29
Bismillahirrahmanirrahim Jurnal Internasional: The Impact Of Creative Culinary Curriculum On Creative Culinary Process And Performance (Dampak Dari Kurikulum Kuliner Kreatif Pada Proses Kuliner Kreatif Dan Kinerja) Oleh: Jeou-Shyan Horng Dan Meng-Lei Hu, Taiwan Ringkasan isi jurnal: Pada abstrak jurnal ini menjelaskan tentang penelitian ini memiliki dua tujuan yakni untuk menganalisis dampak kreatif kuliner kurikulum (3 C/ Creative Culinary Curriculum) yang menekankan kerja sama tim pada seni kuliner siswa dan proses kreatif dan kinerjanya, dan untuk menganalisis dampak kreatif Kuliner (CC/ Creative Culinary) dilihat pada proses itu sendiri yaitu CC kinerja. Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimental, dan mata pelajaran. Siswa terdiri atas 43 mahasiswa S1 jurusan manajemen perhotelan. Hasil dari penelitian ini adalah proses CC tampaknya memiliki dampak yang terbatas pada CC kinerja. Namun, setelah 3 C berbasis instruksi, post-test skor secara signifikan

ringkasan jurnal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ringkasan jurnal

Bismillahirrahmanirrahim

Jurnal Internasional:

The Impact Of Creative Culinary Curriculum On Creative Culinary Process And

Performance

(Dampak Dari Kurikulum Kuliner Kreatif Pada Proses Kuliner Kreatif Dan Kinerja)

Oleh: Jeou-Shyan Horng Dan Meng-Lei Hu, Taiwan

Ringkasan isi jurnal:

Pada abstrak jurnal ini menjelaskan tentang penelitian ini memiliki dua tujuan

yakni untuk menganalisis dampak kreatif kuliner kurikulum (3 C/ Creative Culinary

Curriculum) yang menekankan kerja sama tim pada seni kuliner siswa dan proses

kreatif dan kinerjanya, dan untuk menganalisis dampak kreatif Kuliner (CC/ Creative

Culinary) dilihat pada proses itu sendiri yaitu CC kinerja. Penelitian ini

menggunakan desain quasi-eksperimental, dan mata pelajaran. Siswa terdiri atas 43

mahasiswa S1 jurusan manajemen perhotelan. Hasil dari penelitian ini adalah proses

CC tampaknya memiliki dampak yang terbatas pada CC kinerja. Namun, setelah 3 C

berbasis instruksi, post-test skor secara signifikan lebih tinggi daripada nilai pre-test

CC proses maupun CC kinerja.

Berikutnya adalah pada pendahuluan ini sebagai latar belakang jurnal

menjelaskan bahwa kreativitas di sekolah-sekolah cenderung untuk melibatkan dua

pendekatan yaitu pemecahan masalah atau brainstorming dan disiplin kreatif atau

seni dan melakukan praktek konstan dan pengembangan. Pada pembelajaran yang

menjadi topik pada jurnal ini adalah seni kuliner. Seni kuliner yang dimaksud adalah

memasak, baking, dan cara menyiapkan piring juga memiliki keterampilan khusus.

Menurut (Horng& amp; Lee, 2006), dua sisi dapat digabungkan dalam model teater

yakni kelangsungan hidup serta estetika budaya. Sedangkan Baum, 2006 (hal 127),

kinerja koki di dapur menggabungkan pragmatis yang mengetahui cara membuat

hidangan, proses pembuatan/peletakan piring dan produk yang sebenarnya, hidangan

Page 2: ringkasan jurnal

yang dibuat. Memang, seperti dalam seni, pengetahuan ini merupakan proses dan

produk yang dapat dianggap holistik.

Lubart, 2001 (p. 295), mendefinisikan proses kreatif sebagai sesuatu urutan

pikiran dan tindakan yang mengarah ke produksi benar-benar kreatif, dimana

pengetahuan dan proses pembuatan mungkin diambil bersama-sama sebagai proses

kreatif, dan produk yang sebenarnya diambil sebagai kinerja kreatif yang membuat

penggunaan dan dibangun pada proses sebelumnya. Namun, dimungkinkan juga

untuk melihat proses sebagai pengetahuan sebelumnya atau potensial atau kapasitas

dan kinerja sebagai menggabungkan proses pembuatan (yang dibangun pada awal

proses mental) dan produk akhir. Penelitian ini mengasumsikan pada awal bahwa

proses (CC) kreatif kuliner termasuk proses, atau apapun subproses yang keluar dari

dalam pikiran seorang seniman kreatif (dalam hal ini, kuliner) sebelum mereka

benar-benar mulai untuk menciptakan karya seni (produk kuliner), Sementara CC

kinerja adalah proses sebenarnya menciptakan bahwa pekerjaan atau produk.

Akan tetapi, jika proses kreatif diambil sebagai sesuatu yang datang sebelum

kinerja kreatif maka pertanyaan pedagogi/pembelajaran, mengajar kreativitas,

muncul secara alami. Ini juga dapat dilihat sebagai perbedaan antara mengajar proses

kreatif, pada tingkat yang lebih abstrak dan teori, dan mengajar seseorang untuk

melakukan sesuatu yang konkret, misalnya, bermain piano, cat atau memasak indah.

Namun ada beberapa studi yang ada strategi untuk mengajar kreativitas (dan / proses

atau kinerja) dalam seni kuliner. Namun, kebutuhan untuk penelitian ini, justru

karena kebutuhan untuk lebih kuliner kreativitas, dan dengan demikian lebih efektif

pedagogies yang menekankan kreativitas tersebut (Ferguson & amp; Berger, 1985).

Mengajar CC proses/kinerja dalam cara terbaik akan tergantung untuk

menghormati signifikan pada tingkat, dan cara di mana, CC proses berkorelasi

dengan CC kinerja. Penelitian ini mengembangkan dan menguji metode pedagogis

untuk mengajar kuliner kreativitas, satu di mana proses dan kinerja akan

menekankan dan dievaluasi. Tujuan adalah: untuk menganalisis derajat, mengajar

program eksperimental, proses kreatif (diukur secara independen) tampaknya

berdampak positif kinerja; dan untuk menilai efektivitas keseluruhan ini pedagogi,

diukur dalam hal dampaknya terhadap proses dan kinerja.

Page 3: ringkasan jurnal

Tinjauan pustaka

Kreatif

Menurut O ' Halloran & Amp ; Ya ' Halloran , 2001 kreativitas merupakan

proses pengambilan keputusan yang sangat penting untuk kesuksesan seorang

manajer. Sedangkan secara tradisional definisi kreativitas emphasises yang perspektif

orang, proses, produk dan tempat ( rhodes , 1961 ), para peneliti belum lama ini

mulai tafsirkan kreativitas dalam lebih holistik, dinamis dan multidimensi. Ada juga

sebuah kesadaran yang lebih besar yang terobosan utama cenderung akan secara

kumulatif adaptasi efek lanjutan dalam prosedur.

Proses kuliner kreatif

Dasar dari proses kreatif, diambil sebagai urutan pikiran yang mengarah ke

produksi, benar-benar kreatif adalah salah satu kunci subyek dari kreativitas

penelitian pada abad lalu. Kecenderungan pada saat ini secara umum model creative-

process menjadi penekanan yang lebih besar pada sub-processes yaitu modelnya

dinamis di antara semua sub-processes, dan sekarang diperlukan kreatif dalam

pemecahan masalah (Horng & Amp; Hu, 2007a, 2008). Seperti untuk pengembangan

lebih synthesising teori, penelitian di sana juga telah melakukan proses yang

kompleks seperti artikulasi, analogi dan metafora, remote asosiasi, resonansi

emosional dan pemetaan fitur (Lubart, 2001, p. 299) .

Pada tahun 1926, Wallas mengusulkan bahwa proses kreatif memiliki empat

fase: Persiapan, inkubasi, inspirasi dan evaluasi. Model klasik ini akhirnya

menyebabkan penyelidikan lebih luas dari proses menemukan masalah, (Reiter-

Palmon, Mumford, O Connor Boes, & amp; Runco, 1997). Kemudian, pada tahun

1992, Finke, Ward dan Smith lanjutan geneplore model. Model ini terdiri dari dua

komponen berbeda pengolahan: generatif proses dan eksplorasi proses (Finke et al.

1992). Menurut model ini, kreativitas melibatkan proses generatif dan eksplorasi.

Kedua set proses digabungkan bersama-sama dalam urutan siklus yang

mengakibatkan produk kreatif. Proses generatif keprihatinan pembangunan ide-ide

yang longgar diformulasikan disebut preinventive struktur. Proses generatif meliputi

Page 4: ringkasan jurnal

pengetahuan pengambilan, ide asosiasi, sintesis, transformasi dan transfer analogis.

Eksplorasi proses meliputi interpretasi dari struktur preinventive, pengujian hipotesis

dan mencari keterbatasan. Teori-teori lain kreativitas telah berfokus pada proses

generasi ide, gagasan evaluasi dan pemecahan (Basadur, 1995). Dipengaruhi oleh

Wallas dan geneplore model, Horng dan Lee (2006) mengidentifikasi ciri-ciri

kepribadian paling signifikan bersama oleh CC seniman, dan juga menemukan

bahwa secara pribadi kuliner kreativitas adalah hasil dari interaksi antara dan di

antara beberapa faktor, dalam kepribadian tertentu, tingkat motivasi, cara berpikir,

dan pengetahuan profesional dan pengalaman. Horng dan Hu (2008), juga

menggunakan metode riset kualitatif, dibangun model dinamis dari proses kuliner

kreativitas yang terdiri dari beberapa tahapan: mempersiapkan ide, gagasan inkubasi,

ide pembangunan dan evaluasi produk.

Kinerja CC (Creative Culinary)

Kinerja kreatif, didefinisikan sebagai kedua proses sebenarnya yaitu membuat

produk awal dan produk akhir itu sendiri, harus dipahami sebagai hasil dari sebuah

kompleks persimpangan antara individu dan konteks mereka (Scott & amp; Bruce,

1994). Guastello, Shissler, Driscoll dan Hyde (1998) menemukan bahwa potensi

untuk kreatif kinerja terbesar melibatkan dalam repertoire lebar dari gaya kognitif.

Pendekatan seperti ini memungkinkan untuk evaluasi keandalan inter-judge

kreativitas peringka yaitu jika ada tingkat yang dapat diterima kehandalan, skor

kreativitas dihitung sebagai rata-rata penilaian kreativitas untuk setiap peserta

dihasilkan solusi mereka dan/atau produk kreatif (Shalley & amp; Perry-Smith,

2001). CAT, Horng dan Hu (2007b) mengeksplorasi hubungan antara proses CC dan

kinerja aktual pengenalan kuliner. Mereka mengembangkan model jalan hubungan

antara proses dan kinerja.

Kreatifitas dan Pedagogi

Menurut Maher (2004), mendorong kreativitas melalui hasil pembelajaran

tertentu dapat meningkatkan proses pendidikan untuk mahasiswa dalam bidang

perhotelan. Morgan (2004) menekankan bahwa siswa di bidang ini perlu

mengembangkan kesadaran diri dan motivasi, imajinasi dan kreativitas. Mereka juga

Page 5: ringkasan jurnal

harus belajar untuk berpikir kritis tentang masa depan industri. Fasko (2001) studi

menunjuk ke suatu korelasi positif antara kreativitas dan belajar sebenarnya.

Sedangkan Baer, 2003 mengatakan bahwa inti pengetahuan kurikulum adalah

persyaratan spesifik untuk setiap konten kelas tingkat, mungkin memiliki dampak

positif kepada kinerja kreatif siswa di beberapa tempat. Kebanyakan pakar

tampaknya setuju bahwa berpikir kreatif selalu didorong oleh masalah dan perlu

untuk menyelesaikan itu.

Hampir semua penelitian di daerah tersebut setuju bahwa kurikulum untuk

mengajar kreativitas harus menyertakan berbagai tugas pemikiran kreatif. Beberapa

ahli telah mencatat bahwa meningkatkan siswa berpikir kreatif dan pemecahan

masalah kemampuan, dan budidaya Kesadaran kreativitas mereka sendiri, yang

mungkin dua hal yang berbeda, adalah sama pentingnya tujuan pendidikan (Kivela &

amp; Kivela, 2005). Di samping pemikiran kreatif tertentu atau tugas-tugas

pemecahan masalah, ada program pengayaan kreativitas, dan beberapa studi telah

menunjukkan dampak positif program ini siswa (Kamp, 1994). Dalam sebuah proyek

yang lebih konkret terfokus, Fleith, Renzulli, dan Westberg (2002) menemukan

bahwa kreativitas merupak program peningkatan siswa berpikir berbeda kemampuan.

Banyak peneliti setuju bahwa siswa yang belajar dalam lingkungan yang

saling menghormati dan penerimaan diantara sesama siswa dan guru akan lebih

mungkin untuk meningkatkan kreativitas mereka (Kivela & amp; Kivela, 2005).

Oleh karena itu, pekerjaan yng telah dilakukan pada pengembangan kerangka teoritis

untuk mengajar kreativitas. Salah satu prinsip dasar adalah bahwa guru harus kreatif

dan berpikiran terbuka. Jika guru menetapkan praktek-praktek kelas, kebijakan dan

prosedur yang mendukung ekspresi kreatif, siswa akan lebih bersedia mengambil

risiko intelektual yang diperlukan untuk mengekspresikan kreativitas mereka

(Beghetto, 2005).

Dampak Positif Terhadap Kinerja Dari Proses Kreatif

Parnes dan noller ( 1972 ) mengemukakan bahwa siswa yang dilengkapi

urutan kreativitas shortcourses secara signifikan outperformed sebanding ketertiban

siswa-siswinya dalam hal aspek seperti kefasihan, fleksibilitas dan kapasitas untuk

Page 6: ringkasan jurnal

reflecting itu sendiri pada satu ide. Nemiro (1997) memeriksa proses kreatif aktor,

menghubungkan umum persiapan, latihan dan kinerja kegiatan untuk tahap

dijelaskan dalam Amabile model (1996). Lubart (2001) berpendapat bahwa proses

urutan tertentu dan/atau subproses akan mengakibatkan produk yang sangat kreatif,

dan bahwa sejumlah besar lain mungkin urutan dan/atau subproses akan

mengakibatkan kurang kreatif (atau bahkan non-kreatif) produksi.

Metedologi

Proyek penelitian ini dikombinasikan dengan sebuah metode kuantitatif

kualitatif satu. Desain tersebut adalah kurikulum congruent dengan holistik, (aspek

dinamis dan multidimensional (Amabile, 1996)) . Berdasarkan bagian itu, kurikulum

yang berkembang sempurna sebagai perkenalan kepada yang mempunyai sifat

kreativitas, kreativitas keterampilan yang relevan dan meninjau keterampilan-

keterampilan kuliner dasar, budaya dan makanan chromatics dan principles ilmu

makanan. Dalam kurikulum ini desain, kreativitas, kuliner pengetahuan dan

keterampilan yang terpasang secara terpadu. Peraturan yang dibuat untuk kedua

latihan dan kinerja, dan untuk penggunaan buku dan artikel, kelas, instruksi dan

multimedia dalam bentuk video, musik, program komputer interaktif, slide dan foto

karya kuliner. Kurikulum ini untuk mengajarkan juga menggunakan berbagai cara

termasuk kelompok diskusi, kompetisi, games dan evaluasi sensorik, instruksi

berpikir kreatif dan strategi seperti tukar pikiran. Dengan demikian kurikulum

eksperimental akan memberikan peserta kesempatan untuk mengintegrasikan teori

tentang seni kuliner dan kreativitas dengan keterampilan praktis pemikiran kreatif,

dan terlibat dalam praktik individu dan kelompok. Kurikulum ini validitas kemudian

ditinjau oleh lima ahli dalam pendidikan berpikir kreatif dan seni kuliner.

Data kuantitatif dikumpulkan oleh cara dari kuesioner survei para siswa.

Menerapkan pedagogi quasi-eksperimental untuk mengembangkan kreativitas

subjek, sarjana senior, semua mengambil kursus CC di departemen manajemen

perhotelan atau manajemen seni kuliner di Taiwan. Eksperimental kreativitas kelas

diajarkan oleh guru satu di setiap universitas dan bertemu sekali seminggu untuk sesi

4-jam selama 16-minggu semester. Kursus dianggap paralel jika kursus sama

diajarkan pada saat yang sama (yaitu, selama masa yang sama), memiliki konten

Page 7: ringkasan jurnal

kursus yang sama dan digunakan identik penilaian. Para instruktur memiliki lebih

dari 10 tahun pengalaman pengajaran dan berpartisipasi dalam proyek ini selama dua

tahun. Pencanangan itu quasi-experimental se-kecamatan karena mereka tidak secara

acak pihak kondisi tersebut. Malahan, kondisi itu ditentukan berdasarkan peserta

menghadiri kursus di Universitas-universitas yang berbeda. Perbandingan dibuat

lebih dari dua kali pengukuran antara kelompok intervensi. Kurang dari seperempat

dari waktu yang dihabiskan pada kuliah: sebagian besar waktu kelas dikhususkan

untuk latihan, diskusi dan komprehensif pertunjukan.

Para peneliti menggunakan spss 12.0 untuk analisis mereka: deskriptif

analisis, korelasi dan t tes untuk menentukan perbedaan signifikan antara pra dan

post-test hasil. Langkah-langkah para peneliti telah tiba di konsensus umum bahwa

kreativitas melibatkan produksi novel, produk yang berguna dan menyarankan

bahwa ukuran kinerja kreatif seharusnya dirujuk terhadap realistis kreatif kinerja

tugas (Mumford, 2003). Untuk mengukur peningkatan kinerja kreativitas peserta,

guru dan ahli lainnya dievaluasi karya kuliner pada akhir kelas eksperimental. Pre-

tests dan post-tests dilakukan. Kuesioner yang digunakan untuk setiap tahap

pengumpulan data yang terdiri dari 40 kriteria, diambil dari inventaris untuk proses

CC dan didasarkan pada persiapan ide, gagasan inkubasi, ide pengembangan dan

verifikasi baru pekerjaan kreativitas (Horng & amp; Hu, 2007a).

Penelitian kualitatif kedua bagian dari proyek penelitian ini digunakan data

kualitatif itu berdasarkan kelas pengamatan, wawancara dengan guru dan siswa, dan

studi siswa yaitu handout dan refleksi catatan. Para peneliti mengumpulkan data luas

untuk memfasilitasi analisis. Konsep tema itu inductively berasal dari awal set

deskripsi kualitatif wawancara transkripsi. Untuk menjamin kredibilitas proyek,

peserta diberikan dokumen seperti foto, refleksi catatan dan personal learning log,

sehingga para peneliti bisa melakukan analisis triangulasi. Akhirnya, validitas proyek

lebih lanjut diperkuat oleh peneliti refleksi.

Analisis kualitatif merupakan temuan kualitatif yang memberikan wawasan

lebih lanjut ke dalam berbagai aspek dari program pendidikan kreativitas, serta

menjadi karakteristik dari lingkungan sekolah yang mempengaruhi siswa CC proses

dan kinerja. Ternyata bahwa pelaksanaan kurikulum eksperimental dampak langsung

Page 8: ringkasan jurnal

positif pada perkembangan siswa CC kemampuan, yaitu proses kreatif dan kinerja

kreatif. Dan sebenarnya CC kurikulum dan ada cara yang berbeda untuk

mengimplementasikannya yakni guru dengan refleksi catatan mengungkapkan satu

titik yang sangat penting, yang kebutuhan untuk memberikan waktu untuk berpikir

kreatif. Para guru juga disebutkan perlu menerapkan program 3 C dalam kursus lain,

bukan hanya dalam kursus kuliner di hospitality. Sebagai contoh, pemetaan pikiran

dapat juga digunakan dalam kursus lain sebagai cara untuk merefleksikan apa yang

telah telah Pelajari lebih umum, tidak hanya untuk kursus tertentu dalam kreativitas.

Setelah memperkenalkan beberapa jenis kreatif teknik - teknik, para

mahasiswa diminta untuk menggunakan metode e-ktp dan pikiran untuk

menghasilkan peta dengan menggunakan konsep. Memetakan pikiran seperti yang

telah membuat kesan yang kuat kepada mereka. Dengan diskusi dan latihan, aku bisa

menemukan bahwa imajinasi mereka jelas sangat tidak terbatas .

Isi program CC termasuk kreativitas dan teori seni kuliner, serta aplikasi

praktis di mana kreatif latihan (atau praktik) menekankan siswa secara individu dan

kelompok kreativitas. Tujuan utama dari strategi pedagogis baru adalah untuk

memungkinkan para guru untuk mengajar lebih efisien dan efektif, dan

memungkinkan siswa untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses untuk

pendidikan mereka. Studi ini telah mengadopsi beberapa pemikiran kreatif strategi

untuk CC pendidikan. Strategi ini, dirancang untuk membantu siswa

mengembangkan ide-ide mereka, menimbulkan respons mereka dan meningkatkan

pembelajaran mereka. Dalam seni kuliner 3c metode pendidikan yang berbeda

dengan metode pengajaran yang tradisional, seperti kuliah dan demonstrasi, dan

membantu meningkatkan minat belajar dan kreatif motivasi.

Fasko (2001) menggaris bawahi penggunaan berbeda dalam berpikir untuk

merangsang kreativitas. Melalui dalam tukar pikiran, siswa dapat kreatif dalam ide.

Selanjutnya, dalam kreativitas kuliner pendidikan, interaksi kelompok kecil bisa

didesain untuk merangsang dalam tukar pikiran. Siswa mengusulkan ide,

bekerjasama atau diskusi, dan memberikan satu sama lain masukan dan rekomendasi.

Ini mempromosikan lebih lengkap dan baik yang diselenggarakan

conceptualisations. Juga, sebuah lingkungan belajar diisi dengan fun dan permainan

Page 9: ringkasan jurnal

dapat menciptakan sebuah lebih Positif dan mendorong atmosfer. Apalagi untuk

menghindari hambatan untuk kreativitas siswa, guru harus mentolerir ambiguitasm

dan memungkinkan kesalahan selama peredarannya dan sesi praktikum.

Para peneliti menyimpulkan bahwa ada faktor-faktor penting lain yang

mempengaruhi kinerja CC (misalnya, individu dan kontekstual variabel) sejak

seniman kuliner dalam proses psikologis kompleks dapat ditengahi atau dikelola oleh

faktor-faktor seperti kepribadian, motivasi intrinsik/ekstrinsik, hubungan dengan

pengawas dan rasa kebebasan psikologis (Amabile, Conti, Lazenby, & amp; Herron,

1996). Sementara para peneliti tidak benar-benar menunjukkan proses CC secara

spesifik, tampaknya bahwa penekanan umum pada interaksi kelompok kecil sebagai

metode terbaik untuk mengajarkan kurikulum 3 C mungkin salah satu alasan utama

mengapa siswa mampu meningkatkan kinerja CC mereka selama intervensi

eksperimental ini. Para peneliti tahu dari tanggapan siswa bahwa interaksi kelompok

kecil ini sangat penting untuk perkembangan kreatif seniman kuliner. Secara khusus,

pelajaran kreativitas, dimana pemikiran kreatif permainan dimainkan dalam suasana

kelas yang bersahabat, tampaknya telah memberikan kontribusi substansial untuk

keberhasilan program 3 C. Hasil ini setuju dengan temuan-temuan dari studi pada

pengajaran teknik, belajar lingkungan dan siswa kinerja (Fleith et al, 2002).

Siswa eksperimental juga tampaknya telah sangat menikmati belajar (melalui

buku, website, film dan dari satu sama lain) tentang latar belakang budaya masakan

internasional, termasuk cerita di balik berbagai bahan. Sebagai contoh, untuk

mengajarkan kurikulum lokal Penghu makanan dan budaya bagian, guru

menciptakan lingkungan belajar khusus dan mendorong kelompok kecil belajar dan

berbagi informasi. Siswa diperluas pada apa yang telah mereka pelajari tentang

budaya ini dalam sesi brainstorming.

Kesimpulan

Analisis kuantitatif menunjukkan bahwa, sedangkan proses CC tampaknya

memiliki dampak yang terbatas pada kinerja CC, baik proses dan kinerja CC CC

dapat ditingkatkan oleh pengajaran seni kuliner dengan 3C kurikulum. Mengingat

manfaat yang jelas dari 3C untuk pengajaran seni kuliner, para peneliti sangat

Page 10: ringkasan jurnal

merekomendasikan bahwa sekolah kuliner, lembaga dan departemen

menerapkannya. Hasil juga menunjukkan bahwa teoritis, komponen praktis dan

budaya-estetika dari kurikulum ini adalah penting. Para teoritis dan praktis

Komponen meliputi teori dan kreativitas (berdasarkan ini) latihan berpikir kreatif

(misalnya brainstorming, pemetaan-pikiran, dan hubungan memaksa), sedangkan

budaya-komponen estetika meliputi seni kuliner dan budaya, dan juga peran panca

indera dalam seni kuliner. Juga benar bahwa dalam penelitian ini, karena semua

subjek Cina, ada perbandingan lintas budaya dilakukan oleh penelitian ini. Namun,

secara umum disepakati bahwa lebih sulit bagi orang Asia Timur daripada Barat

untuk berpikir dan bertindak (dan mungkin bahkan merasa) secara kreatif, karena

sifat, lebih tinggi terorganisasi kolektif dan hirarkis masyarakat Asia Timur. Para

peneliti karena itu menunjukkan bahwa, mengingat signifikansi yang disebutkan di

atas dari komponen budaya-estetika dalam estetika dan kreativitas.

Analisis Konseptual

Secara umum jurnal ini sangat bagus karena didalamnya membahas

bagaimana mengembangkan kurikulum di bidang kuliner agar peserta didik dapat

berfikir dan bekerja secara kreatif. Penjelasan yang di sampaikan begitu detail dan

langsung menyajikan contoh konkret dalam prakteknya sehingga mudah dipahami

akan maksud dan tujuan dari isi jurnal tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang juga membahas masalah ini menyebutkan

bahwa setiap siswa bahkan setiap orang mampu untuk berpikir kritis dan kreatif.

Berpikir kreatif yakni kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan

orisinil. Bahkan pada orang yang merasa tidak mampu menciptakan ide baru pun

sebenarnya bisa berpikir secara kreatif, asalkan dilatih. Kritis untuk menganalisis

masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Adapun

Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan

imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru

adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau

mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata

Page 11: ringkasan jurnal

“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa,

berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

Dalam sebuah artikel dikatakan bahwa sistem pendidikan kurikulum

merupakan kompnen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan hanya

menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi, juga pengalaman belajar

yang harus dimiliki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasikan pengalaman itu

sendiri. Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak

kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peran kreatif, serta peran

kritis dan evaluatif.

1. Peranan Konservatif

Peran konservatif Kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya

sebagai warisan masa lalu.Sebab sekarang ini era globalisasi memungkinkan

mudahnya pengaruh budaya asing yang menggerogoti budaya local, maka peran

konservatifnya kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang

dapat merusak nilai – nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas

masyarakat akan tetap terpelihara.

2. Peran Kreatif

Peran kreatif kurikulum harus ada sebab, masyarakat selalu bersifat

dinamis dan selalu mengalami perubahan. Dalam hal ini kurikulum harus

mengandung hal – hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat

mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam

kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.

Kreatifitas kurikulum diperlukan karena pendidikan jika tidak mengalami

perubahan – perubahan akan tertinggal, sehingga pelajaran yang diberikan

menjadi kurang bermakna dan tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat.

3. Peran Kritis dan Evaluatif

Kurikulum di sini berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang

perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki

anak didik. Kurikulum harus berperan menyeleksi dan mengevaluasi segala

sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.

Dalam proses pengembangannya harus berjalan simbang. Kurikulum yang

Page 12: ringkasan jurnal

terlalu menonjolkan konservatifnya cenderung akan membuat pendidikan

ketinggalan zaman. Seballiknya kurikulum yang menonjolkan peran kreatifnya

dapat membuat hilangnya nilai – nilai budaya masyarakat.

Menurut Herdian bahwa untuk metode pembelajaran yang sangat tepat agar

dalam suatu pembelajaran siswa mampu berpikir kritis dan kretaif adalam metode

inkuiri dimana siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik akan suatu

pelajaran dan tentunya akan lebih tertarik jika mereka dilibatkan secara aktif dalam

“melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang

punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk

memahami konsep-konsep pelajaran dan meningkatkan keterampilan proses berpikir

ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari

proses berpikir ilmiah tersebut.

Pembelajaran dengan pendekatan  inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan

aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak,.

Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan  pembelajaran yang

berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam

proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan

kreativitas dalam memecahkan masalah.

Jadi dalam hal ini bila dihubungkan dengan pengembangan kurikulun kuliner

agar siswa mampu berpikir kreatif dan kritis bahwa dengan menerapkan metode

inkuiri dimana siswa mencari dan menemukan sendiri sehingga mereka mampu

berpikir secara kreatif dan kritis akan permasalahan yang ada sehingga tujuan

pembelajarn yang didiinginkan seperti yang ada dalam kurikulum dapat tercapai

sesuai rencana.

Analisis Konteks

Berdasarkan dari jurnal yang kami peroleh, jurnal tersebut menjelaskan

tentang kreatif kuliner kurikulum memiliki dampak yang positif pada siswa dimana

kompetensi atau kemampuan siswa dapat meningkatkan kualitasnya dalam bidang

tata boga. Sama halnya dengan sekolah kejuruan di Indonesia siswa dituntut agar

Page 13: ringkasan jurnal

dapat kreatif misalnya dalam memasak yakni mulai dari mengolah makanan, aroma

masakan, rasa, dan sampai penyajiannya.

Gambaran diatas sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional

yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yaitu lebih menekankan pada upaya untuk menghasilkan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehingga diperlukan sistem

pendidikan yang mampu menyiapkan peserta didik untuk dijadikan subjek yang

berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan

profesional.

Kurikulum SMK sebaiknya dikembangkan bersarkan tuntutan dunia global

dan berbagai masukan dari institusi pasangan sebagai calon pengguna alumni.

Dengan kata lain kurikulum disusun untuk memberikan pengalaman belajar kepada

peserta didik berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta

untuk menjawab tantangan yang akan datang. Contohnya Penyusunan Kurikulum

SMK Negeri 8 Makassar melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu dari

Tiara Kusuma (Assosiasi Tata Kecantikan), Ikatan Penata Busana Indonesia, serta

beberapa Hotel yang ada di Makassar serta mengadop beberapa kompetensi yang

relevan dari negara-negara maju, untuk menjamin relevansi pendidikan dengan

kebutuhan kehidupan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan

Kurikulum SMK harus menekankan aspek keterampilan kejuruan, keterampilan

pribadi dan sikap, keterampilan berpikir, keterampilan sosial dan keterampilan

akademik. Kurikulum SMK dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan

Nasional yang berpedoman pada Standar isi dan standar kelulusan serta kepentingan

daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam Proses pembelajaran di SMK sebaiknya dilaksanakan dan

dikembangkan berdasarkan pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia No. 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem

Ganda (duel system) dengan tujuan:

a. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan melalui peran serta

Industri Pasangan

Page 14: ringkasan jurnal

b. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja

yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja di dalam maupun di luar negeri

c. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap

(Kompetensi) yang menjadi bekal dasar pengembangan dirinya secara

berkelanjutan.

d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian

dari proses pendidikan

e. Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan melalui

pendayagunaan pendidikan yang ada di dunia kerja

f. Memberikan pendidikan dan latihan yang berstandar Internasional

g. Menghasilkan tamatan yang terampil, berdedikasi tinggi dan berahlak mulia serta

berstandar Internasional.

h. Sebagai motivasi untuk menghasilkan tamatan yang siap kerja baik di dalam

negeri maupun di luar negeri.

i. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir untuk menjadi professional

yang ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja dan

mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya

j. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi

berstandar internasional agar mampu bersaing di era global.

Dan Siswa yang dinyatakan lulus sebaiknya memenuhi kriteria yang

ditetapkan dan disepakati oleh pihak manajemen sekolah. Minimal mengacu pada

tiga ranah yaitu knowledge, skill dan attitude secara holitik. Dengan alasan ketiga

ranah tersebut mutlak diperlukan pada dunia kerja. Secara garis besar kriteria

minimal yang harus dipenuhi adalah:

1. Sikap (Attitude)

Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan

perkembangan remaja

Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku,

perbuatan, dan pekerjaannya

2. Pengetahuan (Knowledge)

Page 15: ringkasan jurnal

Memiliki pengetahuan kompetensi program keahlian untuk memenuhi

tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai

dengan kejuruannya.

Penguasaan pengetahuan dibuktikan dengan pencapaian nilai minimal

yang telah ditetapkan berdasarkan KKM

3. Keterampilan (Psikomotor)

1. Memiliki keterampilan kompetensi program keahlian untuk memenuhi

tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai

dengan kejuruannya.

2. Penguasaan keterampilan dibuktikan dengan pencapaian nilai minimal

yang telah ditetapkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Misalnya Mata Pelajaran TATA HIDANG (Food And Beverage Service)

Standar Kompetensi (SK). Menyediakan layanan makanan dan minuman (Provide

food & beverage service)

KD (Kompetensi dasar) :

Menyiapkan hidangan / area restoran untuk pelayanan

Menyiapkan dan mengatur meja

Menyambut tamu

Mengambil dan memproses pesanan

Menyajikan dan membersihkan minuman dan makanan

Menutup area restoran / ruang makanan

Dengan melihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Provide &

beverage Service, bahwa kurikulum SMK sudah bagus. Dimana siswa siswi salah

satunya telah belajar table manner yaitu bagaiman cara menghidangkankan makanan

dan tata cara makan yang betul.

Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan

kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang

berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths,

Page 16: ringkasan jurnal

Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam

metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT

hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

1. Strengths (kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep

bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam 

tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Kelebihan ( Strengs)

Menekankan kerja sama tim

Setiap tema ini didukung dengan tidak hanya buku dan artikel tetapi juga

ceramah dan instruksi multimedia dalam bentuk video, musik, program

komputer interaktif, slide, dan foto-foto karya kuliner.

Metode pengajaran atau teknik, termasuk permainan, diskusi kelompok,

curah pendapat, sensorik evaluasi, dan praktikum yang. Ini akan memberikan

peserta kesempatan untuk belajar tentang teori kuliner dan terlibat dalam

individu dan praktikum kelompok

2. Weakness (kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep

bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam 

tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Kekurangan (Weekness)

Tindakan kreatif tergantung pada bentuk spesifik dari pengetahuan

Proses curiculum kuliner tampaknya memiliki dampak yang terbatas pada

kinerja kurikulum kuliner

3. Opportunities (peluang)

Page 17: ringkasan jurnal

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa dating yang terjadi. Kondisi yang

terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

Kesempatan (Oportunity)

Kurikulum Kuliner Kreatif (3C), menekankan kerja sama tim, pada proses

kreatif kuliner seni siswa dan kinerja

Berpikir kreatif, proses kreatif

Aroma dapat diprediksi dengan fase dua (inkubasi), gaya dan hiasi dengan fase

pertama (persiapan)

4. Threats (ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu

organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Ancaman (Threat)

Bagaimana perilaku koperasi (Teamwork) memperkuat proses kreativitas

siswa.

Kinerja kreatif harus dipahami sebagai hasil dari pertukaran kompleks antara

individu dan konteks mereka

Kesimpulan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu

ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi

dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum

disusun oleh satuan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah kejuruan (tata boga)

untuk memungkinkan penyesuain program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi

yang ada didaerah. Kurikulum pendidikan sudah saatnya diarahkan untuk

membentuk sumber daya manusia yang aktif dan kreatif.Anak didik yang penuh

inovasi menjadi sasaran utama kurikulum. Saat ini kreativitas menjadi tuntutan yang

Page 18: ringkasan jurnal

mendorong terjadinya suatu kemajuan dan perubahan, inovasi dan penemuan-

penemuan ataupun pengembangan. Pendidikan harus benar-benar dapat memenuhi

kebutuhan bagi dirinya pribadi maupun masyarakat. Pendidikan seperti itu hanya

dapat dilakukan melalui pendidikan kreatif, yakni proses pendidikan yang dilakukan

seorang guru secara kreatif dan inovatif