33
KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Dosen Pengampu : Yuni Sapto Disusun Oleh : Kelompok 1 1. Ahmad Faqih F 2. Eka Mailina I 3.Siti Karina 4.Mey Ferdita 5. Desy Ika P 6.Sumintri

KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN

ELEKTROLITDosen Pengampu : Yuni Sapto

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Ahmad Faqih F

2. Eka Mailina I

3. Siti Karina

4. Mey Ferdita

5. Desy Ika P

6. Sumintri

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2015/2016

Page 2: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLITKebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme

tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis

dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang

berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.

1. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan Dan

Elektrolita. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan

kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai

pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan

asam basa darah, dan pengaturan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air diawali oleh kemampuan bagian

ginjal seperti glomerulus sebagai penyaringan cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah

mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 20% nya disaring

ke luar. Cairan yang tersaring, kemudian mengalir melalui renalis yang sel-selnya

menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal

dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1 ml/kg/jam.

b. Kulit

Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan

proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi

oleh yasamotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriola kutan dengan cara

vasodilatasi dan vasokonstriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh

darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses

pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.

Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran, yaitu

dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi

dan konveksi. Cara konduksi yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh,

sedangkan cara konveksi yaitu mengalirkan udara yang panas ke permukaan yang

lebih dingin.

c. Paru-paru

Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan

insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan

Page 3: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

respons akibat perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan (kemampuan

bernafas), misalnya orang yang melakukan olah raga berat.

d. Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam

mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaranair. Dalam

kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari.

Selain itu, pengaturan kesimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus

yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone

(ADH), system aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid.

a. ADH

Hormone ini memilki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat

mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh

hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan

meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

b. Aldosterone

Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi

pada absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya

perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan system angiotensin renin.

c. Prostaglandin

Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang

berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan

pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan

dalam mengatur sirkulasi ginjal.

d. Glukokortikoid

Hormone ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air

yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

2. Cara Perpindahan Cairan Tubuha. Difusi

Difusi merupakan pencampuran kontinu beberapa molekul di dalam cairan,

gas, atau zat padat yang disebabkan oleh pergerakan molekul secara acak.

Misalnya, dua gas menjadi bercampur oleh gerakan konstan dari molekulnya.

Proses difusi terjadi bahkan jika dua zat dipsahkan oleh sebuah membrane tipis. Di

Page 4: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

dalam tubuh, difusi air, elektrolit , dan zat lain terjadi melalui “pori-pori celah”

membrane kapiler. Kecepatan difusi zat bervariasi sesuai dengan :

1) Ukuran molekul

Molekul yang lebih besar bergerak sedikit lebih lambat dibandingkan dengan

molekul kecil karena memerlukan energi yang lebih besar untuk bergeerak.

2) Konsentrasi larutan

3) Suhu larutan.

Peningkatan suhu tubuh meningkatkan kecepatanpergerakan molekul.

b. Osmosis

Osmosis adalah pergerakan air menembus membrane sel, dari larutan yang

berkonsentrasi rendah ke larutan yang yang berkonsentrasi tinggi. Dengan kata

lain, air bergerak menuju zat terlarut yang berkonsentrasi lebih tinggi sebagai

upaya untuk menyeimbangkan konsentrasi.

Di dalam tubuh, air merupakan zat pelarut, zat terlarut terdiri atas elektrolit,

oksigen, dan karbon dioksida, glukosa, urea, asam amino dan protein. Osmosis

terjadi jika konsentrasi zat terlarut pada salah satu sisi membran permeable selektif,

seperti membran kapiler, lebih tinggi dibandingkan sisi yang lain.

c. Transport aktif

Substansi dapat bergerak melintasi membrane impermeable dari larutan

berkonsentrasi rendah menuju larutan berkonsentrasi tinggi melalui proses

transport aktif. Berbeda denga difusi atau osmosis, proses transport aktif

memerlukan energy metabolik. Dalam transport aktif, zat bergabung dengan

pembawa (carrier) di luar permukaan membrane sel dan bergerak menembus

permukaan membrane sel. Setelah masuk, zat terlepas dari pembawa (carrier) dan

masuk ke dalam sel. Setiap zat memiliki pembawa yang spesifik, dan proses ini

memerlukan enzim serta energy.

Proses transport aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium

dan kalium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Untuk mempertahankan

keadaan ini, diperlukan mekanisme transport aktif melalui pompa natrium-kalium.

Selain perpindahan internal dalam tubuh, cairan dan elektrolit juga mengalami

penurunan akibat perpindahan keluar tubuh misalnya melalui urine dan keringat.

d. Tekanan cairan

Page 5: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik

juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut

untuk menarik larutan melalui membrane.

Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai

konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).

Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut

kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi

koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan

cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic

ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang

sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena

mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk

mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena

bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding

konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding

tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam

plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga

membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel.

Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam

ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan

intrasel.

e. Membran semipermeable

Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.

Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang

terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke

jaringan.

3. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi ManusiaKebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis. Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir

90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari

tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia.

Presentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa

Page 6: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua

45% dari total berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh yang

bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh danjenis kelamin. Jika lemak

dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh lebih besar.

No Umur / BB (Kg)  Kebutuhan cairan (mL/24 jam)1. 3 hari/ 3 kg                        250-3002. 1 tahun/ 9,5 kg                       1150-13003. 2 tahun/11,8 kg                   1350-15004. 6 tahun/ 20 kg                       1800-20005. 10 tahun/ 28,7 kg               2000-25006. 14 tahun/45 kg                       2200-27007. 18 tahun/ 54 kg                       2200-2700

4. Jenis Cairana. Cairan nutrient

Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap

harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini

dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme.

Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter.

Cairan nutrient terdiri atas:

1) Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert

sugar    (½ dextrose dan ½ levulose).

2) Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.

3) Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.

b. Blood Volume Expanders

Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume

pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah

sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka

pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien

dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di

daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis

blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan

konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga

secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

5. Penghitungan cairan dan kalori pada anak, dewasa, dan lansia

Page 7: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

6. Penghitungan IWL pada anak, dewasa dan lansiaa. Tehnik Menghitung Balance Cairan (Anak)

Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan

Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do

(1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:

Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari

Usia 5 - 7 tahun : 8 - 8,5 cc/kgBB/hari

Usia 7 - 11 tahun : 6 - 7 cc/kgBB/hari

Usia 12 - 14 tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 - usia anak dalam

tahun) x cc/kgBB/hari

Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc - 1 cc/kgBB/hari

b. Penghitungan Balance Cairan Untuk Dewasa

Input cairan: Air (makan+Minum)= ......cc

Cairan Infus = ......cc

Therapi injeksi = ......cc

Air Metabolisme =.......cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)

Output cairan: Urine = ......cc

Feses = .....cc(kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)

Muntah/perdarahan

cairan drainage luka/

cairan NGT terbuka = .....cc

IWL = .....cc (hitung IWL= 15cc/kgBB/hari)

(Insensible Water Loss)

7. Masalah kebutuhan cairan Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan

a. Hipovolume Atau Dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan

kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam kekurangan volume cairan

eksternal atau dehidrasi, yaitu:

Page 8: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya

yang seimbang.

2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak

daripada elektrolitnya.

3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya

daripada air.

Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :

1) Dehidrasi berat

Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L

Serum natrium 159-166 mEq/L

Hipotensi

Turgor kulit buruk

Oliguria

Nadi dan pernapasan meningkat

Kehilangan cairan mencapai > 10% BB

2) Dehidrasi sedang

Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB

Serum natrium 152-158 mEq/L

Mata cekung

otot lemahsilau melihat sinar

Nadi cepat dan lemah

Turgor kulit kering, membran mukosa kering

Pengeluaran urien berkurang

Suhu tubuh meningkat

3) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai 5% BB atau

1,5 – 2 L.

turgor kulit normal

denyut jantung meningkat

mata terlihat cekung

Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson):

a) Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah )

b) Obat-obatan anti diare

Page 9: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti

diare serta dapat diberikan oralit.

c) Pemberian air minum

Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai

untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.

d) Pemberian cairan intravena

Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan

intravena.Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus

terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal,

karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien

mencapai normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%)

diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu

pembuangan produk-produk sisa metabolisme.

e) Pemberian bolus cairan IV

Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk

mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan

fungsi ginjal normal.

b. Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu,

1) Hipervolume (peningkatan volume darah),

a) Overhidrasi adalah kelebihan cairan dalam tubuh. Penyebabnya jika asupan

cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Ini terjadi jika ada kerusakan

di hipofise, jantung dan ginjal.

(1) Tanda dan gejala: sesak nafas, kekacauan mental, kejang dan koma.

(2) Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonik dari CES

yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam

proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada

dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan

natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air

tubuh total.

(3) Penatalaksanaan : Diuretik, Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena

kontinue: pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan.

2) Edema (kelebihan cairan pada interstisial).

Page 10: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat

jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena

leher, kulit lembab, takikardia, irama gallop, protein rendah, anemia, retensi air

yang berlebihan, peningkatan natrium dalam urin.

Penatalaksanaan

Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES

pada normal. Tindakan dapat berupa hal berikut :

a) Pembatasan natrium dan air.

b) Diuretik.

c) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau

kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.

Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik

Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik

Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik

Derajat IV : kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik

8. Kebutuhan ElektrolitElektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,

nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan

ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit.

Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut

merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative

disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium,

kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan

fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:

a. Natrium: 135-145 mEq/lt,

b. Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt,

c. Kalsium: 4-5 mEq/lt,

d. Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt,

e. Klorida: 100-106 mEq/lt,

f. Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an

g. Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.

Page 11: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau

milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi

kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.

9. Pengaturan Elektrolita. Pengaturan Keseimbangan Natrium

Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas

dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel.

Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron.

Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi mempertahankan

keseimbangankonsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh

ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam ginjal dari

tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang

diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar

tubuh, tetapi juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium

dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air

mata.

b. Pengaturan Keseimbangan Kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan

berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh

ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi

aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium

dalam plasma (cairan ekstrasel).

System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu:

1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan

peningkatan produksi aldosterone.

2) Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang

dikeluarkan melalui ginjal.

3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel

menurun.

c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium

Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan impuls

kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu beberapa enzim

pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium

Page 12: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

dalam tubuh diatur oleh hormone paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar

kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan

hormone paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

d. Pengaturan Keseimbangan Klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat

ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu

dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam

darah. Hipokloremia merupakan siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam

darah, sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah.

Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.

e. Pengaturan Keseimbangan Magnesium

Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua

dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid.

Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh

dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi

serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd dan hipermagnesium terjadi bila kadar

magnesium serta seum meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.

f. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat

Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.

g. Pengaturan Keseimbangan Fosfat

Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan

tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

10. Jenis Cairan ElektrolitCairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat

bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas

cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal

saline yang banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:

a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+

b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3

c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

Jenis Cairan Infus

a. Asering

Page 13: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah

dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

1) Na 130 mEq,

2) K 4 mEq,

3) Cl 109 mEq,

4) Ca 3 mEq

5) Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang

mengalami gangguan hati

2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik

dibanding RL pada neonates

3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada

anestesi dengan isofluran

4) Mempunyai efek vasodilator

Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml

RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko

memperburuk edema serebral

b. KA-EN 1B

Indikasi:

1) Sebagai larutan awal bila status elektrolit

pasien belum diketahui, misal pada kasus

emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak

memadai, demam)< 24 jam pasca operasi

2) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan

sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

3) Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100

ml/jam

c. KA-EN 3A & KA-EN 3B

Page 14: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Indikasi:

1) Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit

dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada

keadaan asupan oral terbatas

2) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3) Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

4) Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

d. KA-EN MG3

Indikasi :

1) Larutan rumatan nasional untuk memenuhi

kebutuhan harian air dan elektrolit dengan

kandungan kalium cukup untuk mengganti

ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

2) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3) Mensuplai kalium 20 mEq/L

4) Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

e. KA-EN 4A

Indikasi :

1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

2) Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan

berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal

3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

1) Na 30 mEq/L

2) K 0 mEq/L

3) Cl 20 mEq/L

4) Laktat 10 mEq/L

5) Glukosa 40 gr/L

f. KA-EN 4B

Indikasi:

1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi

dan anak usia kurang 3 tahun

Page 15: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

2) Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko

hipokalemia

3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

1) Na 30 mEq/L

2) K 8 mEq/L

3) Cl 28 mEq/L

4) Laktat 10 mEq/L

5) Glukosa 37,5 gr/L

g. Otsu-NS

Indikasi:

1) Untuk resusitasi

2) Kehilangan Na > Cl, misal diare

3) Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis

diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

h. Otsu-RL

i. MARTOS-10

Indikasi:

1) Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic

2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi

berat, stres berat dan defisiensi protein

Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

Mengandung 400 kcal/L

j. AMIPAREN

Indikasi:

1) Stres metabolik berat

Indikasi:

1) Resusitasi

2) Suplai ion bikarbonat

3) Asidosis metabolik

Page 16: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

2) Luka bakar

3) Infeksi berat

4) Kwasiokor

5) Pasca operasi

6) Total Parenteral Nutrition

Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

k. AMINOVEL-600

l. PAN-AMIN G

11. Masalah kebutuhan Elektrolita. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma

darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135

mEq/L, mual, muntah dan diare.

b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang

ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan

permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.

Indikasi:

1) Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

2) Penderita GI yang dipuasakan

3) Kebutuhan metabolik yang meningkat

(misal luka bakar, trauma dan pasca

operasi)

4) Stres metabolik sedang

Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30

tpm)Indikasi:

1) Suplai asam amino pada hiponatremia

dan stres metabolik ringan.

2) Nitrisi dini pasca operasi.

Page 17: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.

Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien

yang mengalami diare berkepanjangan.

d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah

tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis

metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system

pencernaan, dll.

e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.

Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut,

kejang,bingung, dll.

f. Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah.

Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan

makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri

pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih

dari 4,3 mEq/L.

g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.

Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan

tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.

h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini

ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih

dari 2,5 mEq/L.

12. Keseimbangan Asam BasaDalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa.

Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam

keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45.

Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolisme

dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernafasan dengan sistem

regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh

adalah larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein. Sistem

buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat

(KHCO3), dan asam karbonat (H2CO3).

Page 18: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan

kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat menigkatkan pH hingga kondisi

standard (normal)). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan

kebutuhan O2. Pembuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan Co2

agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar

pCO2 sebesar 40 mmHg.

Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan

ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolisme memperkecil

konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran

CO2 juga meningkat, dan hal ini menunjukan jumlah C02 yang berkumpul dalam

cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan

mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya

pO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah

konsentrasi ion H+. Sebaliknya, konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan

ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+

yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang

rendah disebut alkalosis.

a. Jenis Asam-Basa

Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis

dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan alkali adalah

natrium (sodium) laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam

lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman

(asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi

HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain sistem pernafasan, ginjal juga berperan untuk

mempertahankan asam-basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion

hidrogen dan membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH plasma

turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk

kembali.

b. Masalah Keseimbangan Asam-Basa

1) Asidosis Respiratorik

Asidosis respiratorikmerupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan

sistem pernafasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga

terjadi kerusakan pada pernafasan, peningkatan pCO2 arteri di atas 45 mmHg, dan

Page 19: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya penyakit

obstruksi, trauma kepala, perdarahan, dan lain-lain.

2) Asidosis Metabolik

Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya

penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari

7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/1t.

3) Alkalosis Respiratorik

Alkalosis Respiratorik merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru yang

dapat menimbulkan terjadinya pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat

adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru, dan lain-lain.

4) Alkalosis Metabolik

Alkalosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan

basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/1t dan pH

arteri > 7,45 , atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat sebagaimana table berikut :

13. Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan cairan dan Elektrolita. Umur

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia

berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan

metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di maasa pertumbuha memiliki

proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya,

jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar

dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak

juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisis ginjal mereka

yang belum matur dibandingka ginjal orang dewasa. Kehilanga cairan dapat

HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa

Meningkat

menurun

menurun

meningkat

menurun

menurun

meningkat

meningkat

meningkat

menurun

menurun

meningkat

asidosis respiratorik

asidosis metabolik

alkalosis respiratorik

alkalosis metabolik

Page 20: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

terjadi akibat pebgeluaran yang besar dari kulit dan pernafaasan. Pada individu

lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah

jantung atau gangguan ginjal.

Usia Berat badan Kebutuhan (ml)/24 jam3 hari 3,0 250-3001 tahun 9,5 1150-13002 tahun 11,8 1350-15006 tahun 20,0 1800-200010 tahun 18,7 2000-250014 tahun 45,0 2200-270018 tahun (dewasa)

54,0 2200-2700

b. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan

elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolism dalam tubuh.

Hal ini mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan

demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan

cairan yan tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan

akibat peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringat

c. Iklim

Normalnya, individu yan tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu

panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan

pernafasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat

diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan cairan yang tidak disadari

(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,

dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolism, dan usia.

Individu yang tinggal di lingkunan yang berrsuhu tinggi atau di daerah engan

tingkat kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan

dan elektrolit.

d. Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika

asupan makanan tidak adekuat atau tida seimbang, tubuh berusaha memecah

simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah glikogen dan lemak. Kondisi

ini mengakibatkan penurunan kadar albumin. Dalam tubuh, albumin penting

untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan albumin,

Page 21: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

tekanan onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah dari

intravaskuler ke interstisial sehingga terjadi edema di interstisial.

e. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat

stress, tuubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan

konsentrasi glukosa darah, dan glkolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan

retensi air dan natrium. Di samping itu, stress juga menyebabkan peningkatan

produksi hormone antidiuretic yang dapat mengurangi produksi urine.

f. Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari

sel/jaringan yang rusak (misalnya luka robek atau luka bakar). Pasien yang

menderita diare juga mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan

cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat

menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sat aliran darh ke ginjal

menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan

“penimbunan”cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan

beban cairan (hypervolemia). Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan edema

paru-paru.

Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk

menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh.

Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan

menahan ADH sehinngga produksi urine meningkat.

g. Tindakan medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekubder terhadap kebutuhan

cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat

menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

h. Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara berlebihan

dapat menyebabkan peningkatan kehilanagn cairan dalam tubuh. Akibanya,

terjadi deficit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan diuretic meyebabkan

kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan

kortiosteroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.

i. Pembedahan

Page 22: KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Kilen yang mengalami pembedahan beresiko tinggi mengalami

ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama

periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru mengalami kelebihan

beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan

atau sekresi hormone ADH selama masa stress akibat obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimu (2006).Pengantar Kebutuhan DasarManusia-Aplikasi Konsep dan

Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

Tamsuri,Anas.(2009).Klien Gangguan Keseimbangan Cairan daElektrolit.Jakarta: Buku

Kedokterab EGC

Alimu,A.Aziz.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan Edisi 2.Jakarta:Salemba Medika

http://digilib.fk.umy.ac.id