40
RINGKASAN MATERI KULIAH JURNAL REACTIONS OF CAPITAL MARKETS TO FINANCIAL REPORTING (Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Matakuliah Teori Akuntansi) Oleh: 1. Michella Yessica (146020300111005) 2. Citra (146020300111006) 3. Rendy Mirwan Aspirandi (146020300111007) 0

Ringkasan jurnal kelompok 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ringkasan jurnal kelompok 2

RINGKASAN MATERI KULIAH

JURNAL REACTIONS OF CAPITAL MARKETS TO FINANCIAL

REPORTING

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Matakuliah Teori Akuntansi)

Oleh:

1. Michella Yessica (146020300111005)

2. Citra (146020300111006)

3. Rendy Mirwan Aspirandi (146020300111007)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

0

Page 2: Ringkasan jurnal kelompok 2

REVIEW JURNAL

Perkembangan Riset Akuntansi Dan Keuangan Di Bidang Pasar Modal: Evaluasi Dan

Kajian Ulang

Oleh: Prof.Dr. Sutrisno, M.Si., Ak

Jurnal yang berjudul perkembangan riset akuntansi dan keuangan di bidang pasar

modal: evaluasi dan kajian ulang ini ditulis oleh salah satu dosen fakultas ekonomi dan bisnis

universitas brawijaya. Pada abstraknya beliau menjelaskan bahwa penelitian akuntansi dan

keuangan berbasis pasar telah berkembang pesat dan menjadi salah satu tema yang menarik

untuk diuji.

Beliau juga menjelaskan bahwa penelitian ini menganalisa perkembangan penelitian

akuntansi dan keuangan berbasis pasar dengan meneliti publikasi dari penelitian yang telah

ada dan mengidentifikasi juga mendiskusikan kemungkinan dari arah penelitian akuntansi

dan keuangan selanjutnya. Beliau mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat menyediakan

pemetaan dari pengertian dan keterhubungan dari area penelitian dan masalah yang ada saat

ini.

1. Pengantar

Riset akuntansi dan keuangan bidang pasar modal yang selanjutnya akan disingkat

RAPM di Indonesia telah berkembang sejak tahun delapan puluhan dan perkembangan

RAPM di negara lainnya telah berkembang dengan fasilitas yang memadai sehingga makin

diminati. Keunggulan RAPM salah satunya adalah kemudahan untuk mengakses data

sekunder karena telah tersedia dan validitasnya telah teruji.

Menurut Sutrisno. Perbedaan RAPM dengan riset lainnya terletak pada riset RAPM

membutuhkan suatu mapping atau pemetaan domain institutional atas informasi akuntansi

yang dihasilkan dan digunakan sehingga menimbulkan kendala bagi peneliti saat peneliti

akan menyatukan aspek institusional dengan model yang digunakan dan mengikuti

perkembangan ilmu ekonomi.

Studi sebelumnya yang telah membahas RAPM adalah studi dari Lev dan Ohlson

(1982), Bali dan Foster (1982), Beaver (1982) dan (1996), Bernard (1989), dan Kothari

(2001). Menurut peneliti, studi ini betujuan untuk memberikan evaluasi dan kajian ulang

terhadap perkembangan RAPM. Peneliti menganalisis publikasi hasil riset, kemudian

1

Page 3: Ringkasan jurnal kelompok 2

mengidentifikasi dan mendiskusikannya, dengan cara tersebut peneliti berharap akan

mendapatkan gambaran tentang kemungkinan arah riset dimasa mendatang.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk memberikan landasan yang luas dalam

mengamati perkembangan literatur dan publikasi hasil riset, untuk menemukan isu yang

belum terjawab yang mengarahkan riset di masa mendatang melalui kajian publikasi hasil

riset. Selain itu diharapkan dapat memberi landasan luas untuk memahami hasil pemetaan

kepada mahasiswa yang hendak melakukan riset.

2. Teori

a. Riset Empiris Akuntansi berbasis Pasar

Riset akuntansi empiris tentang studi terhadap hubungan antara informasi akuntansi dan

harga sekuritas menjadi populer ada tahun tujupuluhan yang dilakukan pertama kali oleh

Ball and Brown pada tahun 1968 yang menguji kandungan informasi ketepatan waktu

(timely) pengumuman laba dan prediksi manfaat informasi laba akuntansi. Dalam

penelitiannya Ball and Brown menggunakan proxy perubahan dalam laba untuk kandungan

laba akuntansi. Dan beta akuntansi untuk ekspektasi laba. Mereka juga menggunakan tiga

model penaksiran laba untuk mengukur earning suprise dan API bulanan untuk mengukur

harga saham. Kemudian harga saham diklasifikasi dalam bad news dan good news dan return

pasar bulan pada sekitaran waktu pengumuman laba dievaluasi dengan narrow window

selama 19 bulan.

Hasil dari studi tersebut menyatakan rata-rata abnormal return pasar pada bulan

pengumuman adalah positif jika pengumumman laba good news dan negatif jika bad news.

Maka hal ini berarti informasi yang terkandung dalam informasi akuntansi memiliki nilai

guna atau usefull, pasar bereaksi pada arah yang sama, abnormal return masih terjadi sampai

enam bulan setelah pengumuman laba. Laba akuntansi mengandung informasi yang

tercermin dalam pergerakan harga saham sekitar tanggal pengumuman laba. Selanjutnya

studi yang dilakukan Ball and Brown direplikasi dan dikembangkan oleh peneliti berikutnya

misalnya Easton, Harris, dan Ohlson(1992) dengan wide window 10 tahun menemukan

return sekuritas dengan laba berdasarkan historical cost semakin berkembang. Perkembangan

riset akuntansi keuangan tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya teori akuntansi positif

oleh Watts dan Zimmerman (1986).

b. Interpretasi dan Perluasan Riset Empiris

Menurut Sutrisno Terdapat dua fungsi utama akuntasi dalam pasar modal yakni yang

pertama untuk membantu berlangsungnya proses ekuilibrium harga sekuritas dan yang kedua

untuk meningkatkan kemampuan indifidu untuk melakukan perdagangan baik dalam periode

2

Page 4: Ringkasan jurnal kelompok 2

sekarang amupun di masa mendatang antar berbagai tempat dan antar negara. Menurut Lev

dan Ohlson dalam Sutrisno, pengujian akir informasi akuntansi adalah kebermanfaatan atau

usefulness dari data akuntansi tersebut. namun usefulness merupakan konsep yang elusive

dan menimbulkan banyak pertanyaan sulit selain itu hasil risetnya terbatas dalam

meningkatkan pemahaman isu-isu dasar dan mengabaikan pengaruhnya pada praktisi dan

pembuat keputusan publik.

Studi RAPM dalam dua dasawarsa terakhir didasarkan pada teori pasar modal dan data

memegang peran enting dalam RAPM tersebut. teori pasar modal modern menyediakan

hubungan yang hilang dimana hubungan tersebut adalah mengakaitkan sistem informasi

akuntansi pada fungsinya di pasar modal. Peran informasi di pasar modal menurut Sutrisno

ada tiga poin yaitu:

1. dapat membantu dalam menciptakan rangkaian keseimbangan harga sekuritas yang

mempengaruhi alokasi sumber daya riil dan keputusan produktif yang dilakukan

dalam perusahaan.

2. Individu dapat menukar klaimnya pada konsumsi sekarang dan yang akan datang,

antar tempat atau negara yang berbeda, dengan memperoleh pola yang lebih

disenangi dalam membagi risiko.

3. Tersedianya kerangka operasional untuk menganalisis sistem informasi alternatif.

Dengan demikian hasil dari sistem ekonomi sebagai fungsi sistem informasi dapat

dilakukan analisis.

Terdapat tiga kunci utama rerangka konseptual dalam bidang riset ini, yaitu informasi,

harga dan variabel lain, dan kepuasan yang diharapkan. Kemudian Kesatuan dari tiga

komponen tersebut menjadi perhatian agenda RAPM yang menurut peneliti intinya adalah

sebagai berikut:

1. Dengan efisiensi pasar modal, kandungan informasi akuntansi dapat disimpulkan

dengan mengobservasi reaksi harga dan volume saham pada pengumuman

informasi.

2. Pasar modal menyediakan preferensi urutan alternatif sistem informasi yang dapat

mengarahkan keputusan yang mengandung kebijakan.

3. Berdasarkan CAPM (Capital Asset Pricing Modetj, relevansi data akuntansi pada

investor individu dibatasi oleh prediksi risiko sistematik.

4. Sebagian besar kesalahan pengukuran akuntansi tidak memicu kesalahan relevansi

dalam menaksir return portofolio yang akan datang, karena pada tingkat portofolio

hanya terdapat masalah kesalahan sistematik.

3

Page 5: Ringkasan jurnal kelompok 2

5. Pembedaan antara perilaku individu dan perilaku pasar dapat ditangkap dengan

mengobservasi reaksi harga dan volume.

6. Riset fundamental (intrinsic value) yang menggunakan informasi akuntansi akan

dicurigai, karena total kesejahteraan tidak berubah dan analisis nilai intrinsik hanya

berimplikasi pada realokasi kesejahteraan.

7. Program riset akuntansi diperlukan untuk menguatkan hipotesis pasar efisie (EMH).

8. RAPM unggul dalam metodologi riset dibanding dengan bidang lain dalam

akuntansi.

c. Pembuktian secara Empiris

Dalam penelitian ini bukti yang tersedia yang berhubungan dengan data pasar modal

adalah informasi akuntansi dan regulasi yang selanjutnya dikelompokkan menjadi tujuan dari

studi yang terdiri atas:

1. Studi kandungan informasi

Sebagian besar studi dalam topik ini adalah jenis pengumuman

(announcement). Yang diuji adalah apakah pengumuman suatu peristiwa

mengasilkan perubahan sifat distribusi return saham, dalam hal ini mean atau

varian, pengumuman peristiwa yang meliputi pengumuman laba dan pengumuman

data keuangan lain.

Hasil pengumuman laba dan data keuangan selain laba menimbulkan reaksi

pasar, dimana berarti bahwa laba akuntansi mengandung informasi. Selain laba,

kandungan informasi selain laba juga dilakukan pengujian misalnya ramalan

deviden yang mempunyai kandungan informasi tambahan selain laba. Pengujian

terhadap rasio keuangan hasilnya belum konsisten, dan yang masih sangat terbatas

adalah pengujian terhadap arus kas adalah lebih baik daripada laba akrual.

2. Perubahan Teknik Akuntansi dan Pengaruhnya tehadap Investor dan

manajer

Dalam studi perbedaan pilihan metoda akuntansi menunjukkan bahwa teknik

akuntansi menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, dan investor tidak

dapat dibodohi dengan perubahan metoda akuntansi. Investor mampu membedakan

antara pengaruh yang nyata dan pengaruh yang tidak nyata atas perubahan

akuntansi dalam laba akuntansi, sehingga investor dikatakan akan lebih bereaksi

terhadap perubahan metoda akuntansi yang mempunyaipengaruh terhadap arus kas

dibandingkan dengan laba. Jika manajemen melakukan perubahan teknik akuntansi

maka motif dibelakangnya mungkin karena kompensasi politik ekonomi dan sosial.

4

Page 6: Ringkasan jurnal kelompok 2

3. Dampak Pasar Terhadap Regulasi Akuntansi

Konsekuensi pasar keuangan relevan bagi pembuatan peraturan atau regulasi

akuntansi Dari hasil beberapa contoh studi menunjukkan bahwa terdapat reaksi pasar

di sekitar pengumuman atau penetapan suatu regulasi tertentu. Hasil riset diberikan

evaluasi dimana hasil riset convergent akan sulit diinterpretasi, yang kemudian

menimbulkan pertanyaan apakah pembuat kebijakan akan peduli terhadap hasil riset

tersebut.

4. Implikasi Riset Akuntansi untuk Teori Ekonomi dan Keuangan

Studi RAPM pada umumnya mendasarkan pada asumsi adanya pasarefisien dan

validitas deskriptif CAPM, namun dalam praktiknya haltersebut kurang mendukung. Di

samping itu hasil studi menunjukkanadanya persistensi harga setelah pengumuman

laba, yang tidak sesuaidengan properti penyesuaian secara cepat dan akurat dari pasar

efisien.Berdasarkan perkembangan kedua konsep tersebut maka diharapkan riset

akuntansi akan memberikan validitas empiris pada perkembangan teori kedua konsep

tersebut.

Pada perkembangan riset akuntansimenunjukkan bahwa CAPM adalah

misspesifikasi, yang menyebabkan munculnyaupaya terhadap verifikasi empiris teori

arbritase.Selain itu terdapat Implikasi lainnya yaitu alternatif penggunaan data

akuntansi untuk penghitungan risiko sistematik. Terdapat Dua hal yangmendasari

penggunaan data akuntansi untuk menghitung risiko sistematik, antara lain:

1. secara empiris (positif) terbukti bahwa nilai beta berhubungan dengan data

keuangan dan regulasi

2. secara normatif pengujian peran data akuntansidapat membantu dalam

menjelaskan dan meningkatkan penaksiran risikosistematis.

d. Bidang Utama RAPM dimasa Mendatang

Terdapat dua bidang utama dalam riset RAPM ini, yaitu:

1. Studi Implikasi kesejahteraan ekonomi

Dengan melakukan studi riset implikasi kesejaheraan ekonomi dari alternatif

kebijakan dan pengungkapan akuntansi maka akan dapat diidentifikasi alasan yang

mempengaruhi kesejahteraan ekonomi tersebut. menurut peneliti, RAPM dimasa

mendatang akan berangkat dari pendekatan normatif ke positif. Riset yang

sebelumnya hanya menguji pasar efisien berbasis pricing dimasa depan akan

menguji bagaimana menghubungkan antara kesejahteraan ekonomi dengan tiga

bentuk riset RAPM sebelumya.

5

Page 7: Ringkasan jurnal kelompok 2

2. Penilaian Aktiva dengan Variabel Fundamental

Pembentukan model penilaian ekuitas adalah untuk melengkapi dan

memperluas hubungan RAPM tradisional. Dengan model penilaian aktiva yang

menggunakan variabel fundamental, model tersebut secara umum menguntungkan

karena tidak memerlukan spesifikasi ekspektasi terhadap informasi.

e. Telaah Kritis RAPM pada Dasawarsa Delapanpuluhan

RAPM diprakarsai ketika studi Ball and Brown muncul pada tahun 1986 dan pada

1970 RAPM kemudian menjadi tumpuan harapan, pada periode tersebut juga muncul

studi tentang konseuensi ekonomi. Pada tahun delapanpuluhan semakin banyak studi

tentang RAPM dan hasil publikasinya telah banyak mendasari riset RAPM sekarang.

Telaah kritis RAPM dalam periode delapanpuluhan dilakukan oleh Bernard (1989)

yang melakukan riset dengan tujuan untuk menilai kemajuan riset terkini dalam RAPM,

melakukan identifikasi hasil riset tersebut, dan mendiskusikan kemungkinan arah riset di

masa mendatang.

f. Kronologi Riset Pasar Modal

1. Awal Euphoria Kemudian Pesimis

Riset tentang RAPM ini Dimulai dengan Ball and Brown (1968) yang semula

ditolak oleh The accounting review, kemudian oleh Dopuch (1989) dipublikasikan

kedalam Journal of Accounting Research yang selanjutnya menjadi penelitian yang

membantu dalam paradigma riset akuntansi keuangan sampai saat ini. Pada tahun 1970-

an riset pasar modal mendapatkan euphoria karena dianggap dapat menunjukkan

keinginan pembuat kebijakan dengan alternatif pendekatan akuntansi, namun Gonedes

dan Dopuch (1974) selanjutnya menjelaskan bahwa tidak terdapat kerangka konseptual

yang menghubungkan antara RAPM dan keinginan sosial yang diberikan standar

akuntansi dan menghasilkan sikap riset pesimis.

2. Era studi Konsekuensi Ekonomik

Akhir tahun 70-an dengan munculnya riset Watts and Zimmerman Bernard

mengakui bahwa walaupun tidak dapat mengevaluasi keinginan dari regulasi akuntansi

namun dapat mengukur beberapa konsekuensi ekonomiknya dalam bentuk reaksi harga

sekuritas dalam perubahan regulasi akuntansi yang tidak diekspektasi. Studi Lev

(1979), Collins dan Dent (1979) merupakan awal dari peralihan penting dalam riset ini,

selanjutnya disusul dengan kontribusi studi Leftwich (1981) dan Schipper dan

Thompson (1983) namun adanya kekecewaan riset dalam bidang ini merupakan awal

studi dari Halthausen dan Leftwich (1983). Riset konsekuensi ekonomik terhadap isu

6

Page 8: Ringkasan jurnal kelompok 2

tradisional dalam valuasi yaitu dengan menekankan pada hubungan antara earnings dan

harga sekuritas, dan kandungan informasi earnings dan data non earnings.

3. Pandangan kesempatan tahun 1989

Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno, pada dasarnya berdasar pada era dimana

riset merupakan permulaan untuk mengambil keuntungan dari riset tersebut untuk

pengetahuan mengena sistem informasi dan analisis fundamental. Dimana riset yang

dapat membantu untuk memahami untuk mempelajari dari menganalisis laporan

keuangan, dan bagaimana struktur sistem akuntansi membantu dalam meningkatkan

analisis mulai dilakukan oleh Penman, Ohlson, dan lainnya,

Isu Investigasi Selama Dasawarsa Delapanpuluhan

Bernard (1989) mengklasifikasikan riset pasar modal dalam dasawarsa delapanpuluhan

ke dalam tiga jurnal akuntansi, yaitu AR (The Accounting Review), JAE (Journal of

Accounting & Economics), dan JAR (Journal of Accounting Research), dimana agenda riset

pasar modal selama tahun 1980-1983 meliputi:

a. 30% terdiri dari studi konsekuensi ekonomik yang menguji reaksi harga sekuritas

terhadap pengumuman regulasi akuntansi.

b. 9% riset efisiensi pasar yang secara aktif dilakukan sejak tahun 1970-an yang

jumlahnya semakin menurun.

c. 24% merupakan studi yang berhubungan dengan penilaian yang meliputi studi

hubungan earning to price (rasio E/P).

d. 22% studi kandungan informasi data akuntansi selain dari bottom line historical cost

earnings.

e. 17% merupakan studi yang menfokuskan pada perbaikan pekerjaan riset terutama

metodologi sebelumnya

Aktivitas Riset Pasar Modal Selama Dasawarsa Delapanpuluhan

Bernard mengklasifikasi lima kelompok riset tersebut yang selanjutnya diikhtisarkan

sebagai berikut:

a. Studi konsekuensi ekonomi yang menunjukkan bahwa pengaruh harga sekuritas dengan

pengumuman regulasi akuntansi adalah kecil atau tidak ada.

b. Studi efisiensi pasar dengan bukti yang menumpuk yaitu bahwa pasar tidak merespon

secara lengkap terhadap publikasi yang diperoleh.

7

Page 9: Ringkasan jurnal kelompok 2

c. Studi hubungan antara earnings dan harga sekuritas dan faktor yang mempengaruhi

keberinformasian dari earnings dan peramalan earnings. Sulit untuk mengikhtisarkan

literatur ini, kecuali beberapa pekerjaan riset yang telah mengembangkan model

pemetaan (mapping) akuntansi dan variabel informasi ke dalam harga pasar.

d. Secara mengejutkan konsisten dengan temuan literatur kandungan informasi, yaitu

bahwa sulit untuk menemukan data akuntansi yang mendominasi atau melengkapi

bottom line laba cost historis. Meskipun Ou dan Penman (1989) telah manemukan

balwa kandungan informasi dalam data non-eamings, namun hal ini menjadi bukti

hanya ketika seseorang mempercayai pada model penilaian naif.

e. Dari sisi metodologis yaitu tentang power dan bias dalam metoda riset, namun masih

toleransi terhadap model dengan kemungkinan spesifikasi yang lemah.

ARAH RISET AKUNTANSI PASAR MODAL DI MASA MENDATANG

Beaver (1996) melakukan studi untuk memberi komentar pada petunjuk dan arah

(directions) riset akuntansi, yaitu bentuk NEAR (Not So Early Accounting Research) dan

FAR (Future Accounting Research), khususnya bidang pasar modal. Topik tersebut

memberikan kesempatan untuk menganalisis kecenderungan riset terkini dan spekulasi yang

mungkin akan berlanjut. Komentar dalam studi Beaver ini difokuskan pada tiga bidang, yaitu

sebagai berikut. Pertama, review kekuatan yang mempengaruhi riset akuntansi selama lebih

dari 25 tahun. Kedua, bagian dari petunjuk NEAR ditelaah dengan menggunakan dua poin,

yaitu kumpulan paper riset yang didiskusikan dalam seminar riset akuntansi harga sekuritas

di Universitas Stanford Amerika Serikat, dan kumpulan paper riset yang menarik saat ini.

Ketiga, diskusi karakteristik utama petunjuk FAR, meliputi unsur yang cenderung mengarah

pada riset akuntansi umum dibanding dengan riset kontekstual, dan peran dari faktor wild

card.

Berikut adalah tiga faktor eksternal yang mempengaruhi riset akuntansi.

1. Aplikasi dari faktor disiplin lain seperti keuangan, ekonometrik, statistik, dan sains

keperilakuan.

2. Data berbasis elektronik yang dapat diperoleh dengan biaya lebih murah, yang muncul

karena perubahan teknologi komputer, seperti data return dan data sekuritas (CRSP)

dan data laporan keuangan (COMPUSTAT), peramalan dan rekomendasi analis

(I/B/E/S), dan database internal (GLOBAL VANTAGE).

3. Perubahan dalam lingkungan pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi

pertanyaan riset, seperti munculnya standar akuntansi yang baru oleh FASB (Finacial

8

Page 10: Ringkasan jurnal kelompok 2

Accounting Standards Board) dengan SFAS (Statement o f Financial Accounting

Standard).

Sementara faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi komunitas akademik

akuntansi yang pada umumnya bersifat institusional, misalnya: jurnal, konferensi, simposium

akuntansi, dan asosiasi kebijakan promosi pada beberapa sekolah dan universitas.

1. JAR mempunyai pengaruh yang signifikan untuk mendorong riset empiris dalam

bidang akuntansi.

2. JAE telah memberi stimulus pada riset teori akuntansi positif.

Selain hal di atas, terdapat pula studi Kothari yang mendiskusikan ide penting dalam

literatur dan perkembangan yang mendorong banyak ide dalam riset akuntansi pasar modal.

Studi tersebut juga mengevaluasi temuan riset dan rancangan riset yang dilakukan di masa

lalu. Tujuannya adalah untuk memberikan landasan hipotesis (competing) dan penjelasan

untuk mengamati temuan. Sifat ini terutama ditujukan pada isu yang belum terjawab yang

mengarahkan riset di masa mendatang melalui review studi.

Adapun sumber utama permintaan riset akuntansi bidang pasar modal adalah (1)

analisis fundamental dan valuasi; (2) pengujian efisiensi pasar; dan (3) peran angka akuntansi

dalam kontrak dan proses politis. Sementara topik-topik RAPM terkini meliputi: (1)

pengujian efisiensi pasar terhadap informasi akuntansi; (2) analisis fundamental; dan (3)

relevansi nilai pelaporan keuangan. Topik riset tersebut memungkinkan untuk membantu

pembuatan keputusan investasi dalam pasar modal, penyusunan standar akuntansi, dan

keputusan pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

Awal Perkembangan Riset Pasar Modal

Perkembangan riset akuntansi sampai dengan pertengahan tahun 1960-an pada

umumnya dikategorikan sebagai riset dengan teori tradisional, normatif, preskriptif dan

deskriptif, sehingga Watts dan Zimmerman (1986) menyebutnya sebagai tidak ilmiah (non-

scientific). Setelah muncul teori akuntansi positif (Watts dan Zimmerman, 1978 dan 1979),

RAPM mendapat fasilitas untuk maju semakin pesat. Muncul dan berkembangnya hipotesis

pasar modal efisien, CAPM, dan studi peristiwa (Fama dkk, 1969) juga ikut mempercepat

laju perkembangan riset tersebut.

Teori akuntansi positif pertama kali dicetuskan oleh Watts dan Zimmerman pada tahun

1978 dan 1979. Watts dan Zimmerman dalam bukunya PAT (Positive Accounting Theory)

telah menunjukkan dampak negatif pemilihan metode akuntansi yang berbeda, akan

menguntungkan salah satu fihak dan merugikan fihak yang lain. Scott (2000) menyebutnya

9

Page 11: Ringkasan jurnal kelompok 2

sebagai perilaku oportunistik akibat dimungkinkannya penggunaan metode pengukuran yang

berbeda. Selain dalam bentuk perilaku oportunistik yang negatif, PAT juga diinterpretasi

positif oleh Scott yang disebut dengan Efficient Contracting. Dalam bentuk ini manajemen

memilih metode akuntansi dengan tujuan untuk kepentingan perusahaan, dan bukan untuk

kepentingan pribadi.

Studi Peristiwa

Studi peristiwa adalah studi yang mengkaji suatu peristiwa seperti pengumuman laba

apakah akan membawa informasi baru kepada partisipan pasar, seperti yang direfleksikan

dalam perubahan level atau variabilitas harga sekuritas atau volume perdagangan dalam

periode jangka pendek (Collins dan Kothari 1989, Watts dan Zimmerman 1986). Sementara

hipotesis dalam studi peristiwa yaitu bahwa pasar modal adalah efisien secara informasional

yang berarti harga sekuritas secara cepat merefleksikan informasi baru yang diterima. Contoh

studi peristiwa adalah studi Bali dan Brown (1968), Beaver (1968), Foster (1977), Wilson

(1986), Bali dan Kothari (1991), Amir dan Lev (1996), dan Vincent (1999).

Studi Asosiasi

Studi asosiasi digunakan untuk menguji korelasi positif antara ukuran kinerja akuntansi

(seperti laba atau arus kas dari operasi), dan return sekuritas, yang keduanya diukur secara

relatif panjang misalnya dalam waktu satu tahun. Karena partisipan pasar mempunyai akses

pada sumber yang lebih banyak tentang informasi arus kas, sehingga studi asosiasi tidak

menganggap bahwa laporan akuntansi adalah hanya sumber informasi bagi pertisipan pasar.

Oleh karenanya tidak ada hubungan kausal antara informasi akuntansi dengan pergerakan

harga sekuritas yang disimpulkan dalam studi asosiasi. Tujuan studi asosiasi adalah untuk

menguji apa dan bagaimana kecepatan ukuran akuntansi menangkap perubahan informasi,

yang direfleksikan dalam return sekuritas pada periode tersebut. Contoh studi asosiasi adalah

Bali dan Brown (1968), Beaver, Lambert dan Morse (1980), Rayburn (1986), Collins dan

Kothari (1989), Livnat dan Zarowin (1990), Easton, Harris, dan Ohlson (1992), Dechow

(1994), dan Dhaliwal, Subramanyam, dan Trezevan (1999).

SIMPULAN

RAPM telah berkembang pesat sejak dua dasawarsa terakhir, walaupun perkembangan

di Indonesia baru dimulai sejak akhir dasawarsa delapanpuluhan. Perkembangan pasar modal

di beberapa kawasan ikut mendorong dan memfasilitasi RAPM, sehingga bidang riset ini

10

Page 12: Ringkasan jurnal kelompok 2

menjadi semakin banyak diminati. Selama tiga dasawarsa terakhir telah banyak paper riset

yang dipublikasi dalam jurnal ilmiah, sehingga juga memberi dorongan pada perkembangan

literatur akademik bidang akuntansi dan keuangan. Keunggulan RAPM diantaranya adalah

kemudahan peneliti untuk mengakses data sekunder yang telah tersedia dengan biaya relatif

murah dan validitasnya telah teruji, dan secara rutin dipublikasi oleh bursa efek maupun

lembaga-lembaga terkait lainnya.

Perkembangan RAPM diawali dari studi Bali dan Brown (1968), dan diklaim sebagai

studi yang monumental dan telah menyumbangkan paradigma baru, sehingga mengantarkan

riset ini menjadi bidang baru yang menarik perhatian peneliti. Kunci dari gambaran risetnya

adalah ekonomi positif, seperti halnya Milton Friedman, hipótesis pasar efisiennya Fama, dan

rancangan studi peristiwa dalam studi Fama, et al., (1969), yang merupakan pendatang baru

dalam ilmu ekonomi dan riset keuangan. Sejarah tersebut terulang lagi dengan kehadiran riset

teori akuntansi positif Watts dan Zimmerman (1986) dan berkembang pesat sejak dasawarsa

tujuhpuluhan sampai dengan saat ini. Di samping itu perkembangan RAPM juga banyak

dipengaruhi oleh ide riset atau gagasan yang berasal dari bidang lain yang terkait, seperti

faktor eksternal dan faktor internal (Beaver, 1996).

Studi ini menganalisis perkembangan RAPM dengan memberikan evaluasi dan kajian

ulang temuan hasil riset, melakukan identifikasi, dan diskusi, untuk menentukan

kemungkinan arah riset di masa mendatang. Tujuannya adalah untuk memberikan landasan

yang luas dalam mengamati perkembangan literatur dan publikasi hasil RAPM. Hal ini

terutama ditujukan terhadap isu yang belum terjawab yang mengarahkan riset di masa

mendatang melalui kajian dan diskusi publikasi hasil riset. Hasil studi diharapkan dapat

memberi pemahaman terhadap hubungan antar bidang riset dan isu terkini kepada pembaca,

terutama mahasiswa akuntansi dan keuangan yang akan melakukan riset bidang pasar modal.

Selanjutnya dengan memahami pemetaan (mapping) bidang riset, diharapkan dapat memberi

petunjuk dalam menentukan bidang riset yang diminati, terutama dalam memilih judul dan

menyiapkan keberhasilan proyek risetnya.

11

Page 13: Ringkasan jurnal kelompok 2

ASOSIASI ANTARA PRAKTIK PERATAAN LABA DAN REAKSI PASAR MODAL

DI INDONESIA

Oleh: Drs. Imam Subekti, M.Si., Ak

PENDAHULUAN

Salah satu parameter yang sering digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah

laba. Sebagaimana yang terdapat dalam Statement of Accounting Concepts (SFAC) No. 1

tentang informasi laba, selain untuk menilai kinerja manajemen, informasi laba juga untuk

membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dan mengukur risiko dalam

investasi atau kredit, (Parawiyati dan Baridwan, 1998). Laba yang meningkat dari periode

sebelumnya akan mengindikasikan baiknya kinerja perusahaan sehingga mempengaruhi

peningkatan harga saham perusahaan. Bahkan menurut Baettie dkk dalam Assih dan Gudono

(2000), informasi laba yang diberikan oleh perusahaan seringkali menjadi pusat perhatian

investor dibandingkan prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi

laba tersebut. Akibatnya, kondisi tersebut menciptakan peluang bagi manajer untuk

melakukan tindakan manipulasi laba (earnings manipulation).

Tindakan manipulasi laba dapat dilakukan melalui perataan laba (income smooting).

Menurut Jin dan Machfoedz (1998), tindakan perataan laba dilakukan oleh manajer untuk

menciptakan laba yang stabil dan mengurangi covariance dari market return. Mereka juga

menambahkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tersebut

diharapkan dapat memberi pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian

kinerja manajer. Sementara untuk mengetahui reaksi pelaku pasar modal terhadap informasi

yang dipublikasikan di pasar modal, dapat diproksikan dengan variabel abnormal return dan

volume perdagangan saham. Perubahan harga saham akan dapat menggambarkan bentuk

efisiensi pasar modal. Semakin efisien pasar, maka semakin cepat informasi tersebut

terefleksi dalam harga saham.

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Assih dan Gudono (2000) yang

menguji reaksi pasar atas informasi laba yang diproksikan hanya dengan abnormal return

pada perusahaan perata laba maupun perusahaan non perata laba. Sedangkan penelitian ini

akan menambah proksi variabel reaksi pasar yaitu selain abnormal return juga volume

perdagangan saham. Selain itu dalam penelitian ini, perataan laba lebih berfungsi sebagai

variabel moderating dan reaksi pasar diproksikan dengan abnormal return untuk mengetahui

perubahan harga saham dan mengamati volume perdagangan saham. Selanjutnya, untuk

informasi laba diproksikan dengan unexpected earnings yang dikelompokkan menjadi

12

Page 14: Ringkasan jurnal kelompok 2

positive earnings surprise dan negative earnings surprise. Hasil penelitian diharapkan dapat

menggambarkan kondisi pasar modal Indonesia secara lebih lengkap baik tentang bentuk

efisiennya (abnormal return) maupun likuiditasnya (volume perdagangan saham).

TINJAUAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Motivasi dari Tindakan Perataan Laba

Penelitian yang dilakukan oleh Salno dan Baridwan (2000) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi perataan laba serta keterkaitannya dengan kinerja saham menujukan bahwa

perataan laba terkait erat dengan konsep manajemen laba. Konsep manajemen laba

menggunakan dasar teori agency yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba

dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang

timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat

kemakmuran yang dikehendakinya.

Menurut Koch (1981), perataan laba adalah cara yang digunakan oleh manajemen

untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan

baik secara artifisial (melalui metoda akuntansi) maupun secara riil (melalui transaksi).

Perataan laba merupakan suatu perilaku yang rasional yang didasarkan atas asumsi dalam

positive accounting theory bahwa manajemen (agent) merupakan individual yang rasional

yang memperhatikan kepentingan dirinya. Berdasarkan asumsi tersebut, maka motivasi yang

mempengaruhi pilihan manajer atas kebijakan tertentu adalah dengan memaksimumkan

kepentingannya. Dalam hal ini, kepentingan manajer tergantung pada nilai perusahaan yang

dapat dilihat pada reaksi pasar atas saham perusahaan yang didasarkan atas laporan keuangan

yang diterbitkan oleh perusahaan. Menurut Sutrisno (2001), manajer yang melakukan

tindakan perataan laba, akan melaporkan laba lebih rendah ketika laba yang dapat direalisasi

tinggi dan melaporkan laba lebih tinggi ketika laba yang dapat direalisasi rendah.

Hepwort dalam Jatiningrum (2000) menyatakan bahwa tindakan perataan laba yang

dilakukan oleh manajemen merupakan suatu tindakan yang logis dan rasional bagi manajer,

yang disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu:

1) Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada perioda berjalan

yang dapat mengurangi hutang pajak.

2) Tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung

kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan.

3) Tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan

13

Page 15: Ringkasan jurnal kelompok 2

karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah/ gaji oleh karyawan.

4) Tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, dimana

kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisma dan

pesimisma dapat ditekan.

Sementara menurut Brayshaw dan Eldin (1989), terdapat dua hal yang memotivasi

manajer dalam mengambil keputusan untuk melakukan perataan laba yaitu:

1) Rencana kompensasi manajemen yang biasanya dihubungkan dengan kinerja

perusahaan yang ditunjukkan dalam laba yang dilaporkan, sehingga setiap fluktuasi

dalam laba akan mempengaruhi langsung terhadap kompensasinya.

2) Fluktuasi dalam kinerja manajemen mungkin mengakibatkan intervensi pemilik untuk

mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau penggantian manajemen

secara langsung, dan ancaman penggantian manajemen ini mendorong manajemen

untuk membuat laporan kinerja yang sesuai dengan keinginan pemilik.

Terdapat dua jenis perataan laba (Dascher dan Malcom, 1970), yaitu sebagai berikut:

1) Real smooting, merupakan suatu transaksi yang sesungguhnya untuk dilakukan atau

tidak dilakukan berdasar pengaruh perataannya pada laba.

2) Artificial smooting merupakan perataan laba dengan menerapkan prosedur akuntansi

untuk memindahkan biaya dan/ atau pendapatan dari suatu perioda ke perioda lainnya.

Perataan laba ini dapat dilakukan dengan 3 cara (Brayshaw dan Eldin, 1989) yaitu

sebagai berikut. Pertama, melalui keterjadian/pengakuan suatu peristiwa (smoothing through

event strategic management occurance or recognation). Perataan laba dapat dilakukan

dengan cara mengatur waktu transaksi aktual sehingga dapat mengurangi fluktuasi

pendapatan yang dilaporkan. Kedua, melalui alokasi waktu (smoothing through allocation

over time), dimana manajemen dapat mengalokasikan pendapatan/biaya tertentu dalam

periode keuangan yang berbeda. Ketiga, melalui klasifikasi (classificatory smoothing),

dimana manajemen mengklasifikasikan item-item dalam laba (extra-ordinary items atau

ordinary items) untuk menimbulkan kesan yang lebih merata pada laporan keuangan yang

dilaporkan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba

Berdasarkan hasil penelitian Jin dan Machfoedz (1998), faktor yang berpengaruh

terhadap praktik perataan laba adalah variabel leverage operasi sedangkan variabel ukuran

perusahaan, profitabilitas dan sektor industri tidak berpengaruh. Hasil ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Narsa dkk (2003) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan

14

Page 16: Ringkasan jurnal kelompok 2

memiliki pengaruh positif dengan praktik perataan laba. Sedangkan Jatiningrum (2000)

menunjukkan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh variabel profitabilitas dan untuk

ukuran perusahaan dan sektor industri bukan merupakan faktor pendorong pelaksanaan

praktik perataan laba. Sementara itu, Salno dan Baridwan (2000) yang menggunakan

instrumen besaran perusahaan, Net Profit Margin (NPM), kelompok usaha, dan winner/

losser stocks menyimpulkan bahwa baik besaran perusahaan, NPM, kelompok usaha maupun

winner/ losser stocks tidak berpengaruh terhadap praktik pemerataan laba.

Reaksi Pasar Modal

Untuk mempelajari reaksi pasar atas suatu peristiwa (event) yang informasinya

dipublikasikan sebagai suatu pengumuman digunakanlah studi peristiwa (pengujian

kandungan informasi) yang bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa atau

informasi dengan reaksi pasar apakah informasi tersebut dapat mempengaruhi perubahan

harga saham atau besarnya volume perdagangan saham. Jika pengumuman mengandung

informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima

oleh pasar dan reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang

bersangkutan. Untuk mengukur adanya reaksi pasar dapat menggunakan variabel abnormal

return dan volume perdagangan saham. Dalam penelitian ini, informasi yang diuji adalah

informasi laba perusahaan.

Ball dan Brown (1968) menyatakan bahwa informasi yang terkandung dalam angka

akuntansi berguna jika laba yang sesungguhnya berbeda dengan laba harapan investor. Hal

ini didukung oleh Beaver (1968) yang menyatakan jika pengumuman laba tahunan

mengandung informasi, maka variabilitas perubahan harga akan nampak lebih besar pada saat

laba diumumkan daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan. Selain itu, Utami dan

Suharmadi (1998) yang meneliti tentang pengaruh informasi penghasilan perusahaan

terhadap harga saham di BEJ menyimpulkan bahwa informasi penghasilan yang diberikan

oleh perusahaan memberikan pengaruh terhadap harga saham di BEJ. Dalam hal ini saham

yang memiliki unexpected income positif menghasilkan abnormal return rata-rata yang lebih

besar dibanding dengan saham yang memiliki unexpected income negatif, sehingga semakin

besar tingkat penghasilan semakin optimis investor terhadap return perusahaan.

Reaksi pasar modal dapat pula diproksikan dengan volume perdagangan saham.

Perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan antara pada waktu pengumuman

informasi dengan waktu diluar pengumuman informasi mengindikasikan bahwa adanya

reaksi pasar modal atas publikasi tersebut. Pemicu adanya kenaikan atau penurunan volume

15

Page 17: Ringkasan jurnal kelompok 2

perdagangan saham yang signifikan tersebut antara lain adanya abnormal return. Pada

kondisi pasar modal yang efisien adanya abnormal return yang positif akan memicu kenaikan

volume perdagangan saham. Sebaliknya, adanya abnormal return yang negatif dapat memicu

penurunan volume perdagangan saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

abnormal return mempunyai hubungan positif dengan volume perdagangan saham. Selain

itu, Beza dan Naim (1998) juga menyatakan bahwa terdapat peningkatan dalam volume

saham secara signifikan setelah pengumuman laba tahunan jika dibandingkan dengan

sebelum pengumuman laba tahunan. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

H1A : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return adalah

berbeda antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non perata

laba.

H1B : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan

saham adalah berbeda antara perusahaan perata laba dengan perusahaan

non perata laba.

H2A : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return pada

perusahaan yang menunjukkan positive earnings surprise adalah berbeda

antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non perata laba.

H2B : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan

saham pada perusahaan yang menunjukkan positive earnings surprise

adalah berbeda antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non

perata laba.

H3A : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return pada

perusahaan yang memiliki negative earnings surprise adalah berbeda

antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non perata laba.

H3B : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan

saham pada perusahaan yang memiliki negative earnings surprise adalah

berbeda antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non perata

laba.

16

Page 18: Ringkasan jurnal kelompok 2

METODA PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di PT. Bursa Efek

Jakarta (BEJ). Sampel adalah perusahaan manufaktur yang diambil dengan metode purposive

sampling. Kriterianya sebagai berikut:

1. Perusahaan masuk dalam sektor industri manufaktur. Kriteria ini bertujuan untuk menghindari

bias karena perbedaan industri dan karena sektor manufaktur mempunyai akun relatif besar

yang memungkinkan untuk dilakukannya perataan laba.

2. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak 1 Januari 1999 sampai dengan tahun 2002

secara terus menerus.

3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode 1999 sampai 2002 dan laporan

keuangan berakhir 31 Desember.

4. Data tanggal pengumuman laba periode 31 Desember 2002 tersedia di bursa atau di media massa.

5. Selama periode pengamatan tidak terjadi peristiwa ekonomi lain yang dapat mengganggu

pengamatan. Hal ini bertujuan untuk menghindari bias reaksi pasar karena peristiwa lain

(confounding effect).

Perusahaan manufaktur yang masuk dalam sampel setelah melalui seleksi sesuai dengan kriteria

purposive sampling adalah sebanyak 84 perusahaan.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah data sekunder. Jenis dan sumber data

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Laporan keuangan tahunan emiten yang terdaftar di BEJ yang mulai tahun berakhir pada 31

Desember 1999 sampai dengan 31 Desember 2002 yang diperoleh dari Database Annual

Report POJOK BEJ-UNIBRAW.

2. Abnormal return dan volume perdagangan saham diperoleh dari Indonesian Securities

Market Database.

3. Tanggal publikasi laporan keuangan diperoleh dari situs PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ)

www.jsc.co.id

Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Unexpected Earnings

Model yang digunakan untuk menghitung laba harapan adalah model penaksiran laba zero

growth model dan market expectation model. Model penaksiran zero growth model digunakan

jika perusahaan melakukan perataan laba dengan sempurna maka laba yang dilaporkan akan

17

Page 19: Ringkasan jurnal kelompok 2

sama antara perioda sekarang dengan perioda sebelumnya. Sedangkan, model market expectation

model digunakan karena penelitian ini merupakan penelitian yang menghubungkan laba harapan

dengan harga saham.

a. Model Zero Growth

UE it = E it – E it-1 , (UE= unexpected Earning, E= earning)

b. Model Market Expectation

UE it = E it – a it - b it M it

Keterangan:

UE it : laba kejutan untuk perusahaan i pada tahun t.

E it : laba yang dilaporkan untuk perusahaan i pada tahun t.

E it-1 : laba yang dilaporkan untuk perusahaan i pada tahun sebelumnya (t-1).

M it : rata-rata laba seluruh perusahaan yang ada di pasar, selain perusahaan i pada tahun t, a it

dan b it adalah parameter yang ditaksir dari regresi atas laba perusahaan i pada tahun t

dengan rata-rata laba perusahaan yang ada di pasar, selain perusahaan i dengan menggunakan

data sampai t-1.

2. Cumulative Abnormal Return (CAR)

CAR adalah jumlah dari abnormal return dari masing-masing sampel selama perioda jendela 11 hari

disekitar tanggal pengumuman laporan laba. Koreksi atas abnormal return ini menggunakan model

Fowler dan Rorke sesuai dengan perhitungan dalam Indonesian Securities Market Database (ISMD)

dari PPA FE-UGM.

AR it = R it - E(R it )

(AR= Abnormal Return, R= Actual Return, E(R)= Expected Return)

AR dihitung dari perioda jendela dari peristiwa pengumuman laba tahun 2002 selama 11 hari (5 hari

sebelum pengumuman, 1 hari saat,dan 5 hari setelah pengumuman). Koreksi atas abnormal return

dengan model Fowler dan Rorke dilakukan dengan periode lead dan lag 4 hari yang prosedurnya

sebagai berikut:

• Mengoperasikan persamaan regresi berganda yang dirumuskan sebagai berikut:

R¿=α i+ βi−4 RMt−4+β i

−3 RMt−3+β i−2 RMt−2+β i

−1 RMt−1+ βi0 RMt+β i

+1 RMt+1+ βi+2 RMt+2+β i

+3 RMt+3+β i+4 RMt+4+ε ¿

• Mengoperasikan persamaan regresi untuk mendapatkan korelasi serial return indeks pasar

dengan return indeks pasar periode sebelumnya sebagai berikut:

RMt=αi+ρ1 RMt−1+ ρ2 RMt−2+ρ3 RMt−3+ρ4 RMt−4+ε¿

18

Page 20: Ringkasan jurnal kelompok 2

• Menghitung bobot dari masing-masing hari dengan rumus sebagai berikut:

w1=1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+ ρ4

1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+2 ρ4

w2=1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+ ρ4

1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+2 ρ4

w3=1+2ρ1+2 ρ2+2 ρ3+ρ4

1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+2 ρ4

w4=1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+ρ4

1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+2 ρ4

• Menghitung beta dikoreksi sekuritas ke-i yang merupakan penjumlahan koefisien regresi berganda

dengan bobot.

ρi=w4 β i−4+w3 βi−3+w2 β i−2+w1 β i−1+ β0+w1 βi−1+w2 β i−2+w3 β i−3+w4 βi−4

3. Volume Perdagangan Saham (VPS)

VPS¿=∑ Sa ham iditransaksikan waktu t

∑ Sa h ami beredar waktu t

4. Indeks Perataan Laba (IPL)

IPL berfungsi untuk mengelompokkan perusahaan sebagai perata laba atau bukan perata

laba.

Indeks perataan laba( IPL)=CV ∆ ICV ∆ s

Keterangan:

∆I : perubahan laba dalam satu perioda

∆S : perubahan penjualan dalam satu perioda

CV : koefisien variasi yang dihitung dengan cara sebagai berikut: CV = Deviasi Standar/ Nilai yang

diharapkan

CV ∆ I : koefisien variasi untuk perubahan laba

CV ∆s : koefisien variasi untuk perubahan penjualan

CV ∆ I dan CV ∆s dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

19

Page 21: Ringkasan jurnal kelompok 2

CV ∆ I dan CV ∆s= √VarianceExpected Value

Atau,

CV ∆ I dan CV ∆s = √∑ (∆ x−∆ x)2

n−1÷ ∆ x

∆ x : perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1

N : banyaknya tahun yang diamati

Perusahaan diklasifikasikan sebagai bukan perata laba jika CV ∆ I > CV ∆s, sebaliknya jika

CV ∆ I < CV ∆s maka perusahaan akan diklasifikasikan sebagai perusahaan bukan perata laba.

Pengujian Hipotesis

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data abnormal return dan volume perdagangan saham

disekitar tanggal pengumuman laba akan diuji kenormalitasnya dengan kolmogorov-smirnov

goodness of fit test. Apabila distribusi data adalah normal maka pengujian hipotesis menggunakan

parametrc test: independent samples t-test. Tetapi jika distribusi data adalah tidak normal maka

digunakan nonparametric test: man-whitney test.

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian kolmogorov-smirnov goodness of fit test menunjukkan bahwa baik variabel CAR

maupun TVA untuk keseluruhan data merupakan data tidak berdistribusi normal karena nilai 2

tailed p < 0.05, sehingga untuk pengujian keseluruhan hipotesis digunakan man whitney test (non

parametrik).

Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis satu (H 1A dan H 1B ) pada tabel 5 tersebut

dapat disimpulkan bahwa reaksi pasar modal yang diproksikan oleh abnormal return dan

volume perdagangan saham antara perusahaan perata laba dengan bukan perata laba tidak

berbeda. Ini berarti bahwa hipotesis (H 1A dan H 1B ) tidak didukung.

Dapat dilihat pada pengelompokan A. Proksi Abnormal Return yang dikelompokkan berdasarkan

Laba Operasi antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil

nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,314 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Sedangkan

yang dikelompokkan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak antara CAR-perusahaan Perata Laba

dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,856 yang artinya

nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.

Dapat dilihat juga pada pengelompokan B. Proksi Volume Perdagangan Saham yang dikelompokkan

berdasarkan Laba Operasi antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata

Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,353 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.

20

Page 22: Ringkasan jurnal kelompok 2

Sedangkan yang dikelompokkan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak antara VPS-perusahaan

Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,431

yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.

Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis dua (H 2A dan H 2B ) pada tabel 6 tersebut

dapat disimpulkan bahwa reaksi pasar modal yang diproksikan oleh abnormal return dan

volume perdagangan saham antara perusahaan perata laba dengan bukan perata laba tidak

berbeda. Ini berarti bahwa hipotesis dua (H 2A dan H 2B ) tidak didukung.

Dapat dilihat pada pengelompokan A. Proksi Abnormal Return yang dikelompokkan berdasarkan

Laba Operasi dan Zero Growth Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan

Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,219 yang artinya nilai asymp. Sig. (2

tailed) > 0,05. Pengelompokkan berdasarkan Laba Operasi dan Market Expect. Model antara CAR-

perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2

tailed) = 0,844 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba

Bersih Setelah Pajak dan Zero Growth Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-

Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,869 yang artinya nilai asymp.

Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Market

Expectation Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba

hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,751 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.

Dapat dilihat juga pada pengelompokan B. Proksi Volume Perdagangan Saham yang dikelompokkan

berdasarkan Laba Operasi dan Zero Growth Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-

Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,133 yang artinya nilai asymp.

Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokkan berdasarkan Laba Operasi dan Market Expect. Model antara

VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2

tailed) = 0,188 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba

Bersih Setelah Pajak dan Zero Growth Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-

Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,247 yang artinya nilai asymp.

Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Market

Expectation Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba

hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,173 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.

Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis tiga (H 3A dan H 3B ) pada tabel 7 tersebut

dapat disimpulkan bahwa reaksi pasar modal yang diproksikan oleh abnormal return dan

volume perdagangan saham antara perusahaan perata laba dengan bukan perata laba tidak

berbeda. Ini berarti bahwa hipotesis (H 3A dan H 3B ) tidak didukung.

Dapat dilihat pada pengelompokan A. Proksi Abnormal Return yang dikelompokkan berdasarkan

Laba Operasi dan Zero Growth Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan

21

Page 23: Ringkasan jurnal kelompok 2

Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,085 yang artinya nilai asymp. Sig. (2

tailed) > 0,05. Pengelompokkan berdasarkan Laba Operasi dan Market Expect. Model antara CAR-

perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2

tailed) = 0,182 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba

Bersih Setelah Pajak dan Zero Growth Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-

Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,406 yang artinya nilai asymp.

Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Market

Expectation Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba

hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,391 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.

Dapat dilihat juga pada pengelompokan B. Proksi Volume Perdagangan Saham yang dikelompokkan

berdasarkan Laba Operasi dan Zero Growth Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-

Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,977 yang artinya nilai asymp.

Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokkan berdasarkan Laba Operasi dan Market Expect. Model antara

VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2

tailed) = 0,532 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba

Bersih Setelah Pajak dan Zero Growth Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-

Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,612 yang artinya nilai asymp.

Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Market

Expectation Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba

hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,286 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut bahwa berdasarkan teori hipotesis pasar efisien, pasar modal

Indonesia belum efisien bentuk setengah kuat secara keputusan. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis diatas diketahui bahwa laporan keuangan memiliki kandungan informasi yang

ditunjukkan oleh adanya abnormal return dan volume perdagangan saham yang nilai

signifikan berbeda dengan 0 (t-value, test=0, CAR = 2,831 dan VPS = 3,003; dan Sig. 2 tailed, CAR =

0,021 dan VPS = 0,004).

SIMPULAN

Hasil ini penelitian ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2002 kondisi pasar modal Indonesia

tidak efisien setengah kuat secara keputusan. Akan tetapi, pada tahun tersebut kondisi Pasar modal

Indoensia telah memenuhi persyaratan efisiensi pasar dalam bentuk setengah secara informasi karena

pasar modal bereaksi atas publikasi laporan laba perusahaan dalam nilai signifikan. Penelitian ini

memiliki kelemahan sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan empat tahun penelitian, sebaiknya untuk penelitian yang

berkaitan perataan laba sebaiknya menggunakan data laporan keuangan lebih panjang agar

lebih detail dalam analisisnya.

22

Page 24: Ringkasan jurnal kelompok 2

2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel abnormal return dan trading volume activity

sebagai proksi dari reaksi pasar.

3. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur.

23

Page 25: Ringkasan jurnal kelompok 2

KRITIK JURNAL

ASOSIASI ANTARA PRAKTIK PERATAAN LABA DAN REAKSI PASAR MODAL

DI INDONESIA

Oleh: Drs. Imam Subekti, M.Si., Ak

1. Peneliti sudah baik dalam menyampaikan mengenai keakuratan alat analisisnya. Karena peneliti

telah melakukan uji normalitas terlebih dahulu sebelum menguji hipotesis penelitian. Peneliti

menyampaikan bahwa ” Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data abnormal return dan

volume perdagangan saham disekitar tanggal pengumuman laba akan diuji kenormalitasnya

dengan kolmogorov-smirnov goodness of fit test. Apabila distribusi data adalah normal maka

pengujian hipotesis menggunakan parametrc test: independent samples t-test. Tetapi jika

distribusi data adalah tidak normal maka digunakan nonparametric test: man-whitney test.”

2. Peneliti kurang menjabarkan mengenai hasil penelitian yang ada didalam tabel. Sehingga hasil

penelitian hanya disampaikan secara keseluruhan, tidak dirinci dalam pernyataan yang lebih jelas

oleh peneliti.

3. Peneliti pada metode penelitian khususnya pada bagian populasi dan sampel, sudah menyebutkan

bahwa sampel penelitian perusahaan manufaktur, tetapi peneliti menyampaikannya kembali

dalam kriteria purposive samplingnya. Hal ini dipandang kurang efisien dalam penyampaiannya.

24