49
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peranan Guru Bimbingan Konseling Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama. Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soekamto (1999:97), sebagai berikut Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Biddle dan Thomas dalam Soekamto (1999:97) menyatakan, peranan adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam

Bab ii

  • Upload
    lauki

  • View
    1.413

  • Download
    9

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Bab ii

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Peranan Guru Bimbingan Konseling

Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau

memegang pimpinan yang terutama. Peranan menurut Levinson sebagaimana

dikutip oleh Soekamto (1999:97), sebagai berikut Peranan adalah suatu konsep

prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial

masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan  dengan  posisi 

atau  tempat  seseorang  dalam  masyarakat, peranan  dalam  arti  ini  merupakan 

rangkaian  peraturan-peraturan  yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan.

Biddle  dan  Thomas dalam Soekamto (1999:97) menyatakan,  peranan 

adalah  serangkaian  rumusan  yang membatasi  perilaku-perilaku  yang 

diharapkan  dari  pemegang  kedudukan  tertentu. Misalnya  dalam  keluarga, 

perilaku  ibu  dalam  keluarga  diharapkan  bisa  memberi anjuran,  memberi 

penilaian,  memberi  sangsi  dan  lain-lain.

Peranan menurut Getzels dalam Soekamto (1999:98), “That roles are

defined in terms of role expectations-the normative rights and duties that define

within limits what a person should or should not do under various circumtances

while he is the incumbent a particular role within an intitution .” Dari pendapat

Getzels tersebut, maka peranan dapat didefinisikan dalam terminologi harapan-

Page 2: Bab ii

11

harapan peranan yang bersifat kebenaran normatif dan menetapkan batasan-

batasan kewajiban-kewajiban apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh

dilakukan seseorang secara khusus di dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu,

setiap kita berbicara tentang peranan seseorang di dalam suatu organisasi

termasuk juga organisasi sekolah/madrasah tentunya, selalu berupa peranan-

peranan yang normatif atau yang ideal-ideal saja.

Peranan adalah aspek dinamis yang melekat pada posisi atau status

seseorang di dalam suatu organisasi seperti yang dinyatakan oleh Lipham & Hoeh

(Soekamto:1999:97), “We indicate that a role is a dynamis aspect of a position,

office, or status in institution.”.Karena peranan bersifat dinamis, maka ia

berkembang terus sesuai dengan tuntutan kebutuhan organisasi.

Soekanto (1999:99) menyatakan bahwa peranan (role) merupakan aspek

dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu

peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta

kesempatankesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya”

(Soekanto, 2004:243).

Berdasarkan pendapat Soejono Soekanto peranan dapat mencakup 3 (tiga)

hal, yaitu :

1. peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian-

Page 3: Bab ii

12

rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan

2. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam

masyarakat sebagai organisasi

3. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2004:244).

Berdasarkan pendapat tersebut, peranan mencakup tiga aspek. Pertama,

peranan merupakan penilaian dari perilaku seseorang yang berada di masyarakat.

Perilaku seseorang yang berkaitan dengan posisi dan kedudukannya di

masyarakat. Perilaku tersebut diatur dengan peraturan yang berlaku untuk

membimbing seseorang di masyarakat. Kedua, peranan merupakan konsep-

konsep yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat sesuai dengan

kedudukannya. Ketiga, peranan merupakan perilaku seseorang yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Konsep tentang peranan (role) menurut Komarudin dalam Soekamto

(1999:101)adalah sebagai berikut:

1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.

2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada

padanya.

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat. (Komarudin, 1994:768)

Page 4: Bab ii

13

Berdasarkan pendapat- pendapat di atas peranan diatur oleh norma-norma

yang berlaku. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan

posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat

merupakan unsur statis yang menentukan perilaku seseorang. Pola perilaku yang

dilakukan dalam kelompok merupakan karakteristik dari individu. Perilaku dari

setiap individu merupakan hubungan sebab akibat dalam pranata sosial.

Peranan menurut pendapat Soerjono Soekanto tersebut mencakup tiga hal,

yaitu tentang hak dan kewajiban, perilaku, serta tanggapan. Ketiga hal tersebut

sangat menentukan bagaimana seseorang menjalankan peranannya. Hak dan

kewajiban merupakan acuan seseorang dalam menjalankan peranan. Perilaku

merupakan tindakan-tindakan seseorang berdasarkan norma dan etika dalam

menjalankan peranan. Tanggapan merupakan penilaian dari pihak lain terhadap

orang yang telah melaksanakan peranan.

Peranan guru bimbingan konseling pada dasarnya adalah membantu siswa 

agar dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya melalui hubungan

interpersonal yang akrab dan saling percaya. Wina Senjaya (2006 dalam

http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/1) menyebutkan salah satu peran yang

dijalankan oleh guru bimbingan konseling yaitu sebagai pembimbing dan untuk

menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang

sedang dibimbingnya.

Guru bimbingan konseling berusaha membimbing siswa agar dapat

menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat

Page 5: Bab ii

14

mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan

ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri

dan produktif.  Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak ada dua individu

yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan

tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat,

kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk

yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga.

Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.

Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan

tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah

dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia

memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah.

Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna,

tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabimbingan konseling an

tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara

menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama.

Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak dapat memaksa agar

siswanya jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi

seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah

menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang

sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya.

Page 6: Bab ii

15

Lebih jauh, Abin Syamsuddin (dalam

http://ypk.or.id/in/berita-a-artikel/artikel) menyebutkan bahwa guru bimbingan

konseling dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami

kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam

batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).  

Menurut Bimo Walgito dalam Soetjipto (1999: 62), peranan guru

bimbingan konseling di sekolah meliputi;

1. Mengatasi kesulitan dalam belajar siswa, sehingga memperoleh prestasi yang

tinggi. 

2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan

saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial. 

3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani. 

4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan study. 

5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah-masalah

sosial-emosional di sekolah  yang bersumber dari sikap murid yang

bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga,

dan lingkungan yang lebih luas.

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam

kegiatan bimbingan konseling , yaitu:

1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,

laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik

maupun umum. 

Page 7: Bab ii

16

2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal

pelajaran dan lain-lain. 

3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta

reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan

swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi

dinamika di dalam proses belajar-mengajar. 

4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar

siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. 

5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar. 

6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan

dan pengetahuan. 

7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses

belajar-mengajar. 

8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. 

9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam

bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan

bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

B. Tugas Guru Bimbingan Konseling

Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab,

wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap

peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan

Page 8: Bab ii

17

pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,

minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.

Menurut PP no. 74 tahun 2008, Guru bimbingan dan konseling/konselor

memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan

konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait

dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,

minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Tugas guru bimbingan dan

konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:

1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta

didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.

2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik

dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial

dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.

3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta

didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan

sekolah/madrasah secara mandiri.

4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam

memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing

anak-anak dan siswa guru harus memperhatikan segala aspek

psikologi ,perkembangan ,ingatan, memori dan pola berpikir anak .Hal ini penting

untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada pada

siswa atau anak agar anak dan siswa mampu tumbuh dan perkembang sesuai

Page 9: Bab ii

18

dengan harapan orang tua,guru dan masyarakat Permasalahan yang ada pada anak

hendaknya penyelesaiannya melibatkan komponen orang tua, guru , masyarakat

dan konsuler.

Bimbingan dan konseling membantu kepala sekolah dalam kegiatan -

kegiatan sebagai berikut :

1. Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

2. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang

dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.

3. Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi

dalam kegiatan belajar

4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh

gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.

5. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.

6. Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling

7. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.

8. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling.

9. Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Orang tua, guru dan masyarakat harusnya memahami bahwa tugas sebagai

guru hanya kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang

tinggi tetapi juga mampu mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan

kecerdasan emosian yang terkadang kecerdasan emosian dan spiritual yang

mampu membawa kesuksesan terhadap anak dalam kehidupan di masyarakat.

Page 10: Bab ii

19

Dalam belajar haruslah diperhatikan faktor yang memperbaruhi sisiwa

dalam memperoleh dan mengingat pengetahuan . Oleh sebab itu guru haruslah

memperhatikan hal tersebut dalam memlakukan pembelajaran dikelas dengan

memperhatikan hal tersebut pengetahuan yang diberikan oleh guru akan menjadi

ingatan yang setia dalam memori siswa.

Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing

anak-anak dan siswa guru harus memperhatikan segala aspek

psikologi ,perkembangan ,ingatan, memori dan pola berpikir anak. Hal ini penting

untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada pada

siswa atau anak agar anak dan siswa mampu tumbuh dan perkembang sesuai

dengan harapan orang tua,guru dan masyarakat Permasalahan yang ada pada anak

hendaknya penyelesaiannya melibatkan komponen orang tua, guru , masyarakat

dan konsuler.

Orang tua, guru dan masyarakat harusnya memahami bahwa tugas sebagai

guru hanya kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang

tinggi tetapi juga mampu mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan

kecerdasan emosian yang terkadang kecerdasan emosian dan spiritual yang

mampu membawa kesuksesan terhadap anak dalam kehidupan di masyarakat.

Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang

melatarbelangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural

dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan

berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu:

Page 11: Bab ii

20

meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,

cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Untuk mewujudkan tujuan

tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada

dalam pendidikan, salah satunya komponen_bimbingan.

Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatarbelakangi perlunya

proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin

diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju

lapangan pekerjaan relatif menetap.

Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang

melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:

1. Masalah perkembangan individu

2. Masalah perbedaan individual

3. Masalah kebutuhan individu

4. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan

5. Masalah belajar

C. Fungsi Guru Bimbingan Konseling

Dalam melaksanakan bimbingan di sekolah, di samping guru – guru telah

diadakan penugasan khusus, yaitu orang – orang yang memilki keahlian tertentu

dalam bidang yang diperlukan dalam melaksanakan bimbingan tersebut.

Page 12: Bab ii

21

Hal yang demikian memang lebih baik dan efisien karena untuk

melaksanakan bimbingan diperlukan pengetahuan dan kecakapan kecakapan

tertentu seperti kecakapan dalam menyusun test-test kepada anak-anak yang

bersangkutan dan mengolah hasil test tersebut. Dengan adanya guru bimbingan

yang membina kerjasama dengan para guru bidang studi serta pegawai lainnya

maka program bimbingan akan lebih berhasil dengan baik karena guru – guru

lebih dekat dan lebih dapat mengetahui keadaan pribadi siswanya.

Adapun fungsi bimbingan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Memperhatikan individu anak

Bimbingan itu menyangkut semua usaha pendidikan, dengan kata lain

bimbingan meliputi semua usaha, juga dari uraian terdahulu telah kita ketahui

bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam

usaha memecahkan kesulitan yang dialaminya. Ini berarti bahwa fungsipokok

dari bimbingan adalah menolong siswa yang butuh bantuan. Macam bantuan

yang dibutuhkan oleh tiap siswa berbeda – beda meskipun ada kemungkinan

bahwa masalah atau kesulitan yang dihadapinya sama. Oleh karena itu, untuk

melaksanakan bimbingan, sebaiknya diperlukan adanya pengetahuan yang

lengkap tentang individu yang bersangkutan, misalnya mengenai bakat, minat,

latar belakang keluarga dan sebagainya yang ada hubungannya dengan

bantuan yang akan diberikan.

Page 13: Bab ii

22

Dengan demikian, dengan adanya bimbingan di sebuah sekolah berarti

membantu sekolah dalam usahanya memperhatikan dan memenuhi kebutuhan

anak – anak sebagai individu.

b. Mendekatkan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat

Maksud adanya bimbingan di sekolah ialah meliputi menyediakan pelayanan

yang akan memenuhi kebutuhan tertentu dari siswa di dalam pertumbuhan

dan pengembangannya. Adapun pelayanan tersebut meliputi:

Penyesuaian dan perkembangan pribadi

Penyesuaian dalam kemajuan pendidikan

Penyesuaian dan pengembangan pekerjaan

Follow-up setelah selesai dari sekolah

Melihat adanya pelayanan-pelayanan di atas, ternyata betapa banyak

kebutuhan (masalah) yang mungkin dihadapi siswa dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, apalagi sering kita dengar keluhan-keluhan yang

mengatakan bahwa lulusan sekolah saat ini cukup banyak yang tidak dapat

bekerja (tentu terlepas dari lapangan kerja yang tersedia), jumlah

pengangguran makin bertambah, penyimpangan moral pelajar, dan

sebagainya.

Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan bimbingan diperlukan adanya

hubungan saling pengertian dan keterbukaan antara sekolah dengan orang tua

Page 14: Bab ii

23

murid, lembaga – lembaga sosial dan keagamaan serta pihak-pihak lain yang

khususnya memperhatikan masalah pendidikan.

c. Membimbing Siswa Ke Arah Jabatan atau Pekerjaan Yang Sesuai

Pekerjaan, Profesi yang dijalani karena desakan orang tua, tradisi ataupun

pandangan – pandangan tertentu, yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat,

bakat, kemampuan dan pembawaannya yang berdampak secara psikologis

bagi anak saat ini maapun di kemudian hari kelak. Dengan adanya bimbingan

diharapkan siswa dapat diarahkan sekaligus mampu mengarahkan dirinya

sendiri dalam memilih profesinya kelak yang sesuai dengan bakat, minat,

serta kemampuannya masing-masing sehingga pekerjaan yang kemudian hari

mereka geluti dapat memberikan hasil maksimal baik kepada dirinya sendiri

maupun kepada masyarakat.

Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan

konseling, yaitu:

a. Fungsi penyaluran ( distributif )

Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu

menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang

ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan

ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri

kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk

Page 15: Bab ii

24

memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan

anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.

b. Fungsi penyesuaian ( adjustif )

Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa

untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik

bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan

memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga

membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.

c. Fungsi adaptasi ( adaptif )

Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf

sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan

ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing

menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta

kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk

merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa

memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita,

kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)

D. Kreativitas Belajar

Kreativitas pada dasarnya merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa atau sesuatu yang kurang lazim,

mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru yang menunjukkan

kelancaran dalam berfikir rasional. Jadi kreativitas merupakan suatu daya kreasi

Page 16: Bab ii

25

seseorang yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mampu menelorkan

sesuatu yang berharga. Kreativitas adalah merupakan kemampuan yang

berhubungan dengan daya pikir untuk mencari, menemukan sesuatu yang baru

atau melakukan inisiatif kebijakan terhadap pekerjaan di sekolah yang diemban

oleh guru-guru maupun kepala sekolah. Masalah kreativitas merupakan suatu

bagian yang sangat penting sekali di dalam diri manusia, lebih-lebih dalam rangka

melakukan tugas dan kegiatan serta segala bentuk aktivitas dalam upaya kegiatan

melangsungkan kehidupan di dunia ini. Tanpa adanya kreativitas, maka sulit

sekali bagi seseorang untuk dapat berkembangan, apalagi keinginan-keinginan

untuk dapat mencapai tingkat produksi kerja yang maksimal. Dengan kata lain

bahwa produksi kerja seseorang dapat menjadi maksimal, apabila adanya

kreativitas yang tinggi untuk menunjang loyalitas kerja seseorang. Maka oleh

karena itulah setiap manusia harus memiliki kreativitas dalam melakukan tugas

dan pekerjaan. Kreativitas tersebut merupakan faktor kejiwaan yang dibawa dari

sejak lahir, dan juga timbul akibat motivasi ingin maju dan ingin berkembang ke

arah yang positif dan baik.

Adapun definisi dari kreativitas adalah sebagai mana yang diungkapkan

dalam kutipan ini bahwa :

“Kreativitas ialah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungaqn dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru, yang menunjukkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berfikir”.(Utami Munandar,1999 : 168).

Page 17: Bab ii

26

Dalam bagian pengertian dari kreativitas tersebut adalah sebagai mana

yang tertera di dalam Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa :

“kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta, daya cipta”.(Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2005 : 599).

Berdasarkan analisis faktor menurut Guilford, bahwa ada lima sifat yang

menjadi ciri kemampuan dalam berfikir kreatif, yakni

“kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition)”. (Dedi Supriadi : 1994 : 7).

Kelancaran adalah suatu kemampuan untuk menghasilkan banyak

gagasan. Keluwesan adalah suatu kemampuan untuk mengemukakan bermacam-

macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Orisinalitas adalah suatu

kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise.

Elaborasi adalah suatu kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci.

Redefinisi adalah suatu kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan

perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang. Jadi

kreativitas disini merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melahirkan

sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda

dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dan indikator kreativitas itu antara lain

meliputi : kelancaran, keluwesan, orisinalitas, elaborasi, dan redefinisi. Gowan

(1972) mengelompokkan teori-teori kreativitas tersebut kedalam tiga kategori,

yaitu :

Page 18: Bab ii

27

”(1). Kognitif, rasional, dan semantik, (2). Faktor-faktor keperibadian dan lingkungan, (3). Kesehatan mental dan penyesuaian diri, (4). Psikoanalitik dan neo psikoanalitik, (5). Psikodelik yang menekankan aspek eksistensia dan non rasional manusia”.(Dedi Supriadi, 1994 : 8). Berdasarkan teori psikoanalitik menganggap bahwa proses ketidak

sadaran itu melandasi kreativitas. Kreativitas merupakan manifestasi dari

psikopathologi. Sedangkan teori asosiasi memandang bahwa kreativitas itu adalah

sebagai hasil dari proses asosiasi dan kombinasi antara elemen-elemen yang telah

ada, sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru. Dan menurut teori Gestal

memandang bahwa kreativitas adalah sebagai manifestasi dari proses tilikan

individu terhadap lingkungannya secara holistik. Dan menurut teori eksistensial

mengemukakan bahwa kreativitas itu merupakan proses untuk melahirkan sesuatu

yang baru melalui perjumpaan antara manusia dengan manusia dan manusia

dengan alam. Dan teori interpersonal menafsirkan tentang kreativitas dalam

kontek lingkungan sosial, dimana posisi kreator sebagai inovator dan orang yang

di sekeliling sebagai pihak yang mengakui hasil kreativitasnya, dan teori ini

menekankan kepada betapa pentingnya nilai dan makna dari suatu karya yang

kreatif. Sedang teori sifat atau ciri memberikan tempat khusus kepada usaha

untuk mengidentifikasi ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik utama kreativitas

tersebut. Menurut Amabile (1983) bahwa suatu produk atau respon seseorang

dikatakan kreatif apabila menurut penilaian orang yang akhli atau pengamat yang

mempunyai kewenangan dalam bidang itu bahwa itu kreatif. Jadi kreativitas

Page 19: Bab ii

28

adalah merupakan kualitas suatu produk atau respon yang dinilai kreatif oleh

pengamat yang ahli.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya  (Slameto,

2003).

Teori belajar sangat beraneka ragam. Setiap teori mempunyai landasan

sebagai dasar perumusan. Bila ditinjau dari landasan itu, teori belajar dapat

dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu teori asosiasi dan gestlat. Kedua

macam teori inilah yang banyak berkembang melalui berbagai penelitian maupun

eksperimen para ahli, sehingga muncul berbagai macam teori yang beraneka

ragam (Ali, 2004:39).

Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada

prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta

prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi

subjek didik. Teori semacam ini boleh diterima dengan suatu alasan bahwa dari

struktur kognitif itu dapat mempengaruhi perkembangan afeksi ataupun

penampilan seseorang   (Sardiman dalam Ali, 2004:40).

Dalam praktek pengajaran, penggunaan suatu dasar teori untuk segala

situasi merupakan tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar pun

yang cocok untuk segala situasi. Karena masing-masing mempunyai landasan

yang berbeda dan cocok untuk situasi tertentu. Robert M Gagne yang dikutip ke

Page 20: Bab ii

29

dalam buku Ali mencoba melihat berbagai macam teori belajar dalam satu

kebulatan yang saling melengkapi dan tidak bertentangan. Menurut Gagne belajar

mempunyai delapan tipe. Ke delapan tipe itu bertingkat-ada hiararchi dalam

masing-masing. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di

atasnya. Adapun tipe yang dimaksud, yaitu belajar isyarat, belajar stimulus,

belajar rangkaian, Asosiasi verbal, belajar diskriminasi, belajar konsep, belajar

aturan dan belajar pemecahan masalah.

Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu yang di dalamnya ia tak

dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan untuk

menghadapi tantangan-tantangan, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-

rintangan dalam aktivitasnya (Sahabuddin dalam Munandar:1992,108).

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subjek

belajar. Ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak

faktor yang berpengaruh itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi

faktor intern  diri si subjek belajar dan faktor ekstern si subjek belajar.

Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang terjadi pada

diri seseorang yang melakukannya. Dimana interaksi individu dalam lingkungan

yang membawa perubahan sifat, tindakan, perbuatan, dan tingkah laku.

Belajar pada dasarnya proses perubahan tingkah laku berkat adanya

pengalaman dan sebagai hasil dari interaksi dalam lingkungannya. Unsur

lingkungan yang disebutkan  pada hakikatnya berfungsi sebagai lingkungan

Page 21: Bab ii

30

belajar seseorang, yakni lingkungan tempat ia tinggal dan berinteraksi sehingga

menumbuhkan kegiatan belajar pada dirinya.

Suryabrata (dalam Slameto 2003:40) menegaskan bahwa perubahan

tingkah laku pada individu akibat belajar terjadi dengan disadari atau disengaja.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, Syaiful Bachrie dalam bukunya " Prestasi

belajar dan Kompetensi Guru" (1998 : 21) menyatakan bahwa " Belajar adalah

suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan

dari bahan yang telah dipelajari ". Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan

dalam diri individu. Dengan demikian, belajar dikatakan berhasil bila telah tedadi

perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan dalam diri

individu,, maka belajar dikatakan tidak berhasil. Belajar adalah suatu aktivitas

yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya perubahan dalam

diri individu, dalam arti menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya.

Kreativitas belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar,dalam

pengertian kreativitas beberapa ahli berpendapat denganberdasarkan latar

belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda,diantaranya sebagai berikut :James

R. Evans mendefinisikan kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan

pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru danmembentuk kombinasi-

kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yangtelah tercetak dalam pikiran.

Kreativitas di sini memerlukan adanya modal yaitu konsep dalam pikiran

untuk dilahirkan kembali dalam bentukyang berbeda, dalam pemecahan masalah,

dia tidak harus mencari jawabanbaru tetapi dia hanya perlu menggali informasi-

Page 22: Bab ii

31

informasi dalampikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan dalam bentuk solusi

terhadapproblem tersebut.Sedangkan Rogers menekankan bahwa sumber dari

kreativitasadalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri,

mewujudkanpotensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang,

kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan

organisme.

Kreativitas dapat dinilai ketika hal tersebut tertuang dalam suatu tindakan

nyata, ketika pemikiran baru belum dituangkan, maka itu adalah prosesmenuju

kreativitas.Jadi, kreativitas tetaplah berpusat di otak manusia, kreativitasterjadi

karena keseluruhan bagian otak bekerja secara bersamaan terpadupada satu waktu

tertentu dengan tetap melakukan spesialisasi masingmasing,otak dengan sigap

menanggapi setiap informasi yang masuk.kadar pengelolahan otak akan sangat

menentukan tingkat kreativitasseseorang karena itu otak harus dilatih, tidak hanya

dengan makananbergizi tapi dengan latihan berfikir yang terus-menerus.

Untuk dapat melahirkan kreativitas, seseorang harus dapat memanfaatkan

kedua sifat otak (kiri dan kanan). Otak kiri yang bersifat logika, berurutan,

lisan,pertambahan,dan dominan. Sedangkan otak kanan bersifat emosi,lompatan,

visual, menyeluruh, dan tersembunyi. Akhir-akhir ini, istilaho tak kanan telah

digunakan sebagai cara popular untuk menyatakankreatif, artistik, dan rapi.

Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasaantara kedua otak.Kreativitas

adalah suatu ketrampilan, dikarenakan kreativitasmerupakan hasil sebuah latihan

maka harus diupayakan secara terus- menerus agar tidak menjadi lumpuh.

Page 23: Bab ii

32

Artinya, siapa saja yang berniatuntuk menjadi kreatif dan ia mau melakukan

latihan-latihan yang benar maka ia akan menjadi kreatif.

Berdasakan konsep tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

kreativitas adalah hasil sebuah latihan yang unik, berbeda, dan lebih baik serta

bermanfaat.Sedangkan belajar diartikan sebagai suatu proses usaha

yangdilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku baru secarakeseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksidengan lingkungan.

Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dan persepsi dan tingkan

laku, termasuk juga perubahan perilaku.Lingkungan belajar merupakan faktor

penting dalam pendidikan, yaitu guru dan orang tua yang dapat membantu dalam

proses belajar, yang akan dapat membentuk lingkungan pembelajaran. Jadi,

kreativitas belajar adalah adalah kemampuan siswa untuk menciptakan cara

belajar sendiri yang dapat mempermudah dirinya dalam belajar.

Siswa kreatif memiliki kemampuan berpikir yang sangat tinggi, ia

menganalisis sesuatu secara rasional dan fleksibel. Ia mampu mengerjakan apa-

apa yang tidak dapat diperkirakan oleh orang lain. Siswa kreatif juga mampu

memberikan berbagai alternative jawaban atas suatu permasalahan yang

dihadapinya. Selalu ingin maju dan mau menghadapi berbagai tantangan.

E. Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Hubungannya Dengan Kreativitas

Siswa

Seiring perkembangannya, guru bimbingan konseling membawa angin

segar perubahan dalam suasana dan proses pendidikan di sekolah. Fokus kerjanya

Page 24: Bab ii

33

jelas dan tegas, yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh Ivey dan Goncalves

dalam Faturahman(2003:87), menghadapi kemungkinan-kemungkinan

munculnya psychological problems dalam kehidupan siswa dan proses tumbuh-

kembang siswa dalam konteks pendidikan. Begitu pula dalam halnya dalam

konteks kebijakan yang tertuang dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan

dan konseling dalam pendidikan formal di Indonesia (Dikti, 2008) dijelaskan

bahwa jika di dalam Permendiknas No. 23/2006 dirumuskan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran

bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui

pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk

mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity

development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Begitu pula

sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan

menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.

Guru bimbingan dan konseling sebagai bagian integral yang tidak

terpisahkan dari sistem pendidikan memiliki peran penting dan strategis dalam

mendukung pencapaian tujuan pendidikan yang holistik. Tujuan utama layanan

bimbingan konseling di sekolah adalah memberikan dukungan pada pencapaian

kematangan kepribadian, keterampilan sosial, kemampuan akademik, dan

bermuara pada terbentuknya kematangan karir individual yang diharapkan dapat

bermanfaat di masa yang akan datang.

Page 25: Bab ii

34

Bowers dan Hatch (2000, dalam

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/) bahkan menegaskan bahwa

program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat komprehensif

dalam ruang lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam disain, dan

bersifat pengembangan dalam tujuannya (comprehensive in scope, preventive in

design, and developmental in nature). Pertama, bersifat komprehensif berarti

program bimbingan konseling harus mampu memfasilitasi capaian-capaian

perkembangan psikologis siswa dalam totalitas aspek bimbingan (baik pribadi-

sosial, akademik, dan karir). Layanan yang diberikan pun tidak hanya terbatas

pada siswa dengan karakter dan motivasi unggul serta siap belajar saja. Layanan

bimbingan konseling ditujukan untuk seluruh siswa tanpa syarat apapun. Dengan

harapan, setiap siswa dapat menggapai sukses di sekolah dan menunjukkan

kontribusi nyata dalam masyarakat.

Kedua, bersifat preventif dalam disain mengandung arti bahwa pada

dasarnya tujuan pengembangan program bimbingan konseling di sekolah

hendaknya dilakukan dalam bentuk yang bersifat preventif. Upaya pencegahan

dan antisipasi sedini mungkin (prevention education) hendaknya menjadi

semangat utama yang terkandung dalam kurikulum bimbingan yang diterapkan di

sekolah (kegiatan klasikal). Melalui cara yang preventif tersebut diharapkan siswa

mampu memilah sikap dan tindakan yang tepat dan mendukung pencapaian

perkembangan psikologis ke arah yang ideal dan positif. Beberapa program yang

dapat dikembangkan seperti pendidikan multikultarisme dan antikekerasan,

Page 26: Bab ii

35

mengembangkan keterampilan resolusi konflik, pendidikan seksualitas, kesehatan

reproduksi, dan lain-lain.

Ketiga, bersifat pengembangan dalam tujuan didasari oleh fakta di

lapangan bahwa layanan bimbingan dan konseling sekolah selama ini justru

kontraproduktif terhadap perkembangan siswa itu sendiri. Kegiatan layanan

bimbingan dan konseling sekolah yang berkembang di Indonesia selama ini lebih

terfokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat administratif dan klerikal

(Kartadinata, 2003), seperti mengelola kehadiran dan ketidakhadiran siswa,

mengenakan sanksi disiplin pada siswa yang terlambat dan dianggap nakal.

Dengan demikian, wajar apabila dalam masyarakat dan bagi siswa-siswa sendiri

guru bimbingan dan konseling distigmakan sebagai polisi sekolah. Konsekuensi

kenyataan ini, pada akhirnya menyebabimbingan konseling an layanan bimbingan

dan konseling yang diselenggarakan di sekolah akhirnya terjebak dalam

pendekatan tradisional dan intervensi psikologis yang berorientasi pada

paradigma intrapsikis dan sindrom klinis.

Pendekatan dan tujuan layanan bimbingan dan konseling pada dasarnya

tidak hanya berkaitan dengan perilaku menyimpang dan bagaimana mencegah

penyimpangan perilaku tersebut, melainkan juga berurusan dengan

pengembangan perilaku efektif (Kartadinata, 1999;11). Sudut pandang

perkembangan ini mengandung implikasi luas bahwa pengembangan perilaku

yang sehat dan efektif harus dapat dicapai oleh setiap individu dalam konteks

lingkungannya masing-masing. Dengan demikian, bimbingan dan konseling

Page 27: Bab ii

36

seharusnya perlu diarahkan pada upaya memfasilitasi individu agar menjadi lebih

sadar terhadap dirinya, terampil dalam merespon lingkungan, serta mampu

mengembangkan diri menjadi pribadi yang bermakna dan berorientasi ke depan.

(Kartadinata, 1999:14).

F. Peran Guru Bimbingan Konseling Terhadap Peningkatan Kreativitas

Belajar Siswa

Kreativitas siswa dalam belajar tidak terlepas dari peran aktif guru yang

mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis,

kondusif dan menggairahkan dan mampu memberi semangat kepada siswa. Di

samping itu, keberhasilan juga ditentukan oleh seberapa besar tujuan belajar dapat

dicapai, yang diukur dari hasil belajar

Dengan demikian kreativitas merupakan suatu konsep yang sangat

penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang

dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan - tujuan

dicapai atau tingkat pencapaian tujuan (Prokopenko,1987. dalam

www.depdiknas.go.id),

Sementara itu kretivitas belajar dapat pula dikatakan sebagai tindakan

terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan

pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola

berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas

atau pekerjaan tertentu (Bramley,1996 dalam www.depdiknas.go.id).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan kreativitas belajar adalah

Page 28: Bab ii

37

tingkat pencapaian tujuan pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut berupa

peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui

proses pembelajaran.

Kreativitas dapat dipandang sebagai produk sebagai proses adalah

kemampuan mengidentifikasi banyak kemungkian solusi pada persoalan tertentu.

Sebagai suatu proses yang dimaksudkan adalah upaya yang bersifat imajinatif,

tidak konvensional, estetis, fleksibel, integrasi informasi dan proses sejenis, atau

setiap tindakan, gagasan atau produk yang mengubah domain yang ada atau

domain yang baru (Csikzentmihalyi,1996. Dalam www.pikiranrakyat.co.id).

Kreativitas sebagai produk berkaitan dengan penemuan sesuatu,

memproduksi sesuatu yang baru, dari pada akumulasi keterampilan atau berlatih

pengetahuan dan mempelajari buku. Kreativitas berkaitan dengan apa yang

dikembangkan. Kreativitas bukanlah ciri kepribadian, tetapi keterampilan atau

proses yang menghasilkan produk yang kreatif.

Peran guru bimbingan konseling dalam meningkatkan kreativitas belajar

sangatlah penting mengingat tugas guru bimbingan konseling sebagai motifator,

inspirtor, evaluator, dan lain sebagainya.

Menurut Munandar (1999:28), Untuk meningkatkan kreativitas siswa,

maka guru perlu melakukan upaya-upaya sebagai berikut.

1. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan,

wawasan, dan imajinasi tentang bagaimana melakukan intensifikasi.

Page 29: Bab ii

38

Berkembangnya gagasan dan wawasan akan memperluas cakrawala pandang

siswa dan akhirnya mengembangkan peluang tumbuhnya motivasi.

2. Mengembangkan imajinasi dengan kemampuan melakukan orientasi jangka

panjang, agar mereka tidak terpaku pada keberhasilan sesaat, tetapi tetap

menjaga keberlanjutan keberhasilan.

3. Mengembangkan inisiatif dan minat siswa untuk melakukan sesuatu yang

baru dengan cara-cara baru, agar mendapatkan pengalaman baru tanpa takut

menghadapi kegagalan. Keberhasilan atau kegagalan merupakan bagian

pembelajaran kreativitas.

4. Mengembangkan sifat ingin tahu sebagai upaya pengembangan pola pikir

produktif dan berkembangnya produk kreatif.

5. Memberikan dorongan semangat dan sikap percaya diri agar lebih berani

mengemukan pendapat, memberikan prinsip tegas, tidak ada keraguan diri dan

tumbuhnya rasa percaya diri yang akan mengembangkan kreativitas

seseorang.