Upload
battalasekali
View
284
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Bismillahirrahmanirrahim
Jurnal Internasional:
The Impact Of Creative Culinary Curriculum On Creative Culinary Process And
Performance
(Dampak Dari Kurikulum Kuliner Kreatif Pada Proses Kuliner Kreatif Dan Kinerja)
Oleh: Jeou-Shyan Horng Dan Meng-Lei Hu, Taiwan
Ringkasan isi jurnal:
Pada abstrak jurnal ini menjelaskan tentang penelitian ini memiliki dua tujuan
yakni untuk menganalisis dampak kreatif kuliner kurikulum (3 C/ Creative Culinary
Curriculum) yang menekankan kerja sama tim pada seni kuliner siswa dan proses
kreatif dan kinerjanya, dan untuk menganalisis dampak kreatif Kuliner (CC/ Creative
Culinary) dilihat pada proses itu sendiri yaitu CC kinerja. Penelitian ini
menggunakan desain quasi-eksperimental, dan mata pelajaran. Siswa terdiri atas 43
mahasiswa S1 jurusan manajemen perhotelan. Hasil dari penelitian ini adalah proses
CC tampaknya memiliki dampak yang terbatas pada CC kinerja. Namun, setelah 3 C
berbasis instruksi, post-test skor secara signifikan lebih tinggi daripada nilai pre-test
CC proses maupun CC kinerja.
Berikutnya adalah pada pendahuluan ini sebagai latar belakang jurnal
menjelaskan bahwa kreativitas di sekolah-sekolah cenderung untuk melibatkan dua
pendekatan yaitu pemecahan masalah atau brainstorming dan disiplin kreatif atau
seni dan melakukan praktek konstan dan pengembangan. Pada pembelajaran yang
menjadi topik pada jurnal ini adalah seni kuliner. Seni kuliner yang dimaksud adalah
memasak, baking, dan cara menyiapkan piring juga memiliki keterampilan khusus.
Menurut (Horng& amp; Lee, 2006), dua sisi dapat digabungkan dalam model teater
yakni kelangsungan hidup serta estetika budaya. Sedangkan Baum, 2006 (hal 127),
kinerja koki di dapur menggabungkan pragmatis yang mengetahui cara membuat
hidangan, proses pembuatan/peletakan piring dan produk yang sebenarnya, hidangan
yang dibuat. Memang, seperti dalam seni, pengetahuan ini merupakan proses dan
produk yang dapat dianggap holistik.
Lubart, 2001 (p. 295), mendefinisikan proses kreatif sebagai sesuatu urutan
pikiran dan tindakan yang mengarah ke produksi benar-benar kreatif, dimana
pengetahuan dan proses pembuatan mungkin diambil bersama-sama sebagai proses
kreatif, dan produk yang sebenarnya diambil sebagai kinerja kreatif yang membuat
penggunaan dan dibangun pada proses sebelumnya. Namun, dimungkinkan juga
untuk melihat proses sebagai pengetahuan sebelumnya atau potensial atau kapasitas
dan kinerja sebagai menggabungkan proses pembuatan (yang dibangun pada awal
proses mental) dan produk akhir. Penelitian ini mengasumsikan pada awal bahwa
proses (CC) kreatif kuliner termasuk proses, atau apapun subproses yang keluar dari
dalam pikiran seorang seniman kreatif (dalam hal ini, kuliner) sebelum mereka
benar-benar mulai untuk menciptakan karya seni (produk kuliner), Sementara CC
kinerja adalah proses sebenarnya menciptakan bahwa pekerjaan atau produk.
Akan tetapi, jika proses kreatif diambil sebagai sesuatu yang datang sebelum
kinerja kreatif maka pertanyaan pedagogi/pembelajaran, mengajar kreativitas,
muncul secara alami. Ini juga dapat dilihat sebagai perbedaan antara mengajar proses
kreatif, pada tingkat yang lebih abstrak dan teori, dan mengajar seseorang untuk
melakukan sesuatu yang konkret, misalnya, bermain piano, cat atau memasak indah.
Namun ada beberapa studi yang ada strategi untuk mengajar kreativitas (dan / proses
atau kinerja) dalam seni kuliner. Namun, kebutuhan untuk penelitian ini, justru
karena kebutuhan untuk lebih kuliner kreativitas, dan dengan demikian lebih efektif
pedagogies yang menekankan kreativitas tersebut (Ferguson & amp; Berger, 1985).
Mengajar CC proses/kinerja dalam cara terbaik akan tergantung untuk
menghormati signifikan pada tingkat, dan cara di mana, CC proses berkorelasi
dengan CC kinerja. Penelitian ini mengembangkan dan menguji metode pedagogis
untuk mengajar kuliner kreativitas, satu di mana proses dan kinerja akan
menekankan dan dievaluasi. Tujuan adalah: untuk menganalisis derajat, mengajar
program eksperimental, proses kreatif (diukur secara independen) tampaknya
berdampak positif kinerja; dan untuk menilai efektivitas keseluruhan ini pedagogi,
diukur dalam hal dampaknya terhadap proses dan kinerja.
Tinjauan pustaka
Kreatif
Menurut O ' Halloran & Amp ; Ya ' Halloran , 2001 kreativitas merupakan
proses pengambilan keputusan yang sangat penting untuk kesuksesan seorang
manajer. Sedangkan secara tradisional definisi kreativitas emphasises yang perspektif
orang, proses, produk dan tempat ( rhodes , 1961 ), para peneliti belum lama ini
mulai tafsirkan kreativitas dalam lebih holistik, dinamis dan multidimensi. Ada juga
sebuah kesadaran yang lebih besar yang terobosan utama cenderung akan secara
kumulatif adaptasi efek lanjutan dalam prosedur.
Proses kuliner kreatif
Dasar dari proses kreatif, diambil sebagai urutan pikiran yang mengarah ke
produksi, benar-benar kreatif adalah salah satu kunci subyek dari kreativitas
penelitian pada abad lalu. Kecenderungan pada saat ini secara umum model creative-
process menjadi penekanan yang lebih besar pada sub-processes yaitu modelnya
dinamis di antara semua sub-processes, dan sekarang diperlukan kreatif dalam
pemecahan masalah (Horng & Amp; Hu, 2007a, 2008). Seperti untuk pengembangan
lebih synthesising teori, penelitian di sana juga telah melakukan proses yang
kompleks seperti artikulasi, analogi dan metafora, remote asosiasi, resonansi
emosional dan pemetaan fitur (Lubart, 2001, p. 299) .
Pada tahun 1926, Wallas mengusulkan bahwa proses kreatif memiliki empat
fase: Persiapan, inkubasi, inspirasi dan evaluasi. Model klasik ini akhirnya
menyebabkan penyelidikan lebih luas dari proses menemukan masalah, (Reiter-
Palmon, Mumford, O Connor Boes, & amp; Runco, 1997). Kemudian, pada tahun
1992, Finke, Ward dan Smith lanjutan geneplore model. Model ini terdiri dari dua
komponen berbeda pengolahan: generatif proses dan eksplorasi proses (Finke et al.
1992). Menurut model ini, kreativitas melibatkan proses generatif dan eksplorasi.
Kedua set proses digabungkan bersama-sama dalam urutan siklus yang
mengakibatkan produk kreatif. Proses generatif keprihatinan pembangunan ide-ide
yang longgar diformulasikan disebut preinventive struktur. Proses generatif meliputi
pengetahuan pengambilan, ide asosiasi, sintesis, transformasi dan transfer analogis.
Eksplorasi proses meliputi interpretasi dari struktur preinventive, pengujian hipotesis
dan mencari keterbatasan. Teori-teori lain kreativitas telah berfokus pada proses
generasi ide, gagasan evaluasi dan pemecahan (Basadur, 1995). Dipengaruhi oleh
Wallas dan geneplore model, Horng dan Lee (2006) mengidentifikasi ciri-ciri
kepribadian paling signifikan bersama oleh CC seniman, dan juga menemukan
bahwa secara pribadi kuliner kreativitas adalah hasil dari interaksi antara dan di
antara beberapa faktor, dalam kepribadian tertentu, tingkat motivasi, cara berpikir,
dan pengetahuan profesional dan pengalaman. Horng dan Hu (2008), juga
menggunakan metode riset kualitatif, dibangun model dinamis dari proses kuliner
kreativitas yang terdiri dari beberapa tahapan: mempersiapkan ide, gagasan inkubasi,
ide pembangunan dan evaluasi produk.
Kinerja CC (Creative Culinary)
Kinerja kreatif, didefinisikan sebagai kedua proses sebenarnya yaitu membuat
produk awal dan produk akhir itu sendiri, harus dipahami sebagai hasil dari sebuah
kompleks persimpangan antara individu dan konteks mereka (Scott & amp; Bruce,
1994). Guastello, Shissler, Driscoll dan Hyde (1998) menemukan bahwa potensi
untuk kreatif kinerja terbesar melibatkan dalam repertoire lebar dari gaya kognitif.
Pendekatan seperti ini memungkinkan untuk evaluasi keandalan inter-judge
kreativitas peringka yaitu jika ada tingkat yang dapat diterima kehandalan, skor
kreativitas dihitung sebagai rata-rata penilaian kreativitas untuk setiap peserta
dihasilkan solusi mereka dan/atau produk kreatif (Shalley & amp; Perry-Smith,
2001). CAT, Horng dan Hu (2007b) mengeksplorasi hubungan antara proses CC dan
kinerja aktual pengenalan kuliner. Mereka mengembangkan model jalan hubungan
antara proses dan kinerja.
Kreatifitas dan Pedagogi
Menurut Maher (2004), mendorong kreativitas melalui hasil pembelajaran
tertentu dapat meningkatkan proses pendidikan untuk mahasiswa dalam bidang
perhotelan. Morgan (2004) menekankan bahwa siswa di bidang ini perlu
mengembangkan kesadaran diri dan motivasi, imajinasi dan kreativitas. Mereka juga
harus belajar untuk berpikir kritis tentang masa depan industri. Fasko (2001) studi
menunjuk ke suatu korelasi positif antara kreativitas dan belajar sebenarnya.
Sedangkan Baer, 2003 mengatakan bahwa inti pengetahuan kurikulum adalah
persyaratan spesifik untuk setiap konten kelas tingkat, mungkin memiliki dampak
positif kepada kinerja kreatif siswa di beberapa tempat. Kebanyakan pakar
tampaknya setuju bahwa berpikir kreatif selalu didorong oleh masalah dan perlu
untuk menyelesaikan itu.
Hampir semua penelitian di daerah tersebut setuju bahwa kurikulum untuk
mengajar kreativitas harus menyertakan berbagai tugas pemikiran kreatif. Beberapa
ahli telah mencatat bahwa meningkatkan siswa berpikir kreatif dan pemecahan
masalah kemampuan, dan budidaya Kesadaran kreativitas mereka sendiri, yang
mungkin dua hal yang berbeda, adalah sama pentingnya tujuan pendidikan (Kivela &
amp; Kivela, 2005). Di samping pemikiran kreatif tertentu atau tugas-tugas
pemecahan masalah, ada program pengayaan kreativitas, dan beberapa studi telah
menunjukkan dampak positif program ini siswa (Kamp, 1994). Dalam sebuah proyek
yang lebih konkret terfokus, Fleith, Renzulli, dan Westberg (2002) menemukan
bahwa kreativitas merupak program peningkatan siswa berpikir berbeda kemampuan.
Banyak peneliti setuju bahwa siswa yang belajar dalam lingkungan yang
saling menghormati dan penerimaan diantara sesama siswa dan guru akan lebih
mungkin untuk meningkatkan kreativitas mereka (Kivela & amp; Kivela, 2005).
Oleh karena itu, pekerjaan yng telah dilakukan pada pengembangan kerangka teoritis
untuk mengajar kreativitas. Salah satu prinsip dasar adalah bahwa guru harus kreatif
dan berpikiran terbuka. Jika guru menetapkan praktek-praktek kelas, kebijakan dan
prosedur yang mendukung ekspresi kreatif, siswa akan lebih bersedia mengambil
risiko intelektual yang diperlukan untuk mengekspresikan kreativitas mereka
(Beghetto, 2005).
Dampak Positif Terhadap Kinerja Dari Proses Kreatif
Parnes dan noller ( 1972 ) mengemukakan bahwa siswa yang dilengkapi
urutan kreativitas shortcourses secara signifikan outperformed sebanding ketertiban
siswa-siswinya dalam hal aspek seperti kefasihan, fleksibilitas dan kapasitas untuk
reflecting itu sendiri pada satu ide. Nemiro (1997) memeriksa proses kreatif aktor,
menghubungkan umum persiapan, latihan dan kinerja kegiatan untuk tahap
dijelaskan dalam Amabile model (1996). Lubart (2001) berpendapat bahwa proses
urutan tertentu dan/atau subproses akan mengakibatkan produk yang sangat kreatif,
dan bahwa sejumlah besar lain mungkin urutan dan/atau subproses akan
mengakibatkan kurang kreatif (atau bahkan non-kreatif) produksi.
Metedologi
Proyek penelitian ini dikombinasikan dengan sebuah metode kuantitatif
kualitatif satu. Desain tersebut adalah kurikulum congruent dengan holistik, (aspek
dinamis dan multidimensional (Amabile, 1996)) . Berdasarkan bagian itu, kurikulum
yang berkembang sempurna sebagai perkenalan kepada yang mempunyai sifat
kreativitas, kreativitas keterampilan yang relevan dan meninjau keterampilan-
keterampilan kuliner dasar, budaya dan makanan chromatics dan principles ilmu
makanan. Dalam kurikulum ini desain, kreativitas, kuliner pengetahuan dan
keterampilan yang terpasang secara terpadu. Peraturan yang dibuat untuk kedua
latihan dan kinerja, dan untuk penggunaan buku dan artikel, kelas, instruksi dan
multimedia dalam bentuk video, musik, program komputer interaktif, slide dan foto
karya kuliner. Kurikulum ini untuk mengajarkan juga menggunakan berbagai cara
termasuk kelompok diskusi, kompetisi, games dan evaluasi sensorik, instruksi
berpikir kreatif dan strategi seperti tukar pikiran. Dengan demikian kurikulum
eksperimental akan memberikan peserta kesempatan untuk mengintegrasikan teori
tentang seni kuliner dan kreativitas dengan keterampilan praktis pemikiran kreatif,
dan terlibat dalam praktik individu dan kelompok. Kurikulum ini validitas kemudian
ditinjau oleh lima ahli dalam pendidikan berpikir kreatif dan seni kuliner.
Data kuantitatif dikumpulkan oleh cara dari kuesioner survei para siswa.
Menerapkan pedagogi quasi-eksperimental untuk mengembangkan kreativitas
subjek, sarjana senior, semua mengambil kursus CC di departemen manajemen
perhotelan atau manajemen seni kuliner di Taiwan. Eksperimental kreativitas kelas
diajarkan oleh guru satu di setiap universitas dan bertemu sekali seminggu untuk sesi
4-jam selama 16-minggu semester. Kursus dianggap paralel jika kursus sama
diajarkan pada saat yang sama (yaitu, selama masa yang sama), memiliki konten
kursus yang sama dan digunakan identik penilaian. Para instruktur memiliki lebih
dari 10 tahun pengalaman pengajaran dan berpartisipasi dalam proyek ini selama dua
tahun. Pencanangan itu quasi-experimental se-kecamatan karena mereka tidak secara
acak pihak kondisi tersebut. Malahan, kondisi itu ditentukan berdasarkan peserta
menghadiri kursus di Universitas-universitas yang berbeda. Perbandingan dibuat
lebih dari dua kali pengukuran antara kelompok intervensi. Kurang dari seperempat
dari waktu yang dihabiskan pada kuliah: sebagian besar waktu kelas dikhususkan
untuk latihan, diskusi dan komprehensif pertunjukan.
Para peneliti menggunakan spss 12.0 untuk analisis mereka: deskriptif
analisis, korelasi dan t tes untuk menentukan perbedaan signifikan antara pra dan
post-test hasil. Langkah-langkah para peneliti telah tiba di konsensus umum bahwa
kreativitas melibatkan produksi novel, produk yang berguna dan menyarankan
bahwa ukuran kinerja kreatif seharusnya dirujuk terhadap realistis kreatif kinerja
tugas (Mumford, 2003). Untuk mengukur peningkatan kinerja kreativitas peserta,
guru dan ahli lainnya dievaluasi karya kuliner pada akhir kelas eksperimental. Pre-
tests dan post-tests dilakukan. Kuesioner yang digunakan untuk setiap tahap
pengumpulan data yang terdiri dari 40 kriteria, diambil dari inventaris untuk proses
CC dan didasarkan pada persiapan ide, gagasan inkubasi, ide pengembangan dan
verifikasi baru pekerjaan kreativitas (Horng & amp; Hu, 2007a).
Penelitian kualitatif kedua bagian dari proyek penelitian ini digunakan data
kualitatif itu berdasarkan kelas pengamatan, wawancara dengan guru dan siswa, dan
studi siswa yaitu handout dan refleksi catatan. Para peneliti mengumpulkan data luas
untuk memfasilitasi analisis. Konsep tema itu inductively berasal dari awal set
deskripsi kualitatif wawancara transkripsi. Untuk menjamin kredibilitas proyek,
peserta diberikan dokumen seperti foto, refleksi catatan dan personal learning log,
sehingga para peneliti bisa melakukan analisis triangulasi. Akhirnya, validitas proyek
lebih lanjut diperkuat oleh peneliti refleksi.
Analisis kualitatif merupakan temuan kualitatif yang memberikan wawasan
lebih lanjut ke dalam berbagai aspek dari program pendidikan kreativitas, serta
menjadi karakteristik dari lingkungan sekolah yang mempengaruhi siswa CC proses
dan kinerja. Ternyata bahwa pelaksanaan kurikulum eksperimental dampak langsung
positif pada perkembangan siswa CC kemampuan, yaitu proses kreatif dan kinerja
kreatif. Dan sebenarnya CC kurikulum dan ada cara yang berbeda untuk
mengimplementasikannya yakni guru dengan refleksi catatan mengungkapkan satu
titik yang sangat penting, yang kebutuhan untuk memberikan waktu untuk berpikir
kreatif. Para guru juga disebutkan perlu menerapkan program 3 C dalam kursus lain,
bukan hanya dalam kursus kuliner di hospitality. Sebagai contoh, pemetaan pikiran
dapat juga digunakan dalam kursus lain sebagai cara untuk merefleksikan apa yang
telah telah Pelajari lebih umum, tidak hanya untuk kursus tertentu dalam kreativitas.
Setelah memperkenalkan beberapa jenis kreatif teknik - teknik, para
mahasiswa diminta untuk menggunakan metode e-ktp dan pikiran untuk
menghasilkan peta dengan menggunakan konsep. Memetakan pikiran seperti yang
telah membuat kesan yang kuat kepada mereka. Dengan diskusi dan latihan, aku bisa
menemukan bahwa imajinasi mereka jelas sangat tidak terbatas .
Isi program CC termasuk kreativitas dan teori seni kuliner, serta aplikasi
praktis di mana kreatif latihan (atau praktik) menekankan siswa secara individu dan
kelompok kreativitas. Tujuan utama dari strategi pedagogis baru adalah untuk
memungkinkan para guru untuk mengajar lebih efisien dan efektif, dan
memungkinkan siswa untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses untuk
pendidikan mereka. Studi ini telah mengadopsi beberapa pemikiran kreatif strategi
untuk CC pendidikan. Strategi ini, dirancang untuk membantu siswa
mengembangkan ide-ide mereka, menimbulkan respons mereka dan meningkatkan
pembelajaran mereka. Dalam seni kuliner 3c metode pendidikan yang berbeda
dengan metode pengajaran yang tradisional, seperti kuliah dan demonstrasi, dan
membantu meningkatkan minat belajar dan kreatif motivasi.
Fasko (2001) menggaris bawahi penggunaan berbeda dalam berpikir untuk
merangsang kreativitas. Melalui dalam tukar pikiran, siswa dapat kreatif dalam ide.
Selanjutnya, dalam kreativitas kuliner pendidikan, interaksi kelompok kecil bisa
didesain untuk merangsang dalam tukar pikiran. Siswa mengusulkan ide,
bekerjasama atau diskusi, dan memberikan satu sama lain masukan dan rekomendasi.
Ini mempromosikan lebih lengkap dan baik yang diselenggarakan
conceptualisations. Juga, sebuah lingkungan belajar diisi dengan fun dan permainan
dapat menciptakan sebuah lebih Positif dan mendorong atmosfer. Apalagi untuk
menghindari hambatan untuk kreativitas siswa, guru harus mentolerir ambiguitasm
dan memungkinkan kesalahan selama peredarannya dan sesi praktikum.
Para peneliti menyimpulkan bahwa ada faktor-faktor penting lain yang
mempengaruhi kinerja CC (misalnya, individu dan kontekstual variabel) sejak
seniman kuliner dalam proses psikologis kompleks dapat ditengahi atau dikelola oleh
faktor-faktor seperti kepribadian, motivasi intrinsik/ekstrinsik, hubungan dengan
pengawas dan rasa kebebasan psikologis (Amabile, Conti, Lazenby, & amp; Herron,
1996). Sementara para peneliti tidak benar-benar menunjukkan proses CC secara
spesifik, tampaknya bahwa penekanan umum pada interaksi kelompok kecil sebagai
metode terbaik untuk mengajarkan kurikulum 3 C mungkin salah satu alasan utama
mengapa siswa mampu meningkatkan kinerja CC mereka selama intervensi
eksperimental ini. Para peneliti tahu dari tanggapan siswa bahwa interaksi kelompok
kecil ini sangat penting untuk perkembangan kreatif seniman kuliner. Secara khusus,
pelajaran kreativitas, dimana pemikiran kreatif permainan dimainkan dalam suasana
kelas yang bersahabat, tampaknya telah memberikan kontribusi substansial untuk
keberhasilan program 3 C. Hasil ini setuju dengan temuan-temuan dari studi pada
pengajaran teknik, belajar lingkungan dan siswa kinerja (Fleith et al, 2002).
Siswa eksperimental juga tampaknya telah sangat menikmati belajar (melalui
buku, website, film dan dari satu sama lain) tentang latar belakang budaya masakan
internasional, termasuk cerita di balik berbagai bahan. Sebagai contoh, untuk
mengajarkan kurikulum lokal Penghu makanan dan budaya bagian, guru
menciptakan lingkungan belajar khusus dan mendorong kelompok kecil belajar dan
berbagi informasi. Siswa diperluas pada apa yang telah mereka pelajari tentang
budaya ini dalam sesi brainstorming.
Kesimpulan
Analisis kuantitatif menunjukkan bahwa, sedangkan proses CC tampaknya
memiliki dampak yang terbatas pada kinerja CC, baik proses dan kinerja CC CC
dapat ditingkatkan oleh pengajaran seni kuliner dengan 3C kurikulum. Mengingat
manfaat yang jelas dari 3C untuk pengajaran seni kuliner, para peneliti sangat
merekomendasikan bahwa sekolah kuliner, lembaga dan departemen
menerapkannya. Hasil juga menunjukkan bahwa teoritis, komponen praktis dan
budaya-estetika dari kurikulum ini adalah penting. Para teoritis dan praktis
Komponen meliputi teori dan kreativitas (berdasarkan ini) latihan berpikir kreatif
(misalnya brainstorming, pemetaan-pikiran, dan hubungan memaksa), sedangkan
budaya-komponen estetika meliputi seni kuliner dan budaya, dan juga peran panca
indera dalam seni kuliner. Juga benar bahwa dalam penelitian ini, karena semua
subjek Cina, ada perbandingan lintas budaya dilakukan oleh penelitian ini. Namun,
secara umum disepakati bahwa lebih sulit bagi orang Asia Timur daripada Barat
untuk berpikir dan bertindak (dan mungkin bahkan merasa) secara kreatif, karena
sifat, lebih tinggi terorganisasi kolektif dan hirarkis masyarakat Asia Timur. Para
peneliti karena itu menunjukkan bahwa, mengingat signifikansi yang disebutkan di
atas dari komponen budaya-estetika dalam estetika dan kreativitas.
Analisis Konseptual
Secara umum jurnal ini sangat bagus karena didalamnya membahas
bagaimana mengembangkan kurikulum di bidang kuliner agar peserta didik dapat
berfikir dan bekerja secara kreatif. Penjelasan yang di sampaikan begitu detail dan
langsung menyajikan contoh konkret dalam prakteknya sehingga mudah dipahami
akan maksud dan tujuan dari isi jurnal tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang juga membahas masalah ini menyebutkan
bahwa setiap siswa bahkan setiap orang mampu untuk berpikir kritis dan kreatif.
Berpikir kreatif yakni kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan
orisinil. Bahkan pada orang yang merasa tidak mampu menciptakan ide baru pun
sebenarnya bisa berpikir secara kreatif, asalkan dilatih. Kritis untuk menganalisis
masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Adapun
Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru
adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa,
berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
Dalam sebuah artikel dikatakan bahwa sistem pendidikan kurikulum
merupakan kompnen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan hanya
menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi, juga pengalaman belajar
yang harus dimiliki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasikan pengalaman itu
sendiri. Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak
kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peran kreatif, serta peran
kritis dan evaluatif.
1. Peranan Konservatif
Peran konservatif Kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu.Sebab sekarang ini era globalisasi memungkinkan
mudahnya pengaruh budaya asing yang menggerogoti budaya local, maka peran
konservatifnya kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang
dapat merusak nilai – nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas
masyarakat akan tetap terpelihara.
2. Peran Kreatif
Peran kreatif kurikulum harus ada sebab, masyarakat selalu bersifat
dinamis dan selalu mengalami perubahan. Dalam hal ini kurikulum harus
mengandung hal – hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam
kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.
Kreatifitas kurikulum diperlukan karena pendidikan jika tidak mengalami
perubahan – perubahan akan tertinggal, sehingga pelajaran yang diberikan
menjadi kurang bermakna dan tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum di sini berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang
perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki
anak didik. Kurikulum harus berperan menyeleksi dan mengevaluasi segala
sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
Dalam proses pengembangannya harus berjalan simbang. Kurikulum yang
terlalu menonjolkan konservatifnya cenderung akan membuat pendidikan
ketinggalan zaman. Seballiknya kurikulum yang menonjolkan peran kreatifnya
dapat membuat hilangnya nilai – nilai budaya masyarakat.
Menurut Herdian bahwa untuk metode pembelajaran yang sangat tepat agar
dalam suatu pembelajaran siswa mampu berpikir kritis dan kretaif adalam metode
inkuiri dimana siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik akan suatu
pelajaran dan tentunya akan lebih tertarik jika mereka dilibatkan secara aktif dalam
“melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang
punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk
memahami konsep-konsep pelajaran dan meningkatkan keterampilan proses berpikir
ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari
proses berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan
aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak,.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang
berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam
proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kreativitas dalam memecahkan masalah.
Jadi dalam hal ini bila dihubungkan dengan pengembangan kurikulun kuliner
agar siswa mampu berpikir kreatif dan kritis bahwa dengan menerapkan metode
inkuiri dimana siswa mencari dan menemukan sendiri sehingga mereka mampu
berpikir secara kreatif dan kritis akan permasalahan yang ada sehingga tujuan
pembelajarn yang didiinginkan seperti yang ada dalam kurikulum dapat tercapai
sesuai rencana.
Analisis Konteks
Berdasarkan dari jurnal yang kami peroleh, jurnal tersebut menjelaskan
tentang kreatif kuliner kurikulum memiliki dampak yang positif pada siswa dimana
kompetensi atau kemampuan siswa dapat meningkatkan kualitasnya dalam bidang
tata boga. Sama halnya dengan sekolah kejuruan di Indonesia siswa dituntut agar
dapat kreatif misalnya dalam memasak yakni mulai dari mengolah makanan, aroma
masakan, rasa, dan sampai penyajiannya.
Gambaran diatas sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional
yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu lebih menekankan pada upaya untuk menghasilkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehingga diperlukan sistem
pendidikan yang mampu menyiapkan peserta didik untuk dijadikan subjek yang
berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan
profesional.
Kurikulum SMK sebaiknya dikembangkan bersarkan tuntutan dunia global
dan berbagai masukan dari institusi pasangan sebagai calon pengguna alumni.
Dengan kata lain kurikulum disusun untuk memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta
untuk menjawab tantangan yang akan datang. Contohnya Penyusunan Kurikulum
SMK Negeri 8 Makassar melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu dari
Tiara Kusuma (Assosiasi Tata Kecantikan), Ikatan Penata Busana Indonesia, serta
beberapa Hotel yang ada di Makassar serta mengadop beberapa kompetensi yang
relevan dari negara-negara maju, untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan
Kurikulum SMK harus menekankan aspek keterampilan kejuruan, keterampilan
pribadi dan sikap, keterampilan berpikir, keterampilan sosial dan keterampilan
akademik. Kurikulum SMK dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
Nasional yang berpedoman pada Standar isi dan standar kelulusan serta kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam Proses pembelajaran di SMK sebaiknya dilaksanakan dan
dikembangkan berdasarkan pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem
Ganda (duel system) dengan tujuan:
a. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan melalui peran serta
Industri Pasangan
b. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja
yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja di dalam maupun di luar negeri
c. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap
(Kompetensi) yang menjadi bekal dasar pengembangan dirinya secara
berkelanjutan.
d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian
dari proses pendidikan
e. Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan melalui
pendayagunaan pendidikan yang ada di dunia kerja
f. Memberikan pendidikan dan latihan yang berstandar Internasional
g. Menghasilkan tamatan yang terampil, berdedikasi tinggi dan berahlak mulia serta
berstandar Internasional.
h. Sebagai motivasi untuk menghasilkan tamatan yang siap kerja baik di dalam
negeri maupun di luar negeri.
i. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir untuk menjadi professional
yang ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya
j. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi
berstandar internasional agar mampu bersaing di era global.
Dan Siswa yang dinyatakan lulus sebaiknya memenuhi kriteria yang
ditetapkan dan disepakati oleh pihak manajemen sekolah. Minimal mengacu pada
tiga ranah yaitu knowledge, skill dan attitude secara holitik. Dengan alasan ketiga
ranah tersebut mutlak diperlukan pada dunia kerja. Secara garis besar kriteria
minimal yang harus dipenuhi adalah:
1. Sikap (Attitude)
Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja
Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku,
perbuatan, dan pekerjaannya
2. Pengetahuan (Knowledge)
Memiliki pengetahuan kompetensi program keahlian untuk memenuhi
tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai
dengan kejuruannya.
Penguasaan pengetahuan dibuktikan dengan pencapaian nilai minimal
yang telah ditetapkan berdasarkan KKM
3. Keterampilan (Psikomotor)
1. Memiliki keterampilan kompetensi program keahlian untuk memenuhi
tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai
dengan kejuruannya.
2. Penguasaan keterampilan dibuktikan dengan pencapaian nilai minimal
yang telah ditetapkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Misalnya Mata Pelajaran TATA HIDANG (Food And Beverage Service)
Standar Kompetensi (SK). Menyediakan layanan makanan dan minuman (Provide
food & beverage service)
KD (Kompetensi dasar) :
Menyiapkan hidangan / area restoran untuk pelayanan
Menyiapkan dan mengatur meja
Menyambut tamu
Mengambil dan memproses pesanan
Menyajikan dan membersihkan minuman dan makanan
Menutup area restoran / ruang makanan
Dengan melihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Provide &
beverage Service, bahwa kurikulum SMK sudah bagus. Dimana siswa siswi salah
satunya telah belajar table manner yaitu bagaiman cara menghidangkankan makanan
dan tata cara makan yang betul.
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan
kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang
berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths,
Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam
metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT
hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep
bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam
tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Kelebihan ( Strengs)
Menekankan kerja sama tim
Setiap tema ini didukung dengan tidak hanya buku dan artikel tetapi juga
ceramah dan instruksi multimedia dalam bentuk video, musik, program
komputer interaktif, slide, dan foto-foto karya kuliner.
Metode pengajaran atau teknik, termasuk permainan, diskusi kelompok,
curah pendapat, sensorik evaluasi, dan praktikum yang. Ini akan memberikan
peserta kesempatan untuk belajar tentang teori kuliner dan terlibat dalam
individu dan praktikum kelompok
2. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep
bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam
tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Kekurangan (Weekness)
Tindakan kreatif tergantung pada bentuk spesifik dari pengetahuan
Proses curiculum kuliner tampaknya memiliki dampak yang terbatas pada
kinerja kurikulum kuliner
3. Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa dating yang terjadi. Kondisi yang
terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
Kesempatan (Oportunity)
Kurikulum Kuliner Kreatif (3C), menekankan kerja sama tim, pada proses
kreatif kuliner seni siswa dan kinerja
Berpikir kreatif, proses kreatif
Aroma dapat diprediksi dengan fase dua (inkubasi), gaya dan hiasi dengan fase
pertama (persiapan)
4. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Ancaman (Threat)
Bagaimana perilaku koperasi (Teamwork) memperkuat proses kreativitas
siswa.
Kinerja kreatif harus dipahami sebagai hasil dari pertukaran kompleks antara
individu dan konteks mereka
Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah kejuruan (tata boga)
untuk memungkinkan penyesuain program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada didaerah. Kurikulum pendidikan sudah saatnya diarahkan untuk
membentuk sumber daya manusia yang aktif dan kreatif.Anak didik yang penuh
inovasi menjadi sasaran utama kurikulum. Saat ini kreativitas menjadi tuntutan yang
mendorong terjadinya suatu kemajuan dan perubahan, inovasi dan penemuan-
penemuan ataupun pengembangan. Pendidikan harus benar-benar dapat memenuhi
kebutuhan bagi dirinya pribadi maupun masyarakat. Pendidikan seperti itu hanya
dapat dilakukan melalui pendidikan kreatif, yakni proses pendidikan yang dilakukan
seorang guru secara kreatif dan inovatif