembali dalam bentukyang berbeda, dalam pemecahan masalah,
dia tidak harus mencari jawabanbaru tetapi dia hanya perlu menggali informasi-
31
informasi dalampikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan dalam bentuk solusi
terhadapproblem tersebut.Sedangkan Rogers menekankan bahwa sumber dari
kreativitasadalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri,
mewujudkanpotensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang,
kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan
organisme.
Kreativitas dapat dinilai ketika hal tersebut tertuang dalam suatu tindakan
nyata, ketika pemikiran baru belum dituangkan, maka itu adalah prosesmenuju
kreativitas.Jadi, kreativitas tetaplah berpusat di otak manusia, kreativitasterjadi
karena keseluruhan bagian otak bekerja secara bersamaan terpadupada satu waktu
tertentu dengan tetap melakukan spesialisasi masingmasing,otak dengan sigap
menanggapi setiap informasi yang masuk.kadar pengelolahan otak akan sangat
menentukan tingkat kreativitasseseorang karena itu otak harus dilatih, tidak hanya
dengan makananbergizi tapi dengan latihan berfikir yang terus-menerus.
Untuk dapat melahirkan kreativitas, seseorang harus dapat memanfaatkan
kedua sifat otak (kiri dan kanan). Otak kiri yang bersifat logika, berurutan,
lisan,pertambahan,dan dominan. Sedangkan otak kanan bersifat emosi,lompatan,
visual, menyeluruh, dan tersembunyi. Akhir-akhir ini, istilaho tak kanan telah
digunakan sebagai cara popular untuk menyatakankreatif, artistik, dan rapi.
Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasaantara kedua otak.Kreativitas
adalah suatu ketrampilan, dikarenakan kreativitasmerupakan hasil sebuah latihan
maka harus diupayakan secara terus- menerus agar tidak menjadi lumpuh.
32
Artinya, siapa saja yang berniatuntuk menjadi kreatif dan ia mau melakukan
latihan-latihan yang benar maka ia akan menjadi kreatif.
Berdasakan konsep tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kreativitas adalah hasil sebuah latihan yang unik, berbeda, dan lebih baik serta
bermanfaat.Sedangkan belajar diartikan sebagai suatu proses usaha
yangdilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku baru secarakeseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksidengan lingkungan.
Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dan persepsi dan tingkan
laku, termasuk juga perubahan perilaku.Lingkungan belajar merupakan faktor
penting dalam pendidikan, yaitu guru dan orang tua yang dapat membantu dalam
proses belajar, yang akan dapat membentuk lingkungan pembelajaran. Jadi,
kreativitas belajar adalah adalah kemampuan siswa untuk menciptakan cara
belajar sendiri yang dapat mempermudah dirinya dalam belajar.
Siswa kreatif memiliki kemampuan berpikir yang sangat tinggi, ia
menganalisis sesuatu secara rasional dan fleksibel. Ia mampu mengerjakan apa-
apa yang tidak dapat diperkirakan oleh orang lain. Siswa kreatif juga mampu
memberikan berbagai alternative jawaban atas suatu permasalahan yang
dihadapinya. Selalu ingin maju dan mau menghadapi berbagai tantangan.
E. Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Hubungannya Dengan Kreativitas
Siswa
Seiring perkembangannya, guru bimbingan konseling membawa angin
segar perubahan dalam suasana dan proses pendidikan di sekolah. Fokus kerjanya
33
jelas dan tegas, yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh Ivey dan Goncalves
dalam Faturahman(2003:87), menghadapi kemungkinan-kemungkinan
munculnya psychological problems dalam kehidupan siswa dan proses tumbuh-
kembang siswa dalam konteks pendidikan. Begitu pula dalam halnya dalam
konteks kebijakan yang tertuang dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan
dan konseling dalam pendidikan formal di Indonesia (Dikti, 2008) dijelaskan
bahwa jika di dalam Permendiknas No. 23/2006 dirumuskan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran
bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui
pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk
mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity
development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Begitu pula
sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan
menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.
Guru bimbingan dan konseling sebagai bagian integral yang tidak
terpisahkan dari sistem pendidikan memiliki peran penting dan strategis dalam
mendukung pencapaian tujuan pendidikan yang holistik. Tujuan utama layanan
bimbingan konseling di sekolah adalah memberikan dukungan pada pencapaian
kematangan kepribadian, keterampilan sosial, kemampuan akademik, dan
bermuara pada terbentuknya kematangan karir individual yang diharapkan dapat
bermanfaat di masa yang akan datang.
34
Bowers dan Hatch (2000, dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/) bahkan menegaskan bahwa
program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat komprehensif
dalam ruang lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam disain, dan
bersifat pengembangan dalam tujuannya (comprehensive in scope, preventive in
design, and developmental in nature). Pertama, bersifat komprehensif berarti
program bimbingan konseling harus mampu memfasilitasi capaian-capaian
perkembangan psikologis siswa dalam totalitas aspek bimbingan (baik pribadi-
sosial, akademik, dan karir). Layanan yang diberikan pun tidak hanya terbatas
pada siswa dengan karakter dan motivasi unggul serta siap belajar saja. Layanan
bimbingan konseling ditujukan untuk seluruh siswa tanpa syarat apapun. Dengan
harapan, setiap siswa dapat menggapai sukses di sekolah dan menunjukkan
kontribusi nyata dalam masyarakat.
Kedua, bersifat preventif dalam disain mengandung arti bahwa pada
dasarnya tujuan pengembangan program bimbingan konseling di sekolah
hendaknya dilakukan dalam bentuk yang bersifat preventif. Upaya pencegahan
dan antisipasi sedini mungkin (prevention education) hendaknya menjadi
semangat utama yang terkandung dalam kurikulum bimbingan yang diterapkan di
sekolah (kegiatan klasikal). Melalui cara yang preventif tersebut diharapkan siswa
mampu memilah sikap dan tindakan yang tepat dan mendukung pencapaian
perkembangan psikologis ke arah yang ideal dan positif. Beberapa program yang
dapat dikembangkan seperti pendidikan multikultarisme dan antikekerasan,
35
mengembangkan keterampilan resolusi konflik, pendidikan seksualitas, kesehatan
reproduksi, dan lain-lain.
Ketiga, bersifat pengembangan dalam tujuan didasari oleh fakta di
lapangan bahwa layanan bimbingan dan konseling sekolah selama ini justru
kontraproduktif terhadap perkembangan siswa itu sendiri. Kegiatan layanan
bimbingan dan konseling sekolah yang berkembang di Indonesia selama ini lebih
terfokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat administratif dan klerikal
(Kartadinata, 2003), seperti mengelola kehadiran dan ketidakhadiran siswa,
mengenakan sanksi disiplin pada siswa yang terlambat dan dianggap nakal.
Dengan demikian, wajar apabila dalam masyarakat dan bagi siswa-siswa sendiri
guru bimbingan dan konseling distigmakan sebagai polisi sekolah. Konsekuensi
kenyataan ini, pada akhirnya menyebabimbingan konseling an layanan bimbingan
dan konseling yang diselenggarakan di sekolah akhirnya terjebak dalam
pendekatan tradisional dan intervensi psikologis yang berorientasi pada
paradigma intrapsikis dan sindrom klinis.
Pendekatan dan tujuan layanan bimbingan dan konseling pada dasarnya
tidak hanya berkaitan dengan perilaku menyimpang dan bagaimana mencegah
penyimpangan perilaku tersebut, melainkan juga berurusan dengan
pengembangan perilaku efektif (Kartadinata, 1999;11). Sudut pandang
perkembangan ini mengandung implikasi luas bahwa pengembangan perilaku
yang sehat dan efektif harus dapat dicapai oleh setiap individu dalam konteks
lingkungannya masing-masing. Dengan demikian, bimbingan dan konseling
36
seharusnya perlu diarahkan pada upaya memfasilitasi individu agar menjadi lebih
sadar terhadap dirinya, terampil dalam merespon lingkungan, serta mampu
mengembangkan diri menjadi pribadi yang bermakna dan berorientasi ke depan.
(Kartadinata, 1999:14).
F. Peran Guru Bimbingan Konseling Terhadap Peningkatan Kreativitas
Belajar Siswa
Kreativitas siswa dalam belajar tidak terlepas dari peran aktif guru yang
mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis,
kondusif dan menggairahkan dan mampu memberi semangat kepada siswa. Di
samping itu, keberhasilan juga ditentukan oleh seberapa besar tujuan belajar dapat
dicapai, yang diukur dari hasil belajar
Dengan demikian kreativitas merupakan suatu konsep yang sangat
penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang
dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan - tujuan
dicapai atau tingkat pencapaian tujuan (Prokopenko,1987. dalam
www.depdiknas.go.id),
Sementara itu kretivitas belajar dapat pula dikatakan sebagai tindakan
terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan
pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola
berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas
atau pekerjaan tertentu (Bramley,1996 dalam www.depdiknas.go.id).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kreativitas belajar adalah
37
tingkat pencapaian tujuan pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut berupa
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui
proses pembelajaran.
Kreativitas dapat dipandang sebagai produk sebagai proses adalah
kemampuan mengidentifikasi banyak kemungkian solusi pada persoalan tertentu.
Sebagai suatu proses yang dimaksudkan adalah upaya yang bersifat imajinatif,
tidak konvensional, estetis, fleksibel, integrasi informasi dan proses sejenis, atau
setiap tindakan, gagasan atau produk yang mengubah domain yang ada atau
domain yang baru (Csikzentmihalyi,1996. Dalam www.pikiranrakyat.co.id).
Kreativitas sebagai produk berkaitan dengan penemuan sesuatu,
memproduksi sesuatu yang baru, dari pada akumulasi keterampilan atau berlatih
pengetahuan dan mempelajari buku. Kreativitas berkaitan dengan apa yang
dikembangkan. Kreativitas bukanlah ciri kepribadian, tetapi keterampilan atau
proses yang menghasilkan produk yang kreatif.
Peran guru bimbingan konseling dalam meningkatkan kreativitas belajar
sangatlah penting mengingat tugas guru bimbingan konseling sebagai motifator,
inspirtor, evaluator, dan lain sebagainya.
Menurut Munandar (1999:28), Untuk meningkatkan kreativitas siswa,
maka guru perlu melakukan upaya-upaya sebagai berikut.
1. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan,
wawasan, dan imajinasi tentang bagaimana melakukan intensifikasi.
38
Berkembangnya gagasan dan wawasan akan memperluas cakrawala pandang
siswa dan akhirnya mengembangkan peluang tumbuhnya motivasi.
2. Mengembangkan imajinasi dengan kemampuan melakukan orientasi jangka
panjang, agar mereka tidak terpaku pada keberhasilan sesaat, tetapi tetap
menjaga keberlanjutan keberhasilan.
3. Mengembangkan inisiatif dan minat siswa untuk melakukan sesuatu yang
baru dengan cara-cara baru, agar mendapatkan pengalaman baru tanpa takut
menghadapi kegagalan. Keberhasilan atau kegagalan merupakan bagian
pembelajaran kreativitas.
4. Mengembangkan sifat ingin tahu sebagai upaya pengembangan pola pikir
produktif dan berkembangnya produk kreatif.
5. Memberikan dorongan semangat dan sikap percaya diri agar lebih berani
mengemukan pendapat, memberikan prinsip tegas, tidak ada keraguan diri dan
tumbuhnya rasa percaya diri yang akan mengembangkan kreativitas
seseorang.